• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Di Apotek Kita Farma Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Komunitas Di Apotek Kita Farma Binjai"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS

DI

APOTEK KITA FARMA BINJAI

Disusun Oleh:

Juliyanti, S. Farm NIM 073202046

(2)

Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI KOMUNITAS

di

APOTEK KITA FARMA BINJAI

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Disusun oleh:

Juliyanti, S. Farm NIM 073202046

Apotek Kita Farma Binjai Pembimbing,

Dra. Umur Pandia, Apt. SIK. 130/SU

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, hidayah, dan ridho-Nya kepada penulis sehingga dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker di Apotek Kita Farma Binjai dengan baik dan menyelesaikan penyusunan laporan ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Syafruddin Purba, Apt. Pemilik Sarana Apotek (PSA) dan Ibu Dra. Umur Pandia, Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKP serta memberikan bimbingan selama pelaksanaan PKP. 2. Bapak Prof. Dr. H. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas

Farmasi USU, Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt. selaku Kordinator Program Pendidikan Apoteker Fakultas Farmasi USU dan dan seluruh Staf pegawai Fakultas Farmasi USU.

3. Seluruh keluarga yang selalu berdoa untuk penulis, memberikan semangat dan dukungan.

(4)

DAFTAR ISI

2.3.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya. 5 2.3.4 Administrasi ... 6

2.5.5 Kewajiban-Kewajiban Apotek... 11

(5)

3.6 Administrasi ... 17

3.7 Kewajiban Apotek ... 18

BAB IV PEMBAHASAN... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 21

5.1 Kesimpulan... 21

5.2 Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA... 22

LAMPIRAN... 23

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Denah Ruangan Apotek Kita Farma... 23

Lampiran 2. Surat Pesanan Apotek Kita Farma... 25

Lampiran 3. Surat Pesanan Narkotika ... 26

Lampiran 4. Surat Pesanan Psikotropika ... 27

Lampiran 5. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika ... 28

(7)

RINGKASAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk didalamnya mendapatkan makanan, pakaian, perumahan, dan pelayanan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang diperlukan (ISFI, 2004).

Salah satu pelayanan kesehatan yang sangat penting untuk masyarakat adalah pelayanan kefarmasian. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan pada saat ini telah bergeser orientasinya. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Depkes RI, 2004).

(9)

Bentuk pelayanan yang dapat diberikan seorang apoteker kepada masyarakat di apotek adalah pelayanan obat dengan cara KIE (komunikasi, informasi, edukasi). Dengan cara ini diharapkan masyarakat dapat memperoleh keterangan yang berkaitan dengan obat sehingga masyarakat mengerti dalam menggunakan obat yang baik dan tepat (ISFI, 2004)

Berdasarkan perkembangan pelayanan kefarmasian di apotek tersebut, maka Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi (PKP) bagi mahasiswa Program Pendidikan Profesi di Apotek Kita Farma Binjai.

1.2. Tujuan

(10)

BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek

Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah:

1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucap sumpah

jabatan.

2. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau

bahan obat

3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata

(11)

2.2 Manajemen Apotek

Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga cara mengelola fungsi-fungsi manajemen antara lain:

a) Fungsi Planning, menyusun program kerja untuk mencapai suatu tujuan (sasaran).

b) Fungsi Organization, membagi-bagi pekerjaan yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap fungsi.

c) Fungsi Actuating, melaksanakan program kerja sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab pekerjaannya serta sasaran yang akan dicapainya.

d) Fungsi Controlling, melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan sistem operasional dan sasaran yang dicapai melalui indikator tingkat keberhasilan pada setiap fungsi (Umar, 2005).

2.3 Pengelolaan Apotek 2.3.1 Sumber Daya Manusia

(12)

2.3.2 Sarana dan Prasarana

Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan penunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.

Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan (Depkes RI, 2004).

2.3.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, meliputi:

1. Perencanaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi di apotek adalah pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat.

2. Pengadaan

(13)

3. Penyimpanan

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya adalah:

1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.

2. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan

menjamin kestabilan bahan (Depkes RI, 2004). 2.3.4 Administrasi

Kegiatan administrasi yang dilaksanakan di apotek dalam menjalankan pelayanan kefarmasian meliputi:

1. Administrasi Umum

Termasuk di dalamnya adalah pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Administrasi Pelayanan

Termasuk di dalamnya adalah pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat (Depkes RI, 2004)

2.4 Aspek Pelayanan Kefarmasian di Apotek

(14)

2.4.1 Pelayanan Resep 1. Skrining resep, meliputi :

a. Persyaratan administratif, yaitu nama, SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, dan jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, dan informasi lainnya.

b. Kesesuaian farmaseutik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

c. Pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat). 2. Penyiapan Obat, meliputi:

a. Peracikan. b. Pemberian etiket.

c. Pengemasan obat yang akan diserahkan. d. Penyerahan obat.

e. Pemberian informasi obat. f. Konseling.

g. Monitoring penggunaan obat (Depkes RI, 2004)

2.4.2 Promosi dan Edukasi

(15)

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain (Depkes RI, 2004).

2.4.3 Pelayanan residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Untuk aktifitas ini, apoteker harus membuat catatan berupa medication record (Depkes RI, 2004).

2.5 Aspek Bisnis 2.5.1 Studi Kelayakan

Sebelum suatu apotek didirikan harus terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan. Studi Kelayakan adalah suatu kajian yang dilakukan secara menyeluruh mengenai suatu usaha, dalam proses pengambilan keputusan investasi yang mengandung resiko yang belum jelas. Melalui studi kelayakan, berbagai hal yang diperkirakan akan mengakibatkan kegagalan diharapkan dapat diantisipasi terlebih dahulu (Umar, 2005).

2.5.2 Survey dan Pemilihan Lokasi

Banyak faktor yang menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan lokasi suatu usaha. Dasar pertimbangan yang paling utama ialah pasar. Pasar merupakan masalah yang tidak boleh diabaikan dan harus diperhitungkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, dalam pemilihan lokasi suatu apotek harus diperhitungkan:

(16)

4. Jumlah praktek dokter, klinik, rumah sakit dan sebagainya 5. Keadaan sosial ekonomi masyarakat setempa (Anief, 1995).

2.5.3 Penyusunan Rencana Anggaran Belanja

Jika seseorang akan mendirikan suatu usaha apotek, maka diperlukan dana atau modal untuk membiayai semua pengadaan sarana. Modal merupakan unsur utama yang menjamin berdiri dan hidupnya sebuah apotek. Pada dasarnya dalam suatu usaha dikenal dua bentuk modal yaitu modal aktif dan modal pasif.

1. Modal aktif (modal tetap) adalah dana yang digunakan membiayai pengadaan semua kebutuhan fisik dan non fisik sebagai aset apotek, baik yang mengalami penyusutan atau tidak, contoh: tanah, bangunan, inventaris apotek.

2. Modal pasif (modal kerja) adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan operasional apotek, seperti pengadaan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya, upah pegawai, listrik, air dan lain-lainnya (Anief, 1995).

2.5.4 Analisis Impas

(17)

Rumus umum yang digunakan untuk menentukan titik impas adalah:

Keterangan :

Titik impas = BT atau Titik impas = BT 1 - BV 1 - HPP penjualan Omzet

BT : Biaya tetap, yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah barang yang terjual.

BV : Biaya variabel, yaitu biaya yang besarnya tergantung pada jumlah barang yang terjual. Untuk apotek, BV adalah nilai pembelian dari barang yang terjual.

Penjualan : Nilai penjualan dari barang yang terjual, yakni nilai pembelian ditambah margin keuntungan.

HPP : Harga pokok penjualan, yaitu harga pokok atau nilai pembelian dari barang yang terjual pada kurun waktu tertentu, merupakan hasil perhitungan harga pokok dari persediaan awal ditambah pembelian barang pada kurun waktu tertentu dikurang persediaan barang akhir.

(18)

2.5.5Kewajiban-Kewajiban Apotek

(19)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS APOTEK KITA FARMA

3.1 Letak dan Bangunan

Apotek Kita Farma didirikan pada Februari 2001 yang berada di Jl. Sultan Hasanuddin No. 23 Binjai. Apotek Kita Farma dikelola oleh Dra. Umur Pandia sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Drs. Syafruddin Purba, Apt. sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA).

Apotek Kita Farma Binjai terletak di daerah yang cukup strategis, bersebelahan dengan RSUD dr. Djoelham Binjai, berdekatan dengan RSU Bangkatan Binjai, RSU Tentara, beberapa klinik spesialis dan praktek dokter spesialis, mudah dijangkau oleh kendaraan umum, dekat dengan pemukiman penduduk yang cukup padat dan tersedia tempat parkir.

Bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang penjualan bebas/kasir, ruang peracikan, gudang, dan toilet. Denah ruangan Apotek Kita Farma dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2 Struktur Organisasi dan Personalia

(20)

Petugas Penjualan Bebas Asisten Apoteker

Apoteker Pengelola Apotek

Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Kita Farma Binjai 3.3 Pengadaan Perbekalan Farmasi

Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Kita Farma Binjai meliputi perencanaan, pembelian, dan pemantauan hasil pembelian.

3.3.1 Perencanaan Pembelian

Perencanaan pembelian di Apotek Kita Farma Binjai dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan pada ruang peracikan dan penjualan bebas. Barang yang sudah habis atau stock yang sedikit di tempat penyimpanan obat dicatat ke dalam buku pemesanan. Jumlah barang yang akan dibeli disesuaikan dengan sifat barang, fast moving atau slow moving.

3.3.2 Pelaksanaan Pembelian

Pelaksanaan pembelian dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Petugas memeriksa perbekalan farmasi yang hampir habis dengan melihat

langsung tempat penyimpanan barang lalu dicatat kedalam buku pesanan. b. Menetapkan jenis dan jumlah barang yang akan dibeli sesuai dengan sifat

barang (fast moving atau slow moving).

(21)

Khusus untuk pembelian narkotika, dilakukan dengan pemesanan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma Medan dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika (formulir N-9) rangkap 4 yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dan penerimaan barang dilakukan langsung oleh APA. Untuk pembelian psikotropika digunakan Surat Pesanan Psikotropika. Contoh formulir Surat Pesanan Narkotika dan Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

3.3.3 Penerimaan dan Pemantauan Hasil Pembelian

Penerimaan barang di Apotek Kita Farma Binjai dilakukan oleh Asisten Apoteker yang bertugas. Petugas penerimaan barang melakukan pemantauan hasil pembelian dengan prosedur sebagai berikut :

a. Petugas menerima barang dari pemasok disertai dengan surat pengantar

barang (faktur) rangkap 4 dan surat pesanan.

b. Petugas memeriksa kelengkapan barang yaitu jumlah barang, kondisi fisik, tanggal kadaluarsa, kebenaran harga atau potongan harga dan menyesuaikan dengan faktur.

c. Bila telah sesuai maka petugas menandatangani faktur dan membubuhi

stempel apotek. Satu lembar copy faktur sebagai pertinggal untuk apotek, dan faktur asli beserta 2 copy faktur lainnya dikembalikan kepada petugas pengantar barang.

(22)

e. Jika ada barang yang tidak dikirim maka diminta penjelasan dari pemasok tesebut, bila perlu membatalkannya agar bisa dipesan dari pemasok lain. f. Faktur tersebut dikumpulkan dan disimpan sebagai bukti bahwa Apotek Kita

Farma membeli sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya melalui jalur yang resmi.

3.4 Penyimpanan dan Penataan

Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Kita Farma Binjai dilakukan di rak-rak tertentu dan digudang untuk perbekalan farmasi yang membutuhkan tempat yang besar. Apabila persediaan barang di bagian penjualan bebas ataupun di ruang peracikan sudah habis maka akan diambil dari rak-rak tersebut atau dari gudang.

Penataan barang disusun berdasarkan abjad, bentuk sediaan dan golongan obat serta efek farmakologi obat, dengan menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) dan First Expired First Out (FEFO). Suppositoria, serum, dan vaksin

disimpan dalam lemari pendingin. Obat-obat di ruang peracikan disusun menurut bentuk sediaan dan abjad. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus. Obat-obat bebas pada etalase disusun menurut efek farmakologisnya, abjad, dan bentuk sediaan.

3.5 Pelayanan

(23)

3.5.1 Pelayanan Resep Tunai

Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut :

a. Petugas menerima resep dari pasien dan memeriksa apakah obat yang diresepkan ada atau tidak. Jika ada maka obat tersebut diberi harga dan diinformasikan kepada pembeli.

b. Bila pasien setuju dengan harga tersebut maka obat segera dipersiapkan, diberi etiket, diperiksa dan dikemas.

c. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika harus diperhatikan kelengkapan resepnya seperti nama dan alamat dokter, nomor izin praktek dan tanda tangan atau paraf dokter yang bersangkutan serta nama dan umur pasien. Dan memberi garis merah pada obat narkotika yang diresepkan.

d. Obat diberikan kepada apoteker untuk diperiksa kembali dan kemudian

diserahkan kepada pembeli oleh apoteker/asisten apoteker dan diberikan informasi pemakaian obat seperlunya.

e. Pembeli membayarkan harga resep ke kasir. f. Resep asli disimpan untuk diarsipkan. 3.5.2 Pelayanan Penjualan Bebas

Selain pelayanan resep ada juga pelayanan penjualan bebas atau tanpa resep dengan pembayaran langsung. Prosedur pelayanan penjualan bebas adalah sebagai berikut :

(24)

b. Petugas menerima pembayaran dari konsumen serta menyerahkan barang dan memberikan informasi yang diperlukan.

3.5.3 Pelayanan Swamedikasi

Prosedur pelayanan swamedikasi di Apotek Kita Farma Binjai sebagai berikut:

a. Pasien datang dan berjumpa langsung dengan apoteker atau asisten apoteker. b. Pasien menyampaikan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan

kesehatannya kepada apoteker atau asisten apoteker.

c. Apoteker memilihkan cara pengobatan yang sesuai dengan keluhan pasien dan bila pasien setuju dengan pengobatan yang diberikan, apoteker segera menyediakan obat yang diminta kemudian menyerahkannya kepada pasien disertai informasi yang diperlukan.

3.6 Administrasi

Administrasi yang ada di Apotek Kita Farma Binjai meliputi :

1. Buku pembelian yaitu buku yang mencatat semua barang yang diterima dari

pemasok sebagai hasil pembelian.

2. Buku penjualan yaitu buku yang berisi catatan penjualan barang, baik melalui

penjualan resep, bebas dan swamedikasi.

3. Buku pesanan barang yaitu buku yang mencatat daftar barang yang akan dipesan karena sudah habis persediaannya.

(25)

5. Buku pencatatan Narkotika yaitu buku yang mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat golongan narkotika.

Untuk obat-obat psikotropika pelaporannya dilakukan dua kali dalam setahun. Untuk obat-obat golongan narkotika, pelaporan dilakukan satu kali dalam sebulan paling lambat tanggal 10 untuk setiap bulannya. Format laporan penggunaan psikotropika dan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Laporan-laporan ini ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai.

3.7 Kewajiban Apotek

(26)

BAB IV PEMBAHASAN

Apotek merupakan suatu bisnis yang harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan guna menutupi biaya operasional sehingga apotek tetap dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Pemilihan lokasi yang tepat akan mendukung maju mundurnya usaha apotek. Ditinjau dari segi lokasi, Apotek Kita Farma terletak pada lokasi yang sangat strategis karena berada disamping RSUD dr. Djoelham, dekat dengan RSU Bangkatan Binjai dan RSU Tentara Binjai dan sejumlah klinik spesialis dan dokter spesialis. Terletak dijalan lintas dan pemukiman yang ramai. Apotek Kita Farma memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.

Apotek Kita Farma memiliki struktur organisasi yang sederhana. Apotek ini merupakan apotek yang melakukan pelayanan 24 jam. Dalam hal kewajiban pada karyawan seperti hal cuti pegawai, libur dan imbalan gaji sudah sesuai dengan ketentuan.

(27)

Pengaturan tiap produk di Apotek Kita Farma disusun berdasarkan abjad, bentuk sediaan, golongan obat serta efek farmakologi obat. Pelaksanaan penyimpanan dan pengeluaran sediaan farmasi dilakukan dengan sistem FIFO dan FEFO. Apotek Kita Farma juga sudah melaksanakan kewajibannya sebagai warganegara yang baik dengan membayar pajak.

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Apotek Kita Farma berada pada lokasi yang sangat strategis.

b. Apotek Kita Farma telah dapat melaksanakan fungsi sosial dan fungsi ekonomi apotek dengan baik

c. Peranan Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Kita Farma telah terlaksana secara maksimal, baik dalam mengkoordinasi karyawan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek maupun dalam memberikan informasi mengenai obat yang diperlukan oleh pasien sehingga pasien dapat menggunakan obat secara tepat, aman dan rasional.

5.2 Saran

a. Sebaiknya dibuat satu ruangan khusus untuk dilakukannya konseling yang nyaman bagi pasien, dilengkapi dengan lemari untuk menyimpan catatan medik pasien.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1995). Manajemen Farmasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 7-12, 91-95, 113-114

Bina Farmasi komunitas dan Klinik. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI Keputusan MenKes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. (2007). ISO Indonesia. Volume 40. Jakarta.

MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, (2006). Edisi ke-6 2006-2007. Jakarta: PT.

InfoMaster.

(30)
(31)

Ruang Penjualan i. Ruang Tunggu ii. Etalase Susu

iii. Etalase Salep, Balsem dan Sabun iv. Etalase Permen dan Vitamin

v. Etalase Obat Bebas Tablet dan Kapsul vi. Etalase Pembalut dan Kapas

vii. Etalase Obat Bebas lainnya viii. Meja Kasir

ix. Etalase Sirup Obat Saluran Pencernaan dan Vitamin x. Etalase Sirup Obat Batuk

xi. Meja Pelayan

xii. Tempat Parkir Kendaraan Ruang Racik

A. Rak Drop B. Rak Sirup C. Rak Injeksi

D. Kulkas Menyimpan Injeksi

E. Meja aquadest dan Bahan Cair Lainnnya F. Meja Racik

G. Rak Tablet Berdasarkan Alphabet H. Lemari Obat Psikotropika

I. Lemari Obat narkotika J. Rak Sirup Obat Generik K. Rak Obat Generik L. Rak Salep Kulit

(32)

Lampiran 2. Surat Pesanan Apotek Kita Farma

APOTEK KITA FARMA

(BUKA 24 JAM)

JLN. HASANNUDDIN No. 23 BINJAI Telp. 8827993 (± 40 meter dari RSU Dr.R.M.Djoelham)

Apoteker: Dra. Umur Pandia No. SIK: 130/SU

Bersama ini kami memesan obat sebagai berikut:

No. Nama Obat Satuan Jumlah Obat Keterangan

Demikian dan terima kasih atas perhatian Saudara.

Binjai, tgl ...200....

(33)

Lampiran 3. Surat Pesanan Narkotika

Rayon : Model N.9

No. S.P : Lembar ke 1/2/3/4/5

SURAT PESANAN NARKOTIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Jabatan : ...

Alamat rumah : ...

Mengajukan pesanan narkotika kepada :

Nama distributor : ... Alamat & No. Telp : ... Sebagai berikut : ...

Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan

A p o t i k ... Lembaga

Binjai, ...20.... Pemesan

(...)

(34)

Lampiran 4. Surat Pesanan Psikotropika Nama Sarana : APOTEK KITA FARMA Nomor SIA : RA. 00.02.10.114955

Alamat : Jl. Sultan Hasanuddin No. 23 Binjai Telepon : Telp. 882793

SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA Nomor:

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Alamat : ... Jabatan : ... Mengajukan permohonan kepada :

Nama Perusahaan : ... Alamat : ... Jenis Psikotropika sebagai berikut:

Untuk keperluan Apotek :

(35)
(36)

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Apotek Kita Farma Binjai

Referensi

Dokumen terkait

Struktur 3D docking enzim tirosinase dengan senyawa baru turunan flavonoid dengan substitusi (-Br) pada atom C 7 cincin A, dan substitusi (-OH) pada atom C nomor 3 ’,

Sementara itu, konsep hak menguasai negara selain sebagaimana yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 3 UU Nomor 11 Tahun 1974 juga secara konstitusional harus merujuk pada

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang “ Perbedaan motivasi berobat pada penderita TB paru pada wilayah

Bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang paling urgent adalah dalam tahap penyusunan standar pelayanan publik (SPP). SPP merupakan standar

Berdasarkan hasil uji korelasi bivariat antara variabel bebas tingkat stres dan variabel terikat nilai SDLR dengan metode Spearman diperoleh nilai signifikansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh pendidikan kesehatan Pertolongan Pertama

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Sumbang II Kecamatan Sumbang Kabupaten

Untuk mengidentifikasi perbedaan pendidikan kesehatan metode demonstrasi secara langsung dengan metode menggunakan media audio visual tentang cuci tangan terhadap