• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis klaster k-means dan k-median pada data indikator kemiskinan : studi kasus data indikator kemiskinan kabupaten di indonesia tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis klaster k-means dan k-median pada data indikator kemiskinan : studi kasus data indikator kemiskinan kabupaten di indonesia tahun 2009"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KLASTER K-

MEANS

DAN K-

MEDIAN

PADA

DATA INDIKATOR KEMISKINAN

(Studi Kasus Data Indikator Kemiskinan Kabupaten di Indonesia Tahun 2009)

Febriyana

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANALISIS KLASTER K-

MEANS

DAN K-

MEDIAN

PADA

DATA INDIKATOR KEMISKINAN

(Studi Kasus Data Indikator Kemiskinan Kabupaten di Indonesia Tahun 2009)

Skripsi

Sebagai Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sains

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh

Febriyana

107094002893

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

ii

PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS KLASTER K-MEANS DAN K-MEDIAN PADA DATA INDIKATOR KEMISKINAN

(Studi Kasus Data Indikator Kemiskinan Kabupaten di Indonesia Tahun 2009)

Skripsi

Sebagai satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana sains

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(4)

iii

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Klaster K-Means dan K-Median Pada Data Indikator Kemiskinan” yang ditulis oleh Febriyana, NIM 107094002893 telah di uji dan dinyatakankan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Juni 2011 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Program Matematika.

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Ketua Program Studi Matematika,

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M. Sis Yanne Irene, M. Si

(5)

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Jakarta, Juni 2011

(6)

K a r y a i n i ku per sem ba hka n un t uk

Or a n gt ua ku t er ci n t a y a n g t ela h ba n y a k m en cur a hka n

ka si h sa y a n g da n dukunga n ba i k m or i l m a upun m a t er i

F i t r i a n a F a dhi lla h

K edua a di kku

M ot t o

Sesun gguhn y a set ela h kesuli t a n t er da pa t kem uda ha n . Set ela h

t a n gi sa n t er da pa t sen y um a n . D a n sega la kesuli t a n a ka n

(7)

v ABSTRAK

Analisis klaster merupakan salah satu metode multivariate yang bertujuan untuk mengelompokkan objek berdasarkan kemiripan atau ketidakmiripan karakteristiknya, sehingga objek yang terletak pada satu klaster memiliki kemiripan yang lebih besar dibandingkan dengan objek pengamatan yang terletak pada klaster lain. K-means merupakan salah satu metode pengklasteran tidak berhirarki yang paling banyak digunakan, namun karena menggunakan rataan sebagai pusat klasternya, metode ini lebih sensitif terhadap keberadaan pencilan pada data. Metode K-median yang menggunakan median sebagai nilai pusat klasternya dinilai dapat mengatasi adanya pencilan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil analisis klaster k-means dengan k-median dari data indikator kemiskinan kabupaten di Indonesia tahun 2009.

Hasil pengklasteran menunjukkan bahwa pada metode k-means klaster pertama terdapat 395 kabupaten dan pada klaster kedua terdapat 76 kabupaten. Sedangkan pada metode k-median pada klaster pertama terdapat 99 kabupaten dan pada klaster kedua terdapat 372 kabupaten. Berdasarkan nilai ketepatan klasifikasi klaster K-means memiliki tingkat ketepatan klasifikasi yang lebih baik yaitu sebesar 98,51 Sedangkan pada k-median tingkat ketepatan klasifikasi sebesar 97,57%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini metode pengklasteran k-means lebih baik dibandingkan dengan k-median.

(8)

ABSTRACT

Cluster analysis is one of the multivariate method which aims to classify objects based on similarity or dissimilarity its characteristics, so that objects located in one cluster has a similarity larger than the object of observation is located in another cluster. K-means clustering is one method does not berhirarki the most commonly used, but because it uses the mean as the center of the cluster, this method is more sensitive to the presence of outliers in the data. K-medians method that uses the median as a central value can cope with the outliers. This study aimed to compare the results of k-means cluster analysis with k-median of district poverty indicators in Indonesia in 2009.

Clustering results show that the method of k-means clustering, the first cluster there are 395 districts and the second cluster there are 76 districts. While the k-median method, the first cluster there are 99 districts and the second cluster there are 372 districts. Based on the classification accuracy of K-means cluster has the level of a better classification accuracy that is equal to 98.51, while the k-median level of classification accuracy of 97.57%. So it can be concluded that in this case k-means clustering method is better than the k-median.

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta segenap umatnya.

Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai bila penulis tidak

mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan secara langsung maupun

dukungan moril dan doa. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarya kepada:

1. Dr. Syopyansyah Jaya Putra, M.Si, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Yanne Irene, M.Si, Ketua Program Studi Matematika dan Ibu Suma’inna,

M.Si, Sekretaris Program Studi Matematika.

3. Ibu Suma’inna, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan hingga

terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Bambang Ruswandi, M.Stat, sebagai Dosen Pembimbing II, atas

bimbingan, saran dan bantuannya dari awal hingga terselesaikannya skripsi

ini.

5. Ayahanda tercinta yang telah menghabiskan waktu dan tenaga tanpa

mengenal batas untuk memberikan yang terbaik bagi penulis agar dapat

(10)

viii 6. Ibunda tercinta yang selalu memberikan semagat dan dukungan kepada

penulis, atas doa, kasih sayang, dorongan, pengertian dan kesabaran yang tak

terkira hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segenap ilmu.

8. Fitriana Fadhillah yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membantu

menyelesaikan skripsi ini serta memberikan dukungan moril dan kesabaran.

9. Dua adikku, seluruh keluarga besarku dan keluarga Dhila yang telah

memberikan perhatian, dukungan dan doanya.

10. Seluruh karyawan dan murid Primagama Pondok Cabe yang selalu

memberikan dorongan motivasi kepada penulis hingga terselesaikan skripsi

ini.

11. Seluruh teman-teman Matematika 2007 yang penuh kekeluargaan dan selalu

memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat memperbaiki

kekurangan yang ada. Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi

penulis khususnya, dan pihak lain umumnya.

Jakarta, Juni 2011

(11)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN UJIAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN DAN MOTTO ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Pembatasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1. Kesejahteraan ... 6

2.2. Kemiskinan ... 6

(12)

x

2.4. Ukuran Kemiripan ... 10

2.5. K-means Klaster ... 11

2.6. K-median Klaster ... 12

2.7. Analisis Diskriminan ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1. Sumber Data ... 16

3.2. Variabel Penelitian ... 16

3.3. Uji Multikolinieritas ... 18

3.4. Uji Normal Multivariate ... 18

3.5. Metode Kerja ... 19

3.6. Alur Penelitian ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1. Deskripsi Data ... 24

4.2. Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 25

4.3. Pembentukan Klaster K-means ... 25

4.4. Pembentukan Klaster K-median ... 29

4.5. Analisis Diskriminan ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1. Kesimpulan ... 37

5.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(13)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Deskripsi Data ... 24

Tabel 4.2 : Nilai VIF Setiap Variabel ... 25

Tabel 4.3 : Jumlah Anggota Setiap Klaster K-means... 25

Tabel 4.4 : Rata-rata Setiap Variabel Pada Klaster 1 ... 26

Tabel 4.5 : Rata-rata Setiap Variabel Pada Klaster 2 ... 27

Tabel 4.6 : Variansi Setiap Variabel ... 28

Tabel 4.7 : Jumlah Anggota Setiap Klaster K-median... 29

Tabel 4.8 : Rata-rata Setiap Variabel Pada Klaster 1 ... 30

Tabel 4.9 : Rata-rata Setiap Variabel Pada Klaster 2 ... 31

Tabel 4.10 : Variansi Setiap Variabel ... 32

Tabel 4.11 : Ketepatan Klasifikasi K-means ... 34

(14)

xii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Pengklasteran ... 41

Lampiran 2 : Output Nilai Variance Inflation Factor (VIF) ... 54

Lampiran 3 : Perhitungan Nilai Pada K-means ... 54

Lampiran 4 : Perhitungan Nilai Pada K-median ... 55

Lampiran 5 : Ketepatan Klasifikasi K-means ... 56

Lampiran 6 : Ketepatan Klasifikasi K-median ... 57

Lampiran 7 : Perhitungan rata-rata setiap variabel pada klaster k-means ... 57

Lampiran 8 : Perhitungan rata-rata setiap variabel pada klaster k-median ... 57

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesejahteraan merupakan tumpuan harapan dan menjadi cita-cita

luhur perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan. Selain

itu kesejahteraan merupakan hal yang menentukan suatu pembangunan di

suatu daerah. Kesejahteraan masyarakat diharapkan meningkat dari tahun ke

tahun.

Salah satu masalah di bidang kesejahteraan adalah kemiskinan.

Kemiskinan menjadi permasalahan yang dihadapi oleh semua negara di

dunia, terutama di negara yang sedang berkembang seperti halnya

Indonesia. Hingga tahun 2010, BPS memperkirakan hampir 13,33% dari

total penduduk Indonesia masih hidup dalam kondisi miskin.

Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dengan segala sumber

daya yang ada. Seharusnya hal ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Namun kenyataannya permasalahan kemiskinan menjadi salah satu

permasalahan yang cukup penting di Indonesia. Kondisi ini menggambarkan

bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial, baik di tingkat nasional

maupun regional dan perlu mendapatkan penanganan yang serius dari

seluruh masyarakat. Oleh karena itu permasalahan kemiskinan harus segera

(16)

2 Kemiskinan terjadi bukan hanya karena rendahnya pendapatan tetapi

juga karena keterbatasan sarana dan prasarana rumah tangga. Suatu rumah

tangga tidak memiliki fasilitas buang air besar belum tentu dapat dikatakan

miskin karena tingkat perekonomiannya cukup tinggi. Hal ini terjadi karena

rumah tangga tersebut menerapkan pola kehidupan tempat tinggalnya.

Selama ini pemerintah telah berupaya mengatasi permasalahan

kemiskinan. Salah satunya yaitu dengan memberikan bantuan kepada rumah

tangga miskin antara lain dengan memberikan bantuan langsung tunai

(BLT), pemberian kartu jaminan kesehatan dan lain sebagainya. Namun

permasalahan mendasar yang sangat penting dan dapat mengganggu

keberhasilan program ini adalah salah sasaran (mis-targeting). Salah satu

penyebabnya adalah belum adanya informasi mengenai kondisi aktual

kemiskinan pada setiap kabupaten.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah memerlukan gambaran

kondisi sosial ekonomi kabupaten/kota di Indonesia berupa kegiatan

evaluasi dan studi kasus yang dapat mengelompokkan kabupaten-kabupaten

di Indonesia untuk mengetahui karakteristik kabupaten tersebut dalam

bidang kemiskinan. Sehingga dapat menentukan kabupaten mana saja yang

diprioritaskan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Dalam statistika, salah satu metode yang digunakan untuk

mengelompokkan variabel atau objek adalah analisis klaster. Analisis

klaster merupakan suatu metode untuk mengelompokkan variabel atau

(17)

3 kelompok akan mempunyai ciri yang relatif sama sedangkan antar

kelompok unit pengamatan memiliki sifat yang berbeda [1].

Ada beberapa metode pengelompokkan dalam analisis klaster, antara

lain k-means klaster dan k-median klaster. Berdasarkan penelitian Yanne

Flowrensia (2010) pada kasus pengelompokkan karakteristik tanaman bunga

iris, metode pengelompokkan k-median lebih baik dibandingkan k-means

dalam pengelompokkan data yang mengandung outlier [5].

Pengelompokkan ini bermanfaat bagi pemerintah dalam menentukan

kabupaten mana saja yang diprioritaskan untuk mendapatkan bantuan. Oleh

karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut

dengan judul “ Analisis Klaster K-Means dan K-Median pada data

indikator kemiskinan studi kasus data indikator kemiskinan kabupaten

di Indonesia Tahun 2009”.

1.2 Permasalahan

Rumusan masalah penelitian ini dapat dirinci ke dalam beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil pengklasifikasian K-Means dan K-Median.

2. Kabupaten mana saja di Indonesia yang diprioritaskan untuk

mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk periode 2010 hingga 2015.

1.3 Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan tidak terlalu luas dan hasilnya dapat

mendekati pokok permasalahan, maka dalam penelitian ini hanya

(18)

4 tahun 2009 serta analisis yang dilakukan berdasarkan data-data yang

diperoleh pada waktu penelitian.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk membandingkan hasil klasifikasi K-Means dengan hasil

klasifikasi K-Median.

2. Mengelompokkan kabupaten-kabupaten di Indonesia berdasarkan

indikator kemiskinan untuk mengetahui kabupaten mana yang perlu

mendapatkan prioritas bantuan dari pemerintah agar program

pemerintah tepat sasaran.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :

1. Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan,

dengan tema yang sama akan tetapi dengan metode dan teknik analisa

yang berbeda. Sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi kemajuan

ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah

Sebagai dasar untuk menentukan kabupaten mana saja yang harus

diprioritaskan untuk mendapat bantuan, sehingga tidak terjadi lagi

(19)

5 b. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan temuan awal untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai indikator-indikator

kemiskinan, serta dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat

selama kuliah.

c. Bagi pembaca

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan

dan acuan bagi pembaca yang sedang melakukan penelitian di bidang

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesejahteraan

Kesejahteraan mencakup bidang-bidang kehidupan yang sangat luas

dan semua aspeknya tidak dapat diukur. Sebuah keluarga dapat dikatakan

sejahtera apabila seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari keluarga

tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan tingkat hidup masing-masing

keluarga [2].

Kesejahteraan dalam konsep dunia modern adalah sebuah kondisi

dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan

makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih serta kesempatan

untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang

dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang

mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya

[2].

2.2 Kemiskinan

Masalah sosial bersifat relatif, namun secara pasti banyak sekali

permasalahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Untuk

memudahkan penanganannya, pemerintah mengklasifikasikan masalah

sosial dalam lima masalah utama, yaitu kemiskinan, kecacatan,

(21)

7 masalah sosial tersebut, kemiskinan merupakan akar utama terjadinya

seluruh permasalahan sosial.

BPS mendasarkan pada besarnya Rupiah yang dibelanjakan

perkapita perbulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non

makanan. Kebutuhan minimum makanan menggunakan patokan 2100 kalori

perhari. Kebutuhan non makanan meliputi perumahan, sandang, aneka

barang dan jasa. Pengeluaran bukan makanan dibedakan antara perkotaan

dan pedesaan. Pola ini telah dianut oleh BPS sejak tahun 1976.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang

biasa untuk dimiliki seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air

minum, hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Secara konseptual,

kemiskinan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu :

1. Kemiskinan kronis (chronic poverty) yang terjadi secara simultan atau

disebut juga sebagai kemiskinan struktural. Fakir miskin atau rumah

tangga miskin memerlukan penanganan yang menyeluruh, terpadu secara

lintas sektor, dan berkelanjutan.

2. Kemiskinan sementara (transient poverty) yang ditandai dengan

menurunnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara sementara

sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis,

bencana alam dan bencana sosial, seperti korban konflik sosial.

Kemiskinan sementara jika tidak ditangani secara serius dapat menjadi

(22)

8 Kemiskinan memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,

sandang dan papan).

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatsaan sumber alam.

6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Ketiadaaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidaksinambungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal

dan terpencil).

Terdapat 14 indikator kemiskinan yaitu luas lantai, jenis lantai, jenis

dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penghasilan

kepala rumah tangga, sumber penerangan rumah tangga, jenis bahan bakar

untuk memasak setiap hari, frekuensi pembelian pakaian baru dalam

(23)

9 frekuensi makan dalam sehari, biaya kesehatan, pendidikan tertinggi kepala

rumah tangga, dan tabungan [12].

2.3 Analisis Klaster

Analisis klaster merupakan teknik multivariate (banyak variabel)

yang berfungsi mengelompokkan beberapa variabel atau objek [9]. Dalam

analisis klaster, ingin mengetahui pengaruh dari setiap variabel bebas, baik

secara individu maupun bersama terhadap variabel tidak bebas.

Tujuan utama analisis klaster adalah mengklasifikasi objek seperti

orang, produk atau barang, perusahaan, ke dalam kelompok-kelompok yang

homogeny dan didasarkan pada suatu set variabel yang dipertimbangkan

untuk diteliti. Pembentukan klaster didasarkan pada kuat tidaknya hubungan

antar variabel. Suatu objek dimasukkan ke dalam suatu klaster atau

kelompok sehingga lebih berhubungan (berkorelasi) dengan objek lainnya

di dalam klasternya dibandingkan dengan objek di klaster lain.

Terdapat dua metode dalam analisis klaster, yaitu metode hirarki dan

metode non-hirarki. Pada metode non-hirarki umumnya digunakan jika

banyaknya satuan pengamatan besar dan banyaknya klaster telah ditentukan

sebelumnya. Sedangkan pada metode hirarki banyaknya satuan pengamatan

(24)

10 2.4 Ukuran Kemiripan

Ukuran kemiripan yang biasa digunakan dalam analisis klaster

adalah jarak Euclidean dan jarak Mahalanobis [4]. Jarak Euclidean

digunakan jika variabel amatan saling bebas atau tidak berkorelasi satu

sama lain (tidak terjadi multikolinieritas). Namun jika terjadi

multikolinieritas, dapat diatasi dengan mentransformasi data menggunakan

Principle Component Analysis (PCA) karena bila data yang digunakan

dalam analisis klaster adalah data skor komponen dari hasil PCA, maka

tidak akan ditemukan lagi adanya Multikolinieritas [7]. Jarak Euclidean

dirumuskan sebagai berikut :

d(i,j) = ∑ ( − ) i= 1...471 ; j = 1 ... 7 (2.1)

dimana d(i,j) = jarak antara objek i dan objek j

xik = nilai objek i pada variabel ke k

xjk = nilai objek j pada variabel ke k

p = banyak variabel yang diamati

Jika terjadi multikolinieritas selain dengan mentransformasi data

dengan PCA dapat juga menggunakan ukuran jarak Mahalanobis. Jarak

Mahalanobis dirumuskan sebagai berikut :

d(i,j) = − ( − ) = 1,2,3, . .471; = 1,2,3, . . ,7 (2.2)

dengan xi dan xj sebagai vektor dari nilai objek i dan j, sedangkan S

(25)

11 2.5 K-Means Klaster

K-Means merupakan metode pengelompokkan yang paling terkenal

dan banyak digunakan di berbagai bidang karena sederhana dan mudah

diimplementasikan. K-means merupakan metode pengklasteran secara

partitioning yang memisahkan data ke dalam kelompok yang berbeda.

K-means merupakan salah satu metode pengelompokkan data

nonhirarki yang berusaha membagi data yang ada ke dalam bentuk dua atau

lebih kelompok [13]. Metode ini dikembangkan oleh Mac Queen pada tahun

1967.

Tujuan dari pengelompokkan data ini adalah untuk

meminimalisasikan fungsi objektif dalam proses pengelompokkan, yang

pada umumnya berusaha meminimalisasikan ragam di dalam suatu

kelompok dan memaksimalkan ragam antar kelompok.

Dasar algoritma K-means adalah sebagai berikut :

1. Diberikan nilai k sebagai jumlah klaster yang ingin dibentuk.

2. Bangkitkan k centroid (titik pusat klaster) awal secara random.

3. Hitung jarak setiap data ke masing-masing pusat klaster yaitu

menggunakan Euclidean Distance.

4. Kelompokkan setiap data berdasarkan jarak terdekat antara data dengan

pusatnya.

5. Tentukan posisi pusat klaster baru (Ckj) dengan cara menghitung nilai

rata-rata dari data-data yang ada pada pusat klaster yang sama.

(26)

12 = pusat klaster ke-k pada variabel ke-j

= banyak data pada klaster ke-k

2.6 K-Median Klaster

K-median merupakan salah satu metode dalam pengelompokkan.

Namun jika pada K-means pengelompokkan berdasarkan nilai rataannya,

pada K-median pengelompokkan didasarkan pada nilai mediannya [8].

Misalkan terdapat N buah data, jarak antara objek ke-i, dan objek

ke-j, dinotasikan dengan . Dalam pemilihan suatu objek yang

representatif dalam suatu klaster (median awal), didefinisikan sebagai

variabel biner 0 dan 1, dimana y = 1 jika objek ke-i dipiih sebagai median

awal. Penempatan setiap objek ke-j ke salah satu median awal dituliskan

sebagai , dengan bernilai 0 dan 1. Jika objek j ditempatkan ke klaster

dimana objek i sebagai median maka = 1.

Berdasarkan definisi di atas, maka :

min ∑ ∑ (2.4)

dengan ` ∑ = 1 , ∀ ∈ (2.5)

≤ ∀ , ∈ (2.6)

∑ = , = jumlah klaster (2.7)

∈{0,1} ,∀ , ∈ (2.8)

(27)

13 Persamaan (2.4) menyatakan bahwa klaster yang terbentuk dengan

menempatkan setiap objek ke median yang terdekat. Persamaan (2.5)

menyatakan bahwa setiap objek ditempatkan pada sebuah median.

Persamaan (2.6) menyatakan bahwa penempatan objek didasarkan pada

median. Persamaan (2.7) menyatakan bahwa hanya terdapat sebuah objek

yang akan dipilih median.

Dasar algoritma K-median adalah sebagai berikut :

1. Diberikan nilai k sebagai jumlah klaster yang ingin dibentuk.

2. Bangkitkan k centroid (titik pusat klaster) awal secara random.

3. Hitung jarak setiap data ke masing-masing pusat klaster yaitu

menggunakan Euclidean Distance.

4. Kelompokkan setiap data berdasarkan jarak terdekat antara data dengan

pusatnya.

5. Tentukan posisi pusat klaster baru (Ck) dengan cara menghitung nilai

median data-data yang ada pada pusat klaster yang sama.

2.7 Analisis Diskriminan

Analisis Diskriminan merupakan suatu analisis dengan tujuan

membentuk sejumlah fungsi melalui kombinasi linear variabel-variabel asal,

yang dapat digunakan sebagai cara terbaik untuk memisahkan

kelompok-kelompok individu. Fungsi yang terbentuk melalui analisis ini selanjutnya

dinamakan fungsi diskriminan [11].

Analisis diskriminan dapat digunakan jika variabel terikat terdiri dari

(28)

14 maka teknik yang digunakan adalah analisis diskriminan multipel (multiple

discriminant analysis).

Analisis diskriminan menghubungkan satu variabel terikat (non

metrik, nominal atau ordinal) dengan satu atau beberapa variabel bebas

sebagai prediktor yang merupakan metrik (interval atau rasio).

Tujuan analisis diskriminan adalah sebagai berikut :

1. Membuat suatu fungsi diskriminan atau kombinasi linier dari prediktor

atau variabel bebas yang bisa mendiskriminasi atau membedakan

kategori variabel terikat atau kelompok. Artinya mampu membedakan

suatu objek masuk kelompok atau kategori yang mana.

2. Menguji apakah ada perbedaan signifikan antar kelompok dikaitkan

dengan variabel bebas atau prediktor.

3. Menentukan prediktor atau variabel bebas mana yang memberikan

sumbangan terbesar terhadap terjadinya perbedaan antar kelompok.

4. Mengklasifikasi objek ke dalam suatu kelompok didasarkan pada nilai

variabel bebas.

5. Mengevaluasi keakuratan klasifikasi.

Adapun dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk

(29)

15 Untuk menghitung seberapa besar ketepatan klasifikasi terdapat

beberapa metode, salah satunya adalah Appearent Error Rate (APER).

APER adalah persentase kesalahan yang dikelompokkan salah. APER

dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

(2.10)

1

1 l

jM j

l

j j

n APER

n

(30)

16

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder hasil

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2009 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan berupa

data indikator kemiskinan untuk seluruh kabupaten/kota di seluruh

Indonesia, yang terdiri dari 471 kabupaten atau kota. Data tersebut

disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini dibagi dalam

beberapa bidang sebagai berikut :

a. Variabel Bidang Pekerjaan

Pengelompokkan pekerjaan dibedakan dalam dua kelompok yaitu

bekerja di bidang formal dan informal. Pekerja sektor formal adalah

seseorang yang bekerja dengan dibantu karyawan/pegawai tetap atau

bekerja sebagai karyawan/pegawai. Sedangkan pekerja di sektor

informal adalah seseorang yang berusaha sendiri, berusaha dengan

buruh tidak tetap atau buruh tidak dibayar.

b. Variabel Fasilitas Perumahan

Sebuah rumah dikategorikan rumah sehat apabila luas lantai

(31)

17 Rumah tangga pengguna air bersih adalah persentase rumah

tangga yang menggunakan air minum yang berasal dari air mineral, air

leding atau PAM, pompa air, sumur atau mata air terlindung dengan

jarak ke penampungan lebih dari 10 meter.

c. Variabel Program Pemerintah

Beras untuk masyarakat miskin (Raskin) adalah salah satu

program pemerintah untuk membantu rakyat miskin dalam memenuhi

kebutuhan makanan sehari-hari. Raskin diselenggarakan oleh Badan

Urusan Logistik (Bulog) dengan cara menjual beras dengan harga

murah bersubsidi.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

ketersediaan data. Berikut adalah variabel-variabel yang digunakan:

X1 : jumlah penduduk miskin yang bekerja di bidang formal.

X2 : jumlah penduduk miskin bekerja di bidang informal.

X3 : jumlah rumah tangga dengan luas lantai kurang dari 8 m2.

X4 : jumlah rumah tangga dengan luas lantai lebih dari 8 m2.

X5 : jumlah rumah tangga menggunakan air bersih.

X6 : jumlah rumah tangga menggunakan jamban sendiri.

(32)

18 3.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antar variabel. Uji multikolinieritas dilakukan dengan

menggunakan nilai Variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih

besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai permasalahan

multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya [10].

3.4 Uji Normal Multivariate

Pengujian asumsi normal multivariate dilakukan pada

masing-masing data tiap klaster untuk mengetahui apakah data pada tiap klaster

tersebut menyebar mengikuti sebaran normal multivariate, dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung jarak Mahalanobis (di2) pada kelompok ke-i dengan

persamaan :

di2 = (xi - )TS-1 (xi - ) i = 1, 2, ..., n (3.1)

di2 = jarak Mahalanobis

xi = vektor kolom berisi nilai-nilai pengamatan

= vektor kolom berisi rataan kelompok ke-i

S= matriks kovarians

b. Mengurutkan di2 dari yang terkecil ke terbesar sehingga d12 < d22 < .... <

dn2 dengan n menyatakan jumlah amatan.

c. Untuk setiap nilai di2, dihitung

( , )

d. Mencari nilai χ2 untuk setiap persentil dari sebaran χ2 dengan p derajat

(33)

19 e. Membuat plot antara χ2 dengan di2

Jika x ~ Np ( , ) maka (xi - )tS-1 (xi - ) ~ χ2 (p)

Apabila plot antara jarak Mahalanobis dan Khi-kuadrat mengikuti

pola garis lurus maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal

multivariate [6].

3.5 Metode Kerja

Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan

analisis data dengan menggunakan metode K-Means klaster dan K-Median

klaster. Tahapan analisis yang dilakukan sebagai berikut :

1. Menentukan banyaknya klaster yang akan dibentuk.

Dalam penelitian ini klaster yang ingin dibentuk adalah 2 klaster.

2. Lakukan metode pengklasteran K-Means dan K-Median dengan k klaster

yang didapat pada langkah 1. Tahapan yang dilakukan pada metode

k-means adalah sebagai berikut :

a. Menentukan pusat klaster awal secara acak.

b. Menghitung jarak antara setiap objek dengan pusat klaster

c. Masukkan tiap objek ke satu klaster yang memiliki jarak terdekat

dengan pusat klasternya.

d. Menghitung kembali pusat klaster yang terbentuk.

e. Ulangi dari langkah b sampai tidak ada perpindahan objek antar

(34)

20 3. Mendeskripsikan karakteristik klaster.

Dalam mendeskripsikan klaster digunakan persamaan

X =i = 1,2,3...n j=1,2,3...q (3.2)

dengan X = Rata-rata sampel (rata-rata variabel pada klaster tertentu).

nj = banyak anggota pada klaster ke-j.

xij = nilai data ke-i pada variabel ke-j

4. Uji Variance

Uji Variance dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel yang

telah membentuk klaster memiliki perbedaaan pada tiap klaster, serta

untuk melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap pembentukan

klaster [9]. Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan konsep sebagai

berikut :

= = 1,2 (3.3)

= rata-rata setiap variabel pada klaster ke-i

= jumlah anggota pada klaster ke-i

= ∑ ∑ (3.4)

= rataan populasi dari variabel

= banyaknya klaster

= (3.5)

= rata-rata populasi

(35)

21

= ∑ ( ) = 1,2 (3.6)

= variansi pada klaster ke-i

= nilai data ke-j pada klaster ke-i

Internal homogenity variance within cluster ( ).

= ∑ (3.7)

= variansi dalam klaster

External homogenity variance between cluster ( ).

= ∑ ( ) (3.8)

= variansi antar klaster

= (3.9)

Semakin besar nilai suatu variabel, maka semakin besar perbedaan

variabel tersebut pada ketiga klaster yang terbentuk. Hal ini dapat

digunakan sebagai metode pembanding untuk mengetahui metode

pengelompokkan mana yang lebih baik. Semakin besar nilai pada

setiap variabel maka semakin baik metode pengelompokkan tersebut.

5. Analisis Diskriminan

Analisis Diskriminan digunakan sebagai metode pembanding dalam

mengetahui seberapa besar ketepatan pengklasteran antara metode

k-means dengan k-median. Hal ini dapat dilihat dari besar nilai ketepatan

(36)

22 pengklasteran semakin baik. Sedangkan jika nilai ketepatan klasifikasi

semakin kecil, maka pengklasteran kurang baik.

Tabel 3.1. Tabel klasifikasi

Menghitung seberapa besar ketepatan klasifikasi dengan

menggunakan Correct Classification Rate (CCR). CCR merupakan

persentase ketepatan nilai amatan dan dugaannya, CCR dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

CCR = Jumlah prediksi yang tepat x 100% Jumlah data

CCR = , ,

∑ ∑ x 100% (3.10)

Menghitung persentase kesalahan dalam klasifikasi dihitung

menggunakan APER yaitu sebagai berikut :

APER = , ,

∑ ∑ x 100% (3.11)

Semakin kecil nilai APER maka tingkat ketepatan klasifikasi

(37)

23 3.6 Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur penelitian

Setelah data diperoleh langkah selanjutnya adalah menentukan

banyaknya klaster yang ingin dibentuk, kemudian dilakukan analisis

klaster k-means dan k-median, dan membandingkan nilai ketepatan

klasifikasi kedua metode tersebut dengan menggunakan metode analisis

diskriminan dan uji variance. Mulai

Mengumpulkan Data

Analisis Klaster

1. K-Means

2. K-Median

Menghitung ketepatan klasifikasi Menentukan Banyaknya klaster

Selesai

(38)

24 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi data

Berikut adalah deskripsi statistik yang digunakan untuk melihat

gambaran dari data.

Tabel 4.1. Deskripsi data

Variabel Rataan Ragam

Jumlah penduduk miskin yang

bekerja di bidang formal (X1) 14.739,49 469.459.833,04 Jumalah penduduk miskin yang

bekerja di bidang informal (X2) 50.372,92 3.619.953.702,63 Jumlah rumah tangga dengan

luas lantai kurang dari 8 m2 (X3) 25.890,00 923.186.607,24 Jumlah rumah tangga dengan

luas lantai lebih dari 8 m2 (X4) 25.497,21 1.292.524.266,99 Jumlah rumah tangga

menggunakan air bersih (X5) 28.565,88 1.525.767.394,16 Jumlah rumah tangga

menggunakan jamban sendiri

(X6) 37.728,63 2.320.940.940,61

Jumlah rumah tangga penerima

raskin (X7) 52.043,21 4.920.493.964,93

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa secara rata-rata sebagian besar

penduduk miskin di indonesia bekerja di bidang informal yaitu sebesar

50.372 jiwa. Selain itu jumlah penerima raskin juga masih cukup tinggi

(39)

25 4.2 Pengujian Asumsi Multikolinieritas

Sebelum dilakukan pengklasteran, dilakukan uji asumsi

Multikolinieritas untuk mengetahui ukuran kemiripan apa yang dapat

digunakan. Pengujian multikolinieritas didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2. Nilai VIF setiap variabel

Variabel VIF

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai VIF untuk setiap variabel

bernilai kurang dari 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinieritas pada variabel-variabel tersebut. Oleh karena itu, dalam

melakukan pengklasteran dapat menggunakan jarak Euclidean.

4.3 Pembentukan Klaster K-Means

Hasil pengklasteran dengan menggunakan metode K-means adalah

sebagai berikut :

a. Jumlah Anggota Klaster

Tabel 4.3. Jumlah anggota pada setiap klasterk-means

Klaster jumlah anggota

1 395

2 76

(40)

26 Berdasarkan Tabel 4.3 hasil pengklasteran didapat 2 klaster dengan

jumlah anggota pada klasterpertama adalah 395 kabupaten, klasterkedua

adalah 76 kabupaten dari jumlah kabupaten se-Indonesia sebanyak 471

kabupaten.

b. Karakteristik Klaster

Interpretasi karakteristik dari setiap klaster yang terbentuk adalah

sebagai berikut :

1. Klaster satu

Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap variabel

pada klaster pertama adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Rata-rata variabel pada klaster 1

Variabel Rata-rata pada

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa pada klaster satu sebagian

besar penduduk miskin bekerja di bidang informal yaitu sebesar

28.020 jiwa, sedangkan pada bidang fasilitas rumah tangga klaster

satu beranggotakan kabupaten/kota yang sebagian besar memiliki

rumah dengan luas lantai kurang dari 8 m2 yaitu sebesar 19.954 rumah

(41)

27 Anggota klaster satu antara lain Kabupaten Simeuleu, Aceh

Tamiang, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Sabang,

Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan untuk selengkapnya

terdapat pada lampiran 1.

2. Klaster Dua

Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap variabel

pada klaster kedua adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Rata-rata variabel pada klaster 2

variabel rata-rata pada

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa pada klaster dua sebagian

besar penduduk miskin bekerja di bidang informal yaitu sebesar

166.545 jiwa, sedangkan pada bidang fasilitas rumah tangga klaster

dua beranggotakan kabupaten/kota yang sebagian besar memiliki

rumah dengan luas lantai lebih dari 8 m2 yaitu sebesar 90.007 rumah

tangga. Namun rumah tangga dengan luas lantai kurang dari 8 m2 pun

masih cukup tinggi yaitu sebesar 58.609 rumah tangga dan masih

banyaknya penduduk miskin yang menerima raskin yaitu sebesar

(42)

28 Anggota klaster dua antara lain adalah Aceh Utara, Lampung

Selatan, Cianjur, Garut, Banyumas, Lombok Barat dan untuk

selengkapnya terdapat pada lampiran 1.

Berdasarkan interpretasi kedua klaster tersebut, dapat

disimpulkan bahwa klaster pertama yaitu klaster pekerja informal

dengan fasilitas rumah tangga cukup memadai. Sedangkan klaster

kedua yaitu klaster pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga

kurang memadai. Sehingga kabupaten yang ada pada klaster kedua

lebih membutuhkan bantuan dibandingkan dengan kabupaten yang

ada pada klaster pertama.

c. Uji Variance Klaster K-means

Berdasarkan persamaan (3.7), (3.8), dan (3.9) didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.6. Variansi setiap variabel

Variabel

X1 718.054.355 611.664.319 1,17393533

X2 9.594.606.413 2.024.722.791 4,73872594 X3 761.100.700 1.641.170.185 0,46375489 X4 2.958.515.061 1.180.758.363 2,50560585 X5 3.567.228.316 1.090.978.948 3,26974991 X6 5.590.002.996 1.555.498.689 3,59370473 X7 13.334.040.132 2.846.127.209 4,68497687

Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai

terbesar ada pada variabel X2 yaitu sebesar 4,73872594, sehingga

(43)

29 perbedaan paling berarti pada klaster 1 dan klaster 2 serta merupakan

variabel yang paling berpengaruh terhadap pembentukan klaster.

4.4 Pembentukan Klaster K-Median

Hasil pengklasteran dengan menggunakan metode K-median adalah

sebagai berikut :

a. Jumlah Anggota Klaster

Tabel 4.7. Jumlah anggota pada setiap klaster k-median

Klaster Jumlah anggota

1 99

2 372

jumlah 471

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil pengklasteran didapat 2 klaster dengan

jumlah anggota pada klaster pertama adalah 99 kabupaten dan pada

klaster 2 terdapat 372 kabupaten dari jumlah kabupaten se-Indonesia

(44)

30 b. Karakteristik Klaster

Interpretasi karakteristik dari setiap klaster yang terbentuk adalah

sebagai berikut :

1. Klaster 1

Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap

variabel pada klaster pertama adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8. Rata-rata setiap variabel pada klaster 1

variabel rata-rata pada

Berdasarkan Tabel 4.8 klaster pertama beranggotakan

kabupaten yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang

informal yaitu sebesar 146.597 jiwa, sedangkan pada bidang fasilitas

rumah tangga klaster pertama beranggotakan kabupaten yang

sebagian besar rumah tangganya memiliki rumah dengan luas lantai

lebih dari 8 m2 yaitu sebesar 79.376 rumah tangga. Namun rumah

tangga dengan luas lantai kurang dari 8 m2 pun masih cukup tinggi

yaitu sebesar 54.288 rumah tangga dan masih banyaknya rumah

tangga yang berstatus sebagai penerima raskin yaitu sebesar 165.693

(45)

31 Anggota klaster satu antara lain adalah Kabupaten Aceh Utara,

Subang, Banyumas, Lamongan, Lombok Barat, Lombok Timur dan

untuk selengkapnya terdapat pada lampiran 1.

2. Klaster Dua

Berdasarkan persamaan 3.2 didapat nilai rata-rata setiap

variabel pada klaster kedua adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9. Rata-rata setiap variabel pada klaster 2

variabel rata-rata pada

beranggotakan kabupaten yang sebagian besar penduduknya bekerja

di bidang informal yaitu sebesar 24.764 jiwa, sedangkan pada bidang

fasiltas rumah tangga sebagian besar rumah tangga memiliki rumah

dengan luas lantai kurang dari 8 m2, dan rumah tangga penerima

raskin relatif rendah yaitu sebesar 21.797 rumah tangga.

Anggota klaster dua antara lain adalah Kabupaten Simeuleu,

Sabang, Padang, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Kota Bogor dan untuk

(46)

32 Berdasarkan interpretasi kedua klaster tersebut, dapat disimpulkan

bahwa klaster pertama adalah klaster pekerja informal dengan fasilitas

rumah tangga kurang memadai, sedangkan klaster kedua adalah klaster

pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga cukup memadai. Sehingga

kabupaten yang ada pada klaster pertama lebih membutuhkan bantuan

dibandingkan dengan kabupaten yang ada pada klaster kedua.

c. Uji Variance Klaster K-median

Berdasarkan persamaan (3.7), (3.8), dan (3.9) didapat hasil sebagai

berikut :

Tabel 4.10. Variansi setiap variabel

Variabel

X1 611.518.110,1 528.972.334,1 1,156049326

X2 7.421.645.859 2.229.769.775 3,328435941 X3 646.402.449,2 1.376.121.469 0,469727756 X4 2.326.885.700 1.100.203.573 2,114959228 X5 3.013.667.582 1.011.294.993 2,980008408 X6 4.614.265.706 1.498.189.586 3,079894393 X7 10.353.109.573 3.063.649.882 3,379338361

Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai

terbesar terdapat pada variabel X7 yaitu sebesar 3,379338361.

Sehingga variabel jumlah penerima raskin adalah variabel yang memiliki

perbedaan paling berarti pada klaster 1, dan klaster 2 serta merupakan

(47)

33 4.5 Analisis Diskriminan

Untuk mengetahui hasil pengklasteran mana yang lebih baik antara

metode klaster k-means dan k-median dilakukan analisis diskriminan

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengujian Asumsi Normal Multivariate

Sebelum melakukan analisis diskriminan terlebih dahulu melakukan

pengujian asumsi normal multivariate. Hasil pengujian asumsi normal

multivariate adalah sebagai berikut :

C26

Scatterplot of khi-kuadrat vs jarak mahalanobis (iterasi 1)

Gambar 4.1. Scatter plot khi-kuadrat dengan jarak Mahalonobis

Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa terdapat satu nilai yang

dideteksi sebagai outlier yaitu data ke 471, maka data tersebut dihilangkan

(48)

34 Pada iterasi kedua, setelah menghilangkan data ke 471, didapat hasil

sebagai berikut :

Scatterplot khi-kuadrat vs jarak mahalanobis (iterasi 2)

Gambar 4.2. Scatter plot khi-kuadrat dengan jarak Mahalonobis

Pada grafik tersebut terlihat bahwa data berkumpul pada suatu garis.

Sehingga dapat dikatakan asumsi normalmultivariate sudah terpenuhi.

b. Menghitung ketepatan klasifikasi

1. K-means

Tabel 4.11. Ketepatan klasifikasi k-means

D Prediksi Total

1 2

Aktual 1 390 4 394

2 3 73 76

Berdasarkan persamaan 3.10 maka didapat persentase ketepatan

klasifikasi klaster k-means sebagai berikut :

(49)

35 Berdasarkan persamaan 3.11 persentase kesalahan dalam

pengklasifikasian adalah sebagai berikut :

APER = x 100 % = 1,49 %

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa nilai

ketepatan klasifikasi k-means sangat tinggi dengan tingkat kesalahan

sebesar 1,49%.

2. K-median

Tabel 4.12. Ketepatan klasifikasi k-median

D Prediksi Total

1 2

Aktual 1 89 10 99

2 0 371 371

Berdasarkan persamaan 3.10 maka didapat persentase ketepatan

klasifikasi klaster k-median adalah sebagai berikut :

CCR = x 100 % = 97,87%

Berdasarkan persamaan 3.11 persentase kesalahan dalam

pengklasifikasian adalah sebagai berikut :

(50)

36 Berdasarkan perhitungan tersebut dapat terlihat bahwa nilai

ketepatan klasifikasi k-median sangat tinggi dengan tingkat kesalahan

sebesar 2,13%.

Berdasarkan tingkat ketepatan klasifikasi terlihat bahwa nilai

ketepatan klasifikasi k-means (98,51 %) lebih baik dibandingkan k-median

(51)

37 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada metode klaster k-means nilai ketepatan klasifikasi adalah

sebesar 98,51% sedangkan pada metode klaster k- median nilai ketepatan

klasifikasi sebesar 97,87%. Selain itu pada uji variance terlihat bahwa pada

beberapa variabel yaitu jumlah pekerja di bidang informal, jumlah rumah

tangga dengan luas lantai lebih dari 8 m2, jumlah rumah tangga

menggunakan air bersih, jumlah rumah tangga menggunakan jamban sendiri

dan jumlah rumah tangga penerima raskin nilai

pada pengelompokkan k-means lebih besar dibandingkan dengan

k-median. Sehingga disimpulkan bahwa pada kasus ini metode

pengelompokkan k- means lebih baik dibandingkan dengan metode

pengelompokkan k-median.

Berdasarkan hasil penelitian pada metode k-means terdapat 2 klaster

yaitu :

Klaster 1 : kabupaten pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga

cukup memadai.

Klaster 2 : kabupaten pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga

(52)

38 Sedangkan pada metode k-median terdapat 2 klaster yaitu :

Klaster 1 : kabupaten pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga

kurang memadai.

Klaster 2 : kabupaten pekerja informal dengan fasilitas rumah tangga

cukup memadai.

Berdasarkan hasil pengklasteran dengan metode k-means dapat

dikatakan bahwa kabupaten yang ada pada klaster kedua lebih

membutuhkan bantuan dibandingkan dengan kabupaten yang ada pada

klaster pertama. Sedangkan pada metode k-median dapat dikatakan bahwa

kabupaten yang ada pada klaster pertama lebih membutuhkan bantuan

dibandingkan dengan kabupaten yang ada pada klaster kedua.

5.2 Saran

Selain menggunakan metode k-means dan k-median,

pengelompokkan data juga dapat menggunakan metode klaster k-error.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan indikator

kemiskinan lainnya untuk hasil pengelompokkan yang lebih baik dan

(53)

39

DAFTAR PUSTAKA

[1] Agusta, Yudi. K-Means - Penerapan Permasalahan dan Metode Terkait.

Bali : STMIK STIKOM Bali. 2007.

[2] Badan Pusat Statistik. Data dan Informasi Kemiskinan 2009, Buku 2:

Kabupaten/Kota. Jakarta: BPS. 2009.

[3] Budiono, Agung. Analisis komponen utama dan analisis gerombol untuk

pengelompokkan propinsi di Indonesia berdasar peubah industri kecil.

[Skripsi]. Bogor : Jurusan Statistika Fakultas MIPA IPB. 1987.

[4] Durran BS, Odell PL. Cluster Analysis. New York : Springer-Verlay.

Berlin. 1974.

[5] Flowrensia, Yanne. Perbandingan Penggerombolan K-means dan

K-medoidPada Data Yang Mengandung Pencilan. [Skripsi]. Bogor : Jurusan

Statistika Fakultas MIPA IPB. 2010.

[6] Jhonson, Richard A. Dan Dean W Wichern. Applied multivariate

statistical anlysis. Edisi keempat. New York: Prentice-Hall International,

inc. 1998.

[7] Kaufma L and Peter JR. Findings Group in Data, An Introduction to

Cluster Analysis. New York : Jhon Willey and Sons Inc. 1990.

[8] Kumar, Mahesh dan Nithin R Patel. Clustering data with measurement

(54)

40 [9] Ruswandi, Bambang. Diktat Perkuliahan Praktikum Statistika Multivariat.

Jakarta : Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Jakarta. 2008.

[10] Setyoko, Mahmud. Uji Asumsi Klasik Statistik Pengaruh Kewenangan,

Kemitraan dan Konflik Terhadap Efektivitas Saluran Distribusi Minyak

Tanah Menggunakan SPSS Versi 13. Semarang : Politeknik Negeri

Semarang. 2008.

[11] Sharma, S. Applied Multivariate Techniques. Jhon Willey & Sons : New

York. 1996.

[12] Sidabutar, Drs. Albert. 14 indikator kemiskinan di rumah tangga, berhak

menerima bantuan langsung tunai.

http://barsamatoba.com/tobasa/berita/14-indikator-kemiskinan-di-rumah-tangga-berhak-menerima-bntuan-langsung-tunai.html. [24 Februari 2011].

[13] Supranto, Johanes. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Rineka Cipta

(55)

41 LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Pengklasteran

kabupaten Kode k-means k-median

(56)

42 Kabupaten Kode K-means K-median

(57)

43 Kabupaten Kode K-means K-median

(58)

44 Kabupaten Kode K-means K-median

(59)

45 Kabupaten Kode K-means K-median

(60)

46 Kabupaten Kode K-means K-median

(61)

47 Kabupaten Kode K-means K-median

(62)

48 Kabupaten Kode K-means K-median

(63)

49 Kabupaten Kode K-means K-median

(64)

50 Kabupaten Kode K-means K-median

(65)

51 Kabupaten Kode K-means K-median

(66)

52 Kabupaten Kode K-means K-median

(67)

53 Kabupaten Kode K-means K-median

Puncak Jaya 3308 1 2

Mimika 3309 1 2

Boven Digoel 3310 1 2

Mappi 3311 1 2

Asmat 3312 1 2

Yahukimo 3313 1 2

Pegunungan Bintang 3314 1 2

Tolikara 3315 1 2

Sarmi 3316 1 2

Keerom 3317 1 2

Waropen 3318 1 2

Supiori 3319 1 2

Mamberamo Raya 3320 1 2

Nduga 3321 1 2

Lanny Jaya 3322 1 2

Mamberamo Tengah 3323 1 2

Yalimo 3324 1 2

Puncak 3325 1 2

Dogiyai 3326 1 2

(68)

54 Lampiran 2. Output Nilai Variance Inflation Factor (VIF)

(69)
(70)

56 Lampiran 5. Ketepatan klasifikasi K-means.

Classification Resultsb,c

k_means

Predicted Group Membership

Total

1 2

Original Count 1 390 4 394

2 3 73 76

% 1 99.0 1.0 100.0

2 3.9 96.1 100.0

Cross-validateda Count 1 390 4 394

2 3 73 76

% 1 99.0 1.0 100.0

2 3.9 96.1 100.0

a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation,

each case is classified by the functions derived from all cases other than that case.

b. 98,5% of original grouped cases correctly classified.

(71)

57 Lampiran 6. Ketepatan klasifikasi k-median.

Classification Resultsb,c

k_medi

an

Predicted Group Membership

Total

1 2

Original Count 1 89 10 99

2 0 371 371

% 1 89.9 10.1 100.0

2 .0 100.0 100.0

Cross-validateda Count 1 87 12 99

2 0 371 371

% 1 87.9 12.1 100.0

2 .0 100.0 100.0

a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation,

each case is classified by the functions derived from all cases other than that case.

b. 97,9% of original grouped cases correctly classified.

c. 97,4% of cross-validated grouped cases correctly classified.

Lampiran 7. Perhitungan Rata-rata setiap Variabel pada klaster k-means.

(72)

Nama : Febriyana

NIM : 107094002893

Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 5 Februari 1989

Alamat Rumah : Jalan Raya Labuan Km 6

Kp. Kadukanas Rt 01 Rw 01

Desa Sukasari Kec. Kaduhejo

Kab. Pandeglang - Banten

Phone / Hand Phone : 08998944001

Email : febri.2497@gmail.com

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. S1 : Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007 – 2011

2. SMA : SMAN 1 Pandeglang, Tahun 2004 – 2007

3. SMP : SMPN 1 Pandeglang, Tahun 2001 – 2004

4. SD : SDN 1 Pandeglang, Tahun 1995 – 2001

DAFTAR RIW AYAT HIDUP

Data Pribadi

(73)

Gambar

Tabel 3.1. Tabel klasifikasi
Gambar 3.1 Alur penelitian
gambaran dari data.
Tabel 4.3. Jumlah anggota pada setiap klaster k-means
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu Tabel 19 memperlihatkan terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal lama penyakit diare berdasarkan jenis perlakuan, dengan kata lain subjek yang mendapat formula tempe

Preparasi pada salah satu fauna akuatik&amp; yaitu ra&#34;ungan memiliki daging yang berbeda$beda dengan rendemen yang berbeda pula. Daging ra&#34;ungan yang.. dipreparasi kelompok '

Berdasarkan dari analisis data Sample t Test, adanya perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan sebelum dan saat peristiwa aksi damai 212, dan

Agraria dan Tata Ruang telah tercantum dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pada cara pemupukan dua kali (Model 1) variabel yang berpengaruh langsung pada hasil produksi kedelai adalah bobot 100

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan peneliti masalah kepuasan kerja di Cheese Bury Kopitiam dilihat dari hasil wawancara beberapa karyawan yang sudah

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Kuasa, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Umumnya emisi gas buang ini terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna dari pembakaran mesin serta lepasnya partikel-partikel, karena kurang tercukupinya oksigen dalam