PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK DI KLINIK SARI MEDAN
TAHUN 2010
OLEH :
EKA JUNIATI TAMBUNAN NIM. 095102010
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KTI
NAMA : EKA JUNIATI TAMBUNAN
NIM : 095102010
JUDUL : PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA
ANAK DI KLINIK SARI MEDAN TAHUN 2010
Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas disetujui untuk mengikuti ujian sidang Karya Tulis Ilmiah
Medan, 2010
Pembimbing
(Nur Asnah Sitohang, S.Kep, NS, M.Kep)
LEMBAR PERNYATAAN
PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK DI KLINIK SARI MEDAN TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang
lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, September 2010
Yang Menyatakan
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, September 2010 Eka Juniati Tambunan
Peran Ayah Dalam Pemberian Imunisasi Pada Anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010
ix + 43 hal + 3 tabel + lampiran + 1 skema
Abstrak
Peran ayah selain sebagai suami, ayah juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, bahkan anak memerlukan partisipasi aktif sang ayah sejak proses kelahirannya sampai dia mendapat imunisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan. Desain penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Sari Medan pada bulan Juli – Oktober 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ayah yang datang mengantar dan tidak mengantar anak untuk imunisasi dan sampel diambil secara simple random sampling dengan jumlah 64 orang. Hasil penelitian diperoleh responden yang memiliki kategori cukup dalam pemberian imunisasi pada anak sebanyak 61 orang (95,3%), dan kategori baik sebanyak 3 orang (4,7%). Diharapkan ayah agar lebih berperan aktif di dalam keluarga terutama dalam pemberian imunisasi pada anak.
Kata kunci : Peran ayah, Imunisasi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah
dengan judul ” Peran Ayah dalam Pemberian Imunisasi pada anak di Klinik Sari
medan Tahun 2010”.
Dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu
perkenankan penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ns. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, M.Kep selaku Dosen pembimbing dalam
memberikanm arahan dan bimbingan dalam penulisan Proposal Karya Tulis
Ilmiah.
4. Seluruh dosen, staff dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan
semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga
7. Semua pihak yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang
diberikan, semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Medan, September 2010
Peneliti
BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 26
1. Karakteristik Demografi Responden ... 39
PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Karya Tulis Ilmiah, September 2010 Eka Juniati Tambunan
Peran Ayah Dalam Pemberian Imunisasi Pada Anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010
ix + 43 hal + 3 tabel + lampiran + 1 skema
Abstrak
Peran ayah selain sebagai suami, ayah juga berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, bahkan anak memerlukan partisipasi aktif sang ayah sejak proses kelahirannya sampai dia mendapat imunisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan. Desain penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Sari Medan pada bulan Juli – Oktober 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ayah yang datang mengantar dan tidak mengantar anak untuk imunisasi dan sampel diambil secara simple random sampling dengan jumlah 64 orang. Hasil penelitian diperoleh responden yang memiliki kategori cukup dalam pemberian imunisasi pada anak sebanyak 61 orang (95,3%), dan kategori baik sebanyak 3 orang (4,7%). Diharapkan ayah agar lebih berperan aktif di dalam keluarga terutama dalam pemberian imunisasi pada anak.
Kata kunci : Peran ayah, Imunisasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Depkes RI. 2004).
Anak adalah pewaris, penerus, dan calon pengemban bangsa. Secara lebih
dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial ekonomi suatu
bangsa. Dalam arti individual, anak bagi orang-tuanya mempunyai nilai khusus yang
penting pula. Dalam kedua aspek tersebut yang diharapkan adalah agar anak dapat
tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya sehingga kelak menjadi orang dewasa yang
sehat secara fisis, mental, dan psikososial sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas.
Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat
penting dan kritis: tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial berjalan demikian
cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar
menentukan hari depan anak. Kelainan atau penyimpangan apapun apabila tidak
diintervensi secara dini dengan baik pada saatnya, dan tidak terdeteksi secara nyata
mendapatkan perawatan yang bersifat purna yaitu promotif, preventif, dan
Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu ancaman
terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa oleh
berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh mempunyai
cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis penyakit
seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal
ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik
untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman
penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau pada
orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman
itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa
kepada cacat atau kematian (Saroso, S, 2010).
Telah diketahui bahwa periode balita merupakan periode kritis. Apabila
lingkungan menunjang maka anak tersebut akan mulus melalui periode kritis ini dan
ia bahkan mendapatkan nilai tambah, namun sebaliknya apabila lingkungannya tidak
mendukung maka tumbuh kembang anak akan terhambat. Dengan berpandangan
secara prospektif positif dapatlah dikatakan bahwa periode kritis ini merupakan masa
atau tahun-tahun keemasan dan dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan
secara maksimal, ia memberikan peluang untuk optimalisasi tumbuh kembang serta
peluang untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi sebelumnya (Iwan, S, 2008).
Proporsi kematian neonatal di Indonesia sebesar 39% dari seluruh kematian
bayi. Rasio kematian postneonatal dan neonatal adalah 1,58. Kematian neonatal
kematian 79,4% dari kematian neonatal terjadi pada usia 7 hari pertama, dengan
penyebab terbesar (57,1%) karena infeksi dan pneumonia (Badan Litbang Kesehatan,
2001). Hal di atas yang mendorong perlu segera pemberian imunisasi dini pada 7 hari
pertama kehidupan bayi, sehingga dapat dibentuk kekebalan sedini mungkin.
Timbulnya infeksi pada bayi dapat dimulai sejak dalam kandungan yang dikarenakan
saat hamil ibu terserang penyakit. Pada ibu hamil pengidap hepatitis B, sebesar 50%
akan menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Data epidemiologi menyatakan
sebagian kasus pada penderita hepatitis B (10%) akan menjurus kepada kronis dan
dari kasus yang kronis ini 20% akan menjadi hepatoma serta kemungkinan kronisitas
akan lebih banyak terjadi pada anak-anak balita oleh karena respon imun pada
mereka yang belum sepenuhnya berkembang sempurna, terutama balita di Negara
berkembang seperti Indonesia (www.imunisasi.htm, 2005).
Setelah lahir, bayi belum punya daya tahan yang cukup untuk menangkal
berbagai penyakit. Walaupun memperoleh antibodi bawaan yang diberikan ibu sejak
dalam kandungan, bayi memerlukan perlindungan tambahan untuk menjaga
ketahanan tubuhnya terhadap penyakit. Imunisasi merupakan suntikan vaksin atau
bahan antigenik untuk menghasilkan kekebalan aktif pada tubuh bayi (Nurlaila, et al,
2010).
Imunisasi penting untuk diberikan karena daya tahan secara umum tidaklah
cukup. Daya tahan secara umum membantu mencegah penyakit seperti flu, batuk dan
sejenisnya. Sedangkan imunisasi bertujuan memberikan kekebalan kepada bayi
terhadap penyakit-penyakit yang membutuhkan penanganan khusus atau spesifik
membangun daya tahan tubuhnya terhadap penyakit-penyakit spesifik yang umum
menyerang bayi-bayi yang baru lahir dan anak-anak (Rini, 2009).
Sejak dilaksanakannya program imunisasi campak pada tahun 1963, angka
kesakitan dan angka kematian karena penyakit campak menurun dengan drastis
sampai 86%, yaitu dengan didapatkannya angka kematian sebesar 800.000 pertahun
pada tahun 1995. Dengan demikian, dengan pemberian imunisasi campak saja telah
bisa menyelamatkan berjuta-juta nyawa anak setiap tahunnya, berarti memberi
kesempatan hidup pada berjuta-juta anak. Dengan telah dilaksanakannya Expanded
Program on Immunization (EPI) pada tahun 1973 dan Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) pada tahun 1974 yang meliputi pemberian imunisasi terhadap tujuh
penyakit, yaitu BCG, DPT, Polio. Campak dan Hepatitis B akan lebih menunjang
tumbuh kembang anak Indonesia menjadi anak Indonesia yang sehat fisik, jasmani,
mental, beriman, bertaqwa, mandiri, sehingga nantinya akan menghasilkan manusia
dewasa yang tangguh sebagai penerus generasi bangsa.(WHO,2006)
Menurut laporan WHO pada tahun 2002, lembaga ini memperkirakan terdapat
kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa yang disebabkan oleh karena penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak 540.000 (38%), Haemophilus
influensa type b 386.000 (27%), pertussis 294.000 (20%) dan tetanus 198.000 (14%).
Adapun laporan WHO pada tahun 2006, angka cakupan imunisasi untuk DPT3 dan
Polio secara global adalah 78%. Berarti terdapat 28 juta anak didunia yang belum
mendapat imunisasi DPT3 dan Polio pada 2005. Tujuh puluh lima persen dari
anak-anak ini tinggal di 10 negara, di antaranya Indonesia. Saat ini, WHO dan UNICEF
Strategy (GIVS) untuk implementasi selama tahun 2006-2015. Tujuan GIVS ini
adalah melindungi lebih banyak anak terhadap lebih banyak penyakit dengan
mengembangkan pencapaian imunisasi untuk semua anak (WHO, 2006)
Belakangan ini, perubahan positif dalam hal perawatan dan pemeliharaan bayi
ternyata semakin banyak para ayah yang berperan serta secara aktif dalam
membesarkan bayi mereka. Sebenarnya peran serta ayah dalam membesarkan
bayinya bukan hanya untuk meringankan beban sang ibu, tetapi menurut penelitian,
ternyata juga sangat diperlukan oleh bayi. Bahkan, sebenarnya bayi memerlukan
partisipasi aktif sang ayah sejak proses kelahirannya. Banyak juga kita temukan para
ayah yang merasa nyaman melakukan pekerjaan ini dan tidak hanya mau, bahkan
mereka bersemangat dalam berbagi tugas dengan sang ibu. Karena dengan demikian,
mereka bisa berperan aktif dalam berbagai kejadian sehari-hari yang menyenangkan
dan tak terlupakan dalam kehidupan bayi mereka, sehingga membentuk ikatan kuat
antara mereka (Ribeka, 2008).
Tidak bisa dipungkiri bahwa peranan ayah sangat besar dan penting dalam
suatu keluarga. Ayah memang bukan yang melahirkan buah hati tercinta, tetapi
peranan ayah dalam tugas perkembangan anak sangat dibutuhkan. Tugas ayah selain
untuk menafkahi keluarga, ayah juga diharapkan menjadi teman dan guru yang baik
untuk anak. Anak dalam masa perkembangannya membutuhkan segala pengetahuan
di segala bidang. Di sinilah peranan ayah sangat penting (Utami, 2009).
Anak yang datang untuk mendapat imunisasi di Klinik Sari, mereka
didampingi oleh ayahnya, atau bahkan ibu yang datang dengan didampingi suaminya,
mereka. Berdasarkan data yang ada di Klinik Sari Medan jumlah anak yang mendapat
cakupan imunisasi dari bulan April sampai Juni 2010 sebanyak 180 anak.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui bagaimana peran ayah
dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah
bagaimana peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan
tahun 2010.
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran ayah
dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden.
D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian lebih lanjut sekaligus sebagai
bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan tentang peran
ayah dalam pemberian imunisasi pada anak.
2. Bagi ayah
Sebagai masukan bagi para ayah agar ikut berperan aktif di dalam pemberian
imunisasi pada anak.
3. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai
untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut seperti vaksin polio
(Hidayat, A, 2005)
Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2
(dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan
yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya
adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh
setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama
karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan
yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi
atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada
kekebalan pasif karena adanya memori imunologik (Ranuh, et al, 2008).
Sedangkan menurut Ranuh, et al (2008), dalam ikatan Dokter Anak
vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pemberntukan imunitas (antibody) dari sistem imun di dalam tubuh.
Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu
immunoglobulin yang non-spesifik atau gamaglobulin dan immunoglobulin yang
spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu
atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
variola. Keadaan yang terakhir ini mungkin terjadi pada jenis penyakit yang dapat
ditularkan melalui manusia, seperti misalnya difteria.
3. Manfaat Imunisasi
Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan yaitu
a. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya
b. Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif
c. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih
jarang dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara
alami.
4. Jenis-Jenis Imunisasi
Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan
a. Imunisasi Aktif (active immunization)
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga
apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam
imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap vaksinasinya antara lain :
1. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida,
toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
3. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk menghindari
tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatan imunogenitas antigen.
b. Imunisasi Pasif (pasive immunization)
Merupakan pemberian zat (imunoglubulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh
B. Beberapa Imunisasi yang Dianjurkan pada Anak
Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Beberapa imunisasi
pada anak dapat dianjurkan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC uang berat sebab terjadinya TBC yang primer atau ringan dapat terjadi
walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, seperti TBC pada selaput otak, TBC
Miller (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang.
a. Cara Pemberian :
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
2. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali
3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml)
4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
5. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus disimpan pada suhu
2-8ºC, tidak boleh beku.
BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak
dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.
b. Efek Samping :
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan
ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan
dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6
bulan
2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus),
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi tehadap difteri,
pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis atau batuk rejan
adalah infeksi pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap
serta bunyi pernafasan yang melengking, yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis. Pertusis berlangsung beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan
batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotosin yang
diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Infeksi bakteri yang bisa menyebabkan
kekakuan pada rahang serta kejang
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan
atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi
a. Cara Pemberiannya
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
- Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3
dosis
- Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
- Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi
untuk hari berikutnya.
b. Efek Samping
Pada kurang 1% penyuntikan DPT dapat menyebabkan komplikasi berikut :
- Demam tinggi (lebih dari 40,5°C)
- Kejang
- Kejang demam (resiko) lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
3. Vaksin TT (Tetanus Toksoid) a. Cara Pemberian
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen
- Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular, atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian
0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6
bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada
wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke 4 dan ke 5
diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan
ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan periode trimester pertama
- Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu, dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2ºC 8ºC
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak bisa digunakan untuk
b. Efek Samping
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri
4. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus),
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan
oleh kuman penyebab difteri dan tetanus Vaksin DT dibuat untuk keperluan
khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi
pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.
a. Cara Pemberian
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen
- Disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia dibawah 8 tahun. Untuk usia 8
tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td
- Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan kriteria :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC
3. Tidak pernah terendam air
4. Strilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
- Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak boleh digunakan lagi
- Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau
menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam
ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya
berlangsung selama 1-2 hari.
5. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine =OPV)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan (Hidayat, 2005).
a. Cara Pemberian
- Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali
(dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu
- Setiap membuka Vial baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru
- Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 2 minggu dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluarsa
2. Vaksin disimpan dalam suhu + 2º C 8ºC
3. Tidak pernah terendam air
4. Sterilitasnya terjaga
5. VVM masih dalam kondisi A atau B
Terdapat 2 macam vaksin polio:
• IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
• OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
b. Efek Samping
Bisa terjadi kelumpuhan dan kejang-kejang
6. Vaksin Campak.
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena penyakit ini sangat menular, ditandai dengan panas, batuk,
pilek, konjungtivitas dan ditemukan spesifek enantemen (Koplik’s spot), diikuti
dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan.
a. Cara Pemberian
- Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut
- Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada
usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah
cath-up campaign, campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
b. Efek Samping
- Terjadi ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2-4 hari. pada tempat suntikan dan panas
- Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C
- Gangguan sistem kekebalan
- Pemakaian obat imunosupresan
- Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
- Wanita hamil
7. Vaksin MMR (Measles, Mumps dan Rubela)
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam,
ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi
telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius,
seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah
satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa
menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada
buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita
rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya
(buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme,
tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan
a. Cara Pemberian
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya
digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan
imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan. Suntikan pertama diberikan pada
saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan
kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat
anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13
tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa
yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan
status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki
kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada
masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan
memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan
gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang
tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
b. Efek Samping
- Komponen Campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini
terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5°
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang
setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut
jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
- Komponen Gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung
selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima
suntikan MMR.
- Komponen Campak Jerman
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung
selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR.
Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR (Nurlaila dan
Lubis, P, 2010).
8. Vaksin Hepatitis B.
Merupakan vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat
non-infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula
polymorphl) menggunakan teknologi DNA rekombinan.Imunisasi ini digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis.
a. Cara Pemberian :
- Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadai homogen
- Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian
suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha
- Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan) (Depkes RI, 2005).
b. Efek Samping
Umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara.
Kadang-kadang menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari
9. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan
berat. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP : purified capsular
polysaccharide) kuman H. Influenzae tipe b, antigen dalam vaksin tersebut dapat
dikonjugasi dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid
dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC).
Cara Pemberian : Dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian
bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan
C. Peran Ayah
Seorang ayah bisa menjadi pribadi yang sangat lembut atau keras, tetapi
mereka tetap akan menyayangi anak-anaknya sepenuh hati. Seorang ayah merupakan
pria pertama yang menopang kehidupan kita, sebagai orang tua yang penyayang. Bagi
para ibu, sosok ayah bagi anak-anaknya adalah seseorang yang dipercaya untuk
menjaga anak-anaknya. Ayah merupakan satu-satunya orang lain selain ibu yang
melakukan apapun demi mereka. Mereka juga menjadi tulang punggung keluarganya
dan menghidupi keluarganya dari usaha yang dia lakukan (Melinda C, 2009).
1. Pengertian Peran Ayah
Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata
peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan
dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak
banyak orang tahu, bahwa kata "peran", atau role dalam bahasa Inggrisnya, memang
diambil dari dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang aktor diberi peran
yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya, dengan alur ceritanya, dengan
lakonnya.
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang
yang diberi sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Karena itulah ada yang disebut dengan role
expectation (Balai Pustaka, 2005).
Sebenarnya peran serta ayah dalam membesarkan bayinya bukan hanya untuk
meringankan beban sang ibu, tetapi menurut penelitian, ternyata juga sangat
diperlukan oleh bayi. Bahkan, sebenarnya bayi memerlukan partisipasi aktif sang
ayah sejak proses kelahirannya sampai dia mendapat imunisasi.
Peran Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peran Ganda Ayah
Sebutan ayah memiliki aspek penghormatan, menekankan relasi ganda yakni
relasi sosiologis-biologis, arti secara sosiologis yaitu ayah menerima penghormatan
dari luar karena faktor usia atau status sosial yang dimiliki; sedangkan secara biologis
berarti ayah menerima penghormatan dari dalam, yakni anak kandungnya karena
faktor pemilihan, sehingga aspek ini bersifat umum dan khusus (Mangkey, 2008).
Seorang ayah harus mengetahui apa yang anak perlukan darinya. Pada
dasarnya, seorang ayah harus tahu bahwa posisinya itu harus menjadi pembimbing,
guru, kawan dan pelindung. Menanamkan moral spiritual pada anak sepatutnya
jangan lupa diberikan oleh ayah. Jika ayah tidak memberikan pendidikan moral
spiritual, anak menjadi seorang dengan jiwa yang anarkis dan menjadi individu yang
melanggar aturan atau norma. Berikut ini adalah kiat-kiat menjadi ayah yang hebat :
1. Meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga
2. Bermain dengan anak
3. Memberikan keteladanan dengan bijaksana
4. Mengakui kesalahan, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih kepada anak
5. Menjadi penyemangat dan pendukung anak
6. Menjadi pendengar yang baik jika anak sedang mengutarakan permasalahannya
7. Menghindari tindakan kasar yang merugikan fisik dan psikologi anak
3. Kedudukan Ayah
Secara efektif kedudukan ayah dalam keluarga, sebagai berikut :
1. Ayah merupakan kepala dalam keluarga
2. Ayah merupakan pemimpin dalam keluarga
3. Sebagai pelindung keluarga
4. Sebagai teladan bagi anak-anaknya
Kehadiran dan peranannya sebagai kepala keluarga sangat menentukan
jalannya kehidupan keluarga itu sendiri. Dalam suatu penelitian di Amerika
menyimpulkan bahwa ketidakhadiran ayah dalam keluarga membawa akibat yang
sangat fatal bagi perkembangan hidup anak-anaknya, tidak ada bedanya dengan
peranan seorang ibu dalam keluarga. Pengaruh negatif terhadap anak-anaknya sangat
kuat, terutama anak laki-laki. Dalam penelitian itu diketahui bahwa ketidak hadiran
seorang ayah membuat anak laki-laki menjadi perkasa, pemarah dan mudah frustasi.
Ayah memegang peran besar dalam keberhasilan imunisasi bagi anak, jika anak sakit
setelah diimunisasi ia akan menjadi cepat sehat kembali karena ayah bisa
memberikan rasa nyaman, dan akan membujuk anaknya jika rewel.
D. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).
Sedangkan menurut pakar konseling dari Yogyakarta, Sayekti (1994), yang
dikutip oleh Suprajitno (2004), bahwa keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah
tangga.
2. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai beriku (Friedman, 1998) :
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
d. Fungsi ekonomi (the economic function) adalah keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function),
yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas tinggi.
3. Tipe Keluarga
Pembagian tipe keluarga tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family), adalah keluarga inti ditambah anggota
keluargalain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi).
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang dikutip oleh
Friedman (1998), mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu :
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari
dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak
dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk memengaruhi dan mengendalikan untuk mengubah perilaku keluarga
yang mendukung kesehatan.
Di Indonesia keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut :
1). Keluarga Prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan,
sandang, papan dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi
salah satu atau lebih indikator Keluarga Sejahtera Tahap I.
2). Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I), adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan,
Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3). Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh
kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
4). Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang
maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam
bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarakatan, juga berperan
serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau
yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan lain
sebagainya.
5). Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus), adalah keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan bahwa peran ayah dalam
pemberian imunisasi pada anak meliputi motivasi suami dan waktu yang dibutuhkan
ayah
.
B. Definisi Operasional
Peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan
No Variabel Definisi Operasional
Wawancara 1. Baik, apabila jawaban responden yang diberikan pada instrumen penelitian 15 - 20
2. Cukup, apabila jawaban responden yang diberikan pada instrumen penelitian 8 - 14
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitin ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui gambaran peran ayah dalam pemberian imunisasi pada anak di
Klinik Sari Medan Tahun 2010.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah ayah yang datang untuk mengantar dan tidak
mengantar anaknya imunisasi di Klinik Sari Medan dari bulan April – Juni 2010
berjumlah 180 orang
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, yang menjadi kriteria
sampel adalah ayah yang datang mengantar dan tidak mengantar anaknya dengan cara
peneliti mendatangi ke rumah responden di sekitar Klinik Sari Medan, teknik
pengambilan sampel dengan cara Simple Random Sampling, populasi yang berjumlah
180 orang, diambil secara acak agar setiap populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk menjadi sampel. Untuk menentukan besar sampel dipergunakan rumus
dari sumber Taro Yamane yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2005)
N n =
180 n =
1 + 180 (0,01)
180 n =
1 + 1,8
180 n =
2,8
n = 64,2 = 64 orang.
Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah 64 orang.
Dengan kriteria sampel yaitu ayah yang datang untuk mengantar dan yang tidak ikut
mengantar anaknya untuk imunisasi di Klinik Sari Medan Tahun 2010
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1 %).
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Sari Medan. Adapun alasan pemilihan
lokasi karena di Klinik Sari merupakan tempat yang paling banyak jumlah anak yang
datang mendapat imunisasi dengan diantar oleh ayah mereka serta belum pernah
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2010.
E. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah penelitian persetujuan dari institusi
pendidikan yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Mengajukan permohonan izin penelitian kepada
Klinik Sari Medan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
permasalahan etika, yaitu : memberikan penjelasan kepada calon responden tentang
tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian dan dipersilahkan untuk menandatangani
informed consent. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara
tidak menuliskan nama responden pada penelitian. Data-data yang diperoleh juga
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data berupa kuesioner dengan jumlah responden 64 orang,
yang terdiri dari : data demografi, kuesioner peran ayah dan data imunisasi anak.
1. Data Demografi
Instrumen penelitian berisi data demografi meliputi : kepala keluarga, pencari
nafkah, pendidik dan pelindung.
2. Kuesioner peran Ayah
Instrumen berisi pertanyaan tentang peran ayah di dalam keluarga, meliputi
masing-masing 5 pertanyaan, dengan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban
benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Nilai terendah yang mungkin
dicapai adalah 0 dan tertinggi adalah 5.
3. Pemberian Imunisasi pada anak
- Lengkap : Apabila anak balita telah mendapat imunisasi BCG satu kali,
DPT tiga kali, Polio empat kali, Campak satu kali dan
Hepatitis B tiga kali sesuai umur yang seharusnya diberikan
- Tidak Lengkap : Apabila anak balita tidak lengkap mendapat imunisasi sesuai
dengan jenis dan umur yang seharusnya.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data di lakukan dengan mengajukan surat permohonan
izin penelitian pada institusi pendidikan program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan data yang cukup
untuk dijadikan sampel dalam penelitian, maka peneliti datang menemui petugas
Klinik Sari untuk mendapatkan data tentang calon responden, dan menjelaskan
kepada calon responden tentang tujuan dan manfaat penelitian kemudian meminta
persetujuan dari calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani
informed concernt dan memberikan kuesioner kepada responden, selanjutnya peneliti
menjelaskan kepada responden cara pengisian kuesioner dengan cara melingkari
jawaban yang dianggap benar oleh responden. Responden diberikan waktu untuk
mengisi kuesioner dengan jujur dan mengisi seluruh pertanyaan. Dalam pengisian
untuk menjawab pertanyaan yang kurang jelas. Setelah lembar kuesioner diisi oleh
responden, maka selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan data tersebut.
H. Rencana Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan data yang telah terkumpul diolah secara
manual dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Editing/pemeriksaan data,
dilakukan pengecekan kelengkapan-kelengkapan pada data pertanyaan yang telah
terkumpul. Bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka
diperbaiki kembali; 2) Coding/pemberian kode, data yang telah dikumpul dan hasil
jawaban dari setiap pertanyaan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya, kemudian
diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah ke komputer; 3)
Entry/pemasukan data komputer, data yang diproses kemudian dimasukkan ke dalam
program komputer untuk diolah; 4) Tabulating, memperoleh analisa dan pengolahan
data serta mengambil kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk tabel distribusi
dan frekuensi yaitu peran ayah (kepala keluarga, pencari nafkah, pendidik dan
pelindung). Kemudian data dimasukkan ke dalam bab lima dan dikonsulkan ke
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli – September 2010 terhadap 64
responden terhadap 180 populasi ayah yang mempunyai anak dan yang diimunisasi di
Klinik Sari Medan pada tahun 2010.
A. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Tabel 5.1.
Distribusi Karakteristik Responden di Klinik Sari Medan Tahun 2010
Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)
Berdasarkan tabel 5.1. dapat digambarkan bahwa sebagian besar pekerjaan
responden adalah pegawai swasta sebanyak 24 orang (37,5%), berdasarkan
pendidikan sebagian besar pendidikan responden adalah SLTA sebanyak 23 orang
(35,9%) dan bersarkan sumber informasi sebagian besar didapat responden dari
petugas kesehatan sebanyak 29 orang (45,4%).
2. Peran Responden
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tertera pada
tabel berikut ini :
Tabel 5.2.
Distribusi Pertanyaan Peran Responden Dalam Pemberian Imunisasi di Klinik Sari Medan Tahun 2010
No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah Ya Tidak
f % f % f % Peran Ayah sebagai Kepala Keluarga
1 Apakah Bapak sebagai kepala keluarga
meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga ?
62 96,8 2 3,2 64 100
2 Apakah Bapak sebagai kepala keluarga selalu mengingatkan istri untuk membawa anaknya di Imunisasi ?
42 65,6 22 34,4 64 100
3 Apakah Bapak mengetahui dampak yang
diakibatkan jika anak tidak di Imunisasi?
54 84,4 10 15,6 64 100
4 Apakah Bapak merasa terbebani jika mengantar anak untuk Imunisasi?
5 7,8 59 92,2 64 100
5 Apakah Bapak mengetahui manfaat dari
Imunisasi ?
54 84,4 10 15,6 64 100
Peran Ayah sebagai Pencari Nafkah
1 Sebagai pencari nafkah apakah bapak berusaha meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama imunisasi?
64 100 - - 64 100
2 Apakah bapak lebih mengutamakan kebutuhan
kesehatan anak dari pada kebutuhan diri sendiri?
64 100 - - 64 100
3 Apakah bapak lebih memilih imunisasi yang
gratis dari pada yang bayar?
60 93,7 4 6,3 64 100
4 Sebagai pencari nafkah apakah bapak merasa terbebani dengan tugas tersebut diatas?
6 9,4 58 90,6 64 100
5 Apakah bapak pernah memberikan uang kepada istri untuk biaya imunisasi anak?
No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah Ya Tidak
f % f % f % Peran Ayah sebagai Pendidik
1 Apakah bapak sebagai pendidik pernah
mengikuti penyuluhan tentang imunisasi?
- - 64 100 64 100
2 Apakah bapak tidak malu jika harus mengantar anak imunisasi?
7 10,9 57 89,1 64 100
3 Apakah bapak memberitahu istri jika imunisasi itu penting?
34 53,3 30 46,7 64 100
4 Apakah bapak sebagai pendidik juga
menginformasikan kepada anggota keluarga lain bahwa imunisasi itu penting?
2 3,2 62 96,8 64 100
5 Apakah bapak mengetahui bahwa imunisasi
diberikan kepada anak yang sehat?
11 17,2 53 82,8 64 100
Peran Ayah sebagai Pelindung
1 Saat anak demam setelah imunisasi, apakah bapak selalu ikut merawat?
40 62,5 24 37,5 64 100
2 Apakah bapak bersedia mengantar anak untuk imunisasi jika istri berhalangan ?
64 100 - - 64 100
3 Apakah bapak mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat?
64 100 - - 64 100
4 Apakah bapak memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak ?
9 14,0 55 86,0 64 100
5 Apakah bapak memberikan perhatian lebih kepada anak setelah diimunisasi?
58 90,6 6 9,4 64 100
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah sebagai kepala keluarga mayoritas responden menjawab ya adalah pertanyaan no 1
tentang Bapak sebagai kepala keluarga meluangkan waktu yang cukup untuk
keluarga yaitu 62 orang (98,8%), sedangkan yang menjawab tidak adalah pertanyaan
no 4 tentang bapak merasa terbebani jika mengantar anak untuk Imunisasi yaitu 59
orang (92.2%).
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah
sebagai pencari nafkah mayoritas responden menjawab ya adalah pertanyaan no 1
keluarga terutama imunisasi, pertanyaan no 2 tentang bapak lebih mengutamakan
kebutuhan kesehatan anak dari pada kebutuhan diri sendiri yaitu masing-masing 64
orang (100%), sedangkan yang menjawab tidak adalah pertanyaan no 4 tentang
pencari nafkah apakah bapak merasa terbebani dengan tugas yaitu 58 orang (90,6%).
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah
sebagai pendidik mayoritas responden yang menjawab ya adalah pertanyaan no 3
tentang bapak memberitahu istri jika imunisasi itu penting yaitu sebanyak 34 orang
(53,3%), sedangkan yang menjawab tidak adalah pertanyaan no 1 tentang bapak
sebagai pendidik pernah mengikuti penyuluhan tentang imunisasi yaitu sebanyak 64
orang (100%).
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang peran ayah
sebagai pelindung mayoritas responden yang menjawab ya adalah pertanyaan no 2
tentang bapak bersedia mengantar anak untuk imunisasi jika istri berhalangan dan
pertanyaan no 3 tentang bapak mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika
bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat yaitu masing-masing 64
orang (100%), sedangkan responden yang menjawab tidak adalah pertanyaan no 4
tentang bapak memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak
yaitu ada 55 orang (86%).
Adapun kategori peran ayah dalam pemebrian imunisasi di Klinik Sari Medan
Tabel 5.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Peran Ayah dalam Pemberian Imunisasi di Klinik Sari Medan Tahun 2010
Kategori Frekuensi Persentasi (%)
Baik
Pada tabel 5.3. di atas mayoritas responden memiliki kategori cukup dalam
pemberian imunisasi pada anak yaitu sebanyak 61 orang 995,3%), sedangkan yang
memiliki kategori baik sebanyak 3 orang (4,7%).
B. Pembahasan
Berikut ini dilakukan pembahasan karakteristik responen berdasarkan data
yang telah disajikan.
1. Karakteristik Demografi Responden
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 64
responden diketahui sebagian besar pekerjaan respoden adalah pegawai swasta yaitu
sebanyak 24 orang (37,5%). Pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pemahaman dan
pengetahuan untuk mendapatkan kesempatan dalam memperoleh informasi tentang
hal-hal yang berhubungan dengan imunisasi pada anak.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagian besar pendidikan
responden adalah tamat SLTA yaitu sebanyak 23 orang (35,9%). Tingkat pendidikan
seseorang akan mempengaruhi penerimaan hal-hal yang baru termasuk imunisasi
secara informal, yaitu berupa informasi-informasi dari orang lain atau berupa
pengalaman-pengalaman yang sudah memang dapat dibuktikan kebenarannya
(Notoatmodjo, 2003).
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 64 responden
sebagian besar mendapat sumber informasi dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 29
orang (45,4%). Sumber informasi dapat diperoleh dari berbagai macam misalnya
melalui media masa, media elektronik, buku petunjuk, kerabat, tetangga bahkan dari
petugas kesehatan yang merupakan suatu bentuk promosi kesehatan untuk
menyampaikan suatu informasi. Hal ini dapat menguatkan diri bagi ayah untuk dapat
berupaya untuk mencegah maupun berupaya untuk meningkatkan kesehatan anak
(Notoatmodjo, 2003).
2. Peran Ayah dalam Imunisasi pada Anak
Berdasarkan hasil penelitian peran ayah dalam imunisasi pada anak di Klinik
Sari Medan menunjukkan bahwa peran ayah sebagai kepala keluarga sebagian besar
responden yang menjawab ya yaitu sebanyak 62 orang (98,8%) dan yang menjawab
tidak sebanyak 59 orang (92,2%). Seorang ayah merupakan pria yang menopang
kehidupan kita serta merupakan pondasi bagi kehidupan keluarga. Kehadirannya
sebagai kepala keluarga sangat menentukan jalannya kehidupan keluarga itu sendiri.
Hasil penelitian peran ayah sebagai pencari nafkah mayoritas responden yang
menjawab ya sebanyak 64 orang (100%) dari pertanyaan no 1 dan 2, sedangkan yang
menjawab tidak sebanyak 58 orang (90,6%) dari pertanyaan no 4. Sebagai ayah
sepenuhnya menjadi tulang punggung keluarga dan menghidupi keluarga dari usaha
Hasil penelitian peran ayah sebagai pendidik mayoritas responden yang
menjawab ya sebanyak 34 orang (53,3%) dari pertanyaan no 3, sedangkan yang
menjawab tidak yaitu sebanyak 64 orang (100%) dari pertanyaan no 1. Seorang ayah
akan mendidik putra-putrinya untuk menjadi orang-orang yang tangguh meski
terkadang mereka bersikap keras kepada anak-anaknya.
Hasil penelitian peran ayah sebagai pelindung mayoritas responden yang
menjawab ya sebanyak 64 orang (100%) dari pertanyaan no 2 dan 3, sedangkan yang
menjawab tidak sebanyak 55 orang (86%) dari pertanyaan no 4. Sebagai seorang ayah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan karakteristik responden sebagian besar pekerjaan
responden adalah sebagai pegawai swasta sebanyak 24 orang (37,5%), pendidikan
responden sebagian besar mempunyai pendidikan tamat SLTA sebanyak 23 orang
(35,9%), sedangkan sumber informasi yang diperoleh responden sebagian besar dari
petugas kesehatan yaitu sebanyak 29 orang (45,4%). Sedangkan peran ayah dalam
imunisasi pada anak di Klinik Sari Medan menunjukkan mayoritas dalam kategori
cukup yaitu sebanyak 61 orang (95,3%) dan dalam kategori baik sebanyak 3 orang
(4,7%).
B. Saran
1. Diharapkan ayah dapat berperan aktif di dalam pemberian imunisasi yang sangat
diperlukan anak
2. Bagi Peneliti Lanjut
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian ini di
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pustaka, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Friedman, M, 1998. Keperawatan Keluarga, Jakarta.
Hidayat, A, 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Iwan, S, 2008. Pengasuhan Anak dalam keluarga ”The Next Lost Generation”, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Air Langga Minat Promosi Kesehatan dan ilmu perilaku, Oktober 2008.
Mangkey, 2008. Peranan Suami-Istri dalam Keluarga,
Melinda, C, 2009. Arti Seorang Ayah, tanggal 11 April 2009
Notoatmodjo, 2005. Metode Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Nurlaila, A., Petti Lubis., 2010. Bayi Memerlukan Imunisasi untuk Menjaga
Ketahanan Tubuhnya Terhadap Penyakit,
Diakses tanggal 15 Juni 2010.
Ranuh, Suyitno, H., Hadinegoro, S., Kartasasmita, C., Ismoedijanto., Soedjatmiko, 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Rini, 2009. Jadwal Imunisasi Konsultan Tumbuh Kembang Ibu Anak,
Saroso, S, 2010. Imunisasi, Pusat Informasi Penyakit Infeksi,
Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, Penerbit EGC, Jakarta.
Wardani, L, 2008. Berikanlah Imunisasi Tepat waktu sebagai pencegah PD3I,
WHO, 2006. Program Imunisasi : Satu miliar Dollar AS, Diakses tanggal 9 Juli 2010.
http://sudutpandang.com/2009/08/asi-langkah-nyata-ibu-untuk-indonesia-yang-lebih-baik/
Anto, 2008. Peran Bapak dalam Keluarga, tanggal 21 Februari 2008.
Wahjosumijo, kepemimpinan kepala sekolah (jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1999), 83.
Sam, A, 2008. Pengertian Keluarga 18 Desember 2008.
Wednesday, 16 July 2008 08:
INFORMED CONCENT
Perihal
: Pemberian informasi
Lampiran :
Satu lembar
Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul ”Peran
Ayah dalam Pemberian Imunisasi pada Anak di Klinik Sari Medan Tahun 2010”
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D-IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya mohon ketersediaan bapak
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Untuitu saya mohon kerja sama dengan memberikan informasi dengan
menjawab butir pertanyaan yang diajukan sesuai dengan kemampuan bapak yang
sebenarnya.
Penelitian ini tidak dilakukan tindakan apapun pada bapak, dan saya akan
menjaga kerahasiaan jawaban yang bapak berikan. Penelitian ini hanya akan
digunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu pengetahuan
Atas bantuan dan kerja sama yang baik, saya ucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2010
Hormat saya
KUESIONER PENELITIAN
PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK DI KLINIK SARI MEDAN
TAHUN 2010
B. Pemberian Imunisasi pada Anak
1. Apakah bapak pernah mendengar tentang imunisasi ? a. Pernah
b. Tidak pernah
2. Jika pernah, darimana bapak memperoleh informasi tersebut ? a. Petugas kesehatan
3. Pemberian Imunisasi di Klinik Sari Medan
No Pemberian Imunisasi Ada Tidak ada
1 BCG (1 kali)
1. Apakah bapak sebagai kepala keluarga meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga ?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah bapak sebagai kepala keluarga selalu mengingatkan istri untuk membawa anaknya diimunisasi ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah bapak mengetahui dampak yang diakibatkan jika anak tidak diimunisasi?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah bapak merasa terbebani jika mengantar anak untuk imunisasi ? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah bapak mengetahui manfaat dari imunisasi ? a. Ya
II. Pencari nafkah
1. Sebagai pencari nafkah apakah bapak berusaha meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama imunisasi ?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah bapak lebih mengutamakan kebutuhan kesehatan anak dari pada kebutuhan diri sendiri ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah bapak lebih memilih imunisasi yang gratis dari pada yang bayar ? a. Ya
b. Tidak
4. Sebagai pencari nafkah apakah bapak merasa terbebani dengan tugas tersebut diatas ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah bapak pernah memberikan uang lepada istri untuk biaya imunisasi anak ? a. Ya
b. Tidak
III. Pendidik
1. Apakah bapak sebagai pendidik pernah mengikuti penyuluhan tentang imunisasi ? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah bapak tidak malu jika harus mengantar anak imunisasi ? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah bapak memberitahu istri jika imunisasi itu penting ? a. Ya
4. Apakah bapak sebagai pendidik juga mengajak bapak-bapak lain untuk menemani anaknya untuk imunisasi ?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah bapak mengetahui bahwa imunisasi diberikan kepada anak yang sehat ? a. Ya
b. Tidak
IV. Pelindung
1. Saat anak demam setelah imunisasi, apakah bapak selalu ikut merawat ? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah bapak bersedia mengantar anak untuk imunisasi jika istri berhalangan ? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah bapak mengikuti saran yang diberikan petugas kesehatan jika bekas suntikan imunisasi harus dikompres dengan air hangat ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah bapak memperhatikan vaksin imunisasi yang akan diberikan kepada anak? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah bapak memberikan perhatian lebih kepada anak yang setelah diimunisasi ? a. Ya