BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang baik
akan menjadikan organisasi mempunyai kekuatan untuk menghadapi persaingan
(Cushway, 2002). Pembenahan diri organisasi dapat dilakukan dengan
mempersiapkan tenaga kerja yang ulet dan terampil sehingga dicapailah performa
kerja yang baik yang akan meningkatkan produktivitas organisasi (Mufunda,
2006). Sehingga setiap job description yang ada akan dikerjakan dengan
maksimal.
Namun saat ini, perilaku yang menjadi tuntutan organisasi tidak hanya
perilaku yang sesuai dengan job description atau in-role saja, tetapi juga perilaku
extra-role yaitu kontribusi peran ekstra untuk menyelesaikan pekerjaan dari
perusahaan. Perilaku extra-role ini disebut juga dengan Organizational
Citizenship Behavior (OCB). OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan
kontribusi di luar peran formal yang ditampilkan oleh seorang karyawan dan tidak
mengharapkan imbalan atau hadiah formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan
dan efektivitas organisasi (Organ, Podsakoff, & MacKenzie, 2006).
Tidaklah mudah seorang pekerja dapat bertindak extra role dalam
pekerjaanya. Kebanyakan memang para pekerja hanya bekerja sesuai dengan role
yang telah ditetapkan saja. Namun, terkadang tetap ada orang yang mampu
bekerja secara extra-role. Tentu saja hal ini sangat bermanfaat sekali untuk
penghargaan khusus agar anggota dalam organisasi terus terpacu untuk melakukan
OCB, misalnya dengan mencatat perilaku OCB sebagai bahan pertimbangan
dalam penilaian kinerja karyawan (Newstrom & Davis, 2002; Organ, Podsakoff,
& MacKenzie, 2006).
Menurut Organ; Podsakoff; dan Mackenzie (2006) bahwa terdapat
dimensi-dimensi dalam Organizational Citizenship Behavior (OCB), yaitu :
altruism (perilaku membantu), courtesy (perilaku menghormati orang lain),
conscientiousness (perilaku melakukan usaha melebihi harapan perusahaan),
sportsmanship (perilaku tidak suka protes dan mengeluh), civic virtue (perilaku
berpartisipasi aktif dalam perusahaan), cheerleading (rendah hati), peacemaking
(perilaku mencari solusi dalam masalah perusahaan). Organ; Podsakoff; dan
Mackenzie (2006), berpendapat bahwa dimensi altruism, courtesy, cheerleading,
dan peacemaking dapat digabung menjadi satu dimensi yaitu dimensi helping
behavior karena berkaitan dengan perilaku menolong orang lain dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada serta menyangkut pekerjaan di organisasi.
Oleh karena itu maka pengukuran OCB dapat dilakukan dengan menggunakan
empat dimensi saja yaitu helping behavior, conscientiousness, sportsmanship, dan
civic virtue.
Di dalam dimensi tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya orang yang
melakukan OCB akan berkerja tanpa ada paksaaan, sangat bertanggung jawab,
dan giat dalam setiap aktifitas pekerjaan. Menurut Uyun (1998) agama sangat
mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggung jawab atas
lebih baik. Sehingga dengan landasan agama setiap orang didorong untuk
berpelikaku OCB dalam bekerja. Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain
religi, religion (Inggris), religie (Belanda) , religio (Latin), dan dien (Arab).
Orang yang beragama disebut juga orang yang religius. Makna religiusitas
menurut Fetzer (1999) adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah
perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan.
Oleh karena itu doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap
pengikutnya. Menurut Glock dan Stark (1966) yang dikutip oleh Ancok (1994)
religiusitas adalah system symbol, system keyakinan, system nilai, dan perilaku
yang terlambangkan yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang
dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).
. Menurut Nashori dan Mucharam (2002) religiusitas diartikan sebagai
seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan
ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya.
Bagi seorang muslim, religiusitas dapat diketahui dari seperapa jauh pengetahuan,
keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.
Dari pengertian yang ada, dapat disimpulkan bahwasanya religiusitas
merupakan kepercayaan atau keyakinan individu terhadap ajaran agama Islam
yang berasal dari hati nurani pribadi seseorang yang diaplikasikan dalam bentuk
komitmen ibadah dan pengamalan nilai-nilai hidup sehari-hari. Komitmen ibadah
dalam hal ini bukan hanya sebatas solat, puasa, zikir dan ibadah lain yang bersifat
cohntohnya dalam hal berkerja yang akan menjadi ibadah jika memiliki niat hanya
untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Salah satu bentuk komitmen ibadah dan pengalaman nilai-nilai kehidupan
sehari-hari yang ada di dalam teori religiusitas dapat terlihat di dalam perilaku
OCB. Di dalam teori OCB terdapat dimensi helping behavior yang didalamnya
terdapat perilaku saling tolong-menolong. Menurut Batson dan Brown (2005)
bahwa orang yang beragama memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk
membantu orang lain, dibanding orang yang tidak mengenal agama. Dalam
pandangan religiusitas juga sangat ditekankan perilaku saling tolong-menolong.
Dalam agama Islam setiap umatnya diperintahkan untuk saling tolong-menolong
kepada orang lain. Hal ini dijelaskan di dalam Al Quran yaitu pada surat Al
Maidah :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Qur’an Surat Al Maidah ayat 2)
Dari ayat tersebut dapat dilihat adanya perintah untuk saling tolong
menolong dalam kehidupan sehari-hari. Menolong orang lain yang tanpa
meminta imbalan. Selain itu, agama Islam juga menganjurkan umatnya untuk
bekerja dan memiliki etos kerja yang tinggi sehingga para pekerja mampu bekerja
Allah SWT berfirman:
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang yang mu’min,dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(Qur’an Surat At-Taubah ayat 105).
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama yang
menyuruh umatnya agar bekerja tanpa mementingkan imbalannya saja. Namun
Islam memerintahkan kepada umatnya agar bekerja semata-mata untuk mengabdi
kepada Allah SWT sehingga dengan demikian pekerjaan yang dilakukan dapat
selesai dengan maksimal, ini sesuai dengan dimensi conscientiousness yang
merupakan perilaku menunjukan usaha agar melebihi harapan dari organisasi.
Selain itu religiusitas juga memaparkan akan pengalaman beragama yang
kemudian teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja agama yang
memerintahkan untuk bersikap sabar, hal ini juga ada di dalam dimensi OCB yaitu
sportsmanship yang bentuk pengaplikasiannya adalah perilaku tidak suka
mengeluh. Kemudian dimensi courtesy pada OCB yang menunjukkan perilaku
menjaga hubungan baik dengan rekan kerja juga berhubungan dengan dimensi
forgivness pada religiusitas, dimana dengan saling memaafkan akan terjalin
hubungan baik antar sesama manusia.
Dalam OCB juga terdapat dimensi civic virtue yang terlihat dalam perilaku
mampu berpartisipasi aktif dalam organisasi, cheerleading dengan mengikuti
perayaan jika rekan kerja mendapatkan penghargaan, dan peacemaking yang
rekan kerjanya. Semua hal ini juga dapat terlihat di dalam dimensi religious
support dalam religiusitas, yaitu terlihat dengan nilai ukhuwah islamiyah yang
terjalin.
Salah satu pekerjaan yang didalamnya menuntut seseorang harus
berperilaku OCB adalah guru. Tugas guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas
tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan Pasal
52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi
Pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
Selain itu menurut Prihatsanti (2010) peran guru dalam lingkungan
sekolah adalah mengajar dan mendidik. Guru berperan sebagai orang yang
mengajarkan tentang ilmu-ilmu yang harus dimengerti oleh muridnya. Sedangkan
dalam peran mendidik guru harus membimbing dan membina anaknya agar
menjadi manusia yang cakap, aktif kreatif, dan mandiri. Guru juga harus
menjalankan tugas tambahan seperti tugas menjadi “orang tua” untuk anak-anak
muridnya. Hal ini terkadang harus menyita waktu dan usaha lebih diluar waktu
kerja seorang guru. Sesuai dengan pernyataan Schultz (2006) bahwa OCB
melibatkan usaha ekstra yang melebihi persyaratan minimum dari pekerjaan.
Nilai religiusitas sebagai seorang guru juga tidak dapat ditinggalkan
karena memegang peranan penting guna meningkatkan kinerja guru, apalagi guru
pribadi yang memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang tinggi sehingga
menjadikan guru menjadi seorang yang taat beribadah, jujur, amanah dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dalam hal ini mengajar dan mendidik
(Amrullah, 2008). Sebenarnya penelitian ini pernah diteliti oleh Wahyudin.,
Pradisti., Sumarsono., & Wulandari (2013) dengan judul “dimensi religiusitas dan
pengaruhnya terhadap organizational citizenship behavior (Studi pada
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) namun dalam penelitian ini tidak
didapat adanya pengaruh yang signifikan antara religiusitas dan organizational
citizenship behavior. Sehingga peneliti ingin meneliti kembali dengan sampel
yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu pada guru yang beragama Islam.
Sehingga dari dasar pemikiran inilah peneliti ingin meneliti tentang apakah
ada pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB) pada guru muslim.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
peneliti membuat suatu rumusan masalah yaitu ”Apakah terdapat pengaruh
religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru
muslim?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data-data empiris mengenai
pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) dalam
ilmu Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu, untuk berbagi dasar
pengetahuan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan
dengan topik yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, gambaran
dan wacana mengenai pengaruh religiusitas terhadap Organizational
Citizenship Behavior (OCB) pada guru muslim.
b. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh religiusitas terhadap Organizational Citizenship Behavior
(OCB). Sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam upaya peningkatan
Organizational Citizenship Behavior (OCB).
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Bab I : Pendahuluan
Berisikan mengenai latar belakang masalah yang hendak dibahas, tujuan
Bab II : Landasan Teori
Berisikan mengenai tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam
pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian
ini adalah religiusitas dan Organizational Citizenship Behavior (OCB).
Bab III: Metode Penelitian
Berisikan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu
identifikasi variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen
dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel dan metode
analisis data.
Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang dikaitkan
dengan teori yang ada.
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang
diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang