• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI SIMPLISIA DAUN TEMPUYUNG

(

Sonchus arvensis

L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS

PUPUK KANDANG KAMBING

YULISDA EKA WARDANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Yulisda Eka Wardani

(4)

ii

ABSTRAK

YULISDA EKA WARDANI. Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing. Dibimbing oleh MAYA MELATI.

Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dimanfaatkan sebagai obat herbal, karena memiliki kandungan kalium, silika, natrium, flavonoid, taraksasterol, inositol dan asam fenolat. Teknik budi daya tempuyung secara organik masih terbatas, namun membudidayakan tanaman obat secara organik lebih diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis terhadap produksi simplisia daun tempuyung serta menghasilkan rekomendasi dosis pupuk kandang kambing yang tepat untuk budi daya tempuyung. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan satu faktor, yaitu lima dosis pupuk kandang, terdiri atas 0, 5, 10, 15 dan 20 ton ha-1; setiap perlakuan memiliki tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak mempengaruhi secara signifikan seluruh peubah, walaupun pemberian pupuk kandang kambing menyebabkan pertumbuhan tanaman yang baik. Produktivitas maksimal simplisia daun tempuyung terdapat pada 8 MST dengan rata-rata mencapai 120 kg ha-1.

Kata kunci: flavonoid, organik, tanaman obat

ABSTRACT

YULISDA EKA WARDANI. Production of Perennial sowthistle (Sonchus arvensis L.) in Leaf with Sheep Manure Rates. Supervised by MAYA MELATI.

Perennial sowthistle (Sonchus arvensis L.) is utilized as herbal medicine, because it contains potassium, silica, sodium, flavonoids, taraxasterol, inositol and phenolic acids. The cultivation of medicinal plant in organic way is preferable, but the technique has not been well known. Therefore, the study aimed to examine the effect of sheep manure with various rates for simplicia production and generate recommended rate of sheep manure. The experiment used a randomized completely block design with one factor consisted of five rates of manure, i.e 0, 5, 10, 15 and 20 ton ha-1 and three replications. The results showed that sheep manure did not significanly affect all variables, although the sheep manure led to good plant growth. There was no optimum rate of sheep manure to recommend. The maximum production of simplicia was reached at 8 MST with the average amount of 120 kg dry leaves ha-1.

(5)

iii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PRODUKSI SIMPLISIA DAUN TEMPUYUNG

(

Sonchus arvensis

L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS

PUPUK KANDANG KAMBING

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

v

Judul Skripsi : Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing

Nama : Yulisda Eka Wardani NIM : A24100189

Disetujui oleh

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 hingga Maret 2014 ini ialah budidaya tempuyung, dengan judul Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) denga Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Maya Melati, MS, MSc yang telah membimbing penulis serta saran selama penyusunan usulan penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Ir Megayani Sri Rahayu, MS selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta dan keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, serta pada yayasan Karya Salemba Empat atas beasiswa yang diberikan selama penulis dalam masa kuliah.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(10)
(11)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani 2

Agroekosistem dan Penyebaran 2

Kandungan Bioaktif dan Manfaat 3

Pupuk Kandang Kambing 3

METODE 4

Bahan dan Alat 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Pelaksanaan 4

Rancangan Percobaan 5

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil 6

Pembahasan 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

(12)

ii

DAFTAR TABEL

1 Kandungan hara dalam pupuk kandang 3

2 Data iklim bulanan wilayah Darmaga Bogor 6

3 Hasil analisis tanah 6

4 Rekapitulasi hasil sidik ragam 8

5 Rata-rata tinggi tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk

yang berbeda 10

6 Rata-rata jumlah daun tanaman tempuyung pada umur dan dosis

pupuk yang berbeda 10

7 Rata-rata panjang daun terpanjang tanaman tempuyung pada

umur dan dosis pupuk yang berbeda 11

8 Rata-rata lebar daun terpanjang tanaman tempuyung pada umur

dan dosis pupuk yang berbeda 11

9 Rata-rata diameter tajuk tanaman tempuyung pada umur dan

dosis pupuk yang berbeda 12

10 Korelasi linear antara tinggi tanaman, jumlah daun dan biomassa

daun pada 8 MST 16

DAFTAR GAMBAR

1 Ulat dan daun yang terserang gigitan serangga 7

2 Cendawan Puccinia sp. dan daun yang terserang Puccinia sp. 7

3 Keragaan tanaman pada 1 (a) dan 8 MST (b) 7

4 Rata-rata biomassa daun total pada umur dan dosis pupuk yang

berbeda 13

5 Bagian tanaman tempuyung 14

6 Rata-rata biomassa daun 8 MST dengan dosis pupuk yang

berbeda 14

7 Rata-rata bobot kering akar pada umur dan dosis pupuk yang

berbeda 15

8 Rata-rata biomassa batang pada umur dan dosis pupuk yang

berbeda 15

9 Rata-rata biomassa bunga pada umur dan dosis pupuk yang

berbeda 16

10 Rata-rata kadar flavonoid total (dihitung sebagai quersetin) pada umur 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda 17

11 Rata-rata kandungan antosianin pada umur 8 MST dengan dosis

pupuk yang berbeda 17

12 Rata-rata kandungan klorofil pada umur dan dosis pupuk yang

berbeda 18

13 Rata-rata kandungan karoten pada umur dan dosis pupuk yang

berbeda 18

14 Rata-rata kadar hara tanaman pada 8 MST dan dosis pupuk yang

(13)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sudah lama memiliki budaya mengkonsumsi obat tradisional, karena efek sampingnya lebih rendah daripada obat kimia. Selain itu, tanaman obat juga memiliki potensi sebagai sumber pangan fungsional yang berfungsi sebagai pencegahan terhadap penyakit (Winarti dan Nurdjanah 2005).

Indonesia juga memiliki berbagai jenis komoditas tanaman obat baik yang sudah dibudidayakan dengan baik, maupun masih tumbuh secara liar. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor : 511/Kpts/PD.310/9/2006, ada 66 jenis tanaman obat yang telah dikembangkan Indonesia serta berada dalam tanaman binaan Direktorat Jenderal Hortikultura dan salah satu dari tanaman tersebut adalah tempuyung (Sonchus arvensis L) (Direktorat Jenderal Hortikultura 2012) yang berkhasiat sebagai pemecah batu ginjal (Hidayati et al. 2009).

Perkembangan industri tanaman obat baik skala besar maupun menengah, membutuhkan pasokan yang kontinu untuk mempertahankan produksinya, sehingga dengan adanya peningkatan permintaan setiap tahun, perlu adanya pengembangan dan penelitian budi daya dan pasca panen tanaman obat (Pribadi 2009). Petani cenderung menggunakan input anorganik yang tinggi dalam sistem budidayanya untuk mempertahankan produksi tanaman obat, padahal penggunaan pupuk dan pestisida anorganik yang berlebihan serta terus-menerus akan menghasilkan residu yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Dampak penggungaan pestisida anorganik, yaitu dapat menyebabkan keracunan akut jika konsumen mengkonsumsi produk pertanian yang mengandung residu dalam jumlah besar. Dampak lainnya yang berpengaruh terhadap lingkungan adalah pencemaran lingkungan baik air, tanah, maupun udara, serta fitotoksik atau dapat meracuni tanaman (Las et al. 2006).

Simplisia daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) sering dimanfaatkan sebagai obat, sehingga perlu adanya teknik budi daya secara organik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas simplisia daun tempuyung, serta mengurangi pencemaran bahan kimia sintetik yang berasal dari pupuk dan pestisida anorganik (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat 2009). Salah satu input yang yang digunakan dalam budi daya tanaman secara organik adalah pupuk kandang. Pupuk kandang kambing memiliki kadar N dan K lebih besar dari pupuk kandang sapi (Hardjowigeno 1989).

Informasi mengenai pemanfaatan pupuk kandang kambing untuk budi daya tempuyung secara organik masih terbatas. Oleh karena itu perlu dipelajari peranan pupuk kandang kambing untuk pertumbuhan tanaman dan penentuan dosis pupuk yang tepat.

Perumusan Masalah

(16)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis terhadap produksi simplisia daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) serta menghasilkan rekomendasi dosis pupuk kandang kambing yang optimal dalam budi daya tempuyung (Sonchus arvensis

L.).

Hipotesis

Semakin tinggi dosis pupuk kandang kambing semakin tinggi produksi simplisia daun tempuyung (Sonchus arvensis L.).

TINJAUAN PUSTAKA

Botani

Tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) termasuk dalam famili

Asteraceae ini merupakan tanaman terna tahunan dengan tinggi 0.6 - 2 m (Sulasna

et al. 2004). Menurut Dalimartha (2005), tanaman tempuyung termasuk genus

Sonchus, dan spesies Sonchus arvensis L. Tempuyung memiliki ciri fisik yang khas, yaitu daun tunggal yang berbentuk lanset atau lonjong dengan panjang 6-48 cm dan lebar 3-12 cm, tepi daun menyirip tidak beraturan dan berwarna hijau muda. Bunga berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota berbentuk jarum dengan warna kuning cerah. Buah tempuyung berbentuk kotak dan berusuk lima, berwarna kuning dengan panjang hingga 4 mm. Tanaman ini memiliki getah putih dengan batang yang berongga dan akar tunggang yang kuat.

Tempuyung memiliki biji berwarna coklat kekuningan, ringan dan berbulu seperti kapas yang dapat digunakan dalam perbanyakan secara generatif. Selain itu, perbanyakan vegetatif dapat dilakukan melalui stek tunas dan menggunakan bonggol akar (Winarto 2004).

Agroekosistem dan Penyebaran

Tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki daya adaptasi besar terhadap cekaman kekeringan. Jenis iklim yang sesuai untuk budi daya tempuyung adalah tipe B2 dan C menurut Oldeman. Tanaman ini juga dapat ditanam di bawah naungan 50%. Berdasarkan jenis dan tingkat kesuburan tanah, tempuyung dapat tumbuh pada media tumbuh yang relatif lebih luas, dari kondisi tanah gembur hingga tanah yang relatif berlempung. Bahkan pada kondisi tanah dengan kandungan liat yang lebih tinggi dari kandungan pasirnya, tempuyung dapat tumbuh dengan baik (Rahardjo dan Rosita 2003).

(17)

3 Kandungan Bioaktif dan Manfaat

Kandungan kimia yang terdapat pada daun tempuyung, yaitu berupa ion-ion mineral, seperti Si, K, Mg, Na, dan senyawa organik flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida, apigenin-7-O-glukosida) (Rohaeti et al. 2011), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol dan asam fenolat (sinamat, kumarat, vanilat) (Yuliarti 2013). Menurut Pramono et al. (1993) terdapat dua senyawa flavonoid dari daun Sonchus arvensis L., yaitu apigenin7-glukosida dan luteolin 7-glukosida yang mampu memecah batu ginjal berkalsium. Wahid (1998) menambahkan, simplisia tempuyung dapat berfungsi sebagai nefrolitiasis dan diuretik.

Selain dapat memecah batu ginjal, tempuyung juga memiliki manfaat sebagai anti hiperurisemia atau obat asam urat (Assari 2012), anti bakteri atau sebagai obat disentri dan diare (Sukadana dan Rahayusanti 2011), dan anti oksidan (Khan 2012). Menurut Puteri (2009) simplisia tempuyung dapat berfungsi sebagai anti diabetes karena memiliki aktivitas inhibitor maltase yang tinggi.

Pupuk Kandang Kambing

Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi optimasi pemupukan, yaitu jenis tanah (karena kebutuhan hara akan berbeda pada jenis tanah yang berbeda) dan sifat genetik tanaman (setiap tanaman memiliki kebutuhan hara yang berbeda) (Yusron et al. 2012). Rekomendasi pemupukan yang optimal dapat diperoleh melalui optimasi faktor-faktor yang akan berpengaruh, seperti tujuan pemupukan, jenis tanah, dan kadar hara tersedia dalam tanah (Izhar dan Susila 2010)

Menurut Hartatik dan Widowati (2006) pupuk kandang merupakan produk buangan dari ternak yang berfungsi untuk menambah hara tanaman, memperbaiki sifat biologi dan fisik tanah. Pupuk kandang adalah kotoran hewan ternak yang telah terdekomposisi, baik berbentuk padat (feses) maupun cair (urin), sehingga bentuk dan aromanya tidak sama dengan kotoran yang masih segar. Pupuk kandang yang umum digunakan adalah pupuk kandang ayam, sapi, dan kambing. Kandungan hara yang terdapat dalam berbagai jenis pupuk kandang, disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan hara dalam pupuk kandang

Sumber Pupuk Kandang

N P2O5 K2O

---(%)---

Sapi 0.29 0.17 0.35

Kambing 0.55 0.31 0.15

Kuda 0.44 0.17 0.35

Ayam 1.70 1.90 1.50

Babi 0.60 0.41 0.13

(18)

4

METODE

Bahan dan Alat

Bahan tanam yang digunakan untuk percobaan ini adalah bibit tempuyung yang berumur ± 4 minggu hasil dari stek anakan. Bahan tanam diperoleh dari kebun Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Bahan lainnya yang digunakan adalah pupuk kandang kambing, arang sekam, kapur dan amplop coklat. Peralatan yang digunakan adalah alat budi daya pertanian, meteran, timbangan analitik, oven 60 oC, alat tulis dan gunting.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Percobaan lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan Organik di Cikarawang, Darmaga, Bogor dengan ketinggian ± 250 m dpl. Pengamatan pasca panen di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB serta pengamatan kandungan bioaktif di Laboratorium Pengujian, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Percobaan ini dilaksanakan dari bulan November 2013 hingga Maret 2014.

Pelaksanaan

Persiapan lahan dilakukan dengan penyiangan gulma dan pengolahan lahan menggunakan cangkul. Setelah tanah cukup gembur, dibuat petakan-petakan percobaan sebanyak 15 petak dengan ukuran petak 1.2 m X 2.7 m. Sebulan sebelum penanaman setiap petakan percobaan diberi pupuk kandang kambing dengan dosis yang telah ditentukan. Pupuk kandang diaplikasikan dengan cara disebar pada bedengan.

Petak percobaan juga diberi kapur dan arang sekam padi dengan dosis 1 ton ha-1 pada 7 hari sebelum transplanting dengan cara ditebar pada permukaan tanah. Menurut Burhanudin dan Nurmansyah (2010) pemberian kapur dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah dan dapat memberikan kondisi yang baik bagi aktivitas mikroba tanah. Pembibitan tempuyung dilakukan selama satu bulan setelah distek dengan naungan 40%. Bibit tempuyung ditanam ke lahan setelah berumur empat minggu dengan jarak tanam 30 cm X 30 cm mengacu pada Nurhayati et al. (2013).

Pemeliharaan yang dilakukan, yaitu penyulaman pada 1 MST, penyiraman dan penyiangan gulma (dengan cara mencabut gulma) hingga 9 MST, serta pemangkasan bunga pada 6 MST. Pemangkasan bunga dilakukan dengan cara menggunting batang yang berbunga pada buku ke tiga di bawah pangkal bunga, hal ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman.

(19)

5 tanaman dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC agar kandungan bioaktif dalam daun terjaga. Setelah 2 hari pengeringan dalam oven, bobot kering tanaman ditimbang.

Peubah vegetatif yang diamati setiap minggu adalah tinggi tanaman, jumlah daun (dihitung pada daun yang sudah membuka secara penuh), panjang dan lebar daun terpanjang serta diameter tajuk. Saat tanaman berumur 4, 6 dan 8 MST dilakukan pengamatan biomassa tanaman melalui penimbangan bobot basah dan bobot kering daun, batang, bunga dan akar dengan mengambil 2 tanaman dalam setiap petak percobaan. Pengamatan terhadap sampel tanaman pada 9 MST juga pada peubah tersebut di atas dilakukan, namun tanpa pengukuran biomassa akar, karena akar tidak dipanen.

Analisis pasca panen yang dilakukan yaitu analisis kandungan klorofil, antosianin dan karoten menggunakan metode Sims and Gamon (2002) pada daun muda percabangan dan daun tua ketika 6 dan 8 MST. Dilakukan pula analisis kandungan flavonoid menggunakan metode AlCl3 dan analisis kadar NPK pada daun ketika tanaman berumur 8 MST.

Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan model rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor dengan perlakuan lima dosis pupuk kandang, yaitu 0, 5, 10, 15 dan 20 ton ha-1. Setiap satuan percobaan terdiri atas tiga ulangan dengan lima taraf perlakuan, sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 36 tanaman termasuk 10 tanaman contoh, sehingga total tanaman berjumlah 540 tanaman. Model aditif linear dari percobaan ini adalah:

Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan :

Yij : Produksi tanaman dari perlakuan (dosis pupuk) ke-i dan ulangan ke-j µ : Rataan umum hasil pengamatan

αi : Pengaruh aditif perlakuan (dosis pupuk) ke-i

βj : Pengaruh aditif ulangan ke-j

εij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan (dosis pupuk) ke-i dan ulangan ke-j

Prosedur Analisis Data

Data pengamatan yang diperoleh, dianalisis menggunakan uji F pada α = 5%. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka setiap taraf perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji

lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf kesalahan 5%, analisis

(20)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kondisi Umum

Rata-rata suhu bulanan selama percobaan dilaksanakan adalah 25.1 oC dengan kisaran 23.2 oC hingga 28.2 oC, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan selama percobaan, yaitu 440 mm dengan kisaran 281 mm hingga 702 mm. Rata-rata kelembabanbulanan adalah 88 % ( Tabel 2).

Tabel 2 Data iklim bulanan wilayah Darmaga Bogor

Bulan Temperatur Kelembaban

Februari 2014 23.1 27.7 89 337

Maret 2014 23.3 29.7 87 281

Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor

Sebelum percobaan dilaksanakan, contoh tanah diambil secara komposit untuk dilakukan analisis kandungan hara tanah. Kondisi tanah pada lokasi percobaan memiliki pH sebesar 6.40, sedangkan kadar N-total sebesar 0.12%, P-Bray I sebesar 8.0 ppm dan K sebesar 1.15 me/100 g. Hal ini menunjukan kondisi lahan percobaan yang agak masam dan memiliki kadar N dan P yang rendah akan tetapi memiliki kadar K yang sangat tinggi (Tabel 3).

Tabel 3 Hasil analisis tanah

Karakter Satuan Nilai Kriteria

H2O (pH 1:1) 6.40 Agak masam

C-org % 1.34 Rendah

N-total % 0.12 Rendah

K me/100 g 1.15 Sangat tinggi

P-Bray I ppm 8.0 Rendah

Hama dan penyakit yang menyerang tempuyung selama percobaan berlangsung adalah ulat, belalang, kutu daun (Aphid sp.) dan cendawan Puccinia

sp. Kutu daun menyerang pangkal daun bagian bawah dan sekitar titik tumbuh mulai 3 MST, sedangkan ulat dan belalang menyerang daun (Gambar 1). Curah hujan bulanan pada umur tanaman 1 hingga 3 MST mencapai 702 mm, tingginya curah hujan dan kelembaban menyebabkan 30% tanaman tempuyung terserang cendawan Puccinia sp. dengan gejala ringan berupa bintik kuning pada daun tua yang dekat tanah (Gambar 2). Bahkan pada 8 MST persentase daun yang rusak mencapai 93.14%. Menurut Wahyuno (2012) karat daun yang disebabkan oleh

(21)

7

Gambar 1 Ulat dan daun yang terserang gigitan serangga

Gambar 2 Cendawan Puccinia sp. dan daun yang terserang Puccinia sp. Tanaman tempuyung mulai berbunga pada 5 MST, akan tetapi nilai dari peubah vegetatif terus bertambah hingga 8 MST. Secara umum dalam penelitian ini, tanaman tempuyung memiliki keragaan yang baik (Gambar 3). Pemangkasan bunga pada percobaan ini, yang dilakukan saat tanaman berumur 6 MST justru meningkatkan jumlah cabang dan bunga, sehingga pada budi daya tempuyung sebaiknya tidak perlu melakukan pemangkasan bunga. Padahal menurut Wahyuningsih (2005) pemangkasan tangkai bunga pada awal pembungaan dapat meningkatkan jumlah daun tempuyung karena merangsang pertumbuhan tunas lateral (anakan).

Gambar 3 Keragaan tanaman pada 1 (a) dan 8 MST (b)

Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis dalam percobaan ini tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap seluruh peubah yang diamati (Tabel 4).

(22)

8

Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam

Peubah Umur tanaman (MST) Pengaruh dosis KK (%)

Tinggi tanaman 1 tn 14.73

2 tn 16.43

3 tn 13.97t

4 tn 20.04t

5 tn 19.05t

6 tn 20.34t

7 tn 19.00

8 tn 24.70

Jumlah daun 1 tn 8.4

2 tn 7.8

3 tn 5.1

4 tn 8.1

5 tn 17.9

6 tn 21.4

7 tn 23.4

8 tn 27.3

Diameter tajuk 1 tn 9.75

2 tn 8.98

3 tn 6.55

4 tn 5.53

5 tn 5.93

6 tn 6.57

7 tn 6.42

8 tn 5.82

Lebar daun terpanjang 1 tn 5.52

2 tn 4.52

3 tn 6.33

4 tn 6.13

5 tn 3.21

6 tn 5.61

7 tn 5.96

8 tn 5.45

Panjang daun terpanjang 1 tn 8.39

2 tn 9.00

3 tn 5.69

4 tn 5.03

5 tn 19.57

6 tn 5.97

7 tn 6.26

(23)

9 Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam (lanjutan)

Peubah Umur tanaman (MST) Pengaruh dosis KK (%)

Bobot segar daun total.tanaman-1 4 tn 23.75

6 tn 19.24t

8 tn 31.52

9 tn 21.19t

Bobot kering daun total.tanaman-1 4 tn 23.26

6 tn 26.57

8 tn 20.27t

9 tn 21.88t

Bobot segar akar 4 tn 23.24

6 tn 28.57

8 tn 31.55

Bobot kering akar 4 tn 9.58t

6 tn 30.40

8 tn 16.26t

Bobot segar batang 8 tn 27.08t

9 tn 27.09t

Bobot kering batang 8 tn 26.66t

9 tn 31.22t

Bobot segar bunga 8 tn 20.07t

9 tn 25.58t

Bobot kering bunga 8 tn 13.34t

9 tn 15.32t

Bobot segar daun muda 8 tn 12.98t

Bobot segar daun tua 8 tn 16.70t

Bobot kering daun muda 8 tn 16.62t

Bobot kering daun tua 8 tn 19.25t

Kandungan klorofil 6 tn 9.73

Kandungan klorofil (daun muda) 8 tn 10.79

Kandungan klorofil (daun tua) 8 tn 11.18

Kandungan karoten 6 tn 7.98

Kandungan karoten (daun muda) 8 tn 10.66

Kandungan karoten (daun tua) 8 tn 11.65

Kandungan antosianin 6 tn 1.64t

Kandungan antosianin (daun muda) 8 tn 1.52t

Kandungan antosianin (daun tua) 8 tn 1.25t

Kandungan flavonoid (daun tua) 8 tn 28.72

Kadar nitrogen 8 tn 14.33

Kadar fosfor 8 tn 14.33

Kadar kalium 8 tn 21.10

tn

(24)

10

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kambing terhadap Peubah Vegetatif

Ketika tanaman tempuyung memasuki fase generatif (5 MST) tanaman cepat tumbuh tinggi, hal ini dapat dilihat dari selisih tinggi tanaman pada 5 dan 6 MST yang berkisar antara 6.37 hingga 13.28 cm. Secara statistik, tidak ada pengaruh dosis pupuk terhadap tinggi tanaman meskipun pada 3-6 MST nilai tinggi tanaman dengan aplikasi 15 ton ha-1 lebih tinggi daripada perlakuan lainnya (Tabel 5).

Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1)

0 5 10 15 20 meskipun pada 7-8 MST ada selisih yang lebih besar antara jumlah daun dengan aplikasi pupuk kandang 20 ton ha-1 dan tanpa pupuk (Tabel 6).

Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1)

(25)

11 Peubah panjang dan lebar daun serta diameter tajuk juga tidak berbeda antar dosis pupuk (Tabel 7, 8 dan 9). Nilai peubah panjang dan lebar daun yang fluktuatif disebabkan oleh daun terpanjang yang diamati pada minggu sebelumnya mati dan atau disebabkan daun terpanjang yang diamati tidak selalu pada daun yang sama. Penelitian ini menghasilkan keragaan tanaman yang lebih baik daripada hasil penelitian Gatari (2014) yang menggunakan polybag dan menunjukkan bahwa tanaman tempuyung dengan penggunaan berbagai media tanam yang dicampur pupuk kandang sapi memiliki rata-rata panjang daun tertinggi 19.79 cm, sedangkan rata-rata diameter tajuk terpanjang 36.20 cm. Tabel 7 Rata-rata panjang daun terpanjang tanaman tempuyung pada umur dan

dosis pupuk yang berbeda

Umur tanaman

(MST)

Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1)

0 5 10 15 20

Tabel 8 Rata-rata lebar daun terpanjang tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda

Umur tanaman

(MST)

Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1)

(26)

12

Tabel 9 Rata-rata diameter tajuk tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda

Umur tanaman

(MST)

Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1)

0 5 10 15 20

Diameter tajuk (cm)

1 23.61 ± 2.40 23.66 ± 3.98 25.09 ± 3.90 24.28 ± 5.73 24.66 ± 3.27

2 25.84 ± 2.20 25.26 ± 4.05 26.45 ± 3.50 26.67 ± 5.48 25.69 ± 3.61

3 33.71 ± 2.55 30.93 ± 3.20 32.24 ± 1.98 32.62 ± 3.93 33.36 ± 3.33

4 44.62 ± 1.94 41.49 ± 2.94 43.16 ± 2.21 44.01 ± 4.07 45.28 ± 4.04

5 49.50 ± 1.68 47.83 ± 2.56 47.87 ± 1.88 49.06 ± 3.07 51.70 ± 3.90

6 54.37 ± 2.52 51.82 ± 2.37 51.94 ± 2.25 52.58 ± 1.82 56.32 ± 3.15

7 59.27 ± 2.05 55.90 ± 2.56 55.56 ± 2.10 56.92 ± 0.41 61.13 ± 2.33

8 60.75 ± 1.71 57.86 ± 2.68 58.24 ± 1.73 58.89 ± 0.38 61.98 ± 1.73

Keterangan : ± adalah standard error (n=3)

Nilai peubah tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter tajuk mencapai nilai tertinggi pada 8 MST. Hal ini dapat diartikan, walaupun pemberian pupuk kandang kambing tidak memberikan pengaruh yang nyata, tanaman tempuyung tetap dapat tumbuh dengan baik.

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kambing terhadap Peubah Bobot Segar dan Bobot Kering Tanaman Tempuyung

Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak berpengaruh terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman. Peubah bobot segar dan bobot kering daun mencapai nilai maksimal pada 8 MST, akan tetapi ketika 9 MST terjadi penurunan hasil hingga 78.52% dari hasil panen 8 MST (Gambar 4). Hal ini dikarenakan gejala serangan cendawan Puccinia sp. yang semakin tinggi, sehingga banyak tanaman yang busuk.

(27)

13

Gambar 4 Rata-rata biomassa daun total pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

(28)

14

Gambar 5 Bagian tanaman tempuyung

Gambar 6 Rata-rata biomassa daun 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

(29)

15

Gambar 7 Rata-rata bobot kering akar pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

Tanaman tempuyung memasuki fase generatif pada 5 MST dan pemangkasan bunga dilakukan pada 6 MST, sehingga pengamatan bobot segar dan bobot kering batang dan bunga baru dilakukan pada 8 MST. Tidak ada perbedaan nyata biomassa batang dan bunga akibat perbedaan dosis pupuk, meskipun tanaman yang dipupuk dengan dosis 20 ton ha-1 memiliki selisih yang lebih besar daripada tanaman yang tidak dipupuk (Gambar 9 dan 10).

Gambar 8 Rata-rata biomassa batang pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

(30)

16

Gambar 9 Rata-rata biomassa bunga pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

Tinggi tanaman berkorelasi positif terhadap jumlah daun, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah daun. Korelasi positif juga terdapat pada peubah jumlah daun dengan bobot segar daun, serta peubah bobot segar daun dengan bobot kering daun (Tabel 10).

Tabel 10 Korelasi linear antara tinggi tanaman, jumlah daun dan biomassa daun pada 8 MST

Tinggi tanaman Jumlah daun Bobot segar daun

Jumlah daun 0.681** - -

Bobot segar daun 0.490tn 0.772** -

Bobot kering daun 0.240tn 0.499tn 0.649**

**menunjukan hasil yang berbeda nyata pada taraf 1%, tntidak berbeda nyata

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kambing terhadap Peubah Kandungan Bioaktif dan Hara Tanaman Tempuyung

Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak memberikan pengaruh terhadap kadar flavonoid meskipun pada daun tua ada selisih yang lebih besar antara kadar flavonoid dengan pemupukan 20 ton ha-1 dengan tanpa pupuk. Kandungan flavonoid total tertinggi yang terdapat dalam daun tempuyung adalah 11.67 mg (g bobot kering)-1, sedangkan menurut Khan (2012) kandungan kandungan flavonoid total daun tempuyung dapat mencapai 23.40 mg (g bobot kering)-1.

Daun muda memiliki kandungan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan daun tua dengan selisih mencapai 8.18 mg (g bobot kering)-1 (Gambar 11), diduga asimilat pada daun tua mengalami translokasi pada daun muda karena stress pada

(31)

17 daun muda lebih besar daripada daun tua. Menurut Taiz (1991) kandungan metabolit sekunder dipengaruhi oleh cekaman lingkungan.

Kandungan klorofil, karoten dan antosianin juga tidak dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang kambing, sehingga nilai peubah daun muda dan daun tua yang hampir sama untuk seluruh perlakuan dosis pupuk. (Gambar 12, 13 dan 14). Selain itu, adanya kadungan antosianin yang rendah menunjukan bahwa tingginya kandungan flavonoid total tidak didominasi oleh antosianin yang merupakan sub golongan flavonoid. Hasil penelitian Khan (2012) menyebutkan bahwa kandungan flavonoid total pada tempuyung didominasi oleh orientin, quersetin dan kaempferol.

Gambar 10 Rata-rata kadar flavonoid total (dihitung sebagai quersetin) pada umur 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda (daun muda diambil secara komposit, sehingga tidak ada analisis statistik), garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

Gambar 11 Rata-rata kandungan antosianin saat umur 8 MST pada dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

(32)

18

Gambar 12 Rata-rata kandungan klorofil pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

Gambar 13 Rata-rata kandungan karoten pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

Secara statistik, kadar nitrogen, fosfor dan kalium dalam tanaman tempuyung tidak dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang kambing, meskipun kadar fosfor dalam tanaman memiliki selisih yang tinggi antara tanaman yang dipupuk dengan dosis 10 ton ha-1 dengan tanpa pemupukan. Begitu pula kadar kalium pada tanaman tempuyung yang dipupuk dengan dosis 20 ton ha-1 memiliki selisih yang tinggi dengan tanaman yang tidak dipupuk (Gambar 13).

Gambar 14 Rata-rata kadar hara tanaman pada 8 MST dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3

(33)

19 Pembahasan

Secara umum tanaman tempuyung memiliki pertumbuhan yang baik selama 8 MST yang ditandai oleh penambahan nilai peubah vegetatif, bahkan ketika memasuki fase generatif penambahan nilai peubah vegetatif masih terjadi. Hal ini berbeda dengan penelitian Gatari (2014) yang menunjukkan penurunan nilai tengah peubah vegetatif ketika telah memasuki fase generatif, karena menurut Heldt (2005) ketika tanaman memasuki fase generatif, terdapat pemindahan penyimpanan fotosintat dari daun menjadi bunga atau buah. Akan tetapi, pada penelitian Wahyuningsih (2005) dengan dilakukanya pemangkasan bunga di awal pembungaan, jumlah daun tempuyung terus bertambah meskipun tanaman tempuyung sudah memasuki fase generatif.

Bobot kering daun pada fase vegetatif (4 MST) berkisar antara 1.24 hingga 2.05 g tanaman-1, sedangkan pada fase generatif (6 MST) bobot kering daun mengalami peningkatan hingga 4.42 g tanaman-1, bahkan pada 8 MST peningkatan bobot kering daun hingga 13.38 g tanaman-1 (Gambar 3), sedangkan produktivitas simplisia daun total pada 8 MST mencapai rata-rata 120 kg ha-1.

Hal ini menunjukkan produksi simplisia daun terus bertambah walaupun tanaman sudah memasuki fase generatif. Seluruh daun tanaman tempuyung dapat dipanen dengan cara memanen daun tua terlebih dahulu karena letaknya dekat tanah dan umurnya lebih tua, daun muda pun dapat dipanen karena memiliki ukuran yang hampir sama dengan daun tua. Selain itu, bobot kering akar, batang dan bunga juga mengalami peningkatan setiap minggunya.

Kandungan flavonoid total yang tinggi dalam daun tempuyung terdapat pada tanaman dengan biomassa yang rendah (Gambar 4 dan 7). Hal ini dimungkinkan karena adanya cekaman biotik (serangan cendawan Puccinia sp.) dan abiotik (curah hujan dan kelembaban yang tinggi) selama percobaan mengakibatkan rendahnya biomassa dan tingginya kandungan flavonoid total. Menurut Taiz (1991) kandungan metabolit sekunder dipengaruhi oleh cekaman lingkungan, karena salah satu fungsi metabolit sekunder sebagai pertahanan bagi pertumbuhan.

Percobaan di lapangan ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari pemberian pupuk kandang kambing terhadap peubah kadar nitrogen dan kandungan klorofil. Bahkan saat umur tanaman 8 MST, tanaman tempuyung yang tidak dipupuk memiliki biomassa akar yang tinggi, serapan nitrogen yang tinggi, yaitu 0.48 g tanaman-1, serta kandungan klorofil yang tinggi pada daun tua sebesar 1.46 mg/g. Menurut Heldt (2005) nitrogen memiliki peran dalam pembentukan klorofil, sehingga semakin tinggi kadar nitrogen akan tinggi pula kandungan klorofilnya.

(34)

20

mikroorganisme dalam penguraian pupuk organik dalam tanah. Martajaya et al.

(2010) menambahkan bahwa kesesuaian hara dipengaruhi oleh waktu antara ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara, apabila bahan organik yang diberikan dalam tanah belum terdekomposisi dengan baik maka perlu waktu dalam tanah agar hara dapat diserap tanaman.

Perbedaan dari pemberian pupuk juga tidak terdapat dalam serapan fosfor dan kalium, walaupun terlihat selisih yang besar antara tanaman yang dipupuk dengan dosis 10 ton ha-1 dan tanaman yang tidak dipupuk, nilai serapan fosfor tersebut mencapai 0.08 mg/g. Selain itu, terdapat selisih serapan kalium yang tinggi antara tanaman dengan dosis pemupukan 20 ton ha-1 dan tanaman yang tidak dipupuk, nilai serapan kalium tersebut sebesar 0.42 mg/g.

Tidak terdapatnya pengaruh dalam pemberian pupuk kandang kambing terhadap seluruh peubah yang diamati diduga karena tingginya curah hujan dan kelembaban mengakibatkan tingginya serangan cendawan Puccinia sp. Dugaan lainnya karena tanaman tempuyung merupakan tanaman yang adaptif tumbuh liar, sehingga tidak responsif terhadap pemupukan. Hasil penelitian Januwati (1993) menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh terhadap produksi daun segar per tanaman, sedangkan hasil penelitian Gatari (2014) yang menggunakan polybag menunjukan bahwa penggunaan berbagai media tanam yang dicampur pupuk kandang sapi tidak mempengaruhi peubah vegetatif dan biomassa daun tempuyung. Bahkan, hasil penelitian Nurhayati et al. (2013) menunjukan bahwa pemberian pupuk NPK juga tidak memberikan pengaruh terhadap keragaan tanaman dan biomassa daun tempuyung, karena dosis pupuk kandang yang diberikan sudah terlalu tinggi.

Adanya nilai peubah yang beragam dikarenakan ukuran bibit yang diperoleh sudah beragam dengan umur yang sama, sehingga penanaman dikelompokan berdasarkan ukuran bibit. Pada ulangan 1 dan 3 bibit yang digunakan berukuran sedang, sedangkan bibit yang ditanam pada ulangan 2 adalah bibit yang berukuran besar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak mempengaruhi peubah vegetatif, biomassa, kandungan bioaktif serta kadar hara tanaman, walaupun pemberian pupuk kandang kambing menyebabkan pertumbuhan tanaman yang baik. Selain itu, produktivitas maksimal simplisia daun tempuyung terdapat pada 8 MST dengan nilai tengah mencapai 120 kg ha-1. Tidak terdapat dosis pupuk kandang kambing optimal yang dapat direkomendasikan dalam budi daya tempuyung.

Saran

(35)

21 simplisia daun tempung, sehingga perlu adanya kajian mengenai penyediaan bahan tanam dalam perbanyakan tempuyung.

DAFTAR PUSTAKA

Assari A. 2012. Uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol daun tempuyung pada mencit jantan [skripsi]. Jatinangor (ID): Fakultas Farmasi, Universitas Pajajaran.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data iklim bulanan wilayah Darmaga Bogor (ID): BMKG

Burhanudin, Nurmansyah. 2010. Pemberian pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan dan produksi nilam pada tanah podsolik merah kuning.

Bul.littro. 21(2):138 – 144.

Dalimartha S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Cet. 4. Jakarta (ID): Puspa Swara.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 2009. Sosialisasi GAP dan Registrasi Lahan Usaha Tanaman Obat.

http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=123:reg-lu&catid=34:berita-terbaru [8 Maret 2013]

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Keputusan Menteri Pertanian.

http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_wrapper&vie w=wrapper&Itemid=78 [9 maret 2013]

Gatari DD. 2014. Pertumbuhan dan produksi tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan komposisi media tanam yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Program studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry. Ed ke-3. California (US): Elsevier Science. hlm 339-345.

Hardjowigeno S. 1989. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. hlm 128-129.

Hartatik W, Widowati LR. 2006. Pupuk Kandang. Simanungkalit RDM et al

(Eds.). Pupuk Organik dan Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 59-82.

(36)

22

Izhar L, Susila AD. 2010. Rekomendasi pemupukan fosfor dan potasium berdasarkan analisis hara tanah pada tanaman sayuran. J. Hort. Indonesia.

1(2):81-88.

Januwanti M. 1993. Pengaruh jenis bibitdan pupuk kandang terhadap produksi daun tempuyung (Sonchus arvensis L.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 2(3): 14-15.

Khan RA. 2012. Evaluation of flavonoids and diverse antioxidant activities of

Sonchus arvensis. Chemistry Central Journal. 6(126): 1-7. doi: 10.1186/1752-153X-6-126.

Las I, Subagyono K, Setiyono AP. 2006. Isu dan pengelolaan lingkungan dalam revitalisasi pertanian. Jurnal Litbang Pertanian. 25(3):106 – 114.

Martajaya M, Agustina L, Syekhfani. (2010). Metode budi daya organic jagung manis di Tlogomas, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari. 1(1):1-8. Nurhayati H, Darwati I, Rosita SMD. 2013. Pengaruh pola tanam dan dosis pupuk

NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Sonchus arvensis L.). Bul. Littro. 24(1):8-13.

Paul EA, Clark FE. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. California (US): Academic Press. hlm 135-141.

Pramono S, Sumarno, Wahono S. 1993. Flavonoid daun Sonchus arvensis L. senyawa aktif pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 2(3):5 – 7.

Pribadi E R. 2009. Pasokan dan permintaan tanaman obat Indonesia serta arah penelitian dan pengembangannya. Perspektif 8(1):52 – 64.

Puteri MG, Bhandar MR, Jun. 2009. Indonesian Medical Plants and Their anti Diabetic Potencies. Martirosyan DM, editor. Funcitional Foods for Cronic Diseases Ed ke-4. Los Angeles (US): FI Publishing.

Rahardjo M, Rosita SMD. 2003. Agroekosistem tanaman obat. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 2(3):89-95.

Rohaeti E, Heryanto R, Rafi M, Wahyuningum, Darusman L K. 2011. Prediksi kadar flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis L.) menggunakan kombinasi spektroskopi IR dengan regresi kuadrat terkecil parsial. Jurnal Kimia. 5(2):101-108.

(37)

23 Sukadana IM, Rahayusanti S. 2011. Senyawa antibakteri BIS (2-Etil Heksil) Ester dan triterpenoid dalam ekstrak n-Heksana daun tempuyung. Majalah Obat Tradisional. 16(1): 1-6.

Sulasna J, Santoso B, Iskandar D. 2004. Tempuyung: Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 115 hlm.

Taiz L. 1991. Plant Physiology. California (US): Cummings Publishing. 565 hlm. Wahid P. 1998. Budidaya dan pemuliaan tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat

Indonesia. 4(1): 4-8.

Wahyuningsih APS. 2005. Pengaruh kombinasi aplikasi pupuk N dan waktu pemangkasan tangkai bunga terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) [skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wahyuno D. 2012. Temuan penyakit baru: Puccinia xantii penyebab bercak daun

pada Xanthium sp. di Indonesia. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 8(4): 116-119. Winarti C, Nurdjanah N. 2005. Peluang rempah dan tanaman obat sebagai sumber

pangan fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 24(2) : 47-55.

Winarto WP. 2004. Tempuyung: Tanaman Penghancur Batu Ginjal. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 67 hlm.

Yuliarti W. 2013. Isolasi, identifikasi dan uji antioksidan asam fenolat dalam daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil (DPPH). Chem Info Journal. 1(1):294-304. doi: 10.3799/sm.1.19.46.

(38)

24

LAMPIRAN

Lampiran 1Hasil analisis sidik ragam

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Tinggi tanaman 1 MST---

Pengaruh dosis 4 0.074 0.018 0.52 0.726

Ulangan 2 0.019 0.010 0.27 0.767

Galat 8 0.285 0.036

Total 14 0.738

---Tinggi tanaman 2 MST---

Pengaruh dosis 4 0.322 0.081 1.14 0.405

Ulangan 2 0.126 0.063 0.89 0.448

Galat 8 0.567 0.071

Total 14 1.015

---Tinggi tanaman 3 MST---

Pengaruh dosis 4 5.026 1.257 1.04 0.445

Ulangan 2 3.661 1.831 1.51 0.278

Galat 8 9.690 1.211

Total 14 18.378

---Tinggi tanaman 4 MST---

Pengaruh dosis 4 14.039 3.510 0.92 0.499

Ulangan 2 11.796 5.898 1.54 0.272

Galat 8 30.641 3.830

Total 14 56.476

---Tinggi tanaman 5 MST---

Pengaruh dosis 4 26.488 6.622 0.94 0.487

Ulangan 2 39.711 19.856 2.83 0.118

Galat 8 56.169 7.021

Total 14 122.368

---Tinggi tanaman 6 MST---

Pengaruh dosis 4 186.149 46.537 0.99 0.464

Ulangan 2 508.947 254.474 5.43 0.032

Galat 8 374.730 46.841

Total 14 1 069.826

---Tinggi tanaman 7 MST---

Pengaruh dosis 4 313.981 78.495 0.43 0.781

Ulangan 2 2 838.460 1 419.230 7.84 0.013

Galat 8 1 448.117 181.015

Total 14 4 600.559

---Tinggi tanaman 8 MST---

(39)

25 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan)

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Panjang daun 1 MST---

Pengaruh dosis 4 1.754 0.439 0.32 0.854

Ulangan 2 123.231 61.615 45.59 0.000

Galat 8 10.811 1.351

Total 14 135.797

---Panjang daun 2 MST---

Pengaruh dosis 4 0.950 0.238 0.14 0.962

Ulangan 2 98.796 49.398 29.33 0.000

Galat 8 13.474 1.684

Total 14 112.220

---Panjang daun 3 MST---

Pengaruh dosis 4 3.331 0.833 0.87 0.521

Ulangan 2 63.737 31.869 33.30 0.000

Galat 8 7.657 0.957

(40)

26

Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan)

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Panjang daun 4 MST---

Pengaruh dosis 4 5.391 1.348 1.04 0.446

Ulangan 2 66.923 33.461 25.70 0.000

Galat 8 10.416 1.302

Total 14 82.730

---Panjang daun 5 MST---

Pengaruh dosis 4 88.446 22.111 0.84 0.539

Ulangan 2 182.172 91.086 3.45 0.083

Galat 8 211.446 26.430

Total 14 482.063

---Panjang daun 6 MST---

Pengaruh dosis 4 10.724 2.681 1.04 0.443

Ulangan 2 20.379 10.190 3.96 0.064

Galat 8 20.608 2.576

Total 14 51.711

---Panjang daun 7 MST---

Pengaruh dosis 4 13.418 3.354 1.00 0.461

Ulangan 2 3.539 1.770 0.53 0.610

Galat 8 26.862 3.358

Total 14 43.819

---Panjang daun 8 MST---

(41)

27 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan)

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Diameter tajuk 1 MST---

Pengaruh dosis 4 4.908 1.227 0.22 0.920

Ulangan 2 437.997 218.997 39.14 0.000

Galat 8 44.760 5.595

Total 14 487.665

---Diameter tajuk 2 MST---

Pengaruh dosis 4 3.990 0.997 0.18 0.941

Ulangan 2 416.317 208.158 38.21 0.000

Galat 8 43.579 5.447

Total 14 463.886

---Diameter tajuk 3 MST---

Pengaruh dosis 4 14.135 3.534 0.78 0.571

Ulangan 2 246.862 123.431 27.09 0.000

Galat 8 36.453 4.557

Total 14 297.450

---Diameter tajuk 4 MST---

Pengaruh dosis 4 25.823 6.456 1.10 0.417

Ulangan 2 254.093 127.046 21.73 0.000

Galat 8 46.765 5.846

Total 14 326.681

---Diameter tajuk 5 MST---

Pengaruh dosis 4 29.934 7.484 0.88 0.516

Ulangan 2 157.064 78.532 9.24 0.008

Galat 8 67.968 8.496

Total 14 254.966

---Diameter tajuk 6 MST---

Pengaruh dosis 4 44.347 11.087 0.90 0.507

Ulangan 2 82.934 41.467 3.37 0.087

Galat 8 98.579 12.322

Total 14 225.861

---Diameter tajuk 7 MST---

Pengaruh dosis 4 67.798 16.950 1.23 0.370

Ulangan 2 14.501 7.250 0.53 0.610

Galat 8 110.111 13.764

(42)

28

Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan)

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Diameter tajuk 8 MST---

Pengaruh dosis 4 37.087 9.272 0.77 0.574

Ulangan 2 1.160 0.580 0.05 0.953

Galat 8 96.229 12.029

Total 14 134.476

---Bobot segar daun total/tanaman 4 MST---

Pengaruh dosis 4 107.858 26.964 1.98 0.190

Ulangan 2 1 030.005 515.003 37.90 0.000

Galat 8 108.698 13.587

Total 14 1 246.560

---Bobot segar daun total/tanaman 6 MST---

Pengaruh dosis 4 2 691.084 672.771 0.77 0.572

Ulangan 2 13 889.218 6944.609 7.98 0.012

Galat 8 6 960.074 870.009

Total 14 23 540.376

---Bobot segar daun total/tanaman 8 MST---

Pengaruh dosis 4 3 238.556 809.639 0.65 0.642

Ulangan 2 1 862.478 931.239 0.75 0.503

Galat 8 9 947.500 1243.437

Total 14 15 048.534

---Bobot segar daun total/tanaman 9 MST---

Pengaruh dosis 4 827.005 206.751 0.91 0.500

Ulangan 2 82.333 41.166 0.18 0.837

Galat 8 1 808.684 226.085

Total 14 2 718.022

---Bobot kering daun total/tanaman 4 MST---

Pengaruh dosis 4 1.492 0.373 2.44 0.131

Ulangan 2 10.135 5.068 33.30 0.000

Galat 8 1.221 0.153

Total 14 12.849

---Bobot kering daun total/tanaman 6 MST---

Pengaruh dosis 4 11.673 2.918 1.43 0.309

Ulangan 2 35.702 17.851 8.74 0.010

Galat 8 16.339 2.042

Total 14 63.714

---Bobot kering daun total/tanaman 8 MST---

Pengaruh dosis 4 38.338 9.584 0.17 0.949

Ulangan 2 103.458 51.729 0.90 0.443

Galat 8 457.549 57.194

Total 14 599.345

---Bobot kering daun total/tanaman 9 MST---

Pengaruh dosis 4 52.628 13.157 0.86 0.529

Ulangan 2 6.925 3.462 0.23 0.803

Galat 8 123.030 15.379

Total 14 182.582

---Bobot segar daun muda/tanaman 8 MST---

Pengaruh dosis 4 1 760.927 440.232 1.72 0.238

Ulangan 2 371.437 185.719 0.73 0.514

Galat 8 2 048.826 256.103

(43)

29 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan)

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Bobot kering daun muda/tanaman 8 MST---

Pengaruh dosis 4 53.409 13.352 0.92 0.496

Ulangan 2 10.980 5.490 0.38 0.696

Galat 8 115.623 14.453

Total 14 180.012

---Bobot segar daun tua/tanaman 8 MST---

Pengaruh dosis 4 2 260.813 565.203 1.90 0.204

Ulangan 2 70.181 35.091 0.12 0.890

Galat 8 2 381.753 297.719

Total 14 4 712.747

---Bobot kering daun tua/tanaman 8 MST---

Pengaruh dosis 4 78.117 19.529 1.60 0.265

Ulangan 2 11.708 5.854 0.48 0.636

Galat 8 97.795 12.224

Total 14 187.620

---Bobot segar akar 4 MST---

Pengaruh dosis 4 17.308 4.327 3.05 0.084

Ulangan 2 108.421 54.211 38.22 0.000

Galat 8 11.347 1.418

Total 14 137.075

---Bobot segar akar 6 MST---

Pengaruh dosis 4 119.957 29.989 0.76 0.577

Ulangan 2 632.090 316.045 8.06 0.012

Galat 8 313.718 39.215

Total 14 1 065.765

---Bobot segar akar 8 MST---

Pengaruh dosis 4 57.926 14.481 0.16 0.951

Ulangan 2 308.998 154.499 1.74 0.236

Galat 8 771.241 88.905

Total 14 1 078.165

---Bobot kering akar 4 MST---

Pengaruh dosis 4 0.338 0.085 0.71 0.606

Ulangan 2 2.467 1.234 10.39 0.006

Galat 8 0.950 0.119

Total 14 3.756

---Bobot kering akar 6 MST---

Pengaruh dosis 4 2.292 0.573 0.43 0.782

Ulangan 2 20.656 10.328 7.80 0.013

Galat 8 10.587 1.323

Total 14 33.535

---Bobot kering akar 8 MST---

Pengaruh dosis 4 15.038 3.759 0.25 0.900

Ulangan 2 35.269 17.635 1.19 0.354

Galat 8 118.891 14.861

Total 14 169.198

---Bobot segar batang 8 MST---

Pengaruh dosis 4 3 577.796 894.449 2.71 0.107

Ulangan 2 658.383 329.191 1.00 0.410

Galat 8 2 637.299 329.662

(44)

30

Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan)

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Bobot segar batang 9 MST---

Pengaruh dosis 4 1 688.778 422.194 0.31 0.863

Ulangan 2 2 234.433 1 117.216 0.82 0.473

Galat 8 10 869.501 1 358.688

Total 14 14 792.711

---Bobot kering batang 8 MST---

Pengaruh dosis 4 191.647 47.912 0.94 0.490

Ulangan 2 186.363 93.182 1.82 0.223

Galat 8 409.248 51.156

Total 14 787.258

---Bobot kering batang 9 MST---

Pengaruh dosis 4 932.028 233.007 0.70 0.611

Ulangan 2 187.508 93.754 0.28 0.761

Galat 8 2 648.154 331.019

Total 14 3 767.690

---Bobot segar bunga 8 MST---

Pengaruh dosis 4 19.233 4.808 0.69 0.619

Ulangan 2 3.303 1.651 0.24 0.794

Galat 8 55.708 6.964

Total 14 78.244

---Bobot segar bunga 9 MST---

Pengaruh dosis 4 35.062 8.766 0.40 0.805

Ulangan 2 132.014 66.007 3.00 0.107

Galat 8 176.140 22.018

Total 14 343.217

---Bobot kering bunga 8 MST---

Pengaruh dosis 4 1.129 0.282 0.88 0.516

Ulangan 2 0.152 0.076 0.24 0.794

Galat 8 2.561 0.320

Total 14 3.842

---Bobot kering bunga 9 MST---

Pengaruh dosis 4 2.877 0.719 0.88 0.516

Ulangan 2 3.244 1.622 1.99 0.199

Galat 8 6.527 0.816

Total 14 12.649

---Kandungan klorofil 6 MST---

Pengaruh dosis 4 0.067 0.017 1.12 0.411

Ulangan 2 0.136 0.068 4.57 0.048

Galat 8 0.119 0.015

Total 14 0.321

---Kandungan klorofil daun muda 8 MST---

Pengaruh dosis 4 0.101 0.025 1.02 0.450

Ulangan 2 0.067 0.033 1.35 0.313

Galat 8 0.197 0.025

Total 14 0.365

---Kandungan klorofil daun tua 8 MST---

Pengaruh dosis 4 0.166 0.042 1.74 0.234

Ulangan 2 0.157 0.079 3.30 0.090

Galat 8 0.191 0.024

(45)

31 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan)

SK DB JK KT F-hitung Pr > F

---Kandungan karoten 6 MST---

Pengaruh dosis 4 0.003 0.001 1.48 0.294

Ulangan 2 0.005 0.002 4.58 0.047

Galat 8 0.004 0.001

Total 14 0.013

---Kandungan karoten daun muda 8 MST---

Pengaruh dosis 4 0.003 0.001 0.69 0.619

Ulangan 2 0.001 0.001 0.59 0.576

Galat 8 0.008 0.001

Total 14 0.013

---Kandungan karoten daun tua 8 MST---

Pengaruh dosis 4 0.006 0.001 1.13 0.409

Ulangan 2 0.006 0.003 2.48 0.145

Galat 8 0.010 0.001

Total 14 0.021

---Kandungan antosianin daun muda 8 MST---

Pengaruh dosis 4 0.008 0.002 2.01 0.186

Ulangan 2 0.002 0.001 1.10 0.379

Galat 8 0.008 0.001

Total 14 0.019

---Kandungan antosianin daun tua 8 MST---

Pengaruh dosis 4 0.002 0.000 0.86 0.529

Ulangan 2 0.006 0.003 5.62 0.030

Galat 8 0.005 0.001

Total 14 0.013

---Kandungan flavonoid daun tua 8 MST---

Pengaruh dosis 4 5.235 1.309 1.08 0.428

Ulangan 2 1.620 0.810 0.67 0.540

Galat 8 9.719 1.215

Total 14 16.574

---Kadar nitrogen 8 MST---

Pengaruh dosis 4 1.225 0.306 3.39 0.067

Ulangan 2 0.149 0.074 0.82 0.474

Galat 8 0.723 0.090

Total 14 2.097

---Kadar fosfor 8 MST---

Pengaruh dosis 4 0.027 0.006 1.87 0.209

Ulangan 2 0.004 0.002 0.62 0.560

Galat 8 0.028 0.003

Total 14 0.060

---Kadar kalium 8 MST---

Pengaruh dosis 4 1.505 0.376 1.95 0.196

Ulangan 2 0.358 0.179 0.93 0.434

Galat 8 1.543 0.193

(46)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Juli 1992 dari ayah Teguh dan ibu Istinganah. Penulis adalah putri pertama dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Budi Utomo Perak, Jombang, Jawa Timur dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi pernah asisten praktikum iImu Tanaman Pangan (AGH 340) pada tahun ajaran 2013/2014 serta mengajar siswa SD di Rumah Sahabat (RUSA) Paguyuban Karya Salemba Empat IPB pada periode 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis juga pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Departemen Penelitian dan Pengembangan Pertanian selama dua periode sebagai staf dan sekretaris departemen.

Penulis pernah mengikuti magang saat libur akhir semester di International Coorperation and Development Fund (ICDF), Cikarawang yang dilaksanakan 24 Januari – 3 Februari 2012. Pada tahun yang sama penulis juga mengikuti kegitan IPB Goes to Field 2012 dengan tema “Pembuahan Jambu Air di Luar Musim di

Kabupaten Demak”.

Prestasi yang pernah diraih, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat dengan judul “POTO (Pot Organik), Pemanfaatan Limbah Padi di Kampung Pabuaran Sawah dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Peduli Lingkungan” serta PKM bidang kewirausahaan

yang berjudul “Subtitusi Santan dengan Susu Kedelai dalam Pembuatan Kue

Serabi” keduanya didanai oleh DIKTI tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis

membuat PKM bidang pengabdian masyarakat dengan judul “HOKI (Horticulture

Gambar

Tabel 1 Kandungan hara dalam pupuk kandang
Tabel 3 Hasil analisis tanah
Gambar 1 Ulat dan daun yang terserang gigitan serangga
Tabel 4  Rekapitulasi hasil sidik ragam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa berdasarkan segala fakta hukum, maka Hakim berpendapat materi permohonan Pemohon dinilai cukup beralasan menurut hukum memohon didalam melakukan perbuatan hukum

Karakterisitik hidrokimia pada hulu Sungai Bawah Tanah Bribin ( Gua Gilap) ditandai dengan ciri : mengalami penurunan debit aliran menuju aliran dasar baseflow pada musim kemarau

Alternatif jenis tanaman utama yang sudah atau pernah ditanam oleh petani baik di lahan hutan negara maupun lahan milik adalah kakao ( Theobroma cacao ), kopi ( Coffea spp ), pisang

Tetapi menurut wawancara terhadap beberapa pegawai Telkom HR Area IV DIY mengenai tiga jenis kompensasi yang berlaku di perusahaan, pemberian kompensasi finansial langsung

Upon being selected for the award his short story was published and he was selected for editorial review by manga publishing giant Kodansha.. Sakurai would make his publishing

Hasil: Terdapat kadar timbal dalam rambut akibat paparan kronis pada sopir kendaraan umum di Kota Mataram dengan kadar rata – rata adalah 8,4085 μg/g dengan persentase 28,3% di

Berdasarkan analisis Galtung yang membagi kekerasan menjadi dua yaitu kekerasan struktural dan kekerasan personal inilah, peneliti akan mengkaji dua bentuk kekerasan

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan tidak ada hubungan antara jenis, frekuensi, dan durasi olahraga dengan dismenorea pada mahasiswi FIK Unnes tahun 2016..