PENGUJIAN PENGGUNAAN KOMPOS LIMBAH PADAT PENGOLAHAN
MINYAK NILAM DAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI NILAM (
Pogostemon cablin Benth.)
DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh
ADEI JOHAN M BANUREA
087001002
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGUJIAN PENGGUNAAN KOMPOS LIMBAH PADAT PENGOLAHAN
MINYAK NILAM DAN PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI NILAM (
Pogostemon cablin Benth.)
DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh
ADEI JOHAN M BANUREA
087001002
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian Pada
Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
Judul
Tesis
: Pengujian Penggunaan Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Nilam
(Pogostemon Cablin Benth.)
di Kabupaten Pakpak
Bharat
Nama Mahasiswa
:
Adei Johan M Banurea
Nomor Pokok
:
087001002
Program Studi
:
Agroekoteknologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
K e t u a
A n g g o t a
Ketua Program Studi
Dekan
Telah diuji pada
Tanggal
: 15 Nopember 2010
0
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc
Anggota
: 1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
ABSTRAK
Pengujian Penggunaan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam
Dan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Nilam (Pogostemon cablin
Benth) Di Kabupaten Pakpak Bharat. Nilam ialah salah satu tanaman industri yang
memiliki pelung dan potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan
daerah. Informasi pemupukan dan pemanfaatan limbah prosesing minyak nilam
sampai saat ini masih sangat terbatas. Tujuan ini adalah untuk mengetahui dosis
kompos limbah padat penyulingan minyak nilam dan pupuk fosfat yang tepat bagi
pertumbuhan dan produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai Agustus 2010 di
Desa Kaban Tengah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat,
Propinsi Sumatera Utara. Metoda penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu : Perlakuan taraf kompos limbah
padat pengolahan minyak nilam 0 ton/ha (K0), 10 ton/ha (P1), 20 ton/ha (K2), 30
ton/ha (K3) dan perlakuan taraf pupuk fosfat 0 kg/ha (K0), 50 kg/ha (K1), 100 kg/ha
(K2), 150 kg/ha (K3), 200 kg/ha (K4).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering daun yang merupakan
parameter produksi tanaman nilam terbaik dihasilkan oleh perlakuan K3P1 yang tidak
berbeda nyata dengan perlakuan K2P2. Penggunaan kombinasi perlakuan
meningkatkan produktivitas tanaman dan kadar patchouli alkohol.
ABSTRACT
This research was conducted study using of Pogostemon sp distillation solid
waste and phosphorous fertilizer on Pogostemon sp growth and yield in regency of
Pakpak Bharat. Based on land resources and area extensification potential, as
industrial crop, Pogostemon sp. has opportunity and potency to be develoved as local
crop. Information about the Pogostemon sp distillation solid waste fertilizer is still
less. The objective of experiment is to know the best of dosage Pogostemon sp
distillation solid waste and phosphorous fertilizer for Pogostemon sp growth and
yield in regency of Pakpak Bharat.
A field experimental has done on March to August 2010 at Kaban Tengah
Village, Sitellu Tali Urang Jehe, Pakpak Bharat Regency, North Sumatera. The
experiment as arranged in Randomized Block Design with two treatments and three
replication. The treatment were follow of dosage Pogostemon sp distillation solid
waste are 0 ton/ha (K0), 10 ton/ha (P1), 20 ton/ha (K2), 30 ton/ha (K3) and
phosphorous fertilizer treatment are 0 kg/ha (K0), 50 kg/ha (K1), 100 kg/ha (K2), 150
kg/ha (K3), 200 kg/ha (K4).
The result of the experiment showed that the highest dry weight on K3P1
treatment but not significan with K2P2 treatment. Interaction of treatment give yield
and patchouli alcohol content was increased.
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa atas berkat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian
dan tulisan tesis yang berjudul
Pengujian Penggunaan Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Di Kabupaten Pakpak Bharat
. Tesis
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar master pada Program Studi
Agroekoteknologi, Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.
Penelitian ini merupakan suatu kajian untuk mencari alternatif dalam hal
perbaikan dan peningkatan produksi minyak nilam secara nasional khususnya di
Kabupaten Pakpak Bharat.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.
Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Ir.
Abdul Rauf, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia menjadi
pembimbing bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam tulisan ini
yang belum dapat dijelaskan secara mendetail, oleh sebab itu diharapkan saran dan
kritik pembaca yang bersifat membangun agar tesis ini lebih bermanfaat baggi
penulis.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah telah
membantu dalam menyelesaikan tesis ini, baik dalam pelaksanaan penelitian, analisis
data maupun bantuan saran, literatur, dukungan secara moril dan materil.
Medan, November 2010
UCAPAN TERIM
A
KASIH
Penulis mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas penyertaan-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan selesainya penulisan tesis ini, maka penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Pemerintah Republik Indonesia c.q Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat yang
telah menyediakan bantuan dana selama penulis mengikuti pendidikan di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Program Pascasarjana USU.
2.
Dekan Fakultas Pertanian yang dijabat oleh Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS dan
Ketua Program Studi Agroekoteknologi Pascasarjana serta seluruh stafnya atas
bantuan dan perhatiannya selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Program Pascasarjana USU.
3.
Bapak ketua komisi pembimbing utama Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik, MSc,
Bapak anggota komisi pendamping Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP dan Bapak/Ibu
penguji yang sangat banyak memberikan arahan, saran serta bimbingan kepada
penulis selama melaksanakan dan menyelesaikan penulisan tesis ini.
4.
Seluruh dosen program studi agroekoteknologi fakultas pertanian program
pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membekali berbagai disiplin
ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan.
5.
Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2008 dan 2009 dan teman lainnya yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuannya selama mengikuti
perkuliahan maupun dalam penelitian.
6.
Ayahanda Drs. Basar Banurea dan Ibu Tercinta Fiolenta Tampubolon serta
Bapak/Ibu Mertua Ir. H Hasibuan/T. Pangaribuan.
RIWAYAT HIDUP
Adei Johan M Banurea,
dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 14 Juni 1978 dari
ayah Drs. Basar Banurea dan Ibunda Fiolenta Tampubolon, sebagai anak kedua dari
empat bersaudara. Pada tanggal 21 Maret 2002 menikah dengan Octorina Sri Bulan
Hasibuan dan saat ini telah dikaruniai dua orang putra.
Pendidikan
Tahun 1991
:
Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 030281 Sidikalang.
Tahun 1993
:
Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri I Sidikalang
Tahun 1996
:
Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sidikalang
Tahun 2001
:
Lulus dan memperoleh gelar sarjana pertanian dari Fakultas
Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Bengkulu.
Pengalaman Kerja
Tahun 2002
:
Pernah bekerja di Dinas Perikanan Pemerintah Kabupaten
Dairi sampai dengan 2003, sebagai tenaga honorer.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK
...
i
ABSTRACT
………
ii
KATA PENGANTAR
……….. iii
UCAPAN TERIMA KASIH
………
vi
RIWAYAT HIDUP..
……… v
DAFTAR ISI
... vi
DAFTAR TABEL
... vii
DAFTAR GAMBAR
……….
ix
DAFTAR LAMPIRAN
………. xi
PENDAHULUAN
………... 1
•
Latar Belakang……….. 1
•
Perumusan Masalah……….. 3
•
Tujuan Penelitian……….. 4
•
Hipotesis Penelitian………..
4
•
Manfaat Penelitian……….... 4
TINJAUAN PUSTAKA
………....
5
•
Kebutuhan Hara dan Bahan Organik Tanaman Nilam………..
5
•
Botani Nilam... 8
•
Syarat Tumbuh... 9
•
Pangkas... 10
•
Pemupukan... 11
•
Bahan Tanam... 12
•
Komposisi dan Kegunaan Minyak Nilam... 13
METODA PENELITIAN
………. 15
•
Waktu dan Tempat……….... 15
•
Bahan dan Alat……….. 15
•
Motode Analisis Data……….... 18
•
Parameter yang Diamati……… 19
•
Pelaksanaan Penelitian………... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
……… 26
•
Hasil……….. 26
•
Pembahasan……….. 59
KESIMPULAN DAN SARAN
... 69
•
Kesimpulan……… 69
•
Saran……….. 69
DAFTAR PUSTAKA
………... 70
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Tinggi Tunas Utama Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 3
MST………...
27
2. Tinggi Tunas Utama Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 6
MST………...
27
3. Tinggi Tunas Utama Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 9
MST………...
28
4. Tinggi Tunas Utama Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 12
MST………...
29
5.
Jumlah Cabang Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 3
MST………...
30
6.
Jumlah Cabang Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 6
MST………...
32
7.
Jumlah Cabang Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 9
MST………...
33
8.
Pertambahan Jumlah Cabang Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 12
MST………...
34
9.
Luas Daun Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 3
MST………...
35
10. Luas Daun Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 6
MST………...
37
11. Luas Daun Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 9
MST………...
38
12. Luas Daun Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 12
MST………...
39
13. Bobot Kering Daun Sampel Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) pada Umur 3
MST………...
40
14. Bobot Kering Daun Sampel Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) pada Umur 6 MST
15. Bobot Kering Daun Sampel Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) pada Umur 9
MST………...
43
16. Bobot Kering Daun Sampel Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) pada Umur 12
MST………...
44
17. Laju Tumbuh Relatif (LTR1) Akibat Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 3-6
MST………...
45
18. Laju Tumbuh Relatif (LTR1) Akibat Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 6-9
MST………...
46
19. Laju Tumbuh Relatif (LTR1) Akibat Pemberian Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 9-12
MST………...
47
20. Laju asimilasi bersih (LAB) akibat pemberian kompos limbah padat
pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 3-6
MST………...
49
21. Laju asimilasi bersih (LAB) akibat pemberian kompos limbah padat
pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 6-9
MST………...
49
22. Laju asimilasi bersih (LAB) akibat pemberian kompos limbah padat
pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K X P) pada umur 9-12
MST………...
51
23.
Serapan Hara P Daun Akibat Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Saat Panen53
24. Bobot Segar Daun Panen Per Petak Sampel Akibat Pemberian Kompos
Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada
Saat Panen……….
54
25. Bobot kering Daun Panen Per Petak sampel akibat pemberian kompos
limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP) pada saat
panen……….
56
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1.
Rumus Bangun Kadar Minyak Nilam (Patchouli Alkohol)... 14
2.
Kurva Respon Tinggi Tunas Utama Tanaman Nilam Pada Umur 9 MST
Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak
Nilam dan Pupuk Fosfat………
29
3.
Kurva Respon Jumlah Cabang Tanaman Nilam Pada Umur 3 MST
Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak
Nilam dan Pupuk Fosfat………
31
4.
Kurva Respon Jumlah Cabang Tanaman Nilam Pada Umur 6 MST
Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak
Nilam dan Pupuk Fosfat………
32
5.
Kurva Respon Jumlah Cabang Tanaman Nilam Pada Umur 12 MST
Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak
Nilam dan Pupuk Fosfat………
34
6.
Kurva Respon Luas Daun Tanaman Nilam Pada Umur 3 MST Dengan
Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam
dan Pupuk Fosfat………...
36
7.
Kurva Respon Luas Daun Tanaman Nilam Pada Umur 6 MST Dengan
Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam
dan Pupuk Fosfat………...
37
8.
Kurva Respon Luas Daun Tanaman Nilam Pada Umur 9 MST Dengan
Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam
dan Pupuk Fosfat………...
39
9.
Kurva Respon Bobot Kering Daun Sampel Tanaman Nilam Pada Umur 3
MST Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat………..
41
10. Kurva Respon Bobot Kering Daun Sampel Tanaman Nilam Pada Umur 6
MST Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat………...
42
11. Kurva Respon Bobot Kering Daun Sampel Tanaman Nilam Pada Umur 9
MST Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat………..
44
12. Kurva Respon Laju Tumbuh Relatif Tanaman Nilam Pada Umur 9-12
MST (LTR3) Dengan Berbagai Perlakuan Pemberian Kompos Limbah
Padat Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat……….
48
13. Kurva Respon Laju Assimilasi Bersih Tanaman Nilam Pada Umur 6-9
MST (LAB2) Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat………...
50
14. Kurva Respon Laju Assimilasi Bersih Tanaman Nilam Pada Umur 9-12
MST (LAB3) Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat
Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat ………..
15. Kurva Respon Bobot Segar Daun Panen Tanaman Nilam Pada Saat
Panen Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan
Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat………...
54
16. Kurva Respon Bobot Kering Daun Panen Tanaman Nilam Dengan
Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam
dan Pupuk Fosfat Pada Saat Panen………
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1.
Hasil Analisis Tanah Pertumbuhan Nilam...
73
2.
Hasil Analisis Kompos limbah Padat Hasi Pengolahan Minyak Nilam....
73
3. Bagan
Penelitian... 74
4.
Data Pengamatan Tinggi Tunas Utama Umur 3 MST...
75
5.
Analisa Sidik Ragam Tinggi Tunas Utama Umur 3 MST...
75
6.
Data Pengamatan Tinggi Tunas Utama Umur 6 MST...
76
7.
Analisa Sidik Ragam Tinggi Tunas Utama Umur 6 MST...
76
8.
Data Pengamatan Tinggi Tunas Utama Umur 9 MST...
77
9.
Analisa Sidik Ragam Tinggi Tunas Utama Umur 9 MST...
77
10. Data Pengamatan Tinggi Tunas Utama Umur 12 MST...
78
11. Analisa Sidik Ragam Tinggi Tunas Utama Umur 12 MST...
78
12. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pertanaman Umur 3 MST………
79
13. Analisa Sidik Ragam Jumlah Cabang Pertanaman Umur 3 MST………..
79
14. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pertanaman Umur 6 MST………
80
15. Analisa Sidik Ragam Jumlah Cabang Pertanaman Umur 6 MST………..
80
16. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pertanaman Umur 9 MST………
81
17. Analisa Sidik Ragam Jumlah Cabang Pertanaman Umur 9 MST………..
81
18. Data Pengamatan Jumlah Cabang Pertanaman Umur 12 MST…………..
82
19. Analisa Sidik Ragam Jumlah Cabang Pertanaman Umur 12 MST………
82
20. Data Pengamatan Luas Daun Umur 3 MST………...
83
21. Analisa Sidik Ragam Luas Daun Umur 3 MST...
83
22. Data Pengamatan Luas Daun Umur 6 MST………...
84
23. Analisa Sidik Ragam Luas Daun Umur 6 MST...
84
24. Data Pengamatan Luas Daun Umur 9 MST………...
85
25. Analisa Sidik Ragam Luas Daun Umur 9 MST...
85
26. Data Pengamatan Luas Daun Umur 12 MST……….
86
27. Analisa Sidik Ragam Luas Daun Umur 12 MST...
86
28. Data Pengamatan Bobot Segar Daun Umur 3 MST...
87
29. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 3 MST...
87
30. Data Pengamatan Bobot Segar Daun Umur 6 MST...
88
31. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 6 MST...
88
32. Data Pengamatan Bobot Segar Daun Umur 9 MST...
89
33. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 9 MST...
89
34. Data Pengamatan Bobot Segar Daun Umur 12 MST...
90
35. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 12 MST...
90
36. Data Pengamatan Bobot kering Daun Umur 3 MST...
91
37. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 3 MST...
91
38. Data Pengamatan Bobot kering Daun Umur 6 MST...
92
39. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 6 MST...
92
41. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 9 MST...
93
42. Data Pengamatan Bobot kering Daun Umur 12 MST...
94
43. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Umur 12 MST...
94
44. Data Pengamatan Laju Tumbuh Relatif (gr.minggu
-1) untuk LTR1...
95
45. Analisa Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (gr.minggu
-1) untuk LTR1....
95
46. Data Pengamatan Laju Tumbuh Relatif (gr.minggu
-1) untuk LTR2...
96
47. Analisa Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (gr.minggu
-1) untuk LTR2....
96
48. Data Pengamatan Laju Tumbuh Relatif (gr.minggu
-1) untuk LTR3...
97
49. Analisa Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (gr.minggu
-1) untuk LTR3....
97
50. Data Pengamatan Laju Assimilasi Bersih (gr.cm
-2. minggu
-1) untuk
LAB1...
98
51. Analisa Sidik Ragam LAB1...
98
52. Data Pengamatan Laju Assimilasi Bersih (gr.cm
-2. minggu
-1) untuk
LAB2...
99
53. Analisa Sidik Ragam LAB2...
99
54. Data Pengamatan Laju Assimilasi Bersih (gr.cm
-2. minggu
-1) untuk
LAB3...
100
55. Analisa Sidik Ragam LAB3...
100
56. Data
Pengamatan
Serapan Hara P Daun...
101
57. Analisa Sidik Ragam Serapan Hara P Daun...
101
58. Data Pengamatan Bobot Segar Daun Panen...
102
59. Analisa Sidik Ragam Bobot Segar Daun Panen...
102
60. Data Pengamatan Bobot Kering Daun Panen...
103
61. Analisa Sidik Ragam Bobot Kering Daun Panen...
103
62. Hasil Penyulingan Minyak Nilam...
104
63. Kandungan PA (patchouli alkohol) minyak nilam...
104
64. Matriks Korelasi Antar Parameter...
105
ABSTRAK
Pengujian Penggunaan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam
Dan Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Nilam (Pogostemon cablin
Benth) Di Kabupaten Pakpak Bharat. Nilam ialah salah satu tanaman industri yang
memiliki pelung dan potensi untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan
daerah. Informasi pemupukan dan pemanfaatan limbah prosesing minyak nilam
sampai saat ini masih sangat terbatas. Tujuan ini adalah untuk mengetahui dosis
kompos limbah padat penyulingan minyak nilam dan pupuk fosfat yang tepat bagi
pertumbuhan dan produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai Agustus 2010 di
Desa Kaban Tengah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat,
Propinsi Sumatera Utara. Metoda penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu : Perlakuan taraf kompos limbah
padat pengolahan minyak nilam 0 ton/ha (K0), 10 ton/ha (P1), 20 ton/ha (K2), 30
ton/ha (K3) dan perlakuan taraf pupuk fosfat 0 kg/ha (K0), 50 kg/ha (K1), 100 kg/ha
(K2), 150 kg/ha (K3), 200 kg/ha (K4).
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot kering daun yang merupakan
parameter produksi tanaman nilam terbaik dihasilkan oleh perlakuan K3P1 yang tidak
berbeda nyata dengan perlakuan K2P2. Penggunaan kombinasi perlakuan
meningkatkan produktivitas tanaman dan kadar patchouli alkohol.
ABSTRACT
This research was conducted study using of Pogostemon sp distillation solid
waste and phosphorous fertilizer on Pogostemon sp growth and yield in regency of
Pakpak Bharat. Based on land resources and area extensification potential, as
industrial crop, Pogostemon sp. has opportunity and potency to be develoved as local
crop. Information about the Pogostemon sp distillation solid waste fertilizer is still
less. The objective of experiment is to know the best of dosage Pogostemon sp
distillation solid waste and phosphorous fertilizer for Pogostemon sp growth and
yield in regency of Pakpak Bharat.
A field experimental has done on March to August 2010 at Kaban Tengah
Village, Sitellu Tali Urang Jehe, Pakpak Bharat Regency, North Sumatera. The
experiment as arranged in Randomized Block Design with two treatments and three
replication. The treatment were follow of dosage Pogostemon sp distillation solid
waste are 0 ton/ha (K0), 10 ton/ha (P1), 20 ton/ha (K2), 30 ton/ha (K3) and
phosphorous fertilizer treatment are 0 kg/ha (K0), 50 kg/ha (K1), 100 kg/ha (K2), 150
kg/ha (K3), 200 kg/ha (K4).
The result of the experiment showed that the highest dry weight on K3P1
treatment but not significan with K2P2 treatment. Interaction of treatment give yield
and patchouli alcohol content was increased.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total
ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia
merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Ditjen
Bina Produksi Perkebunan, 2004).
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan daerah potensial penghasil nilam dan
minyak nilam. Sebagai kabupaten baru yang merupakan pemekaran dari Kabupaten
Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat berupaya meningkatkan pendapatan daerah termasuk
berupaya mendorong pendapatan warganya. Nilam adalah salah satu potensi tanaman
di daerah itu, di mana oleh pedagang dikumpulkan untuk kemudian dijual ke
perusahaan yang mengekspornya.
Prospek tanaman nilam kian hari semakin memberikan nilai ekonomi yang
tinggi. Pada Mei 2008, nilai minyak nilam di Kabupaten Pakpak Bharat mencapai
harga tertinggi pada kisaran Rp 850.000 per kilogram (kg). Berdasarkan data
stastistik Pakpak Bharat 2009 produksi minyak nilam Kabupaten Pakpak Bharat :
adalah 8,14 ton, dengan luas areal 195 ha (Pakpak Bharat dalam Angka 2009, 2009).
Di sentra produksi nilam kabupaten Pakpak Bharat (Sumatera Utara) sebagian besar
petani membudidayakan tanaman ini dengan sistem budidaya berpindah, dengan
menggunakan lahan yang berasal dari hutan sekunder.
dan mutu minyak nilam yang sangat beragam, sementara budidaya nilam yang baik
produktivitasnya dapat mencapai sekitar 4 ton daun kering/hektar/tahun
(Syakir et al.,
1988).
Rendahnya produktivitas disebabkan nilam diusahakan secara
berpindah-pindah dengan teknik budidaya tradisional. Hasil penelitian Tasma dan Hamid
(1989), bahwa besarnya unsur hara yang terangkut tiap hektar pada 12,86 ton daun
segar atau setara dengan 31 ton daun kering tiap tahun, adalah sebesar 179,8 kg N,
151,9 kg P
2O
5, 706,8 kg K
2O, 164,3 kg CaO, dan 105,4 kg MgO pada tanah latosol
merah kecoklatan yang tidak pernah dipupuk. Pemberian pupuk ternyata dapat
meningkatkan produktivitas dimana tanaman nilam sangat responsif terhadap
pemupukan, dari berbagai komposisi pupuk yang dicoba, pemupukan N, P, K dengan
perbandingan 1;2;4 menunjukkan produksi tanaman paling tinggi yaitu : 642,68 g/tan
bobot basah dan 99,68 g/tan bobot kering daun nilam pada dua kali panen (Herry et
al., 1998).
Berdasarkan hasil pewilayahan komoditas unggalan kabupaten Pakpak Bharat
oleh BPTP (2006) bahwa kesesuaian lahan untuk tanaman nilam maka lahan
pertanaman nilam digolongkan pada lahan kelas S3 seluas 357,428 ha yang artinya
lahan tergolong sesuai tetapi terdapat faktor pembatas yang mengindikasikan
perlunya pengelolaan hara dalam upaya pemanfaatan lahan pada pertanaman nilam.
Hasil evaluasi lahan menunjukkan terdapat beberapa faktor pembatas yaitu
Berdasarkan hasil analisis sampel tanah yang dilakukan pada lahan
pertanaman nilam di kabupaten Pakpak Bharat tegakan nilam yang memiliki
pertumbuhan yang baik mempunyai kadar bahan organik sebesar 2,25% sedangkan
pada tegakan pertumbuhan nilam yang kurang baik sebesar 1,38% dan demikian
halnya dengan kandungan fosfat pada lahan pertanaman nilam yang baik sebesar 5,40
ppm dan pada lahan nilam yang pertumbuhannya kurang baik sebesar 3,38 ppm yang
menunjukkan bahwa kandungan bahan organik dan hara fosfat adalah rendah (Hasil
analisis pada Lampiran 1).
Berdasarkan uraian tersebut di atas perlu dilakukan suatu kajian/penelitian
untuk dapat melakukan budidaya nilam secara menetap (tidak berpindah) dengan
mengkaji faktor pembatas utama sebagai masukan yaitu bahan organik tanah yang
menggunakan kompos limbah padat dari pengolahan minyak nilam dan penambahan
unsur hara fosfat pada budidaya tanaman nilam di Kabupaten Pakpak Bharat.
Perumusan Masalah
Kabupaten Pakpak Bharat sangat potensial untuk budidaya tanaman nilam
dengan kenyataan kualitas minyak nilam yang baik namun petani nilam selama ini
masih melakukan pembudidayaan dengan cara perladangan berpindah.
Untuk pertumbuhan dan produksi nilam yang baik diperlukan bahan organik
yang tinggi dan kandungan hara fosfat yang tinggi dan oleh karenanya untuk
Sehubungan dengan limbah organik berupa sisa pengolahan minyak nilam
tersedia cukup banyak di daerah ini maka penggunaan limbah padat tersebut sebagai
sumber pupuk kompos diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dosis kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan
pupuk fosfat yang tepat bagi pertumbuhan dan produksi tanaman nilam di Kabupaten
Pakpak Bharat
Hipotesis Penelitian
1.
Perlakuan pemupukan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam nyata
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman nilam.
2.
Perlakuan pupuk fosfat nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi nilam.
3.
Interaksi perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk
fosfat nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi nilam.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian akan berguna bagi teknik budidaya nilam dan untuk
mendapatkan agroteknologi yang sesuai pada budidaya tanaman nilam secara
menetap di Kabupaten Pakpak Bharat.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan Hara Dan Bahan Organik Tanaman Nilam
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) sebagai salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang berupa minyak nilam (patchouli oil), merupakan
tanaman bernilai ekonomi tinggi. Hasil yang diharapkan pada tanaman ini berupa
daun dengan kandungan kadar minyak yang tinggi, oleh karena itu pertumbuhan
vegetatif tanaman perlu diusahakan seoptimal mungkin. Disentra produksi tanaman
nilam (Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat), sebagian besar petani
membudidayakan tanaman ini dengan sistem budidaya berpindah (Herry et al., 1998).
Adanya penerapan budidaya berpindah tersebut permasalahan yang muncul
kemudian adalah produktivitas minyak yang rendah atau tidak stabil sebagai akibat
dari budidaya yang belum intensif dugaan ini diperkuat oleh hasil studi Sitorus (1993)
yang menyatakan hanya 20,8% petani yang melakukan pemupukan dimana tindakan
pemupukan ini sangat diperlukan karena selain untuk meningkatkan produktivitas
dan mutu tanaman, juga untuk mempertahankan/mengembalikan kesuburan tanah,
mengingat besarnya unsur hara tanah yang terangkut saat panen. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa tanaman nilam sangat responsif terhadap pemupukan dan
tindakan pemupukan secara nyata meningkatkan produksi maupun minyak yang
dihasilkan. Pupuk anorganik yang biasa digunakan bagi tanaman ini adalah pupuk
Media tanam yang digunakan untuk tanaman nilam adalah campuran antara
tanah dan pupuk organik. Banyaknya bahan organik yang diperlukan oleh tanaman
bergantung pada tanah, iklim dan kegiatan mikrobiologis dalam tanah. Jumlah unsur
hara yang tersedia di dalam tanah bagi pertumbuhan pada dasarnya harus berada
dalam keadaan cukup agar tingkat produksi yang diharapkan dapat tercapai dengan
baik (Intan et al., 2006).
Tanaman nilam sangat responsif terhadap pemupukan. Pupuk yang diperlukan
selain untuk meningkatkan produksi terna (produk daun) dan mutu minyak nilam,
juga untuk mempertahankan atau mengembalikan kesuburan tanah akibat besarnya
unsur hara yang terangkut saat panen. Beberapa hasil penelitian pemupukan tanaman
nilam menunjukkan bahwa penggunaan dosis pupuk dan terna yang dihasilkan
beragam menurut kondisi lingkungannya terutama kesuburan tanahnya. Untuk tanah
yang telah dipakai berulang-ulang kandungan haranya banyak terkuras, sehingga
diperlukan pemberian pupuk yang cukup (Djauli dan Trisilawati, 2004).
Pemupukan adalah salah satu teknik budidaya yang dilakukan untuk
meningkatkan hasil. Pupuk organik memiliki banyak peranan yang menguntungkan
bagi tanaman, antara lain untuk memperbaiki agregasi tanah, infiltrasi air, kandungan
lengas, drainase dan aerasi tanah. Bahan organik juga berpengaruh terhadap suhu
tanah maupun penetrasi akar serta kegiatan mikroba tanah (Intan et al., 2006).
Pertumbuhan nilam akan berlangsung baik jika didukung oleh kondisi tanah
Tanah ini miskin unsur hara, kapasitas pertukaran kation rendah dan struktur tanah
kurang baik serta mempunyai ion-ion alumunium (Al) yang dapat meracuni tanaman
sekaligus mengikat kuat hara P tanah sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman (Sastrosoedarjo,1984).
Limbah nilam yang berupa daundaunan dan batang dapat digunakan sebagai
pupuk kompos atau mulsa. Ampas nilam yang digunakan sebagai pupuk pada
tanaman lada mampu meningkatkan produksi lada (Mardiningsih, dkk, 1998).
Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk kompos dapat menghemat
pemakaian pupuk Nitrogen sebesar 10 % dan disamping itu juga dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Di Bengkulu limbah nilam disamping digunakan sebagai pupuk di
sawah, juga berfungsi sebagai penolak hama wereng. Kompos limbah sisa hasil
prosesing minyak nilam mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi dan potensial
bagi sumber pupuk organik alternatif yang bermutuh tinggi (Djazuli, 2002).
Bahan organik mampu menjaga ketersediaan air di dalam tanah. Selain itu
bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah terutama pH, Al-dd dan
Kapasitas Tukar Kation (Sastrosoedarjo, 1984) dan menghasilkan senyawa-senyawa
yang berfungsi sebagai “chelate” yang bersenyawa dengan Fe, Al, dan Mn (Hakim
dan Moersidi, 1985).
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami
daripada bahan pembenah tanah buatan atau sintetis. Secara umum pupuk organik
berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik
sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang berasal dari
tumbuhan dan atau hewan (Rachman, 2002).
Pupuk TSP selain untuk menambah ketersediaan hara P juga menjadi sumber
energi bagi mikrobiologi tanah serta mengikat unsur hara seperti nitrogen. Menurut
Soepardi (1979) P berperan dalam metabolisme energetik dan proses biosintetik.
Dalam metabolisme energetik P berperan dalam pembentukan ATP. Energi ini
digunakan tanaman untuk mengangkut dan merombak senyawa-senyawa menjadi
komponen yang diperlukan seperti lemak, yang akan menunjang pembentukan
minyak nilam.
Syarat tumbuh yang optimal untuk tanaman nilam adalah suhu udara yang
panas dan lembab, curah hujan 2.500 – 3.000 mm/tahun merata sepanjang tahun dan
kesuburan tanah yang tinggi. Bila air terpenuhi, suhu udara optimum dan persediaan
nutrisi cukup, tanaman akan membentuk protein dan karbohidrat dalam jumlah yang
cukup besar sehingga pmbelahan dan pembesaran sel dapat dipercepat (Emmyzar et
al., 2000).
Botani Nilam
Tanaman nilam (Pogostemon sp.) berupa perdu, dengan ketinggian mencapai
satu meter dan dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah.
Memiliki akar serabut, bentuk daun bulat dan lonjong, batang berkayu dengan
Klasifikasi dari tanaman nilam adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Ordo
: Tubiflora
Familia
: Labiatae
Genus
: Pogostemon
Spesies
: Pogostemon sp.
Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yaitu Pogostemon cablin Benth. (nilam
Aceh),
Pogostemon hortensis Backer. (nilam Jawa), dan Pogostemon heyneanus
Benth. (nilam Kembang). Nilam Aceh berasal dari Philipina, mula-mula ditanam di
Jawa pada tahun 1895 dan mulai ditanam di Aceh pada tahun 1909. Nilam Kembang
berasal dari India, tumbuh liar di Sumatera dan Jawa. Nilam ini jarang
dibudidayakan, disebut ‘dilem kembang’ karena hanya jenis ini yang berbunga.
Nilam Jawa banyak tumbuh didaerah Serang (Guenther, 1952 ).
Syarat Tumbuh
Kabupaten Pakpak Bharat yang terletak pada garis 2
015’00”-3
032’00” lintang
utara dan 90
000’ -98
032’ bujur timur dengan luas wilayah yang dapat dimanfaatkan
untuk budidaya 77.893,39 ha dengan ketinggian bervariasi dari 700 -1500 m di atas
permukaan laut. Secara umum Kabupaten Pakpak Bharat beriklim sedang dengan
rata-rata suhu 28
0C dengan curah hujan sebesar 311 mm per tahun (
Pakpak Bharattidak terlepas dari kondisi agroklimat yang dikehendaki tiap tanaman demikian
halnya untuk tanaman nilam.
Tanaman nilam dapat tumbuh dari dataran rendah sampai pengunungan
dengan ketinggian 0 –1.500 m dpl. Tanaman nilam dapat tumbuh di berbagai jenis
tanah, tetapi akan lebih tumbuh baik pada tanah yang gembur dan banyak
mengandung humus, seperti tanah bekas perkebunan kopi dan tanaman tahunan.
Penggunaan tanah yang layak harus berdasarkan potensi atau kemampuan
sumberdaya lahan dan keadaan lingkungan atau iklimnya (Hidayat dan Moko
,1998).
Iklim yang dikehendaki oleh tanaman nilam adalah iklim sedang dengan
curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun
(Hidayat dan Moko, 1998). Bulan kering atau curah hujan < 60 mm/bulan tidak lebih
dari tiga bulan tiap tahun. Suhu yang dikehendaki sekitar 24 –28
0C dengan
kelembaban relatif lebih dari 75 % (Hidayat dan Moko
,1998). Penyinaran matahari
langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Bila tanaman nilam ternaungi
maka pertumbuhannya terlihat lebih subur dengan daun-daun kelihatan lebat, lebih
tipis dengan warna daun hijau muda.
Pangkas
Pangkas dilakukan dengan tangan untuk mengurangi kemungkinan serangan
patogen melalui pisau maupun gunting. Pangkas ada 2 macam yaitu pangkas kasar
dan pangkas halus. Pinching kasar diterapkan pada batang yang telah mengayu dan
yang sukulen dan tunas yang sedang tumbuh besar. Pinching ini diterapkan pada stek
beberapa saat setelah ditanam (Larson, 1992).
Pemupukan
Salah satu pengelolaan hara adalah pemupukan, yaitu memberikan
unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh tanaman. Dengan kata lain pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya
dukung tanah terhadap peningkatan terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Oleh sebab itu pemupukan harus dilakukan dengan tepat yaitu dosis
(takaran), tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis. Sistem pemupukan yang demikian
disebut “pemupukan empat tepat” (Intan et al., 2006).
Tanaman nilam sangat respontif terhadap pemupukan. Pupuk yang diperlukan
selain untuk meningkatkan produksi terna (produk daun) dan mutu minyak nilam,
juga untuk mempertahankan atau mengembalikan kesuburan tanah akibat besarnya
unsur hara yang terangkut pada saat panen. Beberapa hasil penelitian pemupukan
tanaman nilam menunjukkan bahwa penggunaan dosis pupuk dan terna yang
dihasilkan beragam menurut kondisi lingkungannya terutama kesuburan tanahnya.
Untuk tanah yang telah dipakai berulang-ulang kandungan haranya banyak terkuras,
sehingga diperlukan pemberian pupuk yang cukup (Djazuli dan Trisilawati, 2004).
Hasil analisis tanaman nilam, kadar hara dari batang dan daun menunjukkan bahwa
Pemupukan merupakan salah satu cara agar tanaman nilam tumbuh subur,
berdaun banyak dan produksi tinggi. Pada tanaman nilam yang dipanen hasilnya
berupa daun, maka pembentukan dan peningkatan jumlah cabang sangat penting
artinya
(Intan et al, 2006).Bahan Tanam
Penanaman dapat dilakukan dengan menanam stek langsung di lapangan atau
bedengan dengan mempersiapkan bibit di polybag lebih dahulu bersamaan dengan
persipan lahan, setelah tumbuh baru dilakukan penanaman di lapangan satu bulan
setelah setek tumbuh di tanam, tunas-tunas baru mulai tumbuh.
Tasma (1991) mengemukakan bahwa ada tiga penanaman bibit nilam, yaitu :
1.
Setek langsung tanam (biasa dilakukan oleh petani). Stek diambil dari cabang
yang telah mengayu, kemudian dipotong sepanjang 20-30 cm. Stek tersebut
langsung ditancapkan pada lubang tanam. Dengan cara ini kematian stek cukup
tinggi dan harus disulam beberapa kali serta pertumbuhan tidak merata.
2.
Stek disemai terlebih dahulu, stek berukuran 20-30 cm disemai dipembibitan
selama 3 – 4 minggu. Setelah bertunas dan berakar stek di tanaman di lapangan.
Kematian tanaman di lapangan dapat di kurangi agar pertumbuhan lebih merata.
3.
Stek pendek atau pucuk. Stek 1-2 buku di tanam di persemaian. Setelah berakar
di pindah ke polybag. Setelah kurang lebih dua bulan di pelihara di polybag,
sehingga stek memiliki 2 buku. Sebagian daun stek dibuang, kemudian ditanam
dalam bak pasir atau polybag yang kondisinya dipertahankan dalam keadaan
lembab (RH > 90%). Cara ini dilakukan bila jumlah tanaman induk terbatas.
Komposisi dan Kegunaan Minyak Nilam
Komposisi minyak nilam secara umum adalah sebagai berikut :
β
- patchoulene 2,90 – 3,80%,
α
-guaiene 13,10 – 15,20%, caryophyllene 3,30 –
3,90%,
α
-patchoulene 5,10 – 5,90%, seychellene 8,60 – 9,40%,
α
-bulnesene 14,70 –
16,80% dan norpatchoulenol 0,5%. Berdasarkan komposisi tersebut memperlihatkan
bahwa komponen utama minyak nilam adalah patchouli alkohol. Komponen utama
inilah yang pada umumnya digunakan sebagai bahan pengikat (fiksative) pada
industri parfum (Sufriadi dan Mustanir, 2004). Komponen utama dalam minyak
nilam adalah patchouli alkohol (PA), suatu senyawa kelompok seskuiterpen dengan
rumus molekul C
15H
26O dan rumus bangun sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
Kadar PA yang tinggi dalam minyak nilam memberikan arti bahwa semakin baik
kualitas minyak tersebut. Rumus bangun patchouli alcohol minyak nilam dapat
Gambar 1. Rumus Bangun Kadar Minyak Nilam (Patchouli Alkohol).
Minyak nilam digunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik, dan insektisida
(Mardiningsih
et al, 1995) dengan berkembangnya pengobatan tradisional, minyak
nilam juga banyak digunakan sebagai bahan terapi aromaterapi. Sifat khas minyak
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada Maret 2010 s/d Agustus 2010.
Kegiatan penelitian dimulai dari persiapan lahan, penyiapan bibit, aplikasi perlakuan,
perawatan hingga panen. Penelitian dilaksanakan di areal kebun petani nilam di Desa
Kaban Tengah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat pada
ketinggian 700 m di atas permukaan laut dengan topografi agak miring/bergelombang
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu : bibit nilam varietas lokal yang berumur 1
bulan hasil stek cabang, limbah padat pengolahan nilam, pupuk fosfat yaitu SP-36,
pupuk urea, air, KCl, fungisida dan insektisida dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan, bor tanah, ring, cangkul, pisau,
ember, gembor, kotak kayu, penggaris, meteran, oven, alat tulis menulis, label nama,
timbangan, pisau, ember, jangka sorong, penggaris, meteran kain, Leaf Area Meter,
kamera digital, laboratorium dan lain-lain.
Model Rancangan
Sebelum penelitian terlebih dahulu telah dilakukan Penilaian Karakteristik
Tanah yaitu untuk mendapatkan faktor pembatas utama pertumbuhan dan produksi
tanaman nilam yang dilakukan dengan pegambilan sampel tanah dan dilanjutkan
dengan analisis tanah dari lahan penanaman nilam yang ada dibagi atas lokasi
lahan pertanaman pertumbuhan tanaman nilam yang tidak baik. Sampel tanah diambil
dari masing-masing 3 (tiga) lokasi pertumbuhan nilam yang baik dan 3 (tiga) lokasi
pertumbuhan nilam yang tidak baik dan sampel tanah dari masing masing ketiga
lokasi tersebut dikomposit untuk dianalisis di laboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Sumatera Utara.
Hasil analisis sampel tanah ini (Lampiran 1) dapat diketahui bahwa perbedaan
yang menyolok antara karakteristik tanah pada lahan nilam yang pertumbuhannya
baik dan lahan nilam yang pertumbuhannya tidak baik adalah pada kadar bahan
organik dan kandungan fosfat tanah. Berdasarkan perbedaan karakteristik tersebut
maka kadar bahan organik dan kandungan fosfat dijadikan sebagai faktor perlakuan
pada percobaan lapangan.
Pengujian Penggunaan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam
Dan Pupuk fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Nilam merupakan percobaan
lapangan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2
faktor perlakuan yang terdiri atas :
Faktor pertama adalah dosis pengunaan kompos yaitu kompos yang berasal
dari limbah padat pengolahan minyak nilam (K) yang terdiri atas 4 taraf yaitu :
K0
=
0 ton.ha
-1(Tanpa pengomposan)
K1 = 10
ton.ha
-1K2 = 20
ton.ha
-1Penetapan dosis ini didasarkan pada perhitungan perbedaan kadar bahan organik
antara 2 kondisi pertumbuhan nilam yang diuraikan di atas dan menurut Arsyaad
(2006) yang menyatakan bahwa untuk mempertahankan kondisi tanah yang subur dan
tetap subur diperlukan pupuk kompos/pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha/tahun.
Faktor kedua adalah dosis pemberian unsur hara fosfat yang menggunakan
pupuk SP-36 (P) terdiri dari 5 taraf yaitu :
P0
=
0 kg.ha
-1(Tanpa SP-36)
P1
=
50 kg.ha
-1P2 = 100
kg.ha
-1P3 = 150
kg.ha
-1P4 = 200
kg.ha
-1Dengan demikian diperoleh 20 faktor kombinasi yaitu :
No.
Kombinasi
No.
Kombinasi
1.
K0P0
11.
K2P0
2.
K0P1
12.
K2P1
3.
K0P2
13.
K2P2
4.
K0P3
14.
K2P3
5.
K0P4
15.
K2P4
6.
K1P0
16.
K3P0
7.
K1P1
17.
K3P1
8.
K1P2
18.
K3P2
9.
K1P3
19.
K3P3
10.
K1P4
20.
K3P4
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial 2 faktor dengan jumlah ulangan masing-masing perlakuan adalah 2 kali.
Model linier dari rancangan Acak Kelompok adalah sebagai berikut :
Yij = µ +
α
i +
β
j + (
αβ
)ij
Keterangan :
Yij
= nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ
= Rata-rata umum nilai pengamatan
α
i
= pengaruh dari pengelompokan perlakuan kompos taraf ke-i
β
j
= Pengaruh dari pengelompokan perlakuan pupuk fosfat taraf ke-j
(
αβ
)ij = Pengaruh galad percobaan dari kelompok ke-i pada kelompok ke-j
Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik menggunakan analisis of
varian (Anova) dan untuk faktor perlakuan yang berpengaruh nyata akan dilakukan
uji lanjut dengan uji DMRT (Duncan’s Multiples Range Test).
Luas Lahan
=
90 x 12 m = 1.080 m
2Luas 1 petak percobaan
= 4 x 4 m = 16 m
2Jarak
Tanam
=
50
x
50
cm
Jumlah tanaman per petak
=
81 tanaman
Jumlah seluruh tanaman
=
3.240 tanaman
Jarak
antar
ulangan
=
2
m
Parameter yang diamati
1.
Tinggi tunas utama (cm)
Tinggi tunas utama diukur mulai dari permukaan tanah sampai sampai ujung
titik tumbuh tertinggi untuk 3 tanaman sampel per satu satuan percobaan.
Pengamatan dilakukan setiap 3 minggu yaitu pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST.
2.
Jumlah Cabang (batang)
Jumlah cabang pertanaman dihitung jumlah cabang primer untuk 3 tanaman
sampel. Pengamatan dilakukan setiap 3 minggu yaitu pada umur 3, 6, 9 dan 12
MST.
3.
Luas Daun (cm
2)
Total Luas daun dihitung dengan menggunakan leaf area meter pada 3 tanaman
sampel destruktif per satuan percobaan pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST.
4.
Bobot kering daun sampel (g)
Dilakukan setelah menimbang bobot segarnya kemudian dengan menggunakan
oven pada suhu 65
oC sampai bobotnya stabil. Pengamatan dilakukan setiap 3
minggu yaitu pada umur 3, 6, 9 dan 12 MST.
5.
Laju Tumbuh Relatif (g.minggu
-1)
Laju Tumbuh Relatif (LTR), ditentukan dengan rumus :
(LnW
2- LnW
1)
LTR
=
(T
2- T
1)
Dimana :
W
1=
Bobot kering tanaman waktu t
1W2
= Bobot kering tanaman waktu t
2Penghitungan LTR dilakukan pada 3 tanaman sampel destruktif pada umur 3, 6,
9 dan 12 MST.
6.
Laju Assimilasi Bersih
(g.cm-2minggu
-1)
Laju Asimilasi Bersih (g.cm
-2.minggu
-1) dinyatakan dengan peningkatan bobot
kering tanaman untuk setiap luas daun dalam jangka waktu tertentu. Nilai Laju
Asimilasi Bersih (LAB) ditentukan dengan rumus :
(W
2-W
1)
(Ln A
2-lnA
1)
LAB
=
(T
2-T
1)
.
(A
2-A
1)
Dimana :
W
2= Bobot kering tanaman pada waktu t
1W
2= Bobot kering tanaman pada waktu t
2A
1= Luas daun pada waktu t
1A
2= Luas daun pada waktu t
2Penghitungan LAB dilakukan pada 3 tanaman sampel destruktif saat 3, 6, 9
dan 12 MST.
7.
Analisis serapan hara P pada daun.
Analisis ini dilakukan dengan 3 tanaman destruktif pada akhir penelitian untuk
mengetahui serapan hara pada daun dilakukan analisis laboratorium.
8.
Bobot segar dan bobot kering daun panen per petak sampel
Dilakukan penimbangan terhadap daun yang dipanen dari setiap satuan
percobaan dengan petak sampel ukuran 0,5 x 0,5 m. Setelah mendapatkan bobot
segar daun panen dilakukan penjemuran daun nilam selama 4-5 hari hingga
bobotnya konstan untuk mendapatkan bobot kering daun panen.
9.
Kandungan minyak persatuan bobot daun kering panen
dilakukan penyulingan tiap 100 gram daun kering jemur setiap perlakuan yang
telah ditentukan.
10.
Kadar Patchouli Alkohol Minyak Nilam
Untuk mengetahui kadar pathouli alkohol di dalam minyak nilam dilakukan uji
kadar pachouli alkohol di laboratorium UPTD. Balai Pengujian dan Sertifikasi
Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Medan. Sampel minyak
nilam sebanyak 10 mL dari setiap perlakuan yang telah ditentukan kemudian
diuji dengan metode pengujian Test Methods menggunakan alat
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan bahan tanam
Pengadaan bahan tanaman nilam diperbanyak dengan cara vegetatif melalui
stek cabang. Stek yang dipilih untuk benih harus berasal dari tanaman yang
berproduksi tinggi, sehat serta bebas dari hama dan penyakit yang berumur kurang
lebih satu tahun. Batang atau cabang yang diambil untuk stek adalah yang
berdiameter 0,5 cm. Stek yang ditanam berukuran 20 cm dan paling sedikit harus
mempunyai empat mata tunas. Benih nilam harus disemai terlebih dahulu di polibag
dan diberi naungan untuk menjaga kelembaban sampai umur 1-2 bulan agar siap
tanam.
2. Pembuatan Kompos
Kompos dari limbah padat pengolahan minyak nilam dibuat di dalam kotak
kayu dekat dengan lokasi percobaan. Di buat kotak dari papan berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 1m x 1m x 1m (p x l x t) yang dilapisi oleh terpal plastik
hitam. Kemudian limbah padat nilam dimasukkan ke dalam kotak dengan ketebalan
40 cm. Kemudian disiram dengan air untuk mempertahankan kelembaban kemudian
dilapisi dengan tanah setebal 4 cm dan pupuk kandang setebal 4 cm. Selanjutnya
pekerjaan tersebut diulangi lagi dan ditempatkan di atas lapisan pertama sehingga
kebutuhan kompos dapat terpenuhi. Kemudian lapisan teratas ditutup. Setiap minggu
3. Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan adalah lahan kering. Sebelum benih ditanam, lahan
dipersiapkan sedemikian rupa. Persiapan lahan ini dilakukan mulai dari pembersihan
lahan dengan membabat semak dan membuang gulma yang tumbuh. Pengolahan
tanah dilakukan secara intensif agar diperoleh keadaan tanah yag gembur dan bebas
dari gulma. Setelah itu tanah dicangkul dan diolah hingga gembur secara merata.
Kemudian dibuat petak-petak percobaan 4 m x 4 m dan pada petak dibuat lubang
tanam dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm (p x l x t). Jarak antar petak 0,50 m. Tanaman
nilam rentan terhadap penggenangan oleh karena itu apabila tanah banyak
mengandung air, maka harus dibuat parit-parit pembuangan air sehingga air yang
berlebihan dapat dikurangi, serta untuk menghindari serangan hama dan penyakit.
3. Pemberian Kompos dan Pupuk
Kompos diberikan terlebih dahulu ke lubang tanam sebelum penanaman
dengan cara dibenamkan sesuai dengan dosis perlakuan 5 hari sebelum tanam agar
kompos limbah padat penyulingan minyak nilam dan tanah bercampur dan hara yang
tersedia sehingga dapat langsung diserap akar tanaman. Pupuk fosfat diberikan pada
saat tanam di sekitar tanaman dengan kedalaman kurang lebih 15 cm dari permukaan
4. Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman dilakukan saat bibit telah berumur 6 minggu di persemaian.
Penanaman yang dilakukan secara serentak dengan menyobek polibag dan menanam
tanaman pada lubang yang telah di sediakan dengan jarak tanam antar 50 cm x 50 cm.
Kemudian tanah dipadatkan dengan cara menekan tanah disekitar tanaman.
Pemeliharaan tanaman meliputi : Selama di lapangan nilam membutuhkan
tindakan pemeliharaan yang intensif agar pertumbuhan tanaman baik, sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan. Pemeliharaan yang diperlukan meliputi
penyiangan, penyulaman, pemangkasan dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiangan. Setelah tanaman berumur 2 bulan atau saat tanaman mencapai
ketinggian 20 – 30 cm dan telah mempunyai cabang bertingkat dengan radius 20 cm,
areal pertanaman perlu disiangi. Penyiangan ini berfungsi untuk membersihkan
gulma pengganggu, sehingga tidak terjadi persaingan pengambilan hara tanaman dan
sinar matahari. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, tanaman disemprot
dengan insektisida dengan bahan aktif baltametrin 30 g/l dan fungisida sesuai dengan
dosis anjuran pada umur 3 minggu setelah tanam.
Penyiraman dilakukan setiap hari bila tidak turun hujan. Penyulaman adalah
mengganti tanaman yang mati atau tanaman yang pertumbuhannya kurang baik.
Pekerjaan ini dilakukan kurang lebih 2 - 4 minggu setelah tanam, karena pada saat itu
telah diketahui benih yang mati atau pertumbuhannya kurang baik. Tanaman yang
5. Pengamatan Parameter
Pengamatan parameter dilakukan untuk komponen pertumbuhan sesuai
dengan interval pengamatan dan komponen produksi pada saat panen.
6. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 4 bulan setelah tanam apabila tanaman
nilam 90 % tanaman daunnya sudah hijau tua kekuningan dengan ditandai adanya
daun berguguran. Pemanenan dilakukan pada pagi hari dengan cara memangkas
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Pertumbuhan nilam di lahan penelitian ini menunjukkan respon yang berbeda akibat
perlakuan pemberian dari kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat
serta interaksinya. Komponen pertumbuhan dan hasil panen juga dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan terutama yaitu tanah yang relatif kering karena curah hujan yang rendah pada saat
pertumbuhan tanaman nilam. Data hasil penelitian, analisis sidik ragam dan uji lanjutannya
untuk setiap variabel pengamatan dijelaskan pada uraian di bawah ini.
Tinggi Tunas Utama (cm)
Data pengamatan tinggi tunas utama tanaman nilam pada pengamatan 3, 6, 9 dan 12
minggu setelah tanaman (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 4 sampai 11. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan kompos
limbah padat pengolahan minyak nilam (K) dan perlakuan pupuk fosfor (P) dan kombinasi
perlakuan memberi perbedaan nyata terhadap tinggi tanaman pada 6, 9 dan 12 MST dan
adanya interaksi (KXP) yang berbeda nyata pada umur 3, 6, dan 9 MST.
Interaksi perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dengan pupuk
fosfat (K X P) memberikan perbedaan nyata pada tinggi tunas utama 3 MST dan rataanya
disajikan pada Tabel 1.
T a b e l 1 . T i ngg i T un a s U t a ma D e n g an Pe mb e r i a n K o mp o s Limb a h P a d at P e n g o l a h a n M i n y a k N i l a m D a n P u p u k F o s f a t ( K X P ) P a d a U m u r 3 M S T
3 MST
Perlakuan K0
(0 ton/ha)
K1 (10 ton/ha)
K2 (20 ton/ha)
K3 (30 ton/ha)
[image:44.612.102.537.643.710.2]P2 (100 Kg/ Ha) 19,48 ab 20,08 a-c 26,17 h-j 22,63 d-g 22,09a P3 (150 Kg/Ha) 26,87 j 23,52 fg 20,73 bc 20,93 b-d 23,01b P4 (200 Kg/Ha) 21,25 c-e 23,72 g 24,30 gh 24,48 g-i 23,44b
Rataan K 22,68 a 22,96 a 23,22 a 22,93 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5%.
Hasil uji beda rataan pada (Tabel 1), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi
kompos limbah padat pengolahan minyak nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan
rataan tinggi tunas utama tanaman nilam tertinggi diperoleh K0P3 sebesar 26,87 cm. Rataan
tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K3P1, K2P2 dan K2P1
sedangkan rataan tinggi tunas utama terendah pada perlakuan interaksi K2P0.
[image:45.612.109.547.384.504.2]Interaksi perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (K x P) terhadap tinggi tunas utama tanaman nilam umur 6 MST dan rataannya disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi Tunas Utama Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 6 MST
6 MST
Perlakuan K0
(0 ton/ha)
K1 (10 ton/ha)
K2 (20 ton/ha)
K3 (30 ton/ha)
Rataan P P0 (tanpa fosfat) 25,08ab 28,27bcd 25,98abc 24,25a 25,89a P1 (50 Kg/Ha) 24,90ab 26,68a-d 29,03cd 29,17cd 27,45ab P2 (100 Kg/ Ha) 24,92ab 29,83cd 30,34d 27,18a-d 28,07b P3 (150 Kg/Ha) 30,53d 28,27bcd 26,68a-d 36,33e 30,45c P4 (200 Kg/Ha) 24,18a 27,53a-d 36,78e 27,33a-d 28,96bc
Rataan K 25,92a 28,12b 29,77c 28,85 bc
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama,
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan .
Hasil uji beda rataan pada (Tabel 2), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi
kompos limbah padat pengolahan minyak nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan
rataan tinggi tunas utama 6 MST tertinggi diperoleh K2P4 sebesar 36,87 cm. Rataan tertinggi
ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K3P3 sedangkan rataan tinggi tunas utama
Interaksi perlakuan kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat
(K x P) terhadap tinggi tunas utama tanaman nilam umur 9 MST dan rataannya disajikan
[image:46.612.110.539.189.305.2]pada Tabel 3.
Tabel 3. Tinggi Tunas Utama Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 9 MST
9 MST
Perlakuan K0
(0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) K2 (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha) Rataan P P0 (tanpa fosfat) 25,35ab 28,84b-e 23,39ab 28,83b-e 26,60a P1 (50 Kg/Ha) 26,65a-d 33.,86efg 27,38a-d 48,01k 33,98b P2 (100 Kg/ Ha) 26,46a-d 32,48def 38,56f-i 40,14ghi 34,41b P3 (150 Kg/Ha) 31,28cde 40,79hij 40,35hi 40,86ij 38,32c P4 (200 Kg/Ha) 23,18a 34,47efg 47,05jk 44,73ijk 37,36c
Rataan K 26,58a 34,09b 35,34b 40,51c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama,
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan .
Hasil uji beda rataan pada (Tabel 2), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi
kompos limbah padat pengolahan minyak nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan
rataan tinggi tunas utama 9 MST tertinggi diperoleh K3P1 sebesar 48,01 cm. Rataan tertinggi
ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K2P4 sedangkan rataan tinggi tunas utama
terendah pada perlakuan interaksi K0P4.
Respon tinggi tunas utama pada 9 MST dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
y = 0.1206x + 23.287 r = 0.9597
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
0 50 100 150 200 250
Fosfa t (kg/ha )
Ti nggi t una s ut a m a (c m ) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha
Gambar 2. Kurva Respon Tinggi Tunas Utama Tanaman Nilam Pada Umur 9 MST Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat.
Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa tinggi tunas utama tanaman nilam pada
[image:46.612.123.517.500.587.2]hubungan linear positif pada persamaan Y=0,1206x + 23, 287 dimana pertambahan tinggi
tunas utama meningkat seiring dengan peningkatan dosis fosfor pada dosis kompos K2 (20
ton/ha). Sedangkan pemberian kompos limbah padat pada K0, K1 dan K3 memberikan
pengaruh yang tidak nyata.
Hasil analisis sidik ragam interaksi perlakuan kompos limbah padat pengolahan
minyak nilam dan pupuk fosfat (K x P) terhadap tinggi tunas utama tanaman nilam pada
[image:47.612.110.533.289.407.2]umur 12 MST tidak memberikan pengaruh nyata.dan rataannya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Tinggi Tunas Utama Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 12 MST
12 MST
Perlakuan K0
(0 ton/ha)
K1 (10 ton/ha)
K2 (20 ton/ha)
K3 (30 ton/ha)
Rataan P
P0 (tanpa fosfat) 29,26 37,27 35,33 35,96 34,45a
P1 (50 Kg/Ha) 33,28 35,02 35,48 54,02 39,45ab
P2 (100 Kg/ Ha) 32,23 38,42 41,33 46,08 39,51ab
P3 (150 Kg/Ha) 33,53 45,30 43,11 47,23 42,29b
P4 (200 Kg/Ha) 31,87 36,67 49,12 48,63 42,07b
Rataan K 32,03a 38,93b 40,87b 46,38c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama,
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan .
Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa perlakuan kompos limbah padat pengolahan
minyak nilam dosis K3 (30 ton/ha) memberikan hasil tertinggi 46,38 cm dan pupuk SP-36
secara terpisah memberikan perbedaan yang lebih rendah tinggi tanamannya sedangkan
tinggi tunas utama nilam yang terendah adalah tanpa perlakuan namun interaksi keduanya
tidak memberikan perbedaan yang nyata.
Jumlah Cabang Pertanaman (batang)
Data pengamatan jumlah cabang pertanaman nilam pada pengamatan 3, 6, 9 dan 12
minggu setelah tanaman (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragamnya dapat dilihat pada
Lampiran 12sampai 20.
Dari hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan memberikan perbedaan jumlah
dengan pupuk fosfat (K X P) memberikan perbedaan nyata pada pertambahan jumlah cabang
[image:48.612.107.543.161.283.2]saat 3 MST dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Cabang Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 3 MST
3 M S T P e r l ak u an K0
(0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) K2 (20 ton/ha) K3 (30 ton/ha)
R a t a a n P P0 (tanpa fosfat) 1 ,50 b cd 1 ,83 d e 1 ,83 d e 0 ,50 a 1 ,42 a P1 (50 Kg/Ha) 1 ,83 d e 1 ,50 a 1 ,50 a 2 ,17 e f 1 ,75 b c P2 (100 Kg/ Ha) 1 ,50 a 2 ,67 f 2 ,17 e f 1 ,67 c d e 2 ,00 c
P3 (150 Kg/Ha)
1 ,83 d e 1 ,50 a 1 ,00 b 2 ,17 e f 1 ,63 a bP4 (200 Kg/Ha)
1 ,17 b c 1 ,67 c d e 1 ,17 b c 2 ,00 d e 1 ,50 a bRataan K
1 ,57 a 1 ,83 b 1 ,53 a 1 ,70 a bKeterangan : Angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama,
menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Duncan .
Hasil uji beda rataan pada (Tabel 5), dapat diketahui bahwa perlakuan interaksi
kompos limbah padat pengolahan minyak nilam (K) dan pupuk fosfat (P) yang menghasilkan
rataan jumlah cabang 3 MST terbanyak diperoleh K1P2 sebanyak 2,17 batang. Rataan
tertinggi ini tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan K2P2 dan K2P3 sedangkan
jumlah cabang terendah pada perlakuan interaksi K3P0.
Respon jumlah cabang pada 3 MST dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut.
y = -8E-05x2 + 0.0212x + 0.719 R2 = 0.7159
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
0 50 100 150 200
Fosfa t J u m la h c a b a n g (b a ta n g ) 0 ton/ha 10 ton/ha 20 ton/ha 30 ton/ha
Gambar 3. Kurva Respon Jumlah Cabang Tanaman Nilam Pada Umur 3 MST Dengan Berbagai Perlakuan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam dan Pupuk Fosfat.
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah cabang tanaman nilam pada pemberian
[image:48.612.124.517.473.576.2]padat pengolahan minyak nilam pada dosis 30 ton/ ha (K3) maksimum pada pemberian
pupuk fosfat 132,5 kg/ha yaitu sebesar 3,5 batang. Sedangkan pemberian kompos limbah
padat pada K0, K1 dan K2 memberikan pengaruh yang tidak nyata.
Perbedaan jumlah cabang pertanaman tanaman nilam sebagai akibat interaksi
perlakuan pupuk kompos limbah padat pengolahan minyak nilam dan pupuk fosfat (KXP)
Tabel 6. Jumlah Cabang Dengan Pemberian Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam Dan Pupuk Fosfat (K X P) Pada Umur 6 MST
6 MST
Perlakuan K0
(0 ton/ha) K1 (10 ton/ha) K2