• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerbuan Amerika Serikat atas Irak dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat Irak 2003-2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penyerbuan Amerika Serikat atas Irak dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat Irak 2003-2007"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

IRAK 2003-2007

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Andriyansyah

NIM:107022001344

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Andriyansyah

Penyerbuan Amerika Serikat Atas Irak dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Irak 2003-2007

Pada awalnya, yang terjadi di Irak pasca perang teluk I dan II telah usai. Suasana politik,ekonomi, dan sosial itu kembali menjadi kondusif, bahkan kerukunan antar etnis pun mulai terbangun sedikit demi sedikit, hingga kondisi di Irak pun pra Invasi AS ke Irak tahun 2003 itu mulai aman dan terkendali. Namun semuanya pecah setelah terjadi peristiwa yang mencenangkan dunia Internasional. Yaitu tragedi 11 September 2001. Gedung menara kembar World Trade Centre di New York dan Pentagon di Washington.ditabrak pesawat, yang menurut istilah AS oleh para teroris. Mereka menggunakan pesawat terbang dengan menggunakan bom bunuh diri. Menara kembar terbakar. Ambruk. Hampir 3000 orang tewas.

Inilah mimpi buruk bagi AS, satu-satunya negeri adidaya di dunia ini.Dengan

begitu ia memaklumatkan untuk “perang melawan terorisme”. AS menyeret negara -negara lain untuk terjun perang membantu AS ke dalam mandala perang melawan terrorisme. Negara-negara lain diberi pilihan : di pihak dia (AS) atau di pihak lawan (Teroris). Doktrin Bush dikeluarkan. Dengan berpedoman pada doktrin tersebut, AS

memamerkan kekuatannya, dengan slogan “perang melawan terorisme”. Doktrin ini

pula yang menyingkirkan rezim Saddam Hussein.

Korban pertama adalah Afghanistan. Lantaran rezim Taliban pimpinan Mullah Omar yang pernah berkuasa di Afghanistan dituduh telah melakukan sekutu dan melindungi Osama bin Laden. Maka peperangan pun dimulai. Setelah Afghanistan diluluhlantahkan oleh keberingasan AS. Tak pernah terlihat tertangkapnya Osama Bin Laden sebagai target utama peperangan. Dan kedua adalah Invasi yang dilakukan pada April 2003 di Irak oleh AS. Dengan tuduhan yang sama yaitu memerangi para terroris dan selain itu juga AS pimpinan Bush menyatakan, di Irak ada senjata pemusnah massal dan kedekatan Saddam dengan Al-Qaeda dan Taliban, yang mesti diperangi.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada

penulis terutama nikmat Iman, Islam serta Sehat wal Afiat, sehingga penulisan skripsi

ini yang berjudul ”Penyerbuan Amerika Serikat atas Irak dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat Irak 2003-2007” dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Sholawat dan Salam tercurah kepada Sayyidina Muhammad SAW,

sahabat, keluarga dan umatnya hingga di akhir zaman kelak.

Banyak sekali pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu

menyelesaikan penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil. Maka

dengan ini, sudah sepantasnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas

kerjasama, dorongan pengarahan serta bimbingan Bapak dan Ibu dosen, khususnya

dosen pembimbing. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. H. Abd Wahid Hasyim M.Ag, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak jasanya dalam

membantu mengujikan skripsi ini.

2. Drs. H. M. Ma‟ruf Misbah MA, Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan

Sholikatus Sa‟diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang banyak sekali membantu dengan sabar

dalam mengesahkan skripsi ini

3. H. Nurhasan, MA, selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali membantu

(7)

iii

munaqosyah, dan seluruh dosen Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang

memberikan sumbangsih ilmu dan pengalamannya.

5. Untuk kedua Orangtuaku, Bapak H. Adam S. dan Ibu Hj. Rodiah Yang telah

memberikan perhatian dan curahan kasih sayangnya yang luar biasa, (Robbigfirli waliwali dayya warhamhuma kama Robbayani shogiro). serta kakak dan keponakanku yang telah memberikan spirit berjuang untuk menulis.

6. Tak lupa teman-teman seperjuanganku Jurusan SPI angkatan 2007 dan Organisasi

PMII Komfaka, yang telah banyak meluangkan waktunya dalam menghibur dan

memberikan motivasi yang lebih kepada penulis.

Penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak

membantu mendukung, membimbing dan mengarahkan penulis hingga

terselesaikannya skripisi ini. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi

penulis maupun pembacanya

Jakarta, 29 November 2011

Penulis

(8)

iv

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….……….. 10

D. Metodologi Penelitian ……….……… 11

E. Tinjauan Pustaka ..………... 13

F. Kerangka Teori ……… 15

G. Sistematika Penulisan ………. 16

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK PRA INVASI AS 2003 A. Kondisi Sosial Masyarakat ...……… 17

BAB III PENYERBUAN AS ATAS IRAK 2003-2007 A. Masalah Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal ………. 36

B. Masalah Adanya Hubungan dengan Jaringan Al-Qaeda dan Taliban ..………. 42

C. Masalah Saddam Hussein Dianggap Pemimpin Diktator …….. 48

D. Masalah Pengincaran Minyak Irak ……...………. 52

BAB IV DAMPAK PENYERBUAN AMERIKA SERIKAT ATAS IRAK A. Pengaruh Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat …………... 59

B. Pengaruh Terhadap Kehidupan Ekonomi ……….. 63

C. Pengaruh Terhadap Kehidupan Politik ……….. 68

(9)

v

A. Kesimpulan ……….……….. 79

B. Saran ……..………... 81

DAFTAR PUSTAKA………... 82

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Irak muncul sebagai sebuah negara merdeka baru di Timur Tengah pada

akhir Perang Dunia I. Namun, awal sejarahnya dimulai sejak lebih dari 8000

tahun yang lalu di sebuah wilayah yang dikenal sebagai Bulan Sabit Subur (Fertile

Crescent). Daratan subur di antara sungai Eufrat dan Tigris ini pertanian dan

aksara pertama mulai dikembangkan dan salah satu kekaisaran (kerajaan) paling

awal didirikan. Sampai kinipun wilayah yang telah banyak menyumbang kepada

kelahiran peradaban ini masih memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa

di dunia. Penemuan minyak di Irak pada tahun 1927 memberikan berbagai

tanggung jawab dan masalah moderen kepada negeri yang memiliki latar

belakang sejarah kuno yang membanggakan itu.

Masa situasi Irak sebelum invasi itu mengalami perkembangan yang

signifikan. Apalagi pasca perang teluk I dan II usai. Perkembangan perekonomian

sudah berjalan sebagaimana mestinya, sehingga bangunan infrastruktur di Irak

mulai kembali direkonstruksi setelah perang berkecamuk antara Iran-Irak pada

tahun 1980-1988 dan Irak-Kuwait pada tahun 1990-1991. perekonomian di Irak

pun sudah mulai berjalan dan pendapatan perkapitanya sudah mulai stabil.

Kondisi politik di Irak pun juga mulai cukup membaik setelah rakyat

mengganti sistem kepemerintahan otoriter menjadi demokrasi dan transisi

politiknya pun berubah menjadi sistem tatanan pemerintahan yang baru.

(11)

mengedepankan kedaulatan rakyat ketimbang keotoriteran di era Saddam, demi

memberikan pengaruh yang positif bagi negara-negara lain. Tetapi itupun menurut

AS, yang sampai saat ini ingin sekali berambisi untuk melakukan kampanye

sistem demokrasi di negara-negara Timur Tengah khususnya di negara Irak yang

momennya tepat karena sedang ia invasi. Pertanyaannya ialah, apakah jika

dilakukan perombakan dari sistem otoriter era Saddam menjadi sistem demokrasi

di Irak, akan menjadi harapan atau mimpi untuk kebahagiaan rakyat sipil?1 .

Yang dilakukan Saddam adalah akibat dari pada dorongan AS itu sendiri. Di

mana (Wapres AS) Dick Cheney dan (Deputi Menteri Pertahanan) Paul

Wolfowitz. Melakukan keputusan yang sangat disayangkan sekali terhadap sekte

Syiah dan suku Kurdi yang ketika itu agar melakukan pemberontakan terhadap

kepemerintahan Saddam Hussein karena telah menjadi kaum yang termarginalkan

dan terdiskriminasi. Hingga dengan begitu maka terjadilah pembantaian dengan

senjata kimia. Dua belas tahun selanjutnya, Saddam membela diri dari tuduhan

inspektur persenjataan yang diperkirakan akan menghentikan program senjatanya

dan penembakan pesawat Amerika serta Inggris yang berpatroli di zona larangan

terbang yang didesain untuk mengepungnya.2

Harapan yang terus diinginkan rakyat sipil Irak tampaknya menjadi sebuah

mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Sebab kedamaian serta keamanan yang

selalu dinanti itu telah direnggut oleh penyerbuan AS atas Irak. sejatinya AS harus

lebih arif dan bijak dalam melakukan serangannnya. Alih-alih AS berdalih ingin

menangkap Saddam Hussein dan perang melawan teroris di Irak, yang ada warga

1

Trias Kuncahyono.Irak korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Kompas.2005, h. 150. 2

(12)

sipil tidak berdosa menjadi tumbal dari kebiadabannya, sehingga beban psikilogis

sosial masyarakatnya pun menjadi taruhannya.

Rakyat Irak, paling khususnya warga Baghdad, merasakan bahwa

penyingkiran Saddam tidak menyelesaikan masalah. Penyingkiran Saddam, untuk

beberapa waktu, tidak memberikan kedamaian, ketenteraman, keamanan, dan

kenyamanan hidup. Aktivitas di Baghdad mulai hidup ketika matahari muncul

dari ufuk timur, jalan-jalan pada siang hari padat, dan pada saat mentari persis di

puncak langit, panasnya begitu terasa, betapa kegiatan transaksi jual beli di pasar

di sana cukup terlihat ramai walaupun kondisi was-was selalu menghantui warga

sipil yang hendak berdagang ataupun membeli.

Setelah berakhirnya Perang Teluk I antara Irak dan Iran terjadi Perang Teluk

II. Perang Teluk II ini merupakan peperangan antara Irak dengan Kuwait. Di

mana rezim Saddam Hussein yang mengklaim diri sebagai pemimpin negara Arab

atau Timur Tengah ketika itu mencaplok negara Kuwait dan menjadikannya

bagian dari propinsi Irak. Penyebab utama daripada terjadinya Perang Teluk II

diakibatkan karena perbatasan tanah yang selalu menjadi sengketa di antara kedua

negara. Apalagi Saddam Hussein berupaya melakukan kilas balik sejarah tanah

negara Kuwait yang merupakan bagian dari teritorial Irak di masa lalu dengan

merujuk pada sejarah Mesopotamia. Sekitar tanggal 31 Juli-1 Agustus 1990

delegasi Kuwait dan Irak melakukan perundingan damai di Jeddah. Perundingan

gagal karena Kuwait bersikap keras menolak permintaan dan tuntutan Irak. Lantas

tanggal 2 Agustus 1990 mulailah Irak menyerbu Kuwait sekitar jam 03.00 pagi

(13)

perlawanan berarti. Emir Kuwait sempat melarikan diri ke Saudi Arabia. Raja

Fahd ibn Abdul Aziz mengecam tindakan invasi Irak atas Kuwait.3

Tidak hanya itu, Riza Sihbudi dalam bukunya Bara Timur Tengah pun memiliki asumsi lain terkait Perang Teluk II terjadi bukan hanya sengketa lahan.

Dikatakannya, pemerintah Baghdad menderita kerugian sekitar US$ 450 milyar

akibat perang Iran-Irak dan terjerat utang US$ 80 milyar (sebagian besar dari

negara-negara GCC (Gulf Cooperation Council), khususnya Saudi Arabia dan

Kuwait. Padahal pendapatan tertinggi Baghdad diperkirakan hanya US$ 12 milyar

per tahun. Artinya, untuk kembali membangun negaranya, Saddam Hussein

sedikitnya harus memiliki waktu 40 tahun lamanya. Bagi Saddam menyerbu dan

mencaplok negara Kuwait merupakan jalan pintas mengatasi masalah ekonomi

negaranya.

Hingga saat itu kecaman dari seluruh dunia pun berdatangan. Dewan

Keamanan PBB pun ikut andil mengesahkan Resolusi 661, yang memberlakukan

sanksi terhadap Irak. Ekspor minyak Irak pun mulai terhenti akibat Irak

menganeksasi Kuwait. Mulailah pasukan udara AS tiba di Saudi Arabia bergerilya

menyerang Irak sambil menunggu pasukan multinasional untuk mendukungnya.

Pada 21 Agustus 1990 melihat konflik ini Eropa melakukan pertemuan

negara-negara Eropa Barat di Paris untuk sepakat mendukung pengiriman pasukan

multinasional, di antaranya Inggris, Perancis, dan Belanda ke Teluk Persia (Arab).

Gempuran bertubi-tubi pun mulai terdengar keras di bumi Irak ketika itu.

Irak melakukan aksi perlawanan sendiri terhadap serangan pasukan multinasional.

beberapa ladang minyak Baghdad di antaranya ludes terbakar akibat sasaran rudal

3

(14)

yang dilancarkan AS. Pada 25 Januari 1991 dinyatakan Irak, pesawat pasukan

multinasional menembak dua tanker minyak, yang menghasilkan kebocoran

minyak di perairan Teluk. Terindikasi kuat dilakukan oleh pasukan koalisi

multinasional. Dengan begitu tidak hanya Saddam yang gerah akan serangan dari

AS maupun multinasional tetapi rakyat yang menjadi korban pun menjadi sasaran

dari penyerbuan tersebut. Hal ini mengakibatkan rakyat tetap mempercayai

kepemimpinan Saddam Hussein sebagai presiden Irak, yang begitu piawai dan

tangguh dalam menghadapi serangan dari negara-negara adikuasa seperti AS dan

Eropa. Dengan begitu Saddam pun memanfaatkan dukungan sebagian besar

rakyat Irak untuk tetap bertahan menjadi presiden Irak.4

Perang Teluk II ini merupakan cikal bakal terjadinya invasi pasukan

Amerika Serikat (AS) terhadap Irak. Ini merupakan babak baru konflik Irak-AS

yang menjadi topik proposal skripsi ini. AS melobi Perserikatan Bangsa Bangsa

(PBB) agar memberikan embargo ekonomi kepada pemerintahan Irak di bawah

Saddam Hussein. Dampak dari kezaliman para elite politik AS itu, seperti: George

W. Bush (presiden), Robert (Dick) Cheney (wakil presiden), Colin Powell

(menteri luar negeri) Condoleezza Rice (penasihat keamanan nasional), Donald

Rumsfeld (menteri pertahanan), Paul D. Wolfowitz (wakil menteri pertahanan)

yang dikenal sebagai kelompok Hawkish, membuat bahaya kelaparan pangan bagi

kelangsungan hidup masyarakat sipil Irak.

Pemilihan presiden AS 4 November 2000 dimenangkan secara kontroversial

oleh George Walker Bush, yang tidak lain merupakan anak dari George H. W.

Bush (presiden AS 1988-1992). Sejak pertama kali menginjakan kakinya di

4

(15)

Gedung Putih sebagai seorang presiden pada 1 Januari 2001, Bush Jr sudah

bertekad untuk menyerbu Irak dan menggulingkan Saddam Hussein dari jabatan

presiden Irak. George H. W. Bush gagal menggulingkan Saddam Hussein, dan ia

pun bahkan gagal terpilih kembali sebagai presiden AS dalam pemilihan tahun

1992. Keadaan ini oleh Bush Jr dianggap bahwa Saddam Hussein telah

mempermalukan ayahnya, Bush Sr. Di samping itu juga karena ada lantai sebuah

hotel termewah di Baghdad yang bergambar wajah Bush Sr yang dengan

sendirinya setiap hari terinjak-injak oleh kaki para tamu hotel itu. Tentu bukan

hanya itu, Bush Jr sejak awal telah menyebut dirinya sebagai “seorang presiden

perang”.5

Sejak tahun 2001, situasi politik internasional tidak menentu. Terutama

setelah terjadinya dua peristiwa penting. Pertama, terjadinya tragedi penyerangan terhadap gedung kembar pencakar langit World Trade Centre (WTC) di New

York serta gedung Pentagon di Washington DC, Amerika Serikat pada 11

September 2001. Meskipun bukti-bukti yang disodorkan masih kontroversial,

pemerintah AS bersikeras menuduh jaringan terorisme internasional, Tanzhim

al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden yang berbasis di Afghanistan sebagai pelaku

utamanya. Kedua, invasi dan pendudukan AS atas Irak (sejak April 2003). Invasi dan pendudukan AS terhadap Irak ini didasarkan atas tuduhan bahwa rezim yang

berkuasa di negara tersebut merupakan pendukung jaringan terorisme

internasional dan memiliki senjata pemusnah massal yang dikembangkan rezim

Saddam Hussein. Invasi tersebut tidak hanya berdasarkan pada tujuan mengambil

senjata pemusnah massal dan adanya konspirasi mesra antara rezim Saddam

5

(16)

dengan kelompok Al-Qaeda dan Taliban. Namun menurut Riza Sihbudi (peneliti

LIPI) dalam bukunya Menyandera Timur Tengah mengatakan bahwa semua tuduhan tersebut adalah sebuah rekayasa politik yang dilancarkan AS agar bisa

melegitimasi perang terhadap Irak, walaupun mendapat kecaman dari berbagai

negara yang tidak menyetujui aksi penyerbuan terhadap Irak, hingga PBB pun

menolak memberikan legitimasi dan restunya terhadap invasi tersebut. Yang lebih

ironisnya lagi, semua dokumen menjadi dasar semua tudingan itu pun ternyata

diyakini banyak kalangan tidak lebih daripada tipuan belaka, dari kalangan

intelijen AS. Menurut sumber lain yaitu buku Blood Money (Membuang Jutaan

Dolar, Menewaskan Ribuan Jiwa, & Perusahaan Rakus di Irak) karya tim investigasi perang Irak yang berasal dari AS bernama Christian Miller pada

halaman xviii secara kronologis dijelaskan bahwa, pada tanggal 8 Maret 2003

pasukan bersenjata AS menganugerahkan kontrak senilai US$ 7 milyar kepada

perusahaan Halliburton untuk merehabilitasi industri minyak di Irak dan setelah

itu pada tanggal 22 April 2003 perusahaan Halliburton memperoleh kucuran

minyak Irak untuk pertama kalinya sejak invasi.6 Ini mengakibatkan adanya

indikasi yang kuat bagaimana latar belakang pendudukan AS atas Irak yang

sebenaranya: tidak lain ingin menguasai minyaknya, karena kita tahu bahwa

negara Irak merupakan penghasil minyak terbesar ketiga di dunia.

Dalih untuk menghentikan terorisme dan menghancurkan senjata pemusnah

massal di Irak itu semua terbantahkan setelah David Kay pimpinan inspektur

persenjataan AS di Irak pada tanggal 28 Januari 2004, mengatakan kepada seluruh

anggota DPR dan senat AS bahwa mereka tidak pernah menemukan senjata

6

(17)

pemusnah massal yang selalu menjadi alasan dari peperangan ini, dan hasilnya,

bahwa intelijen praperang telah keliru.7

Di masa transisi perpolitikan ini paling tidak ada dua skenario yang akan

diterapkan pada Irak jika AS menginvasinya tanpa dukungan dunia internasional

karena Irak dianggap tidak terbukti melanggar dan menabrak aturan main yang

telah diratifikasi oleh PBB melalui Resolusinya No. 1441, yakni memiliki senjata

pemusnah massal, seperti nuklir, senjata kimia, dan biologi.

Sejak saat itu invasi dan pendudukan AS terhadap Irak tetap saja

berlangsung, akibatnya gelombang anti invasi AS pun merebak di mana-mana.

Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pun menolak memberikan legitimasi

atas invasi AS ke Irak.8

Semuanya berdampak buruk bagi kedamaian rakyat sipil Irak yang semula

aman terkendali, menjadi menakutkan. Karena akibat invasi AS di Irak, ratusan

ribu rakyat Irak menjadi korban dan Negeri 1001 Malam itu jadi carut marut oleh

berbagai aksi kekerasan dan pertikaian antar sektarian/mazhab/etnis, masalah

kematian warga sipil yang sia-sia, masalah listrik & air, tempat-tempat rumah

sakit/Ibadah dan tempat perlindungan lainnya.Yang telah direnggut dengan

ledakan-ledakan bom yang dilancarkan AS dan sekutunya. AS bukan hanya harus

menarik seluruh tentaranya dari Irak, tapi Bush juga harus dimintai pertanggung

jawabannya atas pelanggaran HAM berat, jika perlu di hadapan Mahkamah

Internasional.

Aksi penolakan pun digelorakan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI)

dan Liga Arab sebagai jembatan perdamaian bagi kelanggengan hidup rakyat

7

Christian Miller, h. xxi. 8

(18)

Timur Tengah. Juru bicara Liga Arab, Hisyam Yusuf, menegaskan, sikap resmi

negara-negara Arab tidak akan pernah berubah, yakni menolak aksi militer AS ke

Irak seperti yang direkomendasikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab di

Beirut pada bulan Maret 2002. Menurut Yusuf , tidak ada alasan yang kuat dan

layak untuk menyerang Irak selama Baghdad melaksanakan resolusi DK PBB

serta menghormati legalitas internasional.9 Akibatnya masa depan rakyat Irak

sampai tahun 2007 bisa dikatakan tidak kondusif.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dalam suatu penelitian sudah barang tentu ditemui permasalahan sebagai objek

penelitian, maka masalah-masalah yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

a. Motivasi invasi dan pendudukan (serangan militer) AS ke Irak

b. Sejarah peperangan di Irak

c. Kepentingan AS atas penyerbuannya ke Irak

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari melebarnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

maka penulis membatasi pembahasannya pada tahun 2003 hingga 2007, yaitu

masa pemerintahan presiden Goerge W. Bush dan implikasinya yang luas

terhadap masyarakat sipil Irak.

Adapun pembahasan skripsi ini dirumuskan dalam tiga pertanyaan:

a. Bagaimana kehidupan masyarakat Irak pra invasi AS 2003

9

(19)

b. Bagaimana penyerbuan Amerika Serikat atas Irak itu terjadi?

c. Bagaimanakah dampak penyerbuan AS bagi rakyat sipil Irak ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

a. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui lebih mendalam tentang berbagai faktor invasi dan pendudukan

(penyerbuan) AS atas Irak antara rentang waktu 2003 hingga 2007.

2. Untuk dapat mengkomparasikan sumber yang satu dengan yang lainnya, baik

itu sumber primer maupun sekunder.

3. Mengetahui hal-hal lain yang terkait dengan akar peperangan, seperti:

bagaimana sikap PBB, Liga Arab, OKI, dll.

4. Mengetahui bagaimana dampak invasi dan pendudukan AS atas Irak bagi

rakyat sipil Irak.

b. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penelitian yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Penulisan skripsi ini diharapkan berguna bagi penulis, agar nantinya tulisan

yang penulis rancang tersebut dapat menjadi modal yang baik untuk

menulis.

2. Skripsi ini mudah-mudahan dapat bermanfaat terkhusus bagi jurusan dan

fakultas agar kelak tulisan bisa menjadi rujukan teman-teman mahasiswa

(20)

3. Skripsi ini penulis berharap dapat berguna sebagai khazanah kesejarahan

bagi instansi terkait yang membahas tentang teori konflik dan dampak dari

perang.

D. Metodologi Penelitian

Skripsi ini ditulis dengan menggunakan buku Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori, dan Praktik) karya dari Basri MS sebagai rujukan metodenya. Adapun tahapannya meliputi empat tahap, yaitu:

1. Heuristik, yaitu mengumpulkan sumber-sumber primer, dan beberapa tulisan

dari Trias Kuncahyono maupun Mustafa Abd. Rahman yang meliput langsung

kejadian peperangan Irak dan tulisan primer lain yang berkaitan dengan topik

tersebut. Seperti karya Christian T. Miller, Blood Money (Membuang Jutaan Dolar,Menewaskan Ribuan Jiwa,& Perusahan Rakus di Irak) dan beberapa artikel dan tajuk koran Kompas yang berjudul Bush Tak Setuju Perang Irak (Buku Memoar 10 November 2010. Saddam: Tak ada niat saya membakar

kilang minyak 27-Februari-2003. Kondisi Geopolitik Rapuhkan Ekonomi

Dunia 23 Januari 2003. Selanjutnya penulis menggunakan sumber-sumber

sekunder yang mempunyai korelasi dan relevansi dengan materi pembahasan.

Seperti karya Abdul Halim Mahally, Menjarah Negeri Muslim”Menguak

Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan”, Mohammad Safari, & H. Almuzzammil Yusuf, Perang Iraq-AS “Hegemoni Baru AS di Timur

Tengah dan Dampak Globalnya”, dan Dhurorudin Mashad, dkk Saddam

(21)

mengaktualisasikan sebuah peristiwa, yang nantinya penelitian tersebut dapat

penulis kembangkan dan mendapatkan metodologi yang penulis garap sesuai

dengan standarisasi metodologi penelitian yang kontemporer.

2. Kritik, sumber-sumber yang terkumpul baik primer maupun sekunder

kemudian dikritik baik secara ekstern maupun intern. Yang dimaksud ekstern

ialah otentisitas atau keaslian, pokok kritik ekstern adalah menguji hal-hal yang

bersifat fisik dan penampilan luar dari sumber-sumber tersebut. Ini berarti

penelahaan pada hal-hal yang bersifat material seperti: jenis kertas, jenis tinta,

waktu, zaman, tempat, dan identifikasi pengarang yang sebenarnya. Sedangkan

kritik intern ialah membahas masalah kredibilitas atau keabsahan. Kritik

internal ini bertujuan mengungkap isi kebenaran (validitas) sumber tersebut,

seperti: menyelami alam pikiran pengarang serta kondisi mental dan kejujuran

pengarang dalam mengobyektifkan suatu sumber.

3. Interpretasi,untuk mengetahui makna yang terkandung dalam sebuah sumber.

Tidak cukup hanya memperhatikan teks-teks saja tetapi kita perlu menganalisis

dan menafsirkan kembali, yakni apakah proses dalam penulisannya dalam

suasana bebas merdeka, tanpa tekanan dari siapapun atau sebaliknya. Sebab

jika sebaliknya, maka apa yang terkandung dalam teks sumber itu, tidak

orisinil, artinya tidak sesuai dengan hati dan pikirannya. Agar tulisannya itu

bisa lebih obyektif dan tidak multitafsir

4. Historiografi, yaitu penulisan sejarahnya, di mana mencoba merekonstruksi

kembali kejadian historisitas penyerbuan AS atas Irak dan dampaknya dari

tahun 2003 sampai 2007 secara kronologis. Menurut Taufik Abdullah, suatu

(22)

dilakukannya penelitian, sebab tanpa dilakukannya penelitian maka penulisan

sejarah menjadi rekonstruksi tanpa pembuktian.

E. Tinjauan Pustaka

Banyak sekali tulisan baik berbentuk buku, jurnal, koran, dan karya tulis

lainnya tentang pendudukan AS atas Irak. Di antara karya-karya tersebut harus

dicari mana yang benar-benar otentik. Meminjam istilah Kuntowijoyo dalam

penulisan itu mesti mempunyai prinsip ontentisitas dan kredibiltas, dengan

keduanya bersinergi maka tulisan itu bisa menjadi otoritatif dan layak diangkat ke

dalam dunia akademis.

Maka dari itu tulisan ini harus mempunyai kedua unsur tersebut agar tidak

melanggar ketentuan akademis. Apalagi tulisan ini mengenai isu-isu kontemporer

yaitu invasi dan pendudukan AS atas Irak. Buku berjudul Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish karya Trias Kuncahyono (wartawan Kompas yang meliput dan menginvestigasi langsung kejadian perang AS-Irak) layak dijadikan sebagai salah

satu sumber.

Selanjutnya penulis mengkomparasikan buku di atas dengan buku Geliat Irak Menuju Era Pasca Saddam karya Musthafa Abd. Rahman (wartawan Kompas yang bertugas di Kairo), yang pada saat yang sama juga meliput secara

langsung peperangan yang terjadi antara AS-Irak. Kedua buku ini penulis anggap

merupakan sumber primer yang otoritatif, karena kedua buku ini merupakan hasil

investigasi empiris dan langsung, bukan berdasarkan rujukan-rujukan buku

(23)

Penulis juga menukil referensi dari pihak Washington melalui (seorang

wartawan investigatif peraih penghargaan dari Los Angeles Time Biro Washington), bernama T. Christian Miller. Dalam sepuluh tahun pengabdiannya

sebagai jurnalis profesional, ia telah meliput empat perang dan satu kampanye

kepresidenan, salah satunya adalah perang Irak. Isi buku itu sangat obyektif dan

tidak memihak ke AS maupun Irak, semuanya diangkat berdasarkan fakta yang

terjadi di lapangan.

Buku lainnya adalah berjudul Bush’s War for Reelection “Iraq, The White

House, And The People” karya James Moore dari AS peraih Emmy Award.

Dalam kiprahnya di dunia karya tulis, ia juga hampir sama dengan Miller yang

selalu hadir dalam kampanye kepresidenan sejak 1976. Maka dari itu dengan

rujukan yang induk seperti ini penulis meyakini, itu merupakan sumber primer

yang patut diapresiasi dan layak dijadikan sumber referensi utama.

Selain itu buku tentang akhir perang teluk yang penulis cari di perpustakaan

nasional itu juga sangat representatif bagi rujukan skripsi ini, yang ditulis oleh

Joko Pitono H. P. di mana masyarakat sipil, ketika itu menjadi bulan-bulanan

peperangan dan pelanggaran HAM. Selanjutnya penulis juga mendapatkan

buku-buku dari Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan website yang dapat dipercaya seperti:

Murray Sabrin. “Dampak Perang Irak pada Ekonomi AS”.artikel di akses pada 27 Juni 2006. Dari http://www.lewrockwell.com/orig3/sabrin4.html dan “AS Dituduh

Merampok Uang Minyak Irak,” artikel diakses Senin, 20/06/2011 08:03. WIB

dari

(24)

F. Kerangka Teori

Dalam membahas permasalahan di atas, sudah tentu akan menggunakan

pendekatan konsep pemikiran tertentu sebagai penguat ataupun penunjang

masalah yang diajukan. Di antaranya penulis kutip pendapat Christian T. Miller

(wartawan AS) yang berteori bahwa invasi AS atas Irak akibat daripada minyak

yang melimpah ruah yang dimiliki oleh Irak, apalagi kondisi sosial dan politik di

bawah rezim Saddam Hussein mengalami defisit kepercayaan rakyat terhadap

kepemimpinannya akibat kondisi ekonomi yang tidak kian membaik. Hingga saat

itu AS melakukan eksploitasi untuk melegitimasi perang dan mengambil

keuntungan di Irak dan mengambil kekayaan minyak yang ada di sana, dengan

atas nama perbaikan kondisi ekonomi, politik, sosial, dan melawan negara teroris.

Senada dengan di atas apa yang dikatakan oleh Trias Kuncahyono (wartawan

Kompas) terjadi pergeseran nilai dan penjungkiran opini, di mana AS melakukan

penyerbuan terhadap Irak dengan dalih mencari senjata pemusnah massal dan

keterkaitan Saddam dengan kelompok teroris. Namun pada kenyataannya, ialah

bagaimana AS dapat memiliki minyak dengan melegalkan konflik dengan Irak.

(25)

G. Sistematika Penulisan

Untuk menyajikan laporan dan penulisan sekaligus memberikan gambaran

yang jelas dan sistematis tentang materi yang terkandung dalam skripsi ini,

penulis menyusun sistematikanya ke dalam 5 bab beserta bibliografinya dengan

urutan sebagai berikut.

Bab I : berisikan latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka teori, dan sistematika penulisan.

Bab II : merupakan bab inti pertama yang membahas kehidupan sosial masyarakat

Irak pra invasi AS 2003 dari segi analisis sejarah maupun geografisnya, yang

ketika itu dipimpin oleh presiden Saddam Hussein. Serta perkembangan maupun

kondisi politik Irak pada waktu itu.

Bab III : merupakan bab inti kedua yang akan membahas sebab-sebab yang

melatarbelakangi invasi dan pendudukan AS atas Irak.

Bab IV : merupakan bab inti ketiga yang akan membahas berbagai macam

dinamika kepentingan AS menginvasi dan menduduki Irak.

BAB V : mengandung dua sub-bab, yaitu kesimpulan yang merupakan pandangan

penulis tentang hasil penelitian yang telah ditempuh. Kesimpulan merupakan hasil

akhir yang dapat penulis berikan sebagai puncak dari kegiatan penelitian yang

dilaksanakan. Sub-bab yang kedua; saran-saran yang merupakan anjuran penulis

kepada para akademisi yang memiliki perhatian terhadap penelitian sejarah dan

peradaban Islam, terutama yang berkenaan dengan invasi dan pendudukan AS atas

(26)

BAB II

KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK PRA INVASI AS 2003

A. Kondisi Sosial Masyarakat

Negara Republik Irak (al-Jumhuriyah al-Irakiyah) yang beribukota Baghdad

ini berpenduduk 18.317.000 jiwa sesuai sensus 1990. Pada sensus 2010

berdasarkan situs resmi CIA milik Amerika yang telah diupdate pada tanggal 18 Oktober 2011, Populasi kependudukan Irak mengalami perkembangan yang

signifikan sekitar 30.399.572 jiwa penduduk Irak.10

Luas wilayahnya mencapai 435.052 km2 dengan kepadatan penduduk

mencapai 42.1/Km2. Bahasa resminya adalah bahasa Arab. Penduduk yang

beragama Islam mencapai 95,8 % (Sunni dan Syiah), Kristen 3,5 % dan sisanya

Yahudi. Mata uangnya adalah Dinar. Negara yang berada di bagian barat daya

Asia ini, memiliki batas wilayah; di selatan berbatasan dengan Kuwait dan Saudi

Arabia, di barat dengan Jordania dan Syria, di utara dengan Turki, dan di timur

dengan Iran.11

Banyak keluarga di Irak hidup di Pedesaan. Karena jika tinggal di pedesaan

mereka dapat hidup lebih tentram dan bisa menggiring pertanian di daerahnya.

Ukuran rata-rata masyarakat Irak lebihn senang berada di daerah kota-kota kecil.

Karena jika berada di kota-kota besar sangat riskan keamanannya.

Dan tradisi pernikahan di Irak sangat cenderung lebih dini dan banyak.

Karena memang tradisi Islam sangat menganjurkan nikah lebih muda dan

10CIA. “Population Irak People ,Country Comparison to The World”

.artikel di akses pada: 18 Oktober 2011. Dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ iz.html.

11

(27)

mempunyai keturunan yang banyak. sehingga banyak remaja muda yang sudah

menikah. Apalagi sesudah Perang Teluk II antara Irak-Kuwait selesai, pada tahun

1995 s/d 2000 kondisi Irak bisa dikatakan relatif aman untuk melakukan resepsi

pernikahan secara terang-terangan. Maka dari presentase Irak angka kelahrian di

sana itu cukuplah tinggi. Walaupun tidak menutup kemungkinan angka kematian

di Irak juga tak kalah tingginya.

Tingkat kelahiran dan kematian di Irak mengalami kondisi fluaktuatif,

terkadang tinggi dan rendah. Akibat angka kelahiran dan kematian yang selalu

seimbang dan bersaing. Dan pertumbuhan penduduk Irak pun terbilang cepat

sejak tahun 1950-an. Tingkat pertumbuhan penduduk Irak sekitar 2,7 persen

(1.027 kelahiran dan untuk 1.000 setiap kematian per tahunnya).12

Jumlah penduduk Irak sekitar 23 juta jiwa ( perkiraan tahun 2003) dengan

74 persen tinggal di perkotaan. Lebih dari 24 persen populasi timggal di wilayah

ke gubernuran Baghdad. Masyarakat terdiri dari berbagai unsur, yang sebelumnya

tidak pernah digabungkan dalam satu negara merdeka. Dulu, dan juga sekarang,

populasi Irak terbagi dalam berbagi kategori yang tumpang tindih, mencakup

asal-usul sosial dan etnik, sekte religius, pekerjaan,latar belakang, daerah dan

kesukuan.

Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk (95 persen), adalah agama

resmi di Irak. sekitar seperemapat dari penganut Islam ini adalah etnis Kurdi, yang

mayoritas beraliran Sunni. Sisanya yang tiga perempat adalah orang Arab.

12

(28)

Komunitas agama lain adalah Kristen (3,6 persen), Sabean dan Yazidi (1,4

persen) bahasa Arab meruapakan bahasa resmi Irak. Tetapi, sesuai dengan

keragaman etnis yang ada, bermacam bahasa digunakan di Irak, seperti bahasa

Kurdi, Assyiria,Persia, Turki, Turkmen, dll.13 Semua kondisi sosial ketika itu

aman dan terkendali, tak ada pertikaian yang begitu berarti pasca Perang Teluk II

1991 dan pra invasi AS 2003.

Data dari UNICEF keadaan psikososial anak kesejahteraan belum sistematis

dipantau sampai sekarang, menyajikan data tersebar dan sering tidak lengkap

untuk periode yang dipertimbangkan sejak (1989-1999).

Kebanyakan orang tua khawatir Irak akan terus-menerus tidak berjalan

sesuai dengan harapan rakyat Irak, untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka

dan mengirimkan kekhawatiran ini kepada anak-anak mereka (UNICEF:

Anak-anak dan Wanita di Irak - Sebuah Analisis Situasi, 1992; Wawancara dengan

Asosiasi Keluarga Berencana Irak, 22.3.99). Pemuda dan 'anak-anak di Irak saat

ini, tumbuh dengan rasa mendalam ketidakamanan tentang kepuasan hidup dasar

mereka dan kebutuhan pembangunan, dan anak-anak berumur 4 tahun sudah

terlibat dalam kegiatan yang menghasilkan pendapatan dalam rangka memberikan

kontribusi untuk keluarganya, sebagian besar dari mereka bekerja di jalanan.

Suasana keluarga juga menderita tekanan psikologis batin. Kelelahan orang

tua yang hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga secara alami

kurang sensitif dan peduli terhadap anak-anak mereka, dan anak-anak kehilangan

sering menambahkan melalui perilaku konsekuen sulit mereka ke dalam

13

(29)

penderitaan orang tua. Peningkatan konflik keluarga dan penganiayaan anak-anak

telah diamati (UNICEF: Anak-anak dan Wanita di Irak - Sebuah Analisis Situasi,

1992; Wawancara dengan Asosiasi Keluarga Berencana Irak, 22.3.99). Lebih

banyak anak dipaksa oleh orang tua mereka untuk bekerja di jalan-jalan (TT Al

Jadir: Studi Fenomena menggelandang, Baghdad, 1998). Laporan lainnya

menunjukkan peningkatan break up keluarga, mengakibatkan peningkatan jumlah

anak yatim (Wawancara dengan Asosiasi Keluarga Berencana Irak,, 22.3.99 dan

Departemen Tenaga Kerja dan Sosial, 23.3.99). Keluarga yang mencintai sumber

daya untuk perawatan yang habis jangka panjang melalui beberapa kesusahan

tidak dapat lagi memberikan anak-anak mereka dengan rasa memiliki.

Anak pertengahan: Di masa pertangahan kanak-kanak nutrisinya terus

mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi, belajar dan menghafal dan

dengan demikian mencerminkan negatif pada kemajuan pendidikan mereka.

(Laporan Pertama Berkala Irak tentang Pelaksanaan Konvensi Hak Anak, 1996))

Saat ini tidak ada data tentang status gizi anak yang lebih tua, namun peningkatan

gizi buruk, penyakit dan kematian telah diamati (UNICEF Analisis Situasi

Perempuan dan Anak di Irak, 1997). Khawatir tentang kebutuhan dasar juga

mengalihkan perhatian anak dari belajar dan kegiatan kreatif dan produktif

lainnya dan dengan demikian mencerminkan negatif terhadap jalannya

perkembangan intelektual mereka.14

Bagaimanapun jika kita lihat kondisi Irak pada saat itu terbilang tidak

terlalu memprihatinkan karena Irak negara yang cukup makmur dari segi struktur

14

UNICEF. Kondisi Psikososial Kesejahteraan Anak di Irak. artikel di akses pada: Februari 1997. Dari http://www.casi.org.uk/info/undocs/spec-top.html.

(30)

maupun infrastrukturnya, apalagi ditunjang dengan peradabannya yang begitu

memukau. Membuat dunia takjub akan warisan dari kesejarahan negara Irak

tersebut. karena Irak merupakan peninggalan dari segala macam dinasti dan

kerajaan yang sempat berjaya di masanya. Hingga kejayaan tersebut masih terasa

bagi rakyat Irak sendiri sebelum invasi AS yang kuat itu terjadi.

B. Kondisi Kehidupan Ekonomi.

Di bawah pemerintahan Saddam, data ekonomi dianggap rahasia negara,

dengan demikian, data yang dapat diandalkan untuk zaman itu terbatas. Menurut

data Economist Intelligence Unit, Irak PDB berdiri di sekitar $ 38 miliar dolar

tahun 1989, diukur dalam konstan 2003 dolar. Dari 1990 sampai Saddam

menerima syarat dan ketentuan Resolusi PBB 986 pada tahun 1996 PDB di Irak

tetap kurang dari 30 persen dari nilai 1989. Dalam periode 1996 sampai 2002,

data menunjukkan sebuah pemulihan bertahap sebagai GDP meningkat dari $

10600000000 pada tahun 1996 menjadi $ 33 miliar pada 2000 sebelum turun

kembali ke $ 29 miliar tahun 2001.GDP per kapita selama periode mengikuti tren

penurunan terlihat dalam PDB secara keseluruhan.

PDB per kapita pergi dari sekitar $ 2304 pada 1989 menjadi $ 938 pada

tahun 1990. Dari tahun 1991 sampai tahun 1996 PDB per kapita tidak pernah naik

di atas $ 507. Selama periode ketimpangan pendapatan adalah masalah sebagai

kekayaan terkonsentrasi di tangan Rezim loyalis dan pedagang sementara Irak

(31)

CBI menerbitkan buletin statistik dengan data GDP dalam harga sekarang

Data yang digunakan dalam gambar 7 diperoleh pada tahun 2004 di CBI. Perlu

dicatat bahwa validitas yang sebenarnya tidak diketahui.

Karena kurangnya data ekonomi yang spesifik, sulit untuk memisahkan

PDB Irak menjadi sektor. Diperkirakan bahwa pada 1989 minyak Irak terdiri

sekitar 61 persen dari perekonomian. Namun, setelah invasi Kuwait dan sanksi

pada ekspor minyak, ini terus menurun sampai 1996 ketika program OFF PBB

Irak diperbolehkan untuk melanjutkan ekspor minyak dikendalikan menggunakan

kontrak disetujui PBB. Sektor Pertanian PDB, meskipun lebih besar dari beberapa

negara tetangga, sangat kecil jika dibandingkan dengan minyak dan layanan.

Lahan subur pertanian Irak mencakup sekitar seperlima dari wilayahnya dan telah

memungkinkan Irak untuk mempertahankan sistem pertanian penting.

Pengembangan minyak Irak dimulai pada tahun 1901. Irak Perusahaan

Minyak Nasional (INOC) dibentuk pada tahun 1964, dan dengan nasionalisasi

minyak Irak antara tahun 1972 dan 1975, INOC mengambil alih dari perusahaan

minyak internasional yang sebelumnya menjalankan industri minyak negara itu.

Pada tahun 1987, INOC dibubarkan dan bergabung dengan Moo. Sebelum Perang

Teluk, minyak menyumbang lebih dari 60 persen dari PDB dan 95 persen dari

pendapatan mata uang asing. Setelah invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990 dan

embargo pada ekspor minyak Irak, produksi minyak Irak turun menjadi 10 persen

dari tingkat sebelum perang dari 3,5 juta barel per hari pada bulan Juli 1990

menjadi sekitar 350.000 barel per hari pada Juli 1991. Disetujui oleh PBB ekspor

minyak mulai pada Desember 1996 setelah Irak akhirnya menerima UNSCR 986

(32)

dari tahun manajemen reservoir minyak miskin; masalah korosi pada berbagai

fasilitas minyak; kerusakan fasilitas injeksi air, kurangnya suku cadang, bahan,

peralatan, dan kerusakan pada penyimpanan minyak dan fasilitas pemompaan.

Tidak seperti kebanyakan negara-negara Teluk, Irak memiliki potensi

pertanian yang cukup besar. Sekitar 12 persen dari lahannya ditanami, dimana 4

persen irigasi. 9 persen lainnya cocok untuk penggembalaan dan 3 persen adalah

hutan. Namun, selama pemerintahan Saddam, Irak tidak efektif menggunakan

potensi pertanian. Dalam partai Ba'ath, aktivitas di sektor pangan dan pertanian

ekonomi terus menurun. Pemerintah pengeluaran pada pertanian turun dari 18

persen dari pengeluaran total pemerintah pada tahun 1976 menjadi kurang dari 10

persen pada tahun 1980 dan terus menurun selama perang Iran-Irak. Di bawah

Saddam, sebagai akibat dari kekeringan, kurangnya input, metode miskin dan

administrasi lemah, Irak mampu mencapai tingkat produksi pertanian di dekat

potensinya. Setelah Perang Teluk pertama, sistem irigasi jatuh ke dalam

keruntuhan dan sebagian besar lahan pertanian irigasi di pusat dan selatan Irak

rusak parah karena salinisasi (larutan garam).

Pertumbuhan penduduk yang cepat selama tiga dekade terakhir, ditambah

dengan lahan pertanian terbatas dan stagnasi secara keseluruhan dalam produksi

pertanian terus meningkat ketergantungan Irak pada impor untuk memenuhi

kebutuhan pangan domestik. Pada tahun 2002, di bawah program OFF PBB,

antara 80 persen dan 100 persen dari Irak makanan pokok diimpor. Namun, Irak

tetap mandiri dalam buah-buahan dan sayuran.15

15

(33)

Dan minyak Irak pasca Perang Teluk II antara Irak dan Kuwait dari salah

satu sumber menurut Abdul Halim Mahally dalam bukunya Menjarah Negeri

Muslim”Menguak Agenda Besar AS, Dibalik Invasi Irak dan Afghanistan. Bahwa

Irak sebelum invasi AS memiliki cadangan minyak sekitar 338 milyar barel yang

juga berarti menempatkan sebagai pemilik cadangan terbesar di kawasan Timur

Tengah bahkan mengalahkan Arab Saudi. Namun tampaknya berlebihan, sebab

Arab Saudi tetaplah merupakan negara di kawasan Timur Tengah yang paling

besar cadangan minyaknya. Produksi minyak nampaknya akan terus diupayakan

meningkat jika hendak digunakan sebagiannya sebagai ganti rugi atau pemulihan

infrastruktur yang rusak akibat perang yang jumlah keseluruhannya mencapai

US$ 400 milyar. Karenanya produksi minyak Irak tidak boleh hanya berhenti

pada level 2.5 juta atau 3 juta barel per hari.16

Irak di bawah Presiden Saddam Hussein telah menjadi bangsa yang kuat.

Sambil memperkuat angkatan bersenjata, Saddam juga memperhatikan pertanian.

Begitu PBB menjatuhkan sanksi terhadap Irak, Saddam langsung membangun

pertanian Irak secara besar-besaran. Proyek yang pertama kali dikerjakan adalah

membangun irigasi untuk pertanian.

Tahun 1993, Saddam membelah padang pasir Irak untuk dijadikan sungai

yang diberi nama sungai Saddam (Nahr Assaddam). Panjangnya tidak kepalang. 500 kilometer. Begitu sungai selesai, padang pasir yang ada di kanan-kiri sungai

digenangi air dan disulap menjadi lahan yang subur. Hasilnya, padang pasir

dihijaukan dengan gandum sebagai makanan pokok, anggur dan korma. Karena

16

(34)

itu tidak usah heran kalau Irak tidak mengalami kelaparan walaupun sudah

diembargo sudah 10 tahun.

Jadi bayangan bahwa Irak akan kelaparan karena embargo, hanyalah ilusi

belaka. Bahkan menurut banyak pengamat, 100 tahun lagi, kalau PBB kuat

memberlakukan embargo, Irak akan masih punya daya tahan. Bahkan di saat

embargo ekonomi, Irak mengekspor beras dan gandum. Kesulitan yang dirasakan

akibat embargo adalah obat- obatan dan spare part mobil dan industri. “Di sini

semua terpenuhi, kecuali mobil baru,” kata salah seorang penjual koran.

Kesuksesan Saddam dalam bidang pertanian merupakan kunci utama

stabilitas politik di Irak selama embargo dunia. Irak yang memiliki sumber

minyak nomor tiga di dunia, sampai saat ini persediaan minyaknya dapat dihemat

untuk beberapa generasi berikutnya. Karena kebutuhan makanan pokok

melimpah, masyarakat Irak tetap tenang menghadapi embargo PBB.

Bagi rakyat Irak dewasa ini masalah demokrasi dan HAM tidak menjadi

isu sentral. Bahkan bagi mereka demokrasi dan HAM hanyalah slogan Amerika

untuk menghancurkan Irak. Dengan cara pandang seperti ini, popularitas Saddam

tetap tak tergoyahkan di mata rakyat negara yang bertetangga dengan Iran itu.

Bagaimana nasib mata uang dinar Irak? Tentu saja nilai dinar terjun bebas.

Meski demikian, nasionalisme rakyat Irak tidak bisa digoyang dengan nilai dinar

yang anjok itu. Sebelum embargo 1991, satu dinar Irak ditukar dengan 2,7 dolar.

Sekarang satu dollar ditukar dengan 1.900 dinar. Berarti nilainya anjlok sampai

(35)

ltulah Irak yang terus bergulat untuk melepaskan diri dari tiang gantungan

imperialisme Barat. Irak adalah contoh negara yang tidak pernah menyerahkan

nasibnya kepada imperialisme yang serakah dan tidak kenal malu. Kita berharap

Irak tetap tegar menghadapi dunia Barat. Untuk masa depan fenomena Irak tetap

menarik untuk diikuti.17

C. Kondisi Politik

Berbagai aspek telah dilancarkan oleh Saddam Hussein demi memenuhi

ambisinya dengan mengeluarkan beberapa kebijakan politik yang telah

disepakatinya, kebijakan ini antara lain meliputi kebijakan dalam dan kebijakan

luar negeri. Beberapa manuver politik menjadi hal yang biasa dilakukan

pemerintahan Irak yang dipimpim Saddam. Di antaranya di dalam negeri sendiri

ia selalu mempromosikan pemahaman Arab Sunni sebagai aliran keagamaan yang

mesti dipatuhi, padahal banyak Sekte/Mazhab yang lain mesti dihormati dan

dihargai keberadaannya. Saddam diyakini mempunyai ambisi ini dengan

memanfaatkan situasi demi bisa mempertahankan kekuasaan politiknya.

Tidak hanya itu saja, masa sebelum invasi AS 2003 belum terlalu

signifikan, Kondisi perpolitikan di Irak sedikit agak rejim waktu Saddam

memimpin sebagai presiden Irak ketika itu, hingga sebagain besar etnis Kurdi dan

sekte Syiah merasa didiskriminasi oleh segala macam kebijakannya. Dari

masalah hak sebagai warga negara sipil yang mesti diprioritaskan sampai menjadi

17

(36)

masyarakat kelas dua di Baghdad. Karena yang sama-sama kita ketahui Saddam

adalah penganut sekte Sunni yang berada di Irak. Walaupun Syiah mayoritas di

Irak dan Sunni minoritas, tetapi jarak antara Sunni dan Syiah menjadi sangat

kentara dan terjadilah tirani minoritas yang dilakukan Saddam dan oknum sekte

Sunni di Irak.

1. Kebijakan Politik Dalam Negeri Saddam Hussein

Beberapa teknik politik Saddam khususnya di dalam negerinya ia telah

membangun pasukan rejim, Saddam juga bersandar pada beberapa strategi politik

yang mengkonsolidasi kekuasaanya. Pertama , pemimpin Irak memodifikasi celah kebijakan politik dalam dan luar negerinya agar sesuai dengan kepentingan

pendukung utamanya. Pada umumnya pendukung Saddam berupaya

mempertahankan hegemoni mereka di Irak, mempromosikan kekuasaan Arab

Sunni di dalam negeri dan mendapat pengakuan sebagai kekuatan Arab yang

dominan. Saddam punya ambisi ini dan juga mengeksploitasinya agar dapat

mempertahankan kekuasaan politiknya.

Kedua, Saddam berupaya terus menyingkirkan kompetitor potensialnya. Tindakan oposisi dapat menghasilkan ganjaran dan pemenjaraan, tergantung

apakah Saddam melihat pelaku itu sebagai suatu ancaman atau sekutu pada waktu

itu. Ketiga, Saddam juga mempergunakan cara kooptasi dan bentuk lainnya untuk menjamin dari pendukungnya yang berjumlah terbatas, pendukung di antaranya

berupa suku-suku dan keluarganya.

(37)

kepala negara Republik Indonesia yang saat ini hanya mengedepankan politik

pencitraan ketimbang memikirkan masalah yang lebih penting dan urgen untuk

urusan rakyat banyak. Saddam berupaya selalu mempromosikan dirinya yang

mempunyai citra terkuat kapanpun juga. Citra kekuatan Saddam meyakini akan

dapat mengontrol di dalam negeri dan intervensi luar negeri.18

Di dalam media masa, dari elektronik hingga cetak Saddam mulai

berploriferasi dengan berupaya memutar balikan fakta dengan menggunankan

media tersebut agar politik pencitraannya berjalan sesuai dengan apa yang ia

harapkan. Saddam melakukan manuver dengan menyatakan dirinya telah

menyelamatkan Irak secara konstan. Saddam khususnya mempublikasikan

keberhasilannya dalam menumpas pergolakan di dalam negeri di antara suku

Kurdi dan kelompok Syiah untuk mengkonsolidasikan dukungan di antara para

pendukung utamanya.

2. Kebijakan Politik Luar Negeri Saddam Hussein

Dan kebijkaan politik di luar negeri ia, selalu manyatakan dan mengklaim

dirinya sebagai pemimpin Dunia Arab yang kuat sehingga ia berharap kepada

seluruh negara-negara yang ada di dunia menghargainya dan menghormatinya.

Selain itu Saddam mengaku dirinya sebagai singa padang pasir yang begitu kuat.

Itulah beberapa contoh singkat dari sekian banyak kebijakan politik Saddam yang

kontroversi dan terkadang mencari sensasi.

Saddam bahkan sangat elegan dan piawai dalam mengkampanyekan

kebijakan luar negerinya, tapi memang harus kita akui ia gagal di tengah jalan

18

(38)

akibat promosi kebijakan luar negerinya yang kurang begitu diapresiaskan negara

lain, lebih-lebih lagi negara multi nasional19 yang memusuhi tindak tanduk

Presiden Saddam Hussein.

Empat tujuan utama yang mengendalikan kebijakan luar negeri Irak

sekarang ini adalah mempertahankan pemerintahan rejim Baath saat ini, di mana

Baath sendiri adalah haluan politik Saddam Hussein. Ia pun ingin mengakhiri

sanksi PBB, mencapai hegemoni tingkat regional dan membangun kemampuan

senjata NBC (Nuclear Biological Chemical)

Perhatian utama rejim Baath saat ini adalah melindungi dan khususnya

meningkatkan kekuasaan di Irak, sebuah perhatian yang direfleksikan dalam

kebijakan luar negeri Irak. seperti yang dijelaskan di atas, agenda dalam negeri ini

adalah memberangus lawan-lawan politiknya yang membangkang ataupun

bersebrangan dengan Saddam, sekaligus mempertahankan diri dari rejimnya.

Kebijakan luar negeri Irak menekankan faktor ini. Upaya untuk dapat

mendapatkan pengaruh di Arab dan dunia Islam ataupun melawan Amerika,

digunakan di dalam negeri untuk membersihkan citra Saddam.20 Seperti pula yang

dikemukakan di atas, Saddam juga terlibat demam politik yang sama hal dengan

pemerintahan Indonesia yang memperjuangkan Politik Pencitraan dan menafikan

hak-hak masyarakat sipil yang tertindas.

Saddam menuntut pencabutan sanksi dengan segera karena alasan politik

daripada motif ekonomi. Lebih dari isu lainnya, sanksi mensimbolisasi isolasi

Irak dan sikap keras Barat, khusunya upaya Amerika Serikat untuk menghukum

19

Negara multi nasional adalah negara-negara yang berusaha melakukan konspirasi dan bersekutu dengan Amerika Serikat dalam dukungannya untuk menghancurkan negara Irak di bawah rejim kekuasaan Saddam Hussein. Negara-negara ini pun meliputi: Inggris, Jerman, Prancis, bahkan Israel dll.

20

(39)

dan mengembargo Baghdad. Pencabutan sanksi tersebut akan mengisyaratkan

basis kekuasaan Saddam bahwa pemimpin Irak tidak dapat ditundukkan ataupun

dikalahkan kemudian muncul sebagai pihak yang menang. Dalam pengertian

material, pencabutan sanksi akan meningkatkan sumber daya rejim Baath dan

memungkinkan Saddam membangun kembali kekuatan konvensionalnya.

Untuk jangka panjang, Saddam menuntut hegemoni regional dan

pengakuan sebagai pemimpin Arab. Propaganda Irak dan upaya Saddam untuk

memperluas pengaruhnya melalui kekuatan terhadap Iran dan Kuwait,

memperlihat pemimpin yang mempunyai komitmen untuk melakukan ekspansi.

Untuk mengakhiri ini semua. Irak membangun berbagai kekuatan konvensional

setelah perang Iran-Irak dan membangun pasukan terbesar ke empat di dunia

sebelum sebagian besar pasukannya dihancurkan dalam perang Operasi Badai

Gurun. Bagi Sadam dan partai Baath , keberhasilan Pan-Arab di luar negeri yang

menegaskan hegemoni Irak dianggap sebagai meningkatnya pengaruh mereka di

dalam negeri.

Memiliki persenjataan NBC melengkapi ambisi Saddam tingkat

regional. Pertama, persenjataan ini memberikan pada Irak sebuah instrument

militer untuk membuktikan kekuataannya. Ia dapat mengancan negara-negara

tetangganya atau, bila perlu menggunakan senjata ini untuk mencaplok wilayah

dalam medan perang seperti yang dilakukannya pada tahun-tahun terakhir perang

antara Irak dan Iran. Baik Saddam maupun basis kekuasaannya meyakini,

persenjataan kimia memainkan peranan penting dalam kemenangan Irak atas Iran

pada perang antara Irak dan Iran. Kedua persenjataan NBC memberikan potensi

(40)

kawasan ini. Ketiga persenjataan ini adalah symbol status, sebagai sebuah negara

NBC, khususnya senjata nuklir, Irak di bawah rejim Saddam dapat mengancam

Israel dan harus ditanggapi secara serius oleh pihak Barat. Oleh karena itu

kebijakan luar maupun dalam negeri yang dilakukan banyak menuai kontroversi.21

D.Kondisi Kehidupan antar Etnis/Mazhab/Sekte.

Segera setelah terjadi perang Irak antara Kuwait itu selesai tahun 1991.

Kondisi keadaan etnis/mazhab/sekte tidak adanya tanda-tanda kehidupan yang

membaik. Segera pasca Operasi Badai Gurun, suku minoritas Kurdi Irak

memberontak terhadpa rejim Baath. Pada 22 maret 1991, rejim ini melakukan

serangan balasan terhadap rejim Saddam yang otoriter semenjak awal karir ia

menjadi presiden pada tahun 1970-an.

Yang melakukan serangan-serangan terhadap suku minoritas Kurdi di Irak

Utara. Angkatan Darat Irak menyerang para pemberontak dan warga sipil di Irak

Utara yang menyebabkan jatuh korban dalam jumlah yang besar dan penderitaan

di antara suku Kurdi Irak. Puluhan ribu suku Kurdi meninggalkan daerahnya

ketika pemrintahan pusat dapat mengambil alih kekuasaan di sana dan lebih dari

satu juta suku Kurdi meninggalkan desa-desa mereka ke arah Iran dan Turki.

Banyak di antara mereka hidup tanpa makanan atau perlindungan yang memadai

di gunung-gunung Irak Utara.

Untuk meringankan krisis dan beban suku Kurdi. AS mulai memanfaatkan

situasi dengan mengirim pasukan pada bulan April 1991 untuk menciptakan rasa

aman agar para pengungsi kembali ke kampung halaman mereka. Resolusi DK

21

(41)

PBB No.688 memberi kewenangan dalam menggunakan kekuatan untuk

melindungi upaya pertolongan di wilayah utara Kurdi. Pasukan AS, Perancis dan

Inggris mendirikan “Safety Zone” atau zona keselamatan dan mengamankan kamp-kamp pengungsi di Irak Utara.

Sekitar akhri Mei 1991, banyak suku Kurdi di Turki telah kembali ke Irak

dan suku Kurdi yang terusir telah kembali ke rumah-rumah mereka. Pada Mei itu

juga PBB, mengeluarkan kewenangan pada AS untuk melakukan operasi

pertolongan secara langsung, tetapi enggan, untuk mengintervensi untuk

melindungi suku Kurdi. Lebih dari 10.000 personil Angkatan Darat,Laut, dan

Udara AS berpartisipasi dalam operasinya. Dan negara-negara sekutu memberik

kontribusi sekitar 11.000 personil militer. Ketika pauskan Amerika dan

sekutu-sekutunya hendak memasuki negara ini, kampanye Irak berhenti. Selain berupaya

mengamankan wilayah yang mesti diselamatkan. Amerika juga menempatkan

pasukan di Turki guna mencegah penyerbuan Irak dan melindungi suku Kurdi.

Bahkan setelah PBB melakukan kontrol atas upaya pertolongan, komitmen militer

AS secara implisit masih berlaku.

Setelah zona yang dilindungi itu tersebut dibuat, konfrontasi ternyata tak

berakhir juga. Pada Agustus dan September, Irak mulai mengancam zona

keselamatan tersebut dengan mengerahkan pasukan ke wilayah utara dan

melakukan invasi terhadap suku Kurdi. Pasukan Irak dan kelompok paramiliter

suku Kurdi acapkali terjadi. Akan tetapi, setelah AS mengancam melakukan

pembalasan, Saddam menarik mundur dan tak lagi mengganggu wilayah zona ini

secara langsung hingga tahun 1996.22

22

(42)

Pada 1991 setelah lama kelompok sesame suku Kurdi yang berseteru karena

ingin memperebutkan kekuasaannya. Maka usai Perang Teluk I, UPK (Uni

Patriotik Kurdistan) dan PDK-Irak (Partai Demokratik Kurdistan-Irak), mereka

kembali bersatu karena sama-sama menjadi kaum tertindas, dengan bersatunya

suku Kurdi maka mereka menjadi kekuatan yang baru di Irak utara. Apalgai

dalam pemilu pada tahun 1992, kedua partai ini meraih 50 kursi di pemerintahan

regional Kurdistan dengan ibu kota Arbil (Erbil). Namun yang menjadi masalah

perseteruan terus terjadi, UPK menguasai wilayah tengah dan tenggara. Setelah

menduduki Arbil pada tahun 1994, UPK menyatakan menguasai separuh wilayah

Kurdista dan 70 persen wilayah penduduknya di bawah kekuasaanya. Belakangan

PDK-Irak menuduh UPK mendapat bantuan militer dari Iran.

Sejarah mencatat bahwa “perang” antar Kurdi untuk memperebutkan

wilayah kekuasaan dan pengaruh di Irak utara menjadi salah satu penyebab

mudahnya Saddam menguasai daerah itu. Selalu ada kelompok atau partai politik

yang dapat dipengaruhi oleh Baghdad. Saat ini ada dua wilayah Kurdi yang saling

bersaing. Kedua wilayah itu adalah Barzanistan di Irak utara bagian timur laut dan

Talibanistan di barat daya. “Barzanistan” dikuasai oleh Partai Demokratik

Kurdistan-Irak, sedangkan “Talibanistan” ada di bawah kekuasaan Uni Patriotik

Kurdistan.23

Tiga tahun kemudian, kedua partai tersebut terlibat pertarungan dan

pertempuran sengit sejak 1994 hingga 1997 untuk memperenutkan wilayah itu.

UPK pimpinan Jalal Talabani meminta bantuan Iran untuk memerangi PDK-Irak

pimpinan Massoud Barzani pun pada tahun 1996 meminta bantuan AS. Akan

23

(43)

tetapi karena bantuan yang diharapkan tidak datang-datang, ia menoleh meminta

bantuan kepada Saddam Hussein.

Ini kesempatan bagi Massoud Barzani dengan menjalin hubungan militer

dengan Saddam. Dengan bermodalkan minyak yang dihasilkan wilayahnya,

Massoud Barzani membeli senjata dan amunisi dari Baghdad. Pada bulan

September 1998, akhirnya Jalal Talabani dan Massoud Barzani bersepakta untuk

bersatu dan bersama-sama menyelenggrakan pemilihan umum pada bulan Juli

1999. Sejak saat itu disepakati genjatan senjata, tetapi langkah-langkah reunifikasi

untuk mempertegas dan memperteguh penyatuan merek tidak juga dilakukan.

Walaupun demikian, langkah konkrit kedua partai politik terbesar di

Kurdistan itu memberikan harapan baru bagi terciptanya kesatuan dan persatuan

Kurdi. Ini adalah sebuah langkah bersejarah dan sebuah langkah menuju arah

yang lurus. Upaya untuk menegaskan kembali bersatu itu terus digencarkan.

Misalnya, tanggal 7-8 September 2002 dilakukan pertemuan antara Massud

(Massoud) Barzani dari PDK-Irak dengan Jalal Talabani dari UPK di Salahudin,

Kurdistan selatan.

Dalam pertemuan tersebut, menurut laporan Kurdish Media, mereka

bersepakat untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi guna membahas isu

Kurdistan regional, dan internasional. Mereka juga sepakat untuk memerangi

terorisme, fanatisme, diktator. Kedua belah pihak menegaskan bahwa kesempatan

baru harus direbut dan dimanfaatkan sehingga bermanfaat bagi rakyat Irak dan

Kurdistan.

Masalah Syiah dan Sunni kondisi tersebut memang sering terpecah-pecah.

(44)

Kompas) dalam bukunya Bulan Sabit Di Atas Baghdad , menjelaskan yang dimaksude dengan Sunni adalah mazhab mayoritas kaum muslim yang melandasi

ajaran-ajarannya pada sunnah Nabi Saw. Dalam hal akidah. Mereka tidak banyak

berbeda dengan kaum Syiah, tetapi mereka tidak mengharuskan kepemimpinan

kaum muslimin dipangku oleh keturunan Nabi dan menantunya Ali bin Abi

Thalib. Sedangkan Syiah adalah mazhab minoritas kaum muslim yang secara

teologis sebetulnya tidak banyak berbeda dari mayoritas Sunni. Ciri utama kaum

Syiah adalah sangat mengagumi dan menghormati keluarga Nabi Muhammad

Saw (Ahlu Bayt). Secara politis dan historis, mereka adalah pengikut Ali bin Abi Thalib sepupu dan menantu Nabi Muhammad Saw.

Jelaslah Sudah bahwa sejak semula di dalam diri Irak terkandung “magma”

yang memiliki kekuatan demikian dahsyat dan sewaktu-waktu bisa meledak

karena alasan politik. Pembagian Syiah-Sunni lebih kepada alasan politik

ketimbang kultur yang mencerminkan kompetisi antara kedua kelompok

mengenai hak untuk memerintah dan mendefiniskan arti nasionalisme di Irak.

oleh karena itu elite Sunni lebih memilih nasionalisme Arab yang lebih luas

sebagai idelogi utamanya. Maka Syiah lebih memilih nasionalisme Irak.

Berdasarkan perkiraan per Juli 2002, jumlah penduduk Irak adalah

24.001.816 jiwa. 75-80 persen etnis Kurdi. Turkoman, Assirian, Dll 5 persen.

Apabila ditilik dari mazhab agama yang dianut kelompok etnis Arab terbagi dua:

sebanyak 60-65 persen menganut mazhab Syiah dan 32-37 persen mazhab Sunni.

Sisanya Kristen, Dll sebanyak 3 persen.24

24

(45)

BAB III

PENYERBUAN AS ATAS IRAK 2003-2007

A. Masalah Kepemilikan Senjata Pemusnah Massal

Perihal senjata kimia dan biologi maupun senjata pemusnah massal lainnya,

senantiasa mendapat perhatian besar dari Amerika Serikat (AS) sebagai alasan

kuat untuk memerangi kejahatan yang dialamatkan kepada Irak atau rezim

Saddam Hussein. Polemik inipun berkesinambungan baik sebelum dan sesudah

berhentinya aktivitas tim inspeksi senjata pemusnah massal PBB di Irak

(UNSCOM) pada bulan Desember 1998.

Menyimak tentang hakikat isu senjata pemusnah massal, ada baiknya kita

flashback mengetahui sejauh mana kemajuan yang dicapai Baghdad di bidang dua senjata itu, serta proses tim inspeksi PBB menghancurkannya serta hengkangnya

tim inspeksi PBB itu pada tahun 1998. Program riset, pengembangan dan

produksi senjata kimia dan biologi telah mendapat perhatian pemimpin Irak sejak

awal tahun 1970-an. Curahan perhatian tersebut merupakan awal dari revivalisasi

perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan Irak pada masa itu. Selain itu

program senjata kimia dan biologi Irak itu sebagai bagian pula dari rivalitas

militer yang kuat dengan perlombaan senjata dengan Iran, serta berkaitan juga

dengan isu konflik Arab-Israel.

Di samping itu, Irak merasa harus memilih senjata biologi sebagai unsur

kekuatan pengimbang strategis di kawasan Teluk maupun Timur Tengah,

menyusul reaktor nuklir yang telah digempur melalui pesawat tempur pasukan

Gambar

Gambar I.
Gambar II.
Gambar III.
Gambar IV.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Maka secara hukum surat dakwaan dan surat tuntutan tersebut adalah cacat menurut hukum karena tidak mengacu pada Pasal 143 ayat (2) sub a KUHAP. Pemohon juga keberatan

perlakuan terbaik untuk analisis proksimat untuk viskositas dan kadar gula sukrosa dengan penambahan konsentrasi 300 ml untuk kadar protein konsentrasi 100 ml,

Dalam analisis kualitas website infobdg penulis menggunakan metode webqual karena metode ini mengukur kualitas website berdasarkan presepsi pengguna, metode ini

Media komunikasi massa (iklan) telah menjadi perantara yang efektif untuk membentuk kebutuhan terhadap suatu produk dan mampu membangun citra (image) modern yang

Skripsi Saudara : SUKARDI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408030 yang berjudul: PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP SIKAP

Panitia Pelaksana Sertifikasi Guru Sub Rayon Universitas Muhamamdiyah Surakarta bersama surat ini mengumumkan hasil PLPG Tahap 2 Tahun 2016 sebagaimana

(2) Percobaan padat {hidrostatic test) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, tekanan uji 1,5 kali dari tekanan kerja yang diperbolehkan atau tekanan desain atau tercantum

Malhotra (2010:364) mengungkapkan populasi adalah gabungan seluruh elemen yang memiliki serangkaian karakteristik serupa mencakup semesta untuk kepentingan masalah