Disusun oleh:
Muzdalifah 106044201470
KOSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAN ISLAM PROGRAM STUDI AHWALUL SYAKSYIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metodoligi Penelitian
E. Review Studi Terdahulu
F. Sistemtika Penulisan
BAB II PENGERTIAN, SYARAT DAN WEWENANG PANITERA
A. Pengertian Panitera dan Sekretaris
B. Tugas-tugas panitera dan Sekretaris
C. Syarat-syarat sekretaris dan panitera menurut UU no 3 tahun 2006
D. Perbedaan tugas sekretaris dan panitera
B. Sejarah singkat berdirinya
C. Struktur Organisasi
D. Tugas-tugas pejabat pengadilan
BAB IV ANALISI UU No 7 Tahun 1989 SETELAH DIAMANDEN
A. Proses Lahirnya UU No 3 Tahun 2006
B. Perubahan Penting Dalam UU No 3 Tahun 2006
C. Analisis Penulis
BAB V KESIMPULAN, PENUTUP DAN SARAN SARAN
DAFTARA PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Undang-undang No 7 tahun 1989
Undang-undang No 3 Tahun 20006 amanadmen UU no 7 Tahun 2006 tentang
Peradilan Agama
Hasil wawancara
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta , 03 April 2010
MUZDALIFAH
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Maha Pencipta dan Maha Penguasa alam
semesta yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis terutamanya
dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Sholawat serta salam kepada junjungan besar
kita Nabi Muhammad SAW serta keluarga, para sahabat baginda yang telah banyak
berkorban dan menyebarkan dakwah Islam selama ini, menyelamatkan umat dari
alam kegelapan ke alam yang terang benderang.
Skripsi ini ditulis dalam rangka melengkapi syarat-syarat guna memperoleh
gelar strata satu (S.1), dalam jurusan Ahwal Syakhshiyyah, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul : “KEDUDUKAN
PANITERA PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG NO 7 TAHUN 1989
(studi kasus Pengadilan Agama Jakarta Selatan ).
Untuk menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat petunjuk dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung yang terlibat
dalam proses menyiapkan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan penghargaan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma M.A, S.H, MM. Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Drs. Basiq Djalil S.H, M.H, Drs. Kamarusdiana S.Ag, M.A, masing-masing
selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Ahwal Syakhshiyyah yang telah
banyak memberikan motivasi kepada penulis.
3. Dr. J.M. Muslimin MA. Ph.d selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis
dalam rangka menyiapkan skripsi ini. Terima kasih juga atas segala kesabaran
dalam memberi arahan dan masukan kepada penulis hingga skripsi ini bisa
terselesaikan tepat pada waktunya.
4. Para Narasumber dan staff lembaga Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang telah
memberikan penulis izin dan membantu meluangkan waktunya untuk
melaksanakan observasi dan wawancara selama penulis mengadakan penelitian
khususnya Bapak Drs. Moh Tufiki selaku Panmud Hukum, Bapak Drs. Yasardin
,S.H., M.H. Selaku wakil ketua pengadilan , dan Bapak Harisman , SHI selaku
Staff Admiistrasi Umum
5. Kepada Pembimbing Akademik Bapak KH. A. Juani Syukri, Lc, MA., yang telah
memjadi pembimbing dengan segenap perhatian dan waktunya.
6. Seluruh staff pengajar (dosen) jurusan Ahwal Syakhshiyah Fakultas Syariah dan
Hukum yang telah banyak menyumbang ilmu dan memberikan motivasi
sepanjang penulis berada di sini. Selain itu, para Pimpinan dan staff Perpustakaan
baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum
yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan guna
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibunda Hj. Djubaedah dan ayahanda H. Mundari tercinta yang telah merawat dan
mengasuh serta mendidik dengan penuh kasih sayang dan memberikan
pengorbanan yang tak terhitung nilainya.
8. Buat Ari amigar yang telah menjadi teman terbaik disetiap waktu penulis , serta
dukungan dan perhatiannya agar senantiasa tetap semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Buat kakak , abang , adik penulis yang telah memberikan inspirasi kepada penulis
agar bisa tetap bertahan dalam menyongsong cita –cita penulis.
10. Teman-teman senasib dan seperjuangan Administrasi Keperdataan Islam
angkatan 2006. Emma, Tyka, Tya, Reduk, Noor Lutfi, Hilma, Risna, Hasunah,
Toty, Yeni, Isma, Sariba, muca , ipan, oji , dan yang lainnya yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang selalu memberi senyuaman dan tawa dalam
hampir empat tahun ini , semoga persahabatn ini tidak habis oleh waktu.
Kepada semua pihak yang telah banyak memotivasi dan memberi inspirasi
kepada penulis untuk mencapai kejayaan yang diimpikan dan yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, moril maupun materil
sehingga terselesainya skripsi ini. Hanya ucapan terima kasih yang penulis
haturkan semoga segala bantuan tersebut diterima sebagai amal baik disisi Allah
SWT. Dan memperoleh pahala yang berlimpah ganda (amin).
iv
Maka akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis,
khususnya pembaca pada umumnya.
-Amin Ya Rabbal A’lamin-
Jakarta, 03 April 2010
MUZDALIFAH
NIM: 106044201470
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Review Studi Terdahulu... 12
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II PENGERTIAN , SYARAT, WEWENANG PANITERA DAN SEKRETARIS A. Pengertian Panitera dan Sekretaris... 19
B. Tugas Tugas Panitera dan Sekretaris ... 29
C. Syarat Syarat Sekretaris dan Panitera Menurut UU No 3 Tahun 2006 ... 36
D. Perbedaan Tugas Sekretaris dan Panitera ... 40
E. Wewenang Sekretaris dan Panitera... 42
SETELAH DIAMANDEMEN
A. Proses Lahirnya UU No 3 Tahun 2006 : ………… ... 47
1. Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan ... 47
2. Tahap- Tahap pembentukan UU No 3 Tahun 2006 ... 50
B. Perubahan Penting Dalam UU No 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama ... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN TERHADAP PENERAPAN PASAL 44
UU NO 3 TAHUN 2006 TENTANG PA DI PAJS
A. Pengadilan Agama Jakarta Selatan Menggunakan Struktur
Organisasi Sebelum Diamandemen ... 67
B. Faktor Yang Melatar Belakangi Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Belum Mengaplikasikan Pasal 44 UU NO 3 Tahun 2006 ... 70
C. Analisis Penulis ... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran-Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ……….. 84
LAMPIRAN
vii
……… 88
Kedua : Pedoman wawancara ... 118
Ketiga : Hasil Wawancara ... 119
Keempat : Keterangan Telah Melakukan Wawancara di Pengadilan Agama Jakarta Selatan ... 124
Kelima : Lembar Pengesahan Tim Penguji Proposal Skripsi ... 125
Keenam : Lembar Permohonan Pembimbing Skripsi ... 126
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Peradilan Agama adalah sebutan (literature) resmi bagi salah satu diantara
empat lingkungan Peradilan Negara atau Kekuasaaan Kehakiman yang sah di
Indonesia. Tiga lingkungan Peradilan Negara lainnya adalah Peradilan Umum,
Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara. Sedangkan dalam Undang-Undang
yang baru kini yakni Undang-Undang No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman ditambah dengan Mahkamah Konstitusi.1
Peradilan Agama adalah salah satu Peradilan Khusus di Indonesia. Dua
Peradilan Khusus lainnya adalah Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara.
Dikatakan Peradilan Khusus karena Peradilan Agama mengadili perkara-perkara
tertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu. Dalam hal ini Peradilan Agama
hanya berwenang dibidang perdata tertentu saja, tidak termasuk bidang pidana dan
hanya untuk orang islam pula di Indonesia.2
1
A. Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 9
2
Peradilan Agama adalah Peradilan islam di Indonesia, sebab dari jenis-jenis
perkara yang ia boleh mengadilinya, seluruhnya adalah perkara menurut agama
islam. Dirangkaikannya kata-kata “Peradilan islam” dengan kata-kata “ di
Indonesia” adalah karena jenis perkara yang ia boleh mengadilinya tersebut tidaklah
mencakup segala macam perkara menurut Peradilan islam secara universal.
Tegasnya , Peradilan Agama adalah Peradilan islam limitatif, yang telah disesuiakan
(dimutatis muntandiskan) dengan keadaan di Indonesia.3
Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
menyebutkan bahwa “ Kekuasaan Kehakiman” atau “ Badan Kehakiman” dengan “
Badan Peradilan”. Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang No 4 tahun 2004 berbunyi
tentang Kekuasaan Kehakiaman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
Badan Peradilan yang berada dibawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah Agung.
Masing-masing lingkungan Peradilan terdiri dari tingkat pertama dan tingkat
banding. Yang semuannya berpuncak kepada Mahkamah Agung, artinya dibidang
memeriksa dan mengadili perkara , maka susunan badan-badan Peradilan di
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan Peradilan Umum adalah Pengadilan Negeri (PN) Pengadilan
Tinggi (PT), dan Mahkamah Agung (MA)
3
2. Lingkungan Peradilan Agama adalah Pengadilan Agama (PA), Pengadilan
Tinggi Agama (PTA), dan Mahkamah Agung (MA)
3. Llingkungan Peradilan Militer adalah Mahkamah Militer ( MAHMIL),
Mahkamah Militer Tinggi (MAHMILTI), Mahkamah Militer Agung
(MAHMILGUNG), dan Mahkamah Agung.
4. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara adalah Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN), Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN), dan
Mahkamah Agung (MA)
5. Adapun Mahkmah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama
dan terakhir, keputusannya bersifat final.4
Sistematika Undang-Undang Peradilan Agama No 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama , terdiri menjadi 7 bab dan 108 pasal dalam sistematik berikut: bab
I tentang ketentuan umum bab II sampai bab III mengenai susunan dan
kekuasaannya, bab IV ketentuan peralihan, dan bab VII ketentuan penutup.5
Susunan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama diatur dalam UU
No 7 Tahun 1989. Menurut ketentuan pasal 9 UU tersebut:
4
A. Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia, h.132-133
5
Sulaikin Lubis, Hukum Acara Peradilan Agama di Peradilan Agama di Indonesia
(1) Susunan Pengadilan Agama terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota,
Panitera, Sekretaris, dan Juru Sita.
(2) Susunan Pengadilan Tinggi Agama terdiri dari Pimpinan, Hakim
Anggota, Panitera dan Sekretaris.6
Unsur pimpinan terdiri atas ketua dan wakil ketua pengadilan. Unsur hakim
anggota terdiri atas beberapa orang hakim. Jumlahnya pada masing-masing
Peradilan Agama disesuikan dengan kelas pengadilan yang bersangkutan. Jumlah
hakim pada Pengadilan Agama kelas 1-A lebih banyak dari pada jumlah hakim di
Pengadilan Agama yang derajatnya lebih rendah. Unsur panitera dan sekretaris
merupakan dua unsur dan fungsi yang berbeda, tapi tetap dijabat oleh pejabat yang
sama. Selain unsur sekretaris dan panitera masih ada unsur lainnya yaitu wakil
panitera, wakil sekretaris, panitera muda, panitera pengganti. Sedangkan juru sita
merupakan unsur baru sepanjang sejarah Pengadilan Agama di Indonesia.7
Hakim, panitera pengganti, juru sita, dan juru sita pengganti merupakan
pejabat fungsional di pengadilan tingkat pertama dari semua lingkungan peradilan.
Ketua dan wakil ketua pengadilan, sekretaris dan panitera muda merupakan pejabat
srtuktural. Dengan demikian di pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding
6
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama Di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 190
7
terdapat dua jenis pejabat, yaitu pejabat fungsional dan struktural. Pejabat fungsional
merupakan “ tenaga inti” dalam melaksanakan Kekusaan Kehakiman dalam
lingkungan Peradilana Agama. Pejabat struktural menjadi “ tenaga penunjang”.
Sedangkan wakil sekretaris dan staf sekretaris memberikan dukungan administratif
(teknis non yudisial dan administrasi umum) terhadap proses penegakan hukum dan
keadilan.8
Pada tahun 2006 adanya perubahan hirarki di lingkungan Peradilan Agama
dan terjadinya perkembangan mengenai bidang ekonomi syari’ah yang mana
dikeluarkannya UU No.3 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU No 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama. Dalam pertimbangan hukum undang-undang ini
disebutkan bahwa Peradilan Agama merupakan peradilan dibawah Mahkamah
Agung. Bahwa ketentuan yang terdapat dalam UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat. Maka, pada tanggal 30 maret 2006 dengan persetujuan DPR dan
Presiden Republik Indonesia, ditetapkannya UU No 3 Tahun 2006. Dalam
undang-undang yang baru ini terdapat 42 perubahan.9
8
Ibid, hal 190-191
9
Diantara perubahan pasal tersebut adalah pasal 1 Angka 32 mengenai
perubahan pasal 44 UU No 3 Tahun 2006 menetapkan bahwa panitera Pengadilan
Agama tidak merangkap sebagai sekretaris.
Isi dari UU No 7 Tahun 1989 pasal 44 itu berbunyi : panitera pengadilan
merangkap sekretaris pengadilan.
Maka pada saat UU No 7 Tahun 1989 masih diberlakukan jabatan panitera
dan sekretaris pengadilan diduduki oleh pejabat yang sama. Seharusnya karena UU
tersebut sudah diamandemen maka jabatan panitera dan sekretaris pengadilan di
jabat oleh orang yang berbeda.
Oleh karna itu, berangkat dari masalah yang sudah diuriakan diatas. Penulis
ingin meneliti, pertama kenapa beberapa badan peradilan tingkat pertama masih
banyak menggunakan struktur organisasi pengadilan berdasarkan Undang-undang
No 7 Tahun 1989. Dimana seharusnya pengadilan tersebut menggunakan
amandemen UU No 7 Tahun 1989 yaitu UU No 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama? kedua, faktor yang melatar belakangi Pengadilan Agama Jakarta Selatan
belum mengaplikasikan UU No 3 Tahun 2006?, Ketiga, alasan Ketua Pengadilan
Agama Jakarta Selatan belum menggunakan struktur organisasi berdasarkan UU
yang sudah diamandemen.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, penulis mengira
dengan mengangkat judul: “ KEDUDUKAN PANITERA PASCA
AMANDEMEN UNDANG-UNDANG NO 7 TAHUN 1989 TENTANG
PERADILAN AGAMA (Studi kasus Pengadilan Agama Jakarta Selatan)”.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
I. Pembatasan masalah
Dalam pembatasan masalah ini, peneliti hanya akan membatasi
penelitiannya dengan mencoba menjelaskan tentang perubahan Undang-undang No
7 Tahun 1989 menjadi Undang-undang No 3 Tahun 2006 serta pasal 44 yang
terdapat dalam Undang-undang setelah amandemen. Dimana pasal tersebut
membahas tentang perubahan jabatan panitera dan sekretaris yang sudah tidak lagi
merangkap. Serta peneliti akan meneliti sekitar ruang lingkup pengadilan tingkat
pertama saja yaitu pengadilan agama Jakarta Selatan.
II. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka peneliti akan
merumuskan masalah. Rumusan tersebut penulis rinci pada pertanyaan sebagai
berikut:
1. Kenapa panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan masih merangkap
2. Faktor apa saja yang meyebabkan Pengadilan Agama Jakarta Selatan
belum mengaplikasikan undang undang No 3 Tahun 2006?
3. Apa alasan pertimbangan Ketua Pengadilan Jakarta Selatan masih
menggunakan struktur organisasi berdasarkan UU No 7 Tahun 1989?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
I. Tujuan Penelitian
Adapun hasil yang akan dicapai pada penulisan skripsi ini bertujuaan:
1. Mengetahui alasan Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengenai
struktur organisasi yang masih berdasarkan undang-undang yang sudah
tidak diberlakukan.
2. Mengetahui faktor penyebab beberapa badan peradilan agama di
Indonesia khususnya pengadilan agama Jakarta Selatan belum
mengaplikasikan amandemen UU No 7 Tahun 1989 tentang peradilan
agama.
3. Memperbanyak karya tulis untuk mengaplikasikan ilmu yang
II. Manfaat penelitian
Manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Terciptanya badan peradilan yang terorganisir dengan baik
2. Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar S1 dalam
bidang hukum islam.
3. Sumbang sih kepada masyarakat dalam memberikan pemahaman untuk
bisa mencari keadilan pada lembaga yang mulia.
4. Meningkatkan kualitas penulis dalam membuat karya tulis.
D. METODE PENELITIAN
I. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode pendekatan yang bersifat empiris (
yuridis sosiologis). Istilah lain yang digunakan pada penelitian hukum empiris
adalah penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dnegan penelitian
lapangan. 10
Penelitian hukum sosioligis adalah untuk mengetahui bagaimana hukum itu
dilaksanakan termasuk proses penegakan hukum ( law enforcement). Karena
10
penelitian jenis ini dapat mengungkap permasalahan-permasalahan yang ada dibalik
pelaksanaan dan penegakan hukum. Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum
diaplikasikannya Undang-Undang No 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama di
Pengadilan Agama Jakarta-Selatan.11
Dan dilihat dari sudut bentuk maka penelitian ini juga bisa dinamakan
penelitian perskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran
atau merumuskan masalah sesuai dengan keadaan/fakta yang ada. Keadaan yang
ada adalah bahwa telah diamandemenkanya UU No 7 Tahun 1989 tentang jabatan
panitera yang tidak merangkap sebagai sekretaris. Akan tetapi fakta yang ada bahwa
belum diaplikasikannya UU tersebut oleh Pengadilan Agama Jakarta-Selatan. 12
II. Sumber data
Pada penelitian empiris ini data-data yang akan peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah berupa data: 13
a. Data primer : atau juga disebut dengan data dasar. Yakni data yang
didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama dengan
melalui penelitian lapangan. Dapat berupa hasil wawancara dengan para
11
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004 ) h. 134& 135
12
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Peraktek, h. 9 13
pihak di Pengadilan Agama Jakarta Selatan terutama Ketua Pengadilan,
dan para pejabat pengadilan lainnya.
b. Data sekunder : yaitu bahan bahan yang dapat dijadikan rujukan dalam
penelitian yakni berupa, buku-buku hukum yang berkaitan dengan
masalah misalnya seperti buku Peradilan Agama di Indonesia,
Kepaniteraan di Peradilan Agama , Hukum Acara Peradilan Agama dan
lain sebagainya. Kumpulan Peraturan Perundangan-undangan khususnya
peraturan-peraturan yang ada dalam Pengadilan Agama tersebut,
undang-undang tentang Peradilan Agama. Artikel-artikel yang berkaitan
dan lain-lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
c. Data tertier ; mungkin peneliti akan memasukkan bibiografi atau berupa
kamus dan lain-lainnya. Misalnya kamus hukum, bibliografi ataupun
letak geografis pengadilan. Data tertier ini hanya sebagai bahan
pelengkap saja.14
III. Jenis data
Jenis data yang akan digunakan oleh peneliti adalah data kualitatif yaitu
pemikiaran , makna, cara, pandang manusia mengenai gejala-gejala yang menjadi
14
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauaan Singkat
fokus penelitian. Makna pemikiran dan sebagainya adalah satuan gagasan bukan
sebuah gejala.15 Dalam hal ini data yang dikumpulkan berbentuk moografis sehingga tidak dapat disusun kedalam suatu struktur klasifikasi. Data ini berasal dari
hasil wawancara para pejabat Pengadilan Agama Jakarta-Selatan khususnya adalah
Ketua Pengadilan.
IV. Teknik pengumpulan data
Dalam hal teknik pengumpulan data peneliti akan menggunakan teknik studi
kepustakaan/studi dokumen( documentary study)16 yakni menelusuri buku-buku dan
literatur yang sudah dikemukakan sebagai sumber data primer di perpustakaan yang
tersedia dan tersebar diwilayah-wilayah. Selain pengumpulan data dengan
menggunakan study kepustakaan peneliti juga akan menggunakan teknik wawancara
dengan para pejabat pengadilan yang terkait dengan permasalahan.17
V. Teknik pengelolahan data
Teknik pengelolahan data hasil pengumpulan data dilapangan akan di edit.
Dirapihkan mana yang perlu dimasukkan dalam hasil laporan penelitian, lalu di olah
15
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta:Rineka Cipta, 1998)h. 57
16
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004)h.64
17
dengan menyusun dengan rapih dan benar serta diklasifikasi dengan berdasarkan
permasalahan dan jawabannya.18
VI. Teknik analisis data
Teknik analisis data lazimnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan berpedoman pada tipe dan tujuan dari penelitian. Teknik analisis
ini akan dilakukan dengan memaparkan semua hasil data-data yang diperoleh dan
dikumpulkan lalu dianalisa oleh peneliti dengan bentuk deskriptif yang pastinya
menggunakan bahas baku dan bahsa penulis sendiri.
VII. Teknik penulisan skripsi
Teknik penulisan skripsi ini peneliti berpedoman pada buku pedoman
penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Syariah dan hukum, cet ke-1
tahun 2007. Serta menggunkan deskriptif analisis dan selanjutnya dibuat
kesimpulan atas permasalahan yang diteliti oleh peneliti.
E. REVIEW STUDI TERDAHULU
Sebelum menentukan judul propsal penulis melakukan review studi
terdahulu, dalam hal ini peneliti meringkas skripsi-skripsi yang ada kaitannya
dangan permasalahan judul skripsi penulis. Adapun skripsi-skripsi tersebut adalah:
18
Kewenangan Peradilan Agama terhadap sengketa hak milik pasca
diundang-udangkannya undang No 3 Tahun 2006 tentang perubahan
Undang-undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (analisis yuridis terhadap
Undang-undang No 3 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undnag No 7
Tahun 1989 tentangPeradilan Agama), oleh A. Baqi (105044101355)
Skripsi ini menerangkan tentang kewenangan Peradilan Agama dalam
sengketa hak milik berdasarkan pasal 50 setelah diberlakukannya UU No 3 Tahun
2006 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1989. Yang subyek sengketanya oleh
sesama muslim wajib diselesaikan di Pengadilan Agama akan tetapi menurut skripsi
ini tidak hanya orang islam saja yang bisa menyelesaikan sengketa hak milik di
Pengadilan Agama akan tetapi orang atau badan hukum yang menundukan diri
secara sukrela kepada hukum islam. Dan penambahan redaksi pada pasal 50 UU no
3 tahun 2006 .
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
kualitatif untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian dan
obyek penelitian dengan metode deskriptif dalam bentuk kata-kata. Sumber data
penelitian ini adalah sumber data primer yaitu laporan hasil sidang. Sumber data
sekundernya adalah buku-buku, tulisan yang terkait dengan permasalahan. Teknik
pengumpulan datanya adalah dari bahan hukum, wawancara orang yang langsung
pengelolahan data yaitu dengan cara diolah, dianalisi dan diinterpretasikan untuk
dapat menggali dan menjawab permasalah yang telah dirumuskan.
Perbedaan dari skripsi saya adalah bahwa skripsi tersebut ruang lingkupnya
hanya pada kewenangan Peradilan Agama atas permasalahan sengketa hak milik.
Peranan hakim pengawas dan pengamat pada lembaga pemasyarakatan
(cipinang)ditinjau dari hukum islam dan KUHAP. Oleh Achmad Fazrie
Skripsi ini menerangkan bahwa dengan ikut campurnya hakim dalam
pengawasan dan pengamatan yang dimaksud, maka selain hakim dapat mengetahui
sampai dimana putusan pengadilan itu tampak hasil baik dan buruknya pada diri
masing-masing yang bersangkutan juga penting bagi bahan penelitian demi
ketetapan dalam pemidanaan. Pelaksanaan tugas pengawasan dan pengamatan
umum dilakukan oleh hakim. Hambatan pengawasan dan pengamatan tersebut
antara lain:
a. Kesibukan hakim dalam menangani suatu perkara
b. Faktor kurangnya kesadaran akan tugas
c. Tidak disetiap wilayah itu ada lembaga pemasyarakatan
d. Faktor dana yang terbatas
f. Saran atau fasilitas pembinaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini yaitu dengan
menggunakan penelitian lapangan (field research). Jenis datanya adalah kualitatif
yakni analisanya diperoleh langsung dari hasil wawancara di lembaga
pemasyarakatan cipinang. Sifat data termasuk pada sifat data deskriptif analisis yaitu
untuk menggambarkan hakim sebagai pengawas dan pengamat pada lembaga
pemasyarakatan ditinjau dari KUHAP dan Hukum islam. Penelitian kepustakaan
(library research) dengan mengupas dari KUHAP dan Undang-Undang Kehakiman
No 4 Tahun 2004 . Sumber data : data primer dengan menggunakan data yang
diperoleh langsung kepada pejabat dilingkungan pengadilan negeri dan lembaga
pemasyarakatan di cipinang. Sumber data sekunder yang digunakan dalam skripsi ini
adalah analisa penulis dengan analisa kualitatif yang diperoleh dari bahan-bahan
hukum primer yakni KUHAP, Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dan
buku-buku umum, buku-buku-buku-buku islam serta beberapa buah ayat Al-Quran dan
terjemahannya. Teknik analisa data dengan mengklasifikasi terhadap bahan-bahan
tertulis.
Skripsi tersebut sangat berbeda, titik perbedaan adalah pada kinerja pejabat
Analisi Pasal 50 Undang-Undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
mengenai sengketa perdata dan kaitannya mengenai kompetensi hukum islam
terhadap hukum konvensional (BW). Oleh Rosita (0044119350)
Latar belakang pasal 50 UU No 7 Tahun 1989 dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu;
1. Konspirasi politik sebagai imbas kesinisan orang-orang nasionalis yang
tidak menginginkan adanya nilai agama untuk masuk dalam tatanan
negara
2. Pengaruh pendidikan sekuler yang secara tidak langsung menanamkan
sebuah idiologi
3. Adanya pengaruh budaya sekuler yang menanamkan paradigma baru
dalam wancana berfikir sebagian masyarakat. Implikasi akibat dari pasal
50 UU No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yakni merupakan pasal
alternatif yang bersifat Qot’iu al-Wurud wa Dzoni Al-Dalalah. Dan pasal
ini bersifat Absolut yang memiliki sifat yang Qot’iu Al-Wurud wa Dzoni
Al-Dalalah. Dan ini merupakan penafian kompetensi dan kualifikasi
hakim agama dan hakim di Pengadilan Umum.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan metode
kepustakaan. Sumber utamanya adalah bahan hokum (kitab) seperti Al-Quran,
menggunakan observasi lapangan atau menggunakan metode wawancara pada
lembaga yang terkait dalam pembentukan dan pengaplikasian UU ini.
Perbedaan skripsi ini terletak pada bahwa skripsi ini adalah bentuk analisa
dari UU No 7 Tahun 1989. Sedangkan skripsi saya mengkaji sistematika hukum
yang terdapat dalam UU yang sudah diamandemen tersebut.
Peranan Pengadilan Agama dalam menentukan putus atau tidaknya
perkawinan karna perceraiaan (studi kasus di Pengadilan Agama
Jakarta-Selatan). Oleh Fakhrurrozi
Pada dasarnya Peradilan Agama tumbuh dan berkembang secara
melembaga pada masyarakat di Indonesia. Selain itu Peradilan Agama adalah
merupakan peradilan tingkat pertama untuk menyelesaikan dan memeriksa perkara
antara orang-orang yang beragama islam, peradilan agama memiliki kewenangan
yang absolut yaitu menerima , memeriksa dan menyelesaikan perkara dalam
bidang-bidang tertentu sebagaimana yang termaktub dalam pasal 49 UU No 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama.
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 bertujuan untuk melindungi kaum
perempuan pada umumnya dan menjaga kelangsungan hubungan perkawinana yang
harus selalu menjunjung tinggi. Perkara perceraian baik gugat cerai maupun cerai
talak menimbulkan akibat hukum yang harus diselesaikan oleh Peradilan Agama.
hubungan yang suci baik lahir maupun batin. Maka perceraiaan adalah hal yang
sangat dibenci oleh islam.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
lapangan. Yaitu melalui data primer yang diperoleh melalui teknik wawancara. Data
sekunder yang diperoleh dari beberapa buku atau tulisan artikel yang terkait dengan
permasalahan. Penulisan penelitian in dengan cara deskriptif analisis yaitu, interview
dan analisa.
Jelas sekali perbedaan yang terlihat pada skripsi tersebut. Skripsi tersebut
membahas tentang peranan Pengadilan Agama atas kewenangan yang dimilikinya.
Dari review yang saya lakukan pada skripsi-skripsi ini jelas sekali bahwa
penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda. Didalam skripsi saya termasuk pada
ruang lingkup pasal 44 Undang No 3 Tahun 2006 amandemen dari
Undang-Undang No 7 Tahun 1989. Jadi sangat berbeda dengan berbeda dengan
skripsi-skripsi diatas.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penyusunan penelitian ini ialah berformat kerangka teori out line
Bab kesatu berisi pendahuluan yang memuat latar belakang dari masalah yang
diangkat oleh penulis. Juga terdapat pembatasan masalah agar terarah dan
didampingi oleh perumusan masalah yang merupakan pokok permasalahan
penelitian penulis. Tujuan dan manfaat penelitian akan diuraikan untuk lebih
mengetahiu maksud dan tujuan dari penelitian ini. Metodologi penelitian
adalah cara peneliti untuk menemukan kebenaran dalam penelitiannya dan
sistematika penulisan penelitian .
Bab kedua memuat pembahasan mengenai pengertian panitera dan sekretaris.
Lalu diuraikan secara luas atas tugas-tugas dari panitera dan sekretaris,
perbedaan masing-masing tugas panitera dan sekretaris. Kemudian
syarat-syarta yang kualifid untuk seorang panitera dan sekretaris menurut UU No 3
Tahun 2006 serta kewenangan kedua pejabat tersebut.
Baba ketiga adalah uraian penulis tentang profil pengadilan. Sejarah singkat
berdirinya dan struktur organisasi serta tugas-tugas pejabat pengadilan.
Bab keempat yaitu analisis penulis atas UU No 7 tahun 1989 setelah
diamandemen pada UU No 3 Tahun 2006. Yakni proses lahirnya UU No 3
Tahun 2006, perubahan penting dalam undang-undang serta analisis penulis
Bab kelima merupakan bab terakhir berisi tentang kajian peneliti berupa
BAB II
PENGERTIAN , SYARAT, DAN WEWENANG PANITERA DAN
SEKRETARIS
A. PENGERTIAN PANITERA DAN SEKRETARIS
Pengertian panitera adalah seorang pejabat yang memimpin kepanitraan.
Dalam melaksanakan tugasnya panitera dibantu oleh seorang wakil panitera,
beberapa panitera muda, beberapa panitera pengganti , dan beberapa juru sita.
Panitera , wakil panitera, panitera muda , dan panitera pengganti pengadilan
diangakat dan diberhentikan dari jabatannya oleh mahkamah agung.19
Kata panitera terdapat dalam bahasa Arab yaitu (ﺮﺸﻟا ﺎآ), sedangkan ( ا
ﻜﺤ ﻟاّﺮ
ﺔ ) artinya panitera pengadilan dan ( ّﺮ ﻟاﺔ ﺎ ﻻا ) artinya kepaniteraan.20
Apabila kita kroscek mengenai arti tersebut dalam kamus Arab , kata ( ﺎآ) berasal
dari isim fail dari ( آ– ﻜ -ﺎ آ-ﺎ ﺎ آ) yang berarti yang menyembunyikan rahasia,
jadi kata (ﺮﺸﻟا ﺎآ) mempunyai arti sebagai sekretaris.21
19
Musthofa , Kepanitraan Peradilan Agama , ( Jakarta: Kencana, 2005), h. 22 20
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab, h.636 21
Sedangkan menurut kamus hukum “panitera” mempunyai arti pejabat
pengadilan yang bertugas membantu hakim dalam persidangan dan membuat berita
acara sidang.22 Menurut etimologi ( bahasa) Belanda “panitera” adalah Griffer sedangkan etimologi ( bahasa) Inggris clerk of the court.23
Pengertian panitera dan sekretaris juga terdapat dalam kamus besar bahasa
Indonesia yakni panitera adalah pejabat kantor sekretariat pengadilan yang bertugas
pada bagian administrasi, membuat berita acara persidangan dan tindakan
administrasi lainnya. Sekretaris adalah orang ( pegawai, anggota , pengurus) yang
diserahi pekerjaan tulis menulis, atau surat menyurat.24
Panitera pada pengadilan agama islam, seperti hal nya panitera peradilan
umum, dapat memegang peranan yang sangat istimewa. Para panitera pengadilan
agama seperti halnya pegawai administrasi lainnya, pada umumnya kurang
mendapat pendidikan yang cukup dalam bidang hukum, tata organisasi maupun
22 C .S.T Ka nsil d a n C hristine S.T.Ka nsil, Ka m us Istila h Ane ka Hukum , (Ja ka rta :
Pusta ka Sina r Ha ra p a n ,2000),h.358
23 Ya n Pra m a d ya Pusp a , Ka m us Hukum Ed isi Le ng ka p b a ha sa Be la nd a ,
Ind o ne sia , Ing g ris., (Se m a ra ng :Ane ka Ilm u Se m a ra ng ,1977),h.405
24 De p a rte m e n Pe nd id ika n Na sio na l, Ka m us Be sa r Ba ha sa Ind o ne sia,
acara peradilan. Dalam peradilan agama islam di Indonesia, tidak jarang panitera ini
memberikan petunjuk dan nasehat kepada pihak-pihak yang berperkara.25
Hakim harus menetapkan seorang panitera, karna dia membutuhkannya
untuk mengingat tuntutan-tuntutan, bukti-bukti, dan pengakuan-pengakuan,
sedangkan dia kesulitan untuk menulisnya sendiri, sehingga dia butuh dibantu oleh
panitera. Panitera harus orang yang bersifat iffah, shaleh, memiliki kompetensi untuk
memberikan kesaksian, dan mengetahui fiqih. Panitera harus duduk ditempat yang
tulisan dan tindak tanduknya dapat diawasi oleh hakim untuk menjaga kehati-hatian.
Panitera harus menyiapkan catatan khusus tentang tuntutan, berisi penjelasan tentang
subyek tuntutan, penggugat, tergugat, saksi-saksi, dan pembelaan masing-masing
orang yang berselisih26
Dalam sistem pembantu hakim di peradilan islam sesungguhnya diadakannya
jabatan penulis dikarnakan beberapa penilaian bagusnya perangkat ini. Sebab hakim
harus merenungkan, membandingkan, memecahkan, mempersiapkan dalil-dalil, dan
hal-hal lain tentang pekerjaan akal dan perhatian. Sedangkan hakim akan
memperhatikan dalam membukukan berbagai pendapat orang-orang yang berperkara
25 Da nie l S Le v, Pe ra d ila n Ag a m a Isla m Di Ind o ne sia Sua tu Stud i Te nta ng
La nd a sa n Po litik Le m b a g a -Le m b a g a Hukum, ( Ja ka rta : PT . Inte rm a sa ) h.147
26 Wa b a h Zuha ili, Al-fiq hul Isla m y Wa Ad illa tuhu jilid 6 ,(Da m a skus: Da rul Fikr,
(penggugat dan tergugat), saksi, hakim, dan lain-lain yang memungkinkan dipanggil
ke pangadilan.27
Tidak diketahui kapan mulainya penambahan penulis bagi hakim dalam
sistem peradilan islam ini. Seluruh dalil yang ditemukan dalam hal ini salah satunya,
bahwa Abu Musa Al-Asy’ari sebagai hakim bagi Umar bin Al-Khatab ( yang pada
waktu itu menjadi khalifah pada tahun 13H/534M dan meninggal tahun 23H/643M),
dan ia memiliki penulis. Jadi pada waktu yang dini dalam sejarah peradilan islam
telah dikenal penulis disamping hakim.28
Al Mawardi berkata, “ adapun bagi para hakim terhadap apa yang ditulis oleh
penulis tersebut, maka dia diantara dua hal” adakalanya dia menyampaikan kepada
penulis, sehingga ia menulis dari lafadznya, atau penulis menulis dengan kalimatnya
sendiri dan hakim melihatnya atau membacanya setelah ditulisnya. Hakim
mengajarkan kepadanya tentang khat dan bersaksi dengannya atas dirinya, agar
dapat menjadi hujjah bagi kedua orang yang berperkara. Sedangkan penulis dalam
hal ini menuliskan dua naskah, yang salah satunya dalam buku hakim, sedangkan
yang lain diserahkan kepada yang menerima keputusan.
27 Sa m ir Aliya h , Nizha m Ad -Da ula h w a Al Q a d ha w a Al-‘ Urfi fi Al-Isla m,
Pe ne rje m a h Asm uni So liha n Za m a khsya ri (Be irut: AlMua ssa sa l AlJa m i’ iya h li Ad
-Dira sa t, 1418H/ 1997M) h.405
Tentang penulis yang adil dalam masalah peradilan ini disebutkan dalam
firman Allah:
⌧
☺ ☺
☺
⌧ ⌧
☺
☺
☺
☺ ⌧
☺
☺
⌧ ⌧
☺
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika
tak ada dua orang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan
dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. (Al- Baqoroh:282)
Catatan kecil yang terkandung dalam ayat tersebut bahwa apabila kalian
tidak mendapatkan orang untuk menuliskan jaminan (borg), maka Allah
memperbolehkan untuk meninggalkan jaminan. Disini bahwa dalam perkara
muamalah penulis sangat dibutuhkan untuk terjaminnya muamalah yang baik. Dan
ayat diatas pun menunjukkan bahwa perintah yang pertama merupakan petunjuk atas
keberuntungan dan bukan kewajiban yang apabila ditinggalkan mendapatkan dosa
orang tersebut.29
Asy-Syafi’iy berkata : “ perintah menulis di dalam ayat tresebut adalah jelas ,
yaitu dirumah dan diperjalanan. Dan Allah menyebutkan jaminan, apablia mereka
dalam perjalan sedang mereka tidak menemukan penulis. Jaminan tersebut sebagai
upaya pencegah bagi yang memiliki hak yaitu dengan dokumen. Sedangkan yang
berhutang tidak lupa dan tetap ingat sehingga wajib atas mereka menulis
(mencatat).30
Berdasarkan ayat ini kata penulis dapat diartikan sebagai panitera yang
memang dari tugas panitera itu sendiri adalah mendampingi hakim dan mencatat
29
Imam Syafi’I Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Mukthasor kitab Al-Umm fi Al-Fiqh, (Beirut Lebanon: Darul Arqom bin Abil Arqom, ), h.78
30
jalannya persidangan. Tidak saja ayat tersebut hanya dikaitan dengan proses
muamalah antar manusia , akan tetapi bisa didampingi sebagai landasan hukum bagi
peradilan islam.
Kepaniteraan pengadilan agama diklasifikasikan menjadi 4 (empat)
kelompok, yaitu kelas 1-A , kelas 1-B , kelas II-A , dan kelas II-B. Klasifikasi
tersebut disesuikan dengan klasifikasi pengadilan agama. Sedangkan susunan
organisasi kepaniteraan pengadilan agama terdiri 4 (empat) unsur , yaitu tiga unsur
yang mencerminkan jabatan struktural dan satu unsur yang mencerminkan jabatan
fungsional. Oleh karna itu , maka struktur organisasi kepaniteraan pengadilan agama
kelas I-A terdiri atas: 1. Subkepaniteraan permohonan, 2. Subkepaniteraan gugatan,
3. Subkepaniteran hukum, 4. Kelompok tenaga fungsional kepaniteraan. Sedangkan
susunan organisasi kepaniteraan pengadilan agama kelas I-B, kelas II-A, dan kelas
II-B, terdiri atas: 1. Urusan kepaniteraan permohonan, 2. Urusan kepaniteraan
gugatan, 3. Urusan kepaniteran hukum , 4. Kelompok tenaga fungsional
kepaniteraan.31
Struktur kepaniteraan tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
31 C ik Ha sa n Bisri , Pe ra d ila n Ag a m a Di Ind o ne sia , (Ja ka rta : PT. Ra ja G ra find o
Susunan Organisasi Kepaniteraan Pengadilan Agama
Kelas I A
Sub . Ke p a nite ra a n
Pe rm o ho na n
Sub . Ke p a nite ra a n
G ug a ta n
Sub . Ke p a nite ra a n
Hukum
Ke l. Fung sio na l Ke p a nite ra a n W. Pa nite ra
Pa nite ra
Pengertian sekretaris adalah seorang pejabat yang memimpin sekretariat.
Wakil sekretaris pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh mahkamah agung.32 Dalam menjalankan tugasnya sekretaris dibantu oleh wakil sekretaris, dan beberapa
kepala subbagian atau kepala urusan, yang berada dibawah dan tanggung jawab
langsung kepada ketua pengadilan.33
Sebagaimana kepaniteraan, berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor
303 Tahun 1990, sekretaris pengadilan agama terdiri atas empat kelas yaitu:
32 Mustho fa , Ke p a nite ra a n Pe ng a d ila n Ag a m a , h. 22
1. Sekretariat pengadilan agama kelas I-A
2. Sekretriat pengadilan agama kelas I-B
3. Sekretriat pengadilan agama kelas II-A
4. Sekretriat pengadilan agama kelas II-B.
Struktur organisasi sekretriat pengadilan agama kelas I-A sama halnya
dengan struktur organisasi sekretariat pengadilan agama tinggi agama, terdiri atas
subbagian umum, subbagian kepegawaiaan dan subbagian keuangan. Demikian
halnya dengan pengadilan agama kelas I-B sama dengan struktur organisasi
sekretariat pengadilan kelas II-A dan II B. Ia terdiri atas tiga urusan , yaitu urusan
umum, urusan kepegawaian dan urusan keuangan.34
Struktur organisasi tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini:
Susunan Organisasi Sekretariat Pengadilan Agama Kelas I A
Sub b a g ia n Ke p e g a w a ia
Sub b a g ia n Ke ua ng a n W.Se kre ta ri Se kre ta ris
Sub b a g ia n Um um
Dalam kelembagaan politik era abasiyah, terdapat lembaga mazalim, dimana
lembaga tersebut mengatur perkara perkara tertentu, menurut AL-Mawardi ,
peradilan mazalim harus menghadirkan lima elemen:35
1. Petugas keamanan dan pembantu (Al-humat dan a’wan)
2. Para qodi dan hakim untuk mengumumkan hal hal yangberkaitan dengan
hak hak mereka dan pengetahuan tentang apa apa yang berjalan dalam
majlis mereka.
3. Para ahli fiqih sebagai tempat bertanya mengenai masalah yang rumit
4. Penulis (sekretaris) yang mencatat perjalanan sidang dan hasilnya
5. Saksi saksi
Dapat terlihat dalam point 4 pada era tersebut sudah ditetapkan sekretaris
sebagai penulis dalam jalannya persidangan. Dapat dimaknai elemen tersebut
merupakan para petugas peradilan pada Era Abasiyah dalam lembaga mazalim.
Sekretaris diwan adalah orang yang bertanggung jawab atas diwan itu. Dan
untuk menjabat tugas ini , seseorang harus memenuhih dua syarat , yaitu : memiliki
35 Ab u Ha sa n Ali b in Muha m m a d Ha b ib AL-Ba shria l Ba g hd a d i Al Ma w a rd i, AL
kredibilitas pribadi yang baik dan memiliki kompetensi untuk menjalankan tugas itu.
Tugas yang harus ia lakukan ada 6 (enam hal ) yaitu:36
1. Mencatat aturan–aturan
2. Menagih pungutan Negara
3. Mencatat pembayaran yang telah ditunaikan
4. Memantau para pegawai Negara
5. Memecahkan permasalahn
6. Memeriksa kezaliman kezaliman
Jadi setelah diuraikan pengertian panitera dan sekretaris, dapat diketahui
bahwa dari pengertian kedua tidak terdapat perbedaan yang kuat. Akan tetapi
perbedaan tersebut terlihat dalam tugas tugas mereka serta wewenang
masing-masing pejabat tersebut.
B. TUGAS TUGAS PANITERA DAN SEKRETARIS
Berdasarkan bagan struktur organisasi diatas tugas panitera dapat dipisahkan
sebagai berikut:
36
1. Tugas panitera bidang administrasi; Panitera dibantu wakil panitera dan
beberapa panitera muda (Panmud Hukum, Panmud Permohonan, dan
Panmud Gugatan). Admnistrasi dibagi menjadi 2:
a. Administrasi umum( panitera dibantu oleh sekretaris)
b. Administrasi perkara (panitera dibantu oleh wakil panitera).
2. Tugas panitera untuk mengikuti dan mencatat jalannya persidangan ;
Dalam bidang untuk mengikuti jalannya persidangan, panitera yang
berhalangan yang mengikuti persidangan digantikan oleh panitera
pengganti sebagai pejabat yang mengikuti dan mencatat jalannya
persidangan.
3. Tugas panitera dalam pelaksanaan /eksekusi perkara perdata ; Sebagai
pejabat yang melaksanakan putusan (eksekusi) perkara perdata, panitera
hanya mempunyai hubungan dengan ketua pengadilan agama untuk
melaksanakan perintah yang diwujudkan dalam bentuk penetapan ketua
pengadilan agama, dan dalam hal berhalangan akan digantikan oleh
jurusita dengan panitera bertanggung jawab kepada ketua pengadilan
agama.37
37 Ad un Ab d ulla h Sya fi’ I, Pe ra n Pa nite ra Da la m Pe ra d ila n Ag a m a, ( Ba nd ung :
Nampak bahwa panitera dan sekretaris memiliki tugas-tugas yang
diklasifikasikan berdasarkan jabatan masing-masing, tugas tersebut dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Panitera
Panitera Pengadilan Agama bertugas:38
a. Menyelenggarakan administrasi perkara dan mengatur tugas panitera ,
panitera muda, dan panitera pengganti.
b. Membantu hakim dengan menghadiri dan mencatat jalannya sidang
pengadilan
c. Menyusun berita acara persidangan
d. Melaksanakan penetapan dan putusan pengadilan
e. Membuat semua daftar perkara yang diterima di kepaniteraan
f. Membuat salinan atau turunan penetapan atau putusan pengadilan menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
g. Bertanggung jawab kepengurusan berkas perkara, putusan, dokumen, akta,
buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat-surat bukti dan
surat-surat bukti lainnya yang disimpan di kepaniteraan
h. Memberitahukan putusan verstek dan putusan diluar hadir
38 Mukti Arto , Pra kte k Pe rka ra Pe rd a ta Pa d a Pe ng a d ila n Ag a m a,
i. Membuat akta ; permohonan banding, pemberitahuan adanya permohonan
banding, penyampaian salinan memori/kontra memori banding,
pemberitahuan membaca/memeriksa berkas perkara(inzage),
pemberitahuan putusan banding, pencabutan permohonan banding,
permohonan kasasi, pemberitahuan adanya permohonan kasasi,
pemberitahuan memori kasasi, penyampaian salinan memori kasasi/
kontra memori kasasi, penerimaan kontra memori kasasi, tidak menerima
memori kasasi, pencabutan memori kasasi, pemberitahuan putusan kasasi,
permohonan peninjauan kembali, pemberitahuan adanya permohonan
peninjauan kembali, penerimaan/ penyampaian jawaban permohonan
peninjauan kembali, pencabutan permohonan peninjauan kembali,
penyampaian salinan putusan peninjauan kembali kepada pemohon
peninjauan kembali, pembuatan akta yang menurut
undang-undang/peraturan diharuskan dibuat oleh panitera.
j. Melegalisir surat-surat yang akan dijadikan bukti dalam persidangan.
k. Pemungutan biaya-biaya pengadilan dan menyetorkannya ke kas Negara
l. Mengirimkan berkas perkara yang dimohonkan banding, kasasi dan
peninjauan kembali
m. Melaksanakan, melaporkan dan mempertanggung jawabkan eksekusi yang
diperintahkan oleh ketua pengadilan agama
n. Melaksanakan dan mengawasai pelaksanaan pelelangan yang ditugaskan/
o. Menerima uang titipan pihak ketiga dan melaporkannya kepada ketua
pengadilan agama
2. Wakil Panitera
Wakil panitera bertugas:39
a. Membantu hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang
pengadilan
b. Membantu panitera untuk secara langsung membina , meneliti, dan
membantu mengawasi pelaksanaan tugas administrasi perkara, antara lain
ketertiban dalam mengisi buku register perkara, membuat laporan periodik
dan lain-lain
c. Melaksanakan tugas panitera apabila panitera berhalangan
d. Melaksanakan tugas yang didelegasikan kepadanya
3. Panitera Muda Gugatan
Panitera muda gugatan mempunyai tugas sebagai berikut:40
a. Membantu hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang
pengadilan
39 Mukti Arto , Pra kte k Pe rka ra Pe rd a ta Pa d a Pe ng a d ila n Ag a m a, h.24
40 Ho tnid a Na sutio n, Pe ng a d ila n Ag a ma Di Ind o ne sia ,( Buku Da ra s Fa kulta s
b. Melaksanakan administrasi perkara, mempersiapkan persidangan perkara,
menyimpan berkas perkara yang masih berjalan dan urusan lain yang
berhubungan dengan masalah perkara gugatan
c. Memberi nomor registrasi pada setiap perkara yang diterima di
kepaniteraan gugatan
d. Mencatat setiap perkara yang diterima kedalam buku daftar disertai
dengan catatan singkat tentang isinya.
e. Menyerahkan salinan putusan kepada para pihak yang berperkara apabila
dimintanya.
f. Menyiapkan berkara yang dimohonkan banding, kasasi atau peninjauan
kembali.
g. Meyerahkan arsip berkas perkara kepada panitera muda hukum
4. Panitera Muda Hukum
Panitera muda hukum bertugas untuk:41
a. Membantu hakim yang mengikuti dan mencatat jalannya sidang
pengadilan
b. Mengumpulkan, mengolah dan mengkaji data, menyajikan statistik
perkara, menyusun laporan perkara, meyimpan arsip berkas perkara
c. Mengumpulkan, mengolah dan mengkaji serta menyajikan data hisab,
rukyat, sumpah jabatan/PNS, penelitian dan lain sebagianya serta
melaporkannya kepada pimpinan.
d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya.
5. Panitera Muda Permohonan
Panitera muda permohonan bertugas sebagai berikut:42
a. Melaksanakan tugas seperti panitera muda gugatan dalam bidang perkara
permohonan
b. Termasuk dalam perkara permohonan pertolongan pembagian warisan
diluar sengketa, permohonan legislasi akta ahli waris dibawah tangan, dan
lain-lain
6. Panitera Pengganti
Panietra pengganti mempunyai tugas sebagai berikut:43
a. Membantu hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang
pengadilan
b. Membantu hakim dalam hal ; membuat penetapan hari sidang, membuat
penetapan sita jaminan, membuat berita acara persidangan yang harus
42 Mukti Arto , Pra kte k Pe rka ra Pe rd a ta Pa d a Pe ng a d ila n Ag a m a,h.25
selesai sebelum sidang berikutnya, membuat penetapan-penetapan
lainnya, mengetik putusan/penetapan sidang.
c. Melaporkan kepada panitera muda gugatan/permohonan, d.h.i. pada
petugas meja kedua untuk dicatat dalam register perkara tentang adanya:
penundaan sidang serta alasan-alasannya, perkara yang sudah putus
beserta amar putusannya, dan kepada kasir untuk diselesaikan tentang
biaya-biaya dalam proses perkara tersebut
d. Menyerahkan berkas perkara kepada panitera muda gugatan/permohonan
(d.h.i: petugas meja ketiga) apabila telah selesai dimutasi.
7. Sekretaris Pengadilan Agama
Sekretaris pengadilan agama bertugas:
a. Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan rumah tangga, dan
perpustakaan
b. Melakukakan urusan kepegawaian.
c. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur di
lingkungan pengadilan.44
44 Erfa nia h Zuhria h, Pe ra d ila n Ag a m a Di Ind o ne sia Da la m Re nta ng Se ja ra h
C. SYARAT SYARAT PANITERA DAN SEKRETARIS MENURUT UU
NO 3 TAHUN 2006
Syarat-syarat panitera diatur dalam UU No 3 Tahun 2006 tentang Peradilan
Agama dalam pasal 27 yang berbunyi :
Untuk dapat diangkat menjadi panitera pengadilan agama, seorang calon harus
memenuhi syarat-syarat berikut :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Beragama islam;
c. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
d. Setia pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
e. Berijasah serendah-rendahnya sarjana syariah atau sarjana hukum yang
menguasai hukum islam;
f. Berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun sebagai wakil panitera , 5
(lima) tahun sebagai panitera muda pengadilan agama, atau menjabat
wakil panitera tinggi agama; dan
g. Sehat jasmani dan rohani
Syarat-syarat untuk dapat menjadi wakil panitera pengadilan agama menurut
a. Syarat sebagimana dimaksud dalam pasal 27 huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, huruf e dan huruf g, dan;
b. Berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun sebagai panitera muda atau
4 (empat) tahun sebagai panitera pengganti pengadilan agama
Untuk dapat diangkat menjadi panitera muda pengadilan agama, seorang
harus memenui syarat berdasarkan pasal 31 sebagai berikut:
a. Syarat sebagimana dimaksud dalam pasal 27 huruf a, huruf a, huruf c,
huruf d, huruf e, dan huruf g ; dan
b. Berpengalaman paling singkat 2 (dua) tahun sebagai panitera pengganti
pengadilan agama
Syarat seseorang untuk dapat menjadi panitera pengganti pengadilan agama
berdasarkan pasal 33 yakni:
a. Syarat sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 27 huruf a, huruf b, huruf
c, huruf d, huruf e, dan huruf g, dan;
b. Berpengalaman paling singkat 3 (tiga) tahun sebagi pegawai negeri
pengadilan agama
Syarat untuk menjadi sekretaris pengadilan agama yang sudah diatur dalam
Untuk dapat diangkat menjadi sekretaris, wakil sekretaris pengadilan
agama, dan pengadilan tinggi agama seorang calon harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Berwarga Negara Indonesia;
b. Beragama islam;
c. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
d. Setia kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun1945;
e. Berijasah paling rendah sarjana syariah atau sarjana hukum yang
menguasai hukum islam;
f. Berpengalaman dibidang administrasi peradilan;dan
g. Sehat jamani dan rohani
Al-Mawardi menambahkan , bahwa sifat penulis hakim sebagimana
disebutkan Imam Syafi’I ada 4 , yaitu: 45
1. Adil ; karna penulis adalah orang yang diamati dalam menetapkan pengakuan
dan bukti-bukti dalam peradilan, serta pelaksanaan hukum. Maka profesi ini
membutuhkan sifat orang yang menjadikan kepastian kebenaran, seperti
halnya saksi.
45 Dr. Sa m ir Aliya h , Nizha m Ad -Da ula h w a Al Q a d ha w a Al-‘ Urfi fi Al-Isla m, (
2. Berakal ; yang dimaksudkan disini bukan yang berkaitan dengan taklif, tapi
harus bagus pendapatnya, benar kesimpulannya, dan bagus kecerdasannya,
sehingga dia tidak terpedaya atau dikaburkan pendapatnya.
3. Ahli fikih ; agar diketahui kebenaran apa yang ditulis dari salahnya. Ia adalah
orang yang memahami hukum-hukum syariah, memahami hukum-hukum
yang ditulisnya dan hal-hal yang berkaitan syarat-syarat penulisan hukum,
seperti rekaman, penggunaan kaimat yang diletakkan padanya dengan
menghindari lafadz yang bercabang makna, bagus tulisannya, dan fasih
bahasanya.
4. Bersih dan jauh dari tamak agar aman dari suap.
D. PERBEDAAN TUGAS PANITERA DAN SEKRETARIS
Perbedaan tugas dari kedua pejabat pengadilan tersebut terletak pada dua
jenis tata cara pengelolahan administrasi pengadilan, yaitu bidang administrasi
perkara dan bidang administrasi umum.46
Pemisahan antara administrasi perkara dan adminstrasi umum, merupakan
perwujudan kebebasan dan kemandirian pengadilan, terutama hakimnya, sebagai
penyelenggara kekuasaan kehakiman. Dalam penyelenggaraan administrasi perkara
ia bebas dari campur tangan kekuasaan Negara lainnya , terutama pemerintahan.47
Adminstrasi perkara dan administrasi lainnya yang bersifat teknis peradilan
(yudisial) ditangani oleh panitera. Dalam pelaksanaan tugas dibantu oleh seorang
wakil panitera dan beberapa panitera muda.
Administrasi perkara tidak bisa dipisahkan dengan tugas pokok pengadilan
agama sebagai badan pelaksana kekuasaan kehakiman, yaitu menerima, memeriksa
dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, termasuk perkara
voluntair.
Rangkaian tugas pokok tersebut membutuhkan administrasi perkara yang
menjadi tugas kepaniteraan, yaitu kegiatan penerimaan perkara, kegiatan
penyelenggaraan persiapan persidangan, kegiatan mengadili perkara, dan kegiatan
pelaksanaan putusan.48
Administrasi umum, seperti administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan
kantor, dan lain-lain ditangani oleh sekretaris. Dalam pelaksanaan tugasnya dibantu
oleh seorang wakil sekretaris dan kepala subbagian/urusan kepegawaian , kepala
47 Erfa nia h Zuhria h, Pe ra d ila n Ag a m a Di Ind o ne sia Da la m Re nta ng Se ja ra h
Da n Pa sa ng Surut, h.180
subbagian/urusan keuangan, dan kepala subbagian/urusan umum. Wakil sekretaris
yang membawahi beberapa subbagian/urusan tersebut mempunyai tugas, antara lain:
a. Membantu sekretaris dalam membuat program jangka panjang dan
pendek, pelaksanaan dan pengorganisasiannya.
b. Membantu sekretaris dalam membina dan mengawasi pelaksanaan
tugas-tugas administrasi umum
c. Mengoordinasikan pelaksanaan dan pengurusan setiap kerja yang
ada dibawahnya
d. Membuat dan menyusun laporan tentang kepegawaian ,keuangan,
dan umum
Dengan adanya pemisahan penanganan administrasi perkara dan administrasi
umum, maka staf kepaniteraan dapat memusatkan perhatian terhadap tugas dan
fungsinya membantu hakim dalam bidang peradilan, sedangkan tugas administrasi
yang lain dilaksanakan oleh staf sekretariat.
Kendati terdapat perbedaan dan pemisahan yang melahirkan dua unit kerja
yaitu kepaniteraan dan sekretariat, namun pembedaan dan pemisahan itu bersifat
integral dengan mengutamakan koordinasi dalam melaksanakan tugas pokok
pengadilan merangkap sekretaris pengadilan, sebagaimana diatur dalam pasal 44
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama.49
E. WEWENANG PANITERA DAN SEKRETARIS
Susunan organisasi peradilan agama adalah sebagai berikut:
Susunan Organisasi Pengadilan Agama
Kelas I A
Ke tua
Wa kil Ke tua
Ha kim Pa nite ra / Se kre t
Wa kil Pa nite ra Wa kil
Ke lo m p o k
Fung sio na l :
1. Pa nite ra
49 Ib id ,.
Sub Ke p a nite ra a Sub
Ke
Sub
Ba g ia n
Ke ua ng a
Sub
Ba g ia n
Um um Sub
Ba g ia n
Ke p e g a w Sub
Kep a nite ra a p a nite ra n
Garis Komando Garis Koordinasi
Apabila dilihat dari bagan tersebut, pada bagan sebelah kanan, yaitu
hakim,dan sebelah kiri adalah panitera , dan jurusita, merupakan suborganisasi
fungsional peradilan yang berfungsi dan berwenang melaksanakan peradilan.
Sedangkan sebelah kiri juga terdapat dalam kotak panitera muda adalah pejabat
struktur yang ikut membantu kelancaran tugas pejabat dalam menjalankan fungsi
peradilan. Bagan sebelah kanan yang distrukturkan kebawah wakil sekretaris adalah
jabatan structural pendukung umum seluruh organisasi peradilan. Bagan ini
merupakan suborganisasi yang tidak terkait dengan fungsi peradilan atau penegakan
hukum. Namun tetap mempunyai peran besar dalam kelancaran organisasi.50
Dalam bagan, jabatan fungsional peradilan dihubungkan dengan garis-garis
putus. Hubungan antara pejabat fungsional pada dasarnya tidak bersifat struktural,
tetapi lebih ditekan pada hubungan yang bersifat fungsi peradilan. Ketua dan wakil
ketua sebagai unsur pimpinan seperti ditegaskan pada pasal 10 ayat 1 , hanya
mempunyai hubungan struktural dengan panitera, sekretaris, wakil panitera, wakil
sekretaris serta eselon yang distrukturkan dibawah wakil panitera dan wakil
sekretaris. Sedangkan terhadap hakim, ketua dan wakil ketua mempunyai hubungan
50 Sula ikin Lub is , Hukum Ac a ra Pe rd a ta Pe ra d ila n Ag a m a Di Ind o ne sia, (
fungsional, karna hakim sebagaimana ditegaskan dalam pasal 11 ayat1 adalah
pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman.51
Fungsi wakil panitera, memimpin dan membagi semua tugas fungsional
peradilan, termasuk memimpin dan membawahi petugas fungsional murni yang
terdiri dari para panitera pengganti dan jurusita serta juru sita pengganti. Serta
petugas fungsional yang bersifat struktural yakni panitera muda52
Mengenai jumlah panitera muda, menurut pasal 26 ayat 2 tidak ditentukan.
Pembidangan yang rasional dihubungkan dengan jumlah panitera muda harus
melalui pendekaan realistik. Tidak semata-mata digantung atas pembidangan dan
bezetting formasi yang ditentukan. Tetapi lebih tepat disesuikan dengan volume
pekerjaan. Pengembangannya bisa nanti disesuaikan menurut kebutuhan nyata.
Misalnya didaerah pengadilan agama yang kecil dan volume pekerjaan tidak banyak,
tidak perlu organisasi, panitera muda dikembangkan melampaui kebutuhan.
Misalnya cukup dua orang dengan cara merangkap beberapa bidang.53
51 M Ya hya Ha ra ha p ,Ke d ud uka n Ke we na ng a n Da n Ac a ra Pe ra d ila n Ag a m a,
( PT Sa ra n Ba kti Se m e sta , 1997), h.109
52 Ib id .,
53 Erfa nia h Zuhria h, Pe ra d ila Ag a m a Di Ind o ne sia Da la m Re nta ng Se ja ra h Da n
Adapun gambaran komposisi tenaga kepaniteraan baik dilingkungan
peradilan agama maupun pengadilan tinggi agama masih didominasi oleh Semarang
dan Surabaya sama seperti halnya komposisi kepaniteraan PA , yakni 373 orang atau
10,8% dan 352 orang atau 10,2 %. Sedangkan jumlah terkecil pada peradilan agama
dilingkungan PTA Bangka Belitung , yakni 20 orang atau 0,6%.54
Kedudukan panitera yang juga merangkap sebagai sekretaris sangat penting,
sehingga panitera merupakan top leader dari semua pegawai (selain hakim) yang ada
di pengadilan. Kedudukan kepaniteraan sebagai unsur pembantu pimpinan berarti
segala tindakan dan aktifitas panitera sebagai pimpinan organisasi harus
dipertanggung jawabkan kepada ketua pengadilan. Panitera adalah pegawai terpilih
yang harus mampu mengelolah semua unsur yang ada dipengadilan, tidak hanya
kemampuan meyelesaikan pekerjaan, tetapi harus dapat menggerakkan staf,
memberi contoh keteladanan, pembentukan figur staf tangguh, berdedikasi, dan
loyalitas dalam tugas.55
54 Ja e na l Arip in, Pe ra d ila n Ag a m a Da la m Bing ka i Re fo rm a si Hukum Di
Ind o ne sia, ( Ja ka rta : Ke nc a na , 2008),h.331
BAB III
PROFIL PENGADILAN
A. LETAK GEOGRAFIS
Pada saat penulis ingin melakukan penelitian nya, yang mana pada saat itu
gedung pengadilan agama Jakarta Selatan sedang dinon aktifkan dari kegiatannya
dikarnakan adanya perpindahan lokasi pengadilan agama Jakarta Selatan.
Perpindahan gedung pengadilan agama tersebut semula dari gedung /
bagunan fisik yang terletak di jalan Rambutan VI/48 Pejaten Barat Pasar Minggu
Jakarta Selatan pindah ke lokasi yang beralamat di jalan R.M Harsono RT.07/05 ,
Ragunan Jakarta Selatan sebelah selatan kantor Kementrian Pertanian.
Kemungkinan terjadi perpindahan gedung pengadilan agama Jakarta selatan
kelas I A ini dikarnakan bahwa gedung lama selain luas nya yang cukup kecil
sehingga tidak memungkinkan mencukupi para pengunjung pengadilan agama.
Alasan lain bahwa daerah tersebut sering kali mengalami kebanjiran apabila terjadi
musing hujan yang terus menerus , seingga mengkhawartikan kejadian yang tidak
diinginkan. Selain itu gedung lama tersebut sepertinya tidak memenuhi syarat
perkantoran pemerintahan setingkat walikota karena gedungnya berada
Penulis akan menggambarkan keadaan bagunan pada gedung lama. Jumlah
bangunan fisik / gedung pengadilan agama Kelas I.A Jakarta Selatan yang terletak di
jalan Rambutan VI/48 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan sejak 1 juni 2005
terjadi penambahan yaitu 1 gedung lagi yang terdiri dari dua ruang yang khusus
untuk ruangan tunggu sidang yang diperoleh dari biaya anggaran tahun 2005
sebanyak Rp.170.000.000,-(seratus tujuh puluh juta rupian). Serta mempunyai
sebuah mushollah berlantai dua yang paling atas diperuntukkan untuk mushollah
yang luas bangunanya 7 x 12 M2 (84 M2 ) dan lantai bawah digunakan untuk
menyimpan arsip perkara dengan luas 7 x 12 M2 (84 M2) sehingga keseluruhan
luasnya 168 M2. Sejak tanggal 5 desember 1996 bangunan induk pun diperlus lagi
dengan ruangan arsip berkas perkara seluas 65 M 2. Perlusan dan rehabilitasi
gedung pengadilan agama Jakarta Selatan kelas I A yang lama ini memang sering
terjadi beberapa kali sehingga berdasarkan data luas bangunan lama tersebut
seluruhnya adalah 1.108,2 M2. Serta luas taman dan halaman parkir 2686 M2.
Sehingga keseluruhan luas tanah nya 3.421 M2. Status kepemilikan gedung
penagdilan agama Jakarta Selatan kelas I A adalah