KEPERCAYAAN KETURUNAN RAJA SILAHISABUNGAN TERHADAP BATU SIGADAP DI DESA SILAHISABUNGAN
KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
HIASINTUS IPI MANALU 3123122025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
Hiasintus Ipi Manalu NIM 3123122025. “Kepercayaan Keturunan Raja Silahisabungan Terhadap Batu Sigadap Di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi”. Skripsi Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2017.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejarah terciptanya Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi (2) untuk mengetahui kepercayaan keturunan Raja Silahi Sabungan terhadap Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi (3) untuk mengetahui makna Batu Sigadap bagi keturunan Raja Silahisabungan, yang menarik dibahas lebih mendalam. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif serta melakukan penelitian lapangan yang bertujuan untuk memahami dan mendapatkan informasi mengenai kepercayaan terhadap Batu Sigadap tersebut. Penelitian ini memakai subjek dan objek penelitian sebagai pengganti dari sampel dan populasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dengan studi literatur. Informan dipilih secara purposive sampling dengan demikian yang menjadi informan adalah Kepala Desa, Sekretaris Desa, Raja-raja Turpuk, Tokoh Adat, dan Masyarakat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) Batu sigadap tercipta diawali timbulnya konflik diantara keturunan Raja Silahi Sabungan, adanya penyimpangan dari nilai-nilai adat, kecemburuan, sehingga menimbulkan kebencian serta kecemburuan. Melihat situasi itu Raja Silahisabungan tidak diam dan berdoa kepada Mula Jadi Nabolon. Setelah berdoa dan mendapat pencerahan, Raja Silahi Sabungan menciptakan sebuah batu yang dimaksudkan untuk batu peradilan. Batu tersebut adalah Batu Sigadap. (2) Batu Sigadap yang tetap ada dan tidak pudar adalah suatu cara keturunan Raja Silahi Sabungan untuk tetap menghargai adat dan budaya yang diciptakan oleh leluhur. Batu Sigadap sangat dipercayai memiliki kekuatan sakti untuk menghukum. Hukuman tersebut diyakini datang dari Mula Jadi Nabolon atau Sang Pencipta. (3) Batu Sigadap mempunyai makna sebagai lambang kepercayaan kekuatan sang pencipta, sebagai lambang kepercayaan dan penghormatan kepada leluhur. Selain itu, Batu Sigadap juga menjadi sebuah kontrol sosial dalam kehidupan di Desa Silalahi Nabolak.
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas cinta, perlindungan, kekuatan, berkat, petunjuk, serta kasihnya yang tak terhingga memberi kelancaran dan kemudahan sehingga dengan kemampuan yang diberinya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah karya, yaitu skripsi yang berjudul Kepercayaan Keturunan Raja Silahi Sabungan Terhadap Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari, skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih terdapat kekurangan ataupun kesalahan. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mempunyai kemampuan yang terbatas, namun berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak, baik dukungan moril, doa maupun materil penulis dapat menyelesaikannya dengan baik . Oleh karenanya, pada kesempatan yang baik ini, tidak ada yang dapat diberi oleh penulis untuk membalas segala kebaikan yang telah penulis terima selama penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri sela kesibukannya sebagai Wakil Dekan III membimbing penulis dengan sabar dalam proses penulisan skripsi ini,
5. Ibu Noviy Hasanah, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
penguji I yang memberi bimbingan dan motivasi dengan keramahannya serta kebaikannya penulis dapat menjalani perkuliahan dengan baik,
6. Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si, selaku tim penguji penulis yang memberi
saran dan bimbingan terhadap penulis, dalam proses penulisan skripsi ini,
7. Ibu Dr. Nurjannah, M.Si, yang juga tim penguji penulis yang memberi saran
8. Seluruh Dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Antropologi yang memberikan bimbingan serta pengajaran kepada penulis dalam perkuliahan, 9. Kakanda Ayu Febriani, S.Pd, M.Si, yang cantik, baik dan ramah dengan
kesabarannya menjawab pertanyaan penulis terutama membantu penulis dalam mempersiapkan berkas-berkas dalam penyelesaian skripsi ini,
10.Terkhusus dan teristimewa kedua Orang Tua penulis, Bapak Manihar Manalu
dan Ibunda tercinta Justina Silalahi, yang telah memberi cinta, kasih, semangat, doa, motivasi, tenaga, serta materi kepada penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk pengorbanan kedua orang tua berikan, terima kasih telah percaya kepada penulis, dan penulis sangat merasakan kasih mereka sehingga penulis dapat juga menyelesaikan studi dengan banyak rintangan,
11.Saudara penulis kakak penulis Dameria Yernita Manalu , kakak Lenni Derismawati Br Manalu beserta Lae Haloho, abang Stepanus Juniver Thomson Manalu, dan terakhir adik penulis Klarita Pesta Emelinda Br Manalu yang sedang menjalani panggilannya. Dan teristimewa terima kasih untuk kakak Ester Trisna Br Manalu, dengan cerewet, pelit, repetan, tapi diatasnya adalah kebaikan, keikhlasan, kedisiplinan yang diberikannya sehingga penulis belajar banyak dari beliau dan menyelesaikan perkuliahan dengan baik,
12.Kepada seluruh teman stambuk 2012 pendidikan Antropologi.
13.Teman-teman seperjuangan yang mendukung penulis dalam penyelesaian
skripsi, Aries Sihotang, Adonia Marbun, Janwilson Sitanggang, Herdy Perangin-angin, Jhon Hepry Sihite, Hartono Situmorang, Daniel Lumban Tobing, Ira Gusnita Pakpahan, Dyna Samosir, Gracelia Novianty, Yustri, Aulia Hidayah, Nurhamidah, Amanda, Novalita Sandy, Nurtati Sianipar, Sinta Situmorang, Noni, Melita, Raras, Nurcahayanta, Wiwik, Raras, Isnaini, Rizka Mulya Sari, Purnama, Erika Andayani, Rohmania, Leli Fitria, Tri Hardianti, Reyna Hutapea, dan Partogian Pasaribu ,
14.Kak Helda Hutagalung yang mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini,
teristimewa terima kasih kepada kepada Desi Monica Marpaung yang selalu setiap saat mengirim SMS menanyakan perkembangan proses penulisan Skripsi, dan memberi dukungan moril maupun materil terutama motivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
15.Teman-teman PPLT SMP N 1 SIGUMPAR Kecamatan Sigumpar Kabupaten
Napitupulu, Tamara Simanjuntak, Romasi Gultom, Evi Situmorang, Marta Hutasoit, Desi Siburian, Riki Silaban, Chrisna Sianturi, Tantri Simanjuntak, Ita Situmorang, Susi Sihombing, Cinta yang selalu mendukung penulis. 16.Lae Febry Sidabutar, Lae pak Butet Sidabutar yang mendukung penulis
selama penulis mengadakan penelitian di Desa Silalahi Nabolak,
17.Bapak kepala Desa Silalahi I bapak Anggiat Sihaloho dan Raja-raja Turpuk
yang telah membantu penulis memberi informasi dan kemudahan, dan semua masyarakat Desa Silalahi Nabolak,
Penulis menyadari betapa kebaikanlah yang penulis terima dari mereka semua, meski penulis menyadari Skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan pembaca.
Medan, Maret 2017 Penulis,
Hiasintus ipi Manalu
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 9
2.1. Kajian Pustaka... 9
2.2. Kerangka Teori... 14
2.2.1. Teori Magis………... 15
2.2.2. Teori Fungsional Struktural... 16
2.3. Kerangka Konseptual... 19
3.2. Subjek dan Objek Penelitian... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian……….………..31
4.1.1 Sejarah Singkat Desa Silalahi Nabolak...31
4.1.2. Keadaan Geografis.………... 32
4.1.3. Keadaan Penduduk……...33
4.1.3.1. Suku Bangsa …...…... 34
4.1.3.2. Bahasa... 35
4.1.3.3. Berdasarkan Jenis Kelamin... 35
4.1.3.4. Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 36
4.1.3.5. Mata Pencaharian... 39
4.1.3.6. Agama... 41
4.1.3.7. Sarana Dan Prasarana... 43
4.1.3.7.1. Sarana Pendidikan... 44
4.1.3.7.2. Sarana Ibadah... 45
4.1.3.7.3. Sarana Kesehatan... 45
4.1.3.8. Sosial Budaya... 46
4.1.3.9. Sistem Kepemilikan Tanah... 48
4.2. Kepercayaan Keturunan Raja Silahisabungan Terhadap Batu Sigadap .49 4.2.1. Sejarah Raja Silahisabungan... 49
4.2.2. Sejarah Batu Sigadap... 54
4.2.3. Kepercayaan Terhadap Batu Sigadap... 57
4.2.4. Tahap Persidangan Batu Sigadap... 60
4.2.4.1. Tahap Penyelesaian Konflik Secara Kekeluargaan... 61
4.2.4.2. Tahap Penyelesaian Konflik Dihadapan Raja Turpuk... 65
4.2.4.3. Tahap Penyelesaian Konflik Di Persidangan Batu Sigadap68
4.2.5. Makna Batu Sigadap Bagi Keturunan Raja Silahisabungan.... 77
4.2.5.1. Batu Sigadap Sebagai Lambang Kepercayaan Kepada Mula Jadi Nabolon (Sang Pencipta)... 77
4.2.5.2. Batu Sigadap Sebagai Lambang Kepercayaan Kepada Leluhur……..………...79
4.2.5.3. Batu Sigadap Sebagai Kontrol Sosial... 80
4.2.6. Pandangan Keturunan Raja Silahisabungan Terhadap Pengadilan Negeri... 84
BAB V PENUTUP... 87
5.1. Kesimpulan ...87
5.2. Saran ...89
Daftar Pustaka
Daftar Pedoman Wawancara Daftar Informan
Lampiran
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam Etnis, yang
keberadaanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Etnis tersebut memiliki ciri
khas dan keunikan budaya masing-masing. Budaya adalah suatu hal yang tidak
dapat dipisah dari kehidupan manusia, budaya merupakan suatu produk dalam
keberlangsungan hidup manusia, manusia berusaha menciptakan suatu tatanan
yang sesuai dengan prinsip bersama disetiap proses keberlangsungan kehidupan.
Menurut E. B. Tylor (1985 : 332) budaya ialah suatu keseluruhan yang
kompleks yang meliputi kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum,
kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang sering dipelajari oleh manusia sebagai
bagian dari masyarakat.
Pada dasarnya manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri dan membutuhkan pengaruh manusia lainnya, bahwa dalam
mengembangkan kemampuan-kemampuannya ini, tidak terjadi secara alamiah
dengan sendirinya tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan dari manusia lain
disekitarnya. Dengan kebersamaan dari individu bergabung menjadi kelompok
dan menjadi masyarakat akan menghasilkan akal budi, pikiran, ide dan disatukan
menjadi budaya yang disusun oleh 7 unsur kebudayaan yakni bahasa, sistem
pengetahuan, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, sistem peralatan hidup
2
kesenian. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya yang
dinilai atau dianggap baik dan benar oleh masyarakat pemilik kebudayaan. Setiap
suku bangsa juga menginginkan sedapat mungkin unsur-unsur kebudayaannya
tetap ada. Berbagai praktik budaya pun dilaksanakan demi menjaga kelestarian
suatu kebudayaan tersebut. Wujud praktik kebudayaan dapat dilihat dari
masyarakat yang menjalani tradisi itu untuk mencapai suatu keadaaan yang
dianggap baik oleh pemilik kebudayaan. Bahkan pengharapan terciptanya
kehidupan yang baik didunia sering dipadukan dalam nuansa religius pada
tradisi-tradisi suatu Etnis tersebut.
Praktik kebudayaan ini merupakan perbandingan antara
kepercayaan-kepercayaan kepada Tuhan dan nilai hidup budaya yang berorientasi pada
konsep-konsep kepercayaan. Agama dan budaya merupakan suatu tatanan hidup
yang tidak dapat dipisahkan yang diyakini masyarakat tertentu terkait akan
terlaksananya kehidupan yang dianggap baik oleh masyarakat tersebut. Bahwa
agama sebagai sistem objektif terkandung unsur-unsur kebudayaan didalamnya.
Adat istiadat dibuat agar sedapat mungkin seluruh keturunan suku bangsa
dapat menerima dan melanjutkannya, menurukan dari satu generasi kegenerasi
lainya dengan tetap melaksanakan proses-prosesnya sesuai adat dalam suku
tersebut. Melihat masyarakat Indonesia adalah masyarakat dan terdiri dari
berbagai suku bangsa yang melangsungkan hidup di masing-masing wilayah
Indonesia. Suku bangsa yang beranekaragam ini menampilkan bahwa
3
Salah satu Etnis Indonesia yang memiliki kekhasan tersendiri khususnya
dalam bentuk ritual adalah Etnis Batak Toba. Etnis Batak Toba mendiami pulau
Sumatera tepatnya di Sumatera bagian Utara, Etnis Batak Toba sendiri bermukim
di sekitar Danau Toba. Etnis Batak Toba dikenal memiliki banyak pengetahuan
dan tradisi-tradisi dalam menghadapi setiap peristiwa atau kejadian dilingkungan
sekitarnya dan sejalan dengan pengetahuan yang diwariskan oleh para leluhur
sebagai pendahulu mereka.
Umumnya di dalam setiap pelaksanaan ritual, Etnis Batak Toba selalu
menggunakan simbol-simbol ataupun tanda tertentu sebagai media disetiap
pelaksanaan ritual dan selalu berusaha menjaga ke-sakralan serta nilai spritual
upacara tersebut. Etnis Batak Toba yang berpusat disekitar Danau Toba banyak
memiliki ritual-ritual yang masih berhubungan dengan kepercayaan tradisional
mereka, pada umumnya Etnis Batak Toba mempunyai wilayah-wilayah dan
masing-masing wilayah mempunyai pemimpin. Pada wilayah pemukiman Etnis
Batak Toba, tidak jarang dijumpai perbedaan aturan adat antara pemukiman yang
satu dengan pemukiman yang lainnya, dan salah satu contohnya adalah desa
Silahi Sabungan.
Desa Silalahi Nabolak mempunyai sebuah ritual unik yang diciptakan
oleh leluhur mereka yaitu Raja Silahi Sabungan, yang sampai sekarang sangat
dipercayai dan dijaga kesakralannya, ritual tersebut adalah ritual Batu Sigadap.
Ritual Batu Sigadap dilakukan oleh Etnis Batak Toba keturunan Raja Silahi
Sabungan yang bermukim di Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi. Batu
4
Sidabariba Toruan (nama dusun) Desa Silalahi I 300 m dari pusat Desa Silalahi
Nabolak, Kecamatan Silalahi Sabungan, dan batu ini menurut cerita rakyat
setempat diciptakan oleh Raja Silahi Sabungan. Raja Silahi Sabungan adalah
manusia pertama yang menempati wilayah Silalahi yang berasal dari wilayah
Balige (masih sekitar Danau Toba) .
Batu Sigadap adalah sebuah batu yang fungsinya sebagai pengadilan
tertinggi di Desa Silalahi Nabolak untuk menyelesaikan suatu konflik yang terjadi
di antara warga desa, Batu Sigadap tersebut terdiri dari 2 buah batu yakni, satu
batu dalam posisi yang terlentang atau gadap dan satu batu dalam posisi berdiri
tegak atau jong-jong.
Situasi yang menghadapkan warga masyarakat sampai ke Batu Sigadap
yakni jika terdapat anggota masyarakat yang mengalami suatu konflik atau
sengketa, dan setelah beberapa tahap yang dilakukan sampai ke pengadilan
Negara berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, termasuk nasihat dari Raja
Turpuk (pemimpin marga keturunan Raja Silahi Sabungan) juga tidak
mendapatkan solusi, maka setelah mereka sepakat dan dan masing masing merasa
benar dan tidak mengakui adanya kesalahannya maka kedua belah pihak sepakat
mengahadap ke lokasi Batu Sigadap untuk melakukan ritual persumpahan, karena
bersikeras merasa paling benar, dengan masing-masing kedua belah pihak
membawa napuran atau daun sirih dan meletakkan diatas batu sekaligus
5
Kemudian setelah acara ritual persumpahan selesai, mereka hendak
meninggalkan lokasi Batu Sigadap, kedua belah pihak yang berkonflik
mengharapkan suatu kebenaran yang tertinggi di Batu Sigadap yang mereka
anggap adalah suatu pembuktian kepada pihak lawan konflik dan kepada
masyarakat desa, dan harus siap menanggung segala resiko yang ditimbulkan dari
persumpahan Batu Sigadap .
Seiring perkembangan jaman, kemajuan teknologi, hukum yang berlaku di
Indonesia, dan masuknya pengaruh agama, Peristiwa persidangan Batu Sigadap
sampai saat ini masih terjadi di Desa Silalahi Nabolak jika solusi kekeluargaan
ataupun mufakat dan termasuk pengadilan Negara, tidak dapat menjadi solusi
yang tepat bagi Etnis Batak Toba di Desa Silalahi Nabolak.
Etnis Batak Toba di Desa Silalahi Nabolak cenderung menganggap bahwa
hukum yang diimplementasikan oleh penegak hukum belum berpihak sepenuhnya
terhadap masyarakat, sementara pola pikir masyarakat masih banyak dipengaruhi
dan memegang teguh nilai dan norma adat yang diciptakan para pendahulu
mereka, hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus konflik yang terjadi di Desa
Silalahi Nabolak. Berdasarkan keterangan pada saat peninjauan lapangan dari
masyarakat setempat yang sudah lama berdomisili di Desa Silalahi Nabolak dan
penelitian terdahulu yang mengkaji tentang Desa Silahi Sabungan menjelaskan
bahwa dalam Tahun 2000 sampai Tahun 2016 akhir ada sekitar 5 kasus konflik
yang diselesaikan dengan cara persidangan Batu Sigadap, dari jumlah kasus
6
ada dan sakral serta dianggap mempunyai nilai magis oleh masyarakat Desa
Silalahi Nabolak.
Oleh karena hal tersebut diatas, maka penulis sangat tertarik untuk
mengetahui lebih mendalam bagaimana Batu Sigadap bisa bertahan dan sangat
diyakini oleh Etnis Batak Toba di Desa Silalahi Nabolak hingga sampai saat ini.
Sehingga penulis mengangkat penelitian yang berjudul “Kepercayaan
Keturunan Raja Silahi Sabungan Terhadap Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silalahisabungan Kabupaten Dairi” .
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat di identifikasi masalah yang sesuai
dengan judul penelitian tersebut. Identifikasi masalah yakni :
1. Sejarah terbentuknya Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan
Silahi Sabungan Kabupaten Dairi.
2. Tata cara pelaksanaan persidangan Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak
Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi.
3. Makna Batu Sigadap bagi keturunan Raja Silahi Sabungan di Desa
Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi.
4. Pengaruh yang ditimbulkan Batu Sigadap terhadap kehidupan Etnis Batak
Toba di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten
7
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti memiliki panduan dan
fokus dalam mengumpulkan data, dapat dikutip rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak
Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi?
2. Mengapa Batu Sigadap masih sangat dipercayai oleh keturunan Raja
Silahi Sabungan di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan
Kabupaten Dairi?
3. Apa makna Batu Sigadap bagi keturunan Raja Silahi Sabungan di Desa
Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah terciptanya Batu Sigadap di Desa Silalahi
Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi.
2. Untuk mengetahui kepercayaan keturunan Raja Silahi Sabungan terhadap
Batu Sigadap di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan
Kabupaten Dairi.
3. Untuk mengetahui makna Batu Sigadap bagi keturunan Raja Silahi
Sabungan, di Desa Silalahi Nabolak Kecamatan Silahi Sabungan
8
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan peneliti
dibidang Antropologi, dan bagi masyarakat dapat menambah wawasan
serta ilmu pengetahuan tentang kepercayaan Etnis Batak Toba terkhusus
keturunan Raja Silahi Sabungan Terhadap Batu Sigadap di Desa Silahi
Sabungan Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi.
2. Secara Praktis
Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan referensi sehingga memberikan
masukan dan bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya, mengenai
Kepercayaan Etnis Batak Toba terhadap Batu Sigadap di Desa Silalahi
DAFTAR PUSTAKA
Hadikusumah Hilman. L. SH (2010) Pengantar Antropolgi Hukum. Cetakan ketiga. Bandung. PT. Citra Aditya Bakti.
Harahap, B.H. dan Hotman M Siahaan. (1987). Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak. Jakarta: Sanggar Willem Iskandar
H.TH, Fisher. (1976). Pengantar Antropologi Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT Pembangunan.
Ihromi T.O. (1994). Pokok-Pokok Antropologi Budaya, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Jenks, Chris. (1993). Culture :Study Kebudayaan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Koentjaraningrat .(1980), Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).
.(1984).Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen dan Kebudayaan.
Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
.(1999). Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta : Tiarawacana Rosdakarya
.(2003), Kamus Istilah Antropologi, Jakarta : Progres
.(2007), Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Jakarta : Djambatan
.(2009), Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : Rineka Cipta
Marbun dan Hutapea. (1987). Kamus Budaya Batak. Jakarta: Balai Pustaka.
Marhulalan. Op. (1989). Jambar Hata: Dongan Tu Ulaon Adat. Cetakan ketiga. CV. Tulus Jaya.
Moleong L.J. (2006), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja
Nugroho Fera, M. A (2004).Konflik Dan Kekerasan Pada Aras Lokal Salatiga : Pustaka Pelajar.
Silalahi T.P .(2010).Sejarah Raja Silahi Sabungan (Barita Ni Raja Silahi Sabungan) , Medan : Mitra Anggota IKAPI.
Simanjuntak,B.A.( 2006). Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945, Suatu Pendekatan Sejarah, Antropolgi Budaya Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
.(2009). Metode Penelitian Sosial, Medan : Bina Media Perintis
.(2010). Melayu Pesisir dan Batak Toba Pegunungan (Orientasi Nilai Budaya). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
.(2011). Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba , Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Soeharto Bambang. W. (2013) Menangani Konflik Di Indonesia Jakarta : Kata Hata Pustaka.
Tambun. R. (2010) Hukum Adat Dalihan Na Tolu, Medan : Mitra Anggota IKAPI
Warneck.J. (2012) Kamus Batak Toba, Medan : Bina Media Perintis
Website
http:// kebudayaanIndonesia.net/id/culture/952/suku-batak-sumatera-utara]
http://www.kidnesia.com/kidnesia?potret-negriku/teropong-daerah/sumatera-utara/seni-budaya/tari-tor-tor