• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh American Israel Public Affairs Committee(AIPAC) dalam kebijakan luar negeri amerika serikat terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh American Israel Public Affairs Committee(AIPAC) dalam kebijakan luar negeri amerika serikat terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH

AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE

(AIPAC)

DALAM KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP

INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK PADA TAHUN 2003

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial

oleh

Muhammad Zubir

NIM: 106083003662

PROGRAM STUDI HUBUNGAN

INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang pengaruh American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Pokok permasalahan yang diangkat adalah peran kelompok penekan (pressure group) AIPAC dalam memengaruhi lembaga eksekutif (presiden) dan legislatif (kongres dan senat) terkait rencana invasi AS ke Irak. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pembuatan keputusan (decision making), teori kebijakan luar negeri dan konsep kelompok penekan (pressure group).

Penulis menemukan fakta dalam menganalisis permasalahan yang diangkat, bahwa AIPAC berperan aktif dalam mengarahkan proses kebijakan yang ditujukan terhadap presiden dan anggota kongres. Hal ini dibuktikan dengan dukungan yang diberikan kongres kepada presiden terkait rencana invasi ke Irak dengan disahkan Resolusi H.J Res 114 (Public Law 107-243). Selain itu, AIPAC melalui media yang dikontrolnya seperti Fox News, CNN, dan Near East Report berhasil menciptakan opini publik di dalam masyarakat AS. Opini publik itu berupa kepemilikan WMD (Weapon of Mass Destruction) atau senjata pemusnah massal Irak yang berbahaya bagi perdamaian dunia dan Irak ikut terlibat dalam serangan teroris yang dilakukan terhadap AS pada 11 September 2001.

Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Lebih lanjut penulis menggunakan data sekunder berupa studi kepustakaan seperti buku, jurnal, majalah, media massa, penelitian dan temuan lainnya.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayat-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam bagi junjungan kita nabi Muhammmad SAW, sebagai suri tauladan kehidupan kita sehari-hari. Skripsi dengan judul “Pengaruh

American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) Dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun

2003”, disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak sekali kelemahan, baik dari segi substansi maupun metodelogi penelitian. Rangkaian perjalanan yang tidak singkat telah penulis lalui dalam penyelesaian skripsi ini, berbagai hambatan juga tak luput menemani. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, Ayahanda Imfarian Hasan dan Ibunda Zubaedah yang selalu memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Selain itu pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bahtiar Effendy, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

vi

3. Agus Nilmada Azmi, M.Si. selaku Sekertaris Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.

4. Kiky Rizky M.si. selaku dosen pembimbing. Terima kasih untuk ilmunya, saran dan arahannya sehingga skripsi ini terselesaikan.

5. Nazaruddin Nasution, MM. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas semua saran, dan nasehatnya.

6. Drs. Armein Daulay, M.si. selaku dosen pengajar Ilmu Politik yang banyak memberikan saran dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Friane Aurora, M.si. Terima kasih saran dan second opinion nya bu.

8. Adian Firnas, M.si. selaku dosen pengajar Ilmu Politik Barat yang banyak mengilhami penulis mendalami tentang Politik Barat khususnya Amerika Serikat.

9. Rahmi Fitriyani, M.Si. yang bersedia meluangkan waktu untuk bertukar pikiran dan memberikan semangat untuk penyelesaian skripsi ini.

10.Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. Kenangan belajar bersama Bapak/Ibu Dosen akan selalu terpatri dalam hati penulis selamanya.

(8)

vii

Baskoro dan Ibu Mulyati yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Adikku tercinta, Rita Risnawati, dan Ratna Mutia yang selalu memberikan dukungannya.

13.Alm. Nurdiansyah, semangat dan perjuanganmu akan selalu akan kami kenang mas Nur.

14.Sahabat seven soul yang terdiri dari Rifki (Bojay), Ibnu (Boker), Shinta, Ola, Nadya dan Prila, kalian sahabat-sahabat teraneh dan terlucu sepanjang masa. 15.Untuk para teman-teman bimbingan: Rifki, Benardy, Ibnu, Ola, Ane, Maya,

Iyul Yanti, Astrid. Bagi yang sudah lulus semoga kariernya makin sukses sedangkan bagi yang belum terus semangat.

16.Untuk angkatan HI 2006, Viky, Ade Hernando, Wibi, Insan (Mucur), Ikbal (Jawa), Mamduh, Kendari, Cikal, Agus Firmansyah, Umam, Fikri, Kawe, Adnan, Nanda, dll-nya,,semoga ikatan persahabatan kita terus terjalin ya. Untuk angkatan 2007 dan 2008 senang berkenalan dengan kalian semua. 17.Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun

tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Terima kasih atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan.

Jakarta, 2 November 2011

(9)

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 4

C. Kerangka Pemikiran ... 4

D. Metoda Penelitian ... 14

E. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) SEBAGAI KELOMPOK PENEKAN A. Sejarah Terbentuknya AIPAC ... 18

B. Prinsip atau Ideologi AIPAC ... 19

C. Tujuan Lobi AIPAC ... 20

D. Struktur AIPAC ... 21

E. Sumber Daya AIPAC ... 23

F. Strategi AIPAC ... 27

G. Aktivitas AIPAC ... 29

(10)

ix

I. Isu yang Menjadi Fokus Utama AIPAC ... 35

J. Target dan Sasaran AIPAC ... 36

K. Keberhasilan dan Kegagalan Lobi AIPAC ... 38

L. Tokoh-Tokoh AIPAC ... 41

BAB III INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003 A. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat tentang Invasi ke Irak Tahun 2003 ... 44

B. Sumber-Sumber yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Invasi ke Irak Tahun 2003. 55 C. Sikap Pro dan Kontra terhadap Kebijakan Invasi Amerika- Serikat ke Irak Tahun 2003 ... 61

D. Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 ... 63

BAB IV PENGARUH AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) DALAM KEBIJAKAN INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003 A. Pengaruh AIPAC terhadap Formulasi Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak ... 67

B. Lobi dan Kepentingan AIPAC terhadap Presiden Bush Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 1. Hubungan Presiden Bush dengan AIPAC ... 69

2. Bentuk Lobi AIPAC terhadap Presiden Bushpada Invasi ke Irak Tahun 2003 ... 71

(11)

x

C. Lobi dan Kepentingan AIPAC terhadap Kongres Amerika Serikat

1. Hubungan Kongres dengan AIPAC ... 74 2. Bentuk Lobi AIPAC terhadap Kongres ... 75 3. Reaksi Kongres terhadap Lobi AIPAC ... 76 D. Kontrol AIPAC terhadap Media Massa Dalam Negeri dan

Luar Negeri Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003.

1. Bentuk Kontrol AIPAC terhadap Media ... 77 2. Pemberitaan Media Massa Milik Yahudi terhadap

Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 ... 78 3. Reaksi Masyarakat Amerika Serikat Atas Pemberitaan

Media Massa ... 81

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

(12)

xi

Daftar Singkatan

9/11 : Waktu serangan Teroris terhadap Amerika Serikat AIEF : American Israel Education Foundation

AIPAC : American Israel Public Affairs Committee AS : Amerika Serikat

AWACS : Airbone Warning and Control System BBC : British Broadcasting Corporation

CAMERA : Committee for Accurancy in Middle East Reporting in America CGES : Center Globe Energy Studies

CIA : Central Intelligence Agency CNN : Cable News Network

CPMJO : The Conference of President of Major American Jewish Organizations CRP : Center for Responsive Politics

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

FECA : The Federal Election Campaign Act FRLA : The Federal Regulation of Lobbying Act

G-7 : Negara-negara yang tergabung dalam negara maju HAM : Hak Asasi Manusia

HAMAS : Harakah al-muqawamah al-islamiyah IAEA : International Atomic Energy Association ITN : Independent Television Network

JCPA : The Jewish Council for Public Affairs

JINSA : Jewish Institute for National Security Affairs KEMHAN : Kementerian Pertahanan

MOSSAD : Dinas Intelijen dan operasi khusus Israel

OPEC : Organization of Petroleum Exporting Countries OSP : Officer for Special Plans

PACs : Political Action Committees PM : Perdana Menteri

PNAC : Project for the New American Century U.S.A : United States America

UMNOVIC : United Nations for Monitoring, Verification, and Inspection Commission WINEP : Washington Institute for Near Policy

WMD : Weapon of Mass Destruction WTC : World Trade Center

(13)

xii

Daftar Lampiran

Lampiran I : Pidato Kenegaraan George W. Bush

Lampiran II : Hasil Voting di Dalam Kongres Terkait Invasi Amerka Serikat ke Irak

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 11 September 2001 publik Amerika Serikat (AS) dikejutkan oleh serangan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap World Trade Center (WTC) dan gedung Kementerian Pertahanan (Pentagon) dengan menggunakan pesawat komersil. Peristiwa serangan itu dikenal dengan sebutan “9/11” yang menandakan tanggal dan bulan penyerangan tersebut.1 Korban dalam serangan terhadap gedung kembar WTC diperkirakan tiga ribu orang.2 Peristiwa ini diklaim oleh Presiden Bush adalah serangan yang dilakukan oleh para teroris yang terorganisasi dan ingin mengganggu perdamaian dunia. Presiden Bush pun mengatakan akan memerangi segala bentuk terorisme (war on terrorism)3 tersebut.

Peristiwa 9/11 memicu Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk memerangi segala bentuk terorisme internasional. Terorisme internasional menurut Central Intelligence Agency (CIA) sebagai “Terrorism conducted with the support of foreign government or organization and / or directed against foreign nationals, institutions, or government”. (Terorisme yang dilakukan atas

1

Sebutan 9/11 berarti angka 9 adalah Bulan September sedangkan angka 11 adalah tanggal peristiwa itu terjadi.

2

James Petras, The Power of Israel in USA, “Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia

(Jakarta: Zahra, 2008), h. 133.

3

War on terorrism merupakan salah satu isi pidato kenegaraan Presiden Bush pada tanggal 29 Januari 2002 yang yang berjudul “Three Great Goal for America”. (Lihat lampiran 1.).

(15)

dukungan suatu pemerintah atau organisasi asing dan atau diarahkan untuk melawan nasional, institusi atau pemerintahan asing).4

Perang yang dilakukan oleh AS untuk memerangi terorisme telah menjatuhkan rezim Taliban di Afghanistan dan Irak di Timur Tengah. Faktor eksternal yang menjadi alasan penyerangan ke Irak, bahwa Saddam Hussein merupakan diktator dan diasumsikan memiliki hubungan dengan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.5 Di samping itu Irak dituding Presiden Bush mempunyai Weapons of Mass Destruction (WMD) atau senjata pemusnah massal. Sikap Amerika Serikat terhadap Irak sudah terlihat dari pidato kenegaraan pertama (state of the union address) George Walker Bush pada tanggal 29 Januari 2002 sebagai presiden Amerika Serikat ke-43 (Lampiran 1). Dia mengemukakan beberapa negara dengan predikat Axis of Evil (Poros Setan). Negara-negara itu adalah Irak, Iran, dan Korea Utara.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS melakukan invasi ke Irak adalah adanya lobi AIPAC dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS.6 Berdasarkan fungsinya lobi Yahudi terbagi menjadi

4

Noam Chomsky, Menguak Tabir Terorisme Internasional (terj.), (Bandung: Mizan, 1991), h. 90.

5

Osama bin Laden adalah putra ke 17 dari 52 anak seorang pengusaha kaya asal Arab Saudi yang bernama Mohamed bin Laden. Mohamed bin Laden adalah seorang kontraktor dan pebisnis properti kaya raya. Osama meraih gelar sarjana ekonominya dari Universitas King Abdul Aziz, Jeddah. Osama dipercaya oleh bapaknya untuk menjadi manajer di perusahaan keluarganya. Kekayaan dari hasil bisnis yang melimpah dimanfaatkan Osama untuk membantu Afghanistan melawan Uni Soviet pada tahun 1984 dengan membentuk lembaga dakwah dan kamp militer Farouk untuk merekrut sukarelawan Afghanistan dan mancanegara. Saat itu Amerika Serikat ikut terlibat dengan membantu Osama dalam memerangi pasukan pendudukan Uni Soviet di Afghanistan. Ketika terjadi serangan 11 September 2001 terhadap WTC dan Pentagon, pemerintah AS menuduh Osama bin Laden adalah pelaku utama di balik serangan tersebut. (Lihat Harian Kompas edisi 3 Mei 2011, judul: Biografi Osama dan Tewasnya Osama bin Laden)

6

(16)

dua, yaitu formal dan informal.7 Lobi formal adalah lobi yang dilakukan kepada Kongres dan kekuasaan eksekutif AS. Contohnya adalah lobi yang dilakukan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) atau Komite Aksi Politik Amerika Israel. Sedangkan lobi informal adalah lobi yang terdiri dari individu atau kelompok non-Yahudi yang mendukung posisi Yahudi Amerika dan Israel. Contohnya organisasi mahasiswa, buruh, penulis, pengusaha, dan media massa.8

Hasil jajak pendapat nasional yang dilakukan oleh Zogby International atas nama Council for the National Interest pada bulan Oktober 2006, menunjukkan 39% responden mengungkapkan keyakinan mereka, bahwa lobi Yahudi yang dilakukan terhadap kongres dan pemerintahan Bush telah menjadi faktor kunci dalam keputusan penyerangan ke Irak.9

AIPAC merupakan kelompok kepentingan yang aktif secara politik yang disebut kelompok penekan.10 Hasil survei majalah Fortune (1997) mengenai pengaruh kelompok penekan, AIPAC menempati urutan ke dua setelah American Association of Retired Persons (AARP) atau Asosiasi Pensiunan Masyarakat Amerika sebagai kelompok lobi yang paling berpengaruh di AS.11 Tujuan utama AIPAC adalah menjalin kerjasama antara AS dan Israel. AIPAC merupakan pendukung gerakan zionisme dan memiliki hubungan istimewa dengan Partai

7

Artanto Salmoen Wargadinata, “Nilai-Nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi: Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Kemajemukan Budaya dan Pilihan Nilai-Nilai Budaya Sakral dalam Isu Fungsi Israel bagi Kepentingan Amerika Serikat”. (Tesis S2 Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1995, h. 47).

8

Ibid, h. 47-52.

9

Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)h. 14.

10

Leonard Freedman, Power and Politics in America (USA: Harcourt College Publishers, 2000), h. 71

11

(17)

Likud pimpinan Benyamin Netanyahu yang pernah menjadi Perdana Menteri Israel.12

Negara Israel yang merupakan salah satu sekutu AS di Timur-Tengah. Oleh karena itu menjadi kepentingan bagi AS untuk melindungi Israel dari berbagai ancaman. Kepentingan AS ini dibuktikan dengan memberikan bantuan luar negeri kepada Israel baik ekonomi dan militer. Terhitung sampai 2005, bantuan langsung Amerika Serikat kepada Israel hampir 154 miliar dollar yang sebagian besar diantaranya dalam wujud hibah dan bukan pinjaman.13 Selain bantuan ekonomi dan militer, AS juga memberikan bantuan diplomasi kepada Israel antara tahun 1972 sampai 2006 dengan memberikan hak vetonya terhadap 42 resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait dengan Israel.14

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang menjadi acuan penelitian ini adalah:

Bagaimana pengaruh lobi American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) dalam kebijakan invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003?

C. Kerangka Pemikiran

Untuk menganalisis penulisan ini, maka penulis akan menggunakan teori Pembuatan Kebijakan (Decision Making). Selanjutnya penulis juga menggunakan

12

Benyamin Netanyahu pernah terpilih menjadi Perdana Menteri Israel pada tahun 1996-1999. Netanyahu mencalonkan diri lagi pada tahun 2009 dari Parati Likud dan memenangkan pemilu dari lawan politiknya Tzipi Livni dari Partai Kadima. (Lihat Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush, Jakarta: Mizan Republika, 2006, h. 71).

13

Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel. h. 36.

14

(18)

teori kebijakan luar negeri menurut James N. Rossenau dan K.J Holsti yang akan digunakan dalam menganalisis kebijakan AS melakukan invasi ke Irak tahun 2003. Selain itu konsep kelompok penekan (pressure group) dan konsep pelobi domestik yang terdapat dalam undang-undang AS yang dikenal dengan The Federal Regulation of Lobbying Act of 1946 (FARA 1946). Konsep kelompok penekan dan konsep pelobi domestik digunakan untuk menganalisis pengaruh AIPAC dalam pemerintahan George W. Bush terhadap invasi AS ke Irak tahun 2003.

Teori Pembuatan Keputusan (Decision Making)

Menurut Richard Snyder dkk mengemukakan bahwa berbagai faktor internal dan eksternal mempengaruhi perilaku politik luar negeri suatu negara.15 Asumsi dasar bahwa tindakan internasional dapat didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh unit-unit domestik yang diakui, dimana para pemimpin negara (baik individu maupun kelompok) bertindak sebagai aktor-aktor utama dalam proses pengambilan keputusan tersebut.16

Selain itu William D. Coplin mengemukakan mengenai teori pembuatan keputusan adalah:

“…Apabila kita akan menganalisa kebijakan luar negeri suatu negara, maka kita harus mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat

kebijakan luar negeri. Dan salah besar jika menganggap bahwa para pemimpin negara (para pembuat kebijakan luar negeri) bertindak tanpa pertimbangan

(konsiderasi). Tetapi sebaliknya, tindakan luar negeri tersebut dipandang sebagai

15

Snyder et.al. dalam Rosenau, James N. 1969. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory. New York: The Free Press, h. 199-205.

16

(19)

akibat dari tiga konsiderasi yang mempengaruhi para pengambil kebijakan luar

negeri…”.17

William D. Coplin menjelaskan tentang tiga konsiderasi sebagaimana yang telah disebutkan di atas, yaitu:18

Pertama, kondisi politik dalam negeri suatu negara termasuk faktor budaya yang mendasari tingkah laku politik manusianya.

Kedua, situasi ekonomi dan militer suatu negara tersebut, termasuk faktor geografis yang selalu menjadi pertimbangan utama dalam hal pertahanan dan keamanan.

Ketiga, konteks internasional, situasi di negara yang menjadi politik luar negeri serta pengaruh dari negara-negara lain yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

Berikut ini dapat digambarkan dalam skema pengambilan keputusan politik luar negeri menurut William D. Coplin.

Skema Pengambilan Keputusan Politik Luar Negeri

Sumber: William D. Coplin. Pengantar Politik Internasional: Telaah dan Teoritis, terjemahan: Marsedes Marbun, 2nd ed. (Bandung: Sinar Baru, 1992), h. 30.

17

(20)

Berdasarkan skema di atas dapat dijelaskan alasan AS melakukan invasi ke Irak pada tahun 2003. Tindakan tersebut dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: kondisi politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer, serta konteks internasional sangat berpengaruh terhadap pembuat keputusan dalam menentukan kepentingan luar negerinya.

1. Kondisi Politik Dalam Negeri

Kondisi politik dalam negeri pasca terjadinya tragedi 9/11 menjadi hal menakutkan bagi masyarakat AS. Kenangan akan serangan terhadap runtuhnya World Trade Center yang menewaskan kurang lebih tiga ribu orang19 menjadikan AS sebagai negara adikuasa melakukan kampanye perang melawan terorisme global. Hal ini dilakukan oleh AS untuk melakukan pencegahan tragedi yang serupa tidak terjadi lagi di masa yang akan datang. Presiden Bush pun melakukan perombakan terkait keamanan nasional AS dengan membentuk Homeland Security yang berfungsi dalam pencegahan teror terhadap AS.

2. Kemampuan Ekonomi dan Militer

AS merupakan negara adikuasa yang memiliki perekonomian yang kuat dan memiliki persenjataan yang canggih di dunia. Kemampuan perekonomian AS yang kuat disebabkan dalam perdagangan internasional menggunakan mata uang dollar. Secara tidak langsung AS mendapat keuntungan dari perdagangan internasional sehingga keuntungan tersebut digunakan untuk pengembangan IPTEK dan perkembangan senjata. Hasil perkembangan IPTEK dan persenjataan dapat dilihat dari buatan-buatan

19

James Petras, The Power of Israel in USA, “Zionis Mencengkeram Amerika dan Dunia

(21)

AS berupa Pesawat Tempur F-117, F-22, F-23, Helicopter Apache, Pesawat tanpa awak, Tank, Kapal Induk berbahan bakar nuklir, dan rudal jelajah Tomahawk.20

3. Konteks Internasional

Dalam konteks internasional posisi AS adalah sebagai negara adikuasa tunggal. Sebagai negara adikuasa tunggal AS merasa memiliki tanggung jawab dalam memerangi terorisme global. Hal ini terlihat dari invasi AS ke Afghanistan pada tahun 2001 untuk menggulingkan rezim Taliban serta demi menangkap Osama bin laden yang diduga dalang di balik Tragedi 9/11. Pada Maret 2003 Presiden Bush melakukan invasi untuk kedua kalinya yang ditujukan ke Irak, alasannya Irak memiliki keterkaitan dengan organisasi Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dan memiliki WMD (Weapon of Muss Destruction) atau senjata pemusnah massal.

Kebijakan Luar Negeri

Untuk memahami kebijakan luar negeri, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendefinisikan kebijakan luar negeri. Menurut Rossenau kebijakan luar negeri adalah “All the attitudes and activities through which organized nation societies seeks to cope with and benefit from international environment”,21 yaitu semua sikap dan aktivitas yang melalui itu masyarakat nasional yang terorganisasi berusaha untuk menguasai dan mengambil keuntungan dari lingkungan internasional.

20

Sayidiman Suryohadiprojo, Si Vis Pacem Para Bellum, Membangun Pertahanan Negara yang Modern dan Efektif ,(Gramedia Pustaka, Jakarta, 2005). h. 317.

21

(22)

Selanjutnya menurut Rossenau pembuatan keputusan kebijakan luar negeri di pengaruhi oleh lima sumber, yaitu: Individu (Individual), Peran (Role), Pemerintah (Government), Masyarakat (Social), dan Sistemik (Sistemic).22 Sumber Individu adalah semua aspek dari seorang pembuat keputusan (nilai, bakat, dan pengalamannya) yang membedakan pilihan-pilihan kebijakan luar negerinya atau perilakunya dengan pembuat keputusan lain. Peran merupakan semua sumber yang berkaitan dengan perilaku eksternal seorang pejabat yang berasal dari peran yang dimainkan dan yang terlepas dari karakteristik individunya. Sumber Pemerintah menjelaskan mengenai masukan-masukan yang diberikan oleh kongres kepada presiden untuk melakukan suatu tindakan yang dapat menyelamatkan negaranya dan memfokuskan kepada struktur dan proses dari sebuah pemerintahan. Masyarakat merupakan aspek-aspek bukan pemerintah (non-governmental) dari suatu masyarakat yang mempengaruhi perilaku eksternal, seperti orientasi nilai yang utama suatu masyarakat, tingkat kesatuan nasional dan perkembangan industrialisasinya. Sumber sistemik terdiri dari semua aspek-aspek bukan manusia dari lingkungan eksternal suatu masyarakat atau setiap tindakan yang terjadi di luar negaranya yang dapat mempengaruhi pilihan-pilihan yang dibuat pemerintahnya.

Setelah pemaparan mengenai sumber-sumber yang mempengaruh pembuatan keputusan kebijakan luar negeri, maka penulis akan menyimpulkan sumber individu dan peran akan digunakan dalam BAB III yang membahas sumber-sumber yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS tentang invasi AS ke Irak tahun 2003.

22

(23)

Selanjutnya menurut K.J Holsti kebijakan luar negeri merupakan seperangkat ide atau tindakan yang dibuat oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mendorong beberapa perubahan dalam kebijakan, tingkah laku atau tindakan dari negara lain, aktor-aktor non negara, ekonomi internasional atau lingkungan fisik dunia.23

Selanjutnya menurut K.J Holsti dalam pembuatan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor ekternal meliputi struktur sistem internasional, struktur perekonomian dunia, tujuan dan tindakan aktor-aktor lain, masalah regional dan global serta hukum internasional dan opini dunia.24 Sedangkan faktor internal (domestik) meliputi kondisi sosio-ekonomi, karakteristik geografi dan topografi, atribut nasional, struktur dan filosofi pemerintah, opini publik, dan birokrasi.25

Setelah pemaparan teori kebijakan luar negeri di atas, maka penulis menyimpulkan sistem internasional, sifat perekonomian dunia, tujuan dan tindakan aktor-aktor lain merupakan faktor eksternal yang dominan mempengaruhi kebijakan AS. Sedangkan kebijakan AS untuk menginvasi Irak dalam faktor internal penulis akan menganalisis berdasarkan kondisi sosio- ekonomi, struktur dan filosofi pemerintah, dan opini publik.

Menurut Charles W. Kegley, Jr. dan Eugene R. Wittkopf proses kebijakan luar negeri terdiri dari faktor input dan output.26 Faktor input terdiri dari eksternal sources (sumber eksternal), societal sources (sumber-sumber sosial),

23

K.J Holsti, International Politics: A Framework for Analysis 6th edition (New Jersey: Prentice-Hall International, Inc, 1992), h. 82.

24

Ibid, h. 271-274.

25

Ibid, h. 275-285.

26

(24)

governmental sources (sumber pemerintahan), role sources (sumber peran), dan invidual sources (sumber invidu). Sedangkan output adalah kebijakan luar negeri yang dihasilkan.27 AIPAC termasuk kategori ke dalam societal sources dalam faktor input sebagai kelompok kepentingan yang mempengaruhi kebijakan luar negeri AS.

Terkait mengenai pembahasan pengaruh AIPAC dalam pemerintahan George W. Bush terhadap invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003, maka penulis akan menggunakan teori kebijakan luar negeri yang telah dijelaskan di atas. Teori ini akan digunakan pada Bab III yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat tentang invasi AS ke Irak tahun 2003.

Kelompok Penekan (Pressure Groups)

Kelompok penekan adalah kelompok kepentingan (interest group) yang aktif di dalam politik.28 Menurut Maurice Duverger, kelompok penekan tidak secara langsung mengambil bagian dalam memperoleh kekuasaan atau dalam melancarkan kekuasaan itu sendiri.29 Mereka bertindak untuk mempengaruhi kekuasaan tanpa terlibat didalamnya, mereka melancarkan tekanan-tekanan atas kekuasaan yang sedang berjalan. Definisi dari kelompok penekan menurut Duverger adalah sekumpulan orang pemikir, mereka terbiasa mengadakan diskusi mengevaluasi keadaan negara, mengkritik jalannya pemerintahan, menuangkan gagasan-gagasan perbaikan keadaan, kemudian hasil pemikirannya yang berupa kritik-kritik tajam, sering disampaikan kepada pemerintah atau lembaga-lembaga

27

Ibid, h. 15.

28

Max J. Skidmore dan Marshall Charter Tripp, American Government: A Brief Introduction (New York: ST.Martin’s Press, 1989), h. 74.

29

(25)

negara lainnya. Dari hasil pemikiran ini ternyata mempunyai dampak luas atas perubahan opini masyarakat terhadap pemerintah, sehingga pemerintah mulai memperhitungkan pengaruh kelompok pemikir ini, maka kelompok pemikir demikian ini bisa juga dikatakan sebagai memiliki kekuatan politik kolektif informal.

Dalam mempergunakan pengaruh politiknya, kelompok penekan mempergunakan tiga sumber kekuatan yaitu, kekuatan finansial, jumlah anggota dan pengetahuan.30 Sedangkan upaya untuk mencapai tujuan dilakukan dengan cara memobilisasi opini publik, kampanye dan promosi, menyokong kandidat-kandidat calon politik, mempublikasi opini-opini, dan mensponsori pertemuan testimonial dengan makan malam.31

Keberadaan kelompok penekan di AS didukung oleh undang-undang mengenai lobi yaitu The Federal Regulation of Lobbying Act of 1946 (FRLA 1946).32 FRLA 1946 merupakan undang-undang yang mengatur kegiatan pelobi domestik.

Dari ciri-ciri kelompok penekan di atas maka penulis, mengkategorikan AIPAC sebagai kelompok penekan dan kegiatannya diatur oleh FRLA 1946 di dalam undang-undang AS. AIPAC mengklaim bahwa mereka memiliki kekuatan finansial yang kuat, jumlah anggota yang banyak, dan memiliki pengetahuan yang handal dalam melobi.33 Kapasitas tersebut membuat AIPAC dapat melakukan lobi dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS.

30

Max J. Skidmore dan Marshall Charter Tripp, American Government: A Brief Introduction, h. 77

31

Ibid, h. 78-79.

32

The Washington Lobby, (Congressional Quarterly Inc, 1987), h. 36.

33

(26)

Di dalam proses lobi AIPAC menggunakan teknik-teknik untuk mempengaruhi pemerintah (lembaga legislatif dan eksekutif). Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:34

• Teknik Koalisi (Coalition Organization) adalah teknik yang digunakan AIPAC untuk mencari individu atau kelompok yang memiliki pandangan yang sama dengan AIPAC.

• Teknik lobi secara langsung (Direct Lobbying) adalah teknik yang dilakukan AIPAC dengan cara pertemuan langsung dengan para anggota kongres, pejabat tinggi pemerintahan, diplomat, dan para politikus untuk membicarakan mengenai hubungan Amerika Serikat dengan Israel. Pertemuan langsung biasanya diadakan setiap tahun yang dikenal dengan Konferensi AIPAC (The Annual Policy Conference).

• Teknik menghimpun dukungan masyarakat (Grass Roots) adalah teknik yang dilakukan AIPAC dengan melakukan pendekatan terhadap individu, media massa dan masyarakat luas yang dapat mempengaruhi pemilihan anggota kongres atau presiden di berbagai wilayah di negara bagian di AS.

• Teknik dukungan pada masa kampanye melalui PACs (Political Action Committees) pro Israel, teknik ini memberikan dukungan dana kepada calon kandidat yang ingin mencalonkan diri baik menjadi anggota kongres maupun presiden. Bila berhasil terpilih maka para calon kandidat tersebut harus membalas budinya dengan memberi dukungan kepada Israel.

Terkait dengan Pengaruh AIPAC terhadap Presiden George W. Bush dalam invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003, penulis menggunakan konsep

34

(27)

kelompok penekan (pressure group). Aplikasi tentang kelompok penekan (pressure group) akan diterapkan dalam Bab IV pada bagian sikap AIPAC terhadap rencana invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003. Sedangkan teknik-teknik yang digunakan AIPAC dalam mempengaruhi pemerintah (lembaga legislatif dan eksekutif) akan dijelaskan pada Bab II.

D. Metoda Penelitian

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu jenis penelitian yang mengutamakan studi kasus sebagai data yang akan diteliti. Adapaun sifat dari data penelitian kualitatif terwujud pada kasus-kasus atau isu-isu. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian kualitatif bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara spesifik suatu situasi maupun suatu hubungan.

Skripsi ini menggunakan penelitian studi literatur dan kepustakaan (Library Research)35 atau studi dokumen yang merupakan data sekunder dengan melakukan penelitian dengan sumber bacaan yang mempunyai hubungan dengan masalah yang dihadapi dan yang dapat digunakan sebagai dasar penulisan skripsi ini. Contoh sumber bacaan tersebut didapat dari buku-buku, jurnal, artikel, pidato, dan data dari internet.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pertanyaan Penelitian C. Kerangka Pemikiran

35

(28)

D. Metoda Penelitian E. Sistematika Penulisan

BAB II AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE

(AIPAC) SEBAGAI KELOMPOK PENEKAN

A. Sejarah terbentuk AIPAC B. Prinsip atau Ideologi AIPAC C. Tujuan Lobi AIPAC

D. Struktur AIPAC E. Sumber Daya AIPAC F. Strategi AIPAC G. Aktivitas AIPAC

H. Teknik-Teknik Lobi AIPAC I. Isu yang Diutamakan AIPAC J. Target dan Sasaran AIPAC

K. Keberhasilan dan Kegagalan Lobi AIPAC L. Tokoh-Tokoh AIPAC

BAB III INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003

A. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Tentang Invasi ke Irak Tahun 2003

B. Sumber-Sumber yang Memengaruhi Kebijakan Luar Negeri AS Tentang Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003

C. Sikap Pro dan Kontra Terhadap Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003

(29)

BAB IV PENGARUH AMERICAN ISRAEL PUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) DALAM KEBIJAKAN INVASI AMERIKA SERIKAT KE IRAK TAHUN 2003

A. Pengaruh AIPAC Terhadap Kebijakan Invasi Amerika Serikat ke Irak

B. Lobi dan Kepentingan AIPAC Terhadap Presiden Bush Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003

1. Hubungan Presiden Bush dengan AIPAC

2. Bentuk Lobi AIPAC Terhadap Presiden Bush pada Invasi ke Irak Tahun 2003

3. Reaksi Presiden Bush Terhadap Lobi AIPAC

C. Lobi dan Kepentingan AIPAC Terhadap Kongres Amerika Serikat

1. Hubungan Kongres dengan AIPAC 2. Bentuk Lobi AIPAC Terhadap Kongres

3. Reaksi Kongres Terhadap Lobi AIPAC

D. Kontrol AIPAC Terhadap Media Massa Dalam Negeri dan Luar Negeri Dalam Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003.

1. Bentuk Kontrol AIPAC Terhadap Media

2. Pemberitaan Media Massa Milik Yahudi Terhadap Rencana Invasi Amerika Serikat ke Irak Tahun 2003 3. Reaksi Masyarakat Amerika Serikat Atas Pemberitaan

(30)

BAB V PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

(31)

BAB II

AMERICANISRAELPUBLIC AFFAIRS COMMITTEE (AIPAC) SEBAGAI KELOMPOK PENEKAN

A. Sejarah terbentuknya AIPAC

American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) adalah sebuah lembaga yang didirikan oleh seorang jurnalis Yahudi yang lahir di Kanada bernama Isaiah L. Kenen pada tahun 1959 ketika pemerintahan Eishenhower berkuasa.36 Sebelumnya organisasi ini bernama The American Zionist Council (AZC) yang didirikan pada tahun 1951. Pada tahun 1954, namanya berubah menjadi The American Zionist Committee for Public Affairs (AZCPA).37 Perubahan nama tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pandangan di kalangan Yahudi AS terhadap konsep zionisme yang berlangsung hingga tahun 1950-an. Untuk mencapai konsesus tersebut, pada tahun 1959 Kenen mengubah kembali menjadi AIPAC. Strategi yang dilakukan Kenen berhasil dan dapat diterima oleh semua organisasi Yahudi di AS.

AIPAC didukung dan dibiayai oleh kelompok pengusaha Yahudi. Pada masa awal pembentukannya AIPAC bekerja untuk lobi kepentingan minyak. Kemudian terjadi Perang Enam Hari38 pada tahun 1967 antara Israel dengan

36

Michael G. Bard, Will Israel Survive? (New York: Palgrave Macmillan, 2007), h. 207.

37

“American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 4 Mei 2011, pukul 23:22 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee.

38

Perang Enam Hari diawali ketika pada bulan Mei tahun 1967, Mesir mengusir United Nation Emergency Force (UNEF) dari Semenanjung Sinai, dimana UNEF telah berpatroli disana sejak tahun 1957 (hal ini disebabkan invasi atas Semenanjung Sinai oleh Israel tahun 1956). Mesir mempersiapkan 1000 tank dan 100.000 pasukan di perbatasan dan memblokade Selat Tiran (pintu masuk menuju Teluk Aqaba) terhadap kapal Israel dan mengajak Syiria dan Yordania untuk bersatu melawan Israel. Pada tanggal 5 Juni 1967, Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan angkatan udara Mesir karena takut akan terjadinya invasi oleh Mesir. Pada akhir perang, Israel merebut Yerusalem Timur, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat dan Daratan

(32)

negara-negara Arab (Mesir, Irak, Jordania, dan Suriah) mengubah orientasi AIPAC yang pada awalnya cenderung pada bisnis perminyakan menjadi kelompok lobi yang mendukung eksistensi Israel di Timur-Tengah. Perang tersebut membuat AIPAC merasa wajib membela Israel karena Israel dipandang sebagai satu-satunya embrio negara demokrasi pertama di wilayah itu yang dikelilingi negara-negara yang dikelilingi diktator Arab.

Sejak tahun 1967 AIPAC merupakan kekuatan lobi Yahudi di Amerika yang bekerja untuk kepentingan Israel Raya. Bahkan untuk memperlancar lobinya, AIPAC kini berkantor tak jauh dari Gedung Putih dan Capitol Hill.39 Dua lembaga inilah yang menjadi sasaran utama AIPAC untuk mencapai tujuannya. Lebih lanjut AIPAC termasuk ke dalam lobi domestik yang pendanaannya dari para pengusaha kaya Yahudi di AS, sehingga kontribusi-kontribusi pengusaha tesebut bagi AIPAC tidak dikurangi pajak. Bila pendanaannya dari luar semisal dari negara Israel, maka kebijakan itu akan berubah dimana AIPAC harus mendaftar pada Departemen Peradilan Amerika Serikat sebagai sebuah agen asing.

B. Prinsip atau Ideologi AIPAC

• Ideologi AIPAC adalah menjalankan gerakan zionisme seperti yang dilakukan oleh negara Israel.40 AIPAC merupakan pendukung setia eksistensi negara Israel di Timur-Tengah. Dalam menjalankan gerakan Tinggi Golan. Kemenangan Israel karena memiliki 300 ribu tentara terlatih dan berpengalaman sedangkan kekuatan pasukan Mesir, Syria dan Yordania hanya 180 ribu tentara. Hasil dari perang ini mempengaruhi geopolitik kawasan Timur Tengah sampai hari ini. (Lihat Wang Xiang Jun,

Rencana Besar Yahudi 2012 & 2030, Yogyakarta: Pustaka Radja, 2008, h. 36-59).

39

Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush (Jakarta: Mizan Republika, 2006), h. 87.

40

(33)

zionisme AIPAC didukung oleh kelompok zionisme Kristen AS, kelompok Neokonservatif dan Kristen Fundamentalis/Evangelist.41 Kristen Fundamentalis menggunakan ayat-ayat injil dalam mendukung dan membenarkan hak historis Israel atas Palestina.42

• Menjadikan kepentingan Israel sebagai bagian dari kepentingan nasional AS, sehingga AS merasa wajib membantu Israel dalam bidang ekonomi, militer, dan diplomasi di PBB.43

C. Tujuan Lobi AIPAC

Dalam menjalankan aktivitas lobinya, AIPAC mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai, tujuan-tujuan tersebut diantaranya44:

1. Mendukung keberadaan Israel di Timur-Tengah.

2. Memastikan lancarnya segala bantuan (diplomasi, ekonomi dan militer) untuk Israel.

3. Menjaga dan memperkuat hubungan yang telah tercipta di antara AS dan Israel.

4. Menekan pemerintahan AS agar segala kebijakan dan bantuan bagi Israel tidak menjadi pembicaraan publik apalagi sampai menjadi bahan diskusi nasional.

41

Kristen Fundamentalis atau Evangelist AS dikenal sebagai Kristen Sayap Kanan (The New Christian Right/NCR), mulai dikenal pada akhir 1970-an. Gerakan Fundamentalis Kristen berakar pada “American Evangelical Protestantism” dan bertujuan untuk mendirikan agama Kristen tradisional sebagai kekuatan dominan dalam seluruh aspek sosial kemasyarakatan, termasuk politik. Lihat, Peter Beyer, Religion and Globalization, (London: SAGE Publications, 1994), h. 114-122. Kaum Neo-konservatif adalah gerakan politik dan ideologi yang berupaya mempengaruhi pandangan dan kebijakan luar negeri AS ke arah unilateralisme yang menggunakan kekuatan militer. Mayoritas anggotanya adalah orang keturunan Yahudi yang mendukung kepentingan Israel.

42

Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat “Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal,(Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 66-67.

43

American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 18:00 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee.

44

(34)

5. Menekan pemerintah Palestina (terutama Hamas) untuk menuruti Israel melalui embargo dan resolusi PBB.

6. Meningkatkan hubungan antara AS dan Israel melalui kerjasama intelejen dan militer luar negeri.

7. Menghukum segala kegiatan Iran yang terus melaksanakan program nuklir dan telah menyangkal peristiwa Holocaust.

8. Mendukung perlawanan terhadap negara-negara dan kelompok yang memusuhi sekaligus tidak menerima keberadaan Israel, meliputi negara Irak, Iran, Libya, Lebanon, Syria, kelompok Hamas, dan kelompok Hizbullah.

D. Struktur AIPAC

Struktur AIPAC meliputi:

1. Presiden AIPAC, presiden AIPAC adalah jabatan yang tertinggi dalam organisasi ini. Biasanya jabatan ini dipegang oleh penyandang dana terbesar dari kalangan etnis Yahudi Amerika terpandang yang banyak memiliki kekayaan.45

2. Direktur Eksekutif (Executive Director) bertugas mengatur perencanaan dan pelaksanaan Komite Eksekutif (Executive Committee). Direktur Eksekutif dikenal mempunyai banyak pengalaman dalam berhubungan dengan Gedung Putih dan Capitoll Hill.46

3. Dewan Direktur. Tujuan AIPAC ditentukan oleh dewan ini. Para pemimpin ditentukan dari seberapa banyak uang yang disumbangkan. Karena itu, dewan AIPAC memiliki hubungan yang sangat erat dengan

45

Artanto Salmoen Wargadinata, “Nilai-Nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi,” h. 50.

46

(35)

pengacara-pengacara dari badan hukum, para investor (penanam modal), eksekutif bisnis serta ahli waris dari keluarga yang sangat kaya.47

4. Komite Eksekutif (Executive Committee) dibentuk tugasnya sebagai penghubung dengan organisasi-organisasi Yahudi di AS dan konsentrasi kegiatan organisasi ini terletak di Washington DC. Forum yang penting adalah pertemuan tahunan (The Annual Policy Conference) dan biasanya diadakan setiap tahun.48

5. Anggota. AIPAC beranggotakan seratus ribu orang di tingkat akar rumput yang aktif dan terorganisasi.49 Selain ini AIPAC juga memiliki dua ratus orang pelobi handal ditambah para staf AIPAC di Washington yang merupakan kelompok orang-orang profesional yang meliputi para pelobi, peneliti, ahli analisis, organisator, dan para wartawan serta memiliki pendapatan per tahun hampir mendekati lima puluh juta dollar Amerika.50

47

Michael Massing, “Deal Breaker Though most American Jews favor a negotiated settlement in the Mideast, two powerful Jewish organizations have worked successfully to thwart one,” diakses pada tanggal 28 April 2011, pukul 20:00 dari http://thirdworldtraveler.com/Israel/Deal_Breakers.html.

48

Artanto Salmoen Wargadinata, “Nilai-Nilai Budaya Amerika dan Lobi Yahudi,” h. 50.

49

“How We Work,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 21:00 dari http://www.aipac.org/about-aipac/how-we-work.

50

(36)

Struktur AIPAC

Sumber: Dibuat oleh penulis dengan menggunakan berbagai data yang dikumpulkan.

E. Sumber Daya AIPAC

1. Kekuatan Finansial

Kekuatan finansial menjadi hal yang paling penting dalam menjalankan aktivitas lobinya. Kekuatan finansial AIPAC didapat dari para pengusaha kaya keturunan Yahudi dan simpatisan pro-Israel. Selain dari para pengusaha, AIPAC juga mengumpulkan dana dari para anggotanya yang umumnya terdiri dari advokat, akademisi, diplomat, dan lain-lainnya.51

51

Michael Massing, “Deal Breaker Though most American Jews favor a negotiated settlement in the Mideast, two powerful Jewish organizations have worked successfully to thwart

Presiden AIPAC

Dewan Redaktur AIPAC Direktur Eksekutif

AIPAC

Komite Eksekutif AIPAC

(37)

2. Kekuatan Moral Pendukung

Untuk memperluas pengaruhnya di kalangan pemerintah, kongres, media massa, kalangan akademisi dan masyarakat Amerika, AIPAC menggunakan isu-isu khusus sebagai kekuatan moral pendukung lobinya.52 Isu-isu khusus ini antara lain isu antisemitisme, holocaust dan isu-isu religius untuk mempengaruhi kelompok Kristen.53 Isu-isu ini telah terbukti efektif dalam menggalang dukungan masyarakat AS terhadap kepentingan Yahudi.

Isu anti semitisme54 merupakan perlakuan diskriminasi terhadap bangsa Yahudi. Pada umumnya masyarakat Amerika takut dengan tuduhan anti semit karena sikap ini bertentangan dengan nilai-nilai budaya Amerika mengenai penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, antirasial dan antidiskriminasi. Tuduhan antisemit menjadi senjata yang digunakan AIPAC untuk menyerang individu atau kelompok yang berseberangan dengan kepentingan Yahudi.

Isu Holocaust digunakan AIPAC untuk menarik simpati dan empati masyarakat Amerika atas tragedi yang menimpa kaum Yahudi pada masa Nazi Jerman yang dipimpin oleh Hitler. Selain itu isu religius juga digunakan AIPAC sebagai kekuatan moral untuk mempengaruhi umat Kristen Fundamentalis agar mendukung keberadaan negara Israel di

one,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 20:00 dari http://thirdworldtraveler.com/Israel/Deal_Breakers.html.

52

Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 235.

53

Ibid, h. 235.

54

(38)

Timur-Tengah. Dalam ramalan kitab suci Kristen Fundamentalis terdapat keyakinan bahwa orang Yahudi akan kembali ke tanah yang dijanjikan, yaitu Palestina, sehingga mereka mendukung gerakan ekspansionis Israel ke Palestina.55

3. Jumlah Anggota

AIPAC memiliki seratus ribu anggota di tingkat akar rumput yang aktif dan terorganisasi. Anggota tersebut dikendalikan oleh 10 kantor cabang AIPAC dan 9 kantor satelit AIPAC.56 Selain itu AIPAC juga memiliki dua ratus orang pelobi handal ditambah para staf di Washington yang merupakan kelompok orang-orang profesional yang meliputi para pelobi, peneliti, ahli analisis, organisator, dan para wartawan yang didukung dengan pendapatan per tahun sebesar lima puluh juta dollar Amerika.57

Para pelobi AIPAC setiap saat dapat memberikan saran, gagasan, dan informasi terkait isu-isu mengenai Timur-Tengah kepada anggota kongres dan stafnya. Bahkan anggota kongres sering meminta AIPAC untuk membuat draf pidato, rancangan undang-undang, saran seputar taktik, penyelenggaraan penelitian, mencari sponsor, dan mencari dukungan.58 Hal ini seperti yang dikatakan oleh mantan staf AIPAC Douglas Bloomfield, bahwa para anggota kongres dan stafnya mengandalkan AIPAC untuk memberikan informasi yang mereka

55

Herry Nurdi Membongkar Rencana Israel Raya (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009) h. 278.

56

“How We Work,” diakses pada tanggal 11 April 2011, pukul 21:00 dari http://www.aipac.org/about-aipac/how-we-work.

57

Michael G. Bard, Will Israel Survive?, h. 207.

58

(39)

perlukan sebelum mereka menghubungi Library of Congress, Congressional Research Service, staf komite atau pakar administrasi.59

4. Lembaga Think Tank AIPAC

Lembaga think tank merupakan sesuatu yang penting bagi AIPAC untuk memberikan pengaruh kepada elit politik dan masyarakat Amerika. Lembaga think tank milik AIPAC adalah Washington Institute for Near East Policy (WINEP) yang didirikan pada tahun 1985, dipimpin oleh Martin Indyk.60 Lembaga ini fokus terhadap kajian mengenai Timur-Tengah dan berkomitmen dalam mengedepankan agenda Israel. Para senator di kongres menggunakan hasil kajian dari WINEP dalam merumuskan kebijakan terhadap Timur-Tengah. Lembaga ini memiliki anggota yang berpengalaman dan ahli mengenai masalah Timur-Tengah dan mereka umumnya pro Israel. Contoh para ahli yang berpengalaman ini di antaranya, Edward Lutwak, Martin Peretz, Richard Perle, James Woolsey, dan Mortimer Zuckerman.61

5. Media Massa

Sumber daya lain yang dimiliki AIPAC adalah surat kabar mingguan Near East Report yang didirikan oleh Iasiah L. Kenen. Surat kabar ini dibaca oleh enam puluh ribu orang dan dikirimkan kepada semua anggota kongres, pejabat tinggi pemerintahan dan para akademisi. Berita yang ditulis surat kabar ini selalu membela kepentingan Israel dalam setiap

59

Ibid, h. 254

60

Ibid, h.278.

61

(40)

pemberitaannya.62 Selain itu AIPAC juga memiliki kelompok pengawas media, yaitu Committee for Accurancy in Middle East Reporting in America (CAMERA). CAMERA akan menyerang media massa lain yang berusaha mengkritik kebijakan AS ke Israel.63 AIPAC juga melakukan kerjasama dengan media massa milik keturunan Yahudi dalam membentuk opini publik dan melakukan pengontrolan terhadap media massa yang dianggap berbeda pandangan. Pengontrolan media massa akan dijelaskan dalam Bab IV.

F. Strategi AIPAC

Strategi yang dilakukan AIPAC untuk mencapai keberhasilan dalam melobi pemerintah dan anggota kongres dengan menyediakan informasi (information), mengerahkan kekuatan pemilih (constituency power) dan melakukan penggalangan dana (money).64

Informasi (Information)

Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang penting dalam proses pembuatan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dan anggota kongres. Dalam hal ini AIPAC merupakan kelompok penekan yang mempunyai banyak informasi dan pengalaman tentang proses pembuatan kebijakan, sehingga pemerintah dan beberapa anggota kongres mengandalkan informasi dari AIPAC.

62

Grant F. Smith, “Where did AIPAC come from?” diakses pada tanggal 4 Mei 2011, pukul 23:19 dari http://www.antiwar.com/orig/gsmith.php?articleid=11727.

63

Mearsheimer dan Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 274.

64

(41)

Mengerahkan Kekuatan Pemilih (Constituency Power)

Dalam proses pemilihan presiden dan anggota kongres, kekuatan pemilih menjadi salah satu faktor kunci untuk kemenangan para calon kandidat. Sebagai kelompok lobi Yahudi, keberpihakan AIPAC terhadap calon kandidat akan mempengaruhi para pemilih Yahudi untuk memberikan suaranya kepada kandidat tersebut. Orang-orang Yahudi memiliki persentase partisipasi pemilih tertinggi dari setiap kelompok etnis lain. Walaupun jumlah orang keturunan Yahudi di AS hanya enam juta orang (2,3 % dari keseluruhan populasi penduduk AS) tetapi 94% nya dari mereka tinggal di 13 negara bagian yang menjadi kunci perolehan suara bagi seorang kandidat presiden.65 Mereka terkonsentrasi di negara-negara bagian utama seperti California, Florida, Illinois, New Jersey, New York, dan Pennsylvania.66

Melakukan Penggalangan Dana (Money)

Dalam proses politik di AS uang merupakan sesuatu yang penting. Dalam hal ini AIPAC mampu memberikan bantuan berupa dana melalui Komite Aksi Politik atau PACs (Political Actions Committees) terhadap para kandidat yang mau diajak bekerjasama dengan AIPAC. Ketersedian dana yang besar yang dimiliki oleh PACs pro-Israel membuat banyak calon presiden dan calon anggota kongres mendekati AIPAC untuk memperoleh dukungan dana. Dana tersebut dibutuhkan untuk membiayai proses kampanye mereka.

65

Mitchell Bard, “The Israel and Arab Lobbies,” diakses pada tanggal 20 Oktober 2011, pukul 23:40 dari http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/US-Israel/lobby.html.

66

(42)

G. Aktivitas AIPAC

Sebagai kelompok pelobi AIPAC berupaya menanamkan pengaruhnya dengan mengadakan serangkai kegiatan, diantaranya:

1. Mengadakan konferensi tahunan (The Annual Policy Conference) AIPAC yang dihadiri oleh para petinggi AIPAC, anggota kongres dan senat, gubernur negara bagian, walikota, menteri, akademisi, pengusaha, Perdana Menteri Israel, Presiden, dan Wakil Presiden Amerika Serikat.67 Pertemuan tersebut berguna untuk merumuskan kebijakan AIPAC ke depan yang mengutamakan kepentingan Israel.

2. Mengadakan perjalanan bagi anggota kongres maupun para pejabat penting pemerintahan AS ke Israel yang dibiayai oleh American Israel Education Foundation (AIEF) sebuah organisasi amal yang berafiliasi dengan AIPAC. Perjalanan ini bertujuan menimbulkan ikatan batin antara pejabat AS dengan Israel, sehingga dapat mengubah pandangan para anggota kongres dan pejabat pemerintah terkait kebijakan terhadap Israel. Bagi anggota kongres dan pejabat pemerintah perjalanan ini sama artinya mendapatkan sertifikat pro-Israel dan memudahkan dalam mendapatkan dukungan dari PACs pro-Israel.68 Menurut laporan Center for Public Integrity, AIEF menghabiskan hampir satu juta dollar untuk lawatan ini dari Januari 2000 hingga pertengahan 2005.69

3. Pada musim panas 2003, AIPAC mendatangkan 240 mahasiswa ke Washington D.C, untuk melakukan pelatihan advokasi intensif. Para

67

American Israel Public Affairs Committee,” diakses pada tanggal 18 Mei 2011, pukul 16:00 dari http://middleeastexplorer.com/Israel/American-Israel-Public-Affairs-Committee.

68

John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 255.

69

(43)

mahasiswa ini dihimbau agar ketika kembali ke kampus untuk membentuk jaringan komunikasi dengan semua organisasi kampus yang memiliki tujuan membela kepentingan Israel di AS.70

4. Pada tahun 2007, 150 ketua dewan mahasiswa dan lebih dari 1.200 mahasiswa dari hampir empat ratus universitas di AS menghadiri Konferensi Kebijakan tahunan AIPAC.71

H. Teknik-Teknik Lobi yang dilakukan AIPAC

Dalam menjalankan aktivitas lobinya AIPAC menggunakan teknik-teknik dalam melakukan lobinya.72 Teknik-tekniknya antara lain, Teknik Koalisi (Coalition Organization), Teknik Lobi Secara langsung (Direct Lobbying), Teknik Menghimpun Dukungan Masyarakat(Grass Roots)dan Teknik Dukungan pada Masa Kampanye Melalui PACs (Political Action Committees).73

Teknik Koalisi (Coalition Organizing)

Teknik Koalisi adalah merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh AIPAC. Di dalam mendapatkan koalisinya, pelobi-pelobi AIPAC berusaha mencari hubungan di lingkungan anggota kongres, individu dan organisasi yang berpengaruh di AS. Teknik ini dikatakan berhasil apabila mitra koalisinya memberikan dukungan di dalam suatu dengar pendapat (congressional hearing) pada forum kongres.

Koalisi merupakan suatu jaringan dari beberapa kelompok yang mempunyai persamaan pandangan atau ideologi untuk dapat bekerjasama. Dalam hal ini AIPAC menggunakan teknik koalisi untuk menyatukan

70

Ibid, h. 283.

71

“Policy Conference Highlights,” diakses pada tanggal 26 Mei 2011 pukul 00:30 dari http://www.aipac.org/2841.htm.

72

The Washington Lobby, (Congressional Quarterly Inc, 1987), h. 3-6.

73

(44)

kelompok kepentingan lain yang mempunyai pandangan yang sama. AIPAC melakukan koalisinya dengan kelompok Kristen Fundamentalis atau Evangelist yang memiliki pengaruh di kongres seperti Gary Bauer, Jerry Falwell, Ralph Reed, Pat Robertson yang bernaung di bawah bendera The American Alliance of Jews and Christians (AAJC).74 Kelompok ini didirikan pada tahun 2002 yang dipimpin oleh Gary Bauer dan Rabi Daniel Lapin yang memprioritaskan untuk melindungi kepentingan Israel. AIPAC juga bekerjasama dengan kelompok Neokonservatif yang duduk pada kabinet Presiden Bush yang pada umumnya keturunan Yahudi.

AIPAC juga berkoalisi dengan berbagai perguruan tinggi di AS termasuk dengan organisasi mahasiswanya, AIPAC mencari dan menyaring para mahasiswa yang cerdas untuk diberikan program beasiswa yang nantinya akan dipekerjakan sebagai pelobi di AIPAC. Selain itu AIPAC berusaha memberikan pandangan kepada mahasiswa bahwa Israel adalah aset strategis bagi AS di kawasan Timur Tengah. Upaya tersebut berhasil menarik minat para mahasiswa untuk memberikan dukungan kepada Israel yang dianggap satu-satunya negara di kawasan Timur Tengah dengan peradaban barat dan menjalankan demokrasi.

Lobi Secara Langsung (Direct Lobbying)

Lobi secara langsung melibatkan pertemuan antara para pelobi dengan para pejabat pemerintah dengan melakukan pertemuan di acara-acara penting maupun dalam berbagai pertemuan informal. Lobi secara langsung merupakan suatu usaha yang cukup efektif serta tidak memakan biaya terlalu banyak dan

74

(45)

dapat meminimalkan kesalahpahaman terhadap suatu masalah.75 AIPAC melakukan pertemuan langsung setiap tahun yang dikenal dengan Konferensi AIPAC (The Annual Policy Conference). Pertemuan itu dihadiri oleh para anggota kongres, pejabat tinggi pemerintahan, diplomat, dan para politikus untuk membicarakan mengenai hubungan AS dengan Israel. Setiap ada dengar pendapat di Capitoll Hill yang berhubungan dengan AS dengan Israel, para pelobi AIPAC akan memberikan gagasan yang menguntungkan Israel pada rapat kongres.

Untuk mempererat keakraban dengan para anggota kongres, AIPAC mengadakan program perjalanan tahunan bagi puluhan anggota kongres dan stafnya untuk mengunjungi tanah suci Jerusalem, terutama Tembok Ratapan yang menjadi sejarah bagi bangsa Yahudi.76 Cara Ini diharapkan agar setiap pemimpin politik di Amerika Serikat memiliki ikatan batin dengan Israel.

Para pelobi AIPAC yang bertugas melobi anggota kongres atau presiden umumnya sudah memiliki keterampilan cara-cara melobi. Selain itu para pelobi tersebut sudah mengenali sasaran yang akan dilobi termasuk sifat dan kebiasaan para individu yang akan dilobi. Lobi secara langsung termasuk paling efektif karena hubungan langsung dengan tatap muka akan lebih mudah mengarahkan seseorang terhadap dukungannya kepada Israel. Bila sudah mendapatkan dukungan tersebut AIPAC akan memberikan penghargaan kepada anggota kongres atau presiden karena dukungannya terhadap Yahudi Amerika dan eksistensi Israel.

75

Susan Welch, John Gruhl dan Michael Steinman, American Government. Third edition (West Publishing Company, 1988), h. 138.

76

(46)

Teknik Menghimpun Dukungan Masyarakat (Grass Roots)

Teknik ini ditempuh dengan mengadakan pendekatan terhadap individu, media massa dan masyarakat luas yang dapat mempengaruhi pemilihan anggota kongres atau presiden di berbagai wilayah di negara bagian di AS. Sarana pendukung untuk teknik ini adalah melalui telegram, telepon, surat elektronik, dan pengumpulan pendapat umum.77 Teknik ini mampu memberikan pencitraan yang baik terhadap calon kandidat yang diusung oleh AIPAC, sehingga ketika pemilihan tiba calon kandidat pilihan AIPAC mampu mengalahkan pesaingnya.

Dukungan pada Masa Kampanye (Campaign Support)

Teknik ini merupakan pendekatan langsung yang dilakukan oleh pelobi kepada kandidat anggota kongres atau presiden dengan mengadakan pertemuan yang membahas sikap para kandidat terhadap Israel. Di dalam politik AS, bantuan dana atau PACs (Political Action Committees) pada masa kampanye merupakan sesuatu yang sah dan legal. Pembentukan PAC’s ini untuk pertama kalinya disebutkan didalam The Federal Election Campaign Act (FECA) pada tahun 1971. Undang-undang ini mengatur mengenai dana dan pembiayaan dalam pemilihan anggota lembaga federal seperti kongres.78 Dalam undang-undang itu disebutkan bahwa PAC’s adalah komite politik non-partai seperti perkumpulan, persatuan ataupun kelompok-kelompok lain yang memberikan dana atau pengeluaran pertahunnya sebesar seribu dollar Amerika atau menyelenggarakan malam dana atau membayar semua pengeluaran selama masa kampanye.

Salah satu PACs yang paling terkenal adalah PACs pro Israel. Melalui PACs tersebut, maka warga AS keturunan Yahudi akan mengumpulkan dana dari

77

The Washington Lobby, (Congressional Quarterly Inc, 1987), h. 8-10.

78

(47)

kalangan Yahudi AS dan non-Yahudi yang cenderung pro Israel untuk mendukung pencalonan kandidat yang pro terhadap Israel. Dalam pemilihan umum di AS, ketersedian dana yang besar merupakan faktor yang penting dalam memenangkan kampanye. Dalam hal ini AIPAC akan memastikan para kandidat anggota kongres atau presiden akan memperoleh dukungan keuangan melalui PACs pro Israel dengan syarat mereka tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan oleh AIPAC.

Perkembangan PAC’s sangat pesat, pada tahun 1974 berjumlah lima ratus PAC’s sedangkan pada tahun 1990-an meningkat menjadi lima ribu PAC’s.79 Menurut Center for Responsive Politics (CRP) sebuah kelompok riset yang melacak dana sumbangan untuk kampanye, ada lebih dari tiga puluh komite aksi politik (PACs) pro Israel aktif dalam pemilu 2004.80

Menurut jurnalis Michael Massing yang menggunakan data dari CRP menemukan antara tahun 1997 sampai 2001 ada 46 anggota dewan direksi AIPAC yang memberikan sumbangan lebih dari tiga juta dollar untuk dana kampanye dan mereka termasuk penyumbang tetap bagi PACs pro Israel.81

Keberadaan PACs pro Israel yang mendanai kampanye para kandidat, menjadi kunci para pelobi AIPAC untuk mempengaruhi mereka jika para kandidat tersebut berhasil mendapatkan kursi di kongres maupun di pemerintahan. Dengan usaha tersebut diharapkan proses kebijakan AS yang pro-Israel akan semakin mudah dikendalikan oleh AIPAC melalui para kandidat tersebut. Sumbangan PACs pro Israel ditujukan kepada setiap kandidat yang berasal dari Partai

79

Charles W. Kegley Jr dan Eugene R. Witkopf, American Foreign Policy: Pattern and Process, (New York: St. Martin Press Inc, 1996), h. 315.

80

John J. Mearsheimer dan Stephen M. Walt, Dahsyatnya Lobi Israel, h. 246.

81

(48)

Demokrat dan Partai Republik, dengan syarat mereka bersedia mengikuti kemauan AIPAC.

I. Isu yang diutamakan AIPAC

• Isu yang menjadi prioritas utama AIPAC adalah isu-isu mengenai hubungan AS dengan Israel. AIPAC melakukan kampanye-kampanye kepada lembaga pemerintahan dan masyarakat Amerika bahwa Israel merupakan aset strategis bagi AS di Timur-Tengah. Selain itu Israel adalah negara yang menerapkan nilai-nilai yang diinginkan oleh AS, yaitu demokrasi, sehingga keberadaan Israel wajib dibela oleh masyarakat Amerika.82

• Menekan Iran terkait dengan pengayaan nuklir yang mengancam eksistensi Israel. Iran dianggap sebagai musuh potensial karena pemerintah Iran di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad dinilai sangat memusuhi penjajahan Israel atas wilayah Palestina. Selain itu Ahmadinejad juga menyangkal kebenaran peristiwa holocaust terhadap warga Yahudi di Eropa. Jika holocaust benar terjadi maka etnis Yahudi sebagai korban holocaust mendapatkan kompensasi tanah berlokasi di wilayah Eropa bukan di Palestina.83 Pendapat Ahmadinejad ini dikecam oleh AIPAC dengan mengatakan presiden Iran ini sebagai pemimpin dunia yang anti semit.

82

U.S-Israel Relationship,” diakses pada tanggal 19 Mei 2011, pukul 11:00 dari http://www.aipac.org/issues/us-israel-relationship.

83

(49)

J. Target dan Sasaran AIPAC

Dalam menjalankan pengaruh lobinya AIPAC menyiapkan target dan sasaran yang ditujukan terhadap pemerintah yang terdiri dari tingkat nasional, negara bagian dan lokal.84 Namun dalam proses lobinya AIPAC paling gencar mencari target dan sasarannya kepada pemangku jabatan yang mempunyai tanggung jawab dalam proses pembuatan kebijakan pemerintah di lembaga eksekutif dan legislatif. Di lembaga eksekutif target dan sasaran AIPAC adalah presiden, sedangkan di lembaga legislatif adalah anggota kongres dan senat. Berikut ini akan dijelaskan mengenai lembaga-lembaga tersebut.

Lembaga Eksekutif (Presiden)

Lembaga eksekutif merupakan lembaga yang dipegang oleh seorang presiden. Presiden memiliki peranan penting dalam menentukan proses pembuatan suatu kebijakan sehingga AIPAC menjadikan setiap calon kandidat presiden, baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat dalam setiap pemilihan presiden sebagai target lobinya. AIPAC akan menyaring kandidat presiden yang mempunyai pandangan positif terhadap Israel, bila calon presiden itu dianggap tidak berpihak kepada Israel maka kandidat tersebut akan kalah dalam proses seleksi. Hal ini seperti yang dikatakan oleh mantan presiden Jimmy Carter “Any presidential candidate must be approved by AIPAC” (Setiap orang yang menjadi calon Presiden Amerika Serikat harus mendapatkan izin atau direstui AIPAC).85

Bagi kandidat presiden yang mendapat restu dari AIPAC maka akan mendapatkan bantuan dana ketika kampanye yang dikenal dengan Aksi Komite

84

Leonard Freedman, Power and Politic in America, h. 71.

85

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Pada era Barack Obama Mengenai Konflik Israel-Palestina; Insyafli, 060910101053; 2012:122 halaman; Jurusan Ilmu Hubungan

Negara multi nasional adalah negara-negara yang berusaha melakukan konspirasi dan bersekutu dengan Amerika Serikat dalam dukungannya untuk menghancurkan negara

Penerapan kebijakan keamanan AS (NSS-2002) dengan menyerang Irak adalah salah satu bentuk langkah konkrit dari Presiden Bush untuk menggulingkan rezim Saddam Husein yang

Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada masa George W Bush dan Barack Obama II.1.. Kebijakan luar Negeri

ketentuan : Perlindungan Penduduk Sipil Irak Pada Masa Pendudukan Pasukan. Amerika Serikat Dan Sekutunya Pada

Penulis berusaha mengambarkan dan menjelaskan “ Motivasi Amerika Serikat dalam pengi riman pasukan Academi LLC di Irak 2011” dengan menggunakan Teori resolusi

Terlepas dari motif apapun yang ada dibalik alasan invasi AS ke Irak, tetapi konflik antar peradaban bisa mengemuka menjadi sesuatu yang akan berperan bagi terjadinya konflik

Disisi lain, Kongres memiliki peran penting dalam pembuatan kebijakan politik luar negeri dimana Kongres dapat membatalkan kebijakan politik luar negeri Amerika