KEHIDUPAN MASYARAKAT IRAK PRA INVASI AS 2003
D. Kondisi Kehidupan antar Etnis/Mazhab/Sekte
Segera setelah terjadi perang Irak antara Kuwait itu selesai tahun 1991.
Kondisi keadaan etnis/mazhab/sekte tidak adanya tanda-tanda kehidupan yang
membaik. Segera pasca Operasi Badai Gurun, suku minoritas Kurdi Irak
memberontak terhadpa rejim Baath. Pada 22 maret 1991, rejim ini melakukan
serangan balasan terhadap rejim Saddam yang otoriter semenjak awal karir ia
menjadi presiden pada tahun 1970-an.
Yang melakukan serangan-serangan terhadap suku minoritas Kurdi di Irak
Utara. Angkatan Darat Irak menyerang para pemberontak dan warga sipil di Irak
Utara yang menyebabkan jatuh korban dalam jumlah yang besar dan penderitaan
di antara suku Kurdi Irak. Puluhan ribu suku Kurdi meninggalkan daerahnya
ketika pemrintahan pusat dapat mengambil alih kekuasaan di sana dan lebih dari
satu juta suku Kurdi meninggalkan desa-desa mereka ke arah Iran dan Turki.
Banyak di antara mereka hidup tanpa makanan atau perlindungan yang memadai
di gunung-gunung Irak Utara.
Untuk meringankan krisis dan beban suku Kurdi. AS mulai memanfaatkan
situasi dengan mengirim pasukan pada bulan April 1991 untuk menciptakan rasa
aman agar para pengungsi kembali ke kampung halaman mereka. Resolusi DK
21
PBB No.688 memberi kewenangan dalam menggunakan kekuatan untuk
melindungi upaya pertolongan di wilayah utara Kurdi. Pasukan AS, Perancis dan
Inggris mendirikan “Safety Zone” atau zona keselamatan dan mengamankan
kamp-kamp pengungsi di Irak Utara.
Sekitar akhri Mei 1991, banyak suku Kurdi di Turki telah kembali ke Irak
dan suku Kurdi yang terusir telah kembali ke rumah-rumah mereka. Pada Mei itu
juga PBB, mengeluarkan kewenangan pada AS untuk melakukan operasi
pertolongan secara langsung, tetapi enggan, untuk mengintervensi untuk
melindungi suku Kurdi. Lebih dari 10.000 personil Angkatan Darat,Laut, dan
Udara AS berpartisipasi dalam operasinya. Dan negara-negara sekutu memberik
kontribusi sekitar 11.000 personil militer. Ketika pauskan Amerika dan
sekutu-sekutunya hendak memasuki negara ini, kampanye Irak berhenti. Selain berupaya
mengamankan wilayah yang mesti diselamatkan. Amerika juga menempatkan
pasukan di Turki guna mencegah penyerbuan Irak dan melindungi suku Kurdi.
Bahkan setelah PBB melakukan kontrol atas upaya pertolongan, komitmen militer
AS secara implisit masih berlaku.
Setelah zona yang dilindungi itu tersebut dibuat, konfrontasi ternyata tak
berakhir juga. Pada Agustus dan September, Irak mulai mengancam zona
keselamatan tersebut dengan mengerahkan pasukan ke wilayah utara dan
melakukan invasi terhadap suku Kurdi. Pasukan Irak dan kelompok paramiliter
suku Kurdi acapkali terjadi. Akan tetapi, setelah AS mengancam melakukan
pembalasan, Saddam menarik mundur dan tak lagi mengganggu wilayah zona ini
secara langsung hingga tahun 1996.22
22
Pada 1991 setelah lama kelompok sesame suku Kurdi yang berseteru karena
ingin memperebutkan kekuasaannya. Maka usai Perang Teluk I, UPK (Uni
Patriotik Kurdistan) dan PDK-Irak (Partai Demokratik Kurdistan-Irak), mereka
kembali bersatu karena sama-sama menjadi kaum tertindas, dengan bersatunya
suku Kurdi maka mereka menjadi kekuatan yang baru di Irak utara. Apalgai
dalam pemilu pada tahun 1992, kedua partai ini meraih 50 kursi di pemerintahan
regional Kurdistan dengan ibu kota Arbil (Erbil). Namun yang menjadi masalah
perseteruan terus terjadi, UPK menguasai wilayah tengah dan tenggara. Setelah
menduduki Arbil pada tahun 1994, UPK menyatakan menguasai separuh wilayah
Kurdista dan 70 persen wilayah penduduknya di bawah kekuasaanya. Belakangan
PDK-Irak menuduh UPK mendapat bantuan militer dari Iran.
Sejarah mencatat bahwa “perang” antar Kurdi untuk memperebutkan
wilayah kekuasaan dan pengaruh di Irak utara menjadi salah satu penyebab
mudahnya Saddam menguasai daerah itu. Selalu ada kelompok atau partai politik
yang dapat dipengaruhi oleh Baghdad. Saat ini ada dua wilayah Kurdi yang saling
bersaing. Kedua wilayah itu adalah Barzanistan di Irak utara bagian timur laut dan
Talibanistan di barat daya. “Barzanistan” dikuasai oleh Partai Demokratik
Kurdistan-Irak, sedangkan “Talibanistan” ada di bawah kekuasaan Uni Patriotik
Kurdistan.23
Tiga tahun kemudian, kedua partai tersebut terlibat pertarungan dan
pertempuran sengit sejak 1994 hingga 1997 untuk memperenutkan wilayah itu.
UPK pimpinan Jalal Talabani meminta bantuan Iran untuk memerangi PDK-Irak
pimpinan Massoud Barzani pun pada tahun 1996 meminta bantuan AS. Akan
23
tetapi karena bantuan yang diharapkan tidak datang-datang, ia menoleh meminta
bantuan kepada Saddam Hussein.
Ini kesempatan bagi Massoud Barzani dengan menjalin hubungan militer
dengan Saddam. Dengan bermodalkan minyak yang dihasilkan wilayahnya,
Massoud Barzani membeli senjata dan amunisi dari Baghdad. Pada bulan
September 1998, akhirnya Jalal Talabani dan Massoud Barzani bersepakta untuk
bersatu dan bersama-sama menyelenggrakan pemilihan umum pada bulan Juli
1999. Sejak saat itu disepakati genjatan senjata, tetapi langkah-langkah reunifikasi
untuk mempertegas dan memperteguh penyatuan merek tidak juga dilakukan.
Walaupun demikian, langkah konkrit kedua partai politik terbesar di
Kurdistan itu memberikan harapan baru bagi terciptanya kesatuan dan persatuan
Kurdi. Ini adalah sebuah langkah bersejarah dan sebuah langkah menuju arah
yang lurus. Upaya untuk menegaskan kembali bersatu itu terus digencarkan.
Misalnya, tanggal 7-8 September 2002 dilakukan pertemuan antara Massud
(Massoud) Barzani dari PDK-Irak dengan Jalal Talabani dari UPK di Salahudin,
Kurdistan selatan.
Dalam pertemuan tersebut, menurut laporan Kurdish Media, mereka
bersepakat untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi guna membahas isu
Kurdistan regional, dan internasional. Mereka juga sepakat untuk memerangi
terorisme, fanatisme, diktator. Kedua belah pihak menegaskan bahwa kesempatan
baru harus direbut dan dimanfaatkan sehingga bermanfaat bagi rakyat Irak dan
Kurdistan.
Masalah Syiah dan Sunni kondisi tersebut memang sering terpecah-pecah.
Kompas) dalam bukunya Bulan Sabit Di Atas Baghdad , menjelaskan yang dimaksude dengan Sunni adalah mazhab mayoritas kaum muslim yang melandasi
ajaran-ajarannya pada sunnah Nabi Saw. Dalam hal akidah. Mereka tidak banyak
berbeda dengan kaum Syiah, tetapi mereka tidak mengharuskan kepemimpinan
kaum muslimin dipangku oleh keturunan Nabi dan menantunya Ali bin Abi
Thalib. Sedangkan Syiah adalah mazhab minoritas kaum muslim yang secara
teologis sebetulnya tidak banyak berbeda dari mayoritas Sunni. Ciri utama kaum
Syiah adalah sangat mengagumi dan menghormati keluarga Nabi Muhammad
Saw (Ahlu Bayt). Secara politis dan historis, mereka adalah pengikut Ali bin Abi Thalib sepupu dan menantu Nabi Muhammad Saw.
Jelaslah Sudah bahwa sejak semula di dalam diri Irak terkandung “magma”
yang memiliki kekuatan demikian dahsyat dan sewaktu-waktu bisa meledak
karena alasan politik. Pembagian Syiah-Sunni lebih kepada alasan politik
ketimbang kultur yang mencerminkan kompetisi antara kedua kelompok
mengenai hak untuk memerintah dan mendefiniskan arti nasionalisme di Irak.
oleh karena itu elite Sunni lebih memilih nasionalisme Arab yang lebih luas
sebagai idelogi utamanya. Maka Syiah lebih memilih nasionalisme Irak.
Berdasarkan perkiraan per Juli 2002, jumlah penduduk Irak adalah
24.001.816 jiwa. 75-80 persen etnis Kurdi. Turkoman, Assirian, Dll 5 persen.
Apabila ditilik dari mazhab agama yang dianut kelompok etnis Arab terbagi dua:
sebanyak 60-65 persen menganut mazhab Syiah dan 32-37 persen mazhab Sunni.
Sisanya Kristen, Dll sebanyak 3 persen.24
24
BAB III