• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR

(OCB) PADA GURU MUSLIM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

OLEH

ARIEF TRI PRABOWO

101301118

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Guru Muslim

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera

Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 14 Juli 2014

Arief Tri Prabowo

(3)

Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim

Arief Tri Prabowo dan Ferry Novliadi ABSTRAK

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat ditingkatkan apabila religiusitas guru tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sampel penelitian ini adalah guru yang beragama Islam, mengajar disekolah berlandaskan Islam, dan telah bekerja minimal 2 tahun dengan sampel penelitian berjumlah 168 guru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat Ukur yang digunakan berupa skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) berdasarkan teori yang dikemukakan Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) dan skala religiusitas berdasarkan teori yang dikemukakan Fetzer (1999). Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan metode regresi sederhana. Hasil penelitian ini diperoleh adanya pengaruh positif religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0,182, p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa religiusitas berkonstribusi dalam meningkatkan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

(4)

The Impact of Religiosity Toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) Among Moeslem Teachers

Arief Tri Prabowo and Ferry Novliadi

ABSTRACT

Organizational Citizenship Behavior (OCB) can be increased if those teachers have high rate of religiosity. This study aims to determine the impact of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB). The subject was Moeslem teacher who teach at Islamic school and have length of service at least 2 years. The subject were 168 teacher and took by purposive sampling. Data were collected through by Organizational Citizenship Behavior (OCB) scale based on the theory from Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) and religiosity scale based on theory by Fetzer (1999). The results of statistically analysis using simple regression showed that there was a positive influence of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0.182, p <0.05). These results indicate that religiosity contributed to increasing of Organizational Citizenship Behavior (OCB) among Moeslem teachers.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada

peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Pengaruh Religiusitas Terhadap

Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim” merupakan salah

satu syarat untuk dapat menyelesaikan ujian sarjana Psikologi di Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan. Maksud penelitian ini adalah untuk

memaparkan bagaimana pengaruh religiusitas terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Sudiyono dan Ibunda tercinta

Supeni, serta abang-abang tercinta mas Bayu dan mas Pandu atas dukungan moril

dan materil serta doa kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan hingga

selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Ferry Novliadi S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing yang tetap

sabar dalam membimbing peneliti dan meluangkan waktunya untuk

(6)

Allah selalu membalas setiap kebaikan Bapak dengan pahala yang

melimpah, Amin.

3. Ibu Vivi Gusrini R. Pohan, M.Sc, M.A., psikolog sebagai dosen

pembimbing akademik. Terima kasih atas nasihat dan bimbingan yang Ibu

berikan selama penulis kuliah di Fakultas Psikologi USU. Semoga Allah

memberikan balasan yang terbaik atas kebaikan Ibu selama ini.

4. Bapak Zulkarnain, Ph.D, psikolog dan Ibu Vivi Gusrini R. Pohan, M.Sc,

M.A., Psi selaku dosen penguji. Terima kasih karena telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguhi dan memberikan masukan serta

saran yang sangat berarti demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga Allah

senantiasa melimpahkan kasih sayang dan nikmatNya yang tak terbalas.

5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih

atas segala ilmu yang telah diberikan. Semoga peneliti dapat

memanfaatkan ilmu tersebut dengan sebaik-baiknya.

6. Seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi USU yang telah memberikan

banyak bantuan kepada peneliti khususnya dalam hal administrasi.

7. Pihak sekolah yang telah mengizinkan peneliti untuk meneliti guru di

sekolah tersebut. Fityan School Medan, MAN 1 Kota Medan,

Al-Fityah Binjai, dan Sekolah Ali Bin Abi Thalib Tanjung Morawa.

8. Guru yang telah bersedia membantu peneliti dalam mengisi skala

penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

9. Keluarga kecil dalam lingkaran penuh cinta yang terus memberikan ilmu

(7)

10.Kepada Putra, Fauji, Febri, Ichsan, Rizqa, Fadly, Dea, yang telah

mendoakan dan memberikan dukungan kepada peneliti selama kuliah di

Fakultas Psikologi USU.

11.Kepada keluarga besar FORMASI Al-Qalb, khususnya pengurus 2013

(Rony, Febri, Sakti, Fitri, Fahmi, Uun, Defi, Rini, Gita, Andre, Hakim, Mia, Andina, Muti, Fauji, Bibah, Yusuf, Afif, Kiki, Ade, Dara, Kak Nisa, Devi, Iqbal, Baim, Putri, Asmia, Dewi, Bibi, Darmik, Arif, Ikhsan, Winda, Hetty, Merindah, Wana, Zahrani, Vika, Nurul, Dika, Ulfa, Tasya, Nadya, Kikin, Nissa, Ajeng, Saif, Denny, Irma, Puspita, Lili, Sulis, dan Bobby). Terima kasih telah menjadi bagian dari potongan coretan hidup peneliti. Insya Allah persaudaran ini akan terus dibawa sampai surga mempersatukan kembali.

12.Kepada teman-teman angkatan 2010 yang sama-sama berjuang di dalam

aktifitas perkuliah.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari kriteria penelitian yang sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang sifatnya membangun peneliti sangat harapkan. Semoga

penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliiti khususnya dan umumnya bagi

pembaca serta peneliti selajutnya.

Medan, 14 Juli 2014 Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR ………..… iii

DAFTAR ISI ……….…… vi

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN……….…. xi

BAB I PEDAHULUAN ……….…... 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….…...7

C. Tujuan Penelitian ……….……...7

D. Manfaat Penelitian ……….…...8

1. Manfaat Teoritis ……….…...8

2. Manfaat Praktis ………...8

E. Sistematika Penulisan ………...8

BAB II LANDASAN TEORI ………....10

A. Organizational Citizenship Behavior(OCB) ………...10

1. Defenisi Organizational Citizenship Behavior(OCB) ……...10

2. Dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB) ………... 11

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior(OCB) ………….………... 13

(9)

B. Religiusitas ……….……….... 18

1. Defenisi Religiusitas ………...18

2. Dimensi Religiusitas ………..….. 19

C. Guru Muslim………...25

D. Dinamika Hubungan Religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior(OCB) ……… 26

E. Hipotesis Penelitian ………... 28

BAB III METODE PENELITIAN ………. 29

A. Identifikasi Variabel Penelitian ………... 29

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ………….……… 29

1. Organizational Citizenship Behavior(OCB) ………... 29

2. Religiusitas ……….. 30

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ………... 31

1. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 31

2. Teknik Pengambilan Sampel ……… 32

D. Metode Pengambilan Data ………. 32

1. Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB)………….. 33

2. Skala Religiusitas ………. 35

E. Validitas Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur ………...37

1. Validitas Alat Ukur ………... 38

2. Uji Daya Beda Aitem ………... 39 3. Reliabilitas Alat Ukur ………... 39

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur……….40

G. Prosedur Penelitian ……… 44

(10)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN........47

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian...47

B. Hasil Penelitian...50

1. Hasil Uji Asumsi...50

2. Hasil Utama Penelitian...52

C. Pembahasan Hasil Penelitian...58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...62

A. Kesimpulan...62

B. Saran...63

DAFTAR PUSTAKA ………. 65

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Skor Alternative Jawaban Skala ………..………34

Tabel 2 Blue Print Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB)…...34

Tabel 3 Skor Alternatif Jawaban Skala ………36

Tabel 4 Blue PrintSkala Religiusitas ………...37

Tabel 5 Distribusi Aitem-aitem Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB) Setelah Uji Coba………..……….40

Tabel 6. Distribusi Aitem-aitem Skala Organizational Citizenship Behavior(OCB) Pada saat Penelitian………..……41

Tabel 7 Distribusi Aitem-aitem Skala Religiusitas Setelah Uji Coba………..42

Tabel 8 Distribusi Aitem-aitem Skala Religiusitas Pada Saat Penelitian....….43

Tabel 9 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia………..………..48

Tabel 10 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin………..………..48

Tabel 11 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan………...49

Tabel 12 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...50

Tabel 13 Hasil Uji Normalitas……….51

Tabel 14 Hasil Uji Linieritas………..…...52

Tabel 15 Hasil Perhitungan Analisis Regresi………..…...52

Tabel 16 Sumbangan Efektif Variable Religiusitas………....53

Tabel 17 Koefisien Regresi………...53

Tabel 18 Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik OCB…...………...55

(12)

Tabel 20 Norma Kategorisasi Data Penelitian………56 Tabel 21 Kategorisasi Skor OCB………57

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skala Saat Uji Coba………...70

Lampiran 2 Analisa Hasil Validitas Aiken’s V……….81

Lampiran 3 Reliabilitas Skala Saat Uji Coba………..102

Lampiran 4 Skala Saat Penelitian………110

(14)

Pengaruh Religiusitas Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) Pada Guru Muslim

Arief Tri Prabowo dan Ferry Novliadi ABSTRAK

Organizational Citizenship Behavior (OCB) dapat ditingkatkan apabila religiusitas guru tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB). Sampel penelitian ini adalah guru yang beragama Islam, mengajar disekolah berlandaskan Islam, dan telah bekerja minimal 2 tahun dengan sampel penelitian berjumlah 168 guru. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat Ukur yang digunakan berupa skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) berdasarkan teori yang dikemukakan Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) dan skala religiusitas berdasarkan teori yang dikemukakan Fetzer (1999). Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan metode regresi sederhana. Hasil penelitian ini diperoleh adanya pengaruh positif religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0,182, p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa religiusitas berkonstribusi dalam meningkatkan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

(15)

The Impact of Religiosity Toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) Among Moeslem Teachers

Arief Tri Prabowo and Ferry Novliadi

ABSTRACT

Organizational Citizenship Behavior (OCB) can be increased if those teachers have high rate of religiosity. This study aims to determine the impact of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB). The subject was Moeslem teacher who teach at Islamic school and have length of service at least 2 years. The subject were 168 teacher and took by purposive sampling. Data were collected through by Organizational Citizenship Behavior (OCB) scale based on the theory from Organ, Padzakoff, Mackenzie (2006) and religiosity scale based on theory by Fetzer (1999). The results of statistically analysis using simple regression showed that there was a positive influence of religiosity toward Organizational Citizenship Behavior (OCB) (R2 = 0.182, p <0.05). These results indicate that religiosity contributed to increasing of Organizational Citizenship Behavior (OCB) among Moeslem teachers.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik

akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan

(Cushway, 2002). Pembenahan diri organisasi dapat dilakukan dengan

mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa

kerja yang baik yang akan meningkatkan produktivitas organisasi (Mufunda,

2006). Sehingga setiap job description yang ada akan dikerjakan dengan

maksimal.

Namun saat ini, perilaku yang menjadi tuntutan organisasi tidak hanya

perilaku yang sesuai dengan job description atau in-role saja, tetapi juga perilaku

extra-role yaitu kontribusi peran ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan dari

perusahaan. Perilaku extra-role ini disebut juga dengan Organizational

Citizenship Behavior (OCB). OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan

kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak

mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan

dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006).

Tidaklah mudah seorang pekerja dapat bertindak extra role dalam

pekerjaanya. Kebanyakan memang para pekerja hanya bekerja sesuai dengan role

yang telah ditetapkan saja. Namun, terkadang tetap ada orang yang mampu

bekerja secara extra-role. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat sekali untuk

(17)

penghargaan khusus agar anggota dalam organisasi terus terpacu untuk melakukan

OCB, misalnya dengan mencatat perilaku OCB sebagai bahan pertimbangan

dalam penilaian kinerja karyawan (Newstrom & Davis, 2002; Organ, Podsakoff,

& MacKenzie, 2006).

Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) bahwa terdapat

dimensi-dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior (OCB), yaitu :

altruism (perilaku membantu), courtesy (perilaku menghormati orang lain),

conscientiousness (perilaku melakukan usaha melebihi harapan perusahaan),

sportsmanship (perilaku tidak suka protes dan mengeluh), civic virtue (perilaku

berpartisipasi aktif dalam perusahaan), cheerleading (rendah hati), peacemaking

(perilaku mencari solusi dalam masalah perusahaan). Organ; Podsakoff; dan

Mackenzie (2006), berpendapat bahwa dimensi altruism, courtesy, cheerleading,

dan peacemaking dapat digabung menjadi satu dimensi yaitu dimensi helping

behavior karena berkaitan dengan perilaku menolong orang lain dalam mengatasi

permasalahan-permasalahan yang ada serta menyangkut pekerjaan di organisasi.

Oleh karena itu maka pengukuran OCB dapat dilakukan dengan menggunakan

empat dimensi saja yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship,dan

civic virtue.

Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang

melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaaan, sangat bertanggung jawab,

dan giat dalam setiap aktifitas pekerjaan. Menurut Uyun (1998) agama sangat

mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas

(18)

lebih baik. Sehingga dengan landasan agama setiap orang didorong untuk

berpelikaku OCB dalam bekerja. Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain

religi, religion (Inggris), religie (Belanda) , religio (Latin), dan dien (Arab).

Orang yang beragama disebut juga orang yang religius. Makna religiusitas

menurut Fetzer (1999) adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah

perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan.

Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap

pengikutnya. Menurut Glock dan Stark (1966) yang dikutip oleh Ancok (1994)

religiusitas adalah system symbol, system keyakinan, system nilai, dan perilaku

yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang

dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

. Menurut Nashori dan Mucharam (2002) religiusitas diartikan sebagai

seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan

ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya.

Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seperapa jauh pengetahuan,

keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.

Dari pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwasanya religiusitas

merupakan kepercayaan atau keyakinan individu terhadap ajaran agama Islam

yang berasal dari hati nurani pribadi seseorang yang diaplikasikan dalam bentuk

komitmen ibadah dan pengamalan nilai-nilai hidup sehari-hari. Komitmen ibadah

dalam hal ini bukan hanya sebatas solat, puasa, zikir dan ibadah lain yang bersifat

(19)

cohntohnya dalam hal berkerja yang akan menjadi ibadah jika memiliki niat hanya

untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Salah satu bentuk komitmen ibadah dan pengalaman nilai-nilai kehidupan

sehari-hari yang ada di dalam teori religiusitas dapat terlihat di dalam perilaku

OCB. Di dalam teori OCB terdapat dimensi helping behavior yang didalamnya

terdapat perilaku saling tolong-menolong. Menurut Batson dan Brown (2005)

bahwa orang yang beragama memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk

membantu orang lain, dibanding orang yang tidak mengenal agama. Dalam

pandangan religiusitas juga sangat ditekankan perilaku saling tolong-menolong.

Dalam agama Islam setiap umatnya diperintahkan untuk saling tolong-menolong

kepada orang lain. Hal ini dijelaskan di dalam Al Quran yaitu pada surat Al

Maidah :

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Qur’an Surat Al Maidah ayat 2)

Dari ayat tersebut dapat dilihat adanya perintah untuk saling tolong

menolong dalam kehidupan sehari-hari. Menolong orang lain yang tanpa

meminta imbalan. Selain itu, agama Islam juga menganjurkan umatnya untuk

bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi sehingga para pekerja mampu bekerja

(20)

Allah SWT berfirman:

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min,dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Qur’an Surat At-Taubah ayat 105).

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama yang

menyuruh umatnya agar bekerja tanpa mementingkan imbalannya saja. Namun

Islam memerintahkan kepada umatnya agar bekerja semata-mata untuk mengabdi

kepada Allah SWT sehingga dengan demikian pekerjaan yang dilakukan dapat

selesai dengan maksimal, ini sesuai dengan dimensi conscientiousness yang

merupakan perilaku menunjukan usaha agar melebihi harapan dari organisasi.

Selain itu religiusitas juga memaparkan akan pengalaman beragama yang

kemudian teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja agama yang

memerintahkan untuk bersikap sabar, hal ini juga ada di dalam dimensi OCB yaitu

sportsmanship yang bentuk pengaplikasiannya adalah perilaku tidak suka

mengeluh. Kemudian dimensi courtesy pada OCB yang menunjukkan perilaku

menjaga hubungan baik dengan rekan kerja juga berhubungan dengan dimensi

forgivness pada religiusitas, dimana dengan saling memaafkan akan terjalin

hubungan baik antar sesama manusia.

Dalam OCB juga terdapat dimensi civic virtue yang terlihat dalam perilaku

mampu berpartisipasi aktif dalam organisasi, cheerleading dengan mengikuti

perayaan jika rekan kerja mendapatkan penghargaan, dan peacemaking yang

(21)

rekan kerjanya. Semua hal ini juga dapat terlihat di dalam dimensi religious

support dalam religiusitas, yaitu terlihat dengan nilai ukhuwah islamiyah yang

terjalin.

Salah satu pekerjaan yang didalamnya menuntut seseorang harus

berperilaku OCB adalah guru. Tugas guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu

merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas

tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal

52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi

Pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

Selain itu menurut Prihatsanti (2010) peran guru dalam lingkungan

sekolah adalah mengajar dan mendidik. Guru berperan sebagai orang yang

mengajarkan tentang ilmu-ilmu yang harus dimengerti oleh muridnya. Sedangkan

dalam peran mendidik guru harus membimbing dan membina anaknya agar

menjadi manusia yang cakap, aktif kreatif, dan mandiri. Guru juga harus

menjalankan tugas tambahan seperti tugas menjadi “orang tua” untuk anak-anak

muridnya. Hal ini terkadang harus menyita waktu dan usaha lebih diluar waktu

kerja seorang guru. Sesuai dengan pernyataan Schultz (2006) bahwa OCB

melibatkan usaha ekstra yang melebihi persyaratan minimum dari pekerjaan.

Nilai religiusitas sebagai seorang guru juga tidak dapat ditinggalkan

(22)

pribadi yang memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang tinggi sehingga

menjadikan guru menjadi seorang yang taat beribadah, jujur, amanah dan

bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam hal ini mengajar dan mendidik

(Amrullah, 2008). Sebenarnya penelitian ini pernah diteliti oleh Wahyudin.,

Pradisti., Sumarsono., & Wulandari (2013) dengan judul “dimensi religiusitas dan pengaruhnya terhadap organizational citizenship behavior (Studi pada

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) namun dalam penelitian ini tidak

didapat adanya pengaruh yang signifikan antara religiusitas dan organizational

citizenship behavior. Sehingga peneliti ingin meneliti kembali dengan sampel

yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu pada guru yang beragama Islam.

Sehingga dari dasar pemikiran inilah peneliti ingin meneliti tentang apakah

ada pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB) pada guru muslim.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka

peneliti membuat suatu rumusan masalah yaitu ”Apakah terdapat pengaruh

religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru

muslim?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap

(23)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data-data empiris mengenai

pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam

ilmu Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu, untuk berbagi dasar

pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan

dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran

dan wacana mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational

Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior

(OCB). Sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam upaya peningkatan

Organizational Citizenship Behavior (OCB).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan

(24)

Bab II : Landasan Teori

Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam

pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian

ini adalah religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior (OCB).

Bab III: Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu

identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen

dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode

analisis data.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan

dengan teori yang ada.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang

diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

1. Defenisi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Bateman dan Organ pada 1983 merupakan tokoh yang pertama kali

menggunakan istilah Organizational Citzenship Behavior (OCB) ini untuk

menggambarkan konsep perilaku tersebut. Adapun definisi yang diberikan

terhadap OCB adalah perilaku bemanfaat yang dilakukan oleh karyawan, secara

bebas dari ketentuan atau kewajibannya dengan tujuan untuk membantu orang

lain dalam mencapai tujuan organisasi (Bateman & Organ, 1983). OCB

merupakan perilaku yang berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang

ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah

formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ,

Podsakoff, & MacKenzie, 2006).Misalnya menolong teman kerja untuk

mengurangi beban kerja mereka, melakukan tugas yang tidak diminta tanpa

mengharapkan imbalan, dan membantu menyelesaikan masalah orang lain.

Organ (1988) juga mendefinisikan OCB sebagai perilaku dan sikap yang

menguntungkan organisasi yang tidak bisa ditumbuhkan dengan basis kewajiban

(26)

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik pokok pemikiran bahwa

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan:

a. Perilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang terpaksa

terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi.

b. Perilaku individu yang tidak diperintahkan secara formal.

c. Tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan system

reward yang formal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah

perilaku kontribusi di luar peran formal yang dilakukan secara sukarela yang tidak

mengharapkan imbalan dan dapat memberikan keuntungan untuk organisasi.

2. Dimensi-dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Menurut Organ; Podsakoff; & Mackenzie (2006) bahwa terdapat tujuh

dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior,yaitu :

a. Altruism

Altruism adalah perilaku karyawan untuk membantu ataupun menolong

rekan kerjanya yang mengalami kesulitan dalam situasi yang sedang

dihadapi tanpa memikirkan keuntungan pribadi.

b. Courtesy

Memperhatikan dan menghormati orang lain, juga sifat menjaga hubungan

baik dengan rekan kerja agar terhindar dari masalah interpersonal, atau

membuat langkah-langkah untuk meredakan atau mengurangi suatu

(27)

c. Conscientiousness

Perilaku yang menunjukkan sebuah usaha agar melebihi harapan dari

organisasi. Perilaku sukarela atau yang bukan merupakan kewajiban dari

seorang karyawan.

d. Sportsmanship

Menekankan pada aspek-aspek perilaku positif terhadap keadaan yang

kurang ideal dalam organisasi tanpa menyampaikan keberatan, seperti

tidak suka protes, tidak suka mengeluh walaupun berada dalam situasi

yang kurang nyaman, dan tidak membesar-besarkan masalah yang kecil.

e. Civic Virtue

Karyawan berpartisipasi aktif dalam memikirkan kehidupan organisasi

atau perilaku yang menunjukkan tanggung jawab pada kehidupan

organisasi untuk meningkatkan kualitas pekerjaaan yang ditekuni. Contoh

perilakunya adalah ketika karyawan mau terlibat dalam permasalahan

yang ada di organisasi dan tetap up to date dalam perkembangan

organisasi. Karyawan yang bertindak secara proaktif untuk mencegah

situasi negatif yang dapat mempengaruhi organisasi maka dapat dikatakan

menampilkan civic virtue.

f. Cheerleading

Karyawan terlibat atau mengikuti perayaan prestasi dari rekan kerjanya

(rendah hati). Dampaknya yaitu untuk memberikan penguatan positif bagi

(28)

lebih mungkin terjadi di masa depan (Organ; Podsakoff; & Mackenzie,

2006).

g. Peacemaking

Karyawan menyadari adanya masalah atau konflik yang akan

memunculkan perselisihan antara dua atau lebih partisipan. Seorang

peacemaker akan masuk kedalam permasalaha, memberikan kesempatan

pada orang yang sedang memiliki masalah untuk berpikir jernih, dan

membantu mencari solusi dari permasalahan (Organ; Podsakoff; &

Mackenzie, 2006).

Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006), berpendapat bahwa dimensi

altruism, courtesy, cheerleading, dan peacemaking dapat digabung menjadi satu

dimensi yaitu dimensi helping behavior karena berkaitan dengan perilaku

menolong orang lain dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada serta

menyangkut pekerjaan di organisasi. Oleh karena itu maka pengukuran OCB

dapat dilakukan dengan menggunakan empat dimensi saja yaitu helping behavior,

conscientiousness, sportsmanship,dan civic virtue.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Ada beberapa faktor yang melandasi seorang karyawan melakukan OCB,

(29)

a. Kepuasan Kerja

Seorang karyawan yang merasa puas terhadap pekerjaan serta

komitmennya kepada organisasi tempatnya bekerja akan cenderung

menunjukkan performa kerja yang lebih baik dibandingkan karyawan yang

merasa tidak puas terhadap pekerjaan dan organisasinya. Penelitian ini

juga menunjukkan bahwa ada korelasi yang negatif antara OCB dengan

perilaku counterproductive karyawan (Robbins & Judge, 2007). OCB

hanya dapat dicapai jika didukung oleh faktor dalam organisasi

memungkinkan hal itu, dimana yang paling utama adalah adanya

kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan selama bekerja dalam

organisasi. Dennis Organ sebagai tokoh penting yang mengemukakan

OCB, menyatakan bahwa karyawan yang merasa puas akan membalas

kenyamanan bekerja yang dirasakannya kepada organisasi yang telah

memperlakukan dirinya dengan baik dan memenuhi kebutuhannya selama

ini dengan cara melaksanakan tugasnya secara ekstra melebihi standar

yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan kesediaan karyawan dalam berbagai

bentuk perilaku OCB secara sukarela demi kemajuan perusahaannya

(George & Jones, 2002).

b. Keadilan

Karyawan harus merasa diperlakukan secara adil oleh organisasi baru ia

akan menunjukkan perilaku OCB. Hal ini termasuk juga bahwa karyawan

dapat merasakan prosedur kerja dan hasil kerja yang diperolehnya adalah

(30)

hubungan yang kuat antara keadilan dengan OCB. Tampaknya keadilan

procedural berpengaruh pada karyawan, yaitu mempengaruhi dukungan

organisasi yang mereka rasakan dan selanjutnya mendorong mereka untuk

membalas dengan OCB, yakni melakukan tugas di luar persyaratan kerja

tertentu (Luthans, 2006).

c. Motivasi Intrinsik

OCB muncul sebagai perwujudan dari motivasi intrinsik yang ada dalam

diri seseorang, misalnya motivasi dari dalam diri dalam bekerja hanya

untuk Allah SWT sehingga etos kerja pun meningkat. Harsono dan

Santoso (2006) menyatakan etos kerja sebagai semangat kerja yang

didasari oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu, misalnya norma

agama.

d. Gaya Kepemimpinan

Dukungan dan gaya kepemimpinan atasan sangat mempengaruhi

munculnya OCB pada karyawan, hal ini dapat dipahami melalui proses

modeling ataupun vicarious learning yang dilakukan oleh atasan yang

kemudian menginspirasi para karyawan untuk melakukan juga OCB,

sehingga atasan dapat menjadi agen model OCB. Namun hal ini harus

didukung juga dengan kualitas interaksi yang baik antara atasan dan

bawahannya. Dengan begitu, atasan akan berpandangan positif terhadap

bawahan, sebaliknya bawahan pun akan merasa bahwa atasannya memberi

dukungan dan motivasi sehingga mereka akan menunjukkan rasa hormat

(31)

e. Budaya dan Iklim Organisasi

Iklim organisasi didefinisikan sebagai pendapat karyawan terhadap

keseluruhan lingkungan sosial dalam perusahaannya yang dianggap

mampu memberikan suasana mendukung bagi karyawan dalam melakukan

pekerjaannya. Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan bagaimana

sejumlah subsistem dalam organisasi berinteraksi dengan karyawan lain

serta lingkungan eksternalnya. Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie

(2006) terdapat bukti-bukti kuat yang mengemukakan bahwa budaya

organisasi merupakan suatu kondisi yang dapat memunculkan

Organizational Citizenship Behavior di kalangan karyawan.

f. Jenis Kelamin

Studi terbaru menunjukkan bahwa ada pengaruh jenis kelamin terhadap

kinerja OCB. Perilaku kerja seperti menolong orang lain, bersahabat dan

bekerja sama lebih menonjol dilakukan oleh wanita daripada pria. Oleh

karena itu, perilaku OCB lebih menonjol dilakukan oleh wanita disbanding

pria karena mereka merasa bahwa OCB merupakan bagian dari kewajiban

pekerjaan dan bukanlah suatu tugas ekstranya (Luthans, 2006).

g. Masa Kerja

Karyawan yang telah lama bekerja di suatu organisasi akan memiliki

keterikatan yang lebih mendalam, baik dengan organisasi maupun dengan

rekan kerjanya sehingga individu memiliki orientasi kolektif dalam

bekerja. Dengan kata lain, mereka akan lebih mengutamakan kepentingan

(32)

bersedia menolong rekan kerjanya dan berbuat lebih terhadap pencapaian

organisasi (Konovsky & Pugh, 2002).

h. Persepsi terhadap dukungan organisasional

Karyawan yang mempersikan bahwa mereka didukung oleh organisasi

akan memberikan timbal balik terhadap organisasi dengan memunculkan

perilaku organizational citizenship (Shore & Wayne, 1993).

4. Manfaat Organizational Citizenship Behavior (OCB) terhadap Organisasi

Melalui sejumlah riset, OCB diyakini dan terbukti dapat memberikan manfaat

yang besar terhadap organisasi, diantaranya adalah berikut ini, yaitu (Organ ,dkk,

2006) :

a. OCB dapat meningkatkan produktivitas rekan kerja

b. OCB juga mampu meningkatkan produktivitas manajer

c. OCB dapat menghemat sumber daya yang dimiliki manajemen dan

organisasi secara keseluruhan

d. OCB menjadi sarana yang efektif untuk mengkordinasi kegiatan tim

kerja secara efektif

e. OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk merekrut dan

mempertahankan karyawan dengan kualitas performa yang baik

f. OCB dapat mempertahankan stabilitas kinerja organisasi

g. OCB membantu kemampuan organisasi untuk bertahan dan beradaptasi

(33)

B. Religiusitas

1. Definisi Religiusitas

Secara bahasa religiusitas (religiosity) berasal dari kata religios (religious),

religius merupakan kata sifat (adjective) dari religion. Menurut kamus Oxford,

kata religion memiliki dua definisi, pertama, “belief in and worsip of God or

gods.” yaitu sebuah kepercayaan dan peribadatan pada Tuhan atau dewa-dewa.

Kedua, “particular system of faith and worship based on such belief.” yaitu

bagian dari system kepercayaan dan peribadatan yang berdasarkan keyakinan.

Adapun kata religious menurut defenisi kamus Oxford adalah “adjective of

religion, (religious) of a person believing in and practicing religion.” yaitu sifat

keagamaan yang ada pada seseorang atau keberagaman seseorang dalam meyakini

dan mengamalkan agama.

Menurut Fetzer (1999) religiusitas adalah sesuatu yang lebih

menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari

setiap agama atau golongan. Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama

wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.

Dalam pengertian Glock dan Stark (1966) yang dikutip oleh Jamaludin

Ancok religiusitas adalah system symbol, system keyakinan, system nilai, dan

perilaku yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan

yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

Mujib (2006) menjelaskan bahwa religiusitas adalah kemampuan individu

(34)

diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa

pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang

dianutnya. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seperapa jauh

pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.

Dari beberapa defenisi tersebut diatas, maka religiusitas dalam penelitian

ini merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama Islam yang

mendorongnya untuk bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan

ajaran agama Islam.

2. Dimensi Religiusitas

Dalam sebuah laporan yang berjudul Multidimensional Measurement

Religiusness, Spiritually For Use in Health Research oleh Fetzer (1999)

menjelaskan bahwa terdapat 12 dimensi religiusitas yaitu : pengalaman beragama

sehari-hari (daily spiritual experiences), makna beragama (meaning), nilai-nilai

beragama (values), keyakinan (beliefs), pengampunan (forgiveness), praktek

keberagamaan individual (private religious), pengaruh beragama

(religious/spiritual coping), dukungan agama (religious support), riwayat

beragama (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment),

pengorganisasian agama (organizational religiousness), pilihan terhadap agama

(religious preference).

a. Pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experiences).

Dimensi ini merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan

(35)

pengalaman-pengalaman, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan

sensasi-sensasi yang dialami seseorang yang melihat komunikasi dalam

suatu esensi ketuhanan yaitu dengan Allah SWT.

b. Makna Beragama (meaning)

Meaning adalah pencarian makna tentang agama Islam dari kehidupan dan

berbicara mengenai pentingnya makna atau tujuan hidup tersebut sebagai

bagian dari fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan

psikologis.

c. Nilai-nilai Beragama (values)

Values adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti

mengerjakan tentang nilai saling menolong, saling melindungi dan

sebagainya. Nilai-nilai agama tersebut mengatur tata kehidupan manusia

untukmencapai ketentraman, keselamatan dan kebahagiaan.

d. Keyakinan (beliefs)

Konsep belief merupakan sentral dari religiusitas. Dalam bahasa Indonesia

disebut keimanan yakni, kebenaran yang diyakini dengan nilai dan

diamalkan dengan perbuatan. Keyakinan dan kecintaan kepada agama

merupakan karakter dasar dan ciri khas ekspresi kesadaran bawah sadar

seseorang yang mengimani ajaran agama tersebut.

e. Pengampunan (forgiveness)

Secara harfiah forgiveness adalah memaafkan, yakni suatu tindakan yang

(36)

berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan

dan cinta.

f. Praktek Keberagamaan Individual (private religious practices)

Menurut Fetzer (1999) private religious practices merupakan perilaku

beragama dalam mempelajari agama meliputi ibadah, mempelajari kitab

suci, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan religiusitasnya.

Secara mendasar dimensi ini dapat dipahami untuk mengukur tingkatan

sejauh mana seseorang mengerjakan ritual agama Islam. Dimensi ini

mencakup perilaku beribadah, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang

untukmenunjukkan komitmen terhadap ajaran agama Islam.

g. Pengaruh Beragama (religious/spiritual coping)

Fetzer (1999) menawarkan pola religious/spiritual coping yang merupakan

coping stress guna mengatasi kecemasan, kegelisahan dan stress. Hal ini

dilakukan dengan cara berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress dan

sebagainya. Sehingga Islam benar-benar menjadi cara coping ketika

menghadapi masalah.

h. Dukungan Agama (religious support)

Religious support adalah aspek hubungan sosial antar individu dengan

pemeluk agama sesamanya. Dalam islam hal semacam ini sering disebut

dengan Ukhwah Islamiyah. Agama mengandung otoritas dan kemampuan

pengaruh untuk mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran yang ingin

(37)

i. Riwayat Beragama (spiritual religious/spiritual history)

Religious/spiritual history merupakan seberapa jauh individu

berpartisipasi untuk agama Islam dalam hidupnya dan seberapa jauh

agama mempengaruhi perjalanan hidupnya.

j. Komitmen Beragama (commitment)

Konsep commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan

agamanya, komitmen, serta berkontribusi kepada agama Islam

(Williams,1994;Fetzer,1999).

k. Pengorganisasian Agama (organizationan religiousness)

Organizational religiousness yaitu memandang sejauh mana individu

membuat pilihan dan memastikan pilihan agamannya. (Idler,1999; Fetzer,

1999)

l. Pilihan Terhadap Agama (religious preference)

Konsep religious preference bisa diartikan sebagai pijakan untuk

menentukan sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan

agama yang dianutnya. Contoh dari religious preference bagi umat Islam

adalah menjalankan jihad. Kata jihad sering dimaknai sebagai perjuangan

dan biasanya digunakan dalam Al-quran sebagai kata kerja: kaum Muslim

didorong untuk berjuang dengan sungguh-sungguh di jalan Allah.

Selain itu (Glock dan Stark, 1965;Ancok & Suroso, 1995) membagi

dimensi religiusitas menjadi lima dimensi, kelima dimensi tersebut yaitu :

(38)

a. Dimensi keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang yang religious

berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan

seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat.

Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak

hanya diantara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi

dalam agama yang sama.

b. Dimensi praktik agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang

dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang

dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting,

yaitu :

a) Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal

dan praktek-praktek suci yang semua para pemeluk mengharapkan para

pemeluk melaksanakan.

b) Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada

perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan

khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat

tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan,

(39)

c. Dimensi pengalaman

Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama

mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika

dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu

akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan

terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan

kekuatan supranatural). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman

keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi

yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok

keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun

kecil, dalam suatu esesnsi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan

terakhir, dengan otoritas transedental.

d. Dimensi pengetahuan agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama

paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai

dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi

pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena

pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya.

Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat

pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada

keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa

benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar

(40)

e. Dimensi pengamalan atau konsekuensi

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keagamaan, praktik,

pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja”

dalam pengertian teologis digunakan disini. Walaupun agama banyak

menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertindak

dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana

konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen

keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menggunakan dimensi yang

dikemukakan oleh Fetzer (1999) dalam melakukan penelitian ini.

C. Guru Muslim

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah

tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai

dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan guru adalah orang yang

pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.

Tugas guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru

(41)

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan

melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada

pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang

dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi Pembina pramuka,

pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket. Sehingga guru muslim

adalah guru beragama Islam yang tugasnya merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan

melatih peserta didik.

D. Dinamika Hubungan Religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior

(OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku yang

berkaitan dengan kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang

karyawan dan tidak mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan

untuk mencapai tujuan dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, &

MacKenzie, 2006). Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) bahwa

terdapat dimensi-dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior, yaitu :

helping behavior, conscientiousness, sportsmanship,dan civic virtue.

Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang

melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaan, bertanggung jawab, dan giat

dalam setiap aktifitas pekerjaan. Menurut Uyun (1998) agama sangat mendorong

pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas segala

(42)

Orang yang beragama disebut juga orang yang religius. Menurut Fetzer (1999)

religiusitas adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku,

sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Oleh

karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap

pengikutnya. Selain itu Mujib (2007) menjelaskan bahwa religiusitas adalah

kemampuan individu untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan baik

dengan landasan keimanan dan ketakwaan. maka religiusitas dalam penelitian ini

merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran agama yang

mendorongnya untuk bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan

ajaran agama yang dianutnya.

Beberapa penelitian juga menguji pengaruh religiusitas. Penelitian

(Saputro, 2006; Wahyudin dkk, 2013) menguji pengaruh religiusitas mahasiswa

terhadap perlaku sukerela (altruis). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa

mahasiswa yang religius akan selalu berusaha melakukan perbuatan baik secara

sukarela seperti menolong orang lain atau mencintai orang lain. Hal ini juga sesuai

dengan penelitian (Benson, 2004;Wahyudin, dkk., 2013) yang menemukan bahwa

mahasiswa yang mempunyai komitmen religius yang tinggi menghabiskan waktu

kerja sukarela.

Selain itu penelitian Haryati (2013) juga menyebutkan religiusitas

memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial. Hasil penelitiannya menjelaskan

bahwa perawat yang memiliki religiusitas yang tinggi maka akan meningkatkan

perilaku prososial yang meliputi peduli terhadap orang lain untuk berbagi, bekerja

(43)

dengan suka rela. Kemudian Bakhri (2011) menyatakan religiusitas berpengaruh

terhadap motivasi berprestasi. Religiusitas akan membuat karyawan lebih

memiliki motivasi dalam berprestasi karena memang motivasinya hanya tertuju

kepada Allah SWT.

Dari beberapa penelitian sebelumnya membuktikan bahwasannya

religiusitas dapat mempengaruhi perilaku altruism, perilaku kerja secara sukarela,

prososial dan motivasi dalam beprestasi. Dimana di dalam dimensi OCB kita

dapat menemukan hal tersebut. Artinya, orang-orang yang memiliki tingkat

religiusitas yang tinggi akan senantiasa melakukan perilaku altruism, kerja suka

rela, prososial, dan termotivasi dalam berprestasi.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah terdapat pengaruh positif religiusitas terhadap Organizational Citizenship

Behavior (OCB) pada guru muslim. Sehingga religiusitas berkonstribusi terhadap

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif yang bersifat korelasional. Tujuan metode penelitian korelasional

adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan

dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien

korelasi (Suryabrata, 2003). Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui pengaruh

religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru

muslim.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Adapun variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel tergantung (dependent variabel) : Organizational Citizenship

Behavior (OCB)

2. Variabel bebas (independent variabel) : Religiusitas

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel – variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Organizational Citizhenship Behavior (OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku menolong

guru secara sukarela, memberikan saran yang membangun demi kemajuan

organisasi, menghadiri setiap kegiatan yang dilakukan organisasi, datang tepat

(45)

keputusan, dan tidak mengeluh apabila ada kondisi-kondisi yang kurang ideal

yang ada di dalam organisasi.

OCB akan diungkap melalui skala OCB yang disusun berdasarkan

dimensi-dimensi OCB oleh Organ; Podsakoff; Mackenzie (2006) yaitu helping behavior,

conscientiousness, sportsmanship, dan civic virtue. Semakin tinggi skor skala

OCB, maka semakin tinggi tingkat OCB yang dimiliki seorang individu.

Sebaliknya, semakin rendah skor skala OCB, maka semakin rendah tingkat OCB

individu.

2. Religiusitas

Religiusitas merupakan suatu keyakinan dan penghayatan akan ajaran

agama yang mendorong guru untuk berfikir, bertingkah laku, bersikap dan

bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam misalnya meyakini hal-hal yang ada

dalam konsep iman yaitu percaya adanya Allah SWT, malaikat, nabi dan rasul,

qada dan qodar, juga hari akhir, serta selalu berfikir dan bertindak berdasarkan

agama Islam, dan melaksanakan ibadah yang diperintahkan dalam agama Islam,

seperti mengerjakan solat, membayar zakat, berhaji, dan membayar zakat.

Religiusitas dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan alat ukur

berupa skala yang disusun berdasarkan dimensi religiusitas yang dikemukakan

oleh Fetzer (1999) yang terdiri atas 12 dimensi religiusitas yaitu : pengalaman

beragama sehari-hari (daily spiritual experiences), makna beragama (meaning),

nilai-nilai beragama (values), keyakinan (beliefs), pengampunan (forgiveness),

(46)

(religious/spiritual coping), dukungan agama (religious support), riwayat

beragama (religious/spiritual history), komitmen beragama (commitment),

pengorganisasian agama (organizational religiousness), pilihan terhadap agama

(religious preference).

Semakin tinggi skor skala religiusitas, maka semakin tinggi tingkat

religiusitas yang dimiliki seorang individu. Sebaliknya, semakin rendah skor skala

religiusitas, maka semakin rendah tingkat religiusitas individu.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan sejumlah orang dari populasi untuk

dijadikan subjek penelitian yang disebut sebagai sampel. Populasi adalah

keseluruhan individu yang akan diselidiki dan mempunyai minimal satu sifat yang

sama atau ciri–ciri yang sama. Sampel merupakan sebahagian dari populasi atau

sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus

mempunyai sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi yang akan diteliti dalam

penelitian ini adalah guru. Kemudian peneliti ingin menspesifikan pupulasi

menjadi sampel pada penelitian ini yaitu guru yang beragama Islam, mengajar

pada sekolah yang berlandaskan Islam, dan telah mengajar minimal selama 2

tahun. Sampel guru yang telah mengajar selama 2 tahun dipilih karena di

asumsikan sampel sudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga dianggap

(47)

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel

dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai

dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel

yang benar-benar dapat mewakili populasi (Poerwanti, 1994).

Teknik sampling yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel

yang disesuaikan dengan tujuan penelitian (Hadi, 2000). Alasan penggunaan

purposive sampling ini disebabkan karena penelitian dilakukan terhadap

sekelompok subyek berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. Sampel dipilih berdasarkan tujuan penelitian.

D. Metode Pengambilan Data

Metode pengambilan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan data (Arikunto, 2002). Metode pengambilan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala merupakan mekanisme

pengumpulan data melalui tulisan-tulisan tentang pertanyaan atau pernyataan

untuk mengukur variabel tertentu.

Menurut Azwar (1999) karakteristik dari skala psikologi yaitu stimulus

berupa pernyataan ataupun pertanyaan yang dapat mengungkapkan indikator

perilaku responden, indikator perilaku diungkapkan melalui aitem-aitem, respon

(48)

sungguh-sungguh. Hadi (2000) mengungkapkan skala psikologis dapat mengungkapkan

laporan diri (self report). Azwar (2010) juga mengemukakan bahwa metode skala

dapat menggambarkan aspek kepribadian individu, dapat merefleksikan diri yang

biasanya tidak disadari responden yang bersangkutan, responden tidak menyadari

arah jawaban ataupun kesimpulan yang diungkapkan pernyataan atau pertanyaan.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model skala likert. Pada model

penskalaan ini terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favourable dan unfavourable.

Pernyataan favourable merupakan pernyataan positif yang mendukung objek

sikap yang diungkap, sedangkan pernyataan unfavourable merupakan pernyataan

negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar, 2000).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua skala psikologi, yaitu skala

religiusitas dan skala Organizational Citizenship Behavior (OCB).

1. Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Metode skala yang digunakan adalah metode likert (Azwar, 2010). Setiap

aitem meliputi lima pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral

(N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai skala setiap

pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang menyatakan mendukung

(49)
[image:49.595.111.518.136.359.2]

Tabel 1. Skor alternatif jawaban skala

Favourable Unfavourable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Organizational

Citizenship Behavior yang dibuat berdasarkan konsep Organ, Podsakoff, dan

MacKenzie (2006) yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship, dan

civicvirtue.

Tabel 2. Blue print skala Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Variabel Indikator perilaku

Aitem

Jlh

Favourable Unfavourable

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Helping behavior

1,2,3,4 5 5

Conscientiousness

6,7 8,9 4

Sportsmanship

10,12,13,14 11 5

Civic virtue

15,17,18,19 16 5

[image:49.595.110.509.518.751.2]
(50)

2. Skala Religiusitas

Aitem-aitem skala religiusitas dalam penelitian ini disusun berdasarkan

aspek-aspek dari dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Fetzer (1999) yang terdiri

atas 12 dimensi religiusitas yaitu pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual

experiences), makna beragama (meaning), nilai-nilai beragama (values),

keyakinan (beliefs), pengampunan (forgiveness), praktek keberagamaan individual

(private religious), pengaruh beragama (religious/spiritual coping), dukungan

agama (religious support), riwayat beragama (religious/spiritual history),

komitmen beragama (commitment), pengorganisasian agama (organizational

religiousness), pilihan terhadap agama (religious preference). Skala religiusitas

ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Fetzer (1999) yang kemudian

diadaptasi menjadi skala religiusitas oleh Farhah (2011). Selanjutnya peneliti

mengadaptasi skala ini kembali dari Farhah (2011).

Skala religiusitas ini menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS). Nilai skala setiap pernyataan diperoleh dari jawaban subjek yang

(51)
[image:51.595.112.513.136.359.2]

Tabel 3. Skor alternatif jawaban skala

Favourable Unfavourable

Alternatif jawaban Skor Alternatif jawaban Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Netral 3 Netral 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

(52)
[image:52.595.107.499.130.611.2]

Tabel 4. Blue print Skala Religiusitas

Variabel Indikator Perilaku

Aitem

Jlh

Favourable Unfavourable

Religiusitas Daily spiritual experiences

1,2,3,4,6,7 5 7

Meaning 8,9,10 11,12 5

Values 13,14,15 16 4

Beliefs 17,18 19 3

Forgiveness 20,21,22 23 4

Private religious practices

24,25,28 26,27 5

Religious/spiritual coping

29,30 31 3

Religious support 32,33,34 - 3

Religious/spiritual history

35,36 37 3

Commitment 38,39 40 3

organizational

religiousness

41,42 43 3

religious preference 44,45,46 - 3

Total 46

E. Validitas , Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2000) tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk

(53)

1. Validitas Alat Ukur

Menurut Shaughnessy, Zeichmeister, & Zeichmeister (2012) validitas

merupakan kebenaran suatu pengukuran, apakah aitem mengukur apa yang

hendak diukur. Sedangkan Azwar (2000) mendefinisikan uji validitas alat ukur

sebagai sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudnya untuk diukur,

artinya mengukur derajat fungsi suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes.

Validitas yang digunakan adalah content validity. Content validity merupakan

validitas yang menggunakan langkah telaah dan revisi aitem pertanyaan

berdasarkan dari pendapat professional (menggunakan professional judgement).

Professional judgement pada penelitian ini adalah 4 orang dosen yang ahli dalam

bidang Psikologi Industri dan Organisasi, lalu setelah itu di analisa menggunakan

analisa aiken’s V dengan memilih hasil validitas aitem di atas 0,3. Penilaian aitem

pada formula Aiken’s V dilakukan dengan cara memberikan angka 1 (yaitu sangat

tidak mewakili atau sangat tidak relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat mewakili

atau sangat relevan) oleh professional judgement. Berikut penggunaan rumus

Aiken’s V:

Keterangan: 1= Angka penilaian terendah

c= Angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini 5)

n= Jumlah professional judgement

(54)

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau

Gambar

Tabel 1. Skor alternatif jawaban skala
Tabel 3. Skor alternatif jawaban skala
Tabel 4. Blue print Skala Religiusitas
Tabel 5. Distribusi Aitem-Aitem Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) Setelah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam pengambilan sampel penelitian ini di mana kriteria awal responden adalah karyawan yang telah bekerja di PT Multi Garmenjaya dan PDAM Tirta Raharja Cimahi Pusat

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang sudah diuraikan dan pembahasan sebelum- nya dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tingkat kepuasan kerja karyawan dalam

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti yang pernah dilakukan oleh Cropanzano et al., (1997) pada 2 perusahaan manufaktur yang berjumlah

digunakan yaitu penelitian survei. Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyumas dengan menggunakan 105 pegawai

Penelitian serupa pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, seperti yang pernah dilakukan oleh Cropanzano et al., (1997) pada 2 perusahaan manufaktur yang berjumlah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian adalah deksriptif kuantitatif, dan sifat penelitian adalah penjelasan

Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan saya peroleh dengan adanya kerjasama dari Bapak/ibu guru dalam mengisi skala ini. Skala ini terdiri dari

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian adalah deksriptif kuantitatif, dan sifat penelitian adalah