• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ARUS BOCOR DAN TEGANGAN FLASHOVER PADA ISOLATOR SUSPENSI 20 kv 3 SIRIP DENGAN 4 TIPE SIRIP BERBAHAN POLIMER RESIN EPOKSI SILANE SILIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ARUS BOCOR DAN TEGANGAN FLASHOVER PADA ISOLATOR SUSPENSI 20 kv 3 SIRIP DENGAN 4 TIPE SIRIP BERBAHAN POLIMER RESIN EPOKSI SILANE SILIKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ARUS BOCOR DAN TEGANGAN FLASHOVER

PADA ISOLATOR SUSPENSI 20 kV 3 SIRIP DENGAN 4 TIPE

SIRIP BERBAHAN POLIMER RESIN EPOKSI SILANE

SILIKA

Dwi Aji Sulistyanto1, Hermawan2, Abdul Syakur 3

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

1

dwityan77@gmail.com 3

gakusei2003@yahoo.com

Abstrak- Salah satu peralatan listrik yang sangat penting pada penyaluran tenaga listrik adalah isolator. Sebagai alternatif baru pengganti isolator bahan porselin atau gelas telah dikembangkan untuk keperluan isolator pasangan luar dengan bahan isolasi polimer resin epoksi silane. Isolator resin epoksi silane memiliki sifat hydrofobic yang baik, tingkat tegangan flashover tinggi dan nilai arus bocor yang relatif kecil. Namun pada kode isolator RTV24 saat Pengukuran flashover dengan tegangan tinggi impuls

mengalami breakdown. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya peningkatan kekuatan dielektrik isolator dengan memperbesar konstruksinya.

Tugas akhir ini menganalisa dan membandingkan pengaruh variasi empat tipe sirip (Compact Type (SC), Standart Type (SS), Long Leakage Type (SL), Extra Long Leakage Type (SE)) isolator polimer resin epoksi silane silika terhadap besarnya arus bocor dan tegangan flashover pada tingkat kelembaban 60% dan 70% . Untuk mendapatkan tipe isolator yang paling optimal dalam peningkatan kekuatan dielektriknya.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa jarak bocor atau rayap terpanjang terdapat pada isolator tipe SE, sedangkan jarak flashover terpanjang dimiliki oleh isolator tipe SL. Arus bocor semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tegangan yang diterapkan pada isolator. Semakin panjang jarak flashover dari isolator, maka tegangan flashover semakin meningkat. Tingkat tegangan flashover dan arus bocor dipengaruhi oleh tingkat persentase kelembaban udara. Isolator tipe SE paling optimal dalam penurunan nilai arus bocor, sedangkan isolator tipe SL paling optimal dalam peningkatan tegangan flashover.

Kata kunci - Isolator, arus bocor, tegangan flashover, jarak bocor, jarak flashover.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Energi listrik merupakan kebutuhan primer yang diperlukan dalam kehidupan manusia. Untuk mendapatkan sebuah sistem tenaga listrik yang andal, maka diperlukan peralatan-peralatan listrik yang andal pula. Salah satu peralatan listrik yang sangat penting pada penyaluran tenaga listrik adalah isolator yang berfungsi sebagai penyangga kawat saluran udara dan sebagai penyekat (isolasi) antara kawat tegangan tinggi dengan menara (tower) transmisi.

Pada awalnya isolator yang banyak digunakan pada sistem tenaga listrik di Indonesia sampai saat ini adalah bahan isolasi keramik. Isolator jenis ini mempunyai rapat massa tinggi dan memerlukan suhu pembuatan yang tinggi (lebih

dari 1000ºC)[10] sehingga memerlukan energi yang besar untuk

pembuatannya, artinya secara ekonomi kurang

menguntungkan.

Alternatif baru bahan polimer telah dikembangkan untuk keperluan isolator pasangan luar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahan isolasi polimer resin epoksi silane yang mempunyai kinerja optimal pada daerah tropis yaitu sampel dengan bahan pengisi 40% atau sampel uji dengan kode

RTV24.[10] Saat Pengukuran tegangan flashover dengan

tegangan tinggi impuls, isolator polimer resin epoksi silane silica mengalami breakdown dan nilai arus bocor lebih besar dibanding dengan nilai arus bocor pada isolator silicon rubber.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dalam penelitian ini lebih menekankan pada peningkatan kekuatan dielektrik (meningkatkan tingkat tegangan flashover dan mereduksi nilai arus bocor) isolator resin epoksi silane silika dengan memperbesar konstruksi isolator dalam empat tipe. Adapun empat tipe siripnya adalah Compact Type (SC), Standart Type (SS), Long Leakage Type (SL), Extra Long Leakage Type (SE). Keempat tipe sirip ini akan dianalisis dan dibandingkan besarnya tegangan flashover dan arus bocor, sehingga diperoleh tipe sirip yang paling optimal dalam peningkatan kekuatan dielektriknya.

B. Tujuan

Tujuan pembuatan Tugas Akhir ini sebagai berikut: 1) Mengetahui dan membandingkan jarak bocor atau rayap

(leakage or creepage distance) dan jarak flashover (flashover distance) dari empat tipe sirip (Compact Type (SC), Standart Type (SS), Long Leakage Type (SL), Extra Long Leakage Type (SE)) isolator polimer resin epoksi silane silika.

2) Mengetahui, mengukur, menganalisis dan

membandingkan besarnya arus bocor dan tegangan flashover pada empat tipe sirip (Compact Type (SC), Standart Type (SS), Long Leakage Type (SL), Extra Long Leakage Type (SE)) isolator polimer resin epoksi silane silika.

3) Mengetahui dan membandingkan pengaruh kelembaban

udara antara kelembaban 60% dengan kelembaban 70% terhadap besarnya arus bocor dan tegangan flashover yang terjadi pada keempat tipe sirip isolator (Compact Type (SC), Standart Type (SS), Long Leakage Type (SL), Extra Long Leakage Type (SE)) isolator polimer resin epoksi silane silika.

(2)

4) Untuk mendapatkan tipe sirip yang paling optimal dalam peningkatan kekuatan dielektrik pada isolator resin epoksi silane silika.

II. DASARTEORI A. Isolator

Isolator pada sistem tenaga listrik adalah bahan yang berfungsi memisahkan secara elektris dua buah atau lebih penghantar listrik bertegangan yang berdekatan, sehingga tidak terjadi kebocoran arus, lompatan api (flashover),

ataupun percikan api (sparkover).[3]

B. Isolator Pasangan Luar (Outdoor)

Isolator pasangan luar merupakan komponen yang sangat penting pada sistem tenaga listrik seperti pada gardu induk, jaringan transmisi dan distribusi. Salah satu jenis isolator saluran udara adalah isolator gantung (suspensi), yang digunakan untuk menggantung konduktor saluran udara dari menara.[6,7]

C. Desain Sederhana Isolator Polimer

Pada gambar 2.1 memperlihatkan susunan dasar isolator polimer, yang terdiri dari inti (core) dan pembungkus (weather shed) yang kedua ujungnya dihubungkan dengan fitting yang terbuat dari logam.[3]

Gambar 2.1 Desain isolator polimer D. Resin Epoksi Sebagai Bahan Polimer

Resin epoksi merupakan suatu produk dari reaksi bahan dasar dan pengeras serta bahan pengisi. Bahan dasar resin epoksi yang sering banyak digunakan adalah DGEBA dan

MPDA.[8,10]

E. Bahan Pengisi

Secara teknis, penggunaan bahan pengisi untuk meningkatkan sifat mekanis dan secara ekonomis penggunaan bahan pengisi sebagai bahan upaya untuk mereduksi biaya.

Bahan pengisi silane (silicon rubber) dan pasir silika.

Bahan campuran ini digunakan untuk memperbaiki

karakteristik dari isolator polimer dengan komposisi DGEBA

: MPDA : silane : silika, 40% : 40% : 10% : 10%.[10]

F. Arus Bocor

Surface discharge atau pelepasan muatan permukaan adalah pelepasan muatan dari konduktor ke media gas dan terjadi dipermukaan meterial isolasi padat yang tidak tertutupi oleh konduktor. Karena peluahan muatan permukaan ini, maka arus akan mengalir pada permukaan isolator. Arus ini sering disebut arus bocor (leakage current).

G. Flashover Pada Isolator

Kekuatan dielektrik suatu isolator ditentukan oleh tegangan flashover, semakin tinggi tingkat tegangan flashover isolator semakin baik. Flashover adalah tembus listrik pada

udara disekitar permukaan isolator yang menimbulkan adanya busur api disekitar permukaan isolator yang menjembatani

kedua elektroda. Pengukuran tegangan flashover dilakukan

dengan tegangan tinggi AC dan tegangan tinggi impuls. H. Pengukuran Tegangan Tinggi AC

Tegangan flashover adalah nilai tegangan yang

mengakibatkan terjadinya flashover di permukaan isolator.[7]

Tegangan flashover pada keadaan permukaan isolator kering dan bersih dinyatakan pada keadaan standar.

Untuk mengoreksi tegangan Pengukuran (V)

terhadap tekanan udara dan suhu dipakai rumus :

V = δ . Vs (2.1)

δ= x = (2.2)

dengan :

VS : tegangan flashover isolator pada keadaan standar

V : tegangan flashover isolator pada saat Pengukuran δ : faktor koreksi udara

T : suhu sekeliling pada saat Pengukuran (oC)

b : tekanan udara pada saat Pengukuran (mmHg)

I. Pengukuran Tegangan Tinggi Impuls

Gangguan tegangan lebih pada sistem transmisi dan distribusi daya listrik menyebabkan amplitudo gelombang tegangan melebihi puncak tegangan bolak-balik normal. Gangguan dari luar biasanya disebabkan oleh sambaran petir

yang mengenai kawat penghantar.[1]

Gambar 2.2 Gelombang impuls petir

Dimana, Tf merupakan waktu muka gelombang (O’ A).

Tt merupakan waktu ekor gelombang (O’ B).

Vmaks merupakan tegangan puncak.

Standard gelombang impuls IEC, Tf x Tt = 1,2 x 50 µs.

Standard gelombang impuls JEC, Tf x Tt = 1x 40 µs.

Generator impuls adalah alat testing yang

menghasilkan suatu tegangan impuls. Berikut adalah rangkaian dasar generator impuls.

(3)

Metode Pengukuran up-down 50% SOV

Metode pengukuran tegangan tinggi impuls yang dilakukan secara bertahap dinaikkan dan diturunkan.

Es = Emin +(Ei-Ei-1)(Σni/ Σini + 0,5) (2.3)

Dimana,

Es = Tegangan SOV 50%

Emin = Tegangan impuls minimum yang tidak terjadi busur

api

Ei = Tegangan pada tingkat pertama yang tidak terjadi

busur api

Ei-1 = Tegangan pada tingkat pertama – tegangan tingkat

kedua yang tidak terjadi busur api

Es merupakan tegangan flashover tegangan tinggi impuls (Vfo

impuls).

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan Pengukuran

Bahan isolator polimer resin epoksi silane silika dalam pengukuran ini adalah sebagai berikut:

1. Bahan dasar polimer resin epoksi jenis DGEBA

(Diglycidyl Ether of Bisphenol A), bahan

pematang/pengeras MPDA (Metaphenylenediamine). 2. Bahan pengisi yaitu Silicon rubber atau Silane dan pasir

silica.

Urutan pencampuran bahan dimulai dari epoxy resin , pasir silica, silane atau Silicon rubber dan yang terakhir epoxy hardener dengan komposisi epoxy resin 40%, pasir silica 10%, silane 10%, epoxy hardener 40%.

B. Bentuk Isolator Uji

Isolator yang digunakan dalam pengukuran adalah isolator tiga sirip dengan empat tipe antara lain: Compact Type (SC), Standart Type (SS), Long Leakage Type (SL), Extra Long Leakage Type (SE).

(a) (b) (c) (d)

Gambar 3.5 Sketsa tipe isolator uji (a) tipe SC, (b) tipe SS, (c) tipe SL, (d) tipe SE

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah proses penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.2 Diagram alir penelitian D. Peralatan Pengukuran

Pengukuran isolator gantung (suspension isolator) menggunakan peralatan pengukuran berupa :

1. Peralatan pengukuran tegangan tinggi AC. 2. Peralatan pengukuran tegangan tinggi impuls. 3. Chamber atau Lemari uji.

4. Thermometer dan hygrometer. 5. Pembagi tegangan. 6. Sela jarum. 7. Osiloskop. 8. Isolator Uji. 9. Kompresor E. Proses Pengukuran

Pengukuran tegangan flashover dan arus bocor dilakukan pada kelembaban 60% dan 70%. Dimaksutkan untuk mendapatkan data dan mengetahui pengaruh kelembaban terhadap tegangan flashover dan arus bocor dari keempat tipe isolator.

1) Pengukuran Tegangan Flashover

Pengukuran tegangan flashover dilakukan dengan memberikan tegangan yang dinaikkan secara terus-menerus sampai terjadi flashover. Tujuan pengukuran tegangan Flashover ini adalah untuk mengetahui kekuatan dielektrik isolator terhadap tegangan tinggi dan sebagai tegangan terapan pada pengukuran arus bocor.

Persiapan bahan

Dengan komposisi: DGEBA 40%, MPDA 40%, Silane 10%, Mulai

Pembuatan isolator uji Dalam empat tipe: SC, SS, SL, SE

Persiapan peralatan dan membuat rangkaian uji

Pengukuran isolator untuk memperoleh data: Vfo AC, Vfo impuls ILc,pada kelembaban 60%

Pengukuran tegangan flashover Pengukuran Arus bocor dengan tegangan uji 13.98 kV, 20 kV, 23.30 kV, 27.96 kV, 32.62

Analisa data

Kesimpulan

Selesai

Pengukuran isolator untuk memperoleh data: Vfo AC, ILc, pada kelembaban 70% .

Pengukuran tegangan flashover Pengukuran Arus bocor dengan tegangan uji 13.98 kV, 20 kV, 23.30 kV, 27.96 kV, 32.62

(4)

 Pengukuran Flashover Tegangan Tinggi AC

Pada pengukuran tegangan flashover tegangan tinggi AC menggunakan pembangkit tegangan tinggi AC dengan rangkaian yang digambarkan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Rangkaian pengukuran flashover tegangan tinggi AC  Pengukuran Flashover Tegangan Tinggi Impuls

Alat yang digunakan dalam pengukuran adalah generator Marx empat tingkat. Di bawah ini gambar rangkaian generator Marx empat tingkat.

Gambar 3.4 Generator Marx empat tingkat 2) Pengukuran Arus Bocor

Pengukuran arus bocor yang dilakukan dengan memberikan variasi tegangan 13,98 kV; 20 kV; 23,30 kV; 27,96 kV dan 32,62 kV. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai arus bocor permukaan ketika diberi tegangan terapan.

Gambar 3.5 Rangkaian Pengukuran Arus Bocor

IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Dari Pengukuran keempat tipe isolator resin epoksi silane silica didapatkan data jarak bocor atau rayap (leakage or creepage distance) dan jarak flashover (flashover distance), seperti yang terdapat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jarak bocor atau rayap (leakage or creepage distance) dan jarak flashover (flashover distance) pada keempat tipe isolator resin epoksi silane silika

Tipe Isolator Jarak Bocor (mm)

Jarak Flashover (mm)

Compact Type (SC) 302 197

Standart Type (SS) 360 222

Long Leakage Type (SL) 432 238

Extra Long Leakage Type (SE) 454 234

A. Pengukuran Tegangan Flashover

1) Hasil Pengukuran dan Analisa Tegangan Flashover dengan Tegangan Tinggi AC pada Kelembaban 60% dan 70%.

Hasil pengukuran tegangan flashover isolator polimer resin epoksi silane silika yaitu,

Tabel 4.2 Tegangan flashover isolator Resin epoksi silane silika tipe SC dengan jarak flashover 197 mm

Isolator Tipe SC Percobaan ke Tegangan Flashover Kelembaban 60% Kelembaban 70% Vp (V) Vu (kV) Vp (V) Vu (kV) 1 210 97.860 192 89.472 2 210 97.860 197 91.802 3 203 94.598 201 93.666 4 202 94.132 203 94.598 5 210 97.860 204 95.064 Rata-rata: 207 96.462 199.4 92.920

Tabel 4.3 Tegangan flashover isolator Resin epoksi silane silika tipe SS dengan jarak flashover 222 mm

Isolator Tipe SS Percobaan ke Tegangan Flashover Kelembaban 60% Kelembaban 70% Vp (V) Vu (kV) Vp (V) Vu (kV) 1 232 108.112 215 100.190 2 230 107.180 213 99.258 3 213 99.258 211 98.326 4 215 100.190 210 97.860 5 227 105.782 209 97.394 Rata-rata: 223.4 104.104 211.6 98.605

Tabel 4.4 Tegangan flashover isolator Resin epoksi silane silika tipe SL dengan jarak flashover 238 mm

Isolator Tipe SL Percobaan ke Tegangan Flashover Kelembaban 60% Kelembaban 70% Vp (V) Vu (kV) Vp (V) Vu (kV) 1 >240 >111.840 240 111.840 2 >240 >111.840 231 107.646 3 >240 >111.840 238 110.908 4 >240 >111.840 231 107.646 5 >240 >111.840 235 109.510 Rata-rata: >240 >111.840 235 109.510 Tabel 4.5 Tegangan flashover isolator Resin epoksi silane silika tipe SE dengan jarak flashover 234 mm

Isolator Tipe SE Percobaan ke Tegangan Flashover Kelembaban 60% Kelembaban 70% Vp (V) Vu (kV) Vp (V) Vu (kV) 1 >240 >111.840 211 98.326 2 >240 >111.840 213 99.258 3 >240 >111.840 216 100.656 4 >240 >111.840 225 104.850 5 >240 >111.840 219 102.054 Rata-rata: >240 >111.840 216.8 101.028 Berdasarkan data-data hasil pengukuran flashover semua dari tabel 4.2 sampai tabel 4.5, didapatkan disajikan dalam satu tabel seperti di bawah ini.

(5)

Tabel 4.6 Tegangan flashover pada keempat tipe sirip isolator pada kelembaban 60% dan kelembaban 70%.

Tipe Isolator Jarak Flashover (mm)

Vu (kV) kelembaban 60% kelembaban 70% SC 197 96.462 92.920 SS 222 104.104 98.605 SL 238 >111.840 109.510 SE 234 >111.840 101.028

Untuk menganalisis unjuk kerja isolator, data pada tabel 4.6 dibuat ke dalam bentuk grafik yang ditunjukan pada gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 sebagai berikut.

Gambar 4.1 Grafik tegangan flashover dengan jarak flashover pada kelembaban 60%

Gambar 4.1 merupakan grafik tegangan flashover dengan jarak flashover pada tingkat kelembaban 60%. Pada jarak flashover 197 mm didapatkan tegangan flashover terendah, sedangkan tegangan flashover tertinggi terdapat pada jarak flashover 234 mm dan 238 mm. Dapat disimpulkan semakin panjang jarak flashover pada suatu isolator, semakin besar pula nilai tegangan flashover.

Gambar 4.2 Grafik tegangan flashover dengan jarak flashover pada kelembaban 70%

Gambar 4.2 merupakan grafik tegangan flashover dengan jarak flashover pada tingkat kelembaban 70%. Pada jarak flashover 197 mm didapatkan tegangan flashover terendah, sedangkan tegangan flashover tertinggi terdapat pada jarak flashover 238 mm. Dapat disimpulkan semakin panjang jarak flashover pada suatu isolator, semakin besar

pula nilai tegangan flashover. Karena semakin panjang jarak

flashover dibutuhkan energi ionisasi untuk terjadi flashover yang semakin besar.

Dari kedua grafik diatas dapat disajikan dalam satu grafik untuk memperoleh pengaruh tingkat % kelembaban

terhadap besarnya tegangan flashover. Seperti ditunjukkan pada gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4.3 Grafik tegangan flashover dengan jarak flashover pada kelembaban 60% dan kelembaban 70%

Dari grafik pada gambar 4.3 menunjukkan pengaruh tingkat kelembaban udara pada tegangan flashover. Tegangan flashover pada tingkat kelembaban 70% lebih rendah daripada tegangan flashover pada tingkat kelembaban 60%. Sehingga semakin tinggi tingkat % kelembaban udara, tegangan flashover semakin rendah dan mengakibatkan isolator lebih cepat terjadinya flashover.

2) Hasil Pengukuran dan Analisa Tegangan Flashover dengan Tegangan Tinggi Impuls

Pengukuran tegangan tinggi impuls ini menggunakan metode up-down 50% SOV dalam 16 kali percobaan yang

dilakukan pada kelembaban 60% dengan suhu ruang 29oC dan

tekanan udara 741,076 mmhg. Tegangan flashover diperoleh

dari persamaan berikut.[19]

Es = Emin +(Ei-Ei-1)(Σni/ Σini + 0,5) (4.1)

Berikut adalah tabel hasil perhitungan tegangan flashover tegangan tinggi impuls.

Tabel 4.7 Nilai tegangan flashover dari hasil perhitungan. Tipe Isolator Jarak Flashover (mm) Es (kV)

SC 197 155.7

SS 222 165.7

SL 238 187.9

SE 234 187.2

Untuk menganalisis unjuk kerja isolator, data pada tabel 4.7 dibuat ke dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Gambar 4.4 Grafik flashover tegangan tinggi impuls dengan jarak flashover Dari grafik pada gambar 4.4 menunjukkan hubungan tegangan flashover tegangan tinggi impuls dengan jarak

(6)

flashover. Pada jarak flashover 197 mm didapatkan tegangan flashover terendah, sedangkan tegangan flashover tertinggi terdapat pada jarak flashover 238 mm. Dapat disimpulkan semakin panjang jarak flashover pada suatu isolator, semakin besar pula nilai tegangan flashover. Karena semakin panjang jarak flashover dibutuhkan energi ionisasi untuk terjadi flashover yang semakin besar.

B. Pengukuran Arus Bocor

Pengukuran arus bocor (leakage current) dilakukan dengan variasi tegangan 13.98 kV; 20 kV; 23.3 kV; 27.960

kV; dan 32.620 kV pada kondisi kelembaban 60%, 290C, 988

mbar dan kelembaban 70%, 280C, 989 mbar. Pengukuran

arus bocor ini menggunakan osiloskop untuk menampilkan nilai tegangan masukan dari rangkaian pembagi tegangan. Tegangan (Vrms) pada osiloskop yang nantinya akan digunakan untuk menghitung arus bocor dengan persamaan 3.13 pada bab 3 seperti di bawah ini.

I1 = 0.027285294 VCF

Dimana VCF merupakan tegangan (Vrms) yang terbaca pada

osiloskop.

Data-data hasil pengukuran arus bocor pada isolator resin epoksi silane silika ditunjukkan pada tabel-tabel berikut. Tabel 4.8 Arus bocor keempat tipe isolator pada kelembaban 60%

Tipe isolator

Jarak Bocor (mm)

Arus bocor pada variasi tegangan (µA) 13.98 kV 20 kV 23.30 kV 27.96 kV 32.62 kV SC 302 57.3 73.9 82.9 98.2 109.4 SS 360 55.1 70.4 80.2 94.9 107.8 SL 432 53.2 70.1 78.3 92.2 104.5 SE 454 52.1 69.6 76.9 90 103.1

Tabel 4.9 Arus bocor keempat tipe isolator pada kelembaban 70% Tipe

isolator Jarak Bocor (mm)

Arus bocor pada variasi tegangan (µA) 13.98 kV 20 kV 23.30 kV 27.96 kV 32.62 kV SC 302 71.2 95.8 111.9 135.3 166.2 SS 360 70.7 94.9 108.6 130.4 157.7 SL 432 64.3 80.5 96.3 117.3 137.2 SE 454 63 77.2 83.8 97.1 117.3

Untuk menganalisis unjuk kerja isolator, data pada tabel 4.8 dibuat ke dalam bentuk grafik di bawah ini.

Gambar 4.5 Grafik arus bocor pada keempat tipe isolator dengan tegangan uji pada kelembaban 60%

Untuk menganalisis unjuk kerja isolator, data pada tabel 4.9 dibuat ke dalam bentuk grafik di bawah ini.

Gambar 4.6 Grafik arus bocor pada keempat tipe isolator dengan tegangan uji pada kelembaban 70%

Dari kedua grafik diatas, nilai arus bocor meningkat saat tegangan uji dinaikkan dan nilai arus bocor isolator tipe SC yang paling besar diantara tipe-tipe lainnya, karena memiliki jarak bocor terpendek, sedangkan nilai arus bocor terendah terdapat pada isolator tipe SE, karena memiliki jarak bocor terpanjang. Dapat disimpulkan bahwa nilai arus bocor sebanding dengan besarnya kenaikan tegangan yang diterapkan pada isolator dan besarnya arus bocor berbanding terbalik dengan jarak bocor.

Dari tabel 4.8 dan 4.9 dapat di sajikan dalam satu tabel untuk mengetahui pengaruh kelembaban terhadap besarnya nilai arus bocor. Tabel sebagai berikut.

Tabel 4.10 Arus bocor keempat tipe isolator dengan tegangan terapan 20 kV pada kelembaban 60% dan 70%.

Tipe Isolator

Jarak Bocor (mm)

Arus Bocor (µA)

Kelembaban 60% Kelembaban 70%

SC 302 73.9 95.8

SS 360 70.4 94.9

SL 432 70.1 80.5

SE 454 69.6 77.2

Untuk menganalisis unjuk kerja isolator, data pada tabel 4.10 dibuat ke dalam bentuk grafik di bawah ini.

Gambar 4.7 Grafik arus bocor dengan jarak bocor pada berbagai tipe isolator pada kelembaban 60% dan kelembaban 70%

Berdasarkan grafik pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa nilai arus bocor pada kedua kelembaban dengan tegangan uji yang sama tiap isolator cenderung menurun sesuai dengan bertambahnya jarak bocor pada isolator dan nilai arus bocor pada kelembaban 70% lebih tinggi dari pada kelembaban 60%. Kesimpulannya, semakin panjang jarak bocor pada isolator, maka semakin kecil nilai arus bocor yang melewati permukaan isolator. Serta semakin tinggi tingkat % kelembaban udara, nilai arus bocor semakin meningkat.

(7)

V.PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada pengukuran dari keempat tipe sirip isolator,

didapatkan jarak bocor atau rayap (leakage or creepage distance) terpanjang terdapat pada isolator tipe Extra Long Leakage Type (SE), sedangkan jarak flashover (flashover distance) terpanjang terdapat pada isolator tipe Long Leakage Type (SL).

2. Nilai tegangan flashover terbesar terdapat pada isolator

tipe Long Leakage Type (SL), sedangkan untuk nilai arus bocor terkecil terdapat pada isolator tipe Extra Long Leakage Type (SE).

3. Peningkatan tingkat persentase kelembaban udara saat

dinaikkan dari 60% ke 70% berpengaruh pada tegangan flashover yang cenderung menurun, sedangkan nilai arus bocor semakin meningkat.

4. Dalam peningkatan kekuatan dielektrik pada keempat

tipe isolator yang paling optimal adalah untuk peningkatan tingkat tegangan flashover yang paling optimal terdapat pada isolator tipe Long Leakage Type (SL), sedangkan untuk penurunan nilai arus bocor yang paling optimal terdapat pada isolator tipe Extra Long Leakage Type (SE).

B. Saran

Pengukuran yang dilakukan ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan untuk percobaan-percobaan sejenis. Beberapa perbaikan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan uji

coba di lapangan agar didapatkan data yang lebih akurat.

2. Penelitian tentang isolator resin epoksi silane silika perlu

dikembangkan lebih lanjut dengan variasi konstruksi ukuran sirip yang lain agar didapatkan tipe isolator yang paling efektif dalam perbaikkan kinerja isolator.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abduh, Syamsir., Dasar Pembangkitan dan Pengukuran Teknik Tegangan Tinggi, Salemba Teknika, Jakarta, 2001.

[2] Tobing, Bonggas L, Dasar Teknik Pengujian Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, 2003.

[3] Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta, 2001.

[4] Arismunandar, A., Teknik Tegangan Tinggi Suplemen, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.

[5] Dissado, L.A., Fothergill J.C., Electrical Degradation and Breakdown in Polymers, Peter Peregrinus Ltd, London, 1992. [6] Guror, Ravi S., E.A. Cherney dan J.T Burnham, Outdoor Insulators,

USA, 1999.

[7] Tobing, Bonggas L, Peralatan Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

[8] Lee, Henry, Kris Neville, Epoxy Resins Their Applications And Technology, McGraw-Hill Book Company, INC, New York Toronto London, 1957.

[9] Arif Rahman Hakim, Muhammad, “Studi Pengaruh UV terhadap karakteristik bahan isolasi resin epoksi berpolutan garam (NaCl) dengan bahan pengisi pasir silika dan lem silicon”, Skripsi UGM, Yogyakarta, 2003.

[10] Berahim, Hamzah, Metodologi untuk Mengkaji Kinerja Isolasi Polimer Resin Epoksi Silane Sebagai Material Isolator Tegangan Tinggi di Daerah Tropis, Disertasi S-3 Fakultas Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005.

[11] Anggraini, Ika Novia., Pengaruh Komposisi Bahan Isolasi Resin Epoksi dengan Bahan Pengisi Silicone Rubber terhadap Proses Tracking dan Erosi, Tesis S-2, Fakultas Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2010.

[12] T. J. Gallagher, High Voltage Measurement Testing and Desain, John wiley and Sons, 1983.

[13] Syakur, Abdul, Teori dan Hasil Eksperimen Partial Discharge Pada Bahan isolasi, BP UNDIP, Semarang, 2009.

[14] Naidu, MS., dan V. Kamaraju, High Voltage Engineering, Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi, 1991.

[15] Prabayani, Yuliana., Analisis Karakteristik Arus Bocor Pada Isolator Suspensi Dengan Bahan Isolasi Polimer Resin Epoksi Silane dan Isolator Silicon Rubber, Skripsi S-1, Fakultas Teknik Elektro Universitas Diponegoro, Semarang, 2012.

[16] Kind, D., An Introduction To High- Voltage Experimental Technique, Vieweg, 1978. BIOGRAFIPENULIS . Mengetahui / Mengesahkan, Pembimbing I

Dr. Ir. Hermawan, DEA NIP.196002231986021001 Tanggal : Pembimbing II Abdul Syakur, ST. MT. NIP.197204221999031004 Tanggal :

Dwi Aji Sulistyanto (21060110151081).

Lahir di Demak, 25 Juli 1989. Mahasiswa

Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro Semarang

Gambar

Gambar 3.5 Sketsa tipe isolator uji (a) tipe SC, (b) tipe SS, (c) tipe SL, (d)  tipe SE
Tabel 4.9 Arus bocor  keempat tipe isolator pada kelembaban 70%

Referensi

Dokumen terkait

Capaian kinerja sampai Desember 2016 Persentase Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik 68,31 persen atau terealisasi 81,72 persen, Jaringan Irigasi Dalam Kondisi Baik terealisasi 90

48  ASRM   ASURANSI RAMAYANA Tbk 

Nurhayati Rahman,

diimplementasikan dalam aplikasi nyata, namun pendekatan ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain: (Uyun, 2011) Cold-start problem , karena pendekatan collaborative

Pengujian ini bertujuan mengetahui apakah sistem pengendalian kecepatan motor pompa air tekanan konstan dapat bekerja dengan baik. Grafik tegangan terhadap kecepatan

Tujuan: Mempelajari hubungan antara tingkat stres dan kadar kortisol darah dengan jumlah folikel dominan pada pasien infertilitas yang menjalani prosedur fertilisasi

[r]

Almilia (2005) menyatakan besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan