• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TERHADAP PERAWATAN LANJUTAN BAYI PREMATUR

DARI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN

ARY OKTORA SRI RAHAYU 105102013

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Ary Oktora Sri Rahayu

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

viii + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 12 lampiran

ABSTRAK

Bayi prematur ataupun bayi pretermadalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Negara-negara dengan angka kelahiran

preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Bayi prematur 66% meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara lain yaitu mencapai 30%-40%. Sedangkan angka kematian bayi prematur di Indonesian juga masih cukup tinggi yaitu mencapai

30-40%. Semua penyakit neonatus dapat mengenai bayi prematur, hal ini di sebabkan oleh fakor pertumbuhan, sehingga bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perwatan lanjutan bayi prematur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan dirumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah di rawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah di rawat dirumah. Analisa data dengan

Fisher exact test. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sebagian besar responden juga memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 19 19 orang (63.3%). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur (nilai p=0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur itu sangat rentan terhadap infeksi dan memerlukan perawatan yang intensif.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Prematur

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD.

Dr. Pirngadi Medan”. Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini

masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun tulisan, penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga dapat

menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapakan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. dr. Juliandi Harahap, MA dan Dr. Sarma Lumbanraja, SpoG(K) selaku penguji

yang telah banyak memberikan kritikan dan saran dalam penulisan Kkarya Tulis

Ilmiah ini.

5. Nur Asiah, S. Kep. Ns, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan dan bimbingan dalam menyalesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik

(5)

7. Ayahanda Amransal dan ibunda tercinta Jasni, Spd serta adik-adikku tersayang

Forqon Agaysi dan Try Yanda Ikhsan yang telah banyak membantu baik moril

maupun materil, memberikan dukungan dan semangat serta do’a sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

8. Buat Muhammad Yanis yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu

memberikan dukungan, semangat serta do’a sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat diselesaikan.

9. Buat sahabat-sahabat terbaikku Kri (Rika Adriani, AMd.Keb, Santi Deli, S.Si

Okta Fitriance, S.IP dan kurnia ningsih, S.IP), serta buat Yelni, AMd.Keb, Ayu

Sri Inda Yani, AMd.Keb, reno, AMd.Keb, Reni Artika, AMd.Keb, Julita, SST

yang selalu ada dalam suka dan duka, serta selalu memberikan dukungan dan

do’a dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini.

10.Buat kakak-kakak tersayang (Wiwi, Ria Febrina, Yusra, Ria Novita, Yanti ) dan

teman-teman terbaikku yang senasib, seperjuangan dan sepenanggungan (Riris,

Jana, Devi, Uul, Liza, Nia, Ester, Enjel) yang selalu memberikan dukungan dan

semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

11.Teman-teman program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara T.A. 2010/2011 yang telah banyak memberi dukungan dalam

penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya kepada Allah SWT sajalah penulis berserah diri. Semoga bantuan yang

(6)

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya.

Medan, 2011

Peneliti

(7)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR .... ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SKEMA ... v

DAFTARTABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2 Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Bayi Prematur ... ... 7

1. Pengertian Bayi Prematur ... 7

2. Etiologi ... 7

3. Masalah Pada Bayi Prematur ... 8

4. Tanda-Tanda Bayi Prematur ... 10

5 Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit ... 10

6. Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah ... 12

B. Konsep Pengetahuan ... 17

C. Definisi Pengetahuan ... 18

(8)

BAB III : KERANGKA PENELITIAN ... 24

A. Kerangka Konsep ... 24

B. Hipotesis ... 24

C. Definisi Operasional ... 25

BAB IV : METODE PENELITIAN ... 26

A. Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Tempat Penelitian ... 27

D. Waktu Penelitian ... 27

E. Etika Penelitian ... 27

F. Alat Pengumpulaan Data ... 28

G. Validitas dan Reliabilitas ... 31

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

I. Analisis Data ... 32

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 42

C. Keterbatasan Penelitian ... 45

BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 49

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Karaktiristik Responden

dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 ... 35

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan ... 37

Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner pengetahuan ... 38

Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap ...39

Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi

Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap ...40

Tabel 5.6 : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan

Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi

Lampiran 5 : Lembar Master Tabel Pengetahuan

Lampiran 6 : Lembar Master Tabel Sikap

Lampiran 7 : Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Lampiran 8 : Distribusi Frekuensi dan Analisa Data

Lampiran 9 : Surat Pernyataan Content Validity

Lampiran 10 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 11 : Surat Permohonan Penelitian

Lampiran 12 : Surat Balasan Permohonan Penelitian

(12)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Ary Oktora Sri Rahayu

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

viii + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 12 lampiran

ABSTRAK

Bayi prematur ataupun bayi pretermadalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Negara-negara dengan angka kelahiran

preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Bayi prematur 66% meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara lain yaitu mencapai 30%-40%. Sedangkan angka kematian bayi prematur di Indonesian juga masih cukup tinggi yaitu mencapai

30-40%. Semua penyakit neonatus dapat mengenai bayi prematur, hal ini di sebabkan oleh fakor pertumbuhan, sehingga bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perwatan lanjutan bayi prematur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan dirumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah di rawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah di rawat dirumah. Analisa data dengan

Fisher exact test. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sebagian besar responden juga memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 19 19 orang (63.3%). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur (nilai p=0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur itu sangat rentan terhadap infeksi dan memerlukan perawatan yang intensif.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Prematur

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usia kehamilan merupakan salah satu predikator penting bagi kelangsungan

hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila

berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada

siklus 28 hari. Banyak kejutan terjadi pada perempuan hamil seperti merasakan

tendangan pertama bayinya atau gejala morning sickness. Tapi kejutan yang paling tidak

diinginkan oleh ibu hamil adalah melahirkan bayi secara prematur (Krisnadi, Effendi &

Pribadi,2009, hlm. 1).

Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia

kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur

ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa

memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan

kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31).

Dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan, bayi prematurterutama yang lahir

dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi,

karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim

akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati

dan sistem pencernaannya, sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas

(14)

Negara-negara dengan angka kelahiran preterm yang lebih tinggi mempunyai

angka kematian yang lebih tinggi. Selain itu, di Amerika Serikat, orang Amerika Afrika

sangat rentan terhadap kelahiran preterm dan kematian bayi. Lebih dari 28.000 bayi

meninggal pada tahun 1998 di Amerika Serikat, dan 66% diantaranya meninggal dalam

waktu 4 minggu setelah lahir. Selain itu, kelahiran preterm menyebabkan dua pertiga

kematian bayi lebih dini (Cunningham, Gant, Leveno, et al. 2006, hlm. 764).

Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara

lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya sebesar 10-15%. Angka

kematian bayi prematur di Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu mencapai 30%-40%

(Pdpersi, 2002).

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah

angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong

tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang baik karena masih terbilang tinggi bila di

bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak

adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27%

disebabkan karena kelahiran prematur dengan berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu

prevalensi prematur pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000

bayi (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal

dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi kelahiran prematur dengan BBLR pada

tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan

pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatera Utara). Angka

(15)

semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan,

khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga nonkesehatan lainnya (Profil

Kesehatan RI, 2006). Serta data yang diperoleh dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun

2009 terjadi 143 kelahiran prematur, dan periode Januari sampai November 2010 ada

130 kelahiran prematur.

Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada

beberapa penyakit tertentu yang terutama terdapat pada bayi prematur. Hal ini

disebabkan oleh faktor pertumbuhan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk pada

penyakit membran hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada bayi

prematur lebih tinggi dibandingkan dengan neonatus cukup bulan karena faktor

kematangan hati (Hasan & Alatas, 2005, hlm.1053).

Bayi prematur juga cenderung mengalami komplikasi. Beberapa masalah yang

khususnya rentan bagi bayi prematur mencakup kesulitan memberi makan, suhu tubuh

tidak normal, kesulitan bernafas, enterokolitis nekrotik, ikterus akibat prematuritas,

perdarahan intraventrikular, anemia (Karyuni & Melliya, 2007, hlm. 33-34). Bayi

prematur membutuhkan perawatan yang lebih khusus dan istimewa dibandingkan bayi

cukup bulan, hal ini disebabkan oleh bayi prematur lebih rentan terhadap infeksi.

Kelahiran prematur menuntut adaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum sistem

organ berkembang dengan baik. (Hoffman, Rudolph, 2006, hlm. 264)

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk

pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar

uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan

bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan

(16)

dapat dimasukkan dalam inkubator, dan setelah kondisi bayi memungkinkan untuk

dibawa pulang perlu dilakukan perawatan lanjutan oleh orang tua ( Maulana, 2008, hlm.

200).

Bayi prematur boleh keluar dari rumah sakit jika sudah mendapatkan beratnya

kembali dan bisa makan cukup, menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan suhu

tubuhnya dalam suhu ruangan yang normal dan bebas dari penyakit. Sebagian besar bayi

dipulangkan jika beratnya sudah mencapai 1600 sampai 1800 dan menunjukkan

peningkatan berat yang tetap (Gupte, 2004, hlm.74). Perlu diketahui oleh orang tua

sebaiknya 3 hari setelah dibawa pulang, segera kontrol kembali ke dokter untuk

memastikan bahwa tidak ada masalah apa pun selama kepulangannya (Maulana, 2008,

hlm. 202).

Kelahiran prematur merupakan beban bagi orang tua. Meraka bisa shock, tidak

dapat menerima keadaan, merasa bersalah, marah, depresi, dan takut. Perasaan-perasaan

negatif ini dapat menetap setelah bayi prematur lahir. Munculnya rasa penerimaan atas

kelahiran yang prematur dari pada orang tua memang berbeda waktunya, tetapi

umumnya sebagian besar akan dapat menerima keadaan ini dan mulai mencoba mencari

jalan untuk menolong dan merawat bayinya (Roesli, 2007, hlm. 4).

Untuk melakukan perawatan lanjutan di rumah, ibu harus yakin bahwa dia

terlatih untuk memberi makan bayinya, tahu bagaimana menjaga lingkungan sekitarnya

dalam keadaan aseptik dan mempelajari cara dan perlengkapan untuk menjaga bayi tetap

hangat. Di rumah hendaknya ibu berusaha agar bayinya tidak disentuh oleh yang

menjenguknya mengingat bayi prematur rentan terhadap infeksi (Gupte, 2004, hlm.74).

Menyadari akan pentingnya pengetahuan dan sikap yang baik dalam melakukan

(17)

menjaga suhu tubuh, menjaga lingkungan di sekitar bayi agar tetap bersih,

memperhatikan BAK dan BAB, serta cara ibu dalam memberikan stimulus yang sesuai

dan bagaimana cara ibu dalam memenuhi segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi

prematur, karena bayi prematur ini memerlukan perawatan yang lebih intensif di

bandingkan dengan bayi cukup bulan, jadi peran seorang ibu sangat penting dalam

melakukan perawatan terhadap bayi prematur, maka peneliti merasa tertarik untuk

mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi

prematur di RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2010.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut dapat dirumuskan masalah

penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap

perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap

perawatan lanjutan bayi prematurdari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu terhadap perawatan lanjutan bayi

prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.

b. Untuk mengidentifikasi sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur

(18)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat digunakan sebagai informasi untuk proses pembelajaran di pendidikan

kesehatan khususnya terhadap perawatan lanjutan pada bayi prematur.

2. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategis

bagi bidan dalam memberikan penyuluhan pada ibu dalam melakukan asuhan

lanjutan bayi prematur.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan bagi responden

dalam melakukan perawatan lanjutan terhadap bayi prematur.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti berikutnya untuk menambah data

dalam meneliti hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Prematur

1. Pengertian Bayi Prematur

Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum

usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi

prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu

tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan

berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm.

31).

2. Etiologi

Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya: (a) faktor

ibu, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,

kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung / penyakit kronik lainnya,

hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua

kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu pekerjaan yang

melelahkan, merokok; (b) faktor janin, cacat bawaan, kehamilan ganda,

hidramion, ketuban pecah dini; (c) keadaan sosial ekonomi yang rendah

(20)

Resiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat KPD (Ketuban

Pecah Dini) saat kehamilan , 37 minggu (PPROM, preterm premature rupture

of membrane) adalah 34-44%, sedangkan resiko untuk mengalami PPROM

kembali sekitar 16-32% (Krisnadi, 2009, hlm. 53).

3. Masalah pada Bayi Prematur

Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik

anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti : (a)

suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh

yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya

jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang lelatif lebih luas

dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang

berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat

pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya; (b) Gangguan

pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada bayi prematur. Hal ini

disebabkan oleh kekurangan surfatan ( rasio lesitin/ sfingomielin kurang dari

dua, pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot

pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable

thorax). Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita bayi prematur

adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Di samping itu sering

timbul pernafasan periodik (pheriodic breathimh) dan apnea yang disebabkan

oleh pusat pernafasan di medulla belum matur; (c) Gangguan alat pencernaan

dan masalah nutrisi : distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang,

volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah,

(21)

dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari sfingter

kardio-esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi

lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi; (d) Immatur hati memudahkan

terjadinya hiperbillirubinemia dan defisiensi vitamin K; (e) Ginjal yang

immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit,

urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan

elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis

metabolik; (f) perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh,

kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, dan faktor Chrismas; (g)

Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena

rendahnya kadar IgG gamma glubolin, bayi prematur relatif belum sanggup

membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan

masih belum baek; (h) Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi

prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena

bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan

pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia.

Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena

tidak adanya otoregulas, sereblar pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi

perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan

germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim.

Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan

ultrasonografi atau CT scan (Prawirohardjo, 2006, hlm. 776-777).

(22)

4. Tanda-Tanda Bayi Prematur

Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan

sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau

kurang dari 46 cn, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan

rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,

lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih

banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga

belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang

rawan daun telinga, tumit mengilap, telapak kaki halus, alat kelamin pada bayi

laki-laki pigmentasi dan rugue pada skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris

menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, tonus otos lemah,

sehingga bayi kurang aktif dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan

tangisnya lemah, jaringan kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan

otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit

(Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003 hlm. 33).

5. Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit

Yang pasti, bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan yang lebih

intensif. Karena dia masih membutuhkan lingkungan yang tidak jauh berbeda

dari lingkungannya selama dalam kandungan. Oleh karena itu, di rumah sakit

bayi prematur akan mendapatkan perawatan sebagai berikut :

a. Dimasukkan dalam inkubator

Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil. Akibat sistem

pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka

(23)

kondisi kesehatannya. Selain itu, otot-ototnya pun relatif lebih lemah.

Sementara cadangan lemaknya juga lebih sedikit dibanding bayi yang lahir

cukup bulan.

b. Pencegahan infeksi

Mudahnya bayi prematur terinfeksi menjadikan ini salah satu fokus

perawatan di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan memastikan jangan

sampai terjadi infeksi karena bisa berdampak fatal.

c. Minum cukup

Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk itulah selama

dirawat, pihak RS harus memastikan si bayi mengkonsumsi susu sesuai

kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum

susu dilakukan dengan menggunakan pipet. Pada bayi prematur refleks isap,

telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya

enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan

protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan

bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi

cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam

agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum

pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal

itu perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah

muntah.

d. Memberikan sentuhan

Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan dengan

(24)

sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang banyak mendapat sentuhan ibu

menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat

daripada jika si bayi jarang disentuh.

e. Membantu beradaptasi

Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RSUD. Dr. Pirngadi

Medan bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Setelah suhunya stabil dan memungkinkan biasanya sudah dibolehkan

dibawa pulang. Namun, ada juga sejumlah RS yang menggunakan patokan

berat badan. Misalnya bayi baru boleh dibawa pulang kalau beratnya

mencapai 2 kg, kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus

dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (Maulana, 2008, hlm.

201-202).

6. Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah

Untuk merawat bayi prematur memang dibutuhkan penanganan khusus,

dan peran ibu sangat penting. Hal itu karena organ-organ tubuh bayi belum

berkembang secara maksimal dan bayi prematur ini sangat rentan terhadap

infeksi. Sehingga risiko mengalami gangguan kesehatan sangat tinggi

(Hoffman, Rudolph, 2006, hlm. 270).

Langkah-langkah perawatan lanjutan bayi prematur di rumah di

antaranya adalah:

a. Asupan gizi

Bayi prematur membutuhkan susu berprotein tinggi. Namun dengan

kuasa Tuhan, ibu-ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya

(25)

yang melahirkan bayi yang cukup bulan. Kalaupun ibu mengalami masalah

dengan ASI-nya, ada susu khusus yang diperuntukkan bagi bayi prematur.

Yang harus diingat, karena kapasitas saluran cernanya masih amat terbatas,

maka pemberian susu sebaiknya jangan terlalu banyak. Namun, agar

kebutuhannya tercukupi, tingkatkan frekuensi pemberiannya. Jika bayi tidak

dapat menyusu dengan cukup baik guna mendaptkan volume susu yang

banyak ibu hendaknya memberikan perasan ASI dengan menggunakan metode

pemberian makan alternatif. Ibu dapat memberikan makan dengan cangkir,

cangkir dan sendok, atau alat lain yang bersih.

b.Jaga suhu tubuhnya

Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang

belum stabil. Oleh karenanya, orang tua harus mengusahakan agar lingkungan

sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Langkah

yang bisa ditempuh dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun

terlalu dingin, sehingga dapt mempengaruhi suhu tubuhnya.

c. Pastikan semuanya bersih

Seperti sudah disebutkan diatas, bayi prematur lebih rentan terserang

penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan

sikecil supaya tatap bersih sekaligus memanimalisasi kemungkinan terserang

infeksi. Salah satu langkah penting yang disarankan adalah imbauan bagi siapa

saja yang akan memegang bayi supaya mencuci tangan terlebih dahulu. Kalau

(26)

d. BAK dan BAB

BAK dan BAB bayi prematur masih terhitung wajar, kalau setelah di

susui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar

apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAK atau BAB. Untuk kasus seperti

ini, tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.

e. Berikan stimulus yang sesuai

Setelah dipastikan 4 hal tersebut tidak ada masalah, orang tua tidak perlu

khawatir untuk melakukan aktivitas rutin lainnya. Semisal mengajaknya

bermain, menimang, menggendong, dan sebagainya. Untuk merangsang indra

penglihatannya, tunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar

dan mainan berwarna cerah, serta ekspresi wajah ayah dan ibu. Berikan

stimulus yang sesuai dengan usianya (Maulana, 2009, hlm 203-204).

f. Metode kanguru

Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL) adalah

kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi

dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat.

Dapat dimulai segara bayi lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan

di rumah sakit di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa di rawat dengan

KMC meskipun belum bisa menyusu. Berikan ASI peras menggunakan salah

satu alternatif cara pemberian umum (Depkes, 2003, hlm. 107).

Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir

rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, metode kanguru

merupakan perawatan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, bayi hanya

(27)

antara ke dua payudara ibu, di mana ibu dalam keadaan telanjang dada,

kemudian diselimuti (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm. 36).

g. Pemijatan bayi

Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang

biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat

badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan

pemijatan secara teratur. Pemijatan bayi dengan berat badan lahir rendah bisa

dilakukan setelah bayi dalam keadaan stabil, telah melampaui masa kritis dan

dapat dilakukan tiga kali dalam sehari. Waktu memijat bayi yang terbaik

apabila orang tua dan bayi telah siap memulai, pagi hari sebelum mandi atau

sebelum makan, siang hari sebelum minum, dan sore hari sebelum minum

atau sebelum tidur. Alat-alat yang perlu dipersiapkan sebelum memijat bayi

yaitu, lotion atau minyak minyak yang lembut, selimut/popok/kain bedong,

handuk, dan pakaian ganti bayi.

langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemijatan bayi yaitu: 1)

letakkan bayi dalam posisi telungkup atau telentang; 2) lakukan pijatan

dengan kekuatan tekanan sedang selama 1 menit pada bagian kepala dan

muka, pundak, punggung, kaki dan tangan; 3) lakukan gerakan dari atas

kepala, kebawah bagian muka, ke atas bagian kepala, dan seterusnya; 4)

lakukan gerakan dari belakang leher, ke bahu, dan seterusnya; 5) lakukan

gerakan dari atas punggung ke pinggang, kembali ke punggung, dan

seterusnya; 6) lakukan dari paha ke bawah, kembali ke paha, kemudian ke

bawah dan lakukan usapan pada kedua kaki; 7) lakukan gerakan dari pangkal

(28)

letakkan bayi dalam posisi telentang, lakukan dan rentangkan tiap-tiap lengan

dan kaki setelah dipijat (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm. 41).

7. Hal-hal yang Harus Diwaspadai Orang Tua

Hari Martono menegaskan mengenai adanya beberapa hal yang tetap

harus diwaspadai orang tua sehubungan dengan perawatan bayi prematur. Yang

paling dikhawatirkan adalah terjadinya infeksi. Adapun tanda-tanda bahaya

yang harus diperhatikan adalah (a) perubahan suhu, perubahan suhu ini bisa

tinggi, bisa pula rendah. Pokoknya, kalau suhunya tidak stabil, segera bawa ke

dokter. Pasalnya, perubahan suhu merupakan salah satu tanda terjadinya infeksi

pada bayi; (b) rintihan, bila suara tangisnya menyerupai rintihan, hampir bisa

dipastikan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rintihan ini bisa menjadi

“sinyal” awal terjadinya infeksi; (c) refleks isap lemah, bila refleks isapnya

menjadi lemah. Orang tua bisa mendeteksi sendiri, biasanya bayi minum

susunya seperti apa, sehingga perubahan sedikit saja dapat segera terdeteksi

(Maulana, 2008, hlm. 204-205).

8. Pencegahan Persalinan Prematur

Prematuritas merupakan masalah multifaktor, tidak ada faktor pasti yang

dapat menyebabkan prematuritas, sehingga pencegahan melalui satu atau

beberapa faktor mungkin tidak akan berhasil memperbaiki luaran persalinan.

Langkah pertama untuk mencegah persalianan prematur adalah dengan

mengurangi faktor risiko yang berhubungan dengan persalinan prematur.

Pencegahan primer dilakukulan dengan mengenal kelompok ibu yang

berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dan melakukan intervensi

(29)

faktor karakteristik ibu, faktor lingkungan, faktor risiko, faktor plasenta, faktor

maternal, faktor farmakologi dan faktor fetus.

Pencegahan sekunder adalah deteksi dini gejala persalinan prematur dan

pengobatan dini ancaman persalinan prematur, sedangkan pencegahan tersier

diberikan untuk memperpanjang waktu persalinan pada ibu yang sudah

terdiagnosis persalinan prematur baik dengan istirahat rebah atau dengan

pemberian medikasi (Krisnadi, Effendi & Pribadi, 2009, hlm. 141).

B. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmojo,

2007, hlm.139).

2. Tingkatan Pengetahuan

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sebagai materi yang dipelajarinya,

termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang diterima.

b.Memahami (Comprehension)

Memahami sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

(30)

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d.Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis(Synthesis)

Yaitu menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian

terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2007, hlm. 140).

C. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan

Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri

seseorang adalah :

a. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan

epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian di dalam hampir

semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi

adalah umur yang tepat, apakah panjang intervalnya di dalam pengelompokan

(31)

apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan pada

penelitian orang lain.

b. Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan ini terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah

yang lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Konsep ini

berangkat dari asumsi manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan untuk

mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orng

lain. Yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu,

lebih tahu, dan sebagainya) dalam mencapai tujuan seorang individu, kelompok,

dan masyrakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.

c. Pekerjaan

Pekerjaan akan menimbulkan reaksi fisiologi lagi yang melakukan

pekerjaan itu, reaksi ini dapat bersifat positif misalnya senang, bergairah,

ataupun reaksi yang bersifat negatif misalnya bosan, acuh, tidak serius dan

sebagainya.

Melakukan pekerjaan secara efesien tidak hanya tergantung kepada

kemampuan atau ketarampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur

kerja, uraian kerja, peralatan kerja yang tepat atau sesuai dengan lingkungan

kerja dan lain-lain.

d. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Pengetahuan diperoleh dari

pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seseorang memperoleh

(32)

Semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengetahuan orang

tersebut.

e. Sumber Informasi

Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber

(komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran atau

infornasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar seseorng

secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku atau tindakan.

Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun

media (Notoatmodjo, 2003).

D. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseoarang terhadap stimulus atau objek (Syafrudin & Fratidhina, 2009,

hlm.126).

Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau di pelajari

sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objek. Sikap dapat

berubah-ubah karena itu sikap dapat di pelajari dan karena itu pula sikap dapat

berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap orang itu. Sikap tidak berdiri sendiri,

senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Objek sikap itu

merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari

(33)

Selain itu, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3

komponen pokok, antara lain :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponan ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmojo, 2003, hlm.125).

2. Tingkatan Sikap

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespon(responding)

Memberikan jawaban bila di tanya, mengerjakan atau menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah.

d. Bertanggung jawab (responsibility)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala

resiko adalah sikap yang paling tinggi (Syaifrudin & Yudhia, 2009, hlm.

(34)

3. Fungsi sikap

a. Sebagai alat untuk menyesuaikan, sikap adalah sesuatu yang bersifat

communicable, artinya sesuatu yang mudah mengajar, sehingga mudah pula

menjadi milik bersama.Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang

dengan kelompok atau dengan anggota kelompok lainnya.

b. Sebagai alat pengatur tingkah laku, pertimbangan dan reaksi pada anak,

dewasa, dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya

tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara

sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

c. Sebagai alat pengatur pengalaman manusia didalam menerima

pengalaman-pengalaman secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak semua

dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana hal-hal yang perlu dan

mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman di beri penilaian lalu

dipilih.

d. Sebagai pernyataan kepribadian, sikap sering mencerminkan pribadi

seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang

mendukungnya, oleh karena itu sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit

banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan

pernyataan pribadi (Notoadmojo, 2003, hlm. 126).

4. Pengukuran Sikap Model Likert

Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap

dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala

(35)

Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan

pertanyaan-pertanyaan tersebut, subjek yang diteliti akan memilih salah satu dari lima

alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan

oleh likert adalah :

a. Sangat setuju (strogly approve) : 4

b. Setuju (apporove) : 3

c. Tidak setuju (Disapporove) : 2

d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) : 1

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

a. Pengalaman pribadi

Untuk dasar menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi hanya

menggunakan kesan yang kuat untuk pembentukan sikap.

b. Orang lain

Seseorang yang kita anggap penting atau seseorang yang berarti khusus dapat

dipercaya akan banyak mempengaruhi sikap terhadap sesuatu.

c. Kebudayaan

Kebudayaan yang mewarnai sikap dan menanamkan garis pengaruh sikap dan

informasi. Adanya informasi memberikan landasan terbentuknya sikap.

d. Agama

Agama meletakkan dengan pengertian konsep moral dan individu.

e. Faktor emosional

Sikap merupakan pernyataan yang disertai oleh emosi yang berfungsi sebagai

(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm.55).

Dari skema berikut ini, kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan

bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dipengaruhi oleh

pengetahuan ibu, sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 1. Kerangka Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu

Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur.

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipoteis alternatif (Ha)

yaitu, ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan

bayi prematur.

Sikap ibu terhadap perawatan

(37)

C.` Definisi Operasional

No Variabel Definisi

(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross

sectional study, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak

adanya hubungan, dan apabila ada, seberapa erat hubungannya serta berarti atau

tidak hubungan itu (Arikunto, 2006, hlm.270). Rancangan dalam penelitian ini untuk

mengidentifiksi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan

lanjutan bayi prematur.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008, hlm. 89). Populasi dalam penelitian ini

ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr.

Pirngadi Medan Periode September s/d Nopember 2010 dan telah dirawat di

(39)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007, hlm.79). Yang menjadi sampel pada

penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat

di RS. Pirngadi Medan dan telah di rawat dirumah, yaitu sebanyak 30 orang.

Penelitian ini adalah menggunakan total sampling , yaitu keseluruhan jumlah

populasi dijadikan sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan

yaitu ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr.

Pirngadi Medan dan telah dirawat di rumah.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang

pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah dirawat dirumah.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai September 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian

dilakukan dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, melakukan survei awal,

konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data, sidang

akhir.

E. Etika penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah penelitian mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan yaitu Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU

(40)

beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan

penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur

pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden

dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden

tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri

selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data

responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen,

tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar

tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan

oleh responden di jamin oleh peneliti ( Nursalam, 2001, hlm.119).

F. Alat Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan angket

atau kuesioner tertutup. Di mana pada bagian awal instrumen berisi data demografi

responden yang berisi umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. Data demografi

hanya bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden.

Bagian pertama instrument berisi pertanyaan untuk mengetahui

pengetahuan responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur, bagian ini

terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan “Benar” atau “Salah”. Jawaban yang

benar di beri nilai 1 dan jawaban yang salah di beri nilai 0. Untuk mendapatkan

(41)

a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar : 10

Nilai terkecil : 0

b. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil

= 10 – 0

= 10

c. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang Kelas (i) =

d. Menentukan Kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai

Baik = Jika responden mendapatkan skor 6-10

Tidak baik = Jika responden memdapatkan skor 0-5

Bagian instrumen ketiga berisi pernyataan untuk mengidentifikasi sikap

responden terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Di mana terdapat 10

pertanyaan tentang tindakan ibu yang terdiri dari pertanyaan yang mendukung

(Favourabel) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavourabel) dengan

jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Penilaian diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap

kuesioner yang telah diberi bobot. Bila pertanyaan yang mendukung, jawaban

sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3),

(42)

nilai satu (skor 1). Sebaliknya pertanyaan yang tidak mendukung, jawaban

sangat setuju (SS) diberi nilai satu (skor 1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2),

tidak setuju (TS) diberi nilai 3 (skor 3), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4

(skor 4). Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan

rumus sebagai berikut ( Hidayat, 2007, hlm. 102). Untuk mendapatkan kriteria

digunakan perhitungan sebagai berikut :

e. Menentukan nilai terbesar dan terkecil

Nilai terbesar : 40

Nilai terkecil : 10

f. Menentukan nilai rentang (R)

Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil

= 40 – 10

= 30

g. Menentukan nilai panjang kelas (i)

Panjang Kelas (i) =

s banyakkela

g rentan

= 15

2 30 =

h. Menentukan Kategori sikap berdasarkan perolehan nilai

Baik = Jika responden mendapatkan skor 26-40

(43)

G. Validitas dan Reabilitas Instrumen

Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu di lakukan

pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah isi

(content validity) dimana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep

yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional, yang didasarkan pada landasan

teori dan pendapat para ahli, dalam hal ini uji validitas telah dilakukan oleh ahli

kebidanan yaitu Dr. Sarma Lumbanraja, SpoG (K) dan didapatkan nilai validitas

0.80, diperoleh dari hasil perhitungan jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item

pertanyaan/pernyataan. Sedangkan untuk uji reabilitas, data dianalisis dengan uji

cronbach’s alfa dan instrumen diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria

yang sama dengan responden yang diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah

dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien

reliabilitas Alpha Cronbach. Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6

maka instrumen dinyatakan reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka

dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007, hlm.115). Untuk pertanyaan pengetahuan

didapat nilai alpha cronbach 0.676. Sedangkan pernyataan sikap didapat nilai alpha

cronbach 0.829.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada pendidikan (Program

Studi D-IV Kebidanan Fakultas Keperawatan USU). Mengirim surat ijin penelitian

(44)

Setelah mendapat persetujuan dari pimpinan RSUD. Dr. Pirngadi Medan, dan

setelah peneliti mengetahui alamat ibu yang memiliki bayi prematur yang diperoleh

dari rekam medis, peneliti langsung datang kerumah ibu yang memiliki bayi

prematur lalu menjelaskan tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian

kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.

Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data di mulai. Peneliti

memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri

dari kuesioner demografi, pengetahuan, dan sikap.

I. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan memeriksa

semua kuesioner apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data

dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden (editing). Kemudian data

diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer (coding) untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Data yang dibersihkan

kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (entri). Setelah data

dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna

menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap

terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving).

2. Analisis Data

Analisis data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden,

lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi.

(45)

a. Statistik Univariat

Analisis data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase

tiap variabel yang diteliti. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui

distribusi frekuensi variabel independen yaitu pengetahuan ibu dan variabel

dependen yaitu sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

b. Statistik Bivariat

Statistik bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan

keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hlm.271). Dalam

menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan

menggunakan uji statistik Chi Square ( X2 ), dengan nilai kemaknaan (α =

0.05). Pedoman dalam menerima hipotesis : Apabila nilai X2 hitung > X2

tabel atau nilai probalitas (p) < 0.05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu

ada hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan apabila

nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai probalitas (p) > 0.05 maka hopotesis

penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

Fisher exact digunakan bila:

1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20.

2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan

antara 20 dan 40.

3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari

(46)

Sedangkan untuk chi square digunakan bila:

1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang

dihitung bila hipotesis 0 benar

2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5.

(47)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari

RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada 30 responden tahun 2011.

A. Hasil penelitian

Sesuai dengan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini akan diuraikan

gambaran data demografi responden yang terdiri atas umur, paritas, pendidikan,

pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD.

Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

1. Karakteristik responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karaktiristik Responden dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Umur

 < 20 tahun

 21-29 tahun

 > 30 tahun

8

14

8

26.7

46.6

(48)

Sambungan Tabel 5.1.

Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur

adalah berumur < 20 tahun sebanyak 8 orang (26.7%), berumur antara 21-29 tahun

sebanyak 14 orang (46.7%), berumur > 30 tahun sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini

berarti sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%).

Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan paritas

adalah primi sebanyak 12 orang (40.0%), multi sebanyak 18 orang (60.0%). Hal ini

berarti sebagian besar paritas responden multi sebanyak 18 orang (60.0%).

Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan adalah SD sebanyak 6 orang (20.0%), SMP sebanyak 5 orang (16.7%), SMA

sebanyak 11 orang (36.7%), dan Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini

berarti sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%).

2. Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan

ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur sebagian besar menjawab benar adalah

pertanyaan tentang bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus, yaitu 26

(49)

cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi

sering yaitu 12 orang (40%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan

1. Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan ibu 9 bulan.

25 83.3 5 16.7 30 100

2. Bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus.

26 86.7 4 13.3 30 100

3. Apabila secara tiba-tiba tubuh bayi panas dan adanya rintihan pada bayi prematur itu merupakan hal yang harus diwaspadai.

21 70 9 30 30 100

4. Apabila bayi prematur pipis atau buang air besar tanpa pemberian ASI (Air Susu Ibu) itu merupakan hal yang wajar.

24 80 6 20 30 100

5. Mencuci tangan sebelum memegang

bayi prematur bertujuan agar bayi tidak

terinfeksi.

24 80 6 20 30 100

6. Cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi sering.

18 60 12 40 30 100

7. Pemeriksaaan kehamilan secara teratur adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur.

23 76.7 7 23.3 30 100

8. Bayi prematur tidak mudah terserang infeksi.

21 70 9 30 30 100

9. Pada awalnya bayi prematur biasanya akan mudah lelah dan menyusu dengan lemah.

23 76.7 7 23.3 30 100

10. Nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan akan dapat mengakibatkan kelahiran prematur.

(50)

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan

responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner pengetahuan

Kategori N Persentase (%)

Baik 20 66.7

Tidak baik 10 33.3

Total 30 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan

lanjutan bayi prematur berpengetahuan baik sebanyak 20 orang (66.7%), dan

berpengetahuan tidak baik sebanyak 10 orang (33.3%). Hal ini berarti sebagian besar

responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%).

3. Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan

kuesioner sikap terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari 30 responden sebagian

besar responden menjawab sangat setuju adalah pernyataan tentang hendaknya ibu harus

menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih yaitu 14 orang (46.7%), yang menjawab

setuju pada pernyataan sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan

terlalu banyak tapi sering yaitu sebanyak 13 orang (43.3%) sedangkan tidak setuju pada

pernyataan jika tubuh bayi prematur panas secara tiba-tiba, ibu tidak perlu membawa ke

dokter yaitu sebanyak 10 orang (33.3%). Sedangkan menjawab sangat tidak setuju

(51)

menunjukkan mainan berwarna cerah, yaitu 16 orang (53.3%). Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap

No Pernyataan SS S TS STS

n % n % n % n %

1 Sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan terlalu

banyak tapi sering.

10 33.3 13 43.3 3 10 4 13.3

2 Hendaknya ibu harus menjaga

lingkungan bayi agar tetap bersih.

14 46.7 11 36.7 1 3.3 4 13.3

3 Untuk merangsang indra

penglihatan bayi prematur ibu

dapat menunjukkan mainan

berwarna cerah.

6 20 3 10 5 16.7 16 53.3

4 Sebelum memengang bayi

prematur, hendaknya ibu mencuci

tangan terlebih dahulu.

12 40 10 33.3 4 13.3 4 13.3

5 Kalau ada anggota keluarga yang

sakit sebaiknya jauh-jauh dari si

kecil.

11 36.7 9 30 6 20 4 13.3

6 Jika produksi ASI pada ibu tidak

cukup, ibu perlu memberikan susu

bantuan yang khusus untuk bayi

prematur.

12 40 9 30 3 10 6 20

7. Jika bayi tidak dapat menghisap

puting susu ibu dengan baik,

hendaknya ibu dapat memberikan

ASI yang diperas menggunakan

(52)

cangkir dan sendok.

Sambungan Tabel 5.4.

8 Agar alat-alat yang digunakan

dalam pemberian makan pada bayi

itu bersih ibu hendaknya mencuci

atau merebus alat-alat tersebut

sebelum digunakan.

13 43.3 10 33.3 2 6.67 5 16.7

9 Jika tubuh bayi prematur panas

secara tiba-tiba, ibu tidak perlu

membawa ke dokter

3 10 6 20 10 33.3 11 36.7

10 Cara menyusukan bayi yang baik,

hendaknya ibu menempelkan

mulut bayi pada puting susu dan

membiarkan bayi menyusu secara

perlahan.

8 26.7 11 36.7 5 16.6 6 20

Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, sikap responden

tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Berdasarkan Kuesioner Sikap

Kategori N Persentase (%)

Baik 19 63.3

Tidak baik 11 36.7

Total 30 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi

(53)

orang (36.7%). Hal ini menunjukkan sebagian besar sikap responden baik yaitu 19 orang

(63.3%).

4. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu

terhadap perawatan lanjutan bayi prematur diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.6

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur

dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 responden, ada 19 orang (63.3%) yang

yang berpengetahuan baik memiliki sikap baik, dan yang berpengetahuan tidak baik ada

10 orang (33.3%) memiliki sikap yang tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden berpengetahuan baik memiliki sikap yang baik yaitu 19 orang (63.3%).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Fisher exact test p = 0.01 < dari p

0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan

(54)

B. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu

bagaimanakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan

bayi prematur.

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 30 responden, diketahui

sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%). Hal ini sesuai

dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap

kehidupannya. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan

kenyataan di mana umur ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap perawatan

lanjutan bayi prematur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar paritas responden multi sebanyak

18 orang (60.0%). Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2007) bahwa paritas adalah

jumlah anak yang dilahirkan. Seseorang memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada

keadaan sebelumnya tentang pengalamannya. Semakin sering seseorang mengalaminya

semakin tinggi pengetahuan orang tersebut. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

kesesuaian antara teori dan kenyataan di mana paritas ibu mempengaruhi tingkat

pengetahuan pemahaman terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden SMA

sebanyak berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%). Hal ini Sesuai pendapat

Notoadmodjo (2007) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting

dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan

kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan

Gambar

Tabel 5.1
Tabel  5.2
Tabel 5.3
Tabel  5.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tugas yang dilakukan praktikan Mengisi aplikasi transfer pinjaman untuk peminjam, menginput data peminjam kedalam komputer, mensortir data anggota peminjam berdasarkan

Pembangunan pertanian secara berkelanjutan tidak dapat dilaksanakan hanya oleh petani sendiri.Setiap upaya pembangunan dan pengembangan pertanian memerlukan rencana

Berdasarkan hasil perhitungan secara simultan yang diperoleh, penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan dan pengalaman kerja terhadap

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menggambarkan bahwa loyalitas konsumen tidak hanya ditentukan oleh kepuasan dan kepercayaan mereka terhadap penyedia layanan

Terlihat bahwa hari kerja operasional di desa Danda Besar setengah dari hari kerja operasional di desa Gudang Hirang dan Bamban II, hal ini karena di desa Danda Besar umumnya

Menyatakan bahwa “Tugas Akhir” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakuktas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Tugas Akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Purwokerto (Asron, 2006), mengangkat judul Simulasi Lift Berbasis Programmable Logic Controller (PLC)

Jika meruntut sejarah, peran partisipasi perempuan untuk berani tampil di depan publik dan mengambil keputusan sebenarnya mulai muncul saat per- empuan masuk Islam. Pergerakan