HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TERHADAP PERAWATAN LANJUTAN BAYI PREMATUR
DARI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN
ARY OKTORA SRI RAHAYU 105102013
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Ary Oktora Sri Rahayu
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
viii + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 12 lampiran
ABSTRAK
Bayi prematur ataupun bayi pretermadalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Negara-negara dengan angka kelahiran
preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Bayi prematur 66% meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara lain yaitu mencapai 30%-40%. Sedangkan angka kematian bayi prematur di Indonesian juga masih cukup tinggi yaitu mencapai
30-40%. Semua penyakit neonatus dapat mengenai bayi prematur, hal ini di sebabkan oleh fakor pertumbuhan, sehingga bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perwatan lanjutan bayi prematur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan dirumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah di rawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah di rawat dirumah. Analisa data dengan
Fisher exact test. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sebagian besar responden juga memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 19 19 orang (63.3%). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur (nilai p=0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur itu sangat rentan terhadap infeksi dan memerlukan perawatan yang intensif.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Prematur
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan
Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD.
Dr. Pirngadi Medan”. Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun tulisan, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga dapat
menjadi perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapakan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Dedi Ardinata M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. dr. Juliandi Harahap, MA dan Dr. Sarma Lumbanraja, SpoG(K) selaku penguji
yang telah banyak memberikan kritikan dan saran dalam penulisan Kkarya Tulis
Ilmiah ini.
5. Nur Asiah, S. Kep. Ns, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam menyalesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik
7. Ayahanda Amransal dan ibunda tercinta Jasni, Spd serta adik-adikku tersayang
Forqon Agaysi dan Try Yanda Ikhsan yang telah banyak membantu baik moril
maupun materil, memberikan dukungan dan semangat serta do’a sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
8. Buat Muhammad Yanis yang selalu ada dalam suka dan duka, selalu
memberikan dukungan, semangat serta do’a sehingga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat diselesaikan.
9. Buat sahabat-sahabat terbaikku Kri (Rika Adriani, AMd.Keb, Santi Deli, S.Si
Okta Fitriance, S.IP dan kurnia ningsih, S.IP), serta buat Yelni, AMd.Keb, Ayu
Sri Inda Yani, AMd.Keb, reno, AMd.Keb, Reni Artika, AMd.Keb, Julita, SST
yang selalu ada dalam suka dan duka, serta selalu memberikan dukungan dan
do’a dalam penulisan karya Tulis Ilmiah ini.
10.Buat kakak-kakak tersayang (Wiwi, Ria Febrina, Yusra, Ria Novita, Yanti ) dan
teman-teman terbaikku yang senasib, seperjuangan dan sepenanggungan (Riris,
Jana, Devi, Uul, Liza, Nia, Ester, Enjel) yang selalu memberikan dukungan dan
semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
11.Teman-teman program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara T.A. 2010/2011 yang telah banyak memberi dukungan dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT sajalah penulis berserah diri. Semoga bantuan yang
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Medan, 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .... ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR SKEMA ... v
DAFTARTABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2 Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Bayi Prematur ... ... 7
1. Pengertian Bayi Prematur ... 7
2. Etiologi ... 7
3. Masalah Pada Bayi Prematur ... 8
4. Tanda-Tanda Bayi Prematur ... 10
5 Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit ... 10
6. Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah ... 12
B. Konsep Pengetahuan ... 17
C. Definisi Pengetahuan ... 18
BAB III : KERANGKA PENELITIAN ... 24
A. Kerangka Konsep ... 24
B. Hipotesis ... 24
C. Definisi Operasional ... 25
BAB IV : METODE PENELITIAN ... 26
A. Desain Penelitian ... 26
B. Populasi dan Sampel ... 26
C. Tempat Penelitian ... 27
D. Waktu Penelitian ... 27
E. Etika Penelitian ... 27
F. Alat Pengumpulaan Data ... 28
G. Validitas dan Reliabilitas ... 31
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 31
I. Analisis Data ... 32
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
B. Pembahasan ... 42
C. Keterbatasan Penelitian ... 45
BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 49
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Karaktiristik Responden
dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011 ... 35
Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan
Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan ... 37
Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan
Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2011 Berdasarkan Kuesioner pengetahuan ... 38
Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan
Lanjutan Bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Tahun 2011
Berdasarkan Kuesioner Sikap ...39
Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi
Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
Berdasarkan Kuesioner Sikap ...40
Tabel 5.6 : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan
Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi
Lampiran 5 : Lembar Master Tabel Pengetahuan
Lampiran 6 : Lembar Master Tabel Sikap
Lampiran 7 : Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Lampiran 8 : Distribusi Frekuensi dan Analisa Data
Lampiran 9 : Surat Pernyataan Content Validity
Lampiran 10 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia
Lampiran 11 : Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 12 : Surat Balasan Permohonan Penelitian
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Ary Oktora Sri Rahayu
Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur Dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
viii + 49 hal + 6 tabel + 1 skema + 12 lampiran
ABSTRAK
Bayi prematur ataupun bayi pretermadalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. Negara-negara dengan angka kelahiran
preterm yang lebih tinggi mempunyai angka kematian yang lebih tinggi. Bayi prematur 66% meninggal dalam waktu 4 minggu setelah lahir. Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara lain yaitu mencapai 30%-40%. Sedangkan angka kematian bayi prematur di Indonesian juga masih cukup tinggi yaitu mencapai
30-40%. Semua penyakit neonatus dapat mengenai bayi prematur, hal ini di sebabkan oleh fakor pertumbuhan, sehingga bayi prematur memerlukan perawatan yang intensif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perwatan lanjutan bayi prematur. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan Total sampling. Penelitian ini dilakukan dirumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah di rawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah di rawat dirumah. Analisa data dengan
Fisher exact test. Dari hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%), dan sebagian besar responden juga memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 19 19 orang (63.3%). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur (nilai p=0,0001). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan dan sikap ibu dalam perawatan lanjutan bayi prematur baik, hal ini di karenakan ibu-ibu sudah memahami bahwa bayi prematur itu sangat rentan terhadap infeksi dan memerlukan perawatan yang intensif.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Prematur
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia kehamilan merupakan salah satu predikator penting bagi kelangsungan
hidup janin dan kualitas hidupnya. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila
berlangsung antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada
siklus 28 hari. Banyak kejutan terjadi pada perempuan hamil seperti merasakan
tendangan pertama bayinya atau gejala morning sickness. Tapi kejutan yang paling tidak
diinginkan oleh ibu hamil adalah melahirkan bayi secara prematur (Krisnadi, Effendi &
Pribadi,2009, hlm. 1).
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur
ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa
memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan
kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm. 31).
Dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan, bayi prematurterutama yang lahir
dengan usia kehamilan < 32 minggu, mempunyai resiko kematian 70 kali lebih tinggi,
karena mereka mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim
akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati
dan sistem pencernaannya, sekitar 75% kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas
Negara-negara dengan angka kelahiran preterm yang lebih tinggi mempunyai
angka kematian yang lebih tinggi. Selain itu, di Amerika Serikat, orang Amerika Afrika
sangat rentan terhadap kelahiran preterm dan kematian bayi. Lebih dari 28.000 bayi
meninggal pada tahun 1998 di Amerika Serikat, dan 66% diantaranya meninggal dalam
waktu 4 minggu setelah lahir. Selain itu, kelahiran preterm menyebabkan dua pertiga
kematian bayi lebih dini (Cunningham, Gant, Leveno, et al. 2006, hlm. 764).
Angka kejadian bayi prematur di Indonesia masih berada di atas rata-rata negara
lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya sebesar 10-15%. Angka
kematian bayi prematur di Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu mencapai 30%-40%
(Pdpersi, 2002).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong
tinggi. Angka kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang baik karena masih terbilang tinggi bila di
bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab kematian bayi terbanyak
adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27%
disebabkan karena kelahiran prematur dengan berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu
prevalensi prematur pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 – 900.000
bayi (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal
dari fasilitas pelayanan kesehatan, proporsi kelahiran prematur dengan BBLR pada
tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan 18,89% (Jawa Tengah), sedangkan
pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90% (Sumatera Utara). Angka
semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan,
khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga nonkesehatan lainnya (Profil
Kesehatan RI, 2006). Serta data yang diperoleh dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun
2009 terjadi 143 kelahiran prematur, dan periode Januari sampai November 2010 ada
130 kelahiran prematur.
Semua penyakit pada neonatus dapat mengenai bayi prematur, tetapi ada
beberapa penyakit tertentu yang terutama terdapat pada bayi prematur. Hal ini
disebabkan oleh faktor pertumbuhan, misalnya belum cukup surfaktan terbentuk pada
penyakit membran hialin. Demikian pula kejadian hiperbilirubinemia pada bayi
prematur lebih tinggi dibandingkan dengan neonatus cukup bulan karena faktor
kematangan hati (Hasan & Alatas, 2005, hlm.1053).
Bayi prematur juga cenderung mengalami komplikasi. Beberapa masalah yang
khususnya rentan bagi bayi prematur mencakup kesulitan memberi makan, suhu tubuh
tidak normal, kesulitan bernafas, enterokolitis nekrotik, ikterus akibat prematuritas,
perdarahan intraventrikular, anemia (Karyuni & Melliya, 2007, hlm. 33-34). Bayi
prematur membutuhkan perawatan yang lebih khusus dan istimewa dibandingkan bayi
cukup bulan, hal ini disebabkan oleh bayi prematur lebih rentan terhadap infeksi.
Kelahiran prematur menuntut adaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum sistem
organ berkembang dengan baik. (Hoffman, Rudolph, 2006, hlm. 264)
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar
uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan
bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan
dapat dimasukkan dalam inkubator, dan setelah kondisi bayi memungkinkan untuk
dibawa pulang perlu dilakukan perawatan lanjutan oleh orang tua ( Maulana, 2008, hlm.
200).
Bayi prematur boleh keluar dari rumah sakit jika sudah mendapatkan beratnya
kembali dan bisa makan cukup, menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan suhu
tubuhnya dalam suhu ruangan yang normal dan bebas dari penyakit. Sebagian besar bayi
dipulangkan jika beratnya sudah mencapai 1600 sampai 1800 dan menunjukkan
peningkatan berat yang tetap (Gupte, 2004, hlm.74). Perlu diketahui oleh orang tua
sebaiknya 3 hari setelah dibawa pulang, segera kontrol kembali ke dokter untuk
memastikan bahwa tidak ada masalah apa pun selama kepulangannya (Maulana, 2008,
hlm. 202).
Kelahiran prematur merupakan beban bagi orang tua. Meraka bisa shock, tidak
dapat menerima keadaan, merasa bersalah, marah, depresi, dan takut. Perasaan-perasaan
negatif ini dapat menetap setelah bayi prematur lahir. Munculnya rasa penerimaan atas
kelahiran yang prematur dari pada orang tua memang berbeda waktunya, tetapi
umumnya sebagian besar akan dapat menerima keadaan ini dan mulai mencoba mencari
jalan untuk menolong dan merawat bayinya (Roesli, 2007, hlm. 4).
Untuk melakukan perawatan lanjutan di rumah, ibu harus yakin bahwa dia
terlatih untuk memberi makan bayinya, tahu bagaimana menjaga lingkungan sekitarnya
dalam keadaan aseptik dan mempelajari cara dan perlengkapan untuk menjaga bayi tetap
hangat. Di rumah hendaknya ibu berusaha agar bayinya tidak disentuh oleh yang
menjenguknya mengingat bayi prematur rentan terhadap infeksi (Gupte, 2004, hlm.74).
Menyadari akan pentingnya pengetahuan dan sikap yang baik dalam melakukan
menjaga suhu tubuh, menjaga lingkungan di sekitar bayi agar tetap bersih,
memperhatikan BAK dan BAB, serta cara ibu dalam memberikan stimulus yang sesuai
dan bagaimana cara ibu dalam memenuhi segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi
prematur, karena bayi prematur ini memerlukan perawatan yang lebih intensif di
bandingkan dengan bayi cukup bulan, jadi peran seorang ibu sangat penting dalam
melakukan perawatan terhadap bayi prematur, maka peneliti merasa tertarik untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi
prematur di RSUD. Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut dapat dirumuskan masalah
penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap
perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap
perawatan lanjutan bayi prematurdari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu terhadap perawatan lanjutan bayi
prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan.
b. Untuk mengidentifikasi sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat digunakan sebagai informasi untuk proses pembelajaran di pendidikan
kesehatan khususnya terhadap perawatan lanjutan pada bayi prematur.
2. Bagi Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi sumber pengetahuan dan strategis
bagi bidan dalam memberikan penyuluhan pada ibu dalam melakukan asuhan
lanjutan bayi prematur.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan bagi responden
dalam melakukan perawatan lanjutan terhadap bayi prematur.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi peneliti berikutnya untuk menambah data
dalam meneliti hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Prematur
1. Pengertian Bayi Prematur
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum
usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan
berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003, hlm.
31).
2. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya: (a) faktor
ibu, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung / penyakit kronik lainnya,
hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua
kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu pekerjaan yang
melelahkan, merokok; (b) faktor janin, cacat bawaan, kehamilan ganda,
hidramion, ketuban pecah dini; (c) keadaan sosial ekonomi yang rendah
Resiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat KPD (Ketuban
Pecah Dini) saat kehamilan , 37 minggu (PPROM, preterm premature rupture
of membrane) adalah 34-44%, sedangkan resiko untuk mengalami PPROM
kembali sekitar 16-32% (Krisnadi, 2009, hlm. 53).
3. Masalah pada Bayi Prematur
Bersangkutan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik
anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul beberapa kelainan seperti : (a)
suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang lelatif lebih luas
dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang
berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat
pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya; (b) Gangguan
pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada bayi prematur. Hal ini
disebabkan oleh kekurangan surfatan ( rasio lesitin/ sfingomielin kurang dari
dua, pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot
pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung (pliable
thorax). Penyakit gangguan pernafasan yang sering diderita bayi prematur
adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumonia. Di samping itu sering
timbul pernafasan periodik (pheriodic breathimh) dan apnea yang disebabkan
oleh pusat pernafasan di medulla belum matur; (c) Gangguan alat pencernaan
dan masalah nutrisi : distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang,
volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah,
dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang, kerja dari sfingter
kardio-esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi
lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi; (d) Immatur hati memudahkan
terjadinya hiperbillirubinemia dan defisiensi vitamin K; (e) Ginjal yang
immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urin yang sedikit,
urea clearance yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan
elektrolit dari badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis
metabolik; (f) perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh,
kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, dan faktor Chrismas; (g)
Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma glubolin, bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan
masih belum baek; (h) Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi
prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena
bayi prematur sering menderita apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan
pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia.
Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena
tidak adanya otoregulas, sereblar pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi
perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan
germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus dan ependim.
Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan
ultrasonografi atau CT scan (Prawirohardjo, 2006, hlm. 776-777).
4. Tanda-Tanda Bayi Prematur
Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu, berat badan
sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau
kurang dari 46 cn, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, batas dahi dan
rambut kepala tidak jelas, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, rambut lanugo masih
banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang rawan daun telinga
belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang
rawan daun telinga, tumit mengilap, telapak kaki halus, alat kelamin pada bayi
laki-laki pigmentasi dan rugue pada skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris
menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, tonus otos lemah,
sehingga bayi kurang aktif dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan
tangisnya lemah, jaringan kelenjer mamae masih kurang akibat pertumbuhan
otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit
(Surasmi, Handayani & Kusuma, 2003 hlm. 33).
5. Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit
Yang pasti, bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan yang lebih
intensif. Karena dia masih membutuhkan lingkungan yang tidak jauh berbeda
dari lingkungannya selama dalam kandungan. Oleh karena itu, di rumah sakit
bayi prematur akan mendapatkan perawatan sebagai berikut :
a. Dimasukkan dalam inkubator
Inkubator berfungsi menjaga suhu bayi supaya tetap stabil. Akibat sistem
pengaturan suhu dalam tubuh bayi prematur belum sempurna, maka
kondisi kesehatannya. Selain itu, otot-ototnya pun relatif lebih lemah.
Sementara cadangan lemaknya juga lebih sedikit dibanding bayi yang lahir
cukup bulan.
b. Pencegahan infeksi
Mudahnya bayi prematur terinfeksi menjadikan ini salah satu fokus
perawatan di RS. Pihak RS akan terus mengontrol dan memastikan jangan
sampai terjadi infeksi karena bisa berdampak fatal.
c. Minum cukup
Bagi bayi, susu adalah sumber nutrisi yang utama. Untuk itulah selama
dirawat, pihak RS harus memastikan si bayi mengkonsumsi susu sesuai
kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa mengisap dengan benar, minum
susu dilakukan dengan menggunakan pipet. Pada bayi prematur refleks isap,
telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya
enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan
protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan
bertambah sebaik-baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi
cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam
agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum
pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal
itu perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah
muntah.
d. Memberikan sentuhan
Selama bayi dibaringkan dalam inkubator bukan berarti hubungan dengan
sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang banyak mendapat sentuhan ibu
menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat
daripada jika si bayi jarang disentuh.
e. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RSUD. Dr. Pirngadi
Medan bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Setelah suhunya stabil dan memungkinkan biasanya sudah dibolehkan
dibawa pulang. Namun, ada juga sejumlah RS yang menggunakan patokan
berat badan. Misalnya bayi baru boleh dibawa pulang kalau beratnya
mencapai 2 kg, kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum (Maulana, 2008, hlm.
201-202).
6. Perawatan Lanjutan Bayi Prematur di Rumah
Untuk merawat bayi prematur memang dibutuhkan penanganan khusus,
dan peran ibu sangat penting. Hal itu karena organ-organ tubuh bayi belum
berkembang secara maksimal dan bayi prematur ini sangat rentan terhadap
infeksi. Sehingga risiko mengalami gangguan kesehatan sangat tinggi
(Hoffman, Rudolph, 2006, hlm. 270).
Langkah-langkah perawatan lanjutan bayi prematur di rumah di
antaranya adalah:
a. Asupan gizi
Bayi prematur membutuhkan susu berprotein tinggi. Namun dengan
kuasa Tuhan, ibu-ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya
yang melahirkan bayi yang cukup bulan. Kalaupun ibu mengalami masalah
dengan ASI-nya, ada susu khusus yang diperuntukkan bagi bayi prematur.
Yang harus diingat, karena kapasitas saluran cernanya masih amat terbatas,
maka pemberian susu sebaiknya jangan terlalu banyak. Namun, agar
kebutuhannya tercukupi, tingkatkan frekuensi pemberiannya. Jika bayi tidak
dapat menyusu dengan cukup baik guna mendaptkan volume susu yang
banyak ibu hendaknya memberikan perasan ASI dengan menggunakan metode
pemberian makan alternatif. Ibu dapat memberikan makan dengan cangkir,
cangkir dan sendok, atau alat lain yang bersih.
b.Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang
belum stabil. Oleh karenanya, orang tua harus mengusahakan agar lingkungan
sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Langkah
yang bisa ditempuh dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun
terlalu dingin, sehingga dapt mempengaruhi suhu tubuhnya.
c. Pastikan semuanya bersih
Seperti sudah disebutkan diatas, bayi prematur lebih rentan terserang
penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati-hati menjaga keadaan
sikecil supaya tatap bersih sekaligus memanimalisasi kemungkinan terserang
infeksi. Salah satu langkah penting yang disarankan adalah imbauan bagi siapa
saja yang akan memegang bayi supaya mencuci tangan terlebih dahulu. Kalau
d. BAK dan BAB
BAK dan BAB bayi prematur masih terhitung wajar, kalau setelah di
susui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar
apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAK atau BAB. Untuk kasus seperti
ini, tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Setelah dipastikan 4 hal tersebut tidak ada masalah, orang tua tidak perlu
khawatir untuk melakukan aktivitas rutin lainnya. Semisal mengajaknya
bermain, menimang, menggendong, dan sebagainya. Untuk merangsang indra
penglihatannya, tunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar-gambar
dan mainan berwarna cerah, serta ekspresi wajah ayah dan ibu. Berikan
stimulus yang sesuai dengan usianya (Maulana, 2009, hlm 203-204).
f. Metode kanguru
Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL) adalah
kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi
dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil tetap hangat.
Dapat dimulai segara bayi lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan
di rumah sakit di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa di rawat dengan
KMC meskipun belum bisa menyusu. Berikan ASI peras menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian umum (Depkes, 2003, hlm. 107).
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir
rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, metode kanguru
merupakan perawatan bayi baru lahir dalam keadaan telanjang, bayi hanya
antara ke dua payudara ibu, di mana ibu dalam keadaan telanjang dada,
kemudian diselimuti (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm. 36).
g. Pemijatan bayi
Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur yang
biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan berat
badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah dilakukan
pemijatan secara teratur. Pemijatan bayi dengan berat badan lahir rendah bisa
dilakukan setelah bayi dalam keadaan stabil, telah melampaui masa kritis dan
dapat dilakukan tiga kali dalam sehari. Waktu memijat bayi yang terbaik
apabila orang tua dan bayi telah siap memulai, pagi hari sebelum mandi atau
sebelum makan, siang hari sebelum minum, dan sore hari sebelum minum
atau sebelum tidur. Alat-alat yang perlu dipersiapkan sebelum memijat bayi
yaitu, lotion atau minyak minyak yang lembut, selimut/popok/kain bedong,
handuk, dan pakaian ganti bayi.
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pemijatan bayi yaitu: 1)
letakkan bayi dalam posisi telungkup atau telentang; 2) lakukan pijatan
dengan kekuatan tekanan sedang selama 1 menit pada bagian kepala dan
muka, pundak, punggung, kaki dan tangan; 3) lakukan gerakan dari atas
kepala, kebawah bagian muka, ke atas bagian kepala, dan seterusnya; 4)
lakukan gerakan dari belakang leher, ke bahu, dan seterusnya; 5) lakukan
gerakan dari atas punggung ke pinggang, kembali ke punggung, dan
seterusnya; 6) lakukan dari paha ke bawah, kembali ke paha, kemudian ke
bawah dan lakukan usapan pada kedua kaki; 7) lakukan gerakan dari pangkal
letakkan bayi dalam posisi telentang, lakukan dan rentangkan tiap-tiap lengan
dan kaki setelah dipijat (Maryuni & Nurhayati, 2009, hlm. 41).
7. Hal-hal yang Harus Diwaspadai Orang Tua
Hari Martono menegaskan mengenai adanya beberapa hal yang tetap
harus diwaspadai orang tua sehubungan dengan perawatan bayi prematur. Yang
paling dikhawatirkan adalah terjadinya infeksi. Adapun tanda-tanda bahaya
yang harus diperhatikan adalah (a) perubahan suhu, perubahan suhu ini bisa
tinggi, bisa pula rendah. Pokoknya, kalau suhunya tidak stabil, segera bawa ke
dokter. Pasalnya, perubahan suhu merupakan salah satu tanda terjadinya infeksi
pada bayi; (b) rintihan, bila suara tangisnya menyerupai rintihan, hampir bisa
dipastikan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rintihan ini bisa menjadi
“sinyal” awal terjadinya infeksi; (c) refleks isap lemah, bila refleks isapnya
menjadi lemah. Orang tua bisa mendeteksi sendiri, biasanya bayi minum
susunya seperti apa, sehingga perubahan sedikit saja dapat segera terdeteksi
(Maulana, 2008, hlm. 204-205).
8. Pencegahan Persalinan Prematur
Prematuritas merupakan masalah multifaktor, tidak ada faktor pasti yang
dapat menyebabkan prematuritas, sehingga pencegahan melalui satu atau
beberapa faktor mungkin tidak akan berhasil memperbaiki luaran persalinan.
Langkah pertama untuk mencegah persalianan prematur adalah dengan
mengurangi faktor risiko yang berhubungan dengan persalinan prematur.
Pencegahan primer dilakukulan dengan mengenal kelompok ibu yang
berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dan melakukan intervensi
faktor karakteristik ibu, faktor lingkungan, faktor risiko, faktor plasenta, faktor
maternal, faktor farmakologi dan faktor fetus.
Pencegahan sekunder adalah deteksi dini gejala persalinan prematur dan
pengobatan dini ancaman persalinan prematur, sedangkan pencegahan tersier
diberikan untuk memperpanjang waktu persalinan pada ibu yang sudah
terdiagnosis persalinan prematur baik dengan istirahat rebah atau dengan
pemberian medikasi (Krisnadi, Effendi & Pribadi, 2009, hlm. 141).
B. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmojo,
2007, hlm.139).
2. Tingkatan Pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sebagai materi yang dipelajarinya,
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau yang diterima.
b.Memahami (Comprehension)
Memahami sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d.Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis(Synthesis)
Yaitu menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian
terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2007, hlm. 140).
C. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan
Adapun faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan dalam diri
seseorang adalah :
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun angka kematian di dalam hampir
semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi
adalah umur yang tepat, apakah panjang intervalnya di dalam pengelompokan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan pada
penelitian orang lain.
b. Pendidikan
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan ini terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah
yang lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Konsep ini
berangkat dari asumsi manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan untuk
mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orng
lain. Yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu,
lebih tahu, dan sebagainya) dalam mencapai tujuan seorang individu, kelompok,
dan masyrakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
c. Pekerjaan
Pekerjaan akan menimbulkan reaksi fisiologi lagi yang melakukan
pekerjaan itu, reaksi ini dapat bersifat positif misalnya senang, bergairah,
ataupun reaksi yang bersifat negatif misalnya bosan, acuh, tidak serius dan
sebagainya.
Melakukan pekerjaan secara efesien tidak hanya tergantung kepada
kemampuan atau ketarampilan tetapi juga dipengaruhi oleh penguasaan prosedur
kerja, uraian kerja, peralatan kerja yang tepat atau sesuai dengan lingkungan
kerja dan lain-lain.
d. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan. Pengetahuan diperoleh dari
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seseorang memperoleh
Semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengetahuan orang
tersebut.
e. Sumber Informasi
Informasi adalah isi stimulasi yang dikeluarkan oleh sumber
(komunikator) kepada komunikan (penerima). Isi stimulasi berupa peran atau
infornasi yang dikeluarkan oleh komunikator, tetapi diharapkan agar seseorng
secara positif untuk aktif melakukan sesuatu, berupa prilaku atau tindakan.
Sumber informasi juga mempengaruhi pengetahuan, baik dari orang maupun
media (Notoatmodjo, 2003).
D. Sikap
1. Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseoarang terhadap stimulus atau objek (Syafrudin & Fratidhina, 2009,
hlm.126).
Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau di pelajari
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objek. Sikap dapat
berubah-ubah karena itu sikap dapat di pelajari dan karena itu pula sikap dapat
berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap orang itu. Sikap tidak berdiri sendiri,
senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Objek sikap itu
merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari
Selain itu, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3
komponen pokok, antara lain :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponan ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoadmojo, 2003, hlm.125).
2. Tingkatan Sikap
a. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
b. Merespon(responding)
Memberikan jawaban bila di tanya, mengerjakan atau menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
d. Bertanggung jawab (responsibility)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala
resiko adalah sikap yang paling tinggi (Syaifrudin & Yudhia, 2009, hlm.
3. Fungsi sikap
a. Sebagai alat untuk menyesuaikan, sikap adalah sesuatu yang bersifat
communicable, artinya sesuatu yang mudah mengajar, sehingga mudah pula
menjadi milik bersama.Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang
dengan kelompok atau dengan anggota kelompok lainnya.
b. Sebagai alat pengatur tingkah laku, pertimbangan dan reaksi pada anak,
dewasa, dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya
tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara
sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.
c. Sebagai alat pengatur pengalaman manusia didalam menerima
pengalaman-pengalaman secara aktif, artinya semua berasal dari dunia luar tidak semua
dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana hal-hal yang perlu dan
mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman di beri penilaian lalu
dipilih.
d. Sebagai pernyataan kepribadian, sikap sering mencerminkan pribadi
seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya, oleh karena itu sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit
banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan
pernyataan pribadi (Notoadmojo, 2003, hlm. 126).
4. Pengukuran Sikap Model Likert
Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap
dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala
Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, subjek yang diteliti akan memilih salah satu dari lima
alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan
oleh likert adalah :
a. Sangat setuju (strogly approve) : 4
b. Setuju (apporove) : 3
c. Tidak setuju (Disapporove) : 2
d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) : 1
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap
a. Pengalaman pribadi
Untuk dasar menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi hanya
menggunakan kesan yang kuat untuk pembentukan sikap.
b. Orang lain
Seseorang yang kita anggap penting atau seseorang yang berarti khusus dapat
dipercaya akan banyak mempengaruhi sikap terhadap sesuatu.
c. Kebudayaan
Kebudayaan yang mewarnai sikap dan menanamkan garis pengaruh sikap dan
informasi. Adanya informasi memberikan landasan terbentuknya sikap.
d. Agama
Agama meletakkan dengan pengertian konsep moral dan individu.
e. Faktor emosional
Sikap merupakan pernyataan yang disertai oleh emosi yang berfungsi sebagai
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang
diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2008, hlm.55).
Dari skema berikut ini, kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan
bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu, sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. Kerangka Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu
Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur.
B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipoteis alternatif (Ha)
yaitu, ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan
bayi prematur.
Sikap ibu terhadap perawatan
C.` Definisi Operasional
No Variabel Definisi
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional study, jenis penelitian ini tujuannya untuk menemukan ada atau tidak
adanya hubungan, dan apabila ada, seberapa erat hubungannya serta berarti atau
tidak hubungan itu (Arikunto, 2006, hlm.270). Rancangan dalam penelitian ini untuk
mengidentifiksi hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan
lanjutan bayi prematur.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008, hlm. 89). Populasi dalam penelitian ini
ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr.
Pirngadi Medan Periode September s/d Nopember 2010 dan telah dirawat di
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh objek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2007, hlm.79). Yang menjadi sampel pada
penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat
di RS. Pirngadi Medan dan telah di rawat dirumah, yaitu sebanyak 30 orang.
Penelitian ini adalah menggunakan total sampling , yaitu keseluruhan jumlah
populasi dijadikan sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan
yaitu ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang pernah dirawat di RSUD. Dr.
Pirngadi Medan dan telah dirawat di rumah.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah ibu-ibu yang memiliki bayi prematur yang
pernah dirawat di RSUD. Dr. Pirngadi Medan dan sudah dirawat dirumah.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai September 2010 sampai dengan Juni 2011. Penelitian
dilakukan dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, melakukan survei awal,
konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data, sidang
akhir.
E. Etika penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah penelitian mendapat persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU
beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan
penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur
pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden
dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden
tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri
selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data
responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen,
tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian.
Pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar
tersebut hanya diberi nomer kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan
oleh responden di jamin oleh peneliti ( Nursalam, 2001, hlm.119).
F. Alat Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan angket
atau kuesioner tertutup. Di mana pada bagian awal instrumen berisi data demografi
responden yang berisi umur, paritas, pendidikan, dan pekerjaan. Data demografi
hanya bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden.
Bagian pertama instrument berisi pertanyaan untuk mengetahui
pengetahuan responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur, bagian ini
terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan “Benar” atau “Salah”. Jawaban yang
benar di beri nilai 1 dan jawaban yang salah di beri nilai 0. Untuk mendapatkan
a. Menentukan nilai terbesar dan terkecil
Nilai terbesar : 10
Nilai terkecil : 0
b. Menentukan nilai rentang (R)
Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil
= 10 – 0
= 10
c. Menentukan nilai panjang kelas (i)
Panjang Kelas (i) =
d. Menentukan Kategori pengetahuan berdasarkan perolehan nilai
Baik = Jika responden mendapatkan skor 6-10
Tidak baik = Jika responden memdapatkan skor 0-5
Bagian instrumen ketiga berisi pernyataan untuk mengidentifikasi sikap
responden terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Di mana terdapat 10
pertanyaan tentang tindakan ibu yang terdiri dari pertanyaan yang mendukung
(Favourabel) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavourabel) dengan
jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Penilaian diukur dengan menggunakan metode scoring terhadap
kuesioner yang telah diberi bobot. Bila pertanyaan yang mendukung, jawaban
sangat setuju (SS) diberi nilai empat (skor 4), setuju (S) diberi nilai tiga (skor 3),
nilai satu (skor 1). Sebaliknya pertanyaan yang tidak mendukung, jawaban
sangat setuju (SS) diberi nilai satu (skor 1), setuju (S) diberi nilai dua (skor 2),
tidak setuju (TS) diberi nilai 3 (skor 3), sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4
(skor 4). Untuk menentukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan
rumus sebagai berikut ( Hidayat, 2007, hlm. 102). Untuk mendapatkan kriteria
digunakan perhitungan sebagai berikut :
e. Menentukan nilai terbesar dan terkecil
Nilai terbesar : 40
Nilai terkecil : 10
f. Menentukan nilai rentang (R)
Rentang = Nilai terbesar- nilai terkecil
= 40 – 10
= 30
g. Menentukan nilai panjang kelas (i)
Panjang Kelas (i) =
s banyakkela
g rentan
= 15
2 30 =
h. Menentukan Kategori sikap berdasarkan perolehan nilai
Baik = Jika responden mendapatkan skor 26-40
G. Validitas dan Reabilitas Instrumen
Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen, maka perlu di lakukan
pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah isi
(content validity) dimana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep
yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional, yang didasarkan pada landasan
teori dan pendapat para ahli, dalam hal ini uji validitas telah dilakukan oleh ahli
kebidanan yaitu Dr. Sarma Lumbanraja, SpoG (K) dan didapatkan nilai validitas
0.80, diperoleh dari hasil perhitungan jumlah skor total dibagi jumlah seluruh item
pertanyaan/pernyataan. Sedangkan untuk uji reabilitas, data dianalisis dengan uji
cronbach’s alfa dan instrumen diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria
yang sama dengan responden yang diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah
dengan menggunakan bantuan program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien
reliabilitas Alpha Cronbach. Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6
maka instrumen dinyatakan reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka
dinyatakan tidak reliabel (Hidayat, 2007, hlm.115). Untuk pertanyaan pengetahuan
didapat nilai alpha cronbach 0.676. Sedangkan pernyataan sikap didapat nilai alpha
cronbach 0.829.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada pendidikan (Program
Studi D-IV Kebidanan Fakultas Keperawatan USU). Mengirim surat ijin penelitian
Setelah mendapat persetujuan dari pimpinan RSUD. Dr. Pirngadi Medan, dan
setelah peneliti mengetahui alamat ibu yang memiliki bayi prematur yang diperoleh
dari rekam medis, peneliti langsung datang kerumah ibu yang memiliki bayi
prematur lalu menjelaskan tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian
kuesioner. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian.
Setelah mendapat persetujuan responden, pengumpulan data di mulai. Peneliti
memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri
dari kuesioner demografi, pengetahuan, dan sikap.
I. Analisis Data
1. Pengolahan Data
Semua data yang telah terkumpul dilakukan analisis data dengan memeriksa
semua kuesioner apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data
dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden (editing). Kemudian data
diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer (coding) untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Data yang dibersihkan
kemudian dimasukkan ke dalam program komputer (entri). Setelah data
dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap
terakhir dilakukan melakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving).
2. Analisis Data
Analisis data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden,
lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi.
a. Statistik Univariat
Analisis data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase
tiap variabel yang diteliti. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui
distribusi frekuensi variabel independen yaitu pengetahuan ibu dan variabel
dependen yaitu sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.
b. Statistik Bivariat
Statistik bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan
keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hlm.271). Dalam
menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Chi Square ( X2 ), dengan nilai kemaknaan (α =
0.05). Pedoman dalam menerima hipotesis : Apabila nilai X2 hitung > X2
tabel atau nilai probalitas (p) < 0.05 maka hipotesis penelitian diterima, yaitu
ada hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat. Dan apabila
nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai probalitas (p) > 0.05 maka hopotesis
penelitian ditolak, yaitu tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Fisher exact digunakan bila:
1. Jumlah seluruh pengamatan (n) kurang dari 20.
2. Terdapat sel harapan (expected) kurang dari 5 dengan jumlah pengamatan
antara 20 dan 40.
3. Jumlah pengamatan (n) > 40 dan terdapat sel harapan yang kurang dari
Sedangkan untuk chi square digunakan bila:
1. Jumlah subjek total > 40, tanpa melihat nilai expected, yaitu nilai yang
dihitung bila hipotesis 0 benar
2. Jumlah subjek antara 20 dan 40, dan semua nilai expected > 5.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari
RSUD Dr. Pirngadi Medan, pada 30 responden tahun 2011.
A. Hasil penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian, maka hasil penelitian ini akan diuraikan
gambaran data demografi responden yang terdiri atas umur, paritas, pendidikan,
pengetahuan ibu, dan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari RSUD.
Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.
1. Karakteristik responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karaktiristik Responden dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Umur
< 20 tahun
21-29 tahun
> 30 tahun
8
14
8
26.7
46.6
Sambungan Tabel 5.1.
Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur
adalah berumur < 20 tahun sebanyak 8 orang (26.7%), berumur antara 21-29 tahun
sebanyak 14 orang (46.7%), berumur > 30 tahun sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini
berarti sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%).
Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan paritas
adalah primi sebanyak 12 orang (40.0%), multi sebanyak 18 orang (60.0%). Hal ini
berarti sebagian besar paritas responden multi sebanyak 18 orang (60.0%).
Dari hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan adalah SD sebanyak 6 orang (20.0%), SMP sebanyak 5 orang (16.7%), SMA
sebanyak 11 orang (36.7%), dan Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (26.7%). Hal ini
berarti sebagian besar responden berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%).
2. Pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan
ibu terhadap perawatan lanjutan bayi prematur sebagian besar menjawab benar adalah
pertanyaan tentang bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus, yaitu 26
cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi
sering yaitu 12 orang (40%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
Berdasarkan Kuesioner Pengetahuan
1. Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan ibu 9 bulan.
25 83.3 5 16.7 30 100
2. Bayi prematur tidak memerlukan perawatan yang khusus.
26 86.7 4 13.3 30 100
3. Apabila secara tiba-tiba tubuh bayi panas dan adanya rintihan pada bayi prematur itu merupakan hal yang harus diwaspadai.
21 70 9 30 30 100
4. Apabila bayi prematur pipis atau buang air besar tanpa pemberian ASI (Air Susu Ibu) itu merupakan hal yang wajar.
24 80 6 20 30 100
5. Mencuci tangan sebelum memegang
bayi prematur bertujuan agar bayi tidak
terinfeksi.
24 80 6 20 30 100
6. Cara pemberian ASI yang baik pada bayi prematur yaitu jangan terlalu banyak tapi sering.
18 60 12 40 30 100
7. Pemeriksaaan kehamilan secara teratur adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya kelahiran prematur.
23 76.7 7 23.3 30 100
8. Bayi prematur tidak mudah terserang infeksi.
21 70 9 30 30 100
9. Pada awalnya bayi prematur biasanya akan mudah lelah dan menyusu dengan lemah.
23 76.7 7 23.3 30 100
10. Nutrisi yang tidak mencukupi selama kehamilan akan dapat mengakibatkan kelahiran prematur.
Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, pengetahuan
responden tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
Berdasarkan Kuesioner pengetahuan
Kategori N Persentase (%)
Baik 20 66.7
Tidak baik 10 33.3
Total 30 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan
lanjutan bayi prematur berpengetahuan baik sebanyak 20 orang (66.7%), dan
berpengetahuan tidak baik sebanyak 10 orang (33.3%). Hal ini berarti sebagian besar
responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 20 orang (66.7%).
3. Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan
kuesioner sikap terhadap perawatan lanjutan bayi prematur dari 30 responden sebagian
besar responden menjawab sangat setuju adalah pernyataan tentang hendaknya ibu harus
menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih yaitu 14 orang (46.7%), yang menjawab
setuju pada pernyataan sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan
terlalu banyak tapi sering yaitu sebanyak 13 orang (43.3%) sedangkan tidak setuju pada
pernyataan jika tubuh bayi prematur panas secara tiba-tiba, ibu tidak perlu membawa ke
dokter yaitu sebanyak 10 orang (33.3%). Sedangkan menjawab sangat tidak setuju
menunjukkan mainan berwarna cerah, yaitu 16 orang (53.3%). Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2011
Berdasarkan Kuesioner Sikap
No Pernyataan SS S TS STS
n % n % n % n %
1 Sebaiknya ibu memberikan ASI pada bayi prematur jangan terlalu
banyak tapi sering.
10 33.3 13 43.3 3 10 4 13.3
2 Hendaknya ibu harus menjaga
lingkungan bayi agar tetap bersih.
14 46.7 11 36.7 1 3.3 4 13.3
3 Untuk merangsang indra
penglihatan bayi prematur ibu
dapat menunjukkan mainan
berwarna cerah.
6 20 3 10 5 16.7 16 53.3
4 Sebelum memengang bayi
prematur, hendaknya ibu mencuci
tangan terlebih dahulu.
12 40 10 33.3 4 13.3 4 13.3
5 Kalau ada anggota keluarga yang
sakit sebaiknya jauh-jauh dari si
kecil.
11 36.7 9 30 6 20 4 13.3
6 Jika produksi ASI pada ibu tidak
cukup, ibu perlu memberikan susu
bantuan yang khusus untuk bayi
prematur.
12 40 9 30 3 10 6 20
7. Jika bayi tidak dapat menghisap
puting susu ibu dengan baik,
hendaknya ibu dapat memberikan
ASI yang diperas menggunakan
cangkir dan sendok.
Sambungan Tabel 5.4.
8 Agar alat-alat yang digunakan
dalam pemberian makan pada bayi
itu bersih ibu hendaknya mencuci
atau merebus alat-alat tersebut
sebelum digunakan.
13 43.3 10 33.3 2 6.67 5 16.7
9 Jika tubuh bayi prematur panas
secara tiba-tiba, ibu tidak perlu
membawa ke dokter
3 10 6 20 10 33.3 11 36.7
10 Cara menyusukan bayi yang baik,
hendaknya ibu menempelkan
mulut bayi pada puting susu dan
membiarkan bayi menyusu secara
perlahan.
8 26.7 11 36.7 5 16.6 6 20
Berdasarkan perhitungan sesuai kategori yang ditetapkan, sikap responden
tentang perawatan lanjutan bayi prematur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
Berdasarkan Kuesioner Sikap
Kategori N Persentase (%)
Baik 19 63.3
Tidak baik 11 36.7
Total 30 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap perawatan lanjutan bayi
orang (36.7%). Hal ini menunjukkan sebagian besar sikap responden baik yaitu 19 orang
(63.3%).
4. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu
terhadap perawatan lanjutan bayi prematur diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.6
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Prematur
dari RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 responden, ada 19 orang (63.3%) yang
yang berpengetahuan baik memiliki sikap baik, dan yang berpengetahuan tidak baik ada
10 orang (33.3%) memiliki sikap yang tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden berpengetahuan baik memiliki sikap yang baik yaitu 19 orang (63.3%).
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Fisher exact test p = 0.01 < dari p
0.05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
B. Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjawab pertanyaan penelitian yaitu
bagaimanakah hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap perawatan lanjutan
bayi prematur.
1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 30 responden, diketahui
sebagian besar umur responden 21-29 tahun sebanyak 14 orang (46.7%). Hal ini sesuai
dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang berpengaruh terhadap
kehidupannya. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara teori dan
kenyataan di mana umur ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan terhadap perawatan
lanjutan bayi prematur.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar paritas responden multi sebanyak
18 orang (60.0%). Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2007) bahwa paritas adalah
jumlah anak yang dilahirkan. Seseorang memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada
keadaan sebelumnya tentang pengalamannya. Semakin sering seseorang mengalaminya
semakin tinggi pengetahuan orang tersebut. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
kesesuaian antara teori dan kenyataan di mana paritas ibu mempengaruhi tingkat
pengetahuan pemahaman terhadap perawatan lanjutan bayi prematur.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan responden SMA
sebanyak berpendidikan SMA sebanyak 11 orang (36.7%). Hal ini Sesuai pendapat
Notoadmodjo (2007) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting
dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan
kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan