• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PMC (PRIVATE MILITARY COMPANY) DALAM INVANSI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN PMC (PRIVATE MILITARY COMPANY) DALAM INVANSI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

PENGGUNAAN PMC (PRIVATE MILITARY COMPANY) DALAM

INVANSI AMERIKA SERIKAT KE IRAK

PADA TAHUN 2003

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

ACHMAD MUFLICHIN

07260090

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Achmad Muflichin NIM : 07260090

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PENGGUNAAN PMC (PRIVATE MILITARY COMPANY) DALAM INVANSI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I

Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si

Pembimbing II

Dr. Asep Nurjaman, M.Si. Mengetahui

Dekan FISIP UMM

Dr. wahyudi, M.Si

Ketua jurusan Hubungan Internasional

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Achmad Muflichin NIM : 07260090

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul skripsi : PENGGUNAAN PMC (PRIVATE MILITARY COMPANY) DALAM INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dan Dinyatakan LULUS

Pada : Sabtu Tanggal : 16 Maret 2013

Tempat : Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional

Mengesahkan Dekan FISIP-UMM

Dr. Wahyudi,M.Si

Dewan penguji:

1. Ayusia Sabhita K. M.Soc.Sc Penguji I ( )

2. Hevy Kurnia Hardini, M.Gov Penguji II ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si Penguji II ( )

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Achmad Muflichin

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 16 Agustus 1983

NIM : 07260090

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (Skripsi) dengan judul :

PENGGUNAAN PMC (PRIVATE MILITARY COMPANY) DALAM

INVANSI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003

Adalah bukan karya tulis ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 16 Maret 2013 Yang menyatakan

(5)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Achmad Muflichin NIM : 07260090

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PENGGUNAAN PMC (PRIVATE MILITARY COMPANY) DALAM INVANSI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003

Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si 2. Dr. Asep Nurjaman, M.Si.

Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pemb I Tanggal Paraf Pemb II Keterangan

12-09-12 12-09-12 Pengajuan Skripsi

27-09-12 27-09-12 ACC Judul

01-11-12 01-11-12 Seminar Proposal

08-11-12 08-11-12 Revisi BAB I

16-11-12 16-11-12 ACC BAB I

20-12-12 20-12-12 Pengajuan BAB II

28-12-12 18-12-12 Revisi BAB II

10-01-13 10-01-13 ACC BAB II

22-01-13 22-01-13 Pengajuan BAB III

08-02-13 08-02-13 Revisi BAB III

18-02-13 18-02-13 ACC BAB III

25-02-13 25-02-13 Pengajuan BAB IV

(6)

vi

ABSTRAK

Achmad Muflichin. 2013. "Penggunaan PMC (Private Military Company) dalam Invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003”.

Invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003 merupakan invasi lanjutan AS setelah menyerang Afganistan, namun invasi ke Irak ini dipenuhi dengan kepentingan politik dan bisnis. Invasi militer AS ke Irak tidak mendapatkan persetujuan dari PBB namun AS tetap melakukan penyerangan ke Irak dengan menggunakan jasa PMC (Private Military Company). Dengan adanya keterlibatan PMC dalam invasi militer AS ke Irak jelas memiliki kepentingan bisnis karena kontrak yang ditawarkan benar-benar bernilai besar, sehingga penggunaan PMC tidak terlepas dari kepentingan bisnis dari korporasi bisnis militer swasta.

Penelitian ini bersifat eksplanatif yang menjelaskan tentang kebijakan AS menggunakan PMC dalam invasi militer ke Irak, karena PMC memiliki keterkaitan dan hubungan politik dengan partai penguasa dan lobi-lobi PMC untuk mendapatkan kontrak di Irak.

Dalam invasi Amerika Serikat ke Irak memiliki alasan yang tidak pasti mulai dari alasan kepemilikan senjata pemusnah masal hingga keterlibatan Saddam Hussein dengan jaringan Al Qaeda yang merupakan musuh utama Amerika Serikat dan tentunya alasan tersebut tidak terbukti khususnya kepemilikan senjata pemusnah massal. Namun hal inilah yang menjadi alasan utama Amerika Serikat melakukan invasi ke Irak. Dengan melihat perkembangan PMC tentunya memberikan kemajuan pada teknologi militer, sehingga jasa pelayanan yang diberikan oleh PMC tidak hanya menyediakan jasa pengawalan pribadi namun juga upaya rekonstruksi, pelatihan militer dan memiliki perlengkapan, peralatan dan senjata yang canggih ditambah lagi dengan jasa intelejen dan taktik militer juga merupakan perkembangan PMC seperti yang dimiliki oleh Blackwater.

Situasi politik dalam negeri Amerika Serikat juga tidak terlepas dari PMC yang memiliki peran dalam kemenangan Partai Republik, dengan memberikan donasi bantuan kepada Partai Republik dalam jumlah yang besar, sehingga PMC memiliki hubungan dengan partai penguasa yaitu Partai Republik yang memenangkan pemilu. Ditambah lagi dengan adanya hubungan erat dengan elit politik pemerintahan Amerika Serikat dan birokrat, sehingga PMC dengan mudah mendapatkan kontrak militer maupun rekonstruksi di Irak. Situasi ekonomi Amerika juga semakin menurun salah satunya yang terkait adalah dengan pembiayaan kepada para veteran perang yang memakan biaya yang besar tiap tahunnya dan berkembangnya bisnis korporasi militer swasta yang tidak hanya menyediakan jasa pengawalan namun lebih berkembang dan memiliki kemajuan teknologi militer.

(7)

vii

Bush, di tambah lagi dengan adanya kedekatan PMC dengan para elit politik di AS. Disamping itu dari segi ekonomi AS juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah AS untuk para veteran perang yang semakin meningkat, dan juga bisnis militer yang semakin berkembang dengan adanya kontra-kontrak yang diberikan oleh Departemen Pertahanan kepada PMC untuk membantu invasi dan melakukan rekonstruksi pasca perang.

Kata kunci: PMC (private military company), invasi ke Irak, Halliburton Company, Blackwater USA, Dyncorp, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

Pembimbing I

Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si

Pembimbing II

(8)

viii

ABSTRAK

Achmad Muflichin. 2013. "The Use of PMC (Private Military Company) in The United States Invasion of Iraq in 2003”.

U.S. invasion of Iraq in 2003 was the U.S. invasions of Afghanistan after the attack, but the invasion of Iraq is filled with political and business interests. U.S. military invasion of Iraq did not get approval from the UN but the U.S. still attacked Iraq using the services of PMC (Private Military Company). With the involvement of PMCs in the U.S. military invasion of Iraq clearly has business interests because the contract offered really great value, so the use of PMC is inseparable from the business interests of the private military business corporation.

This research is explanative that explain U.S. policies using the PMC in the military invasion of Iraq, because the PMC has relevance and political ties with the ruling party and lobbying PMC to get contracts in Iraq.

In the U.S. invasion of Iraq has no definite reasons ranging from possession of weapons of mass destruction excuse to Saddam Hussein's involvement with al-Qaeda which is the main enemy of the United States and of course the reason is not proven particularly weapons of mass destruction. But this is the main reason the United States invaded Iraq. By looking at the development of the PMC would provide advances in military technology, so that the services provided by the PMC not only provide services, but also a personal escort to the reconstruction efforts and military training to have the equipment, tools and sophisticated weapons coupled with intelligence services and military tactics PMC as a development owned by Blackwater

The political situation within the United States cannot be separated from the PMC that has a role in the victory of the Republican Party, with the help of donations to the Republican Party in large numbers, so that the PMC has a relationship with the ruling party is the Republican Party wins the election. Coupled with a close relationship with the United States government political elites and bureaucrats, so PMC easily get military and reconstruction contracts in Iraq. America's economic situation also decreased one is related to the financing of the war veterans costly each year and growing business of private military corporations not only provide escort services, but more developed and has advanced military technology.

(9)

counter-ix

contracts awarded by the Department of Defense to the PMC to help the invasion and post-war reconstruction.

Keywords: PMC (private military company), the invasion of Iraq, Halliburton Company, Blackwater USA, DynCorp, U.S. Foreign Policy

Advisor I

Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si

Advisor II

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Mengetahui, Maha Karya, yang tiada henti melimpahkan kuasaNYA melalui setiap nafas yang ku hirup untuk dapat menyelesaikan semua kewajibanku. Shalawat dan salam selalu tercurah pada Nabi Besar, Muhammad SAW besrta keluarga dan para sahabat, yang membawa risalah kemurnian tauhid di tengah kejahiliyahan umat.

Alhamdulillah...Tidak lupa penulis ucapkan dengan hati yang tulus rasa terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung telah membantu dalam terselesaikannya Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa kelancaran

penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dorongan, bantuan, masukan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Dr. wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Tonny Dian Effendy,M.Si selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. 4. Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing I atas dorongan,

bimbingan dan masukan serta nasehat yang sangat berarti dalampenulisan skripsi dan dalam menyongsong kehidupan saya.

5. Dr. Asep Nurjaman, M.Si. selaku dosen pembimbing II atas bimbingan dan saran-saran mengenai penyusunan skripsi ini.

6. Kepada segenap Dosen Jurusan Hubungan Internasional yang senantiasa memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga saya memperoleh pengetahuan terhadap ilmu Hubungan Internasional.

7. Kedua orang tua, orang tua juara satu dalam hidupku, ayah Iswadi Idris dan Bunda ku tercinta Khalimah / Ismani, yang tiada henti memanjatkan do’a untuk anak-anaknya .

8. My Sista Kholifatul Amanah and My Brotha Achmad Nurkholis dan ndud Rafles, yang selalu memotivasi untuk menyambut masa depan yang lebih cemerlang. 9. Special Thanks to “My Queen” Chaulina Alfianti Oktavia , yang sudah dan selalu

(11)

xi

cukup mewakili rasa terima kasih yang ingin kusampaikan padamu. Karya ini kupersembahkan untukmu wahai calon istriku.

10. Kedua keponakan ku yang lucu-lucu dan menggemaskan Alkhansa (Sasa) and Muhandis yang telah mewarnai skripsi ini penuh dengan perjuangan dari gangguan kecil kalian.

11. Saudaraku seperjuangan. Saiful mila, Choky, Tembre, Fitroh, Nuris, Dion, Devi Fitriani, Lady A. Shandy, Sofie Ananta, My Best Friend Yoyok and Gendon dan teman-teman yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan bantuan kalian dalam terselesaikannya Tugas Akhir ini.

12. Teman teman seperjuangan KKN-Terpadu 12 Tahun 2011 Desa Slamet Tumpang atas momen indah kebersamaan yang tak terlupakan .

13. Dan semua pihak yang tidak dapat kusebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Akhir kata tiada satu karya manusia yang sempurna, dan semoga karya ini menjadi bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, 16 Maret 2013

(12)

xii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Sederhana Ini Kupersembahkan Kepada

Ayahanda ku tercinta Iswadi Idris dan Ibunda tercinta Ismani orang tua nomor satu bagi ku yang senantiasa mendo’akan serta merestui segala

sesuatu tentang diriku untuk merajut masa depanku

Kata “terima kasih” serta baktiku tak cukup mewakili atas rasa syukurku wahai ayahanda dan bunda.

Untuk calon Istriku Chaulina Alfianti Oktavia terima kasih atas dukungan dan pengorbananmu, hingga karya sederhana ini menjadi

(13)

xiii

MOTTO

Danger is our Bisnis

“Kehadiran mereka (PMC) tak lain adalah untuk menggantikan tentara yang telah menciut nyalinya pasca perang dingin. Tanpa mereka (PMC),

kehadiran tentara AS dan Inggris, akan mendapat tekanan begitu besar dari dunia”

_The Guardian1_

“America will never be destroyed from the outside. If we falter and lose our freedoms, it will be because we destroyed ourselves.”

_Abraham Lincoln2_

Yang lalu telah berlalu, dan harapan itu masih ada, dan aku masih punya

waktu dimana aku harus ada.

1

Kuntjoro Hadi. 2011. Ensiklopedia Tentara Bayaran, Yogyakarta : Pustaka Radja. hal 96

2

(14)

xiv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... x

HALAMAN PERSEMBAHAN ... xii

MOTTO ... xiii

1.4.2.1Decision Making Theory ... 12

1.4.2.2Militari Industrial Complex (MIC) ... 20

1.4.2.3Private Military Company (PMC)... 28

1.5 Metode Penelitian ... 30

1.5.1 Tipe Penelitian ... 30

1.5.2 Jenis Sumber Data ... 31

1.5.3 Teknik Analisa Data... 31

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

1.5.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

1.5.5.1Ruang Lingkup Materi ... 32

1.5.5.2Ruang Lingkup Waktu ... 32

1.5.6 Argumen Pokok ... 32

1.6 Sistematika Penulisan ... 34

BAB II PRIVATE MILITARY COMPANY (PMC) DALAM INVASI AS KE IRAK TAHUN 2003 ... 36

2.1 Invasi Amerika Serikat Ke Irak ... 36

(15)

xv

2.2 Perkembangan PMC ... 47

2.2.1 Profil Private Military Company (PMC) di Irak ... 56

2.2.1.1Halliburton Company ... 57

2.2.1.2Blackwater USA ... 60

2.2.1.3Dyncorp ... 62

2.3 Posisi dan Peran PMC di Irak ... 64

2.3.1 PMC Saat Invasi... 64

2.3.2 PMC Pasca Invasi ... 66

2.3.3 PMC dan Rekonstruksi Irak ... 68

2.3.4 Kontrak Private Military Company di Irak ... 72

BAB III ANALISA KEBIJAKAN AS MENGGUNAKAN PMC DALAM INVASI KE IRAK ... 77

3.1 Situasi Politik Dalam Negeri ... 77

3.1.1 PMC Sebagai Kelompok Kepentingan ... 77

3.1.2 PMC dan Pendanaan Kampanye Politik Kepada Partai . Republik ... 82

3.1.3 Hubungan Politik Dan Lobi PMC Dalam Kebijakan AS 85 3.1.3.1Halliburton Company Lobbying ... 85

3.1.3.2Blackwater USA Lobbying ... 91

3.1.4 Keberadaan Elit Politik di dalam PMC ... 97

3.2 Situasi Ekonomi Dan Militer ... 105

3.2.1 Efisiensi Military Budget ... 105

3.2.2 Bisnis Militer Korporasi Swasta (Military Industrial Complex) ... 109

BAB IV PENUTUP ... 115

4.1 Kesimpulan ... 115

4.2 Saran – Saran ... 119

4.2.1 Bagi Penelitian Selanjutnya ... 119

4.2.2 Rekomendasi Akademis ... 120

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Posisi Penulis ... 10

Tabel 2.1 Daftar Perusahaan Yang Menyediakan PMC ... 52

Tabel 3.1 Daftar Donatur Partai Republik ... 84

(17)

121

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Andini. 2012. Kapitalisme dan Blackwater. Jakarta: Mahaka.

Coplin, William D. &Marbun, Marsedes 1992. Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis, EdisiKedua. Bandung: Sinar Baru.

Pambudu. A. 2007. Pembunuh Massal Dari Ruang Oval. Yogyakarta: Narasi.

Kinsey, Crhistopher. 2006. Corporate Soldiers And International Security The rise of Private Military Company. USA: Routledge .

Scahill, Jeremy. 2010. BLACKWATER Membongkar Keterlibatan Tentara Bayaran Dalam Invansi Militer Amerika Serikat. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Sihbudi, Riza. 2007. Menyandera Timur Tengah: Ketidakbijakan AS dan Israel Atas Negara-Negara Muslim, Jakarta: Mizan,

Stiglitz, Joseph E danBilmes, Linda J.2008.Perang Tiga Triliun Dolar, Bencana Ekonomi Di Balik Invasi Amerika Ke Irak. Bandung. PT Mizan Pustaka Yeung,S. S. 2005. Perusahaan Militer Dan Keamanan Swasta Dan Gender.Geneva

Centre For The Democratic Control Of Armed Forces Dcaf.

Effendy, Muhadjir. 2008. Profesionalisme Militer : Profesionalisasi TNI. UMM Press.

(18)

122

Faiz, Abdullah, Pengaruh Halliburton Company Dalam Kebijakan Amerika Serikat Menginvansi Irak tahun 2003, Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiya Malang 2011.

Azzelini, Dario dan Kanzleiter, boris. 2005. La Impresa Guerra: bisnis perang dan kapitalisme global, Yogyakarta: INSISTPress

Majalah Angkasa edisi 024 edisi khusus : Dirty War, PT Mediora Dirgantara Sukarwo, Wirawan. 2009. Tentara bayaran AS di Irak Sebuah Konspirasi

Neoliberal AS Untuk Memimpin Dunia, Jakarta : Gagas Media.

Mas’oed ,Mohtar. 1989. Studi Hubungan Internasional tingkat analisis dan teorisasi, Yogyakarta :Pusat Antar Universitas – Studi Sosial Universitas Gadjah Mada

Miller , T. Cristian. 2007. Blood Money Membuang Jutaan Dolar Menewaskan Ribuan Jiwa & Perusahaan Rakus di Irak, Jakarta, Ufuk Press.

Hadi, Kuntjoro. 2011. Ensiklopedia Tentara Bayaran, Yogyakarta : Pustaka Radja.

Priyatna, Haris. 2009. Viktor Bout Membongkar Jaringan Internasional Perdagangan Senjata Illegal. Jakarta : Ufuk Press.

Goodman, Amy & Goodman, David. 2005. Perang Demi Uang :Kebusukan Media, Politikus, Dan Pebisnis Perang. Jakarta ; IKAPI

Saraswati, veronica Sintha. 2009. Imperium Militer Swasta: Neoliberalisme, Korporasi Bisnis Keamanan Kontemporer. Yogyakarta : Resist Book. Cahyaningtyas, June. 2007. Saddam The Untold Story, Yogyakarta :Bentang

Pustaka.

(19)

123

E. Stiglitz, J. Bilmes, Linda. 2009. Perang Tiga Triliun Dolar. Bandung : Mizan Media Utama.

Schouten, Peer. 2012. Theory Talks Perbincangan Pakar Sedunia Tentang Teori Hubungan Internasional Abad Ke-21, LP3M UMY&PPSK.

Ruys, Tom. 2010. ‘Armed Attack’ And Article 51 Of The Un Charter: Evolutions In Customary Law And Practice. United Kingdom : Cambridge University Press.

Briody, D. 2004. The Halliburton agenda, the politics of oil and money, Canada,

JOHN WILEY & SONS, INC.

Ruys, Tom. Armed Attack and Article 51 of the UN charter, Cambridge studies in

international and comparative law. Pdf.

Anderson, Therry H. 2011, Bush War, New York : Oxford University Press, Inc Sheehy. Benedict. Maogoto, Jackson. Newell, Virginia. 2009. Legal Control of

the Private Military Corporation, New York: PALGRAVE MACMILLAN

Muti’ahSetiawati ,Siti. Dan Tim Penulis, Irak Di Bawah Kekuasaan Amerika, Dampaknya Bagi Stabilitas Politik Timur Tengah Dan Reaksi (Rakyat )

Indonesia, Yogyakarta, Pusat Pengkajian Masalah Timur Tengah, Universitas Gajah Mada Dan Badan Pengkajian Dan Pengembangan Masalah Luar Negeri Departemen Luar Negeri Republik Indonesia

Jurnal dan artikel :

(20)

124

Pelepasan Timor Timur. (Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, Program Kajian Wilayah Amerika, Jakarta, Juni 2009)

J Paul Dunne, 2003, The Military Industrial Complex, Department of Economic, British University In Egyp, Cairo and University of The West Of Enggland, Bristol. W. Singer, Peter. 2004. The Private Military Industry And Iraq: What Have We Learned

And Where To Next? GENEVA CENTRE FOR THE DEMOCRATIC CONTROL OF ARMED FORCES (DCAF). POLICY PAPER. Diakses melalui

http://mercury.ethz.ch/serviceengine/Files/ISN/14132/ipublicationdocument_sing

ledocument/6c72ca8b-2711-4b18-8103-55305e8136e3/en/PP4_Singer.pdf pada

12 Oktober 2012.

Houston, We have a Problem An Alternative annual report on Halliburton, April 2004, A Corpwatch report (www.corporatch.org) with Golbal Exchange (www.globalexchange.org) in collaboration with Center for Corporate policy (www.corporatepolicy.org) common cause (www.commoncause.org) Institute for policy Studies, Institute for Southern Studies (www.shouthernstudies.org), and Taxpayers for Common Sense (www.taxpayer.net). contributing author are Andrea Buffa, PratapChaterjee, Charlie Cray, RainaMasri, Tara Schubert, Mike Surrusco, and Jim Vallette. Edited by Pratap Chaterjee and Eva Dienel. Inkworks Press hlm 20.

Sam Perlo-Freeman And Elisabeth Sköns, The Private Military Services Industry, sipri insights on peace and security no. 2008/1, Stockholm International Peace Research Institute.

Hartung, William D. The Military-Industrial Complex Revisited: Shifting Patterns of Military Contracting in the Post-9/11 Period, diakses melalui

http://costsofwar.org/sites/default/files/articles/40/attachments/Hartung%2

(21)

125

Website :

Peterson ,Laura . Privatizing combat, the new world order dipublikasikan di

http://www.publicintegrity.org/2002/10/28/5678/privatizing-combat-new-world-order, diakses pada 16 Januari 2013.

Makinson , Larry. Outsourcing the Pentagon, Who benefits from the politics and economics of national security? dipublikasikan

http://www.publicintegrity.org/2004/09/29/6620/outsourcing-pentagon

diakses pada 16 Januari 2013.

Van Heuvelen ,Ben . The Bush administration’s ties to Blackwater.

http://www.salon.com/2007/10/02/blackwater_bush/ diakses pada 1 februari 2013

Hardy ,Michael. Five to vie for counter-narcoterrorism work.

http://washingtontechnology.com/articles/2007/09/10/five-to-vie-for-counternarcoterrorism-work.aspx diakses pada 16 januari 2013. Weinberger, Sharon. Windfalls of war: Pentagon's competition for contracts

abysmal compared to other agencies, Other federal departments put most

of their contracts out for competition. Why can't Defense?

http://www.publicintegrity.org/2011/09/02/6021/windfalls-war-pentagons-competition-contracts-abysmal-compared-other-agencies diakses pada 16 Januari 2013

D. Hartung , William. The Military-Industrial Complex Revisited: Shifting Patterns of Military Contracting in the Post-9/11 Period.

http://costsofwar.org/sites/default/files/articles/40/attachments/Hartung%2

(22)

126

Tirta N. Mursitama, PhD, Emerging Role of Multinational Corporations as Private Military Companies: Converging International Relations and International Business Perspectives.

http://www.ijbssnet.com/journals/Vol_3_No_23_December_2012/21.pdf, hlm. 205 diunduh pada 16 Januari 2013

Royce, Knut . Heller ,Nathaniel , Cheney led Halliburton to feast at federal trough, State Department Questioned Deal With Firm Linked to Russian Mob.

Dipublikasikan http://www.publicintegrity.org/2000/08/02/3279/cheney-led-halliburton-feast-federal-trough diakses pada 16 Januari 2013.

Isenberg, David, Research Report 2004, A Fistful of Contractors: The Case for a Pragmatic Assessment of Private Military Companies in Iraq, British-American Security Information Council,

www.cnn.com , diakses pada 12 Desember 2012

www.dyncorp.com, diakses pada 10 Desember 2012

www.halliburton.com, diakses pada 10 Januari 2013.

Yang diunduh pada tanggal 16 April 2011 sebagai bahan bacaan.

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2677&coid=3&caid=22&gid=4 internet yang diakses pada 25 September 2012

pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/05/politik_luar_negeri_republik_ind

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasca perang dingin perkembangan Ilmu Hubungan Internasional semakin pesat, dimana ditandai dengan luasnya interaksi antar aktor-aktor, baik aktor Negara dan non Negara. Dengan berkembangnya politik global, aktor-aktor non negara menjadi semakin beragam yaitu hadirnya aktor kelompok-kelompok maupun individu lintas batas Negara seperti kelompok teroris internasional dan Transnational Organized Crimes (TOC)1 yang dapat mempengaruhi dinamika Hubungan Internasional dan politik global dewasa ini.

Perkembangan politik global dewasa ini juga diwarnai dengan kemunculan korporasi bisnis militer yang lebih akrab dikenal dengan Privat Military Company (PMC) yang menyediakan jasa pelayanan tentara bayaran atau tentara swasta, pengawalan, keamanan hingga membangun infrastruktur disebuah Negara atau wilayah tertentu, yang banyak digunakan oleh Negara-negara, utamanya Negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis sebagai sarana pencapaian politik luar negerinya. Aktifitas-aktifitas PMC ini banyak dijumpai pada daerah-daerah yang menjadi ladang konflik seperti Afrika, Amerika Latin dan Timur Tengah. Dalam perkembangan strategi militer Negara salah satunya penggunaan tentara bayaran /PMC menjadi instrumen dalam pencapaian politik luar negeri, Amerika

1

(24)

2

Serikat merupakan salah satu Negara yang menggunakan PMC sebagai instrument politik luar negeri.

Mengamati perkembangan di Timur Tengah cukup menarik dan memerlukan pemikiran yang luas dan panjang untuk mengamati fenomena yang terjadi di Timur Tengah, karena kawasan ini tidak terlepas dari konflik bersenjata misalnya konflik di Palestina, Irak, Iran, Kwait, Afganistan, Libanon. Di kawasan inilah terdapat beberapa konflik yang menggunakan jasa PMC, beberapa kasus lain yang menggunakan jasa militer dari perusahaan militer swasta ini adalah pada sektor bantuan keamanan swasta di Kolumbia, perusahaan militer swasta tersebut adalah California Micriwave Inc, yang merupakan cabang dari NorthropGrumman Inc., yang dalam hal ini dengan menawarkan jasa bantuan militer dan spionase di bidang telekomunikasi2.

Kawasan yang terkenal dengan sumber daya energi minyak dan gas ini merupakan tempat operasi militer yang banyak dijumpai aktifitas para tentara bayaran khususnya dari Amerika Serikat. Di Afganistan misalnya, menjelang akhir tahun 2001 dunia dikejutkan oleh aksi teroris Al Qaeda yang menyerang Amerika bahkan pertahanan terkuat nomer satu di dunia ini mampu ditembus oleh serangan teroris. Peristiwa ini membuat Amerika semakin memperketat penjagaan terhadap aksi-aksi teroris, membuat arah politik menjadi pengalihan isu tentang teroris, serta upaya-upaya pendudukan militer dengan alasan bertujuan untuk

2

(25)

3

memerangi terorisme global (global war on terorism) melalui pre emptive strike terhadap Islam fundamental dan kawasan timur tengah, khususnya Afganistan.3

Selain Afganistan juga terdapat Irak yang juga menjadi tempat beroperasinya tentara bayaran dalam rangka agresi militer Amerika Serikat di Irak. Hingga pada tahun 2003 PMC mulai mendapatkan sorotan dunia yang ditandai dengan peristiwa terbunuhnya empat orang tentara bayaran Amerika Serikat dibawah perusahaan militer swasta Blackwater di Fallujah Irak. Peristiwa digantungnaya tentara bayaran AS di Fallujah yang diekspos secara besar-besaran oleh media massa internasional ini menjadi titik awal mencuatnya isu penggunaan tentara swasta dalam politik luar negeri AS di Timur Tengah.

Selain itu juga ada perusahaan militer swasta yang lain yang memiliki bisnis besar dalam menawarkan jasa militernya yaitu DynCorp yang sudah beroprasi di Haiti, Bosnia-Herzegovina, Kosovo, Liberia, Timor-timor, dan Afganistan, bahkan dalam usaha melatih dan mempersiapkan polisi Irak tercatan mendapatkan keuntungan sebesar 2 milliar dollar4.

Dalam usaha-usaha penawaran jasa militer inilah yang membuat Amerika lebih menggunakan jasa militer swasta dalam melakukan invasi atau hanya untuk melindungi kilang-kilang minyak bahkan pengamanan terhadap tokoh-tokoh penting Amerika yang membutuhkan perlindungan, karena memiliki nilai dan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan tersebut.

Disisi lain ternyata hubungan pemilik korporasi militer swasta ini dengan para pejabat tinggi AS memiliki hubungan erat dan keterkaitan dalam politik,

3

Jeremy Scahill. (2010). BLACKWATER Membongkar Keterlibatan Tentara Bayaran Dalam Invasi Militer Amerika Serikat. Bandung: PT Mizan Pustaka. hal. 13-14

4

(26)

4

Halliburton tidak bisa terlepas dari peran besar Dick Cheney, yang merupakan mantan orang kepercayaan presiden Bush senior ayah George W. Bush, dan pada masa George W. Bush memimpin, Cheney merupakan Wakil Presiden sehingga memudahkan mendapatkan kontrak kerja bagi Halliburton. Pemilik Blackwater (Xe Service LLC) Erik Prince, merupakan seorang pengusaha kaya yang memiliki kedekatan dengan Partai Republik, kakak wanita Erik, Besty DeVos menjadi ketua Partai Republik Michigan dari 1996 sampai 2000, dan 2003 sampai 2005.5

Pentagon bertahun-tahun telah menjalin hubungan dengan perusahaan militer swasta ini dan berusaha menutupi kerjasama ini, kerena Pentagon telah menyerahkan kontrak kemiliteran senilai 300 trilliun dollar kepada 12 dari 24 PMC yang bermarkas di AS.6 Sehingga membuat rasa ketertarikan pada hati Dick Cheney bahkan presiden Bush pada masa kepemimpinannya. Bahkan Halliburton Co., perusahaan yang bergerak dalam bidang perlengkapan bagi pertambangan minyak, dan memiliki perusahaan militer swasta ini pernah dipimpin oleh George Bush dan mantan menteri pertahan AS Dick Cheney7, bahkan kedua tokoh ini memberikan tambahan dana bagi Halliburton sebesar 2,5 milliar dollar untuk membangun markas elit disuatu kawasan yang dirahasiakan.8

Semakin berkembangnya militer semakin perkembang pula bisnis-bisnis yang dilakukan militer, sehingga militer di Amerika Serikat menambah daftar bisnis PMC yang sangat menguntungkan bagi pengusaha yang memiliki modal yang sangat besar, dengan demikian militer dan peluang bisnis dapat memberikan

5

Jeremy Scahill, Op.cit., hal. 47 6

Majalah Angkasa, Dirty War, Op.cit. hal. 13

7

Dario Azzelini, Op.cit., hal. 221 8

(27)

5

keuntungan secara finansial dan keuntungan diplomatis bagi pengusaha yang menguasai PMC di Amerika Serikat.

Pada pertengahan tahun 1980 banyak perubahan yang telah terjadi pada perusahaan atau korporasi militer swasta, perubahan ini telah membuat sebuah tatanan baru dalam usaha pengembangan perusahaan militer dengan berkembangnya perusahaan dalam bidang jasa militer ini menjadi lebih lebih terbuka. Tapi untuk memiliki kesempatan untuk memberi kontribusi positif terhadap perdamaian dan keamanan internasional perusahaan harus memastikan bahwa kebaruan mereka diakui oleh masyarakat Internasional. Untuk melakukan hal ini, mereka harus mengubah diri menjadi badan hukum yang beroperasi secara terbuka.9 Dalam hal ini PMC telah terdaftar dalam korporasi dengan kepribadian hukum, tunduk pada undang-undang, dan disewa oleh pemerintah yang bertugas memberikan keamanan publik. Tetapi dalam praktik yang terjadi dalam usaha penyewaan PMC, badan korporasi penyedia jasa PMC mengadopsi praktik bisnis, seperti penggunaan literatur promosi, sistem pemeriksaan untuk staf dan doktrin, dengan demikian PMC merupakan militer resmi yang berubah menjadi sektor swasta dalam kedok bisnis karena unsur bisnis merupakan alasan utama dibalik keberadaan PMC.10

Agresi militer Amerika terhadap Irak, membuat sejarah perang akan bertambah karena agresi ini jelas menimbulkan korban baik sipil maupun militer. Melihat perkembangan mengenai sengketa bersenjata dengan menggunakan jasa

9

Christhopher Kinsey, 2006.,Corporate Soldiers and International Security : The Rise of Private Military Company, USA: Routledge, hal. 58

10

Andhini, 2012, Kapitalisme & Blackwater propaganda, konflik, bisnis, dan tentara bayaran.

(28)

6

tentara bayaran inilah maka penulis berusaha menganalisa dan melakukan penelitian tentang keterlibatan tentara bayaran yang digunakan oleh Amerika untuk melakukan invasi Amerika ke Irak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas maka disusun

permasalahan sebagai berikut “Mengapa Amerika Serikat menggunakan PMC dalam invasi ke Irak?”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui berbagai bisnis-bisnis militer.

1.3.2 Untuk mengetahui kebijakan penggunaan PMC dalam invasi Amerika Serikat ke Irak.

1.3.3 Untuk mengetahui peranan kelompok kepentingan dalam bisnis militer melakukan invasi ke Irak

(29)

7

1.4 Kerangka Pemikiran

1.4.1 Penelitian Terdahulu

Banyak yang telah melakukan penelitian mengenai keterlibatan tentara bayaran dalam invasi Amerika ke Irak maupun pasca sernagan tersebut, dalam perkembangannya saat ini dalam rekonstruksi Irak pun masih banyak melibatkan kontraktor-kontraktor penyedia jasa layananan keamanan atau tentara bayaran. Tetapi dalam penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian yang hanya mengungkap keterlibatan tentara bayaran serta menceritakan tentang penyerangan-penyerangan yang telah dilakukan tanpa memandang aturan perang serta tidak memperdulikan keselamatan warga sipil, selain itu juga dalam buku BLACKWATER Membongkar Keterlibatan Tentara Bayaran Dalam Invasi Militer

Amerika Serikat karangan Jeremy Scahill seorang jurnalis yang kini tinggal di New York, dalam penulisannya lebih pada aspek keterlibatan tentara bayaran dalam invasi militer di Irak serta menuliskan tragedi-tragedi yang terjadi yaitu penyerangan yang dilakukan oleh warga irak di kota Fallujah yang menewaskan 4 orang tentara bayaran dari Blackwater sendiri11.

Blackwater didirikan pada 1996. Nama Erik Prince lebih mencuat sebagai pemimpin perusahaan, namun para pengamat militer menyebut konsep dibalik ide Blacwater sesungguhnya adalah Al Clark, instruktur Eric saat bergabung di Navy SEAL. Nama Blackwater sendiri mulai digadang-gadangkan beberapa saat setelah terjadi serangan terhadap Pentagon dan WTC.

11

(30)

8

Bakal tersohornya Blackwater sudah tercium saat Donal Rumsfeld Menteri Pertahanan di bawah Presiden George W. Bush menyatakan kepada pers tentang perlunya mengundang para pengusaha untuk berkiprah di dunia pengelolaan

mesin perang, sehari sebelum terjadinya Peristiwa 11 September.”Kita harus

mendorong orang-orang untuk lebih pro aktif dan membuat mereka bertindak seperti kapitalis-kapitalis yang berani”.

Selain itu, juga menjelaskan keterlibatan para elit politik Amerika dalam pengambilan kebijakan mengenai penggunaan tentara bayaran dalam invasi militer tersebut. Donal Rumsfeld menugaskan para pejabat Pentagon juga diminta untuk mengawasi bisnis yang beresiko ini dengan mengawasi perusahaan militer swasta Halliburtons, DynCorps, dan para mantan eksekutif korporasi dari Enron, Northrop Grumman, General Dynamics, Aerospace Corporation telah dipilih sebagai para deputinya di departemen pertahanan, dengan demikian banyak sekali keterlibatan para elit politik dari penguasa yang terlibat dalam penggunaan tentara bayaran dalam invasi militer maupun dalam usaha rekonstruksi di Irak.

Dalam penelitian Abdullah Faiz, yang berjudul : Pengaruh Halliburton Company Dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Menginvasi Irak Tahun

2003.12

Dalam penelitian ini menjelaskan adanya peran Halliburton dalam kebijakan untuk menginvasi Irak, ini terlihat dalam rangkaian segitiga emas yaitu hubungan antara tiga aktor yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, aktor tersebut adalah Dick Cheney, Halliburton, dan George W. Bush. Dari ketiga

12

(31)

9

tokoh ini memiliki peran dan posisi yang sangat penting, Dick Cheney, merupakan wakil presiden selama pemerintahan George W Bush. Kedekatan Bush dan Cheney merupakan kemitraan strategis yang saling melengkapai, keberadaan Cheney telah ada sejak George W Bush senior dan menjadi salah satu orang kepercayaan George W Bush saat itu dia lebih dikenal sebagai menteri pertahanan saat itu, Cheney dipandang sebagai wakil presiden yang paling berpengaruh dalam sejarah AS, karena telah berhasil membawa Halliburton menjadi salah satu perusahaan yang memiliki daya tawar dan mampu mempengaruhi sebuah kebijakan luar negeri AS dalam menginvasi Irak.

Dalam buku Kapitalisme dan Blackwater karangan Andhini lebih pada aspek basis-basis bisnis militer yang berada di Irak yang dilakukan oleh PMC, catatan khusus bagi tiga PMC yang beroperasi di Irak pada tahun 2003 adalah Halliburtons, DynCorps, dan Blackwater merupakan PMC yang meraup keuntungan yang sangat besar dari invasi militer AS ke Irak ini, dari ketiga PMC tersebut memliliki tugas masing-masing, dan mendapat keuntungan yang tidak sedikit dari operasi yang dilakukan di Irak.

(32)

10

pejabat tinggi Washington adalah juga seorang pebisnis, tentunya kebijakan yang diambil tidak akan merugikan bisnis-bisnis yang berkuasa di Amerika Serikat.

Posisi penulis dalam hal ini lebih pada aspek kebijakan politik luar negeri oleh Amerika Serikat berkaitan penggunaan tentara bayaran dalam invasi maupun dalam penjagaan kawasan dan kilang-kilang minyak dari perusahaan Amerika Serikat.

Table 1.1 Posisi Penulis

(33)

11

(34)

12

suatu objek, sifat suatu objek atau fenomena tertentu13. Sehingga penggunaan konsep akan mempermudah penjelasan terhadap fenomena politik serta fenomena perusahaan militer swasta atau lebih dikenal dengan PMC.

1.4.2.1Decision Making Theory

Menurut William D. Coplin dalam teori pengambilan keputusan dan kebijaksanaan politik luar negeri memiliki tiga faktor yang determinan yaitu: kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer dan konteks internasional.14

1. Situasi politik dalam negeri, bahwa politik dalam negeri hanyalah seperangkat determinan yang bekerja dalam politik luar negeri negara-negara. Walaupun keterbukaan suatu sistem politik atau tingkat stabilitas dalam negeri yang dialami oleh sistem itu, bisa membentuk aspek-aspek politik luar negeri tertentu, faktor-faktor lain juga bisa bekerja didalamnya, seperti faktor budaya yang mempengaruhi tingkah laku manusia.

Amerika merupakan Negara yang berusaha untuk menjaga keamanan dan menciptakan perdamaian dengan asas kebebasan yang akan menciptakan kemakmuran atau yang bisa kita katakana sebagai slogan “peace and prosperity” inilah yang memunculkan istilah ”American Internasionalism” yaitu dengan mengkombinasikan realis dan liberalis, hal inilah yang semakin menguatkan hegemoni AS di dunia.15

13Mohtar Mas’oed, 1990,

Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, hal. 35

14

William D. Coplin, pengantar politik internasional: Suatu Telaah Teorities CV.sinar baru, Bandung 1992, hal, 30.

15

(35)

13

Dalam situasi pasca tragedi 11 September kondisi politik dalam negeri AS semakin memberikan signal yang anarkis, dari tragedi tersebut muncul doktrin Bush dalam war on terror yaitu pre-empetive strike adalah doktrin yang memiliki prinsip untuk menyerang terlebih dahulu sebelum diserang oleh musuh, dengan adanya doktrin ini menjadikan stabilitas keamanan yang kian tak menentu, kerena AS bisa saja menuduh siapa saja dan Negara manapun yang bisa membahayakan AS. Karena situasi politik yang kian kurang menentu dan ditambah lagi karena dendam terhadap aksi teroris inilah yang membuat AS geram karena yang menjadi aktor utama dalam tragedi tersebut adalah kelompok Al Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden yang menururt AS dilindungi oleh rezim Taliban di Afganistan.16

Keberadaan PMC juga memberikan pengaruh politik dalam negeri dengan adanya kontribusi terhadap kemenangan Partai Republik, dengan memberikan donasi untuk kampanye Partai Republik pada tahun 1999-2002. Hubungan yang dibangun oleh PMC tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap kemenangan Partai Republik serta membuka peluang kerjasama terhadap kontrak bisnis untuk kedepannya.

2. Situasi ekonomi dan militer domestik, yakni suatu negara harus memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menciptakan kemampuan yang diperlukan untuk menopang politik luar negerinya. Termasuk faktor geografis yang selalu mendasari pertimbangan pertahanan dan keamanan.

16

(36)

14

Pasca perang teluk tahun 1991 Amerika Serikat telah mengerahkan sebanyak 694.550 orang tentara untuk pertempuran darat, dan sebanyak seratus empat puluh delapan pasukan AS tewas, dan 467 tentara tewas, namun sekutu AS Kuwait dan Arab Saudi telah membayar sebagian operasi perang teluk tersebut, namun akibatnya adalah meningkatnya jumlah veteran perang yang menderita cacat dan AS harus membayar kompensasi, dana pension dan tunjangan cacat terhadap 200.000 veteran perang teluk, yang telah menghabiskan dana sebesar 4,3 miliar dolar setiap tahunnya. Amerika telah menghabiskan 50 miliar dolar untuk tunjangan cacat perang teluk, dan dana itu belum termasuk dalam biaya perawatan medis veteran, biaya penempatan pasukan di Kuwait, biaya riset medis terhadap sindrom perang teluk, dan membayar semua pekerja untuk melakukan program-program tersebut.17

3. Konteks internasional, geografis, ekonomis dan politis merupakan tiga elemen penting dalam membahas dampak internasional terhadap politik luar negeri suatu Negara. Dalam lingkungan internasional setiap Negara memiliki lokasi atas daerah yang dikuasainya, dalam kaitannya dengan Negara-negara lain dalam sistem dan juga hubungan-hubungan ekonomi dan politik Negara itu dengan Negara-negara yang lainnya.

17

(37)

15

Gambar I.I Diagram teori pengambilan kebijakan politik luar negeri

Sumber : William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional: suatu telaah teoritis. CV. sinar baru, Bandung 1992, hal. 30.

Dalam pengambilan keputusan terdapat tiga jenis keputusan luar negeri yaitu18; keputusan politik luar negeri yang bersifat umum, keputusan-keputusan yang bersifat administratif, dan keputusan-keputusan-keputusan-keputusan yang bersifat kritis.

Tipe pertama keputusan-keputusan yang bersifat umum terdiri dari serangkaian keputusan yang diekspresikan melalui pernyatan-pernyataan kebijakan dan bersifat langsung. Dari tipe pertama ini pengambilan keputusan hanya bersifat umum yang lebih pada rencana-rencana yang bersifat contingency (menjaga kemungkinan).

Keputusan-keputusan yang bersifat administratif, keputusan ini dibuat oleh anggota-anggota birokrasi pemerintah yang bertugas melaksanakan hubungan luar negeri dari negaranya, dalam hal ini Departemen Luar Negeri AS ( Department Of

18

(38)

16

State) merupakan birokrasi utama namun sering kali badan-badan pemerintahan yang lainnya seperti Departemen Pertahanan, dinas militer, dinas intelijen, dan Departemen Perdagangan terlibat dalam pengambilan keputusan administratif yang mempengaruhi kebijakan luar negeri.

Keputusan-keputusan yang bersifat kritis, merupakan kombinasi dari dua tipe diatas, dan keputusan kritis ini bisa bedampak luas terhadap kebijakan umum suatu Negara, dan keputusan kritis ini juga bisa memperkuat kebijakan yang telah ada. Keputusan kritis ini bisa muncul dalam segala aktivitas, tetapi yang paling utama adalah pada politik luar negeri. Kebijakan luar negeri yang bersifat kritis ini juga bisa diartikan sebagai suatu kondisi dimana sedikitanya satu Negara merasa bahwa suatu situasi merupakan titik balik dalam hubungannya dengan satu atau lebih Negara dalam sistem itu. Pada keputusan kritis ini pengambil kebijakan atau keputusan dituntut untuk mengambil keputusan dalam waktu singkat, oleh karena itu keputusan yang bersifat kritis ini dapat menimbulkan keputusan yang khusus dan menimbulkan konsekuensi- konsekuensi yang tertentu bagi kebijakan luar negeri.

Dapat disimpulkan pengambilan keputusan politik luar negeri merupakan campuran antara kebijakan luar negeri secara umum, kebijakan luar negeri secara administratif serta pengambilan keputusan yang bersifat kritis.

(39)

17

dianggap sebagai hubungan timbal balik yang sangat kompleks, kerena mereka merupakan sumber dukungan baginya.

William D.Coplin membedakan policy influencer menjadi empat macam yaitu 19;

1. Bureaucratic influencer, biasanya mempengaruhi para pengambil keputusan dengan memberikan informasi pada tahap perumusan dan bantuan administratif pada tahapan pelaksanaan, Bureaucratic influencer, jarang sekali terbuka dalam menentang kebijakan yang ada meskipun mereka mungkin dan berupaya untuk merubah kebijakan tersebut melalui keputusan-keputusan administratif pada tingkatan yang rendah.

2. Partisan influencer, dalam sistem tertutup apabila mereka ada dan tidak ada revolusioner, kadang-kadang memiliki kemampuan untuk menentukan kesinambungan jabatan pengambil keputusan, apabila disepakati Bureaucratic influencer namun sebaliknya mereka tidak mampu apabila tidak bisa disepakati oleh Bureaucratic influencer. Partisan influencer yang revolusioner yang menganut sistem politik tertutup, tidak memilki banyak pengaruh dalam pengambilan keputusan. Namun dalam sistem terbuka Partisan influencer memberikan dukungan penuh terhadap pemerintah karena pemilihan umum sangat penting bagi Partisan influencer. Disisi lain untuk menekan pengambil keputusan politik luar negeri dibatasi oleh kenyataan bahwa, lembaga eksekutif merupakan

19

(40)

18

pengambil kebijakan yang inisiatif, dan tuntutan terhadap keamanan dan kerahasiaan sering membatasi oposisi.

3. Interest influencer, dalam sistem tertutup Interest influencer beroperasi melalui Partisan influncer dan Bureaucratic influencer secara rahasia dan membuat peran mereka dalam menekan pengambil keputusa politik luar negeri bersifat sekunder, bebeda ketika dalam sistem terbuka, memiliki peran yang cukup besar karena diantara mereka memiliki kemampuan finansial atau dukungan publik untuk mempengaruhi kemampuan Partisan influncer dan para pengambil keputusan untuk berusaha dalam pemenangan pemilihan umum.

4. Mass influencer, memiliki dampak meskipun secara substansial iklim itu dibentuk oleh pengambil keputusan dan partisan influncers, itu jika dalam sistem tertutup, namun jika dalam sistem terbuka mampu memperoleh informasi yang sering menjadi dasar ketidak sepakatan terhadap para pengambil kebijakan politik luar negeri dan biasanya menimbulkan opini publik.

(41)

19

mampu mempengaruhi kebijakan politik luar negeri AS dalam menggunakan PMC dalam melakukan invasi ke Irak.

Policy influncer sistem sangat berpengaruh dalam arah kebijakan politik luar negeri AS. Banyak sekali kelompok-kelompok kepentingan yang mempengaruhi kebijakan politik luar negeri AS seperti kelompok PMC, organisasi AIPAC (American-Israel Public Affairs Committee) dan PNAC (Project for a American Century) yang gencar melakukan lobi-lobi politik untuk menyerang Irak.20

Dengan adanya kelompok-kelompok elit yang mampu mempengaruhi kebijakan politik luar negeri AS sebut saja kelompok elit yang kaya yang terkadang berbentuk millitary industrial complex, merupakan bisnis persenjataan dan jasa keamanan yang memiliki hubungan dekat dengan para elit politik dalam pemerintahan AS sehingga mampu mempengaruhi elit politik dalam pengambilan kebijakan politik luar negeri dan mendapatkan kontrak dalam invasi maupun pasca invasi yang sudah tentu mampu meraup keuntungan yang sangat besar. Dan menjadikan bisnis tetap berjalan meskipun dengan menalan banyak korban, sebut saja Halliburton memiliki hubungan dekat dengan Goerge W.Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney merupakan dua nama besar yang sekaligus mantan CEO Halliburton.

Namun dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada Bureaucratic influencer dan Interest influencer. Bureaucratic influencer adalah beberapa individu atau organisasi dalam lembaga pemerintah yang membantu para

20

(42)

20

pengambil keputusan dalam menyusun dan melaksankan kebijakan luar negeri. Sehingga pada saat Bush memimpin Amerika banyak melibatkan birokrat pada masa kepemimpinannya untuk membantu dalam perumusan kebijakan penggunaan PMC dalam invasi ke Irak yang berada di Departemen Pertahanan , Pentagon dan Departemen Luar Negeri.

Interest influencer merupakan sekelompok individu yang bergabung bersama melalui serangkaian kepentingan yang sama, yang belum cukup untuk menjadi dasar bagi aktifitas kelompok, namun dibutuhkan untuk menyerahkan sumber-sumber untuk mendapatkan dukungan dari policy influencer yang lainnya, dalam hal ini adalah PMC sebagai kelompok kepentingan yang tidak mampu berdiri sendiri tanpa adanya dukungan dari policy influencer yang lainnya yaitu dukungan dari Bureaucratic influencer, dalam hal ini lah yang ingin peneliti dalami yaitu keterkaitan policy influencer yang mempengaruhi penggunaan PMC dalam invasi Amerika Serikat ke Irak.

1.4.2.2Military Industrial Complex

Gagasan tentang Military Industrial Complex (MIC) ini muncul dan di utarakan oleh Dwigh Eisenhower pada tahun 1961 mantan seorang militer dan presiden AS, MIC adalah sebuah rangkaian kerjasama strategis yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, perbankan, industri pertahanan, pensiunan dan analis studi strategis, yang terikat dalam sebuah skema pembagian peran. Untuk Negara Elang21 khususnya, MIC bertujuan mempertahankan ketergantungan akan

21

(43)

21

teknologi dan perangkat persenjataan, mempengaruhi orientasi pertahanan dan keamanan Negara, termasuk menciptakan kader elite pertahanan dan keamanan yang memprioritaskan pembelian perangkat perang dari Negara Elang.22

Setidaknya MIC ini menekankan bahwa kebutuhan membangun militer lebih maju dan berkembang dalam kerangka industrialisasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menangkap tantangan keamanan dimasa depan, MIC merupakan industri perang dingin yang spesifik, terstruktur dan penekanan terhadap perdangan ini ditentukan oleh kebijakan pemerintah dengan aturan yang rumit mengenai peraturan kontrak, adanya hubungan dekat antara kontraktor dan eksekutif pengadaan senjata militer.

Dengan berakhirnya perang dingin berdampak pada MIC berbagai pemotongan dan pemangkasan dalam permintaan senjata dan pemotongan dan pengurangan pengeluaran militer dalam perdagangan, ditambah lagi dengan adanya praktek kompetitif kekuatan MIC dibanyak Negara semakin berkurang, namun belanja militer mulai berkembang laki pada tahun 1999 dan meningkat tajam pada pertengahan 2001 dengan isu pada perang teroris, selain itu juga ada perubahan dalam perang yaitu dengan adanya perang yang didanai serta memperkenalkan fleksibilitas untuk pengadaan senjata dan mengurangi pengawasan dari kongres. Hal ini semakin memperkuat kedudukan MIC dalam

politik dan budaya dalam negeri dan ; d) kemampuan mempengaruhi isu-isu besar dunia melalui jaringan koalisi diplomatic dan aliansi militer yang dipimpinnya.

22

Teuku Rezasyah, Politik Luar Negeri Republik Indonesia: Dari Prespektif Ideal Hingga Praktis

(44)

22

perdagangan militer dan memperkuat hubungan antara militer dan industri senjata di AS.23

Konsep MIC yang dapat terlihat stabil adalah dengan adanya ekspansi yang signifikan dengan menyediakan jasa militer secara langsung didaerah konflik dan memberikan pendapatan yang tetap dan semakin berminta terhadap konflik bersenjata.

Basis industri pertahanan mulai melihat berbagai restrukturisasi dan konsentrasi yang cukup diberbagai dunia, dengan adanya dominasi AS dan Inggris dan AS dan Eropa mengembangkan hubungan dengan kontraktor telah berubah menjadi sistem integrator, outsourcing, nasional dan internasional. Dengan demikian muncul pemain-pemain baru dalam industri militer tetapi industri militer yang lama juga masih tetap bertahan dan semakin dominan dengan keahlian dibidang baru, akan tetapi hubungan antara pemerintah, perusahaan militer, militer dan legislator masih melemah, karena itu adalah logika politik untuk mengatur dan mengontrol pasar senjata internasional.

Konsep MIC dikembangkan oleh teoritisi elit berdasar atas pengamatan perpolitikan dalam penentuan kebijaksanaan militer luar negeri AS dari pengamatan inilah dihasilkan eksplanasi misalnya keterlibatan AS dalam perang Vietnam, karena AS sangat agresif melibatkan diri dalam perang tersebut maka teoritisi menelaah siapa saja yang terlibat dalam proses pembuatan keputusan tentang masalah pertahanan, lalu mereka mendapatkan adanya koalisi elit yang

23

J Paul Dunne, Elisabeth Sköns, The Military Industrial Complex, Department of Economic, British University In Egyp, Cairo and University of The West Of Enggland, Bristol, dan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) Hal.13 diakses melalui

(45)

23

kuat yang selalu mendukung peningkatan anggaran belanja pertahanan. Koalisi elit ini adalah para jendral dalam angkatan bersenjata dan dalam Departemen Pertahanan, para birokrat sipil dan anggota kongres yang pro terhadap politik luar negeri yang menekankan kekuatan militer. MIC ini diikat kuat oleh kepentingan yang sama yaitu peningkatan anggaran belanja militer yang didukung oleh kekuatan lobi dari elit politik yang ampuh dan hampir selalu berhasil menembus kongres. Dalam hal ini tentunya kelompok elitlah yang bertanggung jawab atas haluan politik luar negeri suatu Negara, dan keanggotaan dalam kelompok elitlah yang menentukan perilaku para individu yang terlibat di dalamnya.24

Elit politik yang terlibat didalam penggunaan jasa militer swasta ini tentunya dipengaruhi oleh kelompok elit lainnya, dalam hal penggunaan PMC dalam invasi AS ke Irak elit politik menuduh Irak memiliki senjata pemusnah masal yang mengancam ketertiban keamanan dunia jika senjata itu digunakan, lobi-lobi pun dilakukan demi pengakuan akan hal tersebut benar adanya walaupun dalam dalam kenyataannya hal tersebut tidak benar.

Kekuatan elit dalam penyerangan ke Irak adalah Bush dan Cheney berusaha mendapatkan dukungan dari PBB untuk perang terhadap Irak dengan mengumunkan adanya keterkaitan antara Saddam dengan Al Qaeda, dan waktulah yang menunjukkan bahwa Saddam tidak ada kaitannya dengan Al Qaeda.25

Pada tahun 1992 pasar penjualan senjata sebesar 56,8% merupakan pasokan senjata dari AS, dalam penjualan senjata ini dilakukan oleh pemerintah,

24Mohtar Mas’oed, 1989,

Studi Hubungan Internasional tingkat analisis dan torisasi, Yogyakarta : Pusat Antar Universitas – Studi Sosial Universitas Gadjah Mada, hal. 58-59.

25

(46)

24

juga lebih didominasi oleh kelompok-kelompok industri senjata atau lebih dikenal sebagai Military Industrial Complex (MIC) dan MIC ini merupakan kelompok kepentingan yang paling berpengaruh dalam penjualan senjata. MIC telah masuk dalam politik AS pada tahun 1961 ketika presiden AS Dwight D. Eisenhower yang menegaskan bahwa AS ada kecenderung pada MIC dan AS sedang menciptakan industri persenjataan permanen dalam jumlah yang besar . MIC memiliki dampak penting atas politik luar negeri AS, karena Departemen Luar Negeri menempati posisi terdepan dalam staf, anggaran dan pengaruh. Namun semenjak Perang Dunia II Departemen Pertahanan lebih memiliki peran yang penting dan memiliki posisi terdepan menggeser Departemen Luar Negeri AS yang menjadi sebuah kelompok kepentingan yang kuat dan lobi-lobi industri militer.26

Lobi-lobi militer ini memiliki kelompok kepentingan yang besar dan meiliki jumlah 41 organisasi swasta yang orientasinya adalah industri militer yang bebas pajak dengan anggota gabungan dan memiliki 6 juta orang yang beberapa orang diantaranya tergabung lebih dari satu organisasi, anggaran operasi tahunan yang dimiliki sebesar hampir 16 juta US dolar. 27

Sebagai kelompok kepentingan dan kelompok lobi, MIC merupakan pembela bagi anggaran militer yang tinggi, juga berusaha mempertahankan eksisitensinya dalam mempertahankan industri militer agar terus berlangsung dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, MIC berusaha agar permintaan persenjataan terus mengalir guna menopang anggran militer dalam negara tetap

26

Sidik jatmiko, 2000, AS penghambat demokrasi, membongkar politik standar ganda Amerika Serikat, Yogyakarta, BIGRAF Publishy, hal. 169

27

(47)

25

tinggi. Menurut Robert J. Hukshorn Dalam mencapai kepentinganya, MIC sebagai kelompok kepentingan memiliki sifat sebagai berikut :

1. Terdiri atas orang-orang yang memiliki perhatian khusus dan tertarik mengkonsentrasikan perhatian mereka kepada satu atau sedikit saja persoalan kebijakan umum.

2. Bekerja untuk mempengaruhi pejabat Negara dalam rangka mengimplementasikan atau mencapai tujuan.

3. Dianggap sebagai perkumpulan swasta di luar saluran resmi pemerintah.28

Dalam jenis pengaruh memiliki dua jenis pengaruh yaitu legitimasi dan reward coercion, dengan demikian MIC merupakan kelompok yang mempengaruhi, dalam hal ini pengaruh yang diberikan oleh MIC merupakan pengaruh reward coercion yaitu besarnya pengaruh dapat diukur dari kapasitas yang didasarkan sumber daya sang aktor yang mempengaruhi.

Melihat begitu besarnya pengaruh dan memliki keuntungan yang besar, pemerintah dan kongres AS sulit melepaskan diri dari pengaruh lobi MIC, mengingat kuatnya lobi MIC dan melihat AS sebagai Negara berteknologi tinggi dan maju menghasilkan senjata yang canggih dan diekspor ke luar negeri baik mereka yang sedang berperang maupun tidak merupakan sebagian dari kepentingan ekonomi AS itu sendiri.

Dalam usaha untuk mengekspor persenjataan ini bukan berarti mengisyaratkan untuk berperang melainkan sebagai upaya mendorong

28

(48)

26

peningkatan ekspor ke luar negeri agar semakin meningkat, dalam hal ini dengan adanya kondisi ketidakstabilan sebuah Negara yang berpotensi konflik ini merupakan pasar yang baik untuk mengekspor persenjataan walaupun keadaan Negara tersebut sedang bersitegang yang berpotensi konflik. Hal ini memiliki tujuan agar pemasukan miliaran dolar agar tercapai dari usaha ekspor persenjataan tersebut dengan tidak memandang potensi kekayaan Negara tersebut.

Bagi Negara yang kaya raya dapat mengajukan daftar belanja untuk menikmati persenjataan yang canggih dan mampu membayarnya dengan tunai, tetapi berbeda bagi Negara yang miskin terpaksa mereka harus berhutang agar memperoleh pasokan persenjataan yang mereka perlukan, namun untuk menghindari dari eksploitasi persenjataan yang mencolok maka pemerintah AS

menjadikan ekspor persenjataan sebagai “bantuan luar negeri” untuk Negara -negara miskin. Dengan demikian ekspor persenjataan terpenuhi dan anggaran militer semakin tinggi yang mampu meningkatkan sumber daya ekonomi yang tinggi agar bisa dimanfaatkan sebagai kesejahteraan masyarakat.

(49)

27

Tentunya dari bisnis persenjatan ini tidak terlepas dari Negara yang sedang berkonflik sebut saja perang teluk II, dari perang ini banyak sekali perusahaan senjata yang ikut ambil andil dalam bisnis persenjataan, ada kurang lebih dari 13 perusahaan persenjataan yang menyuplai persenjataan dalam perang teluk II.29 Belum lagi Negara Negara yang sedang konflik lainnya seperti perang saudara di Afrika, perang Irak, konflik di Suriah, Libya dan lain lain. Dan kelompok MIC dapat dikakatan sebagai kelompok yang mengambill keuntungan di atas penderiataan orang lain.

Potensi konflik selalu terbuka dengan demikian semakin banyak peluang usaha yang akan di dapat oleh perusahaan industri militer dari konflik tersebut, dalam pengamatan Peter F. Drucker yang seorang pengamat dan sekaligus penulis kritis tentang perang memiliki analisis yang menarik tentang keamanan abad modern ini, ia menegaskan bahwa perang adalah bagian terpenting dari pembentukan masyarakat industrial saat ini karena terjadinya perang inilah yang akan membentuk struktur masyarakat industri perang modern merupakan perang industrial dimana kekuatan industri-industri bukan hanya sebagai kekuatan pendukung melainkan kekuatan induk yang melakukan peperangan.30

Pada masa modern saat ini MIC tidak hanya menyuplai persenjataan militer saja namun dari menyuplai bahan makanan dan perlengkapan lainya merupakan jenis bisnis yang mulai berkembang, hingga memberikan tawaran penyedia layanan jasa pengawal atau bodyguard bagi tokoh-tokoh peting yang harus mendapatkan keamanan yang khusus.

29

Ibid hal 181

30

(50)

28

Namun pada tahun 1961 Presiden Eisenhower telah memberikan peringatan bahwa penggabungan antara pengadaan militer dan kompleks industri militer secara bersar-besaran bisa memberikan ancaman bagi pemerintah demokrastis serta keamanan dan perdamaian dunia, karena kompleks industri militer merupakan kekuatan untuk memprioritaskan hubungan dalam negeri dan luar negeri. Selain itu anggaran dana yang begitu besar akan dialihkan dari program-program sosial untuk menyokong tambahan senjata dan keutungan yang besar mencapai miliaran dolar serta resiko dari ribuan lapangan pekerjaan, semakin memberikan pengaruh yang besar bagi industri militer karena bagi perusahaan industri militer memiliki keuntungan bagi dirinya sendiri dalam perselisihan dunia bukan dalam perdamaian.

1.4.2.3PMC

Private Military Company, pasca perang dingin tahun 1980an PMC mengubah jati diri menjadi terstruktur. Menjadikan peluang-peluang bisnis menjadi terbuka dengan penyediaan layanan keamanan dan tidak langsung sebagai bantuan militer, dalam perkembangannya PMC maju dengan pesat dari pendapatan bisnis ini mencapai lebih dari 30 triliun dollar pertahun.31

Dalam priode modern yang mengatur dalam regulasi tentang perang dan persenjataan kecenderungan bebagai Negara untuk memperkuat militer berubah kearah memperkuat ekonomi dan industri, pada titik inilah yang akan memunculkan berbagai usaha jasa penyewaan tentara bayaran, yang pada umumnya anggota tentara bayaran merupakan tentara yang telah habis masa dinas

31

(51)

29

militernya atau tentara yang terpakasa dikeluarkan karena sanksi, biasanya personel dalam tentara bayaran ini adalah bahwa mereka merasa masih layak berdinas dalam ketentaraan atau mereka juga memiliki bajat dan keahlian khusus dalam duia kemiliteran, tentara bayaran lebih mengedepankan penghasilan atau upah, karena upah yang mereka peroleh lebih tinggi dari pada sewaktu mereka berdinas di institusi kemiliteran.32

Awal mula menjamurnya PMC di dunia adalah ketika Uni Soviet runtuh dan terjadi pemangkasan terhadap personel tentara NATO yang awal mulanya sekitar berjumlah 1,5 juta di pangkas menjadi setengahnya dari jumlah tersebut menjadi 750.000 personel, dan ini menambah potensi permasalahan tersendiri bagi tentara yang diberhentikan, oleh sebab itu pemerintah AS menganggap perlu adanya wadah yang menampung mereka dan wadah yang di maksud adalah PMC.33

PMC sendiri memiliki peralatan yang lengkap bahkan memiliki kawasan khusus sebagai markas PMC dan pusat latihan bagi onggota PMC, lahirnya PMC di AS tidak terlepas dari peranan pejabat tinggi pemerintahan AS sendiri dan petinggi militer AS, PMC yang terkenal di AS adalah Halliburon, yang pernah di pimpin oleh Dick Cheney dan setelah itu menjabat sebagai wakil presiden di era George Bush, dan Halliburton merupakan PMC kelas dunia dan mendapatkan tempat paling istimewa dalam pemerintahan AS,34 pemerintah AS mati-matian mempertahankan PMC karena dari usaha pelayanan jasa keamanan atau tentara

32

Wirawan Sukarwo, 2009.Tentara Bayaran AS Di Irak : Sebuah Konspirasi Neoliberal AS Untuk Memimpin Dunia, Jakarta: Gagasmedia.

33

Ibid, hal. 53 34

(52)

30

bayaran ini mendatangkan income yang sangat besar dan bahkan dalam konflik-konflik bersenjata dikawasan tertentu mereka adalah perusahaan yang besar dan penuh dengan titipan kepentingan-kepentingan tertentu yang tentunya akan membawa keuntungan yang besar. Bahkan Blackwater perusahaan jasa pelayanan militer yang baru berdiri ditahun 1997 telah memiliki lahan yang seluas 6.000 meter persegi di Moyok, Carolina Utara dan melatih 40.000 orang tiap tahunnya, bahkan Halliburton mendapatkan dana tambahan dari Dick Cheney sebesar 2.5 milliar dollar untuk mendirikan markas elit di sebuah kawasan yang dirahasiakan. Dan ini merupakan sebuah bisnis yang tentunya mampu untuk meraih income yang cukup besar dan sangat menggiurkan.

Tidak hanya AS saja yang memiliki tentara bayaran Inggris dan Afrika Selatan juga memiliki organisasi yang keras ini, Inggris memiliki Sandline International sebagai PMC yang tangguh dan Afrika Selatan yang dibantu dan didukung oleh AS dan Inggris memiliki Executife Outcome35.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penulis mencoba menganalisa dan mencari penjelasan secara jelas dan konkret mengenai faktor-faktor penggunaan PMC ( Private Military Company) di Irak dan dampak dari keterlibatan tentara bayaran, serta politik luar negeri AS dalam menggunakan PMC dalam invasi militer ke Irak.

35

Gambar

Table 1.1 Posisi Penulis
Gambar I.I Diagram teori pengambilan kebijakan politik luar negeri

Referensi

Dokumen terkait

Terlepas  dari  semua  itu ,  penelitian  ini  mencoba  untuk  mendeskripsikan  peran   non­state  actor   seperti  korporasi  dalam  kebijakan  luar  negeri 

[r]

[r]

Dewan Keamanan adalah terdiri dari 5 anggota tetap yang mempunyai. Hak Veto yakni Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Perancis, dan Cina, 10 anggota tidak tetap yang dipilih untuk masa

Many of the authors who have written on the legal issues arising out of the United States' armed actions against Iraq in the decade following Operation Desert Storm have disagreed

terhadap tentara bayaran Amerika Serikat dalam konflik bersenjata di Irak dan. menyusun skripsi sebagai syarat mendapatkan

Upaya Amerika Serikat untuk mengusir Irak dari Kuwait tidak akan berhasil tanpa dukungan PBB, karena Amerika membutuhkan mandat dari Dewan Keamanan PBB untuk melancarkan

Dalam masa kampanye Obama mengatakan akan memperbaiki image Amerika Serikat dari yang semulanya bisa dibilang pemerintahan yang warmongering menjadi pemerintah yang