• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP SWASTA DARUL ILMI MURNI KABUPATEN DELI SERDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP SWASTA DARUL ILMI MURNI KABUPATEN DELI SERDANG."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MELALUI PENDEKATAN

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP SWASTA DARUL ILMI MURNI

KABUPATEN DELISERDANG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

YENI LISTIANA

NIM: 8136172092

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

YENI LISTIANA. Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis dan Keterampilan Sosial Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik pada Siswa SMP Swasta Darul Ilmi Murni Kabupaten Deliserdang. Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). 2015.

Kata Kunci: Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik, Kemampuan Representasi Matematis dan Keterampilan Sosial.

(7)

ii ABSTRACT

YENI LISTIANA. The Increasing of Mathematical Representation’s Ability and Students’ Sosial Skills through Realistic Mathematics Education to Students in Junior High School at SMP Swasta Darul Ilmi Murni Deliserdang. Thesis. Medan. Mathematics Education Program Graduate Program, State University of Medan (UNIMED). 2015

Keywords: Realistic Mathematics Education, Mathematical Representation Ability and Sosial Skills.

This research aim are to investigate: (1) Whether the increasing of mathematical representation ability of the students who received Realistic Mathematics Education is higher than the students who received conventional learning, (2) Whether the increasing social skills of student who received Realistic Mathematics Education is higher than students who received conventional learning, (3) Whether there is an interaction between learning approach and mathematical early ability to increase mathematical representation ability, (4) Whether there is an interaction between learning approach and mathematical early ability to increase social skills of student, (5) How students’ activity during the learning process by using the Realistic Mathematics Education. The research is quasi experiment. The population in this research were all of students in Junior High School at SMP Swasta Darul Ilmi Murni Deliserdang. Then randomly were selected two classes. Experiment class were given learning through Realistic Mathematics Education and control class were given conventional learning. The instrument used consisted of: mathematical representation ability test and social skills of the student questionnaire. The instrument has been declared eligible content validity, and reliability coefficient of 0.9353 and 0.8539 respectively for the pretest and post-test mathematical representation ability. While the reliability coefficient for the social skills of students at 0.9335. Data was analyzed using t-test and two-way analysis of variance (ANOVA). Based on the results of the analysis obtained some results, they are: (1) The increasing of mathematical representation’s ability who received lesson through Realistic Mathematics Education is higher than students who received conventional learning, (2) The

increasing of students’ social skills who received lesson through Realistic

(8)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا ه مسب

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah

Yang Maha Sempurna dan Mengetahui Segalanya. Atas rahmatNya tesis ini

mampu penulis selesaikan dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak,

segala kurangan dan keterbatasan penyusunan tesis ini tidak akan teratasi dengan

baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka yang

telah berjasa, yaitu kepada:

1. Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si, selaku pembimbing I, yang penuh dengan

kesabaran telah berkenan memberikan bimbingan dan masukan kepada

penulis dari proses awal penulisan proposal hingga laporan hasil penelitian

ini selesai ditulis.

2. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk memberikan bimbingan dari

proses awal penulisan hingga selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan

Matematika PPs Unimed yang telah memberikan masukan-masukan untuk

membantu penulis dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Prodi Pendidikan

Matematika PPs Unimed sekaligus narasumber. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd

dan Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku narasumber yang telah banyak

membantu dalam memberikan arahan dan saran-saran kepada penulis dalam

penulisan tesis ini.

5. Bapak / Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang luar

biasa dan para pegawai Prodi Pendidikan Matematika PPs Universitas Negeri

Medan yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi sejak dalam

(9)

iv

6. Bapak Drs. Zul Amri, M.Si, Ph.D; Ibu Nurhasanah Siregar, M.Pd; Bapak

Drs. Syafari, M.Pd; Bapak Dedy Juliandri P, S.Pd, M.Si dan ibu Dira Puspita

Sari, M.Pd selaku validator perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

yang telah memberikan penilaian dan saran dalam perbaikan.

7. Teristimewa kepada ibunda Wartini dan ayahanda Wahidin Wahyudi yang

selalu memberi doa dan dukungan yang besar dalam penelitian ini sehingga

penelitian ini dapat selesai dengan baik.

8. Kepada para sahabat seangkatan di program S-2 pendidikan matematika PPs

UNIMED khususnya kelas B-2 dan semua pihak yang telah berjasa dan

banyak membantu penulis baik selama masa perkuliahan sampai penyusunan

tesis ini.

9. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan

beasiswa Pendidikan Pascasarjana bagi saya yang sangat membantu selama

studi saya.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan

khususnya dalam pendidikan matematika. Penulis menyadari bahwa tesis ini

masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan

berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Semoga Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada semua pihak yang telah berjasa

membantu penulis dalam meraih cita-citanya yang mulia ini.

Amin Ya Robbal Alamiin.

Medan, Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI

2.1.3 Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika ... 39

2.1.4 Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... 42

2.1.5 Pembelajaran Matematika Secara Biasa ... 53

2.1.6 Teori Belajar Pendukung ... 57

2.1.7 Hasil Penelitian yang Relevan dengan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... 66

2.2 Kerangka Konseptual ... 69

2.2.1 Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa yang Memperoleh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Lebih Tinggi daripada Pembelajaran Matematika Secara Biasa ... 70

2.2.2 Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa yang Memperoleh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Lebih Tinggi daripada Pembelajaran Matematika Secara Biasa ... 73

(11)

vi

2.2.4 Terdapat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematis terhadap Peningkatan

Keterampilan Sosial Siswa ... 77

2.2.5. Aktivitas Siswa yang Memperoleh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Lebih Baik daripada

3.6.2. Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 91

3.6.3. Angket Keterampilan Sosial Siswa ... 94

3.6.4. Format Observasi ... 97

3.7 Teknik Analisis Data ... 113

3.7.1. Uji Prasyarat Analisis ... 118

3.8 Prosedur Penelitian ... 125

3.9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 128

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 130

4.1.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematis ... 131

4.1.2. Deskripsi Kemampuan Representasi Matematis Siswa ... 136

4.1.2.1 Analisis Data Pretest dan Postest ... 137

4.1.2.2 Uji Normalitas dan Homogenitas Data Pretest Kemampuan Representasi Matematis ... 139

4.1.2.3 Uji Normalitas dan Homogenitas Data Postest Kemampuan Representasi Matematis ... 143

4.1.3. Analisis Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis ... 145

4.1.4. Deskripsi Data Keterampilan Sosial ... 149

4.1.4.1 Analisis Data Keterampilan Sosial Siswa di Awal Pembelajaran dan Akhir Pembelajaran... 149

(12)

4.1.4.3 Uji Normalitas dan Homogenitas Data Skor Keterampilan Sosial Siswa pada Akhir

Pembelajaran... 155

4.1.5. Analisis Peningkatan Keterampilan Sosial ... 157

4.1.6. Uji Hipotesis ... 161

4.1.6.1 Uji Hipotesis Pertama ... 161

4.1.6.2 Uji Hipotesis Kedua ... 163

4.1.6.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 165

4.1.6.4 Uji Hipotesis Keempat ... 171

4.1.7. Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran ... 178

4.2. Pembahasan Penelitian ... 181

4.2.1. Faktor Pembelajaran ... 182

4.2.2. Kemampuan Representasi Matematis ... 187

4.2.3. Keterampilan Sosial Siswa ... 191

4.2.4. Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematis Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis dan Keterampilan Sosial Siswa. ... 193

4.2.5. Keterbatasan Penelitian ... 197

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 199

5.2 Implikasi ... 201

5.3 Saran ... 203

DAFTAR PUSTAKA ... 206

DOKUMENTASI PENELITIAN ... 210

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Melalui Pendekatan

Pembelajaran Matematika Realistik ... 51

Tabel 2.2. Langkah-Langkah / Sintaks Model Pembelajaran Matematika Secara Biasa ... 56

Tabel 3.1. Tabel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel Terikat dan Variabel Kontrol ... 86

Tabel 3.2. Desain Penelitian ... 88

Tabel 3.3. Kriteria Pengelompokan Siswa Berdasarkan KAM ... 91

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 92

Tabel 3.5. Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 93

Tabel 3.6. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Sosial Siswa ... 95

Tabel 3.7. Skor Alternatif Jawaban Instrumen Keterampilan Sosial Siswa ... 95

Tabel 3.8. Deskripsi Indikator Pengembangan Angket Keterampilan Sosial Siswa ... 96

Tabel 3.9. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 99

Tabel 3.10. Lembar Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 101

Tabel 3.11. Daftar Nama Validator ... 104

Tabel 3.12. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 104

Tabel 3.13. Hasil Validasi Pretest Representasi Matematis ... 104

Tabel 3.14. Hasil Validasi Postest Representasi Matematis ... 105

Tabel 3.15. Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas ... 106

Tabel 3.16. Validitas Uji Coba Butir Soal Pretest Representasi Matematis ... 106

Tabel 3.17. Validitas Uji Coba Butir Soal Postest Representasi Matematis ... 107

Tabel 3.18. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 109

Tabel 3.19. Reliabilitas Uji Coba Butir Soal Pretest Representasi Matematis .. 109

Tabel 3.20. Reliabilitas Uji Coba Butir Soal Postest Representasi Matematis .. 109

Tabel 3.21. Reliabilitas Uji Coba Angket Keterampilan Sosial Siswa ... 110

Tabel 3.22. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Pretest Kemampuan Representasi Matematis ... 112

Tabel 3.23. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Postest Kemampuan Representasi Matematis ... 113

Tabel 3.24. Keterkaitan Antara Rumusan Masalah, Hipotesis, Data, Alat Uji, dan Uji Statistik ... 116

Tabel 3.25. Kriteria Skor Gain Ternormalisasi (Hake, 2002) ... 120

Tabel 3.26. Waktu Pelaksanaan Penelitian dan Indikator Kerja ... 128

Tabel 4.1. Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa Tiap Kelas Sampel Berdasarkan Nilai Tes Kemampuan Awal Matematika ... 131

(14)

Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Nilai Kemampuan Awal Matematika

Siswa ... 133 Tabel 4.4. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data KAM Siswa Kedua

Kelompok Pembelajaran ... 135 Tabel 4.5. Sebaran Sampel Penelitian ... 136 Tabel 4.6. Data Hasil Pretest dan Postest Kemampuan Representasi

Matematis ... 137 Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Pretest Kemampuan Representasi

Matematis (SPSS 20)... 139 Tabel 4.8. Hasil Uji Homogenitas Varians Pretest Kemampuan

Representasi Matematis (SPSS 20) ... 140 Tabel 4.9. Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Pretest Kemampuan

Representasi Matematis Kelompok Eksperimen dan Kontrol

(SPSS 20) ... 142 Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Postest Kemampuan Representasi

Matematis (SPSS 20)... 143 Tabel 4.11. Hasil Uji Homogenitas Varians Postest Kemampuan

Representasi Matematis (SPSS 20) ... 144 Tabel 4.12. Data Hasil Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis ... 145 Tabel 4.13. Hasil Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan

Representasi Matematis (SPSS 20) ... 147 Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan

Representasi Matematis (SPSS 20) ... 148 Tabel 4.15. Rekapitulasi Hasil Skor Keterampilan Sosial Siswa ... 150 Tabel 4.16. Hasil Uji Normalitas Data Keterampilan Sosial Siswa di Awal

Pembelajaran (SPSS 20) ... 152 Tabel 4.17. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Keterampilan Sosial

Siswa di Awal Pembelajaran (SPSS 20) ... 153 Tabel 4.18. Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Keterampilan Sosial

Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol pada Awal

Pembelajaran ... 154 Tabel 4.19. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Sosial Siswa pada Akhir

Pembelajaran (SPSS 20) ... 155 Tabel 4.20. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Keterampilan Sosial Siswa

Pada Akhir Pembelajaran (SPSS 20)... 157 Tabel 4.21. Rekapitulasi Data Hasil Skor N-Gain Keterampilan Sosial

Siswa ... 158 Tabel 4.22. Hasil Uji Normalitas Peningkatan Keterampilan Sosial

(SPSS 20) ... 159 Tabel 4.23. Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Keterampilan Sosial

(SPSS 20) ... 161 Tabel 4.24. Hasil Uji t Kemampuan Representasi Matematis Siswa

(SPSS 20) ... 162 Tabel 4.25. Hasil Uji t Keterampilan Sosial Siswa (SPSS 20) ... 164 Tabel 4.26. Hasil Uji ANAVA Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori

(15)

x

Tabel 4.27. Perhitungan ANAVA Dua Jalur untuk Uji Hipotesis Ketiga

(Perhitungan Manual) ... 169 Tabel 4.28. Tabel Ringkasan ANAVA Dua Jalur Untuk Uji Hipotesis Ketiga

(Perhitungan Manual) ... 170 Tabel 4.29. Hasil Uji ANAVA Berdasarkan Pembelajaran dan Kategori

KAM Uji Hipotesis Keempat (SPSS 20) ... 172 Tabel 4.30. Perhitungan ANAVA Dua Jalur untuk Uji Hipotesis Keempat

(Perhitungan Manual) ... 175 Tabel 4.31. Tabel Ringkasan ANAVA Dua Jalur Untuk Uji Hipotesis

Keempat (Perhitungan Manual) ... 176 Tabel 4.32. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan

Representasi Matematis dan Keterampilan Sosial Siswa pada

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Hasil Pekerjaan Siswa yang Berhubungan dengan

Representasi Matematis ... 9

Gambar 2.1. Konsep Matematisasi ... 45

Gambar 2.2. Matematisasi Horizontal dan Vertikal ... 50

Gambar 3.1. Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 127

Gambar 4.1. Diagram Rerata Pretest dan Postest Kemampuan Representasi Matematis ... 137

Gambar 4.2. Diagram Rerata Gain Kemampuan Representasi Matematis ... 146

Gambar 4.3. Diagram Rerata Skor Keterampilan Sosial Siswa ... 150

Gambar 4.4. Diagram Rerata Gain Keterampilan Sosial Siswa ... 158

Gambar 4.5. Perbandingan Kemampuan Representasi Matematis Siswa berdasarkan Pembelajaran dan KAM ... 168

(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A-1. RPP Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Pertama ... 211 A-2. RPP Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Kedua ... 219 A-3. RPP Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Ketiga ... 226 A-4. RPP Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Keempat ... 233 A-5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

Secara Biasa Pertemuan Pertama ... 240 A-6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

Secara Biasa Pertemuan Kedua ... 245 A-7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

Secara Biasa Pertemuan Ketiga ... 250 A-8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

Secara Biasa Pertemuan Keempat ... 255 A-9. LKS Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Pertama ... 261 A-10. LKS Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Kedua ... 267 A-11. LKS Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Ketiga ... 271 A-12. LKS Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pertemuan Keempat ... 275

LAMPIRAN B. INSTRUMEN PENELITIAN

B-1. Butir Soal Tes Kemampuan Awal Matematika ... 280 B-2 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Awal Matematika . 283 B-3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 284 B-4. Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi

Matematis ... 285 B-5. Butir Soal Pretest Kemampuan Representasi Matematis

Siswa ... 286 B-6. Alternatif Jawaban Soal Pretest Kemampuan

Representasi Matematis ... 292 B-7. Butir Soal Postest Kemampuan Representasi Matematis

(18)

B-8. Alternatif Jawaban Soal Postest Kemampuan

Representasi Matematis ... 302

B-9. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Sosial Siswa... 306

B-10. Angket Keterampilan Sosial Siswa ... 307

B-11. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 310

B-12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 314

LAMPIRAN C. HASIL VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN C-1 Laporan Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian... 319

C-2. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, Lembar Observasi Aktivitas Guru, Lembar Observasi Aktivitas Siswa) ... 322

C-3. Hasil Validasi Instrumen Penelitian (Butir Soal Pretest dan Butir Soal Postest Kemampuan Representasi Matematis, Angket Keterampilan Sosial Siswa) ... 329

C-4 Laporan Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 331

C-5. Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis dan Angket Keterampilan Sosial Siswa (Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran) ... 333

LAMPIRAN D. DATA HASIL PENELITIAN DAN UJI STATISTIK D-1. Kemampuan Awal Matematis (SPSS 20) ... 372

D-2. Kemampuan Representasi Matematis (SPSS 20) ... 378

D-3. Keterampilan Sosial Siswa (SPSS 20) ... 394

D-4. Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 406

D-5. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 407

D-6. Data Hasil Penelitian Menggunakan Perhitungan Manual ... 408

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi saat sekarang ini berkembang sangat

pesat. Semua itu tidak terlepas dari perubahan-perubahan dalam bidang

pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dari proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Namun untuk mewujudkan

hal tersebut tidaklah mudah, ada banyak masalah yang dihadapi. Salah satu

masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan.

Rendahnya mutu pendidikan tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi

belajar siswa. Terutama dalam bidang matematika prestasi siswa Indonesia masih

rendah. Sebagaimana yang dinyatakan Iryanti (2007:6) :

Hasil TIMSS 2007 yang dipublikasikan pada tahun 2009 menunjukkan Indonesia berada pada posisi ke-36 dari 48 negara dengan skor rata-rata 397, sementara skor rata-rata internasional TIMSS adalah 500. Posisi Indonesia relatif sangat rendah dibandingkan Negara-negara Asia Tenggara lain yang berpartisipasi dalam TIMSS 2007 seperti Thailand yang menempati posisi 29 dengan skor rata-rata 441, Malaysia yang menempati posisi ke-20 dengan skor rata-rata 474, dan Singapura yang menempati posisi ke-3 dengan skor 593.

(20)

2

Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

diperbincangkan adalah bahwa proses pembelajaran yang berlangsung di kelas

masih terlalu didominasi oleh peran guru (teacher centered). Pendidikan di

Indonesia kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata

pelajaran untuk mengembangkan cara berpikir. Sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Iryanti (2007:8) menyatakan bahwa:

Teacher centered dalam pengajaran matematika SMP Kelas 8 masih dominan. Terlihat jelas dari rasio kata-kata yang diucapkan guru terhadap siswa yaitu 25:1. Walaupun demikian guru dan siswa Indonesia cenderung lebih “diam” dibandingkan dengan guru dan siswa negara-negara lain. Sedangkan strategi mengajar yang paling banyak dilakukan adalah ekspositori (ceramah) yang memakan waktu rata-rata 52% dari waktu kelas.

Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini menuntut kinerja guru

matematika lebih proaktif untuk mengatasi semua kesulitan belajar siswa. Pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22

Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata

pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Mengembangkan kemampuan berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus

(21)

3

hierarkis, terstruktur, logis dan matematis mulai dari konsep yang paling

sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.

Bagaimanapun baiknya kurikulum apabila ditangani oleh guru yang tidak

kompeten, prestasi belajar siswa tidak dapat diharapkan berhasil dengan baik.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iryanti (2007:8) bahwa

“faktor guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Sikap siswa

terhadap matematika sudah bagus tetapi kalau tidak didukung oleh faktor guru

yang berkualitas tentu tidak akan terjadi pembelajaran yang bermutu”. Untuk itu

peran guru sangat penting dalam memahami kemampuan peserta didik, sikap dan

keterampilan sosial yang mempengaruhi cara belajarnya dan pemilihan model

pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan setiap materi. Belajar menyatakan

ide-ide matematis dalam bentuk gambar, grafik, tulisan atau simbol-simbol

matematis dan melakukan pemodelan matematis merupakan salah satu kunci

sukses dalam belajar matematika. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa

yang mampu menyatakan ide-ide matematis dalam bentuk gambar, grafik, tulisan

atau simbol-simbol matematis dan melakukan pemodelan matematis berarti

memiliki kemampuan representasi yang baik. Tetapi pada kenyataan di lapangan

sangatlah susah bagi siswa menyatakan ide matematis dalam bentuk gambar dan

simbol-simbol.

Representasi merupakan salah satu kemampuan matematis yang sangat

penting. Kemampuan representasi merupakan salah satu komponen standar proses

dalam Principles and Standards for School Mathematics. NCTM (2000)

(22)

4

tidak lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan: (1) pemecahan masalah matematika

(mathematical problem solving); (2) penalaran matematika (mathematical

reasoning);(3) komunikasi matematika (mathematical communication); (4)

mengaitkan ide-ide matematika (mathematical connections); (5) representasi

matematis (mathematical representation).

Pentingnya kemampuan representasi matematis untuk dimiliki oleh siswa

sangat membantu siswa dalam memahami konsep matematis berupa gambar,

simbol, dan kata-kata tertulis. Penggunaan representasi yang benar oleh siswa

akan membantu siswa menjadikan gagasan-gagasan matematis lebih konkrit.

Suatu masalah yang rumit akan menjadi lebih sederhana jika menggunakan

representasi yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan, sebaliknya

konstruksi representasi yang keliru membuat masalah menjadi sukar untuk

dipecahkan. Meskipun representasi merupakan salah satu standar yang harus

dicapai dalam pembelajaran matematika, akan tetapi pelaksaannya bukan

merupakan hal yang mudah.

Pentingnya representasi juga dinyatakan oleh Ozmantar (2010:1):

The research on Multiple Representation indicates two important benefits in their use: 1) Representation cater for wider range of students with different learning styles and hence promote conditions for effective learning and 2) use of Multiple representation leads students into deeper understanding of the subject as each representation emphasizes different aspect of the same concept.

Ozmantar (2010:1) menyebutkan bahwa penggunaan berbagai representasi

(23)

5

berbagai gaya belajar yang berbeda sehingga membuat kondisi pembelajaran

menjadi efektif. 2) Penggunaan representasi membuat siswa memahami subjek

lebih dalam karena setiap representasi menekankan aspek yang berbeda dari

konsep yang sama.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa Indonesia terutama pada materi

persamaan linear dua variabel dapat dilihat dari persentase siswa dalam

menyelesaikan soal yang tercakup dalam evaluasi TIMMS tahun 2003 berikut ini

Soal 1:

Rata-rata untuk soal ini adalah 42 % Sedangkan Indonesia hanya 33 %

(TIMSS, 2003:15). Ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam

menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua variabel sangat rendah karena di

bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan kebanyakan sekolah. Soal ini

menuntut keterampilan lebih lanjut dalam menghilangkan salah satu variabel

untuk mendapatkan nilai variabel yang lain. Untuk menyelesaikan soal ini siswa

harus menguasai persamaan linier satu variabel.

Untuk soal seperti ini seharusnya siswa dengan mudah menyelesaikannya

karena variabel y mempunyai koefisien yang sama sehingga bisa langsung didapat

nilai x. Kemudian dengan cara substitusi bisa didapat nilai y. Cara lain adalah If x plus 3y equals 11 and 2 plus x 3y equals 13

If x3y11 and 2x3y13, then y =

(24)

6

dengan menyamakan variabel x untuk mendapatkan nilai y. Untuk menyelesaikan

soal seperti ini kemampuan awal matematis siswa dalam aljabar sangat

dibutuhkan, khususnya dalam penyelesaian persamaan linier satu variabel

sebelum menyelesaikan system persamaan linier dua variabel.

Sedangkan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah

kontekstual pada materi persamaan linear dua variabel dapat dilihat dari

persentase siswa dalam menyelesaikan soal yang tercakup dalam evaluasi TIMMS

(2003:18-19) berikut ini

Soal 2:

Rata-rata internasional untuk soal ini adalah 25%, Sedangkan Indonesia

hanya 16 % (TIMSS, 2003:18-19). Artinya hanya 16% dari siswa Indonesia yang

dapat menyelesaikan soal ini dengan benar. Soal ini dalam bentuk cerita dan siswa

dituntut untuk mengubahnya kedalam variabel matematika. Berdasarkan

persentase siswa Indonesia yang berhasil menjawabnya dengan benar jauh di

bawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan kebanyakan sekolah walaupun

soal ini terbilang sangat mudah. Hal ini tampaknya berakar pada minimnya 7 oranges and 4 lemons cost 43 zeds

Di sebuah pasar, 7 jeruk and 4 lemon seharga 43 zeds, and 11 jeruk and 12 lemon seharga 79 zeds. Gunakan x untuk menyatakan harga sebuah jeruk and y untuk menyatakan harga sebuah lemon, tulislah

dua persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan nilai x and y.

Persamaan 1: ………

(25)

7

kemampuan siswa memahami kalimat verbal dan membuat representasi internal

dari situasi eksternal.

Marzana & Kendall, 2007 (dalam Minarni, 2013:5) menyebutkan:

Rendahnya pemahaman siswa pada gilirannya diduga disebabkan kurang atau

tidak terampilnya siswa membangun representasi internal (mental image) dari

obyek matematis dan sebaliknya menuangkan representasi internal ke dalam

representasi eksternal (sketsa, gambar, grafik, tabel, persamaan matematis),

sedangkan lemahnya kemampuan representasi adalah karena lemahnya

kemampuan melakukan integrasi dan simbolisasi.

Rendahnya kemampuan representasi matematis telah menarik perhatian

banyak peneliti. Sebagian peneliti menemukan kesulitan siswa dalam menuangkan

representasi internal ke dalam representasi eksternal (sketsa, gambar, grafik, tabel,

persamaan matematis) atau sebaliknya diakibatkan oleh minimnya pengetahuan

dasar matematis yang seharusnya dimiliki siswa, serta tidak terampilnya siswa

memilih dan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan

soal. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hwang (2010), Ozmantar

(2010), Bosse (2011), dan Abdullah (2012).

Untuk mengetahui kemampuan representasi matematis siswa SMP Swasta

Darul Ilmi Murni, dilakukan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 11

september 2014 terhadap siswa kelas VIII SMP. Hasil observasi menunjukkan

bahwa kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika cukup baik tetapi siswa

(26)

8

representasi matematis siswa. Dari soal yang mengukur kemampuan representasi

matematis ternyata hanya 15% siswa yang sudah benar menyajikan informasi

kedalam persamaan matematika, grafik atau tabel secara lengkap, dan

mendapatkan penyelesaian masalah. Sebanyak 10% siswa sudah benar

menyajikan informasi dari masalah ke dalam persamaan matematika, grafik atau

tabel, namun belum ada penyelesaian masalah. Sebanyak 20% siswa sudah benar

menyajikan informasi dari masalah kedalam persamaan matematika, grafik, atau

tabel namun kurang lengkap. Siswa yang sudah menyajikan data atau informasi

dari masalah ke dalam persamaan matematika, grafik atau tabel, namun belum

benar sebanyak 30%. tidak dapat memahami soal sehingga sama sekali tidak

dijawab sebanyak 25%.

Adapun model soal tes yang diberikan adalah: “Pak Tarno memiliki

sebidang tanah berbentuk persegi panjang. Lebar tanah tersebut 4m lebih pendek

daripada panjangnya. Misalkan panjang tanah adalah x dan keliling tanah 80m,

Tentukan:

a. Model matematika dari soal di atas

b. Luas tanah pak Tarno

(27)

9

(a)

(b)

(c)

Gambar 1.1. Hasil Pekerjaan Siswa yang Berhubungan dengan Representasi Matematis

Dari jawaban siswa terlihat bahwa kemampuan representasi siswa rendah.

Siswa tidak mampu merepresentasikan permasalahan ke dalam model

matematika. Siswa kurang memahami masalah sehingga salah dalam

(28)

10

dalam menggunakan persamaan matematis dari soal cerita, grafik atau tabel belum

memperlihatkan jawaban yang benar. Beberapa siswa mencoba beberapa angka

untuk mendapatkan jawaban karena tidak mampu membuat representasi dalam

bentuk persamaan atau ekspresi matematis

Sehubungan dengan rendahnya kemampuan representasi matematis siswa,

para peneliti menduga hal itu tidak lepas dari sistem pembelajaran yang

diterapkan guru di sekolah. Secara umum, ditemukan pola pembelajaran masih

didominasi model atau pendekatan pembelajaran biasa. Pembelajaran di kelas

didominasi oleh guru melalui metode ceramah dan ekspositori.

Supinah (2010:1) menyatakan bahwa:

Orientasi pendidikan di Indonesia pada umunya mempunyai ciri-ciri cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai objek, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi. Hal ini mengidentifikasi bahwa dalam pembelajaran di sekolah guru masih menggunakan cara-cara tradisional atau konvensional. Pada pembelajaran konvensional dilihat dari kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran bekerja untuk dirinya sendiri, mata ke papan tulis dan penuh perhatian, mendengarkan guru dengan sekasama, dan belajar hanya dari guru atau bahan ajar, bekerja sendiri, diam adalah emas, serta hanya guru yang membuat keputusan dan siswa pasif.

Pendekatan pembelajaran yang terus menerus dilaksanakan seperti

demikian tentu saja tidak sejalan dengan tuntutan yang menginginkan agar siswa

membangun pengetahuan dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan,

Menyimpulkan, dan Mencipta sesuai dengan kurikulum saat ini. Siswa yang

mendapat pembelajaran seperti itu akan kesulitan dan tidak dapat bergerak maju

ketika dihadapkan pada soal cerita atau masalah yang tidak biasa terutama yang

(29)

11

mendengarkan penjelasan guru, kemudian mengerjakan soal setelah guru selesai

memaparkan materi pelajaran lengkap dengan sejumlah contoh soal dan

penyelesaiannya. Cara belajar siswa dan pembelajaran seperti ini tidak akan

memungkinkan siswa memiliki kemampuan berpikir matematis seperti

kemampuan representasi matematis. Kemampuan berpikir matematis sulit untuk

dikembangkan jika pembelajaran matematika hanya fokus pada aspek

pengetahuan prosedural. Pengembangan kemampuan berpikir matematis

memerlukan penekanan pada pengetahuan konseptual dan kontekstual

Wijaya (2012: 31) menyatakan “kesulitan siswa dalam belajar matematika

disebabkan karena konsep matematika yang dipelajari tidak bermakna”. Siswa

yang berkemampuan lambat memerlukan suatu pembelajaran yang menyajikan

konsep matematika secara bermakna. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah

melalui pembelajaran matematika yang menempatkan matematika sebagai bagian

dari pengalaman hidup siswa sehingga konsep matematika menjadi lebih

bermakna bagi mereka.

Sedangkan Shadiq (2010:2) menyebutkan : “Contextual problem (masalah

kontekstual) merupakan inti dari pembelajaran matematika. Pentingnya masalah

kontekstual ini didasarkan akan pentingnya paradigma pembelajaran yang

berpusat pada siswa. Salah satu pendekatan yang pembelajarannya berpusat pada

siswa adalah Realistic Mathematics Education (RME)”. Penggunaan konteks

dalam pembelajaran matematika dapat membuat konsep matematika menjadi

lebih bermakna bagi siswa karena konteks dapat menyajikan konsep matematika

(30)

12

tidak cenderung menghafal rumus matematika tanpa menemukan dan memaknai

konsepnya.

Beberapa peneliti telah mencobakan model, pendekatan, strategi dan atau

metode yang diduga kuat dapat mendukung pengembangan kemampuan berpikir

matematis siswa khususnya kemampuan representasi matematis. Sesuai dengan

hasil penelitian Murni (2012) menggunakan pembelajaran metakognitif dan

pembelajaran metakognitif berbasis soft skill, Mandur (2013) menggunakan

disposisi matematis, Hutagaol (2013) menggunakan pembelajaran kontekstual.

Semua model atau pendekatan pembelajaran yang digunakan para peneliti tersebut

ternyata secara umum telah berhasil dalam mendorong siswa mencapai

kemampuan representasi matematis.

Sedangkan pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan

salah satu pendekatan pembelajaran yang juga banyak digunakan para peneliti dan

berhasil meningkatkan berbagai kemampuan matematis siswa. Sejak tahun 1971,

the Freudenthal Institute mengembangkan sebuah teori pendekatan pembelajaran

matematika yang disebut dengan Realistic Mathematics Education (RME). RME

dikembangkan berdasarkan pandangan tentang matematika, bagaimana siswa

belajar matematika, dan bagaimana seharusnya matematika diajarkan. Pendekatan

tersebut dipengaruhi oleh pemikiran Hans Freudenthal, seorang pendidik dan

sekaligus ahli matematika, yang beranggapan bahwa matematika merupakan suatu

aktivitas manusia. Beliau menyatakan bahwa siswa tidak bisa dianggap sebagai

penerima pasif dari pembelajaran matematika, namun pembelajaran matematika

(31)

13

pengetahuan matematika dengan memanfaatkan berbagai kesempatan dan situasi

nyata yang dialami siswa.

Pada saat ini, RME telah diadopsi di beberapa negara di antaranya

Amerika Serikat, Amerika Latin, Afrika Selatan, termasuk Indonesia. Penerapan

RME diberbagai Negara telah disesuaikan dengan budaya dan kehidupan

masyarakatnya. Karena RME berawal dari satu hal yang nyata dan disesuaikan

dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat. Hal inilah yang menjadi salah

satu alasan mengapa RME dapat diterima diberbagai negara. Beberapa peneliti

seperti Turmudi (2009) menemukan bahwa RME memungkinkan siswa Indonesia

untuk mulai mencintai matematika karena dengan RME mereka merasa

matematika lebih berguna dan bermakna. Hasratuddin (2010) menyebutkan

pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Webb (2011) mencatat

pendekatan pembelajaran matematika realistik membantu pemahaman siswa

dalam logaritma. Athar (2012) Pendekatan pembelajaran matematika realistik

dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan motivasi belajar siswa.

Arsaythamby dan Zubainur (2014) mencatat keberhasilan pendekatan

pembelajaran matematika realistik dalam meningkatkan kemampuan siswa

berpikir aktif.

Selanjutnya, mengingat aspek-aspek afektif seperti keterampilan sosial

juga penting dikembangkan siswa maka perlu kiranya diselidiki apakah

pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat mengembangkan aspek ini

(32)

14

mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan dan norma

yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai

keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap

lingkungan sekitarnya.

Thalib (2010:159) menyebutkan bahwa:

Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan-keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normative, misalnya, perilaku asosial ataupun antisosial. Bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrem bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan dan perilaku negatif lainnya.

Selanjutnya Muijs dan Reynold (2008:203) menyebutkan “Keterampilan

sosial siswa penting untuk ditingkatkan karena kurangnya aspek keterampilan

sosial ditemukan berhubungan depresi dan kecemasan dan dengan prestasi

akademik yang rendah”. Keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri

menjadi semakin penting ketika anak sudah menginjak masa remaja karena pada

masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana

pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP

Swasta Darul Ilmi Murni pada tanggal 11 september 2014, beliau mengatakan

bahwa siswa SMP Swasta Darul Ilmi Murni cenderung lebih diam sehingga

kegiatan pembelajaran matematika masih banyak didominasi oleh aktivitas guru.

Hal ini dapat dilihat pada saat guru menjelaskan materi pelajaran namun siswa

(33)

15

memberikan pendapat pada saat guru memberikan pertanyaan, atau menanggapi

jawaban teman lainnya, bahkan takut bertanya walaupun sebenarnya belum

paham tentang apa yang dipelajari, tidak merespon saat guru menyajikan

pekerjaan yang keliru, siswa hanya mengerjakan atau mencatat apa yang

diperintahkan oleh guru. Hal ini diduga karena pendekatan pembelajaran yang

digunakan kurang merespon siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Ini

menunjukkan bahwa keterampilan sosial siswa perlu ditingkatkan melalui

pendekatan pembelajaran yang lebih aktif dan inovatif salah satunya adalah

pendekatan pembelajaran matematika realistik.

Pentingnya keterampilan sosial untuk dikembangkan dalam pembelajaran

dinyatakan oleh Kadir (2008:348) yang menyebutkan bahwa:

Keterampilan sosial siswa penting dikembangkan karena semakin kompleksnya permasalahan kehidupan yang akan dihadapai siswa pada masa mendatang. Siswa dapat mengatasi masalah tersebut jika mampu menempatkan dirinya secara baik dalam berinteraksi dengan orang lain. Ketika berinteraksi, siswa membutuhkan sikap dan pola pikir yang logis, konsisten dan sistematis. Nilai-nilai ini dapat ditanamkan dalam pembelajaran matematika

Pendekatan pembelajaran matematika realistik diharapkan dapat

mengembangkan keterampilan sosial siswa karena salah satu karakteristik

pendekatan pembelajaran matematika realistik adalah interaktivitas yang mana

proses belajar seseorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara

bersamaan merupakan suatu proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih

singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan

(34)

16

Sejalan dengan itu Wijaya (2012:23) menyebutkan “pemanfaatan interaksi

dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan

kognitif dan afektif siswa secara simultan”.

Indikator keterampilan sosial yang diselidiki dalam penelitian ini

diadaptasi dari Gresham, Sugai & Horner, 2001 (dalam Bremer, 2004:3) meliputi

kemampuan berhubungan dengan orang lain (peer relational skills), kemampuan

mengatur diri (self-management skills) dan merespon kritik, kemampuan yang

berkaitan dengan sisi akademis (academic skills), kemampuan mematuhi aturan

(compliance skills), dan kemampuan menyatakan pendapat (Assertion skills).

Hal-hal tersebut secara implisit mencakup kemampuan berkomunikasi (verbal maupun

nonverbal) yang merupakan inti dari keterampilan sosial

Faktor lain yang diduga juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan

kemampuan representasi matematis dan keterampilan sosial siswa adalah

kemampuan awal matematis siswa. Uno (2008:58) menyatakan bahwa

“kemampuan awal amat penting peranannya dalam meningkatkan kebermaknaan

pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan

proses-proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar”. Kemampuan

siswa pada kelompok tinggi akan cenderung memiliki kemampuan belajar yang

baik. Kemampuan siswa pada kelompok rendah akan cenderung memiliki

kemampuan belajar yang rendah.

Kemampuan awal matematis siswa dalam penelitian ini dikategorikan

kedalam tiga kelompok yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Adapun tujuan

(35)

17

heterogen, untuk melihat adakah pengaruh bersama antara pembelajaran yang

digunakan dan kemampuan awal matematis siswa terhadap perkembangan

kemampuan representasi matematis dan keterampilan siswa.

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran

matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pentingnya representasi

matematis dan sikap siswa yang akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar

matematika. Perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat

mengakomodasi peningkatan representasi matematis dan keterampilan sosial

siswa terhadap matematika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan representasi matematis dan keterampilan sosial siswa SMP Swasta

Darul Ilmi Murni. Karena berdasarkan observasi awal kemampuan representasi

dan keterampilan sosial siswa rendah. Walaupun hasil belajar siswa secara

keseluruhan cukup baik tetapi siswa lemah dalam menyelesaikan soal yang

menuntut kemampuan representasi matematis. Sementara representasi matematis

dan keterampilan sosial siswa adalah penting untuk ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlu upaya mengungkap apakah

pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran matematika

secara biasa memiliki perbedaan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan

representasi matematis dan keterampilan sosial siswa di SMP Swasta Darul Ilmi

Murni. Hal itulah yang mendorong dilakukan suatu penelitian dengan tema

Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis dan Keterampilan Sosial

(36)

18

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas,

teridentifikasi beberapa masalah, diantaranya:

1. Hasil Belajar matematika siswa masih rendah

2. Siswa kurang dibiasakan menyelesaikan masalah yang bersifat kontekstual,

cenderung menghafal rumus matematika tanpa menemukan dan memaknai

konsepnya

3. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan masalah

berbentuk repesentasi matematis, sehingga kemampuan representasi

matematis siswa rendah

4. Kurangnya interaktivitas dalam pembelajaran sehingga keterampilan sosial

siswa rendah

5. Aktifitas belajar siswa selama pembelajaran masih pasif karena aktifitas guru

yang dominan sehingga mempersempit kesempatan siswa untuk aktif.

6. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang efektif dan kurang tepat

dengan karekteristik materi pelajaran dan metode mengajar, serta kurang

beragamnya model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

masalah pada penelitian ini dibatasi agar lebih fokus dan mencapai tujuan yang

(37)

19

1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan masalah

berbentuk repesentasi matematis, sehingga kemampuan representasi

matematis siswa rendah

2. Kurangnya interaktivitas dalam pembelajaran sehingga keterampilan sosial

siswa rendah

3. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang efektif dan kurang tepat

dengan karekteristik materi pelajaran dan metode mengajar, serta kurang

beragamnya pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Untuk itu peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran

matematika realistik sebagai pendekatan pembelajaran pada materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang

memperoleh pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?

2. Apakah peningkatan keterampilan sosial siswa yang memperoleh pendekatan

pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang

(38)

20

3. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan representasi

matematis?

4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematis terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa?

5. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran matematika realistik?

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang peningkatan kemampuan representasi matematis dan keterampilan sosial

siswa melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik. Secara lebih khusus

penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan representasi matematis

siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih

tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan keterampilan sosial siswa yang

memperoleh pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi

daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa

3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran

dengan kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan

(39)

21

4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran

dengan kemampuan awal matematis terhadap peningkatan keterampilan sosial

siswa

5. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi siswa, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan representasi

dan keterampilan sosial siswa.

2. Bagi guru, pengalamannya dalam menerapkan pendekatan

pembelajaran matematika realistik dapat menjadikan matematika

realistik sebagai pendekatan pembelajaran alternatif dalam proses

pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan

representasi dan keterampilan sosial siswa.

3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat

berharga dan dapat dijadikan acuan/referensi untuk penelitian lain dan

penelitian yang relevan

4. Bagi para pengambil kebijakan pendidikan, diharapkan dapat dijadikan

sebagai sebuah rujukan dalam meningkatkan kemampuan kompetensi

(40)

22

1.7. Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan

penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan

definisi operasional:

1. Representasi Matematis adalah ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan

atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upaya mencari suatu

solusi dari masalah yang sedang dihadapinya meliputi representasi objek

dunia nyata, representasi konkret, representasi simbol aritmetika, representasi

bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar, tabel, atau grafik.

2. Kemampuan Representasi Matematis adalah kemampuan untuk menyatakan

ide-ide matematika dalam bentuk gambar, tabel, grafik, diagram,

simbol-simbol matematika, bahasa lisan atau verbal, kemampuan menyelesaikan

masalah dunia nyata dan soal cerita. Kemampuan representasi matematis

yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: (1) Kemampuan representasi

visual (2) Kemampuan representasi ekspresi matematis dan (3) Kemampuan

representasi dengan kata-kata atau teks tertulis

3. Keterampilan Sosial adalah perilaku-perilaku yang mendukung kesuksesan

hubungan sosial dan memungkinkan individu untuk bekerja bersama orang

lain secara efektif. Aspek-aspek keterampilan sosial meliputi kemampuan

berhubungan dengan orang lain (peer relational skills), kemampuan mengatur

diri (self-management skills) dan merespon kritik, kemampuan yang berkaitan

dengan sisi akademis (academic skills), kemampuan mematuhi aturan

(41)

23

4. Pendekatan pembelajaran matematika realistik adalah suatu pendekatan

realistik yang merujuk pada teori RME (Realistic Mathematics Education)

yang memiliki 3 prinsip yaitu guided reinvention and progressive

mathematization, didactical phenomenology, self-developed models dan 5

karekteristik yaitu : (1) menggunakan masalah konsektual, (2) menggunakan

model, (3) menggunakan kontribusi siswa, (4) interaktif, dan (5)

menggunakan keterkaitan (intertwinment).

5. Pembelajaran Biasa yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran yang mengacu pada metode ceramah yang diselingi dengan

tanya jawab dan penugasan dimana guru menjelaskan materi pelajaran dan

memberikan contoh, kemudian siswa mengerjakan latihan secara individual

dan guru memberikan umpan balik serta memberi tugas tambahan.

6. Kemampuan Awal Matematis (KAM) adalah kemampuan matematis yang

telah dimiliki siswa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. KAM

diklasifikasikan kedalam kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

7. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses

interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar sehingga

terciptalah situasi belajar aktif yaitu suatu sistem belajar mengajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional

guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif,

(42)

24

8. Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan kemampuan representasi

matematis dan keterampilan sosial siswa, yang ditinjau berdasarkan gain

(43)

199

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan yang

berkaitan dengan faktor pembelajaran, kemampuan awal matematis, kemampuan

representasi matematis, keterampilan sosial siswa, dan keaktifan siswa dalam

pembelajaran. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah:

1. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh

pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa

yang memperoleh pembelajaran biasa. Ditinjau dari indikator

representasi matematis, peningkatan tertinggi untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol adalah pada indikator ke-3 yaitu Menuliskan

bentuk ekspresi matematis dari suatu masalah, gambar, diagram,

grafik atau tabel yang disajikan, dengan rata-rata gain 0,91 pada

kelas eksperimen dan 0,58 pada kelas kontrol.

2. Peningkatan keterampilan sosial siswa yang memperoleh pendekatan

pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang

memperoleh pembelajaran biasa. Ditinjau dari indikator keterampilan

sosial, peningkatan tertinggi untuk kelas eksperimen adalah pada

indikator ke-5 yaitu Assertion Skills (Keterampilan menyatakan

pendapat) dengan rata-rata gain 0,61. Sedangkan peningkatan

(44)

200

tertinggi untuk kelas kontrol adalah pada indikator pertama yaitu

Peer Relation Skill (Keterampilan Berhubungan dengan orang lain)

dengan rata-rata gain 0,58.

3. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematis siswa terhadap peningkatan kemampuan representasi matematis

siswa. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran

(Matematika Realistik dan pembelajaran biasa) dan kemampuan awal

matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah) tidak memberikan pengaruh

secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan

representasi matematis. Perbedaan peningkatan kemampuan representasi

matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan bukan

karena kemampuan awal matematis siswa.

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematis siswa terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa. Hal ini

juga diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran (Matematika Realistik

dan pembelajaran biasa) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi,

sedang dan rendah) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang

signifikan terhadap peningkatan keterampilan sosial siswa. Perbedaan

peningkatan keterampilan sosial disebabkan oleh perbedaan pembelajaran

yang digunakan bukan karena kemampuan awal matematis siswa.

5. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran matematika realistik berkategori baik. Hal ini

(45)

201

berturut-turut yaitu : 66,67; 76,67; 86,67; dan 93,33 dengan rata-rata 80,83

(kategori baik).

5.2 Implikasi

Fokus utama dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan

representasi matematis dan keterampilan sosial siswa melalui pendekatan

pembelajaran matematika realistik. Tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran

ini, diawali dengan pemberian tantangan atau masalah kontekstual bagi siswa,

kemudian mereka menyelesaikannya dengan penggunaan pengetahuan informal

yang dimiliki dalam kelompoknya masing-masing, selanjutnya berdiskusi secara

klasikal sebagai tahap refleksi. Jika interaksi siswa tidak muncul sebagaimana

yang diharapkan, seperti ketidakmampuan siswa mengaitkan konsep-konsep

matematis sebelumnya dengan informasi yang terdapat dalam masalah, maka guru

dapat memberikan bantuan secara tidak langsung. Bantuan tersebut yaitu dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, sehingga terjadi interaksi

antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan konteks masalah

atau lingkungan.

Untuk meningkatkan interaksi siswa dengan siswa dalam kelompoknya,

maka pembagian kelompok dilakukan peneliti dengan memperhatikan

kemampuan awal matematis (KAM) siswa. Dalam peningkatan kemampuan

representasi matematis berdasarkan KAM, pendekatan pembelajaran matematika

realistik berpengaruh pada semua kategori KAM. Beberapa penyebabnya adalah

(46)

202

masalah kontekstual yang nyata atau dapat dibayangkan dan terjangkau oleh

imajinasi siswa atau masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sangat

sesuai bagi siswa kelompok KAM sedang dan KAM rendah. Hal ini

dimungkinkan karena melalui pemodelan informal inilah proses matematisasi

horizontal dalam pembelajaran matematika membantu siswa kelompok KAM

sedang dan KAM rendah.

Kedua, peran guru (intervensi) dalam pendekatan pembelajaran

matematika realistik sebagai fasilitator, mediator, dan partner mendampingi siswa

dalam membentuk pengetahuan dengan melakukan negosiasi secara eksplisit,

intervensi, kooperatif, penjelasan, pembenaran setuju dan tidak setuju, pertanyaan

atau refleksi dan evaluasi. Scaffolding yang diberikan oleh guru seperti diatas

lebih sangat dibutuhkan bagi siswa kelompok KAM sedang dan KAM rendah

dibandingkan dengan kelompok KAM tinggi. Sedangkan dalam peningkatan

keterampilan sosial siswa, pendekatan pembelajaran matematika realistik juga

berpengaruh pada semua kategori KAM.

Dari hasil penelitian yang ditemukan maka proses pembelajaran

matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik, telah berhasil

meningkatkan kemampuan representasi matematis dan keterampilan sosial siswa

secara signifikan pada kelompok kemampuan matematis tinggi, sedang dan

rendah. Selain itu hasil penelitian juga menunjukan bahwa peningkatan

kemampuan representasi matematis dan keterampilan sosial siswa dengan

pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada pembelajaran

(47)

203

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian, maka berikut ini

beberapa saran yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang

berkepentingan terhadap penggunaan pendekatan pembelajaran matematika

realistik dalam proses pembelajaran matematika . Saran-saran tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Kepada Guru

a. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran matematika

realistik dapat: (1) meningkatkan kemampuan representasi matematis, (2)

meningkatkan keterampilan sosial siswa, (3) sesuai untuk semua tingkat

kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah), (4) dapat

membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian,

pendekatan pembelajaran matematika realistik sangat potensial untuk

diterapkan dalam pembelajaran matematika.

b. Dalam pembelajaran matematika realistik guru berperan sebagai fasilitator

dan moderator. Oleh karena itu, guru matematika yang akan menerapkan

pendekatan pembelajaran matematika realistik perlu memperhatikan

hal-hal berikut: (a) tersedianya bahan ajar dalam bentuk masalah kontekstual

yang berfungsi sebagai informal matematika (model off) yang dapat

mengantarkan sampai ke formal matematika (model for) dalam proses

belajar. (b) diperlukan pertimbangan bagi guru dalam melakukan

intervensi sehingga usaha siswa untuk mencapai perkembangan aktualnya

(48)

204

siswa dan memiliki berbagai kemungkinan penyelesaian dari

permasalahan yang disajikan. Ini dimaksudkan agar guru dapat

berimprovisasi dalam menanggapi berbagai pertanyaan dari siswa.

c. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana

belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengungkapkan gagasan-gagasan matematika dalam bahasa dan

cara mereka sendiri, sehingga dalam belajar matematika siswa

menjadi berani berargumentasi, lebih percaya diri dan kreatif.

d. Dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik, keberhasilan siswa

dalam suatu proses pembelajaran tidak cukup hanya melalui tes tertulis

tetapi diperlukan alat evaluasi yang mampu mengevaluasi seluruh kegiatan

siswa selama proses pembelajaran, misalnya menilai aktivitas belajar

siswa seperti mengajukan pertanyaan dan yang merespon pendapat teman

atau guru yang relevan khususnya ketika diskusi kelas dalam proses

pembelajaran.

2. Kepada Lembaga Terkait

a. Pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat dijadikan sebagai

salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan representasi

matematis dan keterampilan sosial siswa pada pokok bahasan sistem

persamaan linear dua variabel sehingga dapat dijadikan masukan bagi

sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif

(49)

205

b. Karena pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan

kemampuan representasi matematis dan keterampilan sosial siswa, maka

diharapkan dukungan dari instansi terkait untuk mensosialisasikan

penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik di sekolah

melalui MGMP matematika, pelatihan guru-guru matematika atau melalui

seminar.

3. Kepada Peneliti Lanjutan

a. Kemampuan matematika yang diteliti dalam penelitian ini adalah

kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII pada materi sistem

persamaan linear dua variabel, untuk itu bagi para peneliti selanjutnya

dapat menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik pada

kelas dan materi yang berbeda serta aspek kemampuan yang lain.

b. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian dengan pendekatan

pembelajaran matematika realistik, hendaknya melakukan penelitian pada

populasi yang lebih besar agar hasilnya dapat mengeneralisasi penggunaan

(50)

206

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I.H. (2012). Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual yang Terintegrasi dengan Soft Skill. Jurnal Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN : 978-979-16353-8-7

Arends, R.I. (2012). Learning to Teach. Ninth Edition. The Mc Graw Hill Companies

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Arsaythamby dan Zubainur (2014). How A Realistic Mathematics Educational Approach Affect Students’ Activities In Primary Schools?. 1877-0428 © 2014 The Authors. Published by Elsevier Ltd. Procedia - Social and Behavioral Sciences 159 ( 2014 ) 309 – 313

As’ari, A.R, dkk. (2014). Buku Guru Matematika SMP/MTs Kelas VIII. Cetakan

ke I. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Athar, G.A. (2013) Penerapan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik di Kelas 7 SMP Islamar-Ridha Bagansiapiapi Rokan Hilir Riau. Prociding ISBN : 978 – 979 – 16353 – 9 – 4. Pendidikan Matematika FMIPA UNY

Bosse, M.J. 2011. Translations Among Mathematical Representations: Teacher Beliefs and Practices. Department of Mathematics, Science, and Instruction Technology Education, College of Education, East Carolina University, Greenville, NC 28590

Bremer, C.D & Smith, J. (2004). Teaching Social Skills. Journal Information Brief. Adressing Trend and developments in Secondary Education and Transition. Oktober 2014. Vol3. Issue 5

Cartledge, G., & Milburn, J.F. (1986). Teaching Social Skills to Children. New York: Pergamon Press.

Gambar

Tabel 4.27.  Perhitungan ANAVA Dua Jalur untuk Uji Hipotesis Ketiga  (Perhitungan Manual) .....................................................................
Gambar 1.1.   Hasil Pekerjaan Siswa yang Berhubungan dengan    Representasi Matematis  ...........................................................
tabel, namun belum ada penyelesaian masalah. Sebanyak 20% siswa sudah benar
Gambar 1.1. Hasil Pekerjaan Siswa yang Berhubungan dengan  Representasi Matematis
+2

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini dapat memberikan sumbangan keilmuan tentang penerapan strategi pembelajaran Cooperative Script untuk meningkatkan keberanian dan tanggung jawab

Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok

- Terpilihnya Pemenang Lomba-lomba pada Jambore UKS - Terpilihnya Pemenang Lomba PHBS tingkat Kota Balikapan - Terbinanya UKBM berorientasi kesehatan di Kota Balikpapan

Anu ngabédakeun ieu panalungtikan jeung panalungtikan nu saméméhna nya éta, lian ti nangtukeun téks adegan paguneman, prinsip jeung maksim omongan dina

tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam

Memiliki jumlah anggota dewan komisaris yang sedikit dapat memudahkan koordinasi dalam menjalankan fungsinya, pelaksanaan tugas yang baik oleh komisaris independen

Peran auditor dalam suatu perusahaan diperlukan dalam upaya mengaudit proses bisnis yang telah berlangsung, sehingga hasil dari aktivitas bisnis yang telah dilakukan

Pola Komunikasi Guide (Pemandu Wisata) Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta (Studi Diskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Guide Kampung Wisata Batik Kauman