• Tidak ada hasil yang ditemukan

Streptococcus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Streptococcus"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya dipelajari struktur anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.

Bakteri berasal dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali berinteraksi dengan bakteri. Bakteri pertama kali ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri.

Bakteri memiliki nilai ekonomi penting dalam kehidupan manusia dan demikian pula bakteriologi. Pengetahuan dalam cabang ilmu ini bermanfaat dalam pengobatan, higiene, ilmu pangan dan gizi, pertanian, dan industri (terutama industri fermentasi).

Nanah adalah zat kental yang merupakan bagian dari respon sistem kekebalan alami tubuh.. Hal ini paling sering keputihan-warna kuning, meskipun mungkin juga kehijauan, kecoklatan, kemerahan, atau bahkan biru. Nanah sering memiliki bau agak nekrotik, dan sering tanda infeksi saat ditemui di luka.Ketika tubuh mendeteksi beberapa jenis infeksi asing, segera mulai respon untuk menetralisir kerusakan penjajah dan membatasi ke sistem.

Dalam identifikasi bakteri di gunakan media sebagai bahan pertumbuhan bakteri tertentu yang ingin diidentifikasi. Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba (bakteri). Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang ditemukan.

Medium pembiakan yang digunakan untuk mengembangbiakkan bakteri di laboratorium dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; medium pembiakan dasar, medium pembiakan penyubur, medium pembiakan selektif, dan cara mendapatkan biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.

(2)

Dalam pengisolasian bakteri ada beberapa macam cara yaitu; cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan.

Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya mikrobiologi dipertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Pada umumnya, ada dua macam zat warna yang sering digunakan, yaitu sebagai berikut:

1) Zat warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk garam natrium.

2) Zat warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam bentuk klorida.

Setelah dilakukan pengecatan maka di dalam tubuh bakteri akan terjadi proses pertukaran ion-ion zat warna dengan ion-ion protoplasma (misalnya asam nukleat) bakteri. Namun ada pewarnaan yang sering dilakukan untuk identifikasi bakteri. Pewarnaan itu disebut, pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan differensial yang sangat berguna. Karena Selain untuk melihat bentuk, pewarnaan ini juga bertujuan untuk mengetahui sifat dari bakteri. Sehingga dengan pewarnaan ini, maka dapat dibedakan antara bakteri Gram Positif dengan bakteri Gram negative.

Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit. Infeksi ringan Streptococcus pyogenes termasuk faringitis ("radang kerongkongan") dan infeksi kulit setempat ("impetigo"). Erisipelas dan selulitis dicirikan oleh perbiakan dan penyebaran samping Streptococcus pyogenes di lapisan dalam kulit. Serangan dan perbiakan Streptococcus pyogenes di fasia dapat menimbulkan fasitis nekrosis, keadaan yang besar kemungkinan mengancam hidup yang memerlukan penanganan bedah.

Infeksi akibat strain tertentu Streptococcus pyogenes bisa dikaitkan dengan pelepasan toksin bakteri. Infeksi kerongkongan yang dihubungkan dengan pelepasan toksin tertentu bisa menimbulkan penyakit jengkering (scarlet fever). Infeksi toksigen Streptococcus pyogenes lainnya bisa menimbulkan sindrom syok toksik streptococcus, yang bisa mengancam hidup.

Streptococcus pyogenes juga bisa menyebabkan penyakit dalam bentuk sindrom "non-pyogenik" (tak dihubungkan dengan perbiakan bakteri dan pembentukan nanah setempat) pascainfeksi. Komplikasi yang diperantarai autoimun itu mengikuti sejumlah kecil

(3)

persentase infensi dan termasuk penyakit rematik dan glomerulonefritis pasca-streptococcus akut. Kedua keadaan itu muncul beberapa minggu menyusul infeksi awal streptococcus. Penyakit rematik dicirikan dengan peradangan sendi dan/atau jantung menyusul sejumlah faringitis streptococcus. Glomerulonefritis akut, peradangan glomerulus ginjal, bisa mengikuti faringitis streptococcus atau infeksi kulit.

Bakteri ini benar-benar sensitif terhadap penisilin. Kegagalan penanganan dengan penisilin umumnya dikaitkan dengan organisme komensal lain yang memproduksi β-laktamase atau kegagalan mencapai tingkat jaringan yang cukup di tenggorokan. Strain tertentu sudah kebal akan makrolid, tetrasiklin dan klindamisin.

(4)

1.2 MAKSUD PRAKTIKUM

Maksud dilakukan praktikum ini adalah :

Mengetahui cara mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri Streptococcus Sp.

1.3 TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dilakukan praktikum adalah :

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KLASIFIKASI

Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuhdalam rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A. Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksizona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis). Streptococcus bersifat katalase-negatif.

Klasifikasi ilmiah:  Kerajaan: Bacteria  Filum: Fermicutes  Kelas: Bacillis  Ordo: Lactobacillaces  Famili: Streptococcaceae  Genus: Streptococcus

 Spesies: Streptococcus pyogenes

2.2 MORFOLOGI

Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5 ± 1 µm. dalam bentuk rantaiyang khas, agak memanjang pada arah sumbuh rantai. Streptococcus pathogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat. Streptococcus menyebabkan infeksi pada manusia adalah gram negatif. Pada perbenihan yang baru kuman positif gram, tetapi bila perbenihan telah berumur beberapa hari dapat berubah menjadi negatif gram. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik.

2.3 SIFAT BIOLOGI

Umumnya streptococcus bersifat anaerob fakultatif. Hanya beberapa jenis yang bersifat anaerob obligatif. Pada perbenihan biasa pertumbuhannya kurang subur jika kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4 -7,6, pada suhu optimum 370C.Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media.

Untuk isolasi primer hanya di pakai media yang mengandung darah lengkap serum atau transudat. Dalam lempeng agar darah yang di inkubasi pada 370C setelah 18- 24 jam akan streptococcus membentuk koloni kecil ke abu-abuan, bentuknya bulat, pinggirannya rata, pada permukaan media, koloni tampak sebagai setitik cairan. Streptococcus

(6)

membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid dan glossy. Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini di bagi dalam :

1) Hemolisis tipe alfa,( streptococcus viridians ) membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian pada koloninya.

2) Hemolisis tipe beta, ( streptococcus hemolyticus )membentuk zona bening disekeliling koloninya.

3) Hemolisis tipe gamma,( streptococcus anhemolyticus ) tidak memnyebabkanhemolisis.

2.4 STRUKTUR ANTIGEN

1) Karbohidrat C : zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar untuk membagi streptococcus dalam group-group spesifik dari A sampai T. Sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu amino segar.

2) Protein M : Protein ini ada hubungannya dengan vaktor virulensi kuman streptococcus grup A, kerjanya menghambat fagositosi terutama dihasilkan oleh kuman dengan koloni tipemukoid streptococcus.

3) Substansi T antigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan enzim proteolitik. Antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.

4) Protein R antigen R tipe 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan rusak secara perlahan-lahan oleh asam dan pemanasan.

5) Nucleoproteinekstrasi streptococcus dengan basa lemah , menghasilkan suatu campuran yang terdiri protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari badan sel kuman.

6) Bakteriofaga, Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskan tipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C.

7) Metabolit bakteri

8) Toksin eritogenik toksin ini ntahan selama jam pada suhu 600C, tetapi dalam air mendidih akan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash pada febris scarlatina.

9) Hemolisisin vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisis pada sel darah merah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secara lengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis. Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengan disertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gamma hemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang non hemolitik. 10)NAdase Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.

(7)

11)Streptokinase Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin, yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya streptococcus.

12)Streptodornase, Enzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grupA, C dan G.

13)Hialuronidase, Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari bahan dasar jaringan ikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yang dapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grup B dan G. 14)Proteinase, Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 ± 6,5.

Dalam suasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase. 15) Amilase, Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam

perbenihan ditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose. 16)Steraseenzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadap

substrat yang berupa beta naptil asetat.

17)Koloni bentuk L, Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.

18)Alergi, Ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwa alergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya, mempunyai peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis.

2.5 SUMBER PENULARAN

Streptococcus pyogenes adalah penyebab banyak penyakit penting manusia mulai dari infeksi kulit ringan dangkal sampai penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi biasanya dimulai di tenggorokan atau kulit. Contoh ringan infeksi Streptococcus pyogenes yaitu sakit tekak ( “strep throat”) lokal dan infeksi kulit(impetigo).

Erysipelas dan cellulitis yang dicirikan dengan penyebaran lateral Streptococcus pyogenes di kedalaman lapisan kulit.

Infeksi disebabkan oleh beberapa jenis Streptococcus pyogenes yang dapat dikaitkan dengan rilis (jenis baru) toksin/racun bakteri. Infeksi tenggorokan berhubungan dengan rilis ini dan mengakibatkan juga penyakit demam berdarah. Infeksi toxigenic Streptococcus pyogenes lainnya dapat mengakibatkan streptococcal toxic shock syndrome, yang dapat mengancam hidup.

(8)

Infeksi streptococcus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor, antara lain sifat biologic kuman. Cara host memberikan respons dan port dentrekuman. Penyakit yng ditimbulkan oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam beberapa katagori,sebagai berikut:

1) Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A, yaitu:  Erysipelas

 Pepsis puerpuralis

 Sepsis, Penyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus grup A.

 Radang tenggorokan.

 Impentigo Endokartitis bakterialis.  Endokartitis bakterialis akuta

 Endokartitis bakterialis subakuta Infeksi lainnya. Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebab infeksi traktus urinalius. Streptococcus anaerob, normal dapat ditemukan dalam traktus genitalis wanita, dalam mulut dan dalam intestinum. Kuman ini dapat menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang demikian dapat terjadi dalam luka, endometritis postpartum, sehabis terjadi rupture dari suatu viscusabdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis.

2) Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A :  Glomerulus nefritis akut.

 Jantung rheuma. 2.7 EPIDEMIOLOGI

1. Sejumlah kuman streptococcus misalnya, streptococcus viridians dan enterococcus, merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia.

2. Kuman-kuman ini hanya akan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana mereka biasanya berada, misalnya pada katup jantung. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada sewaktu melakukan tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkan terjadinya bakteremia temporer, pemberian obat-obatan antibiotika sangat diperlukan untuk mencegah atau unutk pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A pada penderita yang diketahui mempunyai kelainan katup jantung. Sumber infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier. Penularannya terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit.

(9)

 Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratorius ataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.

 Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus diberikan antibiotika dalam dosis profilaksis.

 Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan cara mencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara, sinar ultraviolet, dan pemakaian aerosol.

2.8 PENYAKIT YANG DITIMBULKAN

Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk Sindrom post-infectious “non-pyogenic” (tidak terkait dengan multiplikasi bakteri lokal dan pembentukan nanah). Komplikasi yang difasilitasi oleh kondisi autoimmun ini tergolong jarang terjadi. Contoh dari komplikasi ini yaitu demam reumatik akut dan post streptococcal glomerulonephritis. Kedua kondisi ini muncul beberapa minggu setelah infeksi awal streptococcal. Demam reumatik ditandai dengan peradangan pada sendi dan / atau jantung lalu berlanjut dengan sakit tekak. Glomerulonephritis akut dan peradangan glomerulus pada ginjal dapat mengikuti sakit tekak atau infeksi kulit.

2.9 DIAGNOSA LABORATORIUM

1. Bahan pemeriksaan laboratorium. Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara swab dari hidung atau tenggorokan atau langsung dari darah, pus, sputum, likuor, serebrospinalis, eksudat dan urin.

2. Pemeriksaan lansung. Pemeriksaan langsung dari sputum seringkali hanya menemukan kokus tunggal atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk rantai. Jika pada pemeriksaan lansung terlihat adanya treptococcus tetapi tidak tumbuh dalam suatu perbenihan, harus dipikirkan kemungkinan kumannya bersifat anaerob. Pemeriksaan lansung dari usap tenggorokan kurang begitu bernilai, karena normal selalu ditemukan adanya streptococcus viridians di tempat ini. 3. Perbenihan. Bahan perbenihan ditanam pada lempeng agar darah, jika diduga

kumannya bersifat anaerob juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada lempeng agar darah streptococcus hemoliticus grup A akan tumbuh dalam beberapa jam atau hari. Didalam perbenihan dari bahan darah atau kuman streptococcus tumbuhnya dapat sangat lambat, jika diduga ada endokarditis perbenihan dibiarkan diinkubasi1-2 minggu baru di buang.

(10)

Guna untuk membedakan streptococcus group A dengan group lainnya. Streptococcus haemolyticus grup A dihambat oleh basitrasin pada konsentrasi rendah (sensitif), sedangkan group lainnya resisten.

a Diambil satu ose biakan kuman, lalu ditanam pada media kaldu HI/TSB, dieramkan pada suhu 37oC selama 24 jam.

b Diamati pertumbuhan kuman disekitar basitrasin.

c Dicelupkan swab steril ke dalam biakan kuman tersebut dan hapuskan secara merata keseluruh lempeng agar darah.

d Diamati pertumbuhan kuman disekitar basitrasin. 5. Tes Phadebact

Untuk penentuan grup dan tipe Streptococcus haemolyticus digunakan anti serum spesifik antara lain dengan tes phadebact untuk streptococcus.

2.10 PENGOBATAN

Antibiotik telah mengubah prognosis semua macam infeksi streptococcus secara radikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika pada umumnya memberikan penyembuhan. Streptococcus beta hemolyticus grup A yang anaerob jauh lebih resisten terhadap penisilin dari pada aerob. Streptococcus umumnya rentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol.

(11)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum bakteriologi mengenai identifikasi dan cara-cara identifikasi bakteri Streptococcus Sp yang dilaksanakan hari Senin-Rabu, 30 September- 2 Oktober 2013 pukul 09:30-12.00 . Bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Poltekkes Kemenkes Makassar jurusan analis kesehatan.

3.2. ALAT

Alat yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah sebagai berikut :

A. Pengambilan sampel  Pot/wadah sampel  Cotton buds

 Label Kecil, Autoclave

B. Isolasi/Penanaman

 Rak tabung Tabung reaksi  Inkubator  Ose bulat  Erlenmeyer  Bunsen+kasa+kaki tiga.  Pipet tetes  Kapas C. Identifikasi  Mikroskop  Ose bulat  Pipet tetes  Rak Tabung  Objek glass  Lampu Spiritus  Bak pewarnaan  Korek api 3.3. BAHAN

Bahan yang digunakan pada percobaan ini: A. Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan adalah Swab telinga B. Isolasi

1) Media pemupuk  TSB

2) Media Selektif

 BAP (Blood Agar Plate)  MSA (Mannitol Salt Agar) C. Identifikasi

(12)

 Untuk Uji Koagulase  Plasma Citrat/darah  Untuk uji Katalase  H2O2 10%

 Untuk Pewarnaan

 CGV (Carbol Gentian Violet)  Lugol

 Alcohol 96%  Safranin

3.4. Cara Isolasi Dan Identifikasi A. Hari I

1) Penanaman pada media Pemupuk

a) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b) Sampel sputum yang dipakai, diambil 1 ose steril lalu ditanam pada media pemupuk TSB.

c) Inkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam di inkubator. B. Hari II

1. Mengamati hasil penanaman pada media pemupuk dengan melakukan pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram yaitu :

a) Ambil 1 ose biakan kuman dengan ose steril lalu buat preparat pada objek glass yang bersih dan bebas lemak, keringkan.

b) Setelah kering, preparat tersebut difiksasi diatas nyala api dengan melewatkan maksimal 3kali.

c) Lalu tetesi dengan zat warna CGV pada bagian apusan, diamkan selama 2-3 menit.

d) Cuci air mengalir

e) Tetesi dengan lugol, diamkan 45-60 detik. Cuci air mengalir.

f) Dekolorisasi / lunturkan dengan alkohol 96%,diamkan selama 20-30 detik. g) Cuci air mengalir

h) Tetesi kembali dengan zat warna safranin, diamkan sekitar 2-3 menit. Lalu cuci air mengalir

i) Keringkan preparat, setelah kering tetesi sekitar 1 tetes oil imersi dan lakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100x.

j) Amati dan catat hasil

2. Setelah dilakukan pewarnaan, dan didapatkan hasil maka dilanjutkan dengan isolasi pada media selektif yaitu media BAP dan MSA dengan metode gores kuadran.

3. Diambil 1 ose biakan kuman, ditanam pada media BAP dan MSA dengan menggoreskan dengan metode kuadran.

4. Setelah digoreskan,media dibungkus kembali lalu di masukkan ke inkubator. 5. Dieramkan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.

(13)
(14)

C. Hari III

1. Pengamatan pada media selektif, diamati pertumbuhan koloninya dan catat ciri-ciri koloni.

2. Dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan gram yaitu :

a) Ambil 1 ose biakan kuman dengan ose steril lalu buat preparat pada objek glass yang bersih dan bebas lemak, keringkan.

b) Setelah kering, preparat tersebut difiksasi diatas nyala api dengan melewatkan sebanyak 3 kali.

c) Lalu tetesi dengan zat warna CGV pada bagian apusan, diamkan selama 2-3 menit.

d) Cuci air mengalir

e) Tetesi dengan lugol, diamkan 45-60 detik. Cuci air mengalir.

f) Dekolorisasi / lunturkan dengan alkohol 96%,diamkan selama 20-30 detik. g) Cuci air mengalir

h) Tetesi kembali dengan zat warna safranin, diamkan sekitar 2-3 menit. Lalu cuci air mengalir

i) Keringkan preparat, setelah kering tetesi sekitar 1 tetes oil imersi dan lakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 100x.

3. Kemudian, dilakukan uji plasma koagulase :

Plasma yang digunakan adalah plasma darah (citrat) orang normal atau kelinci. Cara pembuatan plasma citrat adalah sebagai berikut :

a Dipipet larutan Natrium Sitrat 3,8% sebanyak 0,5 ml, dimasukkan kedalam tabung centrifuge. Ditambah dengan darah vena sebanyak 4,5 ml kemudian dihomogenkan.

b Lalu dicentrifugasi selama 15-20 menit dengan kecepatan 3000 Rpm. c Setelah itu, plasma yang terbentuk dipisah dari endapan dengan

menggunakan pipet. Plasma citrat siap digunakan. Ada dua cara uji koagulase yaitu :

a Cara Objek glass :

Satu ose plasma diteteskan pada objek glass, kemudian diambil satu ujung koloni dan dicampur dengan plasma. Objek glass digoyang-goyangkan kemudian diperiksa adanya koagulasi.

b Cara Tabung :

Sebanyak 1cc plasma ditambah koloni bakteri, kemudian diinkubasikan dalam waterbath pada suhu 37oC. Dibaca setelah 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, sampai 12 jam. Untuk kontrol pakai yang positif dan negatif.

(15)

Diambil 1 tetes larutan H2O2 10% pada objek glass, lalu ditambahkan 1 ose koloni bakteri dan dicampur dengan cara objek glass digoyang-goyangkan. Kemudian diperiksa adanya gelembung oksigen.

5. Setelah dilakukan beberapa pemeriksaan, maka koloni yang dicurigai bakteri Streptococcus Sp diambil 1 ose koloni ditanam pada NaCl 65%.

6. Dieramkkan diinkubator pada suhu 37oC selama 24 jam.

7. Keesokan harinya diamati pertumbuhan koloni disekitar media pertumbuhan. D. Hari IV

1. Pengamatan hasil penanaman pada NaCl 65%

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENGAMATAN A. HARI I :

1. Penanaman pada media pemupuk : 1) Media TSB

Terjadi kekeruhan setelah ditanami bakteri 2. Pemeriksaan Mikroskopik

Bahan Pemeriksaan dibuat preparat, kemudian diwarnai dengan pewarnaan gram. Hasil Pemeriksaan :

Pada Media TSB

Keterangan : a. Bentuk : Coccus

b. Susunan : Berantai c. Sifat : Gram positif

(17)

B. HARI II

1) Pengamatan hasil isolasi :

N NO

Ciri – Ciri Media BAP Media MSA

1

1. Bentuk Koloni : Sedang-besar Bulat, kecil 2

2. Warna Koloni : Putih abu-abu Putih keruh 3

3. Elevasi : Agak Cembung Agak cembung

4

4. Sifat : Alfa Haemolytis anhaemolytis

2) Pengamatan hasil pemeriksaan Mikroskopik pada media selektif :

BAP MSA

(18)

Coccus gram positif coccus gram positif

1. Uji Koagulase

 Pada media BAP : Koagulase Positif (Ada Gumpalan)

 Pada media MSA : Koagulase Negatif (Tidak ada gumpalan) 2. Uji Katalase :

 Pada media BAP : Katalase Positif (Ada gelembung oksigen)

 Pada media MSA : Katalase Negatif (Tidak ada gelembung oksigen) C. HARI III

1) Pengamatan hasil penanaman pada NaCl 65% :

Hasil penanaman pada NaCl 65% adalah terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh

1.1. PEMBAHASAN

Di alam populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Oleh karena itu, dalam mempelajarinya, bakteri harus diambil dari alam lalu diisolasikan dalam suatu biakan murni. Di dalam laboratorium populasi bakteri ini dapat diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis yang dapat dipelajari morfologi, sifat dan kemampuan biokimiawinya. Biakan murni adalah biakan yang hanya berisi 1 jenis bakteri.

Ada berbagai cara untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan, cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran,

(19)

cara pengucilan 1 sel, dan cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Cara penggoresan bertujuan bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru. Isolasi bakteri dengan cara ini terbagi menjadi tiga yaitu goresan sinambung, goresan T, goresan kuadran (streak quadrant). Tapi yang digunakan yaitu goresan T dengan cara:

 Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker.

 Ambil 1 ose suspensi bahan yang mengandung bakteri atau campuran bakteri secara aseptik.

 Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag

 Panaskan ose dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna

 Lakukan hal yang sama pada daerah 3.

Media isolasi yang digunakan yaitu Blood Agar Plate (BAP) dan MSA (Mannitol Salt Agar). Ciri-ciri koloni yang didapat pada media BAP adalah Koloni sedang-besar, putih abu-abu, jernih, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar koloninya). Pada media MSA adalah koloni bulat, kecil, putih keruh, smooth, sedikit cembung, haemolytis (ada zone jernih disekitar koloninya).

Bakteri biakan lalu diidentifikasi dengan menggunakan metode pewarnaan Gram untuk menentukan bakteri tersebut Gram (+) atau Gram (-). Setelah dilakukan pewarnaan ditemukan bakteri Gram (+) bentuk basil dan diplobasil.

Basil adalah bakteri yang memiliki sel bentuk batang atau seperti silinder. Bentuk batang ini merupakan satu dari tiga bentuk paling umum sel prokariota (selain bulat dan heliks). Terdapat tiga jenis basilus, yaitu monobasil (bakteri bentuk tunggal), diplobasil (bakteri berbentuk batang yang tersusun berpasangan), dan streptobasilus (bakteri berbentuk batang tersusun seperti rantai). Sedangkan pada media MSA didapatkan coccus gram positif bergerombol,maka dapat disimpulkan pada media MSA koloninya bukan ciri-ciri dari streptococcus Sp.

(20)

Setelah dilakukan pewarnaan gram, maka dapat diuji dengan uji koagulase dan uji katalase. Untuk streptococcus Sp hasil dari uji katalasenya harus negatif. Dan dilanjutkan dengan uji biokimia , koloni tersangka ditanam pada NACL 65%.

Media diferensial adalah media yang mengandung suatu bahan yang dapat membedakan jenis bakteri satu dengan lainnya berdasarkan sifat biokimia/hasil reaksinya terhadap bahan dalam media tersebut. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri tertentu.

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum, dapat diambil kesimpulan bahwa ditemukan bakteri streptococcus pada sedimen sputum. Dimana akteri tersebut bergram positif dan berantai.

5.2. SARAN

Adapun saran yang ingin disampaikan praktikan melalui laporan adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan didalam praktikum, praktikan harus menggunakan APD lengkap. 2. Menggunakan alat-alat yang steril dan bersih.

3. Memperhatikan reagen yang akan digunakan,masih dapat digunakan atau sudah

rusak.

4. Menghindari terjadinya kontaminasi. 5. Mengikuti aturan praktikum.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

 Mikrobiologi Jawetz 24th ed.  Mikrobiologi Thieme 2005

 Burdash NM, West ME. 1982. Identification of Streptococcus pneumoniae by Phadebact coagglutination test. J Clin Microbiol. 1982 March; 15(3): 391–394.  Slide dan kuliah mikrobiologi indera, ibu Yuli M.Biomed, 2013.

http://www.scribd.com/doc/130815645/Bakteri-Streptococcus-Sp

http://nadianalizt.blogspot.com/2012/05/bakteri-streptococcus-sp-streptokokus.html

 Gladwin, Mark and Bill Trattler. Clinical Microbiology Made Ridiculously Simple, 3rd edition, 2004.

 Mahon, Connie R, MS. MT (ASCP) and Manuselis, George, Jr, MA.

MT(ASCP).1995. Texbook of Diagnostic Microbiology, Philadelphia London Toronto Montreal sydney Tokyo, W.B. Saunders Company

 Syahrurahman, A. dkk. 1994. Mikrobiologi kedokteran, Jakarta, Binarupa Aksara  Frankel, sam, Ph.D.et al, 1970. Gradwohl’s Clinical Laboratory Methods and

Diagnosis, 7th Edition, saint Louis, The C.V. Mosby Company

 Fujiki, A. 1998 TB Microscopy, Japan, The Research Institute of Tuberculosis  2001. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, Cetakan ke 6, Jakarta,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

#. )agaimanakah akti;itas dari antiplasmodium in vitro fraksi fla;onoid propolis yang diambil dari daerah tempat tumbuh yang berbeda di pulau :awa terhadap  P. &olongan

Kalau beberapa spindel penggurdi dipasangkan pada meja tunggal, ini disebut sebagai penggurdi gang atau kelompok. Jenis ini sesuai untuk pekerjaan produksi yang harus melakukan

Hal ini merupakan bagian penting bagi aspek sosial anak pada tahap perkembangan selanjutnya karena interaksi dengan teman sebaya akan memotivasi dan mendukung

Dalam 1 Korintus 12:28 Paulus menempatkan rasul-rasul (yang adalah universal), nabi-nabi dan pengajar-pengajar (yang adalah universal dan lokal), serta diaken-diaken dan

Siswa melakukan praktik teknik pengelasan pelat dengan pelat pada sambungan tumpul posisi mendatar dengan las gas tungsten (TIG).. Guru mengevaluasi hasil praktik siswa

Penggunaan anestesi regional sebagai salah satu modalitas penanganan nyeri pascaoperasi ektremitas atas dengan menggunakan blok kontinyu infraklavikular pleksus brakialis

Mubaryanto (1998) mengatakan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak. Pendapatan rumah

1. Faktor Geografis, suatu wilayah atau daerah yang sangat luas akan terjadi variasi pada keadaan fisik alam berupa topografi, iklim, curah hujan,