• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) 2,4-DICHLOROFENOXYACETIC ACID DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN KALUS NANAS SECARA IN VITRO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) 2,4-DICHLOROFENOXYACETIC ACID DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN KALUS NANAS SECARA IN VITRO."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Lampiran xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 5

1.3.Batasan Masalah 5

1.4.Rumusan Masalah 6

1.5.Tujuan Penelitian 6

1.6.Manfaat Penelitian 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Taksonomi dan Morfologi Nanas (Ananas comosus L) 7

2.2. Jenis atau Varietas Nanas 9

2.3. Kultur Jaringan Tanaman 10

2.3.1 Metode Kultur Jaringan 11

2.3.2. Kultur Kalus 12

2.4. Zat Pengatur Tumbuh 14

2.4.1 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) 2,4-D 15

2.4.2 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Kinetin 16

(2)

BAB III. METODE PENEITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian 19

3.2 Populasi dan Sampel 19

3.3 Alat dan Bahan 19

3.4 Rancangan Penelitian 19

3.5 Prosedur Penelitian 21

3.5.1 sterilisasi Alat 21

3.5.2 Pembuatan Media 21

3.5.3 Penanaman Eksplan 22

3.5.4 Pemeliharaan Eksplan 22

3.6 Parameter Pengamatan 23

3.7 Teknik Analisis Data 24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan 29

4.1.1 Waktu Terbentuknya Kalus 29

4.1.2 Warna Kalus 30

4.1.3 Biomassa Kalus 31

4.1.4 Tinggi Tumpukan Kalus 33

4.2. Pembahasan 35

4.2.1 Pengaruh 2,4-D Terhadap Pertumbuhan Kalus 37

4.2.2 Pengaruh Kinetin Terhadap Pertumbuhan Kalus 39

4.2.3 Interaksi 2,4-D dan Kinetin dengan Konsentrasi 40

Yang berbeda Terhadap Induksi Kalus Nanas

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 41

5.1 Kesimpulan 41

5.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Faktor Perlakuan ZPT 20

Tabel 3.2. Susunan Kombinasi Perlakuan 20

Tabel 3.3 : Model Pengamatan Secara RAL Faktorial 25

Tabel 3.4. Analisis Varians (ANAVA) secara RAL Faktorial 27

Tabel 4.1. Waktu Terbentuknya Kalus 29

Tabel 4.2. Tabel Analisis Varians (ANAVA) Pengaruh Interaksi antara ZPT 2,4-D dan Kinetin terhadap Waktu terbentuknya Kalus 30

tabel 4.3. Pengaruh Interaksi antara ZPT 2,4-D dan Kinetin terhadap Waktu terbentuknya Kalus 31

Tabel 4.4. Warna Kalus 31

Tabel 4.5. Tabel Analisis Varians (ANAVA) Pengaruh Interaksi antara ZPT 2,4-D dan Kinetin terhadap Biomassa Kalus 32

Tabel 4.6. Pengaruh Interaksi antara ZPT 2,4-D dan Kinetin Terhadap Biomassa Kalus 33

Tabel 4.7. Tabel Analisis Varians (ANAVA) Pengaruh Interaksi antara ZPT 2,4-D dan Kinetin terhadap Tinggi Tumpukan Kalus 34

Tabel 4.8. Pengaruh Interaksi antara ZPT 2,4-D dan Kinetin Terhadap Tinggi Tumpukan Kalus 35

Tabel 4.9. Tabel Tinggi Tumpukan Kalus 35

Tabel 4.10. Analisis Varians (ANAVA) Pengaruh Interaksi antara ZPT 2,4-D dan Kinetin Terhadap Tinggi Tumpukan Kalus 36

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Komposisi Media Murashige and Skoog (MS) 45

Lampiran 2. Pembuatan Media MS 1 liter + ZPT 2,4-D dan Kinetin 46

Lampiran 3. Pengamatan Waktu terbentuknya Kalus 47

Lampiran 4. Perhitungan Statistik Waktu terbentuknya Kalus 49

Lampiran 5. Tabel Pengamatan Warna Kalus 55

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Biomassa Kalus 56

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Tinggi Tumpukan Kalus 62

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian Waktu Terbentuknya Kalus 68

Lampiran 9. Menimbang Biomassa Kalus 77

Lampiran 10. Mengukur Tinggi Tumpukan Kalus 79

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

Ananas comosus. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa

nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad

ke-15 (ke-1559). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan

meluas dikebunkan dilahan kering diseluruh wilayah Nusantara. Nenas sejenis

tumbuhan tropikal dan berada dalam kumpulan bromeliad (Famili Bromeliaceae),

tumbuhan yang rendah seperti herba (herbaceous perennial) dengan 30 atau lebih

daun yang panjang, tajam mengelilingi batang yang tebal. Maka dari itu ekspor perlu

dilakukan karena dari pemanfaatan nanas akan terus meningkat (Harahap, 2011)

Alternatif lain yang diperlukan untuk tanaman dan perbanyakan adalah

melalui teknik kultur jaringan. Dalam kultur jaringan dikenal istilah kultur kalus.

Kultur kalus merupakan kultur yang dilakukan terhadap eksplan tanaman untuk

memudakan kembali sel-sel pada eksplan tersebut yang diisolasi dan ditumbuhkan

dalam lingkungan terkendali.

Salah satu permasalahan didalam budidaya nanas di Indonesia adalah belum

adanya produsen bibit yang dapat menyediakan bibit yang dapat menyediakan bibit

nanas yang bermutu dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat. Teknik

perbanyakan tradisional dan modifikasinya yang tidak efesien. Teknik perbanyakan

tadisional dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman seperti corwn (mahkota

buah), slip, shoot (tunas samping) dan sucker (anakan) memerlukan waktu lama,

jumlah bibit yang dihasilkan sedikit dan tidak seragam.

Pengguaan teknik in vitro untuk menumbuhkan planlet tanaman dipengaruhi

(6)

tanaman dan lingkungan tumbuh dari tanaman tersebut dan perlu penambahan zat

pengatur tumbuh auksin, sitokinin, dan gibberalic acid (Karjadi, 2008).

Seperti diketahui kultur kalus tanaman adalah teknik budidaya kalus tanaman

dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas

mikroorganisme. Berarti bahwa kultur kalus ini pada prinsipnya merupakan suatu

upaya lanjutan mengembangkan atau memelihara kalus dari hasil kultur lainnya.

Dalam rangka kegiatan produksi metabolit sekunder dengan teknik kultur suspensi sel

atau kalus maka sebagai pertama langkah pertama untuk membuat inokulum perlu

dibuat kalus sebagai starting material. Membuat kalus berarti menginduksi dari

bagian tanaman tertentu, biasanya dengan jalan dirangsang secara hormonal.

Kultur kalus ini penting dilakukan untuk melihat kemampuan eksplan dalam

membentuk kalus yang selanjutnya dapat tumbuh pada media regenerasi secara terus

menerus sehingga daapat dimanfaatkan dalam mempelajari metabolisme dan

diferensiasi sel, variasi somaklonal, transformasi genetik serta produksi metabolit

sekunder. Selain itu kultur kalus juga digunakan untuk perbanyakan klon tanaman

melalui pembentukan organ dan embrio, regenerasi varian-varian genetika,

mendapatkan tanaman bebas virus dan sebagai sumber untuk kreopresvasi (Ariati,

dkk., 2012)

(7)

Pengaruh sitokinin didalam kultur jaringan tanaman antara lain berhubungan

dengan proses pembelahan sel, proliferasi kalus. Pembelahan sel (mitosis) tidak akan

terjadi tanpa sitokinin. Sitokinin terutama berperan dalam hal pembentukan benang

gelendong pada tahap metaphase (Watimena, 1991), juga berperan untuk menunda

penuaan dengan jalan memperhatikan keutuhan membran protoplas. Dalam hal ini

sitokinin berperan memecah oksidasi asam lemak tak jenuh pada membran yang biasa

merusakkan membran (Salisbury dan Ross, 2007).

Dua zat pengatur tumbuh yaitu auksin dan sitokinin merupakan zat pengatur

tumbuh yang umum digunakan dalam kultur jaringan. Menurut Georgiev (2008), hal

yang lebih menentukan arah pertumbuhan jaringan tanaman adalah penimbangan

antara kedua zat pengatur tumbuh tersebut. Beberpa penelitian tentang induksi kalus

Arthemisia vulgaris telah dilakukan diPusat Bioteknologi Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang. Sebagai contoh yang dilakukan oleh Santoso dan Nursandi

(2003), menyimpulkan bahwa secara terpisah BAP dan 2,4-D yang ditambahkan pada

medium dasar B5 (Gamborg) mampu menginduksi kalus dalam waktu yang

diperlukan untuk memunculkan kalus berkisar antara 9.155-15733 HIS. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa penggunaan 2,4-D pada konsentrasi 1.50 ppm lebih

cepat mendorong terjadinya kalus dibanding 2,4-D yang lain. Selain itu hasil analisis

korelasi dan regresi juga menunjukkan bahwa peningkatan pemberian BAP justru

akan memperlambat terbentuknya kalus.

Menyangkut macam eksplan, Santoso dan Nursandi (2003) memperoleh hasil

bahwa macam eksplan sangat mempengaruhi kecepatan pembentukan kalus. Eksplan

daun mempunyai kemampuan tumbuh lebih cepat dibandingkan eksplan batang

utama, cabang batang, atau tangkai bunga. Dengan perlakuan 2,4-D pada media

eksplan MS eksplan daun rata-rata 26.4 HIS, cabang batang rata-rata 16 HIS dan

tangkai daun rata-rata 16.3 HIS.

Santoso (2003), mencoba menginduksi kalus tanaman Arthemisia vulgaris

(8)

(1mg/liter) dan 2,4-D sebesar 1mg/liter terbukti telah menghasilkan kalus yang lebih

baik dan tidak mudah mencoklat.

Dalam menginduksi kalus diperlukan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang

dikombinasikan dengan media dasar. ZPT yang sering digunakan dalam menginduksi

kalus yaitu ZPT golongan auksin, salah satunya adalah 2,4 Dichlorofenoxyacetic acid

(2,4-D). Selain dapat menginduksi kalus, ZPT ini juga berperan dalam menghambat

pembentukan klorofil, membentuk akar dan tunas (Kamal, 2011), berperan dalam

embriogenesis, menghambat pembentukan tunas aksilar dan adventitious, serta

menginduksi kalus jika dipakai dalam konsentrasi tinggi (Oggema, 2007; Rinanto,

2011; Yelnititis, 2012). Gati dan Mariska (1992); Chamandoosti (2013) juga

menyatakan bahwa 2,4-D paling efektif merangsang pembentukan kalus karena

aktivitas yang kuat untuk memacu proses diferensiasi sel, organogenesis dan menjaga

pertumbuhan kalus.

Suryonoto (1996), mengatakan bahwa nanas menempati urutan pertama

ekspor komoditas buah di Indonesia dengan volume ekspor sebesar 148.000 ton

dengan nilai hampir $90 juta pada tahun 2003. Volume ekspor meningkat menjadi

269.000 ton pada tahun 2008 dengan nilai tidak kurang dari $200 juta. Kebutuhan

akan bibit yang cukup besar membuat perbanyakan bibit tanaman nanas secara

vegetatif yang membutuhkan waktu yang lama dan menghasilkan bibit dalam jumlah

kecil tidak mampu memenuhi kebutuhan akan bibit, oleh karena itu metode kultur

jaringan mulai banyak digunakan untuk mendapatkan bibit nanas dengan jumlah yang

besar dalam waktu yang lebih singkat.

Amin dkk., (2005), menyatakan bahwa adanya pengaruh pertumbuhan kalus

sebesar 75% dengan ZPT 2,4-D pada konsentrasi 2.0 mg/l menunjukkan adanya

pengaruh pertumbuhan kalus sebesar 95%. Hal ini menunjukkan bahwa 2,4-D dengan

BA mampu memacu pertumbuhan kalus terkat peran dari 2,4-D sebagai hormon

auksin yang berperan dalam inisiasi kalus, dengan adanya BA maka pembentukan

(9)

Penelitian ini akan menggunakan ZPT 2,4-Diklorofeneoksi asetat (2,4-D) dan

kinetin untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap induksi kalus nanas

dan melihat ZPT mana yang lebih responsif dengan menggunakan eksplan daun

muda nanas.

Menurut Harahap (2011), sitokinin mempengaruhi berbagai proses fisiologis

di dalam tanaman terutama dalam mendorong pembelahan sel. Kinetin merupakan

senyawa sitokinin yang diketahui terdapat dalam tanaman dengan konsentrasi yang

rendah. Beberapa penelitian telah melakukan pemberian kinetin untuk pertumbuhan

tanaman eksplan seperti induksi tunas manggis in vitro.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan dilakukan penelitian dengan

judul Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

2,4-Dichlorofenoxyacetic Acid Dan Kinetin Terhadap Pertumbuhan Kalus Nanas

Secara In Vitro

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi berbagai masalah

sebagai berikut :

1. Penggunaan 2,4-D untuk pertumbuhan kalus nanas (Ananas comosus L)

melalui kultur jaringan perlu dilakukan untuk mendorong peningkatan

jumlah plasma nutfah nanas.

2. Penggunaan Kinetin untuk pertumbuhan kalus nanas (Ananas comosus L)

melalui kultur jaringan perlu dilakukan untuk mendorong peningkatan

jumlah plasma nutfah nanas.

3. Faktor-faktor pendukung untuk pertumbuhan kalus nanas perlu

diperhatikan.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT)

(10)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan diatas adalah :

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap pertumbuhan kalus nanas

(Ananas cosmos L) secara in vitro

2. Bagaimana pengaruh Kinetin terhadap pertumbuhan kalus nanas (Ananas

cosmos L) secara in vitro

3. Bagaimana interaksi antara 2,4-D dan Kinetin dengan konsentrasi yang

berbeda terhadap induksi kalus Nanas

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap pertumbuhan Kalus

Nanas (Ananas comosus L) secara in vitro

2. Mengetahui pengaruh konsentrasi Kinetin terhadap pertumbuhan Kalus

Nanas (Ananas comosus L) secara in vitro

3. Mengetahui interaksi 2,4-D dan Kinetin dengan konsentrasi yang

berbeda terhadap induksi kalus Nanas (Ananas comosus L) secara in vitro

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk meningkatkan produksi

buah nanas dengan menggunakan sumber eksplan daun muda pada nanas

2. Untuk meningkatkan produksi tanaman nanas yang memiliki kualitas

ungul dengan sumber eksplan daun muda nanas

3. Dengan diketahuinya konsentrasi kombinasi antara 2,4-D dan Kinetin

yang efektif untuk proses pertubuhan Kalus Nanas (Ananas somosus L)

secara in vitro, diharapkan dapat memberikan alternatif percepatan

(11)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap pertumbuhan kalus nanas (Ananas

comosus L) secara In vitro memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap biomassa dan tinggi tumpukan kalus dan yang paling dominan

diantara keduanya yaitu pada perlakuan K02,4-D1 dengan biomassa rata-rata

0,74 gr, kemudian K02,4-D2 0,72

2. Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap pertumbuhan kalus nanas (Ananas

comosus L) secara In vitro memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap biomassa dan pada tinggi tumpukan kalus memberikan pengaruh

berbeda tidak nyata, waktu terbentuknya kalus (K0,52,4-D0) dapat

menginduksi kalus pada hari ke-15 dan pada (K12,4-D0) kalus muncul pada

hari ke-16

3. Interaksi 2,4-D dan Kinetin dengan konsentrasi yang berbeda terhadap induksi

kalus nanas pada warna kalus yang paling bagus yaitu pada perlakuan

K12,4-D1 menghasilkan warna kalus putih kehijuan. Untuk biomassa dan tinggi

tumpukan kalus berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.

5.2 SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh kombinasi ZPT

2,4-D dan Kinetin yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam

pertumbuhan kalus nanas (Ananas comosus L) secara In vitro karena pada penelitian

ini untuk setiap parameter pengamatan yang dilakukan tidak memberikan pengaruh

(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M.N., M.M. Rahman, K. W Rahman, R. Ahmed, M. S Hossain and M. B. Ahmed, (2005), Large Scale Plant In Vitro From Leaft Derived Callus of Pineapple (Ananas comosus (L) Merr.cv. Galant Kew), Internasional Journal of Botany I(2) : 128-132

Andaryani. S., (2010), Kajian Pengunaan berbagai Konsentrasi BAP dan 2,4-D terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropha curcas L) secara In vitro. FP UNS, Surakarta

Ariati, S. N., Waeniati, Muslimin, Suwastika, I. N., (2012), Induksi Kalus Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) pada Media MS Dengan Penambahan 2,4-D, BAP dan Air Kelapa, Jurnal Natural Science 1(1):74-84

Chamandoosti, F., (2013) Influence of medium composition and explants type on planlet regeneration in cotton (Gossypium hirsutum L) Technical Journal of Engineering and Applied Sciences 3(2):239-243

Dewi. A.I R., (2008), Peran dan Fungsi Fitohormon.http://pustaka.unpad.ac.id/wp-upload 2009 Makalah Fitohormon.pdf Diakses pada 5 Febuari 2015

Fitrianti, A., (2006), Efektivitas Asam 2,4 Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan Kinetin pada Media MS dalam Induksi Kalus Sambiloto dengan Eksplan Potongan Daun, FMIPA UNES, Semarang

Gati, E. dan Mariska, (1992), Pengaruh Auksin dan Sitokinin Terhadap Pembentukan Kalus Mentha piperita Linn., Buletin Littri 3 : 1-4.

Georgiev V., M. IIieva and T. Bley (2008), Betalain Production in Plant in vitro System. Review of Acta Physol Plant, Krakow

Gunawan, L. W., (1987), Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan, PAU Bioteknologi IPB, Bogor

Hambali, E., A. Suryani, Dadang, Hariyadi, H. Hanafie, I. K. Reksowardojo, M. Rivai, M. Ihsanur, P. prakoso dan W. Purnama, (2006), Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel, penebar Swadaya, Jakarta

(14)

Harahap, F., (2011), Kultur Jaringan Tanaman, FMIPA UNIMED, UNIMED Press, Medan

Immanuella, H.P., (2009), Pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi picloram Terhadap Induksi Embrio Somatik Manggis (Garcinia mangostana L.), Fakultas pertanian IPB, Bogor

Indriani, F., Mahadi, I., Wulandari, S., (2010), Pengaruh Indole Acetid Acid (IAA) dan Benzyl Amino Purin (BAP) Terhadap Multivikasi Tunas Nanas Bogor (Ananas cosmos L. Meer.) cv. Queen pada Media Murashige Skoog (MS), Fakultas PMIPA UNRI, Riau

Kamal, G. B., (2011), The Study of callus induction in cotton ( Gossypium Sp) under tissue culture conditions, International Journal of agriculture and Crop Sciences 3(1);6-11

Karjadi, A.K., (2008), Pengaruh Pemberian kinetin, IAA, GA3 Terhadap Pertumbuhan Planlet Nanas, Jurnal Agrivigor, 6(2): 100-105, balai Penelitian Tanaman Sayuran IVEGRI Lembang

Marlina, N., Rohayati, E., (2009), Teknik Perbanyakan Mawar Dengan Kultur Jaringan, Buletin Teknik Pertanian, 14(2): 65-67, Balai Penelitian Tanaman Hias Jalan Raya Ciherang, Pacet, Cianjur

Nugroho, A. dan H. Sugito, (2000) Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur Jaringan, Penebar Swadaya, Jakarta

Oggema, J. N., Kinyua, M. G., and Ouma, J. P., (2007), Optimum 2,4-D concentration suitable fo embryogenic callus induction in local Kenyan sweet potato cultivars, Asian Journal of plant Sciences 6(3); 484-489

Rahardja, P. C., (1995), Kultur jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern, Penebar Swadaya, Jakarta

Raghavan, V., (2004), Role Of 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) In Somatic Embyogenesis on Cultured Zygotic Embryos of Arabidopsis: Cell Expansion, Cell Cycling, and Morpgogenesis During Continuous Exposure of Embryos to 2,4-D, American journal of botany 91(11): 1743-1756

(15)

Rukmana, R., (2007), Nenas Budidaya Pasca Panen, Penerbit Canisius, Yogyakarta

Santoso, U. dan F. Nursandi, (2003), Kultur Jaringan Tanaman, UMM Press, Malang

Salisbury, F.B and Ross, C.W 2007., Plant Physiology. Thiret edition. Wadswon Publising Company, Belmont. California. Terjemahan

Silitonga, P.M., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED : Medan

Suryonoto, M., (1996), Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro, Kanisinus, Yogyakarta

Tsuro, M et al., (1998), Comparation Effect of Diferent Types of Cytokinin for Shoot Formation and Plant Regenation in Leaft-Derifed Callus of Lavender, (Lavandula vera DC), Japan. Laboratory of Plant Breeding Science, Faculty of Agriculture, Kyoto Prefecural University

Wattimena, G. A., L. W. Gunawan, N. A. Mattijik, S., Endang, N. M. A. Wiendi, dan A. Ernawati, (1991), Bioteknologi Tanaman, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan direktorat Jwendral Tinggi PAU Bioteknologi IPB, Bogor

Yelnititis, (2012), Pembentukan Kalus Remah dari Eksplan Daun Ramin (Gonystylus bancanus (Miq) Kurz), Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 6(3) : 181-194 Yusnita., (2003), Kultur Jaringan, Cara Mempebanyak Tanaman Secara Efesien,

Agromedi Pustaka, Jakarta

Gambar

Gambar 1.1 : Morfologi kalus (Sumber: Ika, 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum proses penyampaian pesan komunikasi dapat dilakukan pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau pendengar. Idea

21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan mendorong terwujudnya industri keantariksaan yang menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan nasional yang sesuai standar

Dari beberapa uraian sumber di atas jadi kecemasan adalah suatu bentuk stress yang merupakan aplikasi gejolak emosi yang ditandai dari ketegangan dalam menghadapi

pengelompokkan untuk mencari tahu tren topik laporan yang paling banyak dilaporkan oleh masyarakat sehingga mempermudah pencarian topik yang diinginkan dan membantu

Alhamdulillah, Puji dan syukur selalu kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, serta memberikan kemudahan dan ilmu

Setelah selesai diadakan penelitian mengenai Kampa nye Pelestarian “Yaki hitam” ( Macaca nigra) di kelurahan Batuputih bawah kecamatan Ranowulu kota Bitung, maka dari

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini PENGARUH SENAM OTAK

Jumlah Proyek fisik yang dibangun di Kecamatan dalam tahun 2015.. Pembiayaan Pembangunan Proyek di Kecamatan dalam tahun 2015 (dalam