• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap Arus Bocor Isolator Post 20 kV Terpolusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap Arus Bocor Isolator Post 20 kV Terpolusi"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN SIDANG TUGAS AKHIR

PENGARUH KELEMBABAN UDARA TERHADAP ARUS BOCOR

ISOLATOR POST 20 kV TERPOLUSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

(S-1) pada Departemen Teknik Elektro

OLEH :

ANGELINA

NIM : 080402034

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

(2)

ABSTRAK

Isolator yang terpasang pada ruangan terbuka akan dilapisi polutan yang berasal dari

udara di sekitarnya. Konduktivitas dari polutan akan dipengaruhi oleh kelembaban

udara. Arus bocor pada permukaan suatu isolator dipengaruhi oleh konduktivitas

permukaan isolator. Oleh karena itu, arus bocor dipengaruhi oleh kelembaban udara.

Pada Tugas Akhir ini akan diamati pengaruh kelembaban udara terhadap besarnya nilai

arus bocor yang mengalir di sekitar permukaan isolator yang terpolusi. Penelitian

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kelembaban udara, semakin tinggi arus

bocor yang mengalir melalui permukaan isolator. Khusus untuk isolator uji yang

digunakan, kenaikan arus bocor karena kelembaban adalah 1.373 sampai 41.171 kali

dari arus bocor pada keadaan bersih. Kenaikan rugi-rugi yang signifikan karena

kelembaban udara terjadi jika tingkat kelembaban melebihi 97%.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap

Arus Bocor Isolator Post 20 kV Terpolusi ”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah

satu persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di

Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah

membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu Heng

Kuang Bun dan Ainy, kedua adik penulis Wilsen dan Golfin atas seluruh perhatian dan

dukungannya hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis

mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan

setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Ir. Bonggas L. Tobing selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bantuan,

bimbingan, dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan untuk Beliau.

(4)

2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, MSi selaku Ketua Departemen Teknik Elektro

FT USU dan Bapak Rahman Fauzi, ST.,MT., selaku Sekretaris Departemen

Teknik Elektro FT USU.

3. Bapak Ir. Riswan Dinzi, MT., selaku Dosen Wali penulis.

4. Bapak Ir. Syahrawardi selaku Kepala Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi.

5. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Teknik Elektro, Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Jhony Huang yang telah memberikan semangat, dorongan dan ide-ide kepada

penulis.

7. Seluruh asisten Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi : Wilvian, Eykel,

Harmoko, dan khususnya Wilvian yang telah membantu penulis dalam

pengambilan data.

8. Teman-teman stambuk 2008: Teguh, Robin, Antonius, Jhonson, Aji, Bayu, Eka,

Rama, Dina, Dian, Siska, Ellys, Chrisitan dan teman-teman 2007 lain yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu. Jasa-jasa kalian tidak akan dilupakan.

9. Kepada abang-abang senior dan adik-adik junior: Herman, Frendy, Angga,

Budiman, Thomas, Sugianto, Rumonda, Teguh, Wangto, Kentrick dan

abang/kakak senior serta adik-adik junior yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu. Yang telah memberi motivasi kepada penulis.

(5)

10.Semua orang yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan

terima kasih banyak.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan,

baik dari segi tata bahasa maupun dari segi ilmiah. Untuk itu, penulis akan menerima

dengan terbuka, segala saran dan kritik yang ditujukan untuk memperbaiki Tugas Akhir

ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, 18 Juli 2012

Penulis,

Angelina

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...v

Daftar Gambar...viii

Daftar Tabel...xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang...1

I.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan...1

I.3 Batasan Masalah...2

I.4 Metode Penelitian...2

I.5 Sistematika Penelitian...3

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA II.1 Jenis Isolator………...5

II.2 Tahanan Isolator………...10

II.3 Rugi-Rugi Akibat Arus Bocor Isolator………...12

(7)

II.4 Pengaruh Kelembaban Udara Terhadap Arus Bocor Isolator Terpolusi...16

BAB III METODOLOGI III.1 Umum………...18

III.2 Pengukuran Bobot Polusi……...19

III.3 Pengukuran Konduktivitas………...21

III.4 Perhitungan Luas Permukaan Isolator………...24

III.5 Proses Pembuatan Polusi Pada Isolator………..…….……25

III.6 Proses Pelembaban Udara Di Sekitar Isolator……….27

III.7 Peralatan Ukur………..………...30

III.8 Pengukuran Arus Bocor Pada Isolator……….34

III.9 Hasil Pengujian………..…………..36

BAB IV

ANALISIS DATA

IV.1 Perhitungan ESDD...38

IV.2 Pengolahan Data Hasil Pengukuran Arus Bocor...39

IV.3 Perhitungan Rugi-Rugi Daya...51

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan...63

V.2 Saran...64

DAFTAR PUSTAKA...65

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar1.1 Rangkaian Percobaan………..….………...3

Gambar 2.1 Tipe Konstruksi dari Isolator Gantung Keramik. (a) Standar (b) Tipe Terbuka (c) Anti Kabut dan Digunakan pada Aplikasi Tegangan DC…….6

Gambar 2.2 Bentuk-Bentuk Isolator Keramik. (a) Tipe Pin. (b) Tipe Post. (c) Tipe Post-Pin. (d) Isolator Piring………..……….7

Gambar 2.3 Bentuk Isolator Polimer. (a) Tipe Rantai dan (b) Tipe Post………...9

Gambar 2.4 Arus Bocor pada Permukaan Isolator………...10

Gambar 2.5 Rangkaian Ekivalen Arus Bocor………...11

Gambar 2.6 Rangkaian Ekivalen Arus Bocor pada Isolator…………...12

Gambar 2.7 Representatif dari Saluran Distribusi pada Keadaan Tanpa Beban...13

Gambar 2.8 Rangkaian Ekivalen Tanpa Arus Bocor pada Keadaan Tanpa Beban…....13

Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Tanpa Arus Bocor pada Keadaan Berbeban…….….14

Gambar 2.10 Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi Hantaran Udara dengan Arus Bocor pada Keadaan Tanpa Beban………...14

Gambar 2.11 Pendekatan T untuk Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi Hantaran Udara dengan Arus Bocor pada Keadaan Tanpa Beban…………..…...15

(10)

Gambar 3.1 Rangkaian Pengukur Konduktivitas………...22

Gambar 3.2 (a) Sumbat Gabus dengan Konduktor (b) Sumbat Gabus dengan Konduktor yang Dibengkokkan (c) Sumbat Gabus dengan Aluminium Foil (d) Tabung Uji………22

Gambar 3.3 Isolator Post...24

Gambar 3.4 Kaolin Bubuk………...26

Gambar 3.5 Larutan Polutan………...26

Gambar 3.6 Pengeringan Isolator Postdalam Ruang Plastik………..……27

Gambar 3.7 Wadah Kaca dengan Konduktor……….……28

Gambar 3.8 Isolator Uji dalam Wadah Kaca……….….29

Gambar 3.9 (a) Penghasil Uap (b) Penghubung Ketel Listrik dengan Wadah Kaca…..29

Gambar 3.10 Termometer………....31

Gambar 3.11 Neraca………...31

Gambar 3.12 Barometer/ Humidity meter……….….….32

Gambar 3.13 (a) Trafo Uji (b) Autotrafo……….…...33

Gambar 3.14 Voltmeter……….……….34

Gambar 3.15 Rangkaian Percobaan….……….……..35

(11)

Gambar 4.1 Arus Bocor Isolator Bersih pada Berbagai Tingkat Kelembaban Udara…41

Gambar 4.2 Arus Bocor Isolator Terpolusi Ringan pada Berbagai Tingkat Kelembaban

Udara……….43

Gambar 4.3 Arus Bocor Isolator Terpolusi Sedang pada Berbagai Tingkat Kelembaban

Udara ………..………..45

Gambar 4.4 Arus Bocor Isolator Terpolusi Berat Pertama pada Berbagai Tingkat

Kelembaban

Udara………...47

Gambar 4.5 Arus Bocor Isolator Terpolusi Berat Kedua pada Berbagai Tingkat

Kelembaban

Udara………...49

Gambar 4.6 Perbandingan Arus Bocor pada Berbagai Tingkat Kelembaban…….…..50

Gambar 4.7 Rugi-Rugi Daya Isolator Bersih pada Berbagai Tingkat Kelembaban…..54

Gambar 4.8 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Ringan pada Berbagai Tingkat

Kelembaban……….56

Gambar 4.9 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Sedang pada Berbagai Tingkat

Kelembaban……….58

Gambar 4.10 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Berat pada Berbagai Tingkat

Kelembaban...60

(12)

Gambar 4.11 Perbandingan Rugi-Rugi Daya pada Berbagai Tingkat Kelembaban…..61

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Faktor Koreksi Suhu...20

Tabel 3.2 Hubungan Tingkat Intensitas Polusi dengan ESDD………..……..21

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Konduktivitas, Salinitas dan ESDD...39

Tabel 4.2 Kategori Bobot Polutan Isolator...39

Tabel 4.3 Arus Bocor Isolator Bersih untuk Berbagai Tingkat Kelembaban………...40

Tabel 4.4 Arus Bocor Isolator Terpolusi Ringan untuk Berbagai Tingkat Kelembaban………...42

Tabel 4.5 Arus Bocor Isolator Terpolusi Sedang untuk Berbagai Tingkat Kelembaban………...44

Tabel 4.6 Arus Bocor Isolator Terpolusi Berat Pertama untuk Berbagai Tingkat Kelembaban………...………..46

Tabel 4.7 Arus Bocor Isolator Terpolusi Berat Kedua untuk Berbagai Tingkat Kelembaban………...………..48

Tabel 4.8 Rugi-Rugi Daya Isolator Bersih untuk Berbagai Tingkat Kelembaban………..53

Tabel 4.9 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Ringan untuk Berbagai Tingkat Kelembaban..55

Tabel 4.10 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Sedang untuk Berbagai Tingkat Kelembaban.57

Tabel 4.11 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Berat untuk Berbagai Tingkat Kelembaban….58

(14)

ABSTRAK

Isolator yang terpasang pada ruangan terbuka akan dilapisi polutan yang berasal dari

udara di sekitarnya. Konduktivitas dari polutan akan dipengaruhi oleh kelembaban

udara. Arus bocor pada permukaan suatu isolator dipengaruhi oleh konduktivitas

permukaan isolator. Oleh karena itu, arus bocor dipengaruhi oleh kelembaban udara.

Pada Tugas Akhir ini akan diamati pengaruh kelembaban udara terhadap besarnya nilai

arus bocor yang mengalir di sekitar permukaan isolator yang terpolusi. Penelitian

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kelembaban udara, semakin tinggi arus

bocor yang mengalir melalui permukaan isolator. Khusus untuk isolator uji yang

digunakan, kenaikan arus bocor karena kelembaban adalah 1.373 sampai 41.171 kali

dari arus bocor pada keadaan bersih. Kenaikan rugi-rugi yang signifikan karena

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Isolator banyak dipasang pada saluran listrik hantaran udara. Karena dipasang

pada ruangan terbuka, permukaan isolator menjadi rawan polusi. Polutan berupa debu,

asap-asap kendaraan, maupun garam akan menempel pada permukaan isolator dan

berangsur-angsur membentuk suatu lapisan kontaminan. Lapisan kontaminan ini akan

mempengaruhi konduktivitas permukaan isolator.

Konduktivitas permukaan isolator dipengaruhi oleh kelembaban udara. Karena

kelembaban udara menyebabkan lapisan polutan menjadi konduktif. Arus bocor pada

permukaan isolator tergantung kepada konduktivitas permukaan isolator. Akibatnya,

jika udara di sekitar isolator terpolusi semakin lembab, maka arus bocor pada

permukaan isolator akan semakin besar.

I.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki pengaruh kelembaban udara

terhadap arus bocor isolator keramik yang terpolusi.

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan

informasi tentang persentase kenaikan rugi-rugi arus bocor pada saluran listrik udara

(16)

I.3 Batasan Masalah

Dilihat dari bahannya, isolator keramik dibedakan menjadi isolator porselen dan

isolator kaca. Dalam penelitian ini yang menjadi obejk uji adalah isolator porselen.

Ditinjau dari jenis siripnya, isolator post terdiri dari beberapa ukuran. Dalam

penelitian ini yang menjadi objek uji adalah isolator post dengan enam sirip.

Jenis tegangan yang dipikul oleh suatu isolator di lapangan adalah tegangan AC

dan impuls. Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah arus bocor konduktif, sehingga di

laboratorium, arus bocor diukur pada saat isolator memikul tegangan DC.

Ada beberapa jenis material polutan yang menempel pada permukaan suatu

isolator. Dalam penelitian ini, polutan yang digunakan adalah polutan buatan berupa

lapisan garam.

I.4 Metodologi Penelitian

Penelitian kasus dilakukan dengan merendam isolator (objek uji) dengan larutan

garam. Isolator dikeringkan dalam suatu ruang tertutup selama 24 jam. Isolator

terpolusi yang sudah kering tersebut kemudian dimasukkan ke dalam wadah uji yang

tertutup. Dalam wadah uji dialirkan uap air sampai kelembaban udara dalam wadah

mencapai nilai yang ditentukan. Isolator dirangkai seperti pada gambar 1 dan diberi

tegangan, kemudian diukur arus bocornya. Pengujian arus bocor dilakukan untuk

beberapa tingkat kelembaban sehingga diperoleh suatu kurva yang menyatakan

(17)

S1 S2

AT

V1 TU

V2 R

Gambar 1.1 Rangkaian Percobaan

I.5 Sistematika Penelitian

BAB 1. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, judul, batasan masalah,

metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB 2. ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA

Bab ini menjelaskan tentang jenis isolator, tahanan isolator, rugi-rugi

akibat arus bocor isolator, dan pengaruh kelembaban udara terhadap

arus bocor isolator terpolusi.

BAB 3. METODOLOGI

Bab ini menjelaskan mengenai metode pengukuran bobot polusi,

(18)

pembuatan polusi pada isolator, pelembaban udara di sekitar isolator,

peralatan ukur, dan pengukuran arus bocor pada isolator.

BAB 4. ANALISIS DATA

Bab ini memuat hasil pengolahan data dan hasil analisis dari data

tersebut.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

(19)

BAB II

ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA

II.1 Jenis Isolator

Isolator merupakan salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk

memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang dibumikan.

Berdasarkan bahan pembuatnya isolator terdiri dari isolator keramik dan isolator

polimer. Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai kedua isolator tersebut.

1. Isolator Keramik

Isolator Keramik pertama kali digunakan sebagai salah satu komponen di

jaringan telegraf pada tahun 1800. Ada beberapa rancangan dasar dari isolator keramik,

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 (a), (b) dan (c).

(20)

(b) (c)

Gambar 2.1 Tipe Konstruksi dari Isolator Gantung Keramik. (a) Standar (b)

Tipe Terbuka (c) Anti Kabut dan Digunakan pada Aplikasi

Tegangan DC

Berdasarkan bahan pembuatannya, isolator keramik terdiri dari dua jenis yaitu

isolator porselen dan isolator kaca.

Bahan porselen digunakan dalam pembuatan isolator rantai, isolator tipe post

dengan inti padat maupun berongga, isolator tipe pin, isolator post dengan sirip banyak

dan bushing. Isolator berbahan porselen sering dilapisi dengan suatu lapisan mengkilat

yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan pada permukaannya.

Kaca kebanyakan digunakan dalam pembuatan isolator rantai dan isolator tipe

post yang bersirip banyak. Pada umumnya isolator kaca diproduksi melalui pemanasan

material kaca. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menghasilkan bentuk isolator

yang diinginkan dan mendapatkan sifat yang lebih kokoh dan tidak mudah retak.

Bahan porselen dan kaca memiliki permukaan yang bersifat lembam, sehingga

(21)

jika pada permukaannya terjadi busur api. Bahan porselen dan kaca juga memiliki

ketahanan yang tinggi terhadap tekanan.

Berdasarkan konstruksinya, isolator keramik dibagi menjadi empat jenis yaitu

isolator tipe pin, isolator tipe post, isolator tipe pin-postdan isolator gantung.

Isolator tipe pin, post dan pin-post digunakan untuk jaringan distribusi hantaran

udara tegangan menengah. Isolator post juga digunakan untuk pasangan dalam (indoor)

yaitu sebagai penyangga rel daya pada panel tegangan menengah. Isolator gantung

digunakan untuk jaringan hantaran udara tegangan menengah dan tegangan tinggi. Pada

jaringan tegangan menengah, isolator gantung digunakan pada tiang akhir dan tiang

sambungan. Bentuk dari keempat isolator ini ditunjukkan pada Gambar 2.2 (a), (b), (c)

dan (d).

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.2 Bentuk-Bentuk Isolator Keramik. (a) Tipe Pin. (b) Tipe Post. (c)

(22)

2. Isolator Polimer

Isolator polimer atau isolator non-keramik pertama kali diperkenalkan pada

tahun 1959. Bahan utama pembuatan isolator polimer adalah epoksi. Isolator polimer

yang dipasang di luar ruangan rentan terhadap masalah kerusakan akibat sinar

ultraviolet dan erosi. Kerusakan yang terjadi pada isolator polimer umumnya

berhubungan dengan penggunaan material yang tidak tepat, teknik produksi, kualitas

batang serat fiber yang rendah, serta penyegelan antara batang, kerangka dan ujung

logam yang tidak bagus. Penyebab kerusakan isolator polimer dapat juga berupa

pengapuran, krasing (patah inti polimer), dan penetrasi air. Selain itu, material polimer

umumnya rentan terhadap pengaruh lingkungan dan polusi yang tinggi. Keuntungan

dari isolator polimer adalah berat dari isolator yang 90% lebih ringan dibanding dengan

isolator keramik. Isolator polimer juga mempunyai sifat hidrofobik, sifat termal dan

dielektrik yang lebih baik. Selain itu, isolator polimer juga memiliki kekuatan mekanik

yang lebih baik dibandingkan dengan isolator keramik dan gelas.

Pada awalnya desain utama dari isolator ini ada dua, yaitu dalam bentuk isolator

(23)

Besi tempa dan logam yang disatukan dengan menggunakan proses swaging

Serat fiber yang diperkuat batang damar Karet penahan udara dan selubung batang

(a)

Serat fiber yang diperkuat batang damar

Ujung logam yang disatukan dengan batang fiber melalui

proses swaging

Karet penahan udara dan lapisan pelindung

(b)

(24)

Isolator polimer memanfaatkan inti dari serat fiber sebagai penopang mekanis.

Pada serat fiber tersebut ditambatkan logam untuk menambah kekuatan mekanis pada

isolator.

II.2 Tahanan Isolator

Apabila isolator memikul tegangan searah, maka arus akan mengalir melalui

permukaan dan bagian dalam isolator. Arus yang melalui permukaan disebut arus

permukaan. Sedangkan hambatan yang dialami arus ini disebut tahanan permukaan.

Arus yang melalui bagian dalam isolator disebut arus volume dan hambatan yang

dialami arus tersebut disebut tahanan volume. Besarnya tahanan volume dipengaruhi

oleh bahan isolator yang digunakan. Sedangkan besarnya tahanan permukaan

dipengaruhi oleh kondisi dari permukaan isolator. Jumlah arus volume dan arus

permukaan disebut arus bocor.

Jika tegangan yang dipikul isolator adalah tegangan AC, maka selain kedua

jenis arus tersebut, pada isolator juga mengalir arus kapasitif. Arus kapasitif terjadi

karena adanya kapasitansi yang dibentuk isolator dengan elektroda. Pada Gambar 2.4

ditunjukkan arus permukaan, arus volume dan arus kapasitif yang mengalir pada suatu

(25)

Gambar 2.4 Arus Bocor pada Permukaan Isolator

Rangkaian listrik ekivalen suatu isolator ditunjukkan pada Gambar 2.5.

IC

IP

RP C

V

IB

IV

RV

Gambar 2.5 Rangkaian Ekivalen Arus Bocor

Menurut Gambar 2.5, arus bocor yang mengalir melalui suatu isolator adalah :

IB

=

IP

+

IC

+

IV

2.1

Karena tahanan volume relatif besar dibandingkan dengan tahanan permukaan,

maka menyebabkan arus volume dapat diabaikan. Sehingga, arus bocor total menjadi :

Iv

IP

IC

IC

V

(26)

IB =

IP +

IC

2.2

Dengan demikian, tahanan ekivalen isolator menjadi seperti pada Gambar 2.6

IC

IP

RP

C V

IB

Gambar 2.6 Rangkaian Ekivalen Arus Bocor pada Isolator

Tahanan permukaan isolator dapat bervariasi, bergantung pada material yang

menempel pada permukaan isolator. Keadaan iklim, daerah pemasangan isolator serta

kelembaban udara menjadi faktor yang mempengaruhi besar dari tahanan permukaan

isolator. Polutan yang menempel pada permukaan isolator akan menyebabkan tahanan

permukaan isolator turun dan meningkatkan besar arus permukaan yang mengalir pada

permukaan isolator sehingga arus bocor semakin besar.

II.3 Rugi-Rugi Akibat Arus Bocor Isolator

Dalam sistem distribusi, akan selalu timbul rugi–rugi daya selama penyaluran.

(27)

Pada Gambar 2.7, ditunjukkan representatif dari suatu saluran distribusi hantaran

udara dengan arus kapasitansi (Ic) yang diabaikan. Pada gambar terdapat pembangkit,

tahanan kawat penghantar per gawang (R), reaktansi kawat penghantar per gawang (X),

tiang distribusi, isolator dan beban.

Tiang distribusi

R1 X1 R2 X2 Rn Xn

Isolator

Panel Tegangan Menengah

Beba n

Gambar 2.7 Representatif dari Saluran Distribusi pada Keadaan Tanpa

Beban

Apabila arus bocor pada isolator diabaikan, maka rangkaian ekivalen dari

saluran distribusi hantaran udara adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8. Bila

dioperasikan pada keadaan tidak berbeban, maka tidak ada rugi-rugi daya pada saluran

distribusi hantaran udara.

Beban

R1 X1 R2 X2 Rn Xn

(28)

Pada keadaan berbeban, arus mengalir di sepanjang penghantar seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Beban

R1 X1 R2 X2 Rn Xn

I

Gambar 2.9 Rangkaian Ekivalen Tanpa Arus Bocor pada Keadaan Berbeban

Rugi-rugi daya pada saluran hantaran udara menjadi :

P = I

2

. ( R

1

+ R

2

+ R

3

+ …….. + R

n

)

2.4

Jika arus bocor pada isolator diperhitungkan, maka rangkaian ekivalen saluran

distribusi hantaran udara adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10.

R1 X1 R2 X2 Rn Xn

Rp 1

Rp 2

Rp 3

Rp n Rp

(n-1) Ik2

Ik1 Ikn

Ii1 Ii2 Ii3 Ii (n-1) Ii n

Gambar 2.10 Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi Hantaran Udara dengan Arus

(29)

Pada keadaan tidak berbeban, ada rugi–rugi daya hantaran udara sebesar :

P = I

k1

2

. R

1

+ I

i1

2

. R

p1

+ I

k2

2

. R

2

+ I

i2

2

. R

p2

+ I

k3

2

. R

3

+

I

i3

2

. R

p3

+ …….. +

I

kn

2

. R

n

+ I

i (n-1)

2

. R

p (n-1)

+ I

in 2

. R

pn

2.5

Sebagai pendekatan, rangkaian ekivalen saluran distribusi hantaran udara dapat

dibuat dalam rangkaian T-nominal, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11.

Beban

Rie

I

Rek /2 XLek/2

Rek /2 XLek/2

Keterangan :

1. Rek = Tahanan Seluruh Kawat

per Fasa

2. Xlek = Reaktansi Seluruh Kawat per

Fasa

3. Rie = Tahanan Ekivalen Permukaan

Semua Isolator

Gambar 2.11 Pendekatan T untuk Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi Hantaran

Udara dengan Arus Bocor pada Keadaan Tanpa Beban

Jika tahanan permukaan setiap isolator dianggap sama, jumlah isolator per tiang

per fasa adalah satu unit, dan jumlah tiang adalah , maka

R

ie

=

(30)

Pada saat keadaan tanpa beban, arus akan mengalir melalui permukaan isolator,

sehingga rugi-rugi total pada saluran distribusi hantaran udara adalah :

P = I

2

. ( R

ek

/2 + R

ie

)

2.7

Pada keadaan berbeban, rangkaian ekivalen saluran distribusi hantaran udara adalah seperti pada Gambar 2.12.

Beban

Rie

I

1

I

B

I

2

Xek/2 Rek/2

[image:30.595.175.433.275.384.2]

Xek/2 Rek/2

Gambar 2.12 Pendekatan T untuk Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi Hantaran Udara dengan Arus Bocor pada Keadaan Berbeban

Untuk kasus ini, rugi-rugi saluran distribusi hantaran udara menjadi :

P = I

12

. R

ek

/2

+ I

B2

. R

ei

+ I

22

. R

ek

/2

2.8

Dengan membandingkan 2.4 dan 2.8 dapat disimpulkan bahwa rugi-rugi daya

pada saluran distribusi hantaran udara semakin besar jika ada arus bocor pada

permukaan isolator. Dengan perkataan lain, arus bocor pada permukaan isolator

memperbesar rugi-rugi daya pada saluran distribusi hantaran udara.

II.4 Pengaruh Kelembaban Udara terhadap Arus Bocor Isolator Terpolusi

Keadaan cuaca akan mempengaruhi kinerja dari isolator yang terpasang pada

(31)

berpengaruh penting terhadap kinerja isolator. Udara di sekitar isolator mengandung

polutan. Polutan tersebut dapat berupa debu, asap-asap kendaraan maupun garam.

Polutan akan menempel pada permukaan isolator. Banyaknya polutan yang menempel

pada suatu isolator berbeda-beda bobotnya, bergantung pada bobot polutan udara di

sekitar tempat isolator tersebut. Polutan ini kemudian membentuk suatu lapisan yang

disebut lapisan kontaminan. Pada musim hujan, akan terjadi proses pembasahan

kontaminan secara alami. Apabila isolator dikenai hujan deras, maka lapisan

kontaminan pada isolator akan tercuci bersih. Sebaliknya, jika hujan yang terjadi berupa

hujan rintik- rintik atau kondisi udara pada sekitar isolator lembab, maka lapisan

kontaminan akan menyerap uap air dari udara basah. Lapisan kontaminan yang basah

ini membuat konduktivitas lapisan kontaminan semakin besar sehingga tahanan

permukaan isolator semakin kecil, akibatnya, arus permukaan semakin tinggi dan

menyebabkan rugi-rugi daya pada permukaan isolator bertambah. Dengan demikian

(32)

BAB III

METODOLOGI

III.1 Umum

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam Tugas

Akhir ini. Untuk meneliti pengaruh kelembaban udara terhadap arus bocor pada

permukaan isolator perlu dilakukan eksperimen. Eksperimen dilakukan di laboratorium

Teknik Tegangan Tinggi, Universitas Sumatera Utara. Pada bab ini akan dijelaskan

mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam eksperimen tersebut terutama perihal:

1. Pengukuran bobot polusi,

2. pengukuran konduktivitas,

3. perhitungan luas permukaan isolator,

4. pembuatan polusi pada isolator,

5. pelembaban udara di sekitar isolator,

6. peralatan ukur, dan

7. pengukuran arus bocor pada isolator.

Dalam pengukuran bobot polusi dibutuhkan pengukuran konduktivitas suatu

larutan dan luas permukaan isolator. Oleh karena itu, dalam bab ini juga akan dijelaskan

(33)

III.2 Pengukuran Bobot Polusi

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa isolator yang

terpasang pada saluran udara akan ditempeli oleh polutan pada permukaannya dan

bobot dari polutan yang menempel pada permukaan isolator berbeda-beda. Oleh karena

itu, untuk mengukur bobot dari polutan yang menempel pada permukaan isolator,

dibutuhkan suatu pengukuran bobot polusi dengan menggunakan metode ESDD (

Equivalent Salt Deposit Density ). ESDD ( Equivalent Salt Deposit Density )

menunjukkan tingkat polusi permukaan isolator yang diekivalenkan dengan kadar

garam dalam air. Langkah-langkah untuk menentukan nilai ESDD polutan pada suatu

isolator adalah sebagai berikut :

1. Mula-mula sebanyak 1 liter air ledeng dan 4 lembar kain kasa ( ukuran 16cm x

16 cm ) dimasukkan ke dalam suatu wadah. Air dan kain kasa dalam wadah ini

disebut larutan pencuci.

2. Diukur konduktivitas dari larutan pencuci dan dihitung nilai konduktivitas

larutan pencuci isolator pada suhu 20 C dengan menggunakan Persamaan 3.1.

20

=

[ 1

b(

- 20 ) ]

3.1

Dalam hal ini :

 = suhu larutan ( C )

20 = konduktivitas larutan pada suhu 20 C ( S/m )

= konduktivitas larutan pada suhu C ( S/m )
(34)

Nilai dari b dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Faktor Koreksi Suhu

 ( C ) b

5 0.03156

10 0.02817

20 0.02277

30 0.01905

3. Dihitung salinitas dari larutan dengan menggunakan Persamaan 3.2.

D = ( 5.7

x

20

)

1.03

3.2

Dalam hal ini :

D = salinitas ( mg/cm3 )

Misalkan hasil yang diperoleh adalah D1.

4. Polutan yang menempel pada isolator dilarutkan ke dalam larutan pencuci.

5. Diukur konduktivitas larutan pencuci yang telah bercampur dengan polutan.

Kemudian dihitung salinitasnya dengan cara seperti di atas. Misalkan hasilnya

adalah D2.

6. Dihitung nilai dari ESDD dengan menggunakan persamaan 3.3.

(35)

Dalam hal ini :

ESDD = Equivalent Salt Deposit Density ( mg/cm2 )

V = Volume air pencuci ( mL )

D1 = Salinitas larutan pencuci tanpa polutan

( mg/cm3 )

D2 = Salinitas larutan pencuci yang terpolusi

( mg/cm3 )

S = Luas Permukaan isolator ( cm2 )

Berdasarkan IEC 815, tingkat intensitas polusi dibagi menjadi empat yaitu

ringan, sedang, berat dan sangat berat. Hubungan antara ESDD dengan tingkat intesitas

[image:35.595.141.470.119.329.2]

polusi dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hubungan Tingkat Intensitas Polusi dengan ESDD

Tingkat Intensitas Polusi ESDD maksimum (mg/cm2)

Ringan 0.06

Sedang 0.20

Berat 0.60

(36)

III.3 Pengukuran Konduktivitas

Untuk menghitung nilai ESDD, diperlukan nilai konduktivitas dari larutan

pencuci. Nilai konduktivitas dapat diperoleh melalui alat ukur konduktivitas yang dapat

diperoleh di pasaran. Tetapi karena harga dari alat ukur konduktivitas mahal, maka

pengukuran konduktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian sederhana

seperti yang ditunjukkan Gambar 3.1.

A V

Tabung uji yang diisi dengan larutan uji

[image:36.595.203.377.300.466.2]

18V DC

Gambar 3.1 Rangkaian Pengukur Konduktivitas

Panjang dari tabung yang digunakan dalam eksperimen ini adalah 27,5 cm dan

luas permukaannya adalah 4,908 cm2. Pada kedua ujung tabung dimasukkan sumbat

karet yang sebelumnya telah dilubangi dan dihubungkan dengan konduktor seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.2(a). Konduktor yang berada di dalam tabung kemudian

dibengkokkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2(b). Kemudian ditutupi dengan

aluminium foil seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2(c). Selanjutnya, sumbat

(37)

(a)

(b)

(c)

(d)

(38)

Gambar 3.2 (a) Sumbat Gabus dengan Konduktor (b) Sumbat Gabus dengan

Konduktor yang Dibengkokkan (c) Sumbat Gabus dengan Aluminium Foil (d) Tabung

Uji

Penempatan lembar aluminium foil bertujuan untuk membuat distribusi arus

pada larutan menjadi merata. Larutan yang nilai konduktivitasnya akan diukur

kemudian dituang ke dalam tabung uji sampai penuh dan ditutup rapat dengan

menggunakan sumbat karet. Selanjutnya tabung uji dirangkai seperti Gambar 3.1.

Menurut rangkaian ini, nilai konduktivitas dari larutan tersebut adalah :

3.4

Dalam hal ini :

= konduktivitas larutan ( mS/cm )

I = arus yang melalui larutan ( mA )

V = tegangan DC dari batere ( V )

A = luas penampang (cm2)

= panjang tabung uji (cm)

III.4 Perhitungan Luas Permukaan Isolator

Untuk menghitung nilai ESDD, selain diperlukan nilai konduktivitas, juga

(39)

dalam eksperimen adalah isolator keramik tipe post seperti yang ditunjukkan pada

[image:39.595.251.344.174.326.2]

Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Isolator Post

Luas permukaan isolator post dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan

3.5.

3.5

Dalam hal ini :

S = Luas permukaan isolator (cm2)

d1 = Diameter luar isolator (cm)

d2 = Diameter dalam isolator (cm)

l = Panjang permukaan isolator (cm)

Isolator post yang digunakan dalam eksperimen memiliki diameter luar 15,76

cm, diameter dalam 7,8 cm dan panjang permukaan 26,5 cm. Dari Persamaan 3.5

(40)

III.5 Proses Pembuatan Polusi pada Isolator

Eksperimen dimulai dengan membuat isolator uji terpolusi dengan bobot

tertentu sesuai dengan pembobotan yang diatur pada IEC 815. Larutan polutan dibuat

dengan menggunakan kaolin, air dan garam. Pada Gambar 3.4 ditunjukkan kaolin bubuk

yang digunakan dalam percobaan. Kaolin sebanyak 40 gram dicampur dengan aquadest

sebanyak 6 liter. Kaolin pada larutan bertujuan untuk menempelkan polutan pada

[image:40.595.220.377.323.481.2]

permukaan isolator. Campuran kaolin dan aquadest akan membentuk bubur.

Gambar 3.4 Kaolin Bubuk

Garam dengan berat tertentu kemudian akan ditambahkan ke dalam larutan

(41)
[image:41.595.189.409.110.316.2]

Gambar 3.5 Larutan Polutan

Isolator dicelupkan ke dalam larutan polutan dan dibiarkan selama 5 menit.

Setelah larutan polutan menempel pada permukaan isolator, isolator diangkat dan

dikeringkan selama 24 jam dalam suatu ruangan yang ditutupi oleh plastik seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.6.

[image:41.595.229.367.504.699.2]
(42)

Untuk mengetahui bobot polutan yang menempel pada isolator dilakukan

pengukuran dengan metode ESDD seperti yang telah dijelaskan pada Sub-bab III.2.

Setelah nilai ESDD dari larutan polutan diketahui, maka ditentukan bobot dari polutan

isolator. Bila nilai ESDD belum memenuhi salah satu kategori bobot polusi menurut

IEC 815, maka diulangi pencampuran dengan mengurangi bobot garam yang

ditambahkan. Bila sudah memenuhi, maka ditambahkan garam untuk tingkat polusi

berikutnya.

III.6 Proses Pelembaban Udara di Sekitar Isolator

Setelah proses pencemaran isolator selesai, proses selanjutnya adalah proses

pelembaban udara di sekitar isolator. Proses pelembaban udara akan dilakukan dalam

suatu wadah kaca yang telah dirancang khusus untuk percobaan seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 3.7. Ukuran wadah kaca yang digunakan adalah 60cm x 60

cm x 80 cm.

Gambar 3.7 Wadah Kaca dengan Konduktor

Pipa Uap Wadah kaca

(43)

. Wadah ini dilengkapi dengan terminal tegangan tinggi dan terminal

pembumian. Terminal tegangan tinggi dibuat dari suatu batang konduktor yang

ujungnya dibengkokkan untuk menghindari medan yang tinggi pada ujung konduktor.

Konduktor dilewatkan melalui suatu lubang kecil dengan diameter 6 mm pada bagian

atas wadah kaca. Konduktor yang digunakan harus berdiameter 6 mm. Apabila

diameternya lebih kecil dari 6 mm, maka akan menimbulkan korona antara konduktor

dengan kaca. Terminal pembumian menyatu dengan konduktor pada isolator post yang

digunakan. Terminal pembumian diapit dengan menggunakan 2 meja yang digunakan

untuk menopang wadah kaca. Wadah juga dilengkapi dengan pipa PVC uap yang

dihubungkan dengan keran uap yang digunakan untuk mengatur uap air yang masuk ke

dalam wadah kaca.

Isolator yang telah dicemari dan dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam

wadah kaca seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Isolator Uji dalam Wadah Kaca

(44)

Uap air dihasilkan melalui air yang dididihkan dengan menggunakan ketel

listrik. Uap kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaca melalui selang plastik menuju

ke pipa uap yang dihubungkan dengan keran dan dipasang pada wadah kaca seperti

yang ditunjukkan pada gambar 3.9 (a) dan (b).

(a)

(b)

Gambar 3.9 (a) Penghasil Uap (b) Penghubung Ketel Listrik dengan Wadah Kaca

Ketel Listrik Selang Plastik

[image:44.595.129.468.222.680.2]
(45)

Setelah uap air masuk ke dalam wadah kaca, diperhatikan alat ukur kelembaban

yang terpasang pada wadah kaca. Apabila nilai kelembaban sudah mencapai tingkat

yang diinginkan maka keran yang terpasang pada pipa uap ditutup.

III.7 Peralatan Ukur

Alat-alat ukur yang digunakan dalam pengujian adalah :

 Termometer.

 Neraca.

 Barometer / Humidity meter.

 Trafo Uji.

 Voltmeter.

1. Termometer.

Termometer digunakan untuk mengukur suhu yang diperlukan dalam proses

perhitungan ESDD. Pada Gambar 3.10 ditunjukkan termometer yang digunakan dalam

pengujian.

Gambar 3.10 Termometer

Spesifikasi dari termometer adalah sebagai berikut :

 Merek : lokal.

(46)

2. Neraca.

Neraca digunakan untuk mengukur bobot dari garam dan kaolin yang akan

digunakan pada saat proses pencemaran isolator. Pada Gambar 3.11 ditunjukkan neraca

[image:46.595.218.378.232.390.2]

yang digunakan.

Gambar 3.11 Neraca

Spesifikasi dari neraca adalah sebagai berikut :

 Merek Ohaus.

 Berat Maksimum : 310 gram.

3. Barometer/ Humiditymeter Digital.

Barometer/ Humidity meter adalah suatu alat ukur yang dapat mengukur

beberapa parameter , di antaranya suhu, tekanan dan kelembaban udara. Dalam

percobaan ini yang digunakan adalah pengukur kelembaban ( humidity meter ).

Humidity meter digunakan untuk mengukur kelembaban udara di dalam wadah kaca.

(47)

Gambar 3.12 Barometer/ Humidity meter

Spesifikasi dari Barometer/ Humidity meter adalah sebagai berikut :

 Merek Lutron PHB 318.

 Range tekanan yang dapat diukur yaitu 10 – 1100 hPa ( hPa, mmHg dan

inHg ).

 Range kelembaban yang dapat diukur yaitu 10% - 110% RH (%RH dan

dew).

4. Trafo uji.

[image:47.595.282.333.110.260.2]
(48)

(a) (b)

Gambar 3.13 (a) Trafo Uji (b) Autotrafo

Pada autotrafo terdapat alat ukur arus dan tegangan yang berfungsi untuk

membaca tegangan yang dikeluarkan oleh trafo uji. Pada autotrafo disediakan juga

terminal untuk alat ukur eksternal. Spesifikasi dari trafo uji :

 Merek Keihin Densokki.

 Tegangan primer dan tegangan sekunder 220 V/100 kV.

 Kapasitas 10 KVA.

 Frekuensi 50 Hz.

5. Voltmeter.

Telah dijelaskan bahwa pada autotrafo disediakan terminal untuk alat ukur

eksternal. Agar pengukuran lebih akurat, maka digunakan voltmeter eksternal. Selain

itu, voltmeter juga digunakan dalam pengukuran arus bocor. Voltmeter dihubungkan

pada tahanan yang dipasang pada kabel pembumian. Spesifikasi dari voltmeter adalah

sebagai berikut :

(49)

Range tegangan yang dapat diukur yaitu 0.2 V – 1000 V AC dan 0.2 V – 750 V

DC.

 Kelas ketelitian adalah 0.5 untuk tegangan AC dan 0.8 untuk tegangan DC.

[image:49.595.280.353.224.351.2]

Pada Gambar 3.14 ditunjukkan voltmeter.

Gambar 3.14 Voltmeter

III.8 Pengukuran Arus Bocor pada Isolator

Dalam eksperimen ini, akan diukur besar arus bocor yang mengalir melalui

permukaan isolator. Arus bocor yang akan diukur berada dalam kisaran A (

mikroampere ) sehingga pengukuran dengan menggunakan amperemeter praktis akan

menghasilkan pembacaan yang tidak akurat. Oleh karena itu, untuk mengukur arus

bocor, dalam eksperimen ini ditambahkan suatu rangkaian sederhana yang

memanfaatkan hukum Ohm. Pada kabel pembumian rangkaian percobaan dipasang

resistor dengan nilai yang telah diketahui, selanjutnya akan disebut sebagai resistor uji.

Resistor uji kemudian dihubungkan pada voltmeter sehingga pada saat tegangan 20 kV

diberikan, pada voltmeter akan terbaca nilai tegangan yang dialami oleh resistor. Dari

nilai tegangan tersebut dapat diperoleh besar arus bocor yang mengalir melalui resistor

(50)

I = V / R

3.6

Dalam hal ini :

I = Arus bocor yang mengalir melalui isolator dan resistor

(Ampere).

V = Tegangan yang terbaca pada voltmeter (Volt).

R = Resistor Uji ( Ohm ).

Rangkaian pengukuran arus bocor pada permukaan isolator ditunjukkan pada

Gambar 3.15.

S1 S2

AT

V1 TU

V2 R

Keterangan : TU = Trafo Uji, AT = Auto Trafo, S1 = Saklar Utama, S2 = Saklar Sekunder,

V1 = Voltmeter Internal, V2 = Voltmeter eksternal, R = Resistor Uji.

(51)

Untuk keadaan isolator bersih dan bobot polutan isolator rendah, digunakan

resistor uji yang bernilai 1 M. Untuk bobot polutan sedang dan berat, digunakan

resistor uji dengan nilai 100 K.

Prosedur yang dilakukan pada eksperimen ini adalah :

1. Isolator bersih dimasukkan ke dalam wadah kaca, kemudian masukkan uap air

ke dalam wadah kaca sampai mencapai tingkat kelembaban mencapai 80 %RH.

Keran yang berada pada pipa uap ditutup agar uap tidak terus mengalir ke dalam

wadah.

2. Dinaikkan tegangan sekunder trafo uji sampai 20 kV. Dibaca dan dicatat nilai

tegangan pada voltmeter eksternal.

3. Dengan prosedur yang sama, percobaan dilakukan sampai 10 kali.

4. Selanjutnya, tingkat kelembaban dalam wadah kaca dinaikkan menjadi 82 % RH

dengan membuka keran pada pipa uap. Eksperimen dilakukan seperti di atas

sampai tingkat kelembaban 100 %RH.

5. Prosedur di atas dilakukan terhadap masing-masing isolator yang terpolusi

dengan bobot rendah, sedang dan berat.

III.9 Hasil Pengujian

Hasil eksperimen terdiri dari :

 Tentang pengukuran konduktivitas yang akan digunakan untuk

menentukan bobot polusi. Hasil pengukuran ini diberikan pada Lampiran

A.

(52)

1. Pengukuran arus bocor pada keadaan isolator bersih.

2. Pengukuran arus bocor pada bobot polusi ringan.

3. Pengukuran arus bocor pada bobot polusi sedang.

4. Pengukuran arus bocor pada bobot polusi berat.

(53)

BAB IV

ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang perhitungan ESDD untuk menentukan

bobot polusi isolator; pengolahan data hasil pengukuran arus bocor; dan perhitungan

rugi-rugi akibat arus bocor pada berbagai tingkat kelembaban udara.

IV.1 Perhitungan ESDD

Pada Lampiran A ditunjukkan hasil pengukuran konduktivitas larutan pencuci

dan larutan pencuci yang telah terpolusi pada suhu sembarang. Konduktivitas harus

dikonversikan ke konduktivitas pada suhu 20 C dengan menggunakan Persamaan 3.1.

Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 4.1, kolom 2 dan 3. Data ini digunakan

untuk menghitung salinitas dengan menggunakan Persamaan 3.2, hasil yang diperoleh

ditunjukkan pada Tabel 4.1, kolom 4 dan 5. Data salinitas ini kemudian digunakan

untuk menghitung nilai ESDD dari polutan yang menempel pada isolator dengan

menggunakan Persamaan 3.3. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Tabel 4.1, kolom

(54)
[image:54.595.72.527.162.368.2]

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Konduktivitas, Salinitas dan ESDD

Larutan

pencuci ke-n

(1)

20 1

(S/m)

(2)

20 2

(S/m)

(3)

D1

(mg/cm3)

(4)

D2

(mg/cm3)

(5)

ESDD

(mg/cm2)

(6)

1 0 0 0 0 0

2 8.6 x 10-3 0.0154 0.045 0.082 0.0370

3 8.85 x 10-3 0.0221 0.046 0.118 0.0734

4 7.3 x 10-3 0.0462 0.038 0.253 0.2190

Dengan membandingkan hasil ESDD yang diperoleh pada Tabel 4.1 dengan

Tabel 3.2, diperoleh bahwa bobot dari polutan yang menempel pada isolator adalah

seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Kategori Bobot Polutan Isolator

Isolator Uji ke-n Bobot Polutan

1 Bersih

2 Ringan

3 Sedang

(55)

IV.2 Pengolahan Data Hasil Pengukuran Arus Bocor

Pada Lampiran B ditunjukkan hasil pengukuran arus bocor pada tingkat

kelembaban tertentu untuk 4 tingkat bobot polusi, yaitu bersih, ringan, sedang dan berat;

yaitu dengan mengambil harga rata-rata arus bocor dari 10 percobaan.

1. Keadaan Isolator Bersih

Pada Tabel 4.3 ditunjukkan nilai rata-rata arus bocor isolator bersih untuk

berbagai tingkat kelembaban.

Tabel 4.3 Arus Bocor Isolator Bersih untuk Berbagai Tingkat

Kelembaban

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

79.5 0.0703

80.0 0.07101

81.0 0.0720

81.2 0.0732

82.0 0.0738

82.9 0.0740

83.0 0.0744

83.5 0.0745

84.0 0.0749

84.3 0.0774

85.0 0.0817

85.7 0.0819

86.0 0.0823

86.5 0.0825

87.0 0.0833

87.4 0.0847

88.0 0.0852

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

(56)

88.7 0.0863

89.0 0.0867

89.9 0.0874

100.0 0.1016 100.8 0.1036

Berdasarkan data pada Tabel 4.3, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:56.595.91.523.255.505.2]

antara arus bocor dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.1 Arus Bocor Isolator Bersih pada Berbagai Tingkat Kelembaban Udara

Pada Gambar 4.1 ditunjukkan kurva yang menyatakan hubungan arus bocor

dengan tingkat kelembaban udara untuk isolator yang bersih. Terlihat bahwa semakin

tinggi tingkat kelembaban, semakin besar arus bocornya. Untuk keadaan isolator bersih,

arus bocor terkecil yang diperoleh dalam percobaan adalah 0.07 mA pada tingkat

kelembaban 79.5 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan isolator

bersih adalah 100.8 %RH dan arus bocor yang melalui isolator adalah 0.103 mA.

0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11 0.12

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

Arus

B

o

co

r

(

m

A

)

(57)

2. Keadaan Isolator Terpolusi Ringan.

Pada Tabel 4.4 ditunjukkan nilai rata-rata arus bocor isolator terpolusi ringan

untuk berbagai tingkat kelembaban.

Tabel 4.4 Arus Bocor Isolator Terpolusi Ringan untuk Berbagai

Tingkat Kelembaban

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

79.8 0.0934

80.0 0.0975

81.0 0.0995

81.2 0.1031

82.0 0.1121

82.6 0.1186

83.2 0.1207

83.7 0.1251

84.0 0.1289

84.8 0.1300

85.0 0.1323

85.3 0.1328

86.0 0.1376

86.3 0.1615

87.0 0.1688

87.6 0.1805

88.0 0.1857

88.7 0.1920

89.0 0.1971

89.2 0.1985

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

(58)

Berdasarkan data pada Tabel 4.4, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:58.595.85.513.177.402.2]

antara arus bocor dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.2 Arus Bocor Isolator Terpolusi Ringan pada Berbagai Tingkat Kelembaban

Udara

Pada Gambar 4.2 ditunjukkan kurva hubungan arus bocor dengan tingkat

kelembaban udara untuk isolator yang terpolusi ringan. Terlihat bahwa semakin tinggi

tingkat kelembaban, semakin besar arus bocornya. Untuk keadaan isolator terpolusi

ringan, arus bocor terkecil yang diperoleh dalam percobaan adalah 0.09 mA pada

tingkat kelembaban 79.8 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan

isolator bersih adalah 100.9 %RH dan arus bocor yang melalui isolator adalah 0.523

mA.

3. Keadaan Isolator Terpolusi Sedang.

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

Arus

B

o

co

r

(m

A

)

(59)

Pada Tabel 4.5 ditunjukkan nilai rata-rata arus bocor isolator terpolusi sedang

untuk berbagai tingkat kelembaban.

Tabel 4.5 Arus Bocor Isolator Terpolusi Sedang untuk Berbagai

Tingkat Kelembaban

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

79.5 0.0932

80.0 0.0983

80.2 0.0990

81.1 0.1038

82.0 0.1120

82.6 0.1256

83.0 0.1302

83.7 0.1344

84.0 0.1385

84.8 0.1402

85.0 0.1468

85.5 0.1522

86.0 0.1595

86.7 0.1712

87.0 0.1862

87.5 0.1920

88.0 0.2350

88.7 0.2422

89.0 0.2636

89.6 0.2750

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

90.0

0.3195 90.7

0.3298 91.0

0.3340 91.8

0.3411 92.0

0.3612

92.7 0.3846

93.0 0.3997

93.2 0.4181

94.0 0.4204

94.7 0.4354

95.7 0.4621

96.0 0.4708

96.9 0.5213

97.2 0.5633

98.0 0.5813

98.7 0.6322

99.5 0.7468

(60)

Berdasarkan data pada Tabel 4.5, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:60.595.111.484.165.404.2]

antara arus bocor dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.3 Arus Bocor Isolator Terpolusi Sedang pada Berbagai Tingkat Kelembaban

Udara

Pada Gambar 4.3 ditunjukkan kurva hubungan arus bocor dengan tingkat

kelembaban udara untuk isolator yang terpolusi sedang. Terlihat bahwa semakin tinggi

tingkat kelembaban, semakin besar arus bocornya. Untuk keadaan isolator terpolusi

ringan, arus bocor terkecil yang diperoleh dalam percobaan adalah 0.093 mA pada

tingkat kelembaban 79.5 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan

isolator bersih adalah 100.9 %RH dan arus bocor yang melalui isolator adalah 1.127

mA.

4. Keadaan Isolator Terpolusi Berat.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

Arus

B

o

co

r

(

m

A

)

(61)

Pada Tabel 4.6 ditunjukkan nilai rata-rata arus bocor isolator terpolusi berat

untuk berbagai tingkat kelembaban.

Tabel 4.6 Arus Bocor Isolator Terpolusi Berat untuk Berbagai Tingkat

Kelembaban

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

79.4 0.2494

80.0 0.3014

80.5 0.3403

81.0 0.3882

82.0 0.4082

82.5 0.4769

83.0 0.4935

83.4 0.5176

84.0 0.5360

84.6 0.5485

85.0 0.569

85.7 0.5847

86.0 0.6564

86.9 0.6883

87.0 0.6912

87.4 0.7378

88.0 0.7847

88.5 0.8853

89.0 0.9174

89.8 1.0500

Tingkat

Kelembaban (

%RH )

Arus Bocor (

mA)

(62)

Berdasarkan data pada Tabel 4.6, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:62.595.111.505.166.429.2]

antara arus bocor dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.4 Arus Bocor Isolator Terpolusi Berat pada Berbagai Tingkat

Kelembaban Udara

Pada Gambar 4.4 ditunjukkan kurva hubungan arus bocor dengan tingkat

kelembaban udara untuk isolator yang terpolusi sedang. Terlihat bahwa semakin tinggi

tingkat kelembaban, semakin besar arus bocornya. Untuk keadaan isolator terpolusi

ringan, arus bocor terkecil yang diperoleh dalam percobaan adalah 0.25 mA pada

tingkat kelembaban 79.4 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan

isolator bersih adalah 100.9 %RH dan arus bocor yang melalui isolator adalah 4.91 mA.

Berdasarkan data pada Tabel 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6 dibentuk suatu kurva yang

menunjukkan perbandingan arus bocor isolator untuk berbagai tingkat kelembaban pada

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

(63)

keadaan bersih, terpolusi ringan, terpolusi sedang dan terpolusi berat seperti yang

[image:63.595.105.523.195.542.2]

ditunjukkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Perbandingan Arus Bocor pada Berbagai Tingkat Kelembaban

Garis berwarna ungu pada kurva menunjukkan kurva arus bocor dari isolator

yang terpolusi berat. Garis berwarna hijau menunjukkan kurva arus bocor dari isolator

yang terpolusi sedang. Garis berwarna merah menunjukkan kurva arus bocor dari

isolator yang terpolusi ringan. Garis berwarna biru menunjukkan kurva arus bocor dari

isooator yang terpolusi bersih. Dari kurva terlihat bahwa nilai arus bocor berbanding

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

Arus

B

o

co

r

(m

A

)

Tingkat Kelembaban (% RH)

Isolator Bersih

Isolator terpolusi ringan

isolator terpolusi sedang

(64)

lurus dengan tingkat kelembaban udara. Semakin tinggi tingkat kelembaban, semakin

tinggi arus bocor yang mengalir melalui permukaan isolator. Dari kurva juga terlihat

bahwa pada tingkat kelembaban udara yang sama, besar arus bocor untuk

masing-masing tingkat polusi memiliki nilai berbeda. Besar arus bocor pada keadaan isolator

bersih lebih kecil dibandingkan dengan isolator terpolusi ringan, sedang dan berat.

IV.3 Perhitungan Rugi-Rugi Daya

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai perhitungan rugi-rugi daya akibat

arus bocor yang mengalir melalui permukaan isolator. Nilai rugi-rugi diperoleh dengan

memasukkan nilai arus bocor yang diperoleh pada Tabel 4.3, 4.4, 4.5, dan 4.6 pada

Persamaan 2.7. Untuk menghitung nilai rugi-rugi total pada suatu saluran udara, maka

kuadrat nilai arus bocor yang diperoleh dikalikan dengan banyaknya isolator yang

terpasang pada saluran, sehingga Persamaan 2.7 menjadi :

P = n.I2 . ( Rek/2 + Rie)

4.1

Di mana :

P = Rugi-rugi daya saluran udara

n = Jumlah isolator dalam suatu saluran udara

I = Arus bocor yang melalui suatu isolator

Rek = Tahanan seluruhkawat per fasa

(65)

Dengan menganggap nilai Rek, Rie dan n adalah sama untuk seluruh keadaan,

maka diperoleh :



~

I2

4.2

Dari Persamaan 4.2 diperoleh akan nilai rugi-rugi daya akibat arus bocor isolator

pada berbagai tingkat kelembaban. Hasil perhitungan yang diperoleh adalah :

1. Keadaan Isolator Bersih.

Pada Tabel 4.7 ditunjukkan hasil perhitungan kenaikan rugi-rugi daya akibat

[image:65.595.278.499.448.746.2]

arus bocor isolator pada keadaan bersih.

Tabel 4.7 Rugi-Rugi Daya Isolator Bersih untuk Berbagai Tingkat

Kelembaban

Tingkat Kelembaban

( %RH )

 ~ I2

( watt )

79.5 0.004942 80.0 0.005042 81.0 0.005184 81.2 0.005358 82.0 0.005446 82.9 0.005476 83.0 0.005535 83.5 0.005550 84.0 0.005610 84.3 0.005991 85.0 0.006675 85.7 0.006708 86.0 0.006773

Tingkat Kelembaban (

%RH )

 ~ I2

( watt )

90.0 0.007797

90.2 0.007957

91.0 0.008046

91.3 0.008100

92.0 0.008245

92.6 0.008354

93.0 0.008409

93.9 0.008482

94.0 0.008630

94.6 0.008649

95.0 0.008724

95.5 0.008761

(66)

86.5 0.006806 87.0 0.006939 87.4 0.007174 88.0 0.007259 88.7 0.007448 89.0 0.007517 89.9 0.007639

97.3 0.009293

98.0 0.009860

98.5 0.009980

99.0 0.010060

100.0 0.010323 100.8 0.010733

Berdasarkan data pada Tabel 4.7, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:66.595.100.495.332.554.2]

antara rugi-rugi daya dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.6 Rugi-Rugi Daya Isolator Bersih pada Berbagai Tingkat Kelembaban

Pada Gambar 4.6 ditunjukkan kurva hubungan rugi-rugi daya dengan tingkat

kelembaban udara untuk isolator yang bersih. Terlihat bahwa semakin tinggi tingkat

kelembaban, semakin besar rugi-rugi yang ditimbulkan. Untuk keadaan isolator bersih,

rugi-rugi daya terkecil yang diperoleh dari perhitungan adalah 0.005 watt pada tingkat

0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

R

ugi

-R

ugi

D

aya

( w

at

t

)

(67)

kelembaban 79.5 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan isolator

bersih adalah 100.8 %RH dan rugi-rugi daya yang ditimbulkan adalah 0.0107 watt.

2. Keadaan Isolator Terpolusi Ringan.

Pada Tabel 4.8 ditunjukkan hasil perhitungan kenaikan rugi-rugi daya akibat

[image:67.595.99.498.355.757.2]

arus bocor isolator pada keadaan terpolusi ringan.

Tabel 4.8 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Ringan untuk Berbagai Tingkat

Kelembaban

Tingkat Kelembaban

( %RH )

 ~ I2

( watt )

79.8 0.008724 80.0 0.009506 81.0 0.009900 81.2 0.010630 82.0 0.012566 82.6 0.014066 83.2 0.014568 83.7 0.015650 84.0 0.016615 84.8 0.016900 85.0 0.017503 85.3 0.017636 86.0 0.018934 86.3 0.026082 87.0 0.028493 87.6 0.032580 88.0 0.034484 88.7 0.036864

Tingkat Kelembaban

( %RH )

 ~ I2

( watt )

(68)

89.0 0.038848 89.2 0.039402

100.9 0.273529

Berdasarkan data pada Tabel 4.8, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:68.595.110.485.235.457.2]

antara rugi-rugi daya dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.7 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Ringan pada Berbagai Tingkat

Kelembaban

Pada Gambar 4.7 ditunjukkan kurva hubungan rugi-rugi daya dengan tingkat

kelembaban udara untuk isolator yang terpolusi ringan. Terlihat bahwa semakin tinggi

tingkat kelembaban, semakin besar rugi yang ditimbulkan. Untuk keadaan ini,

rugi-rugi daya terkecil yang diperoleh dari perhitungan adalah 0.009 watt pada tingkat

kelembaban 79.8 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan isolator

terpolusi ringan adalah 100.9 %RH dan rugi-rugi daya yang ditimbulkan adalah 0.274

watt.

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

R

ugi

-R

ugi

D

aya

( w

at

t

)

(69)

3. Keadaan Isolator Terpolusi Sedang.

Pada Tabel 4.9 ditunjukkan hasil perhitungan kenaikan rugi-rugi daya akibat

[image:69.595.97.496.299.734.2]

arus bocor isolator pada keadaan terpolusi sedang.

Tabel 4.9 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Sedang untuk Berbagai Tingkat

Kelembaban

Tingkat Kelembaban

( %RH )

 ~ I2

( watt )

79.5 0.008686 80.0 0.009663 80.2 0.009801 81.1 0.010774 82.0 0.012544 82.6 0.015775 83.0 0.016952 83.7 0.018063 84.0 0.019182 84.8 0.019656 85.0 0.021550 85.5 0.023165 86.0 0.025440 86.7 0.029309 87.0 0.034670 87.5 0.036864 88.0 0.055225 88.7 0.058661 89.0 0.069485 89.6 0.075625

Tingkat Kelembaban

( %RH )

 ~ I2

( watt )

(70)

Berdasarkan data pada Tabel 4.9, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:70.595.115.479.166.383.2]

antara rugi-rugi daya dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.8 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Sedang pada Berbagai Tingkat

Kelembaban

Pada Gambar 4.8 ditunjukkan kurva hubungan rugi-rugi daya dengan tingkat

kelembaban udara untuk isolator yang terpolusi sedang. Terlihat bahwa semakin tinggi

tingkat kelembaban, semakin besar rugi yang ditimbulkan. Untuk keadaan ini,

rugi-rugi daya terkecil yang diperoleh dari perhitungan adalah 0.009 watt pada tingkat

kelembaban 79.5 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan isolator

terpolusi sedang adalah 100.9 %RH dan rugi-rugi daya yang ditimbulkan adalah 1.270

watt.

4. Keadaan Isolator Terpolusi Berat.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

R

ugi

-R

ugi

D

aya

( w

at

t

)

(71)

Pada Tabel 4.10 ditunjukkan hasil perhitungan kenaikan rugi-rugi daya akibat

[image:71.595.111.384.276.706.2]

arus bocor isolator pada keadaan terpolusi berat.

Tabel 4.10 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Berat untuk Berbagai Tingkat Kelembaban

Tingkat Kelembaban (

%RH )

 ~ I2

( watt )

79.4 0.062200 80.0 0.090842 80.5 0.115804 81.0 0.150699 82.0 0.166627 82.5 0.227434 83.0 0.243542 83.4 0.267910 84.0 0.287296 84.6 0.300852 85.0 0.323761 85.7 0.341874 86.0 0.430861 86.9 0.473757 87.0 0.477757 87.4 0.544349 88.0 0.615754 88.5 0.783756 89.0 0.841623 89.8 1.102500

Tingkat Kelembaban (

%RH )

 ~ I2

( watt )

90.0 1.142761

90.7 1.201216

91.0 1.397124

91.6 1.575025

92.0 1.734489

92.8 1.901641

93.0 2.036329

93.6 2.458624

94.0 2.856100

94.7 3.150625

95.6 3.740356

96.0 4.137156

96.4 4.596736

97.2 5.438224

98.0 9.272025

98.7 11.45823

99.8 15.21780

(72)

Berdasarkan data pada Tabel 4.10, dibuat kurva yang menyatakan hubungan

[image:72.595.115.480.166.385.2]

antara rugi-rugi daya dengan tingkat kelembaban.

Gambar 4.9 Rugi-Rugi Daya Isolator Terpolusi Berat pada Berbagai Tingkat

Kelembaban

Pada Gambar 4.9 ditunjukkan kurva hubungan rugi-rugi daya dengan tingkat

kelembaban udara untuk isolator yang terpolusi berat. Terlihat bahwa semakin tinggi

tingkat kelembaban, semakin besar rugi yang ditimbulkan. Untuk keadaan ini,

rugi-rugi daya terkecil yang diperoleh dari perhitungan adalah 0.063 watt pada tingkat

kelembaban 79.4 %RH. Tingkat kelembaban udara tertinggi untuk percobaan isolator

terpolusi sedang adalah 100.9 %RH dan rugi-rugi daya yang ditimbulkan adalah 24.14

watt.

Berdasarkan data pada Tabel 4.7, 4.8, 4.9 dan 4.10 dibentuk suatu kurva

perbandingan rugi-rugi daya untuk berbagai tingkat kelembaban pada keadaan bersih,

0 5 10 15 20 25 30

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

R

ugi

-R

ugi

D

aya

( w

at

t

)

(73)

terpolusi ringan, terpolusi sedang dan terpolusi berat yang ditunjukkan pada Gambar

(74)
[image:74.595.88.515.109.707.2]

Gambar 4.10 Perbandingan Rugi-Rugi Daya pada Berbagai Tingkat Kelembaban

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 10 10.5 11 11.5 12 12.5 13 13.5 14 14.5 15 15.5 16 16.5 17 17.5 18 18.5 19 19.5 20 20.5 21 21.5 22 22.5 23 23.5 24 24.5 25

78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102

Gambar

Gambar 2.12 Pendekatan T untuk Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi Hantaran
Tabel 3.2 Hubungan Tingkat Intensitas Polusi dengan ESDD
Gambar 3.1 Rangkaian Pengukur Konduktivitas
Gambar 3.3 Isolator Post
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembersihan yang dilakukan oleh hujan tidak dapat menjamin arus bocor yang mengalir pada permukaan isolator pin-post mencapai nilai yang sama pada saat isolator

bersih lebih besar daripada tegangan flashover isolator pada kondisi terpolusi baik.. terpolusi ringan, sedang, maupun berat untuk semua kelembaban udara yang

Pada saat isolator terpolusi berat, penurunan tegangan flashover yang paling signifikan terjadi pada saat kelembaban di kisaran nilai ( 88,5 –.. 95,5) %RH dan kemiringan

Pada studi ini dilakukan pengujian mengenai pengaruh ketebalan lapisan polutan dengan mengukur tingkat ESDD pada permukaan isolator terhadap besar arus bocor dan tegangan

Hubungan antara arus bocor terhadap tegangan pada 5 sampai 10 keping isolator kondisi basah sedang ... Hubungan antara banyaknya keping isolator terhadap arus bocor pada kondisi

PENGARUH BANYAKNYA KEPING ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR. RANTAI KONDISI BASAH

udara antara kelembaban 60% dengan kelembaban 70% terhadap besarnya arus bocor dan tegangan flashover yang terjadi pada keempat tipe sirip isolator (Compact

Dari P ercobaan diperoleh bahwa semakin meningkatnya kadar abu vulkanik kering yang menempel pada permukaan isolat or maka semakin menurun nilai arus bocor yang