• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA

SELF-CONTROL

TERHADAP

PERILAKU

AGGRESSIVE DRIVING

PADA ANGGOTA

KOMUNITAS MOTOR

SKRIPSI

Oleh :

Erick Febrianto

201110230311044

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

HUBUNGAN ANTARA

SELF-CONTROL

TERHADAP

PERILAKU

AGGRESSIVE DRIVING

PADA ANGGOTA

KOMUNITAS MOTOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Erick Febrianto

201110230311044

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)
(4)
(5)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobbil‟alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, Nikmat dan Pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Self-Control Terhadap Perilaku Aggressive Driving Pada Anggota Komunitas Motor”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitar Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: arahannya yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

3. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan kesempatan penulis belajar di Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Zainul Anwar, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 5. Untuk semua Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah

memberikan waktunya untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat. 6. Staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

terimakasih karena telah banyak membantu dalam hal administrasi.

7. Kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, do‟a dan kasih sayang sehingga penulis sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Untuk semua teman-teman psikologi yang telah mendukung dalam terselesaikannya skripsi ini.

9. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf dan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini takluput dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat berguna bagi penelitian berikutnya ataupun bagi semua pihak yang membaca skripsi ini, Amiin.

Malang, April 2016 Penulis

(6)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

ABSTRAK ... 1

Teori Self-Control ... 4

Pembentukan dan Ciri-ciri Self-control ... 6

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-control ... 6

Perilaku Aggressive Driving ... 7

Bentuk Perilaku Aggressive Driving ... 8

Faktor Penyebab Perilaku Aggressive Driving ... 8

Self-control dan Aggressive Driving ... 10

Hipotesis Penelitian ... 11

METODE PENELITIAN ... 11

Rancangan Penelitian ... 11

Subyek Penelitian ... 11

Variabel dan Instrumen Penelitian... 12

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 13

HASIL PENELITIAN ... 14

DISKUSI ... 16

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 18

REFERENSI ... 19

(7)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Interpretasi nilai r ... 14

Tabel 2. Perhitungan T-score Skala Self-control ... 14

Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Aggressive Driving ... 15

Tabel 4. Korelasi Self-control dengan Aggressive Driving ... 15

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Try Out Instrumen Self-control Dan Perilaku Aggressive Driving ... 23

IDENTITAS RESPONDEN ... 24

DATA AGGRESSIVE DRIVING ... 31

DATA SELF-CONTROL ... 34

Hasil Validitas dan Reabilitas ... 37

Hasil Uji Validitas Variabel Self-Control ... 38

Hasil Uji Reliabilitas ... 39

(9)

1

Angka kecelakaan lalu lintas pada pengemudi motor semakin meningkat di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah human error. Perilaku aggressive driving disinyalir memberikan kontribusi utama pada peningkatan angka kecelakaan ini. Dengan pengendalian diri yang baik, perilaku aggressive driving bisa direduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-control terhadap perilaku aggressive driving pada anggota komunitas motor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan subjek sebanyak 100 orang anggota komunitas motor dengan pengambilan sampel menggunakan teknik insidental sampling. Instrument dalam penelitian ini menggunakan skala self-control dan skala perilaku aggressive driving. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan perilaku aggressive driving, dengan nilai r = -0,537 dan p = 0,00 ; p < 0,01. Hal ini berarti semakin tinggi self-control maka akan semakin rendah perilaku aggressive driving, begitu pula sebaliknya, dengan sumbangan efektif self-control terhadap perilaku aggressive driving sebesar 31,3% yang artinya masih ada 68,7% perilaku aggressive driving dipengaruhi oleh variabel lain.

Kata kunci : self-control, perilaku aggressive driving, komunitas motor

Number of traffic accidents on motorists is increasing in Indonesia. One possible cause is human error. Aggressive behavior in driving allegedly made major contributions to the increasing number of accidents. With good self-control, aggressive behavior in driving can be reduced. The purpose of this study was to determine the relationship between self-control against aggressive driving behavior on the motorcycle community members. This research is a quantitative correlation with the subject of as many as 100 members of the motorcycle community by sampling using incidental sampling. Instrument in this study using the scale of self-control and the scale of aggressive driving behavior. The results showed that there was a significant negative relationship between self-control with aggressive driving behavior, with r = -0.537 and p = 0.00; p <0.01. This means that the higher self-control the lower the aggressive driving behavior, and vice versa, with the effective contribution of self-control on aggressive driving behavior amounted to 31.3%, which means there are still 68.7% of aggressive driving behavior is influenced by other variables ,

(10)

2

Masalah sikap berlalu lintas sudah merupakan suatu fenomena yang umum terjadi di kota-kota besar di negara-negara yang sedang berkembang. Persoalan ini sering dikaitkan dengan bertambahnya jumlah penduduk kota yang mengakibatkan semakin meningkatnya aktivitas dan kepadatan di jalan raya. Lalu lintas yang beraneka ragam dan pertambahan jumlah kendaraan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan prasarana jalan mengakibatkan berbagai masalah lalu lintas, contohnya kemacetan dan kecelakaan.

Kecelakaan lalu lintas di Indonesia didominasi oleh sepeda motor. Hasil tersebut selaras dengan data dari Mabes Polri yang menunjukkan bahwa jumlah sepeda motor pada akhir 2008 tercatat sebanyak 49 juta dengan pertambahan secara nasional 10% per tahun. Laju pertumbuhan jumlah pengguna sepeda motor di Indonesia ini dinilai tidak rasional lagi karena telah mencapai 75% dari total seluruh model kendaraan bermesin, termasuk kendaraan pribadi roda empat dan angkutan umum (Kompas, 2009 dalam Nugroho 2010).

Departemen Perhubungan RI mengumumkan bahwa 8 dari 10 kecelakaan di Indonesia melibatkan sepeda motor sebagai korban. Sekitar 85% kejadian kecelakaan disebabkan oleh faktor pengendara, itu berarti faktor pengendaralah yang menjadi faktor utama atau faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Penyebab berikutnya adalah faktor kendaraan 4%, jalan dan prasarana 3%, pemakai jalan lainnya 3%, faktor lingkungan dan sebagainya 5%. Dari 85% tersebut, modus kesalahan yang dilakukan pengemudi, penyebab terbesar terjadinya tabrakan adalah pengemudi tidak sabar dan tidak mau mengalah (26%), menyalip atau mendahului (17%), berkecepatan tinggi (11%), sedangkan penyebab lainnya seperti pelanggaran rambu, kondisi pengemudi dan lain-lain berkisar antara 0,5 sampai 8% (BPS, 2010).

Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas seperti pengemudi tidak sabar dan tidak mau mengalah, menyalip atau mendahului, berkecepatan tinggi, dan melanggar rambu lalu lintas, merupakan perilaku agresif dalam berkendara (aggressive driving). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shyngle Kolawole Balogun, Nyitor Alexander Shenge, dan Samuel Ekundayo Oladipo (2011), faktor-faktor psikososial seperti locus of control, usia, lama pengalaman mengemudi, status pernikahan dan status pendidikan berpengaruh terhadap perilaku aggressive driving. Faktor usia berpengaruh signifikan terhadap perilaku aggressive driving, dimana pengendara berusia muda cenderung lebih mudah melakukan tindakan aggressive driving daripada pengendara berusia dewasa.

(11)

3

Penelitian yang dilakukan oleh Bruno dan Diane (2014) juga menguji mengenai pengaruh dari beberapa faktor individu maupun sosial terhadap perilaku aggressive driving. Sikap permisif terhadap perilaku aggressive driving, pilihan kendaraan, kecenderungan bersikap marah-marah dan jarak tempuh menjadi variabel independent. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi perilaku aggressive driving adalah jarak tempuh diikuti oleh sikap permisif terhadap perilaku aggressive driving.

Berkembangnya klub motor atau komunitas bikers di kota-kota yang semakin marak merupakan sebuah realita yang dihasilkan dari perkembangan sosial masyarakat yang semakin heterogen. Hal tersebut akan menimbulkan implikasi sosial yang positif maupun negative. Peran komunitas dalam menyebarluaskan pentingnya berkendara yang aman dan selamat merupakan hal yang positif. Tetapi situasi yang berkembang saat ini di sebagian masyarakat bahwa komunitas bikers telah menjadi mesin penghasil generasi yang anarkis, yang bersifat negatif (Firman, 2008 dalam Rohmani, 2009). Masih banyak kejadian dimana Safety Riding dan peraturan lalu lintas sama sekali tidak diterapkan, tetapi juga banyak biker peduli Safety Riding yang diklakson oleh pengendara mobil ketika mereka berhenti di belakang garis putih. Masih banyak biker yang ugal-ugalan di jalan dan memakai APD dibawah standar, ini jelas-jelas terlihat dilakukan baik oleh biker bermotor mulai dari 100cc sampai 400cc ke atas, berstiker klub/komunitas atau tidak, seorang biker anggota klub/komunitas berkendara dengan memakai sandal dan tanpa helm. Safety Riding (SR) adalah usaha meminimalisasi resiko kecelakaan saat berkendara (motor) yang dapat dilakukan oleh pengendara (biker) dengan menambah APD (Alat Pelindung Diri) dan meningkatkan keahlian berkendara. Secara ilmiah, safety riding sendiri tak lain adalah usaha untuk mengurangi resiko. Resiko dapat timbul dari sikap berkendara biker maupun efek eksternal diluar kuasa seorang biker, dengan meningkatkan skill berkendara resiko kecelakaan akan menurun dan dengan memakai APD, karena APD adalah pertahanan terakhir ketika kecelakaan terjadi. Akan tetapi dalam kenyataan masih banyak anggota klub motor melakukan pelanggaran saat berlalu lintas (Reza, 2008 dalam Rohmani, 2009).

(12)

4

negatif. Sedangkan pengemudi yang memiliki self-control rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilakunya sehingga diasumsikan, mereka tidak mampu memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka tidak mampu menginterpretasikam stimulus yang dihadapi sehingga tidak mampu mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu memilih tindakan yang tepat. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, peneliti ingin menguji hubungan self-control dengan perilaku aggressive driving pada anggota komunitas motor yang telah memahami dan menerapkan smart riding dalam berkendara.

Teori Self-Control

Istilah pengendalian diri banyak disebutkan dalam berbagai budaya maupun tradisi keagamaan. Self control dalam berbagai budaya dan keagamaan dipandang sebagai kemampuan individu untuk hidup secara bebas, sekaligus secara harmonis dengan lingkungannya. Menurut Berk pengendalian diri atau self control adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan/ dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial (Singgih, 2004). Sedangkan menurut Chaplin (1993), self control atau self-control adalah kemampuan individu untuk mengarahkan tingkah lakunya sendiri, kemampuan untuk menekan atau menghambat dorongan yang ada. Messina & messina (dalam Singgih, 2004) menyatakan bahwa pengendalian diri adalah seperangkat tingkah laku yang berfokus pada keberhasilan mengubah diri pribadi, keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive), perasaan mampu pada diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung jawab atas diri pribadi.

(13)

5

Averill (dalam Sulton, 2009) berpendapat bahwa terdapat lima aspek kemampuan mengontrol diri, yaitu: (1) kemampuan mengontrol perilaku, yaitu kemampuan yang bertujuan untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi. Individu yang kemampuan mengontrol dirinya, baik akan mampu mengatur perilaku dengan kemampuan dirinya, bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber-sumber eksternal; (2) kemampuan mengontrol stimulus, yaitu kemmapuan yang bertujuan untuk menghadapi stimulus yang tidak diinginkan, yaitu dengan cara mencegah/menjauh sebagian stimulus, menempatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir, serta membatasi intensitas stimulus; (3) kemampuan mengatasi peristiwa, yaitu kemampuan yang bertujuan untuk mengantisipasi keadaan melalui berbagai pertimbangan secara relatif obyektif; (4) kemampuan menafsirkan peristiwa, yaitu kemampuan yang bertujuan untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan/peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif; dan (5) kemampuan mengambil keputusan atau pilihan, yaitu kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini/disetujui. Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan/kemungkinan pada individu untuk memilih beberapa hal yang sama memberatkan.

Kelima aspek kemampuan mengontrol diri yang dikemukakan oleh Averill (dalam Sulton, 2009) tersebut diatas, dikelompokkan menjadi tiga jenis. Pertama, behavioral control, yang merupakan kemampuan untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam behavioral control ini terdapat dua aspek di dalamnya yaitu kemampuan mengontrol perilaku dan kemampuan mengontrol stimulus. Kedua, cognitive control, yang merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai/menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis/untuk mengurangi tekanan. Dalam cognitive control juga terdapat dua aspek kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan mengatasi peristiwa dan kemampuan menafsirkan peristiwa. Ketiga, decisional control, yang merupakan kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini/disetujui. Kontrol pribadi dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan/kemungkinan pada individu untuk memilih beberapa hal yang sama memberatkan.

(14)

6

pertimbangan secara relatif obyektif, (d) kemampuan menafsirkan suatu peristiwa adalah kemampuan untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan/ peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara subyektif, (e) kemampuan mengambil keputusan adalah kemampuan mengambil suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini/ disadarinya.

Pembentukan dan Ciri-ciri Self-control

Pembentukan pengendalian diri menurut Singgih (2002) adalah kemampuan seseorang untuk mengatur kelakuan/tingkah lakunya sendiri saat ia dihadapkan dengan gangguan/godaan yang berat ataupun tekanan lingkungan tanpa pertolongan hadiah-hadiah nyata, misalnya dukungan (support). Beberapa filsuf berpendapat bahwa kebajikan merupakan bentuk pengendalian diri. Pikiran bermoral dan kelakuan bermoral membutuhkan pengaturan diri (self regulation). Pengendalian diri dapat dibagi dalam 3 fase yaitu: mengambil keputusan, mempertahankan suatu perbuatan atau tidak berbuat, dan penguatan diri (self reinforcement).

Ciri-ciri self-control menurut Cynthia S (dalam Sulton, 2009), ada dua macam yaitu: kemampuan untuk mengendalikan dorongan-dorongan melakukan sesuatu dan mengendalikan keinginan akan sesuatu; dan kemampuan mematuhi norma-norma sosial tanpa pengawasan. Kedua hal ini dilakukan karena adanya kerelaan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-control

(15)

7

Perilaku Aggressive Driving

Definisi perilaku aggressive driving adalah berdasarkan penelitian perilaku berkendara yang dimulai pada tahun 1980-an. Perilaku aggressive driving menurut Dr. Leon James dari Universitas Hawaii, ”Aggressive driving is driving under the influence of impaired emotions, resulting in behavior that imposes one’s own preffered level of risk on other” -- ”Perilaku aggressive driving adalah perilaku berkendara yang dipengaruhi oleh emosi yang terganggu yang menghasilkan perilaku yang mengakibatkan tingkat resiko terhadap orang lain.” (James dan Nahl, 2000 dalam Priyatna, 2012). Dikatakan agresif karena pengendara tersebut berasumsi bahwa orang lain dapat mengatasi tingkat resiko yang sama dan pengendara yang seperti ini menyebabkan bahaya yang tinggi bagi orang lain.

NHTSA (National Highway Traffic Safety Administration) mendefinisikan, ”...aggressive driving as driving behavior that endanger or is likely to endanger

people or property” -- ”Perilaku aggressive driving sebagai perilaku berkendara

yang membahayakan atau mungkin membahayakan orang-orang dan properti”. (James dan Nahl, 2000).

Aggressive driving merupakan pola disfungsi dari perilaku sosial yang mengganggu keamanan publik. Aggressive driving dapat melibatkan berbagai perilaku berbeda termasuk perilaku membuntuti, mengklakson, melakukan gerakan kasar, mengedipkan lampu jauh di suasana lalu lintas tenang (Houston, Harris dan Norman, 2003 dalam Utami, 2010).

Menurut Tasca (2000) dalam Utami (2010), suatu perilaku mengemudi dikatakan agresif jika dilakukan secara sengaja, cenderung meningkatkan resiko tabrakan dan dimotivasi oleh ketidak sabaran, kekesalan, permusuhan, dan atau upaya untuk menghemat waktu.

(16)

8

Bentuk Perilaku Aggressive Driving

Perilaku aggressive driving dapat diidentifikasi dalam emosi-emosi terganggu yang mempunyai 3 (tiga) kriteria atau bentuk (James dan Nahl,2000 dalam Priyatna, 2012), yaitu: (1) Impatience and inattention (tidak sabar dan tidak atensi), seperti menerobos lampu merah, melanggar batas kecepatan, mengikuti kendaraan lain terlalu dekat, dan berpindah jalur tanpa memberikan tanda; (2) Power struggle (saling berebut), seperti menghalangi jalur setelah mendahului, tidak memberikan jalan, memotong jalur dengan sengaja, dan mengerem mendadak dengan sengaja; dan (3) Recklessness and road rage (ceroboh dan marah-marah), seperti duel kejar-kejaran, berkendara sambil mabuk, menyerang kendaraan lain, dan berkendara dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Faktor Penyebab Perilaku Aggressive Driving

(17)

9

dapat terbentuk di lingkungan atau di kalangan para pengendara sendiri ataupun ada peran dari media. Sehingga ketika para pengendara tersebut sedang berkendara atau dalam konteks berlalu lintas, maka budaya tersebut akan diterapkan, seperti saling memotong jalur, saling mengotot untuk berada di jalur depan atau lebih dahulu dari pengendara lainnya. (11) Self-serving bias, kecenderungan untuk memberikan atribut salah pada orang lain adalah alami, namun hal itu dipengaruhi oleh ingatan mengenai apa yang terjadi dan sering kehilangan objektivitas dan pertimbangan dalam perselisihan. Sehingga ketika terjadi insiden, maka subjektivitas dan pembenaran pribadi akan kuat dan para pengendara tidak mau disalahkan dan merasa selalu paling benar. Contohnya, ketika pengendara terlibat dalam suatu kecelakaan. Walaupun perilakunya salah, tetapi dirinya tidak akan mau disalahkan. (12) Venting, merupakan perasaan dorongan yang berenergi. Perasaan yang menggairahkan ini berlangsung singkat dan disertai oleh marah. Ketika kemarahan pengendara tergugah, pikiran tersebut merusak pertimbangan dan menstimulasi untuk terburu-buru serta melakukan tindakan yang berbahaya. Seperti dalam kepadatan lalu lintas para pengendara menghalalkan segala cara untuk segera keluar dari kepadatan. Pengendara seringkali melakukan manuver-manuver yang berbahaya. Misalnya, mendahului kendaraan jenis lain dalam jarak yang sangat dekat. (13) Unpredictability, lingkungan lalu lintas dengan kepadatan dan kemacetan yang terjadi setiap hari mengharuskan pengendara untuk menyesuaikan emosi secara terus menerus pada hal-hal yang tidak dapat diprediksi, membosankan, dan kejadian-kejadian yang berbahaya. (14) Isolation, para pengendara diwajibkan menggunakan peralatan keamanan yang menyebabkan pengendara satu dengan pengendara lainnya tidak dapat saling berkomunikasi. Hal ini menimbulkan ambiguitas dan kesalahpahaman dalam berkendara ketika salah satu atau lebih pengendara melakukan manuver. (15) Emotional challenges, kecakapan emosi merupakan kebiasaan baik dalam bersikap dan motivasi dalam situasi yang menantang. Para pengendara sering kurang dalam menguasai kecakapan emosi yang esensi untuk berkendara harian di jalan.

Secara umum, 15 faktor penyebab tersebut berhubungan dengan agresivitas sosial dan faktor-faktor lingkungan serta faktor-faktor kepribadian individual (James dan Nahl, 2000 dalam Priyatna, 2012). Sedangkan menurut Tasca (2000) dalam Utami (2010), faktor-faktor penyebab aggresive driving ada tujuh, yaitu:

1. Usia dan Jenis Kelamin

(18)

10 2. Anonimitas

Anonimitas biasanya mengacu pada seseorang, yang sering berarti bahwa identitas pribadi, informasi identitas pribadi orang tersebut tidak diketahui. Anonimitas menurut Tasca (2000) lebih pada suatu kondisi mengemudi yang memungkinkan seseorang tidak diketahui identitasnya.

3. Faktor Sosial

Aggressive driving merupakan pengaruh dari norma, reward, punishment dan model yang ada di masyarakat. Banyaknya kasus aggressive driving yang tidak mendapatkan hukuman dapat membentuk persepsi bahwa perilaku seperti ini normal dan diterima.

4. Kepribadian

Individu memiliki ciri yang menentukan mereka untuk berperilaku secara teratur dan terus menerus dalam berbagai situasi. Sifat-sifat ini dikatakan membentuk kepribadian mereka. Faktor pribadi yang telah diidentifikasi sebagai berhubungan dengan kecelakaan kendaraan umumnya termasuk agresi tingkat tinggi dan permusuhan, daya saing, kurang kepedulian terhadap orang lain, sikap mengemudi yang tidak baik, mengemudi untuk pelepasan emosional, impulsif dan mengambil resiko.

5. Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan salah satu faktor penyebab perilaku aggressive driving. Gaya hidup seperti minum minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, merokok dan kelelahan karena bersosialisasi hingga larut malam, semua gaya hidup tersebut menyerap pada aspek kehidupan mereka, termasuk saat berkendaraan.

6. Tingkah Laku Pengemudi

Tingkah laku pengemudi dapat menjadi salah satu faktor penyebab aggressive driving. Seseorang yang merasa dirinya memiliki keterampilan yang tinggi dalam menangani sebuah kendaraan lebih memungkinkan untuk mengalami kemarahan dalam situasi lalu lintas yang menghambat laju kendaraannya.

7. Faktor Lingkungan

Menurut Tasca (2000) terdapat hubungan yang kuat antara kondisi lingkungan dan manifestasi pengemudi agresif. Pengemudi yang terbiasa dengan kemacetan lebih jarang merasakan emosi marah saat mengemudi. Namun kemacetan yang tidak diperkirakan dapat menimbulkan emosi marah pada pengemudi yang kemudian dapat meningkatkan kecenderungan pengemudi untuk melakukan aggressive driving.

Self-control dan Aggressive Driving

(19)

11

lebih mampu mengatur emosi saat berkendara. Hal ini disebabkan karena mereka (pengendara dengan orientasi terkendali) menafsirkan setiap peristiwa atau kejadian saat berkendaraan dengan perasaan tertekan (feeling-pressured) dan secara egois (ego-involved) (Knee dkk, 2001). Berdasarkan perspektif ini, perasaan tertekan yang dialami para pengendara merupakan hasil dari persepsi bahwa „beban-beban atau masalah-masalah dalam berkendaraan‟ (demands or problems of driving) melampaui abilitas mereka untuk mengatasinya (Matthews dkk, 1991; Gulian dkk, 1989). Dengan demikian tekanan yang dialami pengendara merupakan interprestasi subjektif atas berbagai situasi dalam berkendaraan (Rowden, dkk, 2006). Manifestasi dari perasaan tertekan tersebut berupa gejala perilaku maupun kognisi seperti meningkatnya agresi dan frustasi, gejala-gejala emosi seperti kecemasan, serta gejala-gejala fisiologis seperti meningkatnya detak jantung (Hartley & Hassani, 1994). Oleh karena itu, setiap individu yang berkendara diharapkan memiliki self-control yang baik sehingga kecenderungan untuk berkendara secara agresif dapat dihindari.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ada hubungan negatif antara self-control terhadap perilaku aggressive driving. Dimana semakin tinggi self-control seseorang maka semakin rendah kemungkinan seseorang melakukan aggressive driving.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang dikumpulkan pada penelitian tipe kuantitatif berupa data kuantitatif atau jenis data lain yang dapat dikuantifikasikan, dan diolah dengan menggunakan teknik statistik.

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, melainkan bertujuan untuk mengetahui kontribusi atau pengaruh dari self-control terhadap perilaku aggressive driving anggota komunitas motor di Kota Malang yang telah memahami dan mengaplikasikan smart riding. Hal ini dapat dilakukan karena penelitian korelasional juga merupakan upaya untuk menerangkan dan meramalkan sesuatu kejadian (Yusuf, 2010).

Subyek Penelitian

(20)

12

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota komunitas motor di Kota Malang. Peneliti tidak mendapatkan data secara terinci tentang jumlah populasi, sehingga untuk menentukan ukuran sampel peneliti berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Roscoe dalam Sekaran (2006:160) yang mengusulkan aturan sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian multivariat (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya beberapa kali (lebih disukai 10 kali atau lebih) lebih besar dari jumlah variabel dalam studi.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diukur, yaitu self-control dan aggressive driving. Berdasarkan pendapat Roscoe tersebut, diperoleh angka 20 orang responden sebagai sampel, yang berasal dari perhitungan (2 x 10). Jadi, jumlah minimal sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 20. Namun demikian, jumlah sampel penelitian ini diambil sebanyak 100 orang agar aspek generalisasinya lebih besar. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang pengendara motor yang memahami dan mengaplikasikan smart riding. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara non random sampling, yaitu purposive sampling.

Variabel dan Instrumen Penelitian

(21)

13

Sedangkan perilaku aggressive driving yang merupakan variabel terikat adalah penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan secara sengaja terhadap cara berkendaraan yang aman dan upaya untuk menghemat waktu yang melibatkan berbagai perilaku berbeda yang dapat membahayakan orang lain atau properti jalan. Dikatakan agresif karena mengasumsikan bahwa orang lain mampu meningkatkan resiko yang sama serta mengganggu keamanan publik dan merupakan aksi yang dilakukan dengan sengaja untuk menyerang ataupun meyakiti secara fisik maupun psikis pengendara lain, penumpang, dan penyeberang jalan. Aksi tersebut bisa bersifat fisikal bersifat gestural maupun bersifat verbal.Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur aggressive driving, yaitu dengan menggunakan skala aggressive driving yang terdiri dari 6 aspek dari Tasca (2000). Keenam aspek tersebut antara lain (1) melewati jalan yang tidak boleh dilalui seperti melintas dijalur fly over, menerobos jalur satu arah, naik turun trotoar, dan menyalip ketika ditikungan; (2) menyalip pengendara lain dengan cara yang berbahaya seperti misalnya berpindah-pindah jalur tanpa melihat keberadaan pengendara lain, menyalip pada saat kondisi padat tanpa lampu sen, memotong laju kendaraan lain secara tiba-tiba, dan menyalip kendaraan tanpa peduli dengan arus kendaraan dari arah berlawanan; (3) berkendara dengan kecepatan tinggi misalnya memacu kecepatan pada daerah rawan kecelakaan, tergesa-gesa agar tidak terlambat, saat berkendara membayangkan sedang adu kecepatan yang terwujud secara nyata, dan kebiasaan untuk memacu secara maksimal laju kendaraan bermotor; (4) menerobos rambu lalu lintas seperti menerobos lampu merah, melanggar rambu aturan putar balik arah, memajukan kendaraan sedikit demi sedikit ketika lampu merah dan langsung belok kiri meski ada tanda belok kiri ikuti isyarat lampu; (5) meluapkan kemarahan saat di jalan dengan cara mengklakson kendaraan lain dengan cepat dan berulang-ulang, memaki pengendara lain, mengutuk pengendara lain dan tidak segan untuk bertengkar dengan pengendara lain ketika merasa dirugikan; (6) menghalangi jalan pengendara lain untuk mendahului dengan cara mengemudikan motor berjajar dengan teman, menambah kecepatan ketika dipersimpangan, dan tidak memberi celah pengendara lain untuk masuk jalur.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian berupa skala likert. Untuk skala aggressive driving dibuat berdasarkan aspek yang diutarakan oleh Tasca (2000). Selanjutnya dilakukan penyebaran angket untuk try out di lingkup komunitas sepeda motor yang ada di Kota Malang. Peneliti menggunakan metode try out terpakai, dimana skala hanya disebarkan satu kali kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, dan analisa.

(22)

14

valid. Untuk uji realibilitas digunakan dengan metode Cronbach Alpha dengan kriteria pengujian jika koefisien alpha (α) ≥ 0,7 maka dapat dinyatakan bahwa instrumen yang digunakan reliabel (Litwin, 1995:31).

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting, karena dengan analisis data tersebut dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji hipotesis tentang korelasi antara dua variabel yaitu variabel bebas self-control dan variabel terikat perilaku aggressive driving, maka teknik yang digunakan adalah teknik analisis product moment dari Karl Pearson. Nilai korelasi Pearson dapat dilihat dari hasil output SPSS, selanjutnya untuk memberi interpretasi terdapatnya kuatnya hubungan yang ada maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel

Antara 0,000 sampai dengan 0,20 Sangat rendah (tidak berkorelasi)

HASIL PENELITIAN

Analisis deskriptif variabel Self-control dan Aggressive Driving menggunakan t-score. Skor T merupakan salah satu cara dalam skala rating yang digunakan untuk mengubah skor individual menjadi skor standar. Mengubah skor X menjadi skor T menyebabkan skor tersebut mengikuti suatu distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan deviasi standar St = 10 (Azwar, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek yang memiliki self-control tinggi lebih banyak dari pada subjek yang memiliki self-control rendah, seperti pada tabel berikut:

Tabel 2. Perhitungan T-score Skala Self-control

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Skor > 50 31 51,7%

Rendah T-Skor < 50 29 48,3%

Total 60 100

(23)

15

self-control rendah yaitu berarti hanya 48,3% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan ke dalam kategori tinggi berjumlah 31 subjek itu berarti 51,7% dari jumlah total subjek.

Selanjutnya berikut ini hasil T-score skala Aggressive Driving.

Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Aggressive Driving

Kategori Interval Frekuensi Presentase

Tinggi T-Skor > 50 29 48,3%

Rendah T-Skor < 50 31 51,7%

Total 60 100

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa subjek yang dikategorikan aggressive driving yang tinggi lebih sedikit dari pada subjek yang aggressive driving rendah. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh yaitu dari 60 subjek yang dijadikan sampel terdapat 29 subjek yang termasuk kedalam aggressive driving tinggi, itu berarti 51,7% dari total subjek. Sedangkan subjek yang dikategorikan kedalam aggressive driving rendah berjumlah 29 subjek, itu berarti 48,3% dari total subjek.

Tabel 4. Korelasi Self-control dengan Aggressive Driving

Koefisien Korelasi (r) Indeks analisis

Koefisien Korelasi (r) -0,537

Taraf kemungkinan kesalahan 1% (0,01)

p (nilai signifikansi) 0,000

(24)

16

pengaruh faktor terhadap aggressive driving sebesar 71,1%. Faktor lain yang memiliki hubungan dengan perilaku agresif dalam mengemudi misalnya pengalaman mengemudi, pengetahuan akan resiko berkendara, usia, pendidikan, gaya hidup, kepribadian dan lainnya.

DISKUSI

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan negatif antara self-control terhadap aggressif driving, hal itu berarti semakin tinggi tingkat self-control seseorang maka akan semakin rendah tingkat aggressive driving yang dilakukan, atau semakin rendah tingkat self-control seseorang maka akan semakin tinggi tingkat aggressive driving yang dilakukan. Pengaruh dari self-control sendiri terhadap aggressive driving hanya sebesar 28,9% sedangakan pengaruh faktor lain terhadap aggressive driving sebesar 71,1%. Hal tersebut menandakan bahwa masih banyak faktor lain yang mempengaruhi aggressive driving selain self-control.

Menurut Dukes, et al. (2001) terdapat 2 tipe kondisi yang memicu kemarahan seseorang dijalan, yaitu aktif dan pasif. Kondisi aktif adalah keadaan dimana adanya gangguan atau ancaman dari pengendara lain yang dapat membahayakan pengendara lainnya ketika di jalan, seperti pengendara lain yang menyalip tiba-tiba. Kondisi pasif adalah, keadaan lalu lintas yang menghambat, seperti macet. Kondisi aktif cenderung lebih dapat memicu kamarahan seorang pengendara ketika di jalan dari pada kondisi pasif, karena kondisi aktif direpsresentasikan sebagai ancaman yang dapat membahayakan pengendara lain dijalan.

Menurut Tasca (2000) perilaku agresif dalam berkendara seseorang biasanya dipengaruhi oleh ketidaksabaran, jengkel, kemarahan, dan lain-lain. Itu berarti dengan adanya gangguan atau kecerobohan pengendara lain, dapat memunculkan kemarahan seorang pengendara ketika dijalan, ketika mengalami kemarahan dijalan seorang pengendara dapat memunculkan respon perilaku yang positif ataupun negatif. Perilaku positif yang dimunculkan bisa berupa peneguran terhadap pengendara yang ceroboh tersebut, atau mungkin melaporkannya kepada petugas, sedangkan perilaku yang negatif yaitu melakukan pembalasan terhadap pengendara yang ceroboh tersebut, atau melakukan aggressive driving.

(25)

17

Averill (dalam Muhaz 2013) mengatakan bahwa ada beberapa tipe kontrol yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan mengarahkan perilaku untuk mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana yang bising ketika kebisingan terjadi. Kontrol kognitif dengan mengandalkan pusat kendali di dalam diri artinya mengubah interpretasi situasi yang mengancam menjadi situasi yang penuh tantangan. Dalam hal ini ketika ada hambatan yang dihadapi pada saat berkendara, misalkan jalanan yang macet, keadaan yang menghambat ini membuat orang menjadi tidak nyaman. Orang yang merasa tidak nyaman ini akan melakukan antisipasi terhadap faktor-faktor yang menghambatnya, antisipasi yang dilakukan bisa saja berupa aggressive driving. Dengan self-control yang tinggi maka pengendara akan lebih dapat melakukan kontrol yang baik, kontrol kognitif yang lebih positif, misalkan stimulus yang menghambat itu di ubah menjadi ujian atau stimulus yang biasa dan sangat mungkin terjadi di jalan, sehingga tidak melakukan aggressive driving. Apabila pengendara tidak memiliki self-control yang tinggi, maka kontrol yang dimilikinya akan jelek, stimulus yang menghambat tersebut akan dijadikan stimulus ancaman yang dapat merugikan atau menghancurkan dirinya, sehingga dapat memunculkan aggressive drivng.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Philippe, et al. (dalam Muhaz, 2013) seseorang yang memiliki gairah obsesi akan lebih cenderung melakukan aggressive driving, dari pada gairah harmoni. Seseorang yang memiliki gairah obsesi akan cenderung lebih terkontrol dengan apa yang akan dilakukannya dan diinginkannya. Sehingga akan berusaha untuk bisa memenuhi keinginannya dengan secepat-cepatnya. Hal ini ditunjukkan pengendara sepeda seperti berkendara dengan kecepatan tinggi untuk sampai tepat waktu, dan ketika apa yang sudah direncakannya untuk dilakukan mendapati hambatan, seperti kemacetan maka pengendara ini akan lebih cendrung melakukan aggressive driving. Sedangkan seseorang yang memiliki gairah harmoni, akan lebih tenang sehingga dapat mengontrol dorongan internalnya karena cenderung lebih dapat menerima keadaan yang sedang terjadi.

Pada saat ada stimulus-stimulus yang mengganggu di jalan, seperti ada pengendara yang memotong jalan atau kondisi yang aktif, stimulus ini akan diproses dengan otak dan kemudian akan memunculkan respon jengkel, kesal, dan memunculkan kemarahan pengendara. Akibatnya dapat memicu pengendara untuk melakukan aggressive driving. Namun seseorang yang memiliki self-control yang tinggi akan mampu menjadi lebih sabar, sehingga tidak mudah terpengaruhi oleh keadaan lalu lintas. Dan orang yang memiliki self-control yang tinggi akan lebih mampu memunculkan emosi yang lebih positif dikarenakan akan lebih berfikir secara kritis terlebih dahulu sebelum mengutarakan atau memunculkan emosi yang dirasakannya.

(26)

18

tersebut adalah (1) kemampuan mengontrol perilaku yang dinilai berdasarkan kemampuan pengendara menahan diri untuk tidak beradu kecepatan dengan pengendara lain dan tetap waspada serta tidak terpengaruh ketika ada pengendara lain yang ugal-ugalan di jalan; (2) kemampuan mengontrol stimulus dinilai berdasarkan kemampuan pengendara untuk tetap mematuhi aturan meskipun ada rangsangan melakukan tindakan agresif dalam berkendara (3) kemampuan mengantisipasi peristiwa yang dapat dilihat dari kesediaan pengendara untuk berangkat lebih awal agar tidak terlambat dan tidak tergesa-gesa selama diperjalanan serta kebiasaan untuk menjaga jarak aman sebelum menyalip kendaraan besar; (4) kemampuan menafsirkan adalah kemampuan untuk menilai suatu peristiwa dengan memperhatikan segi positif yang dapat dinilai dari kepatuhan pengendara pada petugas yang berwenang ketika ada pawai di jalan dan kepatuhan pengendara akan rambu lalu lintas meski tidak ada petugas jaga; (5) kemampuan mengambil keputusan berdasarkan sesuatu yang diyakini dan disadarinya.

Jadi, ketika stimulus yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku aggressive driving muncul, dimana perilaku aggressive driving dalam penelitian ini terdiri dari (1) melewati jalan yang tidak boleh dilalui (2) menyalip pengendara lain dengan cara yang berbahaya (3) berkendara dengan kecepatan tinggi (4) menerobos rambu lalu lintas (5) meluapkan kemarahan saat di jalan (6) menghalangi jalan pengendara lain untuk mendahului, maka pengendara motor dengan sefl-control tinggi akan mampu meredam reaksi negatifnya.

Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan yang membuat hasil penelitian ini tidak terlalu maksimal, misalnya penggunaan variabel penelitian yang kurang banyak. Pada penelitian ini variabel yang digunakan hanya satu variabel dependen yaitu aggressive driving dan satu variabel independen yaitu self-control sehingga peran variabel independen terhadap variabel dependen tergolong kecil yaitu sebesar 28,9% sedangkan 71,1% lainnya merupakan peranan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Selain itu juga karena skala yang digunakan memiliki tingkat social desirable yang tinggi sehingga membuat subyek yang mengisi skalanya menjadi faking.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self-control dengan aggressive driving, yang dapat dilihat pada hasil perhitungan koefisien korelasi (r) yaitu -0,537, dan dengan nilai signifikansinya 0,000. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi self-control seseorang maka akan semakin rendah aggressive driving yang dilakukannya, atau sebaliknya.

(27)

19

terutama ketika di jalan, karena tanpa kita sadari terkadang tindakan atau perilaku berkendara kita di lalu lintas dapat membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain. Selanjutnya bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan variabel aggressive driving disarankan untuk menghubungkan dengan variabel lain yang belum dimasukkan dalam penelitian ini seperti pengalaman akan resiko berkendara dan sebagainya.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah kecelakaan, koban mati, luka berat, luka ringan, dan kerugian materi. (Online). Diakses tanggal 30 November 2015 diperoleh dari http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=12.

Balogun, SK., et al. 2012. Psychosocial Factors Influencing Aggressive Driving Among Commercial And Private Automobile Drivers In Lagos Metropolis. The Social Science Journal. Vol.49 No.1 pp: 83-89

Chaplin, JP. 1993. Kamus Lengkap Psikologi, alih bahasa: Kartini Kartono, Edisi I Cetakan Ke 2. Jakarta: Raja Grafindo

Gulian, E., Matthews, G., Glendon, A.I., Davies, D.R., Debney, L.M. Dimensions of Driver Stress. Ergonomics, Vol. 32, No.6: 585–602.

Gunarso,D, Singgih, D.G. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Haje, BE., dan Dianne GS. 2014. Personal and Social Determinant of Aggressive and Dangerous Driving. Canadian Journal of Family and Youth, 6(1), pp: 59-88

Harre, R. And Camb, R. 1996. Ensiklopedi Psikologi. Jakarta: Arcan

Hartley, L.R., Hassani, J.E. 1994. Stress, Violations, and Accidents. Applied Ergonomics, 25 (4): 221 – 230

Huang, Y. 2014. Analysis of Risky and Aggressive Driving Behaviours Among Adult Iowans. Graduate Theses and Dissertations. Digital Repository @ Iowa State University. Paper 13748

James, Leon & Nahl, Diane. 2000. Road Rage and Aggressive Driving, Steering Clear of Highway Warfare. Amhest, NY. : Promothens Books

Kerlinger, F.N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral, Ed III. (Landung R. Simatupang, terjemahan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press

(28)

20

Lelangayaq, YLP. 2013. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Polisi Lalu Lintas Dengan Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Remaja di Kota Malang. Skripsi (diterbitkan). Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

Matthews, G., Dorn, L., Glendon, A.I. 1991. Personality Correlates of Driver Stress. Personality and Individual Differences, Vol. 12, No.6: 535 – 549

Meirambayeva, A. 2013. Evaluation of Ontario's Street Racers, Stunt and Aggressive Drivers Legislation. University of Western Ontario-Electronic Thesis and Dissertation Repository. Paper 1698

Muhaz, M. 2013. Kematangan Emosi Dengan Aggressive Driving Pada Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi. Vol.01 No.02 pp: 343-355

Priyatna, MD. 2012. Studi Mengenai Perilaku Berkendara Agresif dan Faktor Penyebabnya Pada Sopir Angkutan Kota di Kota Bandung Melalui Pendekatan Deskriptif. Skripsi (diterbitkan). Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung

Rowden, Peter and Watson, Barry and Biggs, Herbert. 2006. The Transfer of Stress from Daily Hassles to the driving Environment in a Fleet Sample. Proceedings Australian Road Safety Research, Policing and Education Conference, Gold Coast, Queensland

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Terjemahan oleh Kwan Men Yon, Edisi 4, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat

Seibokaite, L., et al. 2014. Aggressiveness as Proximal and Distal Predictor of Risky Driving in the Context of Other Personality Traits. International Journal of Psychology and Behavioral Science, 4(2) pp:57-69

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suhendra, E.S. 2013. “Regresi dan korelasi.” Materi PPT Universitas Gunadarma. Diakses melalui http://susys.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/33301/(6) Regresi+Korelasi.ppt tanggal 31 Mei 2015

Tasca, L. 2000. A review of the literature on aggressive driving research. (Online). Diakses tanggal 30 September 2015 diperoleh dari http://www.stopandgo.org/news/

(29)

21

Utami, N. 2010. Hubungan Persepsi Resiko Kecelakaan Dengan Aggressive Driving Pengemudi Motor Remaja. Skripsi (diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hiddayatullah Jakarta

(30)

22

(31)

23

TRY OUT INSTRUMEN SELF-CONTROL DAN PERILAKU AGGRESSIVE DRIVING

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Jl. Raya Tlogomas GKB 1 lt. 5 Kampus III UMM

Kepada Yth.

Anggota Komunitas Motor Kota Malang Di Tempat

Bersama ini saya :

Nama : Erick Febrianto Nim : 201110230311044

Keterangan : Mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Untuk keperluan penelitian yang saya lakukan, maka saya mohon Saudara berkenan mengisi kuesioner ini. Semua informasi dari kuesioner ini terjamin kerahasiannya. Kuesioner ini dilakukan untuk kepentingan saya pribadi. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan bantuan Saudara untuk mengisi kuesioner ini.

Hormat Saya,

(32)

24

Mohon berikan jawaban atas pernyataan dalam kuesioner dengan memberikan tanda (√) pada skala 1-5 yang sudah tersedia. Pemberian skor terhadap masing-masing jawaban responden memiliki arti sebagai berikut:

Penilaian terhadap pernyataan tersebut diharapkan sesuai dengan keadaan sesungguhnya yang pernah dan biasa Anda alami dan lakukan.

No. Variabel Aspek Indikator

5 Saya melintas di jalur khusus roda 4

karena lebih leluasa 1

6 Saya berkendara dengan kecepatan

(33)
(34)
(35)
(36)

28

10 Saya tetap berada di badan jalan saat

(37)
(38)

30

39 Saya tidak pernah mau membonceng

teman yang tidak mau memakai helm dan APD 5

40 Saya memilih damai dan mau

(39)

31

DATA AGGRESSIVE DRIVING

res p/i te m

y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 y8 y9 y10 11y y12 y13 y14 5y1 y16 y17 y18 91y y20 y21 y22 32y y24 y25 y26 72y y28 y29 y30 13y y32 y33 y34 53y y36 y37 y38 y39

1 2 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 1 1 4 2 2 2 2 4 4 3 4 5 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 4 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 1 2 4 2 2 2 2 4 1 1 7 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 4 2 1 2 2 2 2 2 2 4

8 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 1 4 2 2 2 2 3 2 4 2 9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 1 4 4 3 2 2 2 2 4 10 2 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 3 4 2 4 2 2 11 3 3 4 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2 12 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 13 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 14 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 15 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 16 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 4 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 17 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 3 3 3 4 2 4 4 3 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 19 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 1 1 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 20 2 3 2 2 4 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 2 2 2 1

(40)

32

21 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 4 4 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 22 2 3 2 2 2 2 3 4 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 23 2 2 2 2 2 2 4 4 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 25 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 1 26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2 4 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 27 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 29 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 5 4 4 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 4 4 30 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 31 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 4 4 4 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 4 1 2 1 2 1 2 2 2 5 5 5

32 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 33 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 34 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 5 4 5 5 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 4 2 1 1 4 2 2 2 2 4 4 4 35 5 4 5 3 3 4 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 36 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 1 1 3 4 1 2 3 2 2 2 2 3 2 37 4 5 2 2 5 3 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 4 3 3 38 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 1 1 4 4 3 39 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 3 5 4 5 5 4 4 3 2 1 2 2 4 4 3 4 2 1 1 4 3 3 2 40 2 2 2 3 2 2 5 4 5 3 3 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 4 4 4 41 4 3 4 4 4 4 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 1 1 3 4 1 2 2 3 2 42 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 2 4 2 2 2 2 43 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 2 2 2 4 2 2 3 2 3 4 4 4 3 2 2 2 3 2 4 2 2 2 1 4 2 4 4 44 3 3 2 3 2 2 3 4 3 2 4 3 2 2 2 2 4 4 4 3 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 4 1 1 1 1 1 2 2 45 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 4 2 1 1 1

(41)

33

46 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 4 2 2 2 47 2 2 2 2 2 2 4 5 2 2 5 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 48 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 49 4 4 4 3 4 3 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 5 4 5 2 2 3 2 2 1 2 2 4 4 3 4 2 2 2 50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 51 2 2 2 2 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4 1 1 2 3 2 52 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 3 3 2 53 2 2 2 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 4 4 54 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3 55 2 2 2 3 2 2 4 2 3 3 2 2 4 4 4 3 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 4 56 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 57 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3

58 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 59 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 60 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 1

(42)

34

DATA SELF-CONTROL

resp /ite m

x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 x21 x22 x23 x24 x25 x26 x27 x28 x29 x30 x31 x32 x33 x34 x35 x36

1 2 2 4 4 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 1 3 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 4 4 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 4 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2 1 1 4 3 3 3 3 3 5 2 2 1 2 2 2 1 3 4 1 3 3 3 3 3 2 1 1 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 6 4 5 4 5 4 5 5 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 1 1 2 3 3 7 1 1 3 2 3 2 2 3 4 4 3 3 2 1 4 2 2 3 3 2 2 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4

8 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 1 1 3 3 3 9 4 5 5 5 4 4 5 3 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3 3 10 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 11 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 1 1 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 12 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 2 4 4 4 3 4 1 1 1 3 3 2 2 3 3 3 13 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 2 4 1 3 1 1 2 3 1 2 14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 1 2 1 2 2 3 3 3 2 15 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 3 3 2 16 5 4 4 4 4 4 4 2 1 1 2 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 17 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 18 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 2 1 1 4 2 4 4 3 3 19 3 3 2 4 2 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 1 1 4 4 4 4 4 2 20 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 1 1 1 3 2 3 3 2 3 3

(43)

35

21 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 24 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 4 3 4 25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 26 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 29 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 3 4 30 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 31 3 2 3 2 3 2 2 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 32 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 5 5 1 2 1 3 3 2 4 4 4 33 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 34 1 2 2 2 2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 2 2 3 35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 4

36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 5 5 4 3 4 4 3 2 3 4 2 3 4 5 5 37 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 1 2 1 38 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 5 4 5 39 3 3 3 2 4 3 3 1 2 2 2 2 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 5 40 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 2 41 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 2 44 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 3 5 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 45 2 2 1 2 2 2 1 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4 4

(44)

36

46 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 47 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 48 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 2 49 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 3 2 4 4 4 4 50 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 51 4 3 2 3 2 3 2 2 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 2 52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 53 4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 1 1 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 55 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 56 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 57 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

58 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

(45)
(46)

38 Hasil Uji Validitas Variabel Self-Control

No. Aitem Anti-image

correlation

Keterangan No. Aitem Anti-image

correlation

Keterangan

1 0.745 Valid 21 0.791 Valid

2 0.808 Valid 22 0.548 Valid

3 0.881 Valid 23 0.775 Valid

4 0.755 Valid 24 0.570 Valid

5 0.880 Valid 25 0.731 Valid

6 0.831 Valid 26 0.843 Valid

7 0.563 Valid 27 0.831 Valid

8 0.466 Tidak Valid 28 0.849 Valid

9 0.687 Valid 29 0.761 Valid

10 0.603 Valid 30 0.599 Valid

11 0.720 Valid 31 0.737 Valid

12 0.682 Valid 32 0.761 Valid

13 0.638 Valid 33 0.369 Tidak Valid

14 0.530 Valid 34 0.647 Valid

15 0.572 Valid 35 0.759 Valid

16 0.498 Tidak Valid 36 0.807 Valid

17 0.297 Tidak Valid 37 0.787 Valid

18 0.694 Valid 38 0.769 Valid

19 0.745 Valid 39 0.822 Valid

20 0.724 Valid 40 0.508 Valid

(47)

39 Hasil Uji Reliabilitas

a. Variabel Aggresive Driving

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100,0

Excluded(a) 0 ,0

Total 40 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,777 39

Berdasarkan hasil dari perhitungan reliabilitas, maka diperoleh 39 aitem valid pada skala aggresive driving memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,777 (layak digunakan).

b. Variabel Self-control

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100,0

Excluded(

a) 0 ,0

Total 40 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,769 36

(48)

40 HASIL ANALISIS DATA

Linieritas

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

aggressive_driving * self_control

Between Groups

(Combined) 5392,350 35 154,067 1,584 ,121 Linearity 2231,628 1 2231,628 22,945 ,000 Deviation

from Linearity 3160,722 34 92,962 ,956 ,556

Within Groups 2334,250 24 97,260

Total 7726,600 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

aggressive_driving *

self_control -,537 ,289 ,835 ,698

Uji korelasi

Correlations

self_control aggressive_driving

self_control Pearson Correlation 1 -,537(**)

Sig. (2-tailed) ,000

N 60 60

aggressive_driving Pearson Correlation -,537(**) 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 60 60

Gambar

Tabel 1. Interpretasi nilai r  .............................................................................
Tabel 1. Interpretasi nilai r
Tabel 3. Perhitungan T-Score Skala Aggressive Driving

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini bertujuan agar pengendara dapat berkendara dengan tenang dan tidak mengalami permasalahan ketika berkendara.Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk

Hubungan antara Kontrol Diri dengan Kepatuhan Berlalu Lintas pada Remaja Pengendara Sepeda Motor di Surabaya.. Developmental Psychology: A Life-Span Approach Fifth

Karena itu remaja perlu memiliki rasa empati dan harga diri agar perilaku prososial pada remaja meningkat.Tujuan penelitian ini (1) untuk mengetahui hubungan antara

tergolong tinggi, 32,5% responden mengaku cukup dapat mengontrol diri untuk tidak terjerumus dalam perilaku seksual pranikah, sedangkan hanya 25% dari. responden yang mampu

Begitu juga sebaliknya dengan seseorang yang memiliki locus of control internal rendah dan memiliki kemampuan yang rendah pula untuk mengoperasikan sebuah

Berdasarkan analisa hasil, penelitian ini memeprlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self-control dengan kecenderungan perilaku prokrastinasi

Menurut Santrock (2007) self regulated learning adalah kemampuan untuk memunculkan atau memonitoring diri sendiri baik secara pikiran, perasaan dan perilaku untuk

Ghufron dan Risnawati menyatakan kontrol diri di definisikan sebagai kemampuan membimbing, menyusun, mengatur serta mengarahkan bentuk dari perilaku yang dapat