EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN
PENGGANTI NENAS (JERUK, MARKISA DAN MANGGIS)
DI DESA SIPAHUTAR KECAMATAN SIPAHUTAR
KABUPATEN TAPANULI UTARA
SKRIPSI
OLEH
JIMRAD AMRON SINAGA 030303041
ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN
PENGGANTI NENAS (JERUK, MARKISA DAN MANGGIS)
DI DESA SIPAHUTAR KECAMATAN SIPAHUTAR
KABUPATEN TAPANULI UTARA
SKRIPSI
OLEH
JIMRAD AMRON SINAGA 030303041
ILMU TANAH
Usulan Penelitian Sebagai Salah Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
( Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc,PhD ) ( Ir. Posma Marbun, MP ) Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada
Tanaman Pengganti Nenas (Jeruk, Markisa dan Manggis) di Desa Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara” yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian,Universitas Sumatera Utara,Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, PhD selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan
kepada Ir. Posma Marbun, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing, dan
kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan dan
masukan-masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,mengingat
keterbatasan penulis dan kurangnya sarana pendukung. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga usulan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ABSTRAK
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
Bahan dan Alat... 20
Metode Penelitian ... 20
Pelaksanaan Penelitian ... 21
Tahap Persiapan ... 21
Analisa Kesesuaian Lahan ... 22
Parameter Yang Diamati ... 24
BOTANI TANAMAN
Tanaman Jeruk ... Syarat Tumbuh Jeruk (Citrus, sp) ... Iklim ... Tanah ... Tanaman Markisa ...
Syarat Tumbuh Markisa (Passiflora edulis f. edulis)……… Iklim………... Tanah……….. Tanaman Manggis……….
Syarat Tumbuh Manggis (Garcinia mangostana L.)...
Iklim...
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ...
Kualitas dan Karakteristik Lahan...
Evaluasi Lahan...
Pembahasan...
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...
Saran ...
ABSTRAK
Evaluasi lahan adalah proses penilaian lahan untuk berbagai macam
penggunaan untuk tujuan tertentu. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk, markisa dan manggis di Desa Sipahutar,
Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
Penelitian dilakukan di Desa Sipahutar. Penelitian ini dimulai dari bulan
Pebruari sampai Mei 2008.
Penelitian ini dimulai dari telaah pustaka, pengumpulan data-data yang
berkaitan dengan penggunaan lahan, survey lahan dan pelaksanaan penelitian
yang meliputi pengeboran tanah pada SPT1 dan SPT2 serta penggalian profil
untuk memperoleh data lapangan. Pengambilan sampel tanah dari pengeboran dan
penggalian profil tanah yang dicampur secara komposit untuk analisa
laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan kelas kesesuaian lahan di Desa Sipahutar
pada SPT1 tidak sesuai secara aktual untuk kelas kejenuhan basa, kelas
temperatur (markisa) dan kelas ketersediaan air (manggis), dan pada SPT2 adalah
tidak sesuai secara aktual untuk kelas kejenuhan basa, kelas temperatur (markisa)
ABSTRACT
Land evaluation is the process of land assesment for multiple usage and certain purpose. This assesment is to know the class of land suitability for orange, passion fruit and mangoesteen in countryside of Sipahutar, subdistric of Sipahutar, distric of North Tapanuli.
This research has done in countryside of Sipahutar. This research started from February until May 2008.
This research started from literature study, gathering datun related to landuse, land survey and doing the research including land drilling at SPT 1 and SPT 2, and profile to get field data. Taking the sample of soil by drilling and profile digging that mixed compositelly for laboratory analysis.
ABSTRAK
Evaluasi lahan adalah proses penilaian lahan untuk berbagai macam
penggunaan untuk tujuan tertentu. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk, markisa dan manggis di Desa Sipahutar,
Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
Penelitian dilakukan di Desa Sipahutar. Penelitian ini dimulai dari bulan
Pebruari sampai Mei 2008.
Penelitian ini dimulai dari telaah pustaka, pengumpulan data-data yang
berkaitan dengan penggunaan lahan, survey lahan dan pelaksanaan penelitian
yang meliputi pengeboran tanah pada SPT1 dan SPT2 serta penggalian profil
untuk memperoleh data lapangan. Pengambilan sampel tanah dari pengeboran dan
penggalian profil tanah yang dicampur secara komposit untuk analisa
laboratorium.
Hasil penelitian menunjukkan kelas kesesuaian lahan di Desa Sipahutar
pada SPT1 tidak sesuai secara aktual untuk kelas kejenuhan basa, kelas
temperatur (markisa) dan kelas ketersediaan air (manggis), dan pada SPT2 adalah
tidak sesuai secara aktual untuk kelas kejenuhan basa, kelas temperatur (markisa)
ABSTRACT
Land evaluation is the process of land assesment for multiple usage and certain purpose. This assesment is to know the class of land suitability for orange, passion fruit and mangoesteen in countryside of Sipahutar, subdistric of Sipahutar, distric of North Tapanuli.
This research has done in countryside of Sipahutar. This research started from February until May 2008.
This research started from literature study, gathering datun related to landuse, land survey and doing the research including land drilling at SPT 1 and SPT 2, and profile to get field data. Taking the sample of soil by drilling and profile digging that mixed compositelly for laboratory analysis.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah sangat penting artinya bagi usaha pertanian karena kehidupan dan
perkembangan tumbuh-tumbuhan dan segala makhluk hidup di dunia sangat
memerlukan tanah. Akan tetapi arti yang penting ini kadang-kadang diabaikan
oleh manusia, sehingga tanah tidak berfungsi lagi sebagai mana mestinya. Tanah
menjadi sangat gersang dan dapat menimbulkan berbagai bencana, tidak lagi
menjadi sumber bagi segala kehidupan.
Setiap usaha pertanian menitik beratkan kepada tingginya produksi yang
akan dicapai. Hal ini dapat dicapai bila didasari atas pemahaman kondisi lahan
dengan komoditi pertanian yang akan dikembangkan. Oleh sebab itu suatu lahan
perlu dievaluasi sehingga komoditas yang akan dikembangkan dapat memberikan
hasil yang optimal.
Mempertahankan lahan sesuai dengan potensinya merupakan usaha yang
seharusnya semakin ditingkatkan lagi ditengah makin beragamnya penggunaan
lahan. Ini penting dilakukan supaya lahan tersebut dapat memberikan hasil yang
produktif dan berkelanjutan di dalam pengelolaannya.
Evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan potensi lahan untuk
macam-macam penggunaan (Dent and Young, 1981). Evaluasi lahan ini
merupakan alat yang biasa digunakan dalam proyek perencanaan. Alat ini sangat
fleksibel, bergantung pada keperluan dan komoditas wilayah yang hendak
Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam yaitu
mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dalam
keberhasilan produksi. Penilaian kesesuaian lahan pada dasarnya dapat berupa
pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu. Hal ini dapat dilakukan
dengan menginterpretasikan peta tanah dalam kaitannya dengan kesesuaiannya
untuk berbagai tanaman dan tindakan pengolahan yang diperlukan (Sitorus, 1985).
Desa Sipahutar yang terletak pada Kecamatan Sipahutar Kabupaten
Tapanuli Utara merupakan penghasil utama buah nenas yang dibudidayakan oleh
hampir semua petani di desa ini. Pabrik pengalengan nenas yang terdapat di
Kecamatan Siborong-borong sampai saat ini belum dapat meningkatkan
penghasilan petani nenas di desa ini secara nyata akibat rendahnya harga jual
nenas petani di pabrik pengalengan tersebut yang pada akhirnya menurunkan taraf
hidup petani nenas di desa ini, oleh karena itu perlu dicarikan alternatif tanaman
buah-buahan lain yang sesuai dengan potensi lahan pertanian di desa Sipahutar
yang memiliki prospek pasar yang cerah; seperti tanaman buah-buahan yang
memiliki potensi di pasar lokal maupun untuk diekspor sehingga pada akhirnya
diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan petani setempat.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka evaluasi kesesuaian lahan untuk
tanaman pengganti nenas (jeruk, markisa dan manggis) perlu dilakukan sehingga
dapat diketahui informasi mengenai kesesuaian lahan di daerah tersebut.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman pengganti nenas di
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Survey Tanah
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam
dan potensi sumber dayanya adalah survey. Sebuah peta tanah merupakan salah
satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan
wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survey pada
skala yang besar akan memberikan manfaatn yang lebih besar, tergantung dengan
pelaksanaan survey yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).
Survey tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisika dan
biolgi tanah di lapangan maupun di laboratorium, dengan tujuan pendugaan
penggunaan lahan umum maupun khusus. Suatu tanah baru memiliki kegunaan
jika teliti memetekannya. Hal ini berarti, tepat mencari site yang refresentatif,
tepat meletakkan site pada peta yang didukung oleh peta dasar yang baik, tepat
dalam mendeskripsi profilnya dan benar dalam menetapkan sifat morfologinya,
teliti dalam mengambil contoh tanah dan benar menganalisa di laboratorium
(Abdullah, 1993).
Penggunaan dan survey tanah dapat dikelompokkan atas 5 jenis, yaitu:
1. Produksi tanaman pada suatu jenis tanah tertentu rekomendasi pengapuran
dan sebagainya.
2. Penafsiran lahan untuk kegunaan perpajakan, pengajuan proyek dengan
dan jual beli usaha tani.
3. Pengelolaan penggunaan lahan.
5. pendidikan umum yang menyangkut sumber daya alam.
(Abdullah, 1993).
Beberapa system survey tanah yaitu:
1. Sistem grid dilakukan pada lahan yang datar atau peta dasar kurang
lengkap.
2. Sistem bebas dilakukan bila peta dasar dan data penunjang lengkap
berdasarkan hasil interpretasi foto udara dan atas dasar land system.
3. Sistem sistematik dilakukan bila serupa dengan grid tetapi jarak
pengamatannya tidak sama jauh serta peta dasar dan data penunjangnya
lengkap.
4. Sistem bebas sistematik dilakukan untuk mengatasi kekurangan waktu
pengamatan di lapangan, peta dasar dan data penunjang lengkap serta
berdasarkan hasil interpretasi foto udara.
(Abdullah, 1993).
Interpretasi terhadap hasil survey tanah bagi pengembangan sampai saat
ini meliputi:
1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe
tanah dibawah tingkat pengelolaan tertentu.
2. Kebutuhan maksimum (input) bagi setiap tanaman, yakni sebesar input
yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe
tanah tertentu.
3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.
5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak
dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen, berdasarkan tingkat
kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah
(Hakim, dkk, 1986).
Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya dilapangan dalam keadaan yang sewajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa tanah yang dipengaruhi oleh: iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan penyebarannya (Darmawijaya, 1992).
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman
(performance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi
pelaksanaan dan interpretasi survey dan bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan
aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasikan dan membuat perbandingan
berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (Arsyad, 1989).
Ditinjau dari pelaksanaan evaluasi lahan dilakukan dengan dua cara,
(1) secara langsung, yakni yang evaluasi secara langsung dengan melalui
percobaan, (2) tidak langsung, yakni evaluasi yang diasumsikan secara tidak
langsung terhadap lahan dimana hanya tanah-tanah tertentu saja serta sifat lain
yang terdapat dilokasi (site) yang mengetahui keberhasilan suatu jenis
penggunaan lahan. Kedua cara peleksanaan lahan mempengaruhi kualitas dan
karakteristik pada system penggunaan lahan (Hardjowigeno, 1995).
Evaluasi lahan melibatkan pelaksanaan proses survey bentuk bentang
alam, sifat dan distribusi tanah, macam dan distribusi vegetasi, dan aspek-aspek
lahan lainnya. Keseluruhan avaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
harapan positif. Macam-macam penggunaan lahan ini di dalam evaluasi lahan
dikena; dengan nama Land Utilation Type/LUT (Abdullah, 1993).
Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah
sebagai berikut:
1. Konsultasi pendahuluan melipiti pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain
penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi
yang akan digunakan dalam mengevaluasi, daerah penelitian, serta
intensitas skala survey.
2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan
persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada.
Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data
penggunaan lahan serta informasi-informasi ekonomi dan social
digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.
4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan.
5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.
Dalam penilaian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980) digolongkan atas
dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut:
1. Kelas S1: Sangat sesuai “highly suitable”, lahan tidak mempunyai
pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang
diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti
secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan
2. Kelas S2 : Sesuai “moderately suitable”, lahan mempunyai pembatas yang
agak serius, untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya
yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi
atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3: Kurang sesuai “marginally suitable”, lahan mempunyai
pembatas yang serius, untuk mempertahankan tingkat
pengelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan
mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan
masukan yang diperlukan.
4. Kelas N: Tidak sesuai saat ini “currently suitable”, lahan mempunyai
pembatas-pembatas yang lebih serius tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi hanya tidak dapat diperbaiki
dengan tingkat pengelolaan dengan model formal. Keadaan
pembatas sedemikian seriusnya sehingga mencegah
penggunaan kelangsungan dari lahan.
(Hakim, dkk, 1986)
Beberapa metode mengevaluasi lahan yaitu:
1. Simple limitation
Metode ini membandingkan karakteristik lahan dengan kebutuhan, dan kelas
kesesuaian lahan menurut karakteristik dengan nilai terendah.
Dalam hal ini kita mengacu pada besarnya tingkat factor pembatas dari
karakteristik lahan:tidak ada (0), sedikit (1), sedang (2), banyak (3), dan sangat
banyak (4).
3. Parametric
Dalam pendekatan secara parametric suatu penilaian diberikan untuk
tingkat karakteristik lahan yang berbeda dalam suatu skala dari maksimal
(biasanya 100) ke suatu nilai yang minimal (Zulkifli, 1989).
Faktor-Faktor Pembatas dan Karakteristik Lahan
Temperatur Udara
Merupakan temperature udara tahunan dan dinyatakan dalam oC.
Temperatur atau suhu merupakan derajat panas atau derajat dingin yang diukur
berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan beberapa tipe thermometer.
Energi matahari dalam bentuk elektromagnetik hanya kira-kira 20% yang diserap
oleh atmosfer, sisanya dirubah dulu oleh bumi menjadi sinar gelombang panjang.
Perubahan energi ini terjadi di permukaan daratan dan permukaan lautan yang
dapat menyerap lebih atmosfer yang lebih jernih. Suhu merupakan ukuran energi
Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan
rata-ratadiseluruh daerah yang bersangkutan,bukancurah hujan padasuatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm.
Tabel 1 : Pembagian Agroklimat menjadi zona dan sub zona berdasarkan bulan basah dan bulan kering menurut Oldeman.
Zona Agroklimat
Kriteria Sub Zona
Agroklimat
Jumlah Bulan Basah
Jumlah Bulan Kering
Sumber : Dasar-dasar klimatologi (Guslim, 1996).
Media Perakaran
Drainase
Merupakan pengaruh laju perkolasi air kedalam tanah terhadap aerasi
udara dalam tanah. Tujuan utama drainase dilapangan adalah menurunkan muka
air tanah untuk meningkatkan kedalaman dan efektivitas di daerah perakaran.
d0 =berlebihan, air lebih segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang
ditahan oleh tanah sehingga tanaman akan segera mengalami kekurangan air.
d1 =baik, tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari
atas sampai ke bawah (150 cm) berwarna terang yang seragam dan tidak
terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu.
d2 =agak baik, tanah mempunyai peredaran udara yang baik di daerah
perakaran. Tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu
pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari
permukaan tanah).
d3 =agak buruk, lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara yang baik,
tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu.
Bercak-bercak terdapat pada seluruh lapisan bagian bawah (sekitar 40 cm dari
permukaan tanah).
d4 =buruk, bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau
bercak-bercak berwarna kelabu, coklat atau kekuning-kuningan.
d5 =sangat buruk, seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu
dan tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak
berwarna kebiru-biruan, atau terdapat air yang menggenangi di permukaan
tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman..
(Arsyad, 1989).
Tekstur
Tekstur tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
T2 : tanah bertekstur agak halus, meliputi tekstur lempung liat berpasir,
lempung berliat dan lempung liat berdebu.
T3 : tanah bertekstur sedang, meliputi tekstur lempung, lempung berdebu,
debu.
T4 : tanah bertekstur agak kasar, meliputi tekstur lempung berpasir, lempung
berpasir halus, dan lempung berpasir sangat halus.
T5 : tanah bertekstur kasar meliputi pasir dan pasir berlempung.
(Hardjowigeno, 1995).
Kedalaman Efektif
Menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk
perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi atau kedalaman yang
masih dapat ditembus oleh akar tanaman.
Kedalaman efektif tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
KO = lebih dari 90 cm (dalam)
K1 = 90 sampai 50 cm (sedang)
K2 = 50 sampai 25 cm (dangkal)
K3 = kurang dari 25 cm (sangat dangkal)
(Hardjowigeno, 1995).
Cara praktis penetapan batas tanah (kedalaman efektif) suatu solum adalah
melalui penyidikan pada kedalaman penetrasi perakaran tanaman pada tanah yang
tidak mempunyai lapisan padat yang dapat menghambat penetrasi akar, maka
perakaran tanaman akan berpeluang menembus sampai perbatasan mineral tanah
Retensi Hara
KTK Liat
Menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat atau dapat didefenisikan
sebagai kapasitas tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation. KTK
biasanya dinyatakan dalan milli akuivalen per 100 gram. Kation-kation yang
berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukarkan kation
yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tidak setara dengan yang ditukarkan.
Ion-ion divelant biasanya diikat lebih kuat dari ion-ion monovalent, sehingga
lebih sulit untuk dipertukarkan (Tan, 1991).
Menurut Hardjowigeno (1993) di dalam bukunya “Klasifikasi Tanah dan
Pedogenesis” bahwa kapasitas tukar kation penting untuk (1) kesuburan tanah
seperti petunjuk dalam penyediaan unsur hara, (2) maupun untuk genesis tanah
seperti petunjuk jenis mineral-mineral liat yang ditemukan dalam tanah ataupun
petunjuk untuk tingkat pelapukan tanah.
Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah,
kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat
kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basa >80 %,
kesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 80 dan 50 %, dan tidak subur
jika kejenuhan basanya <50 %. Suatu tanah dengan kejanuhan basa sebesar 80%
akan melepaskan basa-basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah daripada tanah
yang sama dengan kejenuhan basa 50%. Pengapuran merupakan cara yang umum
Jumlah basa-basa (NH4OAC) yang ada dalam 100 g contoh tanah. Data
tentang persentase kejenuhan basa dari berbagai tanah menunjukkan variasi yang
luas. Misalnya kompleks koloid tanah didaerah arid, praktis jenuh dengan basa.
Sebaliknya di daerah lembab, karena pertukaran ion dan pencucian, ternyata
kation logam yang diadsorbsi relatif rendah dan hydrogen yang diadsorbsi lebih
tinggi. Perbedaan semacam ini sangat penting, tidak hanya dari segi kesuburan
tanah, tetapi juga dari segi konsentrasi ion H dari larutan tanah. Kalau pH
menurun, hilangnya kapur dan lain-lain unsur logam (Buckman and Brady, 1982).
pH Tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen H+ didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, maka
semakin masam tanah tersebut. Didalam tanah selain ion H+ terdapat juga ion OH
-yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya ion H+. Pada tanah-tanah
yang masam, jumlah ion H+ lebih tinggi daripada ion OH-, sedangkan pada
tanah-tanah alkalis, kandungan OH- lebih banyak daripada ion H+. Bila kandungan H+
dan OH- sama, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH 7.
(Hardjowigeno, 1995)
Pengaruh pH yang umum terbesar pada pertumbuhan tanaman adalah
pengaruh pH tanah terhadap persediaan unsur hara. Keasaman tanah mempunyai
dua komponen :
1. Ion H+ yang aktif dalam larutan tanah.
Kedua bentuk tersebut cenderung berada dalam keseimbangan sehingga
perubahan pada yang satu mengakibatkan perubahan pada yang lain. Apabila basa
ditambahkan pada tanah yang asam, ion H+ yang terlarut dinetralisasi dan
sebagian ion H+ yang dapat dipertukarkan dengan perlahan berkurang. Ion H+
yang terlarut akan menurun dan pH tanah lambat laun akan meningkat
(Foth, 1994).
C-Organik
Bahan organik tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang
dilakukan jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda
dengan senyawa aslinya, yang tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan
bahan seperti glukosamin (hasil metabolisme jasad renik)
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).
Didalam tanah sumber asli bahan organik adalah jaringan tumbuhan.
Dalam keadaan alami bagian diatas tanah, akar pohon, semak belukar, rumput dan
tanaman tingkat rendah lainnya tiap tahun menyediakan sebagian besar bahan
organik. Sebagian besar bahan tumbuhan bisa diangkut sebagai hasil panen, akan
tetapi beberapa bagian diatas tanah dan semua akar ditinggalkan. Oleh karena
bahan akar menjadi bagian horizon dibawahnya.(Buckman and Brady, 1982).
Terrain
Keadaan lingkungan diluar solum tanah yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kesesuaian lahan untuk berbagai penggunaan adalah lereng. Kemiringan
kemiringan lereng tersebut. Makin curam lereng maka kesesuaian lahan makin
berkurang. Pada umumnya dianggap bahwa kemiringan lereng dari 30 % tidak
cocok lagi untuk tanaman pangan (Hardjowigeno, 1995).
Kemiringan lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanya
mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman lereng tercatat
atau dapat diketahui pada peta tanah. Kemiringan lereng yang perlu diamati
adalah pengaruhnya terhadap pengolahan tanah. Panjang dan bentuk lereng
seringkali dapat menjadi petunjuk jenis tanah tertentu, dan pengaruhnya pada
penggunaan dan pengolahan tanah dapat dievaluasi sebagai bagian suatu peta.
Klasifikasi kemiringan lereng dikelompokkan sebagai berikut :
0-3 % (datar)
3-8 % (landai)
8-15 % ( agak miring atau bergelombang)
15-30 % (miring atau berbukit)
30-45 % (agak curam)
45-65 % (curam)
>65 % (sangat curam)
(Arsyad, 1989).
Bahaya Erosi
Erosi dapat juga disebut dengan pengikisan atau kelongsoran,
sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau
kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai
1. Pemecahan agregat-agregat tanah atau bongkah-bongkah tanah kedalam
partikel-partikel tanah yaitu butiran tanah yang kecil.
2. Pemindahan partikel-partikel tanah baik dengan melalui penghanyutan atau
karena kekuatan angin.
3. Pengendapan partikel-partikel tanah yang terpindahkan atau terangkut pada
tempat yang lebih rendah atau didasar sungai.
4. Klasifikasi kelas erosi adalah sebagai berikut :
E0 = tidak ada erosi.
E1 = ringan ; < 25 % lapisan atas hilang.
E2 = sedang ; 25 %-75 % lapisan atas hilang.
E3 = agak berat ; > 75 % lapisan atas hilang.
E4 = berat ; > 25 % lapisan bawah hilang.
E5 = sangat berat ; erosi parit.
(Hardjowigeno, 1995).
Bahaya Banjir
Ancaman banjir sangat perlu untuk diperhatikan dalam pengelolaan lahan
pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Ancaman
banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut :
O0 = tidak pernah ; dalam periode satu tahun tidak pernah terjadi banjir
untuk waktu lebih dari 24 jam.
O1 = kadang-kadang ; banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam,
O2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur tertutup
banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam.
O3 = selama waktu 2 sampai 5 bulan dalam setahun, secara teratur dilanda
banjir yang lamanya lebih dari 24 jam.
(Arsyad, 1989).
Penyiapan Lahan
Batuan di permukaan
Batuan lepas atau batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas
permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm (berbentuk bulat) atau
bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Penyebaran batuan
lepas diatas permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut :
B0 = tidak ada ; kurang dari 0,01 % luas areal
B1= sedikit ; 0,01 %-3 % permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah dengan
mesin agak terganggu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
B2= sedang ; 3 %-15 % permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah agak sulit
dan luas areal produktif berkurang.
B3= banyak ; 15 %-90 % permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah dan
penanaman menjadi sulit.
B4= sangat banyak ; lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup. Tanah sama
sekali tidak dapat digunakan.
Batuan Singkapan
Batuan singkapan adalah batuan terungkap diatas permukaan tanah yang
merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah. Penyebaran
batuan singkapan dikelompokkan sebagai berikut ;
B0 = tidak ada ; kurang dari 2 % permukaan tanah tertutup.
B1= sedikit ; 2 %-10 % permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah dan
penanaman agak terganggu.
B2= sedang ; 10 %-50 % permukaan tanah tertutup. Pengolahan dan
penanaman terganggu.
B3= banyak ; 50 %-90 % permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah dan
penanaman sangat terganggu.
B4= sangat banyak ; > 90 % permukaan tanah tertutup. Tanah sama sekali
tidak dapat digarap.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sipahutar Kecamatan Sipahutar
Kabupaten Tapanuli Utara yang secara geografis terletak pada koordinat 990
05’17”- BT- 990 05’25” BT dan 020 06’12” LU - 020 07’17” LU. Lokasi
penelitian ini berada pada ketinggian 1.150 m di atas permukaan laut.Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini: Sample tanah yang
diambil dari setiap Satuan Peta Tanah (SPT) serta bahan-bahan untuk analisis di
laboratorium.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : peta
administrasi Desa Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara skala peta 1 : 50.000, peta
jenis tanah Desa Sipahutar dengan skala 1 : 50.000, GPS (Global Position
System), bor tanah, ring sample, buku Munsel Soil Color Chart, kertas label,
kantong plastik, karet gelang, cangkul, parang, tustel, spidol, alat tulis serta
alat-alat laboratorium.
Metode Penelitian
Metode Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey sistem grid. Sedangkan penilaian kesesuaian lahan dengan menggunakan
tanaman) dengan Land Characteristic (sifat/ciri yang dimiliki oleh lahan) yang
didasarkan oleh faktor pembatas utama.
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan tiga tahap kegiatan berupa
tahap persiapan, tahap pelaksanaan di lapangan, dan tahap analisis di
laboratorium.
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, penyusunan
usulan penelitian, melengkapi alat-alat yang digunakan dalam penelitian, serta
mempersiapkan survei utama yang meliputi pendeskripsian pemboran tanah di
lapangan dan pengambilan sampel tanah untuk analisa di laboratorium.
Tahap Kegiatan di Lapangan
Daerah penelitian adalah seluruh Desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar,
Kabupaten Tapanuli Utara. Dilakukan pengambilan sampel tanah dengan
penggalian profil tanah yang mewakili untuk setiap SPT yang mewakili.
Adapun tahap kegiatan pengambilan sampel tanah tersebut adalah :
1. Ditentukan daerah titik-titik pemboran.
2. Dilakukan analisa lapangan untuk menentukan satuan peta tanahnya.
3. Diambil sampel tanah untuk setiap satuan peta tanah secara komposit pada
kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
Tahap Analisis di Labortorium
Sampel tanah yang berasal dari lapangan kemudian di analisa di
laboratorium yang meliputi sifat fisik (tekstur tanah) dan sifat kimia (KTK tanah,
pH H2O, C-organik dan kejenuhan basa) tanahnya. Sifat fisik maupun kimia tanah
ini berguna dalam mengkelaskan lahan berdasarkan kriteria kelas kesesuaian
lahan menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (2003). Yang
dianalisa dan dievaluasi terutama yang berhubungan dengan faktor pembatas
sifat/karakteristik lahan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk, markisa dan
manggis.
Analisa Kesesuaian Lahan
Untuk kesesuaian lahan pada tanaman jeruk, markisa dan manggis disusun
oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) yang mengacu pada
Framework of Evaluation sampai pada tingkat sub-kelas.
1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu. Dalam hal ini lahan dibedakan atas 2 ordo ;
Ordo S : sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu dalam jangka waktu
yang tidak terbatas.
Ordo N : tidak sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu.
2. Kelas : Menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo.
Ada 3 kelas dari ordo tanah yang sesuai dan 2 kelas untuk yang tidak sesuai.
1. Kelas S1 : Sangat sesuai (Highly Suitable), yaitu lahan yang tidak
mempunyai faktor pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan
secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan
atas yang telah biasa dilakukan
2. Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderatly Suitable), yaitu lahan yang
mempunyai faktor pembatas agak serius, untuk mempertahankan tingkat
pengelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi
produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3 : Sesuai Marjinal ( Marginally Suitable), yaitu lahan yang
mempunyai faktor pembatas yang serius, untuk mempertahankannya
tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi
produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
4. Kelas N : Tidak sesuai saat ini (Currently Suitable), yaitu lahan yang
mempunyai faktor pembatas yang lebih serius, tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat
pengelolaan model normal. Keadaan pembatas sedemikian rupa sehingga
mencegah penggunaan kelangsungan dari lahan.
3. Sub Kelas : menyatakan jenis faktor pembatas pada masing-masing kelas.
Dalam satu sub-kelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor pembatas,
untuk itu pembatas yang paling dominan diletakkan didepan.
Parameter Yang Diamati
Parameter yang diamati terbagi atas data yang diambil dari lapangan dan
data hasil analisa laboratorium
1. Temperatur, yaitu rata-rata temperatur tahunan yang diperoleh dari SMPK
Gabe Hutaraja, yaitu berdasarkan Oldeman dan Smith Ferguson.
2. Ketersediaan air, yaitu curah hujan per tahun, yaitu besar curah hujan dalam
rata-rata >10 tahun (mm) Desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar yang
diambil dari BMG Sampali Medan.
3. Drainase tanah dengan penggalian profil tanah, yang berguna dalam
pengelolaan tanah.
4. Tekstur Tanah dengan metode by feeling, untuk mengetahui persen
kandungan pasir, liat dan debu yang penting dalam pengelolaan tanah.
5. Kedalaman efektif (cm) dengan penggalian profil tanah, untuk mengetahui
kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman yang
penting dalam pengelolaan tanah.
6. Lereng (%) dengan Clinometer, untuk mengetahui persen kemiringan lereng
pada desa tersebut.
7. Batuan permukaan (%), dengan membandingkan ada profil
pewakil/pemboran untuk mengetahui berapa banyak batuan yang terdapat
pada tanah yang penting dalam pengelolaan tanah.
8. Batuan Singkapan (%), dengan membandingkan pada profil
pewakil/pemboran, untuk mengetahui berapa banyak batuan yang terdapat
diatas permukaan yang penting dalam pengelolaan tanah
Data Laboratorium:
1. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan metode NH4Oac pH 7, untuk
mengetahui banyaknya unsur-unsur hara yang terdapat dalam kompleks
2. pH H2O dengan metode elektrometrik (pH meter), untuk mengetahui tingkat
kemasaman tanah.
3. Tekstur dengan metode Hidrometer, untuk mengetahui persen kandungan
pasir, liat, debu yang erat kaitannya dengan pengelolaan tanah.
4. Kejenuhan basa (%) untuk mengetahui persen basa-basa tukar yaitu K, Na,
Ca, Mg dengan metode ekstraksi 1 N NH4OAC pH 7.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan di Lapangan dan Analisa Laboratorium Sampel Tanah Pada SPT 1 ( Tanah Ultisol) dan SPT 2 (Tanah Oxisol).
No Parameter Tanah Ultisol Tanah Oxisol
1 Tinggi tempat (m dpl)
1150 1150
2 Kemiringan lereng (%)
0-3 0-3
3 Drainase Baik Baik
4 Kedalaman Efektif (cm)
>100 >100
5 Tekstur Lempung Berpasir
(agak kasar)
Lempung Berpasir (agak kasar)
6 pH 5,73 5,48
7 C-organik
(%)
4,30 4,86
8 KTK
(me/100g)
25,86 29,12
9 Kejenuhan Basa (%)
Kualitas dan Karakteristik Lahan Temperatur
Pada daerah penelitian diperoleh rata-rata temperatur sebesar 20,025 0C.
Data ini diperoleh dari stasiun SMPK Gabe Hutaraja, 2008 yang diperoleh 10
tahun terakhir mulai dari tahun 1999-2008. Nilai temperatur berada pada kelas
kesesuaian lahan S1 untuk tanaman jerukdan manggis, serta kelas kesesuaian
lahan S2 untuk tanaman markisa.
Ketersediaan air
Ketersediaan air dalam hal ini adalah curah hujan/tahun pada daerah
penelitian yaitu sebesar 2189 mm/tahun. Data ini diperoleh dari badan
Meteorologi dan Geofisika Sampali Medan yang diperoleh selama 10 tahun
terakhir, mulai 1999-2008, nilai tersebut berada pada kelas kesesuaian lahan S1
untuk komoditi jeruk dan markisa, sedangkan untuk komoditi manggis adalah
kesesuaian lahan S3. Ketersediaan air juga mencakup masa kering yang dapat
diolah dari data curah hujan. Lamanya masa kering diperoleh sebesar 1,7 bulan
yang berada pada kelas kesesuaian lahan S1 untuk tanaman markisa.
Media Perakaran
Untuk unit lahan SPT 1 pengamatan dilapangan dilakukan dengan
penggallian profil tanah, tidak terdapat bercak-bercak sampai kedalaman 110 cm.
Ini menunjukkan bahwa pada SPT 1 mempunyai drainase yang baik termasuk
kedalam kesesuaian lahan S1.
Pada pengamatan dilapangan pada unit lahan SPT 2 di gali profil untuk
kedalaman 100 cm. Hal ini menunjukkan pada unit SPT 2 memiliki drainase yang
baik, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1.
Tekstur tanah pada unit lahan SPT 1 dan SPT 2 diperoleh dengan analisa
tanah dengan metode hydrometer. Pada kelas kesesuaian lahan untuk semua
tanaman (jeruk, markisa dan manggis) termasuk kedalam kelas kesesuaian lahan
S1.
Retensi hara
Pada unit lahan SPT 1KTK tanah yang diperoleh sebesar 25,86 me/100g
tanah dan pada unit lahan SPT 2 adalah sebesar 29,12 me/100g tanah.
Berdasarkan nilai-nilai tersebut pada kedua unit lahan tersebut mempunyai kelas
kesesuaian lahan yang bervariasi.
Kejenuhan basa untuk SPT 1 diperoleh sebesar 14,46% yang berada pada
kelas kesesuaian lahan S2 untuk tanaman jeruk dan markisa, kelas kesesuaian
lahan S3 untuk tanaman manggis. Untuk unit lahan SPT 2 kejenuhan basa
diperoleh sebesar 8,38% juga berada pada kelas kesesuaian lahan S2 untuk
tanaman jeruk dan markisa dan kelas kesesuaian lahan S3 untuk tanaman
manggis.
pH tanah untuk SPT 1 diperoleh sebesar 5,73 yang berada pada kelas
kesesuaian lahan S1 dan untuk unit lahan SPT2 diperoleh pH tanah sebesar 5,48
berada pada kelas kesesuaian lahan S1. pH tanah yang diukur dalam penelitian ini
adalah pH H2O.
C-organik untuk SPT 1 diperoleh sebesar 4,30% dan untuk SPT 2 sebesar
Evaluasi Lahan
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Jeruk (Citrus sp) pada
SPT 1 di tampilkan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Kesesuaian Lahan untuk SPT 1 (Tanah Ultisol)
Karakteristik Lahan Sim Data Kelas Kes. Aktual
Kelas Kes. Potensial Temperatur
-Rata-rata tahunan(0C)
tc
20,025 S1 S1
Ketersediaan Air
-Curah hujan/tahun (mm)
wa
2189,9 S1 S1
Media Perakaran -Drainase tanah -Tekstur
-Kedalaman efektif (cm) -Bahan kasar (%)
Retensi Hara
-KTK tanah (me/100 g) -Kejenuhan basa -pH H2O
Bahaya Erosi -Lereng (%) -Bahaya erosi
eh
Bahaya Banjir -Genangan
th
Tidak pernah S1 S1
Penyiapan Lahan -Batuan permukaan (%) -Singkapan batuan
lp
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S2-nr (retensi hara)
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
Laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Jeruk (Citrus sp) pada
SPT 2 di tampilkan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kesesuaian Lahan untuk SPT 2 (Tanah Oxisol).
Karakteristik Lahan Sim Data Kelas Kes. Aktual
Kelas Kes. Potensial Temperatur
-Rata-rata tahunan (0C)
tc
20,025 S1 S1
Ketersediaan Air
-Curah hujan/tahun (mm)
wa
2189,9 S1 S1
Media Perakaran -Drainase tanah -Tekstur
-Kedalaman efektif (cm) -Bahan kasar (%)
Retensi Hara
-KTK tanah (me/100 g) -Kejenuhan basa -pH H2O
Bahaya Erosi -Lereng (%) -Bahaya erosi
eh
Bahaya Banjir -Genangan
th
Tidak pernah S1 S1
Penyiapan Lahan -Batuan permukaan (%) -Singkapan batuan
lp
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S2-nr (retensi hara)
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Markisa
(Passiflora edulis f. edulis) pada SPT 1 di tampilkan pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Kesesuaian Lahan untuk SPT 1 (Tanah Ultisol)
Karakteristik Lahan Sim Data Kelas Kes. Aktual
Kelas Kes. Potensial Temperatur
-Rata-rata tahunan (0C)
tc
20,025 S2 S2
Ketersediaan Air
-Curah hujan/tahun (mm) -Lamanya masa kering(bln)
wa
Media Perakaran -Drainase tanah -Tekstur
-Kedalaman efektif (cm) -Bahan kasar (%)
Retensi Hara
-KTK tanah (me/100 g) -Kejenuhan basa -pH H2O
Bahaya Erosi -Lereng (%) -Bahaya erosi
eh
Bahaya Banjir -Genangan
th
Tidak pernah S1 S1
Penyiapan Lahan -Batuan permukaan (%) -Singkapan batuan
lp
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S2-tcnr (temperatur dan retensi hara) Usaha Perbaikan - penambahan bahan organik
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Markisa (Passiflora
edulis f. edulis) pada SPT 2 di tampilkan pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Kesesuaian Lahan untuk SPT 2 (Tanah Oxisol).
Karakteristik Lahan Sim Data Kelas Kes. Aktual
Kelas Kes. Potensial Temperatur
-Rata-rata tahunan (0C)
tc
20,025 S2 S2
Ketersediaan Air
-Curah hujan/tahun (mm) -Lamanya masa kering(bln)
wa
Media Perakaran -Drainase tanah -Tekstur
-Kedalaman efektif (cm) -Bahan kasar (%)
Retensi Hara
-KTK tanah (me/100 g) -Kejenuhan basa -pH H2O
Bahaya Erosi -Lereng (%) -Bahaya erosi
eh
Bahaya Banjir -Genangan
th
Tidak pernah S1 S1
Penyiapan Lahan -Batuan permukaan (%) -Singkapan batuan
lp
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S2-tcnr (temperatur dan retensi hara) Usaha Perbaikan - penambahan bahan organik
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L.) pada SPT 1 di tampilkan pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Kesesuaian Lahan untuk SPT 1 (Tanah Ultisol)
Karakteristik Lahan Sim Data Kelas Kes. Aktual
Kelas Kes. Potensial Temperatur
-Rata-rata tahunan (0C)
tc
20,025 S1 S1
Ketersediaan Air
-Curah hujan/tahun (mm)
wa
2189,9 S3 S1
Media Perakaran -Drainase tanah -Tekstur
-Kedalaman efektif (cm) -Bahan kasar (%)
Retensi Hara
-KTK tanah (me/100 g) -Kejenuhan basa -pH H2O
Bahaya Erosi -Lereng (%) -Bahaya erosi
eh
Bahaya Banjir -Genangan
th
Tidak pernah S1 S1
Penyiapan Lahan -Batuan permukaan (%) -Singkapan batuan
lp
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S3-wanr (ketersediaan air dan retensi hara) Usaha Perbaikan -pembuatan sistem irigasi pengairan
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Manggis (Garcinia
mangostana L.) pada SPT 2 di tampilkan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk SPT 2 (Tanah Oxisol).
Karakteristik Lahan Sim Data Kelas Kes. Aktual
Kelas Kes. Potensial Temperatur
-Rata-rata tahunan (0C)
tc
20,025 S1 S1
Ketersediaan Air
-Curah hujan/tahun (mm)
wa
2189,9 S3 S1
Media Perakaran -Drainase tanah -Tekstur
-Kedalaman efektif (cm) -Bahan kasar (%)
Retensi Hara
-KTK tanah (me/100 g) -Kejenuhan basa -pH H2O
Bahaya Erosi -Lereng (%) -Bahaya erosi
eh
Bahaya Banjir -Genangan
th
Tidak pernah S1 S1
Penyiapan Lahan -Batuan permukaan (%) -Singkapan batuan
lp
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S3-wanr (ketersediaan air dan retensi hara) Usaha Perbaikan -pembuatan sistem irigasi pengairan
Pembahasan
Dari hasil keseluruhan hasil evaluasi kesuaian lahan untuk masing-masing
contoh tanah dan juga masing-masing komoditi, diperoleh hasil penilaian
kesesuaian lahan daerah tersebut untuk tanaman jeruk, markisa dan manggis
sebagai tanaman pengganti nenas oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat Bogor (2003) pada SPT1 untuk tanaman jeruk, kesesuaian lahan
aktual adalah S1 dan untuk kesesuaian lahan potensial adalah S1 atau sesuai untuk
semuanya. Pada SPT2 untuk tanaman jeruk, kesesuaian lahan aktual adalah S2-nr
yaitu retensi hara pada parameter kejenuhan basa dan dapat diperbaiki dengan
pengapuran dan penambahan bahan organik. Sedangkan untuk kesesuaian lahan
potensial adalah S1 atau sesuai untuk semuanya. Pada SPT1 untuk tanaman
markisa, kesesuaian lahan aktual adalah S2-tcnr yaitu temperatur dan retensi hara.
Pada SPT2 kesesuaian lahan potensial adalah S2-tc yaitu temperatur. Pada SPT1
untuk tanaman manggis, kesesuaian lahan aktual adalah S3-wanr yaitu
ketersediaan air dan retensi hara. Dan pada SPT2 kesesuaian lahan potensial
adalah S1 stelah diperbaiki dengan pengairan atau pembuatan drainase, sedangkan
untuk retensi hara dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik.
Temperatur
Dari hasil pengamatan data iklim yaitu suhu rata-rata tahunan (0C) dan
curah hujan tahunan (mm) diperoleh data suhu rata-rata temperatur pada daerah
penelitian adalah sebesar 20,025 0C. Berdasarkan Kriteria Kelas Kesesuaian
Lahan Untuk Komoditas Pertanian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat (2003) tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik dengan
merlukan air yang cukup serta drainase yang lancar untuk pertumbuhannya, oleh
karena itu curah hujan sebesar 2189 mm/tahun pada daerah penelitian termasuk
kedalam kelas S1 (sangat sesuai) dengan tipe iklim B1. Demikian juga untuk
tanaman markisa, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik dengan membutuhkan
curah hujan 2000-3000 mm/tahun. Hal ini disebabkan tanaman markisa
memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhannya. Demikian juga kisaran
temperatur 180C-250C adalah sesuai utuk tanaman ini, jadi suhu didaerah
penelitien 20,0250C termasuk pada kelas kesesuaian lahan S1. Demikian juga
untuk tanaman manggis, suhu sangat sesuai, sedangkan untuk curah hujan yang
tidak optimal diatas masuk kedalam S3 yaitu sesuai secara marginal dan perlu
campur tangan dari pemerintah. Karena tanaman manggis membutuhkan curah
hujan 1500 mm/tahun untuk pertumbuhan yang optimal.
Tekstur Tanah
Berdasarkan Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2003), tanaman
jeruk, markisa dan manggis tumbuh dengan sangat baik pada tanah lempung
berpasir (agak kasar), sedang, agak halus dan halus. Desa Sipahutar, Kecamatan
Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai tekstur tanah lempung berpasir
(agak kasar) dan berada pada kelas kesesuaian lahan S1 yang diperoleh dari
analisa laboratorium dengan menggunakan hydrometer.
Drainase Tanah
Menurut Rukmana (2003) kelas drainase baik apabila tanah mempunyai
peredaran udara yang baik dan seluruh profil tanah dari atas sampai kebawah
coklat, atau kelabu. Berdasarkan pengamatan drainase di lapangan di Desa
Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara dengan penggalian
profil tanah (lampiran). Pada unit lahan SPT1 dimana pada profil tanah yang
digali tidak ditemukan adanya bercak-bercak atau karatan sampai kedalaman 130
cm dan pada unit SPT 2 juga tidak ditemukan bercak-bercak atau karatan samapai
kedalaman 100 cm. Berdasarkan kriteria diatas, kriteria kelas kesesuaian lahan
untuk Komoditas Pertanian Oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat Bogor (2003) berada pada kelas kesesuaian lahan S1.
Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman, yaitu sampai tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.
Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan padas keras, padas liat, padas
rapuh atau lapisan phlintit. Berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk
komoditi pertanian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat Bogor (2003), tanaman jeruk, markisa dan manggis baik ditanam pada
tanah yang mempunyai kedalaman efektif di lapangan dengan penggalian profil
tanah diperoleh pada Desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli
Utara untuk SPT 1 dan SPT 2 sama-sama mempunyai kedalaman efektif 110 cm,
sehingga merupakan kelas S1 (sangat sesuai) untuk ketiga komoditi tersebut.
Retensi Hara
Karakteristik lahan digunakan untuk retensi hara adalah KTK, pH H2O dan
dan C-organik. Dari dua sampel tanah ini menunjukan hasil yang berbeda-beda.
Pada sampel SPT1 (tanah podsolik coklat kelabu) didapat hasil KTK sebesar 25
menyerap dan menyediakan unusur hara yang lebih banyak daripada tanah dengan
KTK yang rendah. Pada sampel SPT2 (tanah latosol) diperoleh KTK sebesar
29,12 me/100g. Kedua sampel tanah ini berada pada kelas kesesuaian lahan S1,
karena berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman jeruk, markisa dan manggis
sangat sesuai pada KTK >16. tingginya KTK disebabkan lahan tersebut masih
banyak ditanami nenas, kopi, pepaya, dan ubi kayu. Dimana lahan ini kaya bahan
organik yang mampu menyediakan unusur-unsur hara yang diperlukan komoditi
diatas.
Dan hasil analisa laboratorium didapat pH H2O pada kedua sampel tanah
pada daerah penelitian yaitu SPT 1 (ultisol) diperoleh hasil sebesar 5,73 dan pada
SPT 2 diperoleh hasil sebesar 5,48. menurut Kartasapoetra (1991) reaksi tanah
sangat mempengaruhi terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan berada pada kelas S1 untuk ketiga komoditi
tersebut. Karena berdasarkan Puslitbangtanak (2003), tanaman jeruk baik tumbuh
pada pH tanah 5,0-6,0, markisa pada pH tanah 5,5-7,3 dan manggis pada pH tanah
5,5-7,6. menurut Puslitbangtanak (2003), bahwa pH sebesar 5,48 yang termasuk
masam ini berada pada kelas kesesuaian lahan S1 (sangat sesuai) untuk ketiga
tanaman buah diatas. Hal ini juga berarti pH pada SPT 2 (tanah oxisol) merupakan
faktor pembatas untuk tanaman jeruk, markisa dan manggis.
Dari hasil analisa laboratorium, C-organik pada kedua sampel tanah pada
daerah penelitian yaitu SPT 1 sebesar 4,30% dan pada SPT 2 yaitu sebesar 4,86&
yang kedua-duanya merupakan kelas S1 (sangat sesuai). Menurut kelas
kesesuaian lahan (2003), tanaman jeruk, markisa dan manggis sangat cocok
Terrain (Kemiringan Lereng)
Menurut Arsyad (1989), kemiringan lereng yang perlu diamati adalah
pengaruhnya terhadap pengolahan tanah. Berdasarkan pengamatan terhadap
kemiringan lereng dengan menggunakan clinometer diperoleh kemiringan lereng
pada SPT 1 dan SPT 2 sebesar 0-3% dan berada pada kelas kesesuaian lahan S1.
I.Unit Lahan Untuk SPT 1 (Tanah Ultisol)
Dari Tabel 3 dapat dilihat kelas kesuaian lahan pada SPT 1 untuk tanaman
jeruk berada pada kelas kesesuaian lahan aktualnya S2-nr dengan faktor pembatas
retensi hara pada parameter kejenuhan basa, dan kelas kesesuaian lahan potensial
S1 seluruhnya. Pada Tabel 5 dapat dilihat kelas kesesuaian lahan pada SPT 1
untuk tanaman markisa berada pada kelas kesesuaian lahan aktualnya S2-tcnr
dengan faktor pembatas temperatur dan retensi hara, untuk kelas kesesuaian lahan
potensialnya S1. Dan juga dari Tabel 7 untuk tanaman manggis berada pada kelas
kesesuaian lahan aktual S3-wanr dengan faktor pembatas ketersediaan air dan
retensi hara. Ketersediaan air dapat diatasi dengan pembuatan saluran air atau
drainase pada areal pertanian. Pada Tabel 3, 5, dan 7 dapat dilihat pada kelas
kejenuhan basa sebesar 14,46 % yang berada pada kelas kesesuaian lahan S1.
Menurut Puslitbangtanak (2003), tanaman jeruk dapat tumbuh baik pada
kejenuhan basa >35%. Demikian juga halnya dengan tanaman markisa dan
manggis. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan cara penambahan bahan
organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tan (1991), yang menyatakan
penambahan bahan organik merupakan cara yang umum untuk dapat
II. Unit Lahan Untuk SPT 2 (Tanah Oxisol)
Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman
jeruk pada SPT2 yaitu untuk kelas kesesuaian lahan aktual yaitu S2-nr dengan
faktor pembatas retensi hara dan untuk kelas kesesuaian lahan potensial
seluruhnya S1. Pada Tabel 6, kelas kesesuaian lahan untuk tanaman markisa pada
SPT 2 yaitu untuk kelas kesesuaian lahan aktual yaitu S2-tcnr dengan faktor
pembatas temperatur dan retensi hara. Dalam hal ini cuma retensi hara yang dapat
diperbaiki dengan cara penambahan bahan organik sesuai dengan pendapat Tan
(1991). Dan untuk kelas kesuaian lahan potensialnya adalah S1. Pada Tabel 8
untuk tanaman manggis pada SPT 2 yaitu untuk kelas kesesuaian lahan aktual
yaitu S3-wanr dengan faktor pembatas ketersediaan air dan retensi hara,
sedangkan untuk kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S1. Faktor ini dapat
diperbaiki dengan cara membuat pengairan atau pembuatan drainase dimana harus
dengan campur tangan pemerintah setempat, sedangkan untuk retensi hara cukup
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis tanah Desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara
ada dua jenis, yaitu tanah Ultisol dan tanah Oxisol.
2. Dari hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan, bahwa SPT1 (Tanah Ultisol)
diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual S2-nr (retensi hara) untuk tanaman
jeruk, S2-tcnr (temperatur dan retensi hara) untuk tanaman markisa, S3-wanr
(ketersediaan air dan retensi hara) untuk tanaman manggis dan untuk kelas
kesesuaian lahan potensial adalah S1-semuanya sesuai untuk tanaman jeruk,
S2-tc (temperatur) untuk tanaman markisa, S1-semuanya sesuai untuk tanaman
manggis.
3. Dari hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan, bahwa SPT2 (Tanah Oxisol)
diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual S2-nr (retensi hara) umtuk tanaman
jeruk, S2-tcnr(temperatur dan retensi hara) untuk tanaman markisa, S3-wanr
(ketersediaan air dan retensi hara) untuk tanaman manggis dan untuk kelas
kesesuaian lahan potensial adalah S1-semuanya sesuai untuk tanaman jeruk,
S2-nr (temperatur) untuk tanaman markisa, S1-sangat sesuai untuk tanaman
manggis.
4. Dari hasil evalusi pada SPT 1 dan SPT 2 diperoleh faktor pembatas yang dapat
diperbaiki adalah kejenuhan basa dengan penambahan bahan organik dan
ketersediaan air yang dapat diperbaiki melalui pembuatan sistem irigasi
Saran
Lahan di Desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara
sesuai secara potensial untuk ditanami dengan tanaman jeruk, markisa dan
manggis sebagai pengganti tanaman nenas, untuk meningkatkan pendapatan
petani di daerah ini, tetapi dengan tidak melupakan usaha perbaikan yaitu dengan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T. S, 1993. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Arsyad, S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
Buckman, H. O and N. C. Brady, 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman Bhatara. Karya Aksara, Jakarta.
Darmawijaya, I, 1997. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Penelitian Tanah
dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Foth, H. D, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan S. Adisoemarto, Erlangga, Jakarta.
Guslim, 1996. Klimatologi Pertanian. Cetakan ke XI, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., M. A. Dhila., G. B. Hong., dan H. H. Bayle, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.
Hardjowigeno, S, 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno, S, 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Poerwidodo, 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Rajawali Press, Jakarta.
Pracaya, 2000. Jeruk Manis. Varietas, Budidaya dan Pascapanen. Penebar Swadaya
Rao, K.M. 1991. Teskbook of Horticultura. Macmilan, New Delhi. Hal 267
Rukmana, R, H,. 2003. Usaha Tanaman Markisa. Kanisius. Yogyakarta.
Silalahi, H, F, dkk. 2004. Markisa Asam. Balai Penelitian Buah, Kebun Percobaan Tanaman Buah, Berastagi.
Sutedjo, M. M, dan A. G. Kartasapoetra, 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.
Tan. K. H., 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Terjemahan D. H. Goenadi. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara
Data curah hujan (mm)
Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Jan 237 131 163 79 152 162 208 130 186 16
Feb 220 260 191 67 357 186 200 159 297 185
Mar 228 313 7 84 190 49 264 319 241 89
April 88 247 272 252 175 199 397 274 247 108
Mei 242 78 20 238 28 0 294 52 62 48
Juni 46 0 149 91 280 28 99 230 134 129
Juli 0 287 215 160 185 101 130 153 58 170
Agst 158 117 115 120 172 58 272 74 109 418
Sept 0 276 379 255 176 217 302 3 57 240
Okt 354 44 299 199 132 266 500 193 178 148
Nov 344 295 136 309 337 454 202 158 219 186
Des 314 284 187 350 165 139 139 162 110 242
Total 2231 2332 2133 2204 2349 1859 3007 1907 1898 1979
Rataan 185,91 194,33 177,75 183,66 195,75 154,91 250,58 158,91 158,16 164,91
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Sampali, Medan
Lamp 2. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering, dan Bulan Lembab di Desa Sipahutar Kecamatan Sipahutar Kabupaten Tapanuli Utara.
Tahun Jumlah
Bulan Basah Bulan Kering Bulan Lembab
1999 8 3 1
2000 9 2 1
2001 10 2 0
2002 8 0 4
2003 11 1 0
2004 8 4 0
2005 11 0 1
2006 9 2 1
2007 9 2 1
2008 10 1 1
Jumlah 93 17 10
Sumber: Diolah dari Lampiran 1
Lampiran 3. Data Iklim Rata-Rata di Desa Sipahutar Tahun 2008
Unsur iklim Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des
Curah Hujan (mm)
247 426 123 336 42 6 200 31 335 464 332 392
Suhu Udara Rata-Rata (0C)
20,2 20,2 20,3 20,5 20,0 19,8 19,5 19,3 20,0 20,0 20,2 20,2
Suhu Udara Maks (0 C)
26,0 26,2 26,2 26,3 26,6 26,9 25,5 25,7 25,6 26,0 26,4 25,9
Suhu Udara Min (0C)
15,0 15,0 14,9 14,9 15,6 15,6 14,9 14,8 14,6 15,0 14,8 14,8
Kelembaban Udara Rata-rata (%)
85 86 83 83 81 76 84 82 83 85 84 85
Kelembaban Udara Maks (%)
90 91 89 90 90 87 90 90 93 91 89 91
Kelembaban Udara Min (%)
77 81 56 50 62 72 72 74 81 79 72 79
Lampiran 4. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus sinensis (L.). (Komoditas Pertanian Oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor, 2003).
Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temp. rata-rata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Lamanya masa kering (bln) Kelembaban (%)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)
Retensi hara (nr)
KTK (me/100g) Kejenuhan basa (%) pH H2O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan dipermukaan (%) Singkapan batuan (%)
19-33
1200-3000
2,5-4 50-90
baik,sedang
agak kasar, sedang, agak halus, halus
<15 sgt rendah
F0
agak terhambat
-
terhambat, agak cepat
sangat halus
35-55
Lampiran 5. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Markisa (Passiflora edulis f. edulis) (Komoditas Pertanian Oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor, 2003).
Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temp. rata-rata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)
Gambut
Ketebalan (cm)
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK (me/100g) Kejenuhan basa (%) pH H2O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan dipermukaan (%) Singkapan batuan (%)
22-28 sgt rendah
F0
agak cepat,sedang
-
terhambat,
agak kasar
35-55 sgt terhambat,
Lampiran 6. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) (Komoditas Pertanian Oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor, 2003).
Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temp. rata-rata (oC)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Media perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)
Gambut
Ketebalan (cm)
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/pengkayaan Kematangan
Retensi hara (nr)
KTK (me/100g) Kejenuhan basa (%) pH H2O
C-organik (%)
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) Bahaya erosi
Bahaya banjir (fh)
Genangan
Penyiapan lahan (lp)
Batuan dipermukaan (%) Singkapan batuan (%)
22-28 sgt rendah
F0
agak cepat,sedang
-
terhambat,
agak kasar
35-55 sgt terhambat,
Lampiran 7. Kriteria Hara Tanah Mineral Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1994)
Sifat Tanah Satuan S.Rendah Rendah Sedang Tinggi S.Tinggi
-Lampiran 8. Data Analisa Tekstur Tanah dan Sifat Kimia Tanah di Laboratoriumdi Desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
Unit Lahan Parameter Keterangan
SPT 1
Tekstur
KTK
(me/100 g tanah)
pH
C-Organik (%)
Kejenuhan basa (%)
Lempung Berpasir
25,86
5,73
4,30
14,46
SPT 2
Tekstur
KTK
(me/100 g tanah)
pH
C-Organik (%)
Kejenuhan basa (%)
Lempung Berpasir
29,12
5,48
4,86
Lampiran 9. Data Analisa Tanah dan Sifat Fisika Tanah di Desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara.
Unit Lahan Parameter Keterangan
SPT 1
Ketinggian Tempat (m dpl)
Kemiringan Lereng (%)
Drainase
Ked. Efektif (cm)
B. Permukaan (%)
B. Singkapan (%)
1150
0-3
Baik
100
0
0
SPT 2
K.etinggian Tempat (m dpl)
Kemiringan Lereng (%)
Drainase
Ked. Efektif (cm)
B. Permukaan (%)
B. Singkapan (%)
1150
0-3
Baik
100
0