PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE
TALKING STICK DI KELAS XI SMA SWASTA PAB KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
Oleh : Elsi Abri Sartika NIM. 4122111027
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Elsi Abri Sartika adalah anak ke-2 dari 8 bersaudara, tepatnya lahir di
Pintupadang pada tanggal 5 Oktober 1993. Ayah bernama Marwadi Parningotan
Hasibuan dan ibu bernama Khoiriah Lubis. Pada tahun 2000, penulis masuk SD
Negeri 100010 Pintupadang dan lulus pada tahun 2006 dan melanjutkan
pendidikan di SMP Swasta Nurul ‘Ilmi Padangsidimpuan dan lulus tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Swasta Nurul ‘Ilmi
Padangsidimpuan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan (FMIPA
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DI KELAS XI SMA SWASTA PAB KECAMATAN
PERCUTSEI TUAN Elsi Abri Sartika (4122111027)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada materi limit di kelas XI SMA Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Swasta PAB di Kec. Percut Sei tuan, Kab. Deli Serdang pada Tahun Ajaran 2015/2016 sebanyak 6 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 199 orang. Populasi pada penelitan ini dari 6 kelas dipilih 2 kelas secara acak sebagai kelas eksperimen A untuk pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dan kelas eksperimen B untuk pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan instrumen berupa essai tes yang telah valid dengan jumlah 10 butir soal pretest dan 10 butir soal postest.
Nilai rata-rata hasil pretest eksperimen A sebesar 38,68 dan nilai rata-rata hasil pretest kelas eksperimen B sebesar 38,36. Dari hasil analisis data pretest kelas eksperimen A diperoleh L0 = 0,146 < Ltabel = 0,173, dan data pretest kelas
eksperimen B diperoleh L0=0,102 < Ltabel = 0,173. Sehingga disimpulkan data
pretest kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data pretest diperoleh bahwa kedua sampel homogen, dengan Fhitung = 1,082 < Ftabel = 2,65.
Nilai rata hasil postest kelas eksperimen A sebesar 81,6 dan nilai rata-rata hasil postest kelas eksperimen B sebesar 74,32. Dari hasil analisis data postest kelas eksperimen A diperoleh L0 = 0,093 < Ltabel = 0,173, dan hasil postest kelas
eksperimen B diperoleh L0= 0,102 < Ltabel = 0,173. Sehingga disimpulkan data
postest kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data postest kedua sampel homogen dengan Fhitung = 1,046 < Ftabel = 2,65. Setelah dilakukan uji
hipotesis menggunakan uji-t diperoleh bahwa thitung = 1,868 dan ttabel = 1,679. Hal
ini berarti thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 tidak ditolak. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) di kelas XI IPS SMA Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Skripsi yang berjudul “ Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Model Kooperatif Tipe STAD dengan Model Kooperatif Tipe Talking Stick di Kelas XI SMA Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan”,
disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan dorongan,
bimbingan serta saran kepada penulis sejak awal pembuatan proposal penelitian
hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Edy Syahputra, M.Pd., Bapak Prof. Dr. M.
Manullang, M.Pd., dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosen–dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian
hingga terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin
Lubis, M.Pd, selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku
Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D,
selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika, Bapak Dr. Syafari, M.Pd
selaku dosen Pembimbing Akademik dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf
Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah memberikan bantuan
demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Hj. Roslaini
selaku kepala sekolah SMA Swasta PAB 1 Medan Estate yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Nola Afni Oktavia, S.Pd selaku guru
v
Medan Estate yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di
sekolah tersebut.
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta
Marwadi Parningotan Hasibuan dan Ibunda tercinta Khoiriah Lubis yang terus
memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi
ini, juga kepada abang Aldi, Zul, Isman, Bagus, Gun, Tisi, Dian dan bang Eka
Prasetya Cahyo yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Wulan, Winda,
Rahman, Ridwan, Tia, Suci, Sinta, Dilah, Fitri, Ummu, Fany, Weny, Sri dan
teman-teman lain yang tidak bisa disebut satu persatu, semangat dan do’anya
hingga skripsi ini dapat selesai sebagaimana yang diharapkan.
Tak lupa pula rasa terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman
program studi pendidikan matematika kelas reguler C 2012 atas semangatnya dan
dorongannya.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.
Medan, September 2016
Penulis,
Elsi Abri Sartika
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Penelitian i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar viii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 9
1.3 Batasan Masalah 10
1.4 Rumusan Masalah 10
1.5 Tujuan Penelitian 10
1.6 Manfaat Penelitian 11
1.7 Defenisi Operasional 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis 13
2.1.1 Pengertian Belajar 13
2.1.2 Hasil Belajar Matematika 14
2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif 15
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
Division (STAD) 20
2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick 24
2.2Limit 26
2.2.1 Limit Fungsi f(x) untuk x→a ( a≠0 ) 27
2.2.2 Limit Fungsi f(x) untuk x→0 27
2.2.3 Limit Fungsi f(x) untuk x→∞ 27
2.3 Kerangka Konseptual 29
2.4 Hipotesis 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 33
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 33
3.2.1 Populasi Penelitian 33
3.2.2 Sampel Penelitian 33
3.3 Variabel Penelitian 34
3.3.1 Variabel Bebas 34
vii
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 34
3.5 Prosedur Penelitian 35
3.5.1 Tahap Persiapan 35
3.5.2 Tahap Pelaksanaan 35
3.5.3 Tahap Akhir Penelitian 36
3.6 Instrumen Pengumpul Data 38
3.7 Teknik Analisis Data 38
3.7.1 Menentukan Nilai Rata – Rata 38
3.7.2 Menentukan Standart Deviasi 38
3.7.3 Uji Normalitas 39
3.7.4 Uji Homogenitas 40
3.7.5 Uji Hipotesis 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 42
4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 42
4.1.1.1 Nilai Pretes Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 42 4.1.1.2 Nilai Postes Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 43
4.1.2 Analisis Data Hasil Penelitian 44
4.1.2.1 Uji Normalitas 44
4.1.2.2. Uji Homogenitas 45
4.1.2.3 Uji Hipotesis Pretes 45
4.1.2.4 Uji Hipotesis Postes 46
4.2 Pembahasan Penelitian 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran 50
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Kesalahan Siswa dalam Penyelesaian Soal 2
Gambar 1.2 Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Limit 6
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian 37
Gambar 4.1 Diagram Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas 43 Eksperimen B
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 17 Tabel 2.2 Fase – Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 21 Tabel 2.3 Perhitungan Skor Perkembangan 22 Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok 23 Tabel 3.1 Pretest – Postest Control Group Design 35
Tabel 4.1 Data Kemampuan Awal Siswa 42
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa 43
Table 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar 44
Tabel 4.4 Data Hasil Uji Homogenitas 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) 54 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) 59 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) 64 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) 69 Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 74 Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa 2 (LAS 2) 77 Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 79 Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa 2 (LAS 2) 81
Lampiran 9 Kisi – Kisi Soal 83
Lampiran 10 Soal Pretest 84
Lampiran 11 Alternatif Penyelesaian Soal Pretest 85
Lampiran 12 Soal Postest 88
Lampiran 13 Alternatif Penyelesaian Soal Postest 89 Lampiran 14 Pedoman Penskoran Pretest dan Postest 93
Lampiran 15 Lembar Jawaban Pretest 96
Lampiran 16 Lembar Jawaban Postest 101
Lampiran 17 Lembar Validasi Soal Pretest Hasil Belajar Matematika Siswa 106 Lampiran 18 Lembar Validasi Soal Postest Hasil Belajar Matematika Siswa 109
Lampiran 19 Daftar Nama Siswa 112
Lampiran 20 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Kelas Eksperimen A 114
Lampiran 21 Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen A 116 Lampiran 22 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Kelas Eksperimen B 117
Lampiran 23 Tabulasi Data Kelas Eksperimen B 119 Lampiran 24 Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen A 120 Lampiran 25 Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen B 123
Lampiran 26 Uji Homogenitas 125
Lampiran 27 Perhitungan Uji Hipotesis Pretest 127 Lampiran 28 Perhitungan Uji Hipotesis Postest 129 Lampiran 29 Tabulasi Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 131
Lampiran 30 Tabulasi Data Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 133
Lampiran 31 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke Z 135 Lampiran 32 Daftar Nilai Kritis Uji Liliefors 137
Lampiran 33 Tabel Distribusi Nilai F 138
Lampiran 34 Tabel Nilai - Nilai Distribusi t 139
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata
pelajaran. Hasil belajar biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau
angka-angka. Hasil belajar siswa khususnya di Sumatera Utara pada tahun 2015
mengalami penurunan dari tahun 2014 lalu. Hal ini dibuktikan dengan hasil UN
yang diikuti oleh 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara tahun 2015 baik ditingkat
SMP, SMA maupun SMK mengalami penurunan dari tahun 2014 lalu.
Tingkat SMP nilai rata-rata UN tahun 2014 adalah 76,33 sedangkan pada
tahun 2015 nilai rata-rata UN tingkat SMP adalah 71,02. Untuk tingkat SMP
terjadi penurunan rata-rata nilai UN dari tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 5,30.
Tingkat SMA nilai rata UN tahun 2014 adalah 68,06 sedangkan nilai
rata-rata UN SMA tahun 2015 adalah 67,99. Untuk tingkat SMA terjadi penurunan
rata nilai UN dari 2014 ke tahun 2015 sebesar 0,07. Tingkat SMK nilai
rata-rata UN tahun 2014 adalah 71,72 sedangkan pada tahun 2015 nilai rata-rata-rata-rata UN
tingkat SMK adalah 66,00. Untuk tingkat SMK terjadi penurunan rata-rata nilai
UN dari tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 5,7.
(http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/indeks-integritas-dan-rata-rata-nilai-ujian-nasional-tahun-2015-seluruh-indonesia/)
Salah satu mata pelajaran yang masuk dalam ujian nasional adalah
matematika, sehingga hasil belajar matematika menjadi hal yang harus
diperhatikan. Namun hasil belajar matematika siswa disekolah masih banyak yang
kurang memuaskan, seperti hasil belajar matematika di kelas XI SMA Swasta
PAB di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dapat
2
lalu. Hasil belajar matematika siswa sebagian besar masih di bawah KKM yaitu di
bawah nilai 70. Selain hasil ujian semester, hasil belajar matematika yang rendah
ini juga dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti. Observasi ini
dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa tentang materi prasyarat limit
fungsi aljabar yaitu metode subsitusi, pemfaktoran dan pembagian aljabar, serta
merasionalkan bentuk akar. Berdasarkan hasil observasi dari 41 siswa yang di uji
nilai tertinggi yang diperoleh adalah 63 sebanyak empat siswa sedangkan nilai
terendah adalah 10 sebanyak satu siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh
nilai di atas KKM.
Hasil belajar matematika yang rendah ini terjadi karena tidak jarang
matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Hal ini dapat
dibuktikan dari kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam pengerjaan soal pada
materi prasyarat limit tepatnya faktorisasi aljabar.
Gambar 1.1 Kesalahan Siswa dalam Penyelesaian Soal
Pada langkah ke dua hasil pemfaktoran �2 + 8� −20= � −2 �+ 10
bukan ( x – 4 ) ( x + 5 ). Kesalahan pada langkah ke dua ini akan mengakibatkan
kesalahan pada langkah berikutnya. Adapun pengerjaan yang sebenarnya adalah
sebagai berikut :
�2+8�−20
�2−5�+6 =
�−2 �+10
�−2 �−3 ( dibagi dengan �−2 �−2 )
3
Hasil belajar matematika yang rendah disebabkan karena matematika
dianggap pelajaran yang sulit oleh siswa juga di dukung oleh Surya ( 2012 : 1-2 )
yang menyatakan bahwa:
Kenyataan di sekolah hasil belajar matematika rendah karena sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapat tidak jarang siswa merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika sebab matematika dianggap sulit, menakutkan, bahkan sebagian akan dari mereka ada yang membencinya sehingga matematika dianggap momok oleh mereka. Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap matematika. Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi dan kondisi yang membawa siswa tertarik pada matematika.
Dari uraian di atas ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa, baik dari diri siswa itu sendiri maupun ketidakmampuan guru
untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat membuat siswa tertarik pada
matematika. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi
ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika adalah pemilihan model
pembelajaran.
Nuruluwati ( dalam Hartati, 2012 : 2 ) menyatakan bahwa:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak ( dalam Hartati, 2012 : 2 ) bahwa: “Model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru dalam mengajar”. Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran memiliki peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sugianto ( dalam Herlina,
2015 : 2 ) juga mengatakan bahwa :“Daya tarik suatu mata pelajaran ditentukan
4
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika kelas
XI SMA Swasta PAB, model yang diterapkan selama ini adalah model
pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru. Namun tidak jarang siswa
tampak bosan dan malas pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dibuktikan
oleh pernyataan guru bahwa ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan,
ngantuk, bahkan tidur ketika guru menjelaskan.
Demikian juga Slameto (2010 : 65 ) mengungkapkan bahwa :
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran yang sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sifat guru terhadap siswa atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelajaran
matematika adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran
kooperatif sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni
mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Pada
model pembelajaran ini anak akan aktif mencari tahu sehingga mengurangi
kebosanan yang biasa terjadi ketika pembelajaran matematika berlangsung.
( Handayani, 2015 : 129 ) juga menyatakan bahwa :
Model pembelajaran cooperative learning mempunyai manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa untuk percaya pada guru,memacu kemampuan siswa untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah juga menerima perbedaan ini.
Ada beberapa jenis tipe pembelajaran kooperatif yang bisa dan sering di
aplikasikan pada pembelajaran matematika, diantaranya adalah model kooperatif
tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model kooperatif tipe
5
matematika di kelas XI SMA Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan model
kooperatif tipe STAD dan model kooperatif tipe Talking Stick belum pernah
diterapkan di kelas SMA Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan.
Model kooperatif tipe STAD ini cocok diaplikasikan pada pembelajaran
matematika. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lambause
dkk. Hasil penelitiannya diperoleh rata-rata ketuntasan nilai siswa meningkat dari
78,57% menjadi 97,61%. Hal serupa juga dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Kalim dkk (2013), hasil penelitiannya diperoleh peningkatan
persentasi ketuntasan siswa dari 45% menjadi 89%.
Sedangkan Talking Stick juga merupakan model pembelajaran kooperatif
yang cocok untuk pembelajaran matematika. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Khasanah dkk (2013). Hasil penelitiannya diperoleh rata-rata
di kelas eksperimen dengan model pembelajaran Talking Stick adalah 79,79
sedangkan rata-rata pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional adalah
74,22. Hal serupa juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Wiratama
(2014) hasil penelitiannya diperoleh peningkatan persentasi ketuntasan siswa dari
17,5% menjadi 87,5%.
Limit fungsi merupakan teori yang mendasari kalkulus ( diferensial dan
integral ), yang konsepnya dirumuskan pertama kali oleh matematikawan Perancis
Augustin-Louis Cauchy (1789 – 1857) pada tahun 1821. Limit memiliki
pengertian mendekati hampir, sedikit lagi, atau harga batas. Secara intuitif,
pengertian limit fungsi dapat di defenisikan sebagai :
lim
�→�� � = �
yang berarti bahwa jika x mendekati a {x≠a}, maka f(x) mendekati nilai L.
Limit merupakan materi yang penting dalam pembelajaran matematika
sebab limit merupakan materi dasar untuk mempelajari kekontinuan, turunan dan
integral. Namun pada kenyataannya limit masih merupakan materi yang dalam
6
observasi yang dilakukan peneliti dengan memberikan 3 soal materi limit fungsi
aljabar kepada 40 siswa SMA Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan. Dari hasil observasi diperoleh hanya 15 siswa atau sekitar 37,5% yang memiliki nilai ≥70 atau TUNTAS. Salah satu kesalahan yang dilakukan siswa dalam pengerjaan limit
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.2 Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Limit
Pengerjaan yang tepat adalah sebagai berikut:
lim �→∞
3�2−7�+3
5�3+2�2 = lim�→∞ 3�2
�3− 7� �3+
3 �3 5�3
�3+ 2�2
�3
(dibagi dengan pangkat tertinggi penyebut)
= lim �→∞
3 �−
7 �2+
3 �3 5+2 � = 3 ∞− 7 ∞2+
3 ∞3 5+2
∞
( subsitusi )
= 0−5+00+0
= 0
Di bagi dengan pangkat tertinggi
penyebut yaitu x3.
7
Model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD)
adalah model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin dan
teman-temannya di Universitas John Hopkin yang mengedepankan aktivitas serta
motivasi antar siswa dalam menguasai materi dan mengoptimalkan hasil belajar.
Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan
campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.
Langkah awal pada penerapan model kooperatif tipe STAD adalah guru
terlebih dahulu menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Setelah itu siswa akan maju ke depan kelas untuk mepresentasikan hasil diskusi
kelompoknya. Diskusi yang dilakukan dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi yang dibahas. Langkah terakhir pembelajaran adalah memberikan
kuis pribadi kepada seluruh siswa tentang materi yang telah dipelajari, dan pada
saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan model pembelajaran yang bercirikan memberikan penghargaan bagi siswa yang
berprestasi pada setiap pertemuan. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk lebih
giat dan aktif baik pada saat penjelasan materi oleh guru maupun pada saat
diskusi.
( Istarani, 2012 : 19 ) menyatakan bahwa :
Pembelajaran tipe ini (STAD) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok – kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok kuis, dan penghargaan kelompok.
Sedangkan model kooperatif tipe Talking Stick adalah suatu model
pembelajaran kelompok dengan bantuan tongkat.Kelompok yang memegang
tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
mempelajari materi pokoknya, selanjutnya kegiatan tersebut diulang
8
dari guru. Pembelajaran ini merupakan salah satu pembelajaran yang menarik dan
dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas.
Langkah awal pada penerapan model kooperatif tipe Talking Stick adalah
guru terlebih dahulu menyajikan pelajaran. Setelah penyampaian materi dari guru,
siswa dipersilahkan untuk membaca dan memahami kembali tentang materi yang
telah dipelajari.
Sebagaimana Suprijono ( 2010 : 109-110 ) mengatakan bahwa :
Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
Langkah selanjutnya dalam pembelajaran ini adalah guru mengambil
tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru. Pada penerapan metode Talking Stick ini, siswa dituntut
untuk siap menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat tanpa terlebih
dahulu ditunjuk atau mengajukan diri, namun berdasarkan pemberhentian tongkat
yang bergulir pada setiap siswa. Hal ini meminimalisir terjadinya monopoli kelas
oleh siswa-siswa yang pintar, sebab siswa-siswa yang kurang pintar juga dapat
mengemukakan pendapatnya, sehingga keaktifan siswa dalam kelas menjadi
merata.
Penerapan metode pembelajaran Talking Stick dapat mengurangi rasa
bosan pada diri siswa karena metode Talking Stick mengkombinasikan belajar
dengan bermain. Hal ini sesuai dengan pendapat Agustina ( dalam Hartati, dkk.
2012 : 2 ) bahwa :
9
Unsur permainan dalam pembelajaran akan menimbulkan motivasi dalam
diri siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Penerapan metode
Talking Stick yang diiringi dengan nyanyian ataupun musik dapat membuat siswa merasa rileks dan mengurangi rasa stres.
Sebagaimana Rochdiat ( 2013 : 2) menyatakan bahwa:
Metode musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif, dan sosial bagi individu dalam berbagai usia sehingga metode ini dijadikan salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira serta membantu melepaskan rasa sedih dan sakit.
Berdasarkan uraian diatas model pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) dan model kooperatif tipe Talking Stick
merupakan model pembelajaran yang kedunya tepat dan cocok digunakan pada
pelajaran matematika sehingga peneliti ingin membandingkan dari keduanya
mana yang lebih tepat dan lebih cocok lagi untuk digunakan pada pembelajaran
matematika khususnya pada materi limit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “ Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa
antara Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dengan Model Kooperatif tipe Talking Stick pada Materi Limit di Kelas XI SMA
Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat di identifikasikan
beberapa masalah yaitu:
1. Hasil belajar matematika siswa di kelas XI SMA Swasta PAB
Kecamatan Percut Sei Tuan masih kurang memuaskan.
2. Siswa menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit.
3. Model pembelajaran yang digunakan di kelas XI SMA Swasta PAB
Kecamatan Percut Sei Tuan adalah model pembelajaran konvensional
10
4. Siswa sering bosan, malas, tidak mendengarkan, ngantuk bahkan tidur di
dalam kelas.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
kooperatif tipe talking stick belum pernah diterapkan di kelas XI SMA
Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas serta keterbatasan waktu dan
dana dalam melaksanakan penelitian ini maka penelitian ini akan dibatasi pada
identifikasi masalah poin satu dan lima yaitu :
1. Hasil belajar matematika siswa di kelas XI SMA Swasta PAB Kecamatan
Percut Sei Tuan masih kurang memuaskan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran
kooperatif tipe Talking Stick belum pernah diterapkan di kelas XI SMA
Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian adalah: “Apakah hasil belajar matematika
siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik daripada hasil
belajar matematika siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Divisions (STAD) pada materi limit di Kelas XI SMA Swasta PAB Kecamatan Percut Sei Tuan?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa menggunakan model
kooperatif tipe Talking Stick lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
matematika siswa menggunakan model kooperatif tipe Student Teams
11
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa dan sebagai informasi
tentang model pembelajaran kooperatif terutama model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model
kooperatif tipeTalking Stick.
3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi tambahan bagi yang berminat
meneliti hal yang sama atau melanjutkan penelitian ini dengan cakupan
yang lebih luas.
1.7 Defenisi Operasional
1. Hasil belajar matematika adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajar matematika yang dapat
diukur dengan tes hasil belajar. Pada penelitian ini yang diukur adalah
kemampuan kognitif saja karena berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menguasai materi pelajaran matematika khususnya materi limit fungsi aljabar untuk x→a, x→0, dan x→∞.
2. Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah model pembelajaran yang diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran
oleh guru, penyampaian materi oleh guru, dan kemudian siswa bekerja
dalam kelompok dan memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah
menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes
tentang materi yang telah dipelajari, pada saat tes ini mereka tidak
diperbolehkan saling membantu. Pada akhir pembelajaran guru akan
memberikan penghargaan baik kepada individu maupun kelompok untuk
12
3. Talking Stick (Tongkat Berbicara) adalah model pembelajaran yang diawali dengan penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan
dipelajari. Langkah selanjutnya peserta didik diberi kesempatan
membaca dan mempelajari materi yang telah dipelajari lalu peserta didik
menutup bukunya. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada
peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik
yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk
menjawab setiap pertanyaan dari guru. Ketika tongkat bergulir dari satu
50 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis data menujukkan bahwa sebelum diberi
perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan yang sama. Setelah diberi
perlakuan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika kelompok yang diberi
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih baik dari hasil belajar matematika
kelompok yang diberi pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Divisions (STAD). 5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut;
1. Jika dihadapkan dengan pilihan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Talking Stick dan Student Team Achievement Divisions
(STAD) maka guru disarankan memilih model pembelajaran Talking Stick
untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini disebabkan karena
model pembelajaran Talking Stick menggabungkan antara belajar dan
bermain sehingga lebih menarik perhatian siswa dibandingkan dengan
model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) yang
cenderung menimbulkan rasa bosan bagi siswa .
2. Dalam menerapkan model kooperatif tipe STAD, sebaiknya guru terlebih
dahulu mencari cara untuk mengurangi rasa bosan sehingga dapat
membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
3. Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick guru
harus lebih tegas dalam mengkondusifkan siswa, sebab jika dibiarkan
51
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta.
Handayani, Sri, (2014), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divicion (STAD) Berbantuan Media Gambar untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV pada Materi Panas, Jurnal Pendidikan, Vol. 15 No. 2 : 125-133.
Hartati, Nila, dkk, (2012), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick (Tongkat Berbicara) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa, J. Pijar MIPA, Vol. VIII No. 1 : 1-6
Herlina, (2015), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions Modifikasi Penemuan Terbimbing Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Verbal, Jurnal Pendidikan, Vol. 16 No. 1: 1 – 14.
Irawan, Etsa Indra dan Cucun Cunayah, (2013), 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan Matematika untuk SMA/MA Ringkasan Materi Kelas X, XI, dan XII, Bandung, Yrama Widya.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Medan, Media Persada.
Kalim, Nur, (2013), Model Pembelajaran Kooperatif STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika, Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo, Vol. 1 No.1 : 75-82.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2015), Laporan Konferensi Pers 18 Mei 2015, http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/indeks-integritas-dan-rata-rata-nilai-ujian-nasional-tahun-2015-seluruh-indonesia/,
(diunduh 2 Desember 2015).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2015), Hasil Ujian Nasional SMP Tahun 2015, http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/indeks-integritas-dan-rata-rata-nilai-ujian-nasional-tahun-2015-seluruh-indonesia/,
(diunduh 2 Desember 2015).
52
Lambause, AriharnoA., dkk, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN 1 Mbeleang Kecam atan Bangkurung Kabupaten Banggai Laut pada Materi Penjumlahan Pecahan, Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol. 5 No. 10 : 1-9.
Lestari, Sri dan Diah Ayu Kurnasih, (2009), Matematika 2 untuk SMA/MA Program Studi IPS Kelas XI, Jakarta, Putra Nugraha.
Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. http://kbbi.web.id/ , ( diunduh 14 Desember 2015).
Rochdiat, Wahyu, (2013), Perbedaan Efek Terapi Musik Instrumental Dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Tingkat Stres Pada Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta, Jurnal Keperawatan Respati, Vol. 3 No. 3: 2-3.
Sanjaya, Wina, (2011), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media.
Sardirman, (2011), Interaksi dan Motivai Belajar Mengajar, Jakarta, RajaGrafindo Persada .
Silitonga, P.M., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi Dalam Penelitian, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta.
Sudjana, (2013), Metode Statistika, Bandung, Tarsito.
Suprijono, Agus, (2010), Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem, Surabaya, Pustaka Belajar.
Surya, Edi, (2012), Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif, Jurnal Tematik Pendidikan Dasar PPS Unimed Medan, Vol. 1 No. 08: 1-14.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Surabaya, Kencana Prenada Media Group.
53