• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN WINGEOM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 35 MEDAN T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN WINGEOM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 35 MEDAN T.A 2015/2016."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

iii

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN WINGEOM PADA SISWA KELAS VIII

SMP N 35 MEDAN T.A 2015/2016

Yohanna Lubis (4123311059) ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran siswa, padahal palajaran Matematika mendapat bagian yang cukup besar dibandingkan jam pelajaran lain. Oleh karena itu model pembelajaran sangat mempengaruhi kemampuan penalaran siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan penalaran siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik dari pada model pembelajaran problem based learning berbantuan wingeom. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP N 35 Medan semester genap yang terdiri dari 8 kelas paralel dan yang menjadi sampel adalah dua kelas yang dipilih secara acak diamana kelas VIII 7 sebagai kelas eksperimen 1 (menggunakan model pembelajaran discovery learning) dan kelas VIII 8 sebagai kelas eksperimen 2 (menggunakan model pembelajaran problem based learning) dengan masing-masing jumlah sampel 30 orang dalam tiap kelas. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrument yaitu pre-test dan post-test yang telah divalidasi dalam bentuk uraian. Rata-rata peningkatan nilai siswa di kelas eksperimen 1 adalah 17,933 dengan peningkatan nilai terendah 7 dan peningkatan nilai tertinggi 32. Sedangkan rata-rata peningkatan siswa di kelas eksperimen 2 adalah 12,833 dengan peningkatan nilai terendah 2 dan peningkatan nilai tertinggi 30. Dari hasil analisis data pre-test pada kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama. Dari uji hipotesis data selisih nilai pretes-posttes pada kedua sampel diperoleh thitung> ttabel( 2,493 > 1,671) artinya bahwa kemampuan penalaran siswa menggonakan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada model pembelajaran problem based learning berbantuan wingeom di kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2015/2016.

(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang

direncanakan. Skripsi berjudul “Perbandingan Kemampuan Penalaran Siswa

Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Wingeom Pada Siswa Kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2015/2016”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erlinawaty Simanjuntak, S.Pd, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. H.Banjarnahor, Ibu Dra. Mariani, M.Pd, dan Ibu Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

(4)

v

Pegawai SMP N 35 Medan yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang tersayang Emlisar Lubis, Ibunda tercinta Nikmat Anakampun, S.Pdi, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai harganya. Serta Adik tersayang Yusuf Lubis, Satria Hardiansyah Lubis dan Mutia Lubis yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu Ridha Lestari, Iko Mustafa B. M, Rizki Kurniawan dan semua teman-teman sekelas Matematika Ekstensi B’12 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa. Terima kasih juga kepada teman-teman PPLT Unimed 2015 di SMP Pembangunan Galang, yang selalu memberi dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis

(5)

vi DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 8

1.3 Batasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Pembelajaran Matematika 10

2.1.2 Kemampuan Penalaran Matematik 12

2.1.3 Model Pembelajaran 14

2.1.4 Model Pembelajaran Discovery Learning 15 2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran

Discovery Learning 15

2.1.4.2 Keunggulan Model Pembelajaran

Discovery Learning 16

2.1.4.3 Kelemahan Model Pembelajaran

Discovery Learning 17

2.1.4.4 Langkah-langkah Dalam Proses Pembelajaran

Discovery Learning 17

4.1.4.5 Teori Belajar Yang Mendukung

Discovery Learning 18

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning 19 2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran PBL 19 2.1.5.2 Keunggulan Model Pembelajaran PBL 20 2.1.5.3 Kelemahan Model Pembelajaran PBL 21 2.1.5.4 Langkah-langkah Dalam Proses

(6)

vii

2.1.5.5 Teori Belajar Yang Mendukung PBL 22

2.1.6 Aplikasi Komputer Wingeom 24

2.1.7 Materi Kubus Dan Balok 25

2.1.7.1 Unsur-unsur Pada Kubus Dan Balok 25

2.1.7.1.1 Kubus 25

2.1.7.1.2 Balok 26

2.1.7.2 Jaring-jaring Kubus Dan Balok 27

2.1.7.2.1 Model Kerangka Kubus Dan Balok 27

2.1.7.2.2 Jaring-jaring Kubus 28

2.1.7.2.3 Jaring-jaring Balok 29

2.1.7.3 Luas Permukaan Kubus Dan Balok 30

2.1.7.3.1 Luas Permukaan Kubus 30

2.1.7.3.2 Luas Permukaan Balok 30

2.1.7.4 Volume Kubus Dan Balok 30

2.1.7.4.1 Volume Kubus 30

2.1.7.4.2 Volume Balok 31

2.2 Penelitian Yang Relevan 31

2.3 Kerangka Konseptual 32

2.4 Hipotesis Penelitian 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 35

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 35

3.3.1 Populasi Penelitian 35

3.3.2 Sampel Penelitian 35

3.4 Variabel Penelitian 36

3.4.1 Variabel Bebas 36

3.4.2 Variabel Terikat 36

3.5 Instrumen Penelitian 37

3.5.1 Pre-test (Test Awal) 37

3.5.2 Post-test (Tes Sesudah Perlakuan) 37

3.6 Desain Penelitian 42

3.7 Prosedur Penelitian 43

3.8 Uji Prasyarat Instrumen 45

3.8.1 Validitas Tes 45

3.8.2 Reliabilitas Instrumen Tes 46

3.9 Teknik Analisis Data 47

3.9.1 Uji Normalitas 47

3.9.2 Uji Homogenitas 48

(7)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian 53

4.1.1 Analisis Tes Kemampuan Penalaran 53

4.1.1.1 Deskriptif Tes Kemampuan Penalaran Siswa 54

4.1.1.2 Uji Normalitas Data 57

4.1.1.3 Uji Homogenitas Data 58

4.1.1.4 Uji Hipotesis Data 59

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif Pola Jawaban Siswa 61 4.1.3 Deskriptif Kendala Yang Dihadapi Guru 77

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 81

5.2 Saran 81

(8)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Dalam Proses Pembelajaran PBL 21

Tabel 2.2. Diagonal Sisi Kubus 26

Tabel 2.3. Diagonal Sisi Balok 27

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pre-Test 37

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Post-Test 38

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran 39

Tabel 3.4 Pedoman Pengklasifikasian Penalaran Matematik

Matematika Siswa dengan skala 5 40

Tabel 3.5 Desain Penelitian Two Group (Pre-test dan Pos-test) 43 Tabel 4.1 Peningkatan Nilai Siswa Kelas Eksperimen 1 54 Tabel 4.2 Peningkatan Nilai Siswa Kelas Eksperimen 2 56 Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Pretes Siswa 58 Tabel 4.4 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Peningkatan Siswa 58 Tabel 4.5 Perhitungan Uji Homogenitas Data Pretes Siswa 58 Tabel 4.6 Perhitungan Uji Homogenitas Data Peningkatan Siswa 59 Tabel 4.5 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Data Kemampuan Penalarana 60

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Jawaban Siswa 4

Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH 25

Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH 26

Gambar 2.3 Jaring-jaring Kubus 28

Gambar 2.4 Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus 29

Gambar 2.5 Jaring-jaring Balok 29

Gambar 2.6 Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok 29

Gambar 3.1 Skema Prosdur Penelitian 45

Gambar 4.1 Diagram Batang Peningkatan Kemampuan

Penalaran Siswa Kelas Eksperimen 1 55 Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Kemampuan

Penalaran Siswa Kelas Eksperimen 2 56

(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I

(RPP I) Discovery Learning 85

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II

(RPP II) Discovery Learning 93

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP I) PBL 101 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajarn II (RPP II) PBL 108

Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa I 116

Lampiran 6 Lembar Aktifitas Siswa II 120

Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa I 127 Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktifitas Siswa II 132

Lampiran 9 Kisi-kisi Pre-Test (TKP I) 138

Lampiran 10 Lembar Validasi Freetest 139

Lampiran 11 Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas Dan

Reliabilitas Freetest 143

Lampiran 12 Perhitungan Validitas Freetest 145 Lampiran 13 Perhitungan Reliabilitas Freetest 147 Lampiran 14 Pre-Test (Tes Kemampuan Penalaran I) 151 Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Pre-Test

(Tes Kemampuan Penalaran I) 152

Lampiran 16 Pedomanan Penskroran Pre-Test

(Tes Kemampuan Penalaran I) 155

Lampiran 17 Kisi-kisi Post-Test (TKP II) 153

Lampiran 18 Lembar Validasi Posttest 157

Lampiran 19 Hasil Tes Uji Coba Untuk Mencari Validitas Dan

Reliabilitas Posttest 161

Lampiran 20 Perhitungan Validitas Posttest 163 Lampiran 21 Perhitungan Reliabilitas Posttest 164 Lampiran 22 Post-Test (Tes Kemampuan Penalaran II) 167 Lampiran 23 Alternatif Penyelesaian Post-Test

(Tes Kemampuan Penalaran II) 168

Lampiran 24 Pedomanan Penskroran Post-Test

(Tes Kemampuan Penalaran II) 173

Lampiran 25 Lembar Observasi 1 Kelas Eksperimen 1 175 Lampiran 26 Lembar Observasi 1 Kelas Eksperimen 2 177 Lampiran 27 Lembar Observasi 2 Kelas Eksperimen 1 179 Lampiran 28 Lembar Observasi 2 Kelas Eksperimen 2 181 Lampiran 29 Data Hasil Selisih Freetest Dan Posttest 183 Lampiran 30 Perhitungan Rata-rata, STDEV Dan Variansi 185 Lampiran 31 Uji Normalitas Selisih Data Freetest Dan Posttest 188 Lampiran 32 Uji Homogenitas Selisih Data Freetest Dan Posttest 196

Lampiran 33 Perhitungan Uji Hipotesis 200

Lampiran 34 Analisis Pola Jawaban Siswa 206

Lampiran 35 Tabel Harga Kritik Dan r Product Moment 209 Lampiran 36 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 211

Lampiran 37 Daftar Distribusi F 212

Lampiran 38 Daftar Distribusi t 214

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan IPTEK dewasa ini menuntut semua pihak untuk meningkatkan pendidikan sehingga memacu dunia pendidikan untuk berpola pikir cepat, cermat, tepat dan akurat sehingga diperlukan generasi penerus bangsa yang bermutu tinggi. Pendidikan merupakan bidang penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan dapat diterima dari lingkungan akademik maupun lingkungan masyarakat. Sekolah merupakan lingkungan akademik untuk memperoleh pendidikan formal. Pendidikan formal yaitu adanya mata pelajaran yang diberikan di sekolah tersebut dan diatur oleh kurikulum. Pendidikan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Seperti yang diungkapkan oleh Trianto (2011:1) bahwa :

“Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.”

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika, karena dapat menumbuh kembangkan kemampuan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide dalam memecahkan masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam pendidikan formal dan mengambil peran sangat penting dalam dunia pendidikan. Cockroft (dalam Mulyono, 2012:204) mengemukakan :

(12)

2

“Matematika perlu diajarkan karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Menurut Mulyono (2012:202) banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

Oleh karena itu matematika merupakan mata pelajaran wajib dan penting dalam pendidikan formal. Salah satu kemampuan yang erat kaitannya dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu. Kemampuan ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karena dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika. Liebeck (dalam Mulyono, 2012:204) mengatakan “ada dua macam hasil matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Dari sini dapat dikatakan bahwa upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir logis dapat menjembatani pada peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep matematika. Oleh karena itu penalaran adalah salah satu kemampuan matematika yang berperan penting dalam keberhasilan siswa.

(13)

3

memahami matematika, atau faktor eksternal siswa, seperti guru yang menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga menimbulkan rasa jenuh, bahkan teman belajar di kelas yang tidak menyenangkan bisa mempengaruhi juga.

Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang perlu di perhatikan adalah ketepatan dalam memilih metode mengajar, metode mengajar yang dipilih harus sesuai dengan tujuan, jenis dan sifat materi yang diajarkan. Kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode tersebut sangat berpengaruh terhadap penalaran siswa. Kurang tepatnya menggunakan suatu metode dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton sehingga mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran matematika.

Pada kenyataannya metode yang sering dijumpai dilapangan adalah masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Bahkan pada umumnya guru hanya menerapkan metode pembelajaran ceramah, tanya jawab, mencatat, dan mengerjakan soal. Pembelajaran hanya berlangsung satu arah, metode pembelajaran kurang bervariasi dan penggunaan media pembelajaran kurang optimal. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal.

Hal ini didukung dari hasil observasi awal peneliti Hal ini didukung dari hasil observasi awal peneliti (tanggal 29 Februari 2016) berupa pemberian tes diagnostik kepada siswa kelas XI-6 SMP Negeri 35 Medan, tes yang diberi berupa 5 soal dalam bentuk esai tes. Tes ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi Kubus dan Balok.

(14)

4

Diketahui luas permukaan kubus 216 cm2. Hitunglah panjang rusuk dan volume kubus tersebut!

Gambar 1.1 Jawaban Siswa

Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan terdapat 45,1 % siswa mencari panjang rusuk masih dalam bentuk s2 = 36 cm2. Siswa belum memahami bahwa rusuk adalah s dan dalam satuan panjang cm. Padahal untuk mencari pajang rusuk siswa harus mencari nilai s bukan s2. Sehingga jawaban siswa juga salah dalam menjawab volume kubus tersebut.

(15)

5

Diperoleh juga informasi berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 35 Medan, yang diungkapkan oleh Bapak Walhinson menyantakan bahwa “Peserta didik di sekolah ini menganggap matematika itu sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami, terlebih pada materi kubus dan balok”. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian pada tahun pelajaran 2014/2015 hanya 37,9% dari keseluruhan kelas VIII yang bisa mencapai ketuntasan belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Adapun faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah (1) peserta didik masih terfokus pada rumus; (2) peserta didik tidak mampu memahami soal; (3) peserta didik tidak mempunyai minat untuk mempelajari materi; (4) penyampaian materi yang kurang bisa diterima peserta didik.

Melihat kondisi diatas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi kebutuhan proses kegiatan belajar mengajar yang melatih kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, misalnya dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Discovery Learning dan

PBL merupakan model pembelajaran yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Model pembelajaran Discovery Learning lebih menekankan kepada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Didalam proses belajar siswa tidak hanya menerima informasi dari guru tetapi juga menemukan langsung materi pelajaran itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Bruner (dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014:92) bahwa :

(16)

6

gaya belajar mereka sendiri sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Menurut Liebeck (dalam Mulyono 2012:204) bahwa ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematis dan penalaran matematis. Berdasarkan hasil belajar matematika seperti itu maka Lerner (dalam Mulyono 2012:204) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup 3 elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.

Berdasarkan penjelasan tersebut tergambar bahwa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning akan mendorong siswa untuk menemukan sendiri konsep matematik dan juga melatih keterampilan siswa, disamping itu siswa juga akan dilatih untuk menyelesaikan permasalahan yang berasal dari masalah yang direkayasa oleh guru. Karena itulah model pembelajaran discovery learning mampu meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Sedangkan Model Problem Based Learning (PBL) menurut Ward dalam Ngalimun (2014: 89) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Sedangkan menurut

Padmavathy dan Maaresh (2013 : 47) “ PBL menggambarkan kegiatan belajar di

mana dengan adanya masalah mendorong pembelajaran. Artinya, pembelajaran dimulai dengan masalah yang harus diselesaikan, dan masalah yang diajukan adalah sedemikian rupa sehingga siswa perlu mendapatkan pengetahuan baru sebelum mereka dapat memecahkan masalah. Sejalan dengan hal tersebut, Regehr dan Norman dalam (Mansor dkk. 2014: 261) menyatakan “PBL didasarkan pada asumsi bahwa belajar bukanlah proses penerimaan, melainkan, konstruksi pengetahuan baru “.

PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

(17)

7

siswa. Mengingat fungsi media dalam proses pembelajaran selain penyaji stimulus juga untuk meningkatkan keserasian terutama dalam menerima informasi. Salah satu media belajar adalah ICT. Penggunaan ICT dengan baik dalam pembelajaran memiliki pengaruh positif bagi perkembangan belajar siswa. Media belajar ICT yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika adalah wingeom. Pembelajaran dengan berbantuan software matematika wingeom diharapkan mampu meningkatkan penalaran siswa. Aplikasi wingeom adalah salah satu perangkat lunak matematika dinamik untuk topik geometri. Program ini memuat program wingeom 2-dim , untuk geometri dimensi dua dan wingeom 3-dim untuk geometri dimensi tiga, dalam jendela yang terpisah. Disamping itu juga memuat program untuk geometri hiperbolis dan geometri bola. Fasilitas wingeom yang cukup lengkap, baik untuk dimensi dua maupun dimensi tiga. Salah satu fasilitas yang menarik yang dimiliki program ini adalah fasilitas animasi yang begitu mudah. Misalnya benda-benda dimensi tiga dapat diputar, sehingga visualisasinya akan nampak begitu jelas.

Dalam pembelajaran geometri, visualisasi dari bentuk-bentuk geometri sangat dibutuhkan sehingga peserta didik diharapkan mampu memahami konsep-konsep geometri. Dan dengan aplikasi ini siswa diharapkan mampu memvisualisasikan bentuk kubus dan balok, menentukan luas permukaan dan volume kubus dan balok.Dan bahan ajar yang ditampilkan lebih menarik dengan menggunakakan aplikasi Aurora 3D.

Dari uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana perbedaan model

pembelajaran Discovery Learning dengan model pembelajaran Problem Based Learning

terhadap kemampuan penalaran siswa pada materi kubus dan balok, maka peneliti tertarik

(18)

8

1.1Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa pertanyaan sebagai indentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah. 2. Siswa menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit.

3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif dan efektif.

4. Guru di sekolah ini belum menggunakan model pembelajaran discovery learning dan problem based learning.

5. Guru di sekolah ini belum pernah menggunakan media pembelajaran elektronik berbentuk software wingeom.

1.2Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, maka peneliti membatasi masalah penelitian. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Berbantuan Wingeom Pada Siswa Kelas VIII SMP N 35 Medan T.A 2015/2016. 1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan penalaran siswa yang diajar dengan model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan wingeom pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 35 Medan?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah kemampuan penalaran siswa yang diajar

(19)

9

2. Untuk mengetahui bagaimana pola jawaban siswa di kelas discovery learning dan di kelas problem based learning.

1.5Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini memberi

manfaat antara lain :

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan khususnya guru matematika untuk menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pengajaran matematika. 2. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan

bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

3. Bagi siswa, dapat menjadi pengalaman belajar guna meningkatkan kemampuan penalaran siswa dan memberikan hasil belajar yang memuaskan.

(20)

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik dari pada kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning pada materi kubus dan balok di SMP N 35 Medan

T.A 2015/2016. Dengan rata-rata peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning adalah sebesar 17,933, sedangkan rata-rata peningkatan

kemampuan penalaran matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning adalah sebesar 12,833.

2. Dari lembar jawaban posttes siswa diperoleh bahwa pola jawaban siswa dikelas yang diajarkan dengan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada pola jawaban siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, disarankan untuk dapat mengajarkan materi kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan sendiri konsep kubus dan balok sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Oleh karena itu kepada guru dapat diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan terhadap model pembelajaran discovery learning dan model pembelajaran problem based learning yang

(21)

82

memungkinkan untuk diterapkan sebagai usaha dalam meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

2. Bagi guru dan peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih memotivasi siswa agar siswa tidak malu-malu dalam mengeluarkan pendapat dan mempresentasikan pelajaran didepan kelas dan lebi memfasilitasi siswa ketika belajar kelompok.

3. Bagi mahasiswa atau peneliti selanjutnya sisarankan untuk lebih mengatur waktu sebaik mungkin ketika menggunakan model pembelajaran berkelompok dan memberikan pengarahan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan pikiran-pikiran atau ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

(22)

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Arsefa, Dezi. 2014. Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Dalam

Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Jurnal Volume 1, Tahun 2012 ISSN 2355-0473. Diambil dari http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014 /01/Prosiding-15-Januari-2014.pdf (7 Februari 2016).

Fahmi, A. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Dan Komunikasi Matematik Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Goegebra di Kelas VIII SMP Negeri 1 Samudera. Unimed : Tesis.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.

Indriyani, E. 2013. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Spasial Dan Disposisi Matematis Siswa Yang Diberi Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele Dengan Dan Tanpa Aplikasi Wingeom Di SMP Negeri 4 Binjai. Unimed : Tesis.

Jafar, H. 2015. Penerapan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Di SMP Swasta Eria Meda T.A 2014/2015. Unimed : Skripsi.

Mansor, A.N., Abdullah, N.O., Wahab, J.A., Rasul, M.S., Nor, M.Y.M., Nor, N.M., dan Raof, R.A.Managing Problem-Based Learning: Challenges and Solution for Educational Practice. Asian Social Science; Vol. 11, No. 4; 2015 ISSN 1911-2017 E-ISSN 1911-2025, 2013. Diambil dari http://respository.um.edu.my/99826/1/ASS-Managing%20Problem-Based%20Learning-azlin.pdf (15 Januari 2015).

Marsigit, Erliani, E., Dhoruri, A., dan Sugiman.2011. Matematika 2. Jakarta:PT. Quadra Inti Solusi.

Ngalimun. 2014.Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo

Ningrum, Marina Sulistya. 2013. Penerapan Pendekatan Open-Ended Berbantuan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik dan Aktivitas Aktif Siswa Kelas VIII SMP. Unimed: Tesis.

(23)

84

Konvensional Di SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 2. Diambil dari

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29439-Jurnal%20109-119.pdf.

Padmavathy, R.D, dan K, Maaresh.Effectiveness of Problem Based Learning In Mathematics. International Multidisciplinary e-Journal. ISSN 2277-4262,

2013. Diambil dari

http://shreeprakashan.com/Documents/2013128181315606.6.%20Padma %20Sasi.pdf (15 Januari 2015).

Rahmadani, E. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Disposisi Matematis Siswa Bebantuan Geoboard. Unimed : Tesis.

Sariningsih, Ratna. 2014. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa SMA Menggunakan Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Volume 1, Tahun 2012 ISSN 2355-0473. Diambil dari http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/ files/2014/01/Prosiding-15-Januari-2014.pdf (17 Februari 2016).

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito

Gambar

Gambar 1.1   Jawaban Siswa Gambar 2.1   Kubus ABCD.EFGH
Gambar 1.1 Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

dalam penelitian ini yaitu dapat menjadi sosok pengganti ayah yang tidak. ada di rumah, mendapatkan figur yang seimbang dalam equality gender

Scanned by CamScanner... Scanned

Perusahaan PT.Roi Surya Prima Farma memproduksi produk – produk kosmetik terdiri dari berbagai merek yang masih berada dalam satu kategori kosmetik, yaitu perawatan

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Sembakung , dimana perusahaan saudara

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Nunukan Selatan , dimana perusahaan saudara

beberapa strategi yang dapat direkomendasikan 12 strategi untuk menunjang pemanfaatan sumberdaya sebagai area ekowisata berkelanjutan yaitu: Peningkatan promosi dan

Sehubungan dengan hasil evaluasi penawaran saudara, perihal penawaran Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan di Kecamatan Nunukan , dimana perusahaan saudara

Setelah pemberian aquades dan larutan KCNS 10 % terlihat perubahan warna pada masing – masing tabung reaksi, pada tabung reaksi dengan volume NH4Fe(SO4)2 1 ml warna