• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi PT. Kaha Event Management dalam mempertahankan Loyalitas Pelanggan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi PT. Kaha Event Management dalam mempertahankan Loyalitas Pelanggan"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

PAMBAYUN MENUR SETA NIM: 1110051000078

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juli 2014

(5)

i

Dalam Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

Dewasa ini waktu dirasa semakin cepat berlalu, keterbatasan waktu membuat perkembangan dunia bisnis di Indonesia terutama industri jasa selalu berinovasi. Terlihat dari maraknya keberadaan perusahaan-perusahaan yang

bergerak di bidang jasa salah satunya adalah event organizer. Event organizer

merupakan perusahaan jasa pelayanan untuk menangani, mengatur secara sistematis suatu kegiatan acara. PT. Kaha Event Managemenent adalah

perusahaan event organizer.

Dari latar belakang tersebut maka timbul sebuah rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh PT. Kaha Event Management dalam mempertahankan loyalitas pelanggan? Dari sini, peneliti menggali berbagai upaya strategi komunikasi yang dilakukan PT. Kaha Event Management dalam mempertahankan loyalitas pelanggan.

PT. Kaha Event Management terlihat melakukan strategi-strategi khusus dalam mempertahankan loyalitas pelanggan sehingga terlihat beberapa pelanggan setia dalam waktu yang lama. Ada sesuatu yang kerap diberikan PT. Kaha Event Management sehingga mereka terus menggunakan jasa perusahaan ini di luar pesaing yang semakin banyak.

Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori Fred R. David dalam manajemen strategi, yaitu mengenai tahapan dalam strategi yakni perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Selanjutnya peneliti membaurkan definisi operasional Jill Griffin dan Philip Kottler mengenai loyalitas pelanggan.

Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan tehnik analisis deskriptif. Kemudian sumber data diperoleh melalui observasi di lapangan, melalui wawancara dengan Asep S. Simangunsong selaku general manager PT. Kaha Event Management, studi pustaka dari literatur yang berkaitan dengan bahasan penelitian, dokumentasi berupa internet dan data resmi PT. Kaha Event Management yang berkaitan dengan objek penelitian.

Berdasarkan pengamatan peneliti, PT. Kaha Event Management menjalankan beberapa tahapan strategi, yakni perumusan strategi, implementasi strategi, kemudian evaluasi strategi. Dan sikap dari para pelanggan PT. Kaha Event Management lakukan sesuai dengan definisi operasional dalam karakteristik loyalitas pelanggan.

Jadi strategi komunikasi PT. Kaha Event Management dalam mempertahankan loyalitas pelanggan telah diaplikasikan dengan baik sehingga pelanggan menjadi loyal.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Kepada-Nya Sang pencipta alam semesta dan segala keindahannya, saya

panjatkan puja dan puji untuk-Nya. Dengan setetes cinta yang tak berbanding

dengan apapun, Dia kuatkan setiap perjuangan dan kesabaran saya dalam

menjalani hidup ini. Semoga rasa syukur ini dapat Engkau terima, Ya Allah.

Dengan-Mu saya bulatkan tekad serta meluruskan niat dan sempurnakan ikhtiar

untuk sebuah babak yang lebih bermakna.

Pada akhirnya skripsi ini telah mampu saya rampungkan dengan tidak

lepas dari segala pengorbanan waktu, tenaga, fikiran serta materi. Perjuangan

keras penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak luput dari peran serta

beberapa pihak yang ikut berjuang didalamnya. Terimakasih yang teristimewa

saya persembahkan pada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian

skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Tanpa bantuan dan

dukungan tersebut, sulit rasanya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

waktu. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,

M.A, Dr. Suprapto, M.Ed, MA selaku Wadek I bidang akademik, Drs.

Jumroni, M.Si, selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan Dr. H.

Sunandar, MA, selaku wadek III bidang kemahasiswaan.

2. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku ketua jurusan Komunikasi dan

(7)

iii

yang senantiasa bersabar serta meluangkan waktunya untuk membimbing

segala kesulitan yang dihadapi peneliti. Kemudian, Ibu Fita

Fathurokhmah, M.Si selaku sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama

menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga

peneliti dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.

4. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama

perkuliahan dan penelitian skripsi ini.

5. Seluruh tim PT. Kaha Event Management yang dengan begitu baik

mengizinkan untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Terutama kepada

bapak Harry Dwi Nugraha selaku Managing Director PT. Kaha Event

Management atas masukannya dan juga bapak Asep S. Simangunsong

selaku General Manager yang bersedia selalu meluangkan waktu kepada

peneliti untuk diwawancara berkaitan dengan skripsi peneliti.

6. Ibunda Yurida Kismiyati dan Ayahanda Tri Honggo Sakti tercinta yang

senantiasa mendukung secara moril juga materil demi kelancaran skripsi

ini. Kemudian Ibu Sari yang tidak lelah untuk membantu penulis

mengurus segala keperluan. Cinta, doa dan bimbingan mereka dalam

(8)

iv

menjadi suplemen terkuat bagi peneliti agar terus memelihara dan

mewujudkan cita-cita.

7. Sahabat terbaik penulis Tia Apriliani dan seluruh anggota SPIEX yang

selama ini telah setia mendukung, membimbing serta memberi bantuan

serta nasehat kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. Kemudian

Rangga Zapata yang dengan sabar menanggapi keluh kesah, suka dan

duka peneliti selama penyelesaian skripsi ini.

8. Teman seperjuangan satu bimbingan skripsi Fitri Silvia, Tania dan Nur

Faizah yang senantiasa saling men-support dan bersusah payah bersama

melawan waktu, tenaga dan fikiran untuk menyelesaikan penelitian ini dan

berwisuda bersama.

9. Sahabat-sahabat selama melakukan perkuliahan Khairunisa, Tania, Sinta

Taryas Putri, Indah Dwi Fujiani, Ardiyat Ningrum, Noor Aisyah dan

lainnya yang tergabung sebagai Glamero. Kemudian Kakak Sendy Darlis,

Yusra Nuryazmi, Rendy Adityawarman, Rizza Maulana Bahrun,

Mohammad Kahfi, Mohammad Fahmi, Sofa Fatia dan yang lainnya yang

tidak cukup peniliti tulis satu persatu menjadi tempat berbagi suka dan

duka peneliti. Semoga kesuksesan dapat kita genggam bersama di masa

mendatang.

10.Teman-teman kelas KPI C angkatan 2010 dan teman-teman di jurusan lain

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2010 atas

kekompakannya dalam menghabiskan waktu bersama yang hampir empat

(9)

v

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, peneliti

ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan

adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala

kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.

Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,

namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan

segenap keluarga besar civitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam.

Jakarta, 23 Juli 2014

(10)

vi

2. Tahapan-tahapan Strategi ... 17

3. Pengertian Komunikasi ... 21

4. Komunikasi Efektif ... 23

5. Strategi Komunikasi ... 24

B.Karakteristik Event Organizer ... 27

C.Mempertahankan Loyalitas Pelanggan ... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Perkembangan Event Organizer di Indonesia ... 36

B. Sejarah PT. Kaha Event Management ... 39

C. Struktur Organisasi PT. Kaha Event Management ... 42

(11)

vii BAB IV HASIL ANALISIS TEMUAN

A. Strategi Komunikasi yang digunakan PT. Kaha

Event Management dalam Mempertahankan

Loyalitas Pelanggan ... 47

B. Loyalitas Pelanggan PT. Kaha Event Management ... 93

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 110 B. Saran ... 114

(12)

viii

DAFTAR TABEL

1.E Tabel Tinjauan Pustaka 12

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

1.1.1 Foto kegiatan „Commitment Day‟ 55

1.1.2 Foto kegiatan Outing KEM 2014 57

1.1.3 Gambar ilustrasi cover event planning 60

1.1.4 Gambar ilustrasi materi event planning 60

1.2.2 Gambar logo 360º IPOS 2013 63

1.2.3 Foto formulir timbal balik ‘How do you feel‟ 72

1.2.4 Foto contoh surat apresiasi 73

1.2.5 Foto contoh plakat poster A3 75

1.2.6 Gambar tampilan beranda akun facebook 76

(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini dilihat dari realitas meningkatnya pertumbuhan bisnis dalam

sebuah perusahaan menjadikan persaingan pasar semakin ketat. Kondisi pasar

benar-benar ramai dan persaingan bisa disebut sangatlah kompetitif. Maka dalam

sebuah perusahaan dibutuhkan komunikasi yang baik dengan pihak eksternal dan

internal dengan menciptakan strategi-strategi komunikasi yang diterapkan secara

terencana.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bisnis merupakan tindakan dan

kegiatan yang memiliki banyak keutamaan. Begitu besar keutamaan bisnis,

sehingga Allah SWT. menggambarkan keutamaan kehidupan akhirat dengan

bisnis. Allah SWT akan memberikan rahmat kepada seseorang dalam bertransaksi

dengan orang lain, ketika melakukan tiga hal, yaitu ketika menjual, ketika

membeli, dan ketika menagih pembayaran.1 Maka dapat dipahami bahwa ketiga

hal tersebut merupakan kunci sukses dalam berbisnis.

Menurut Elvinari Ardianto (2011), di dalam sebuah penawaran terhadap

produk atau jasa dalam pembentukan kesadaran, menumbuhkan keinginan, dan

meningkatkan perhatian, serta mempertahankan loyalitas pelanggan dibutuhkan

1

(15)

penyusunan strategi komunikasi.2 Jadi strategi komunikasi dibutuhkan dalam

sebuah perusahaan jika ingin maju. Sebab maju atau tidaknya sebuah perusahaan

tergantung pada pemasukannya yang didapat dari para pelanggan yang melakukan

transaksi pada perusahaan tersebut.

Melihat pada kesibukan setiap individu sehingga tidak banyak waktu yang

dimiliki, service industry atau industri jasa yang menyediakan layanan di bidang

jasa menjadi naik daun di era ini. Salah satunya yaitu perusahaan layanan jasa

seperti memanajemeni sebuah event atau biasa kita kenal dengan event oganizer.

Seperti yang dikutip dalam buku karangan Any Noor (2009) yang berjudul

Manajemen Event:

...sama seperti industri lainnya, industri jasa terdiri dari pengguna dan

penyedia. Pengguna pada industri jasa adalah para penyelenggara event

atau siapa saja yang biasa menggunakan pelayanan yang berhubungan

dengan penyelenggaraan event. Pengguna terbesar dalam penyelenggaraan

event adalah event organizer.3

PT. Kaha Event Management merupakan salah satu event organizer di

Indonesia yang didirikan pada tahun 2004 yang merupakan anak perusahaan dari

PT. Karya Harapan (KAHA GROUP). KAHA GROUP adalah sebuah perusahaan

holding yang mengoperasikan 11 unit bisnis yang diakui sebagai salah satu mitra

utama untuk hotel dan industri perhotelan sejak tahun 1975 dan terus

memfasilitasi Indonesia Tourism Development.4 Kemudian melanjutkan dalam

situs resmi PT. Kaha Event Management juga tertulis bahwa PT. Kaha Event

Management mempunyai spesialisasi untuk menyediakan semua hal yang

2

Dr. Elvinaro Ardianto, Handbook of Public Relation. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), cet ke-1, h. 274

3

Any Noor, Manajemen Event. (CV. ALFABETA, 2009), cet ke-1, h. 67

4

(16)

berkaitan dengan manajemen acara dan jasa konsultasi untuk multinasional,

perusahaan nasional, dan lembaga-lembaga publik di Indonesia.5 PT. Kaha Event

Management menyediakan beberapa layanan jasa seperti Profesional Convention

Organizer (PCO), Leisure & Insentive Service, dan HR Support & Training (EGO

Institute). Selama sepuluh tahun berkiprah di dunia event organizer, PT. Kaha

Event Management sudah banyak memperolah penghargaan diantaranya

mendapatkan dua penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Penulis memilih perusahaan ini karena memiliki nilai lebih, yaitu mereka

memiliki layanan one stop shopping yang membuat PT. Kaha Event Management

mengungguli beberapa kompetitornya. One stop shopping dimaksudkan memberi

kemudahan bagi klien sekaligus juga pengembangan bisnis agar bisa memberikan

pelayanan menyeluruh dari awal sampai akhir. Klien tidak harus mengalami

kerepotan berpindah agen atau mengurus segala sesuatunya dari awal.

Dalam usia muda PT. Kaha Event Management telah menghadapi setiap

tantangan event. Dengan menggarap event-event yang diberikan oleh klien-nya

yaitu perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Klien dari PT. Kaha Event

Management diantaranya Bank BNI, Telkomsel, Telkom Indonesia, Dimension

Data, Siemens Indonesia, Gratika, UOB, Bpmigas, Pertamina, Jamsostek, Holcim,

Brantas, Monsanto dan masih banyak lagi.6 Semua perusahaan tersebut telah

menjadi klien tetap perusahaan. Klien tetap merupakan pelanggan yang

melakukan berulang penggunaan jasa PT. Kaha Event Management. Seperti

5

www.kahaevent.co.id di akses pada tanggal 17-02-2014, pkl 11.00

6

(17)

contohnya pada Telkomsel, Bank BNI yang rutin dalam tiap bulannya

mengadakan event mulai dari meeting, gathering. Di sini yang menjadikan minat

penulis terbangun untuk mengetahui strategi komunikasi apa yang diterapkan oleh

PT. Kaha Event Management hingga perusahaan-perusahaan besar

mempercayakan event yang mereka selenggarakan dan loyal di handle oleh PT.

Kaha Event Management.

Menurut Harry Dwi Nugraha selaku managing director PT. Kaha Event

Management :

“PT. Kaha Event Management setiap tahunnya hampir menyelenggarakan 150 event, hal ini guna membantu klien dalam melaksanakan sebuah event yang sesuai dengan permintaan dan keinginan dari klien. PT. Kaha Event Management tidak hanya memberikan pelayanan jasa terhadap klien nya tetapi memberikan juga perhatian yang lebih mendalam. Tujuannya untuk menciptakan kepuasaan pelanggan dan mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap layanan jasa yang diberikan.”7

Pada dasarnya komunikasi adalah senjata utama bagi sebuah perusahaan,

apabila sebuah perusahaan dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif dengan

pelanggannya, maka dengan begitu cara sebuah perusahaan membujuk pelanggan

agar terpengaruh dan memberikan loyalitasnya akan semakin tinggi dan semakin

di percaya oleh para pelanggannya. Komunikasi merupakan aktifitas dasar

manusia. Melalui komunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain,

baik dalam kehidupan sehari-sehari di rumah tangga, tempat kerja, pasar,

masyarakat, atau dimanapun manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak

terlibat dalam komunikasi.

7

(18)

Dalam sebuah redaksi bulanan terkutip pendapat Jill Griffin di salah satu

bukunya yang berjudul Customer Loyalty (2002), “salah satu kiat yang dilakukan

perusahaan untuk menjaga kesuksesan perusahaanya adalah dengan

mempertahankan pelanggan yang sudah ada bahkan merebutnya kembali”.

Penulis memahami bahwa biaya yang jauh lebih besar akan terpakai untuk

menggaet pelanggan baru, jadi mempertahankan pelanggan yang sudah ada itu

menjadi penting. Kemudian daripada itu tidak cukup hanya memberi kepuasan

terhadap pelanggan melainkan perusahaan harus menciptakan kiat serta strategi

yang baik agar pelanggan yang sudah ada tidak berpaling ke perusahaan lain. 8

Dikutip dalam sebuah jurnal karangan Tiara Nurwita (2012) mengenai

strategi sebagai dasar dalam mempertahankan keberadaan perusahaan adalah

dengan mempertahankan loyalitas para pelanggan:

Salah satu strategi yang mendasar untuk mempertahankan keberadaan perusahaan adalah dengan mempertahankan loyalitas pelanggan.Loyalitas pelanggan sebagai sebuah komitmen yang mendalam dari pelanggan untuk membeli ulang atau akan tetap loyal untuk selalu menggunakan produk barang atau jasa tersebut secara konsisten. Di sinilah strategi komunikasi

dibutuhkan perusahaan untuk bisa menciptakan loyalitas pelanggan.9

Berdasarkan penjabaran di atas, maka timbul minat penulis untuk

mengkaji sebuah penelitian pada perusahaan PT. Kaha Event Management ini

dengan judul “STRATEGI KOMUNIKASI PT. KAHA EVENT

8

Majalah Usahawan, (Maret 2007), no. 3 th XXVI.

9

(19)

MANAGEMENT DALAM MEMPERTAHANKAN LOYALITAS

PELANGGAN”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah maka penulis membuat batasan masalah yaitu

dipilih pelanggan tetap PT. Kaha Event Management yang di setiap bulannya

loyal menggunakan jasa perusahaan PT. Kaha Event Management. Data yang

diambilpun agar lebih ter-update yaitu hanya dua tahun ke belakang saja.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sehubungan dengan batasan

masalah yang telah tertera di atas, yaitu: “Bagaimana strategi komunikasi PT.

Kaha Event Management dalam mempertahankan loyalitas pelanggan?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Merujuk kepada batasan dan rumusan masalah di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi apa yang digunakan

oleh PT. Kaha Event Management dalam mempertahankan loyalitas para

pelanggan.

2. Manfaat Penelitian

a. Akademis: sebagai wahana dalam sumbang pemikiran dan mencurahkan

(20)

ini juga diharapkan berguna untuk memperdalam tentang ilmu komunikasi

terhadap strategi komunikasi bagi pengembang Ilmu Komunikasi jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap

pihak-pihak terkait. Bagi para pemilik perusahaan untuk lebih selektif dan

memacu kreatifitas dalam mempertahankan keberadaan perusahaan di luar

pasar yang kian melonjak, kemudian demi terwujudnya sistem manajemen

yang baik yang mampu mensukseskan sebuah event di masyarakat dan

pengunggulan kualitas sebuah event untuk mempertahankan loyalitas

pelanggan.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan

pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif ini

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pelaku yang

diteliti. 10

Menurut Ruslan:

Penelitian dengan pendekatan kualitatif bertujuan untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pembahasan tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa

pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut.11

10

Lexy J. Moeleong. Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), cet ke-10, h. 3

11

(21)

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis memahami bahwa penelitian

kualitatif tujuannya untuk mendapat paham atau pengertian terhadap realita sosial

yang menjadi fokus penelitian. Paham atau pengertian yang didapat tidak

semata-mata berwujud ada, namun dianalisa terlebih dahulu terhadap realita sosial pada

fokus penelitian kemudian baru ditarik kesimpulan berupa realita sosial yang telah

diteliti.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Kaha Event Management, tepatnya di WISMA

KAHA lantai 2. Jl. KH Abdullah Syafi‟ie No. 21 C, Casablanca, Jakarta Selatan

12840, Indonesia. Waktu penelitian mulai dilaksanakan sejak bulan Mei sampai

dengan bulan Juni 2014 di PT. Kaha Event Management.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek adalah pihak internal PT. Kaha

Event Management. Wawancara ditujukan kepada Asep Simangunsong selaku

general manager PT. Kaha Event Management yang penulis anggap paling

mengetahui perihal yang akan ditanyakan oleh penulis guna melengkapi

keabsahan data penelitian.

Adapun yang peneliti jadikan objek dalam penelitian ini, yaitu strategi

komunikasi dari PT. Kaha Event Management dalam mempertahankan loyalitas

pelanggan. Di mana loyalitas pelanggan yang berkenaan dengan judul pada

(22)

terus menggunakan produk atau jasa perusahaan. Maka ini dinilai menjadi penting

dalam salah satu unsur keberhasilan sebuah perusahaan.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi empat,

yaitu:

a. Observasi

Metode pengumpulan data yang dilakukan peneliti untuk

mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan penyaksian langsungnya,

dan biasanya peneliti dapat sebagai partisipan atau observer dalam

menyaksikan atau mengamati suatu obyek yang ditelitinya.12 Tehnik

observasi dalam penelitian ini dengan melakukan kunjungan, mengamati

serta terjun langsung ke lapangan pada objek yang diteliti, yakni PT. Kaha

Event Management.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara seseorang yang

membutuhkan informasi yang berharap mendapat informasi yang

diasumsikan mempunyai info langsung dari sumbernya.13 Dalam hal ini

penulis membagi sumber informasi ke dalam dua kategori. Yang pertama

adalah nara sumber primer atau utama yaitu general manager. Kemudian

nara sumber sekunder atau tambahan yang sekiranya peneliti anggap

mampu memberikan informasi tambahan yang berkaitan dengan masalah

12

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002). Cet ke-1, h. 24

13

(23)

penelitian termasuk SDM lain yang ada dalam perusahaan dan klien PT.

Kaha Event Management.

c. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data yang diambil dari buku-buku ilmiah dan

sumber lainnya yang memiliki keterkaitan dan hubungan dengan

permasalahan yang diteliti untuk menambahkan beberapa data yang perlu

diperjelas dan akan digunakan sebagai landasan teori sebagai pendukung

teoritis dalam permasalahan yang peneliti angkat.

d. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini berasal dari PT. Kaha Event

Management yang berupa dokumen publik maupun privat, di mana

dokumen publik meliputi media online dan/atau media cetak, lalu

dokumen privat itu sendiri berupa arsip perusahaan.

5. Tehnik Analisis Data

Berdasarkan dengan cara menganalisis data, dikenal beberapa jenis atau

tipe riset. Penulis memahami jenis atau tipe riset ini menjadi empat jenis atau tipe

riset. Pertama adalah jenis eksploratif, pada jenis atau tipe ini untuk menggali data

tanpa membutuhkan pengujian konsep terlebih dahulu pada kenyataan sosial yang

diteliti dan jenis riset ini menjadi jenis riset yang paling sederhana. Kemudian

yang kedua ada jenis deskriptif, jenis riset ini memiliki tujuan untuk

mendeskripsikan fakta-fakta, sifat-sifat dan objek tertentu secara terpecaya, jelas

dan sistematis. Biasanya pada jenis riset ini para penilitipun telah memiliki

(24)

yang ketiga adalah jenis eksplanatif, jenis riset ini menghubungkan antara dua

variabel atau lebih dari konsep yang akan diteliti. Peneliti pada jenis ini harus

memiliki definisi teori, kerangka konseptual dan kerangka teoritis. Pada penelitian

ini juga peneliti harus melakukan uji coba terhadap teori untuk mendapatkan

jawaban dugaan sementara. Dan yang terakhir yaitu yang keempat adalah jenis

evaluatif, pada jenis riset ini mengkaji efektivitas dan/atau keberhasilan suatu

program. Jadi yang dimaksud jenis ini adalah untuk melihat keberhasilan dari

analisa yang diteliti dan juga dibutuhkan teori-teori konseptual untuk pengukuran

keberhasilan tersebut. 14

Dari penjabaran di atas jika dikaitkan dengan masalah pokok penelitian,

maka penulis menggunakan jenis atau tipe deskriptif, karena penulis ingin

menggambarkan atau mendeskripsikan sebuah fakta dan kenyataan sosial

mengenai strategi komunikasi PT. Kaha Event Management dalam

mempertahankan loyalitas pelanggan.

E. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka dengan tujuan

untuk meyakinkan bahwa penulisan skripsi ini bukan merupakan hasil plagiat dari

skripsi sebelumnya. Adapun skripsi-skripsi dengan materi yang sama yaitu

Strategi Komunikasi yang dijadikan tinjauan pustaka :

14

(25)

NO. PENULIS JUDUL SKRIPSI TAHUN

1. Aditia Rizal Strategi Komunikasi Maarif

Institute dalam Mewujudkan

3. Yusuf Tadarusman Strategi Komunikasi PT.

Republika Penerbit dalam Mempromosikan Novel Islami

Pustaka: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013

4. Siti Rujanah Strategi Humas Mie Kangen

dalam Mempertahankan memaparkan mengenai latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan

(26)

penelitian, tehnik pengumpulan data yang berupa observasi,

wawancara, studi pustaka, dokumentasi, tehnik analisis data.

Kemudian tertera juga tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II: Dalam bab ini akan diuraikan landasan-landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, pertama konseptualisasi mengenai

strategi; (pengertian strategi dan tahapan-tahapan strategi). Kedua

konseptualisasi mengenai komunikasi; (pengertian komunikasi,

unsur-unsur komunikasi dan komunikasi efektif). Ketiga

konseptualisasi dari strategi komunikasi. Keempat konseptualisasi

mengenai loyalitas pelanggan; (loyalitas dan mempertahankan

loyalitas pelanggan).

BAB III: Dalam bab ini penulis akan menjabarkan awal mula keberadaan

sebuah event, dimulai dari apa itu industri jasa, perkembangan

event di Indonesia, perkembangan perusahaan event organizer di

Indonesia, kemudian penulis juga menuliskan sedikit mengenai

gambaran umum PT. Kaha Event Management, seperti sejarah

perusahaan dan daftar pelanggan PT. Kaha Event Management

berkaitan dengan judul penulis.

BAB IV: Dalam bab ini penulis menguraikan hasil observasi yang telah diperoleh, mulai dari data-data, kemudian hasil wawancara.

(27)

peroleh dalam lokasi penelitian. Lalu penulis mengaplikasikan

teori yang ada dengan hasil yang didapatkan selama penelitian.

BAB V: Dalam bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi ini, disajikan kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran yang relevan dengan

hasil penelitian yang telah dilakukan.

(28)

15 A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi adalah ilmu dan seni

menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu

dalam perang.1 Atau bisa juga diartikan sebagai rencana yang cerdas mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran tertentu. Rencana ini lebih berarti mengenai

kiat-kiat dalam menghadapi ancaman dari musuh serta hal yang harus dipersiapkan

dalam melaksanakan perang.

Sejarah awalnya, dikutip dalam buku milik Setiawan Hari Purnomo (1998)

bahwa strategi diartikan sebagai generalship.2 Jika diartikan dalam bahasa

Indonesia generalship berarti keahlian militer atau kepemimpinan. Di sini

dipahami sebagai segala upaya yang dilakukan oleh para pemimpin, pejuang atau

leader dalam pasukan dengan membuat rencana untuk menghadapi musuh dalam

peperangan.

Ali Murtopo (1978) mengemukakan definisi strategi secara etimologi,

strategi sebenarnya berasal dari kata majemuk bahasa Yunani, yaitu stratos dan

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1092.

2

(29)

agein. Stratos sendiri artinya pasukan dan kata agein berarti memimpin.3 Jadi

strategi berarti memimpin pasukan dan ilmu strategi adalah ilmu tentang

memimpin pasukan.

Strategi secara perspektif terminologis, dikemukakan oleh banyak ahli. Di

antaranya menurut Onong Uchjana Effendy (2007) yang menganggap strategi

pada hakikatnya adalah„perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai

suatu tujuan tersebut‟.4 Dari pendapat tersebut penulis memahami bahwa dalam

strategi terdapat perencanaan dan pengaturan agar tujuan yang diinginkan dapat

diraih.

Sedangkan menurut Stephanie K. Marrus yang dikutip dalam buku

karangan Husein Umar yang berjudul Strategic Management in Action, strategi

didefinisikan sebagai proses penetapan terhadap kiat dari pihak petinggi

perusahaan yang disertai dengan merancang cara untuk misi jangka panjang

perusahaan agar misi tersebut dapat diraih.5 Jadi dari definisi tersebut dapat di

mengerti bahwa strategi merupakan misi perusahaan.

Definisi lain dikemukakan oleh Anwar Arifin (1984), strategi dinyatakan

sebagai „keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan

dijalankan guna mencapai tujuan‟.6 Definisi tersebut penulis pahami bahwa

3

Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan. (Jakarta: Center for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978), h. 7.

4

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). Cet ke-1, h. 40

5

Husein Umar, Strategic Management in Action. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 31.

6

(30)

strategi yang akan dijalankan harus dirumuskan tujuannya dengan jelas terutama

langkah-langkah apa yang akan diambil untuk mencapai tujuan.

Selanjutnya menurut Basu Swastha, DH (1996), mengemukakan strategi

sebagai berikut:

Strategi merupakan satu jenis rencana yang mengkhususkan tujuan organisasi dalam istilah pelayanan yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Ini menggambarkan misi dasar dari organisasi tersebut, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, dan cara-cara pemanfaatan sumber-sumber

organisasi untuk mencapai sasarannya.7

Dari penjabaran di atas, penulis memahami bahwa strategi merupakan

rencana yang mengkhususkan pada tujuan organisasi, dalam hal ini pelayanan

kepada masyarakat. Strategi didalamnya menggambarkan misi dasar dari

organisasi serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, juga cara-cara

pemanfaatan sumber-sumber organisasi untuk mencapai sasarannya.

2. Tahapan-tahapan Strategi

Strategi tidak cukup hanya perumusan konsep dan implementasi terhadap

strategi tersebut melainkan menurut Fred R. David, dalam strategi juga

dibutuhkan evaluasi terhadap strategi yang telah dilakukan berhasil atau tidak.

Dalam teori manajemen strategik milik David mengemukakan tiga tahapan

strategi di antaranya:

1. Perumusan Strategi

Perumusan strategi merupakan tahapan pertama dalam strategi. Dalam tahap

ini para pencipta, perumus, penkonsep harus berfikir matang mengenai

7

(31)

kesempatan dan ancaman dari luar perusahaan dan menetapkan kekuatan dan

kekurangan dari dalam perusahaan, serta menentukan sasaran yang tepat.

Menghasilkan strategi cadangan dan memilih strategi yang akan

dilaksanakan. Dalam perumusan strategi berusaha menemukan

masalah-masalah di dalam perusahaan. Setelah itu dilakukan analisis tentang

langkah-langkah yang dapat diambil untuk keberhasilan menuju tujuan strategi

tersebut.8 Dalam tahap ini penulis memahami sebagai tahap pertama untuk

memformulasikan sebuah perencanaan yang dimulai dengan melihat peluang

serta bahaya yang berasal dari luar perusahaan, serta menetapkan kekurangan

dan kelebihan perusahaan. Kemudian dihasilkan strategi-strategi untuk

kemajuan perusahaan.

2. Implementasi Strategi

Implementasi strategi, tahapan dimana setelah strategi dirumuskan yaitu

pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tersebut berupa

penerapan atau aksi dari strategi.9 Strategi yang dimaksudkan adalah strategi

yang telah direncanakan pada tahap pertama yaitu perumusan strategi. Pada

tahap ini penulis memahami merupakan tahap aksi yang membutuhkan

komitmen serta kerja sama dari seluruh divisi dalam perusahaan. Jika

komitmen dan kerjasama tidak terjalin dengan baik maka kecil kemungkinan

strategi terwujud. Sebab ujung tombak dari strategi adalah kepemimpian

perusahaan dan budaya perusahaan yang saling mendukung.

8

Fred R. David, Manajemen Strategi dan Konsep. (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3

9

(32)

3. Evaluasi Strategi

Tahapan terahkhir ini merupakan tahapan yang diperlukan karena dalam

tahap ini keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk

penetapan tujuan berikutnya.10 Evaluasi menjadi tolak ukur berhasil atau

tidak, sesuai atau tidaknya strategi yang telah diterapkan. Maksudnya dalam

tahap evaluasi dari strategi yang telah diaksikan ini adalah tahap yang sangat

diperlukan, sebab di tahap ini bisa terlihat bagaimana strategi yang dijalankan

telah benar atau masih butuh perbaikan. Misalnya, dari strategi yang

direncanakan awal belum tentu pada saat penerapannya situasi serta

kondisinya berjalan beriringan. Pasti akan ada suatu halangan yang

menghambat meskipun tidak banyak.

Selain itu Fred R. David juga mengemukakan tiga macam dasar dalam

mengevaluasi strategi, di antaranya adalah:

1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.

Perbedaan yang ada akan menjadi penghalang dalam meraih tujuan yang

diharapkan, begitu juga dengan faktor internal seperti aksi dari strategi yang

tidak efektif dapat menghasilkan nilai akhir yang tidak sesuai dengan yang

ingin diraih.11 Kemudian penulis memahami melakukan tinjauan terhadap

faktor luar dan dalam yang menjadi landasan strategi penting dilakukan

dalam salah satu tahap mengevaluasikan strategi. Tinjauan dilakukan

misalnya dengan melihat apa saja yang mempengaruhi berjalannya strategi

10

Fred R David, Manajemen Strategi dan Konsep. (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3

11

(33)

seperti faktor internal. Faktor internal dapat dilihat dari bagaimana gaya

kepemimpinan perusahaan, dapat membuat pekerjanya nyaman atau tidak

yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap keberhasilan strategi.

Selain itu contoh dari faktor eksternal sesuai dengan pemahaman penulis

dapat diarahkan kepada para pesaing.

2. Mengukur prestasi atau membandingkan hasil yang akan diharapkan dengan

kenyataan.

Dalam proses ini dilakukan dengan mencari tau tentang ketidaksesuaian dari

rencana, melihat kembali prestasi diri dan memahami kemajuan yang dibuat

ke arah pencapaian tujuan yang dinyatakan.12 Maksudnya adalah untuk lebih

sadar terhadap apa yang direncanakan dengan kenyataannya, apakah rencana

akan mampu untuk dicapai atau hanya sekedar harapan. Mengukur prestasi

diri apakah dirasa akan mampu mencapainya atau tidak.

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

rencana.

Dalam proses ini tidak diperuntukkan mengubah strategi yang sudah

direncanakan atau tidak lagi menggunakan strategi yang ada. Tindakan

korektif ini dianjurkan apabila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang

diharapkan.13 Sikap ini merupakan sikap pembetulan terhadap

keganjalan-keganjalan yang terjadi. Sikap ini tidak perlu direalisasikan apabila strategi

12

Fred R. David, Manajemen Strategi dan Konsep. (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3

13

(34)

telah berjalan baik, melainkan sikap ini harus diambil ketika keganjalan itu

terlihat. Tindakan korektif itu merupakan sikap peninjauan, pembetulan,

pengecekan.

Jadi dari penjabaran di atas penulis memahami bahwa dasar-dasar dalam

mengevaluasi strategi itu terbagi menjadi tiga, di antaranya penimbangan ulang

terhadap faktor luar dan dalam yang menjadi dasar strategi, kemudian

membandingkan hasil yang akan didapat ketika strategi terwujud dengan

kenyataannya, dan yang terakhir melakukan pengoreksian untuk memastikan

bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

3. Pengertian Komunikasi

Berdasarkan sejarahnya, komunikasi dalam bahasa inggris adalah

communication yang awalnya berasal dari bahasa latin yaitu communicatio dan

bersumber dari kata communis yang berarti sama.14 Penulis memahami arti kata

„sama‟ di sini dimaksudkan dengan sama makna. Sedangkan dalam ‘bahasa’

komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message). Ada dua pemeran dalam

kegiatan komunikasi yaitu orang yang menyampaikan pesan tersebut disebut

komunikator dan yang menyampaikan pesannya disebut komunikan.15 Jadi

tegasnya penulis memahami komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan.

14

Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005). Cet ke-19, h. 9

15

(35)

Definisi komunikasi banyak dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya

menurut Barelson dan Steiner yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat, yaitu

komunikasi merupakan sebuah penyampaian terhadap informasi, emosi dan ide

yang melalui penggunaan tanda-tanda seperti simbol, kata, gambar, dan berbagai

macam tanda lainnya.16 Penulis memahami dari definisi ini komunikasi sebagai

suatu pengungkapan terhadap yang ada di pikiran manusia yang dituangkan

melalui tanda-tanda.

Lauwrence D. Kincaid (1981) juga mengemukakan definisi mengenai

komunikasi dikutip dari buku milik Hafied Cangara yaitu komunikasi merupakan

sebuah proses antara dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi dan

setelah itu akan terjadi pengertian didalamnya.17 Maksudnya adalah ketika ada

minimal dua orang, lebih dari itu juga diperbolehkan, yang saling bertukar

informasi, pendapat atau segala yang ingin diutarakan kemudian setelah itu

terjadi, akan ada saling memahami di antara orang-orang tersebut.

Selain itu Shannon dan Weaver dikutip oleh David Cangara dalam

bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi juga menyatakan bahwa

komunikasi adalah sebuah bentuk interaksi yang dilakukan oleh manusia yang

mempengaruhi satu sama lain baik disengaja maupun tidak sengaja.18 Maksudnya

adalah manusia yang saling mempengaruhi dengan sengaja atau tidak sengaja yag

berarti mendadak untuk membentuk sebuah interaksi.

16

Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h. 11

17

Prof. H. Hafied Cangara, M.Sc. Ph. D., Perencanaan dan Strategi Komunikasi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013). Cet ke-1, h. 33

18

(36)

Dari semua definisi di atas, penulis memahami bahwa komunikasi adalah

proses interaksi dan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan karena

setiap individu yang merupakan mahluk sosial dan setiap mahluk sosial saling

membutuhkan. Dalam memenuhi kebutuhan itu terjadilah proses saling interaksi.

Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana hingga yang kompleks

sekalipun.

4. Komunikasi Efektif

Pada dasarnya komunikasi dipelajari karena kita sebagai pelaku

komunikasi ingin mengetahui seberapa besar pengaruh suatu komunikasi kepada

seseorang yang kita ajak berkomunikasi. Untuk menghasilkan komunikasi yang

efektif dimulai dari pelaku komunikasi yaitu komunikan dan komunikator.

Komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh

komunikan sesuai dengan pesan yang dikirim oleh komunikator, kemudian

komunikan memberikan umpan balik yang positif sesuai dengan harapan. Untuk

membangun komunikasi yang efektif ada beberapa aspek yang terlibat serta

hal-hal yang harus diperhatikan ketika komunikasi efektif ingin terjalin.

Dalam melakukan komunikasi tidak selalu berjalan secara baik, itu terjadi

karena adanya hambatan-hambatan dalam menjalan komunikasi yang efektif.

Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang

dapat melakukan komunikasi secara sebenar-benarnya efektif. Berikut akan

penulis jelaskan beberapa hal yang menjadi hambatan dan harus lebih

diperhatikan lagi oleh komunikan dan komunikator untuk menghasilkan

(37)

Gangguan menjadi hambatan yang pertama dalam melakukan komunikasi,

gangguanpun tidak hanya didefinisikan sendiri namun terbagi lagi menjadi dua.

Di sini ada yang dinamakan sebagai gangguan yang berwujud fisik ini yang

disebabkan oleh saluran komunikasi atau kebisingan (gangguan mekanik),

kemudian ada juga gangguan semantik yaitu gangguan yang terjadi akibat

kesalahpahaman arti atau makna yang disampaikan pelaku komunikasi seperti

yang telah disinggung sebelumnya bahwa penggunaan bahasa yang mudah akan

memperlancar komunikasi.19 Contohnya pada gangguan mekanik ini seperti

suara-suara ramai saat sedang di luar rumah atau di jalan raya, atau bisa juga

salurang komunikasi yang mengalami kerusakan. Selanjutnya contoh dari

gangguan semantik seperti penggunaan bahasa yang sulit dipahami, da

kesalahpahaman mengenai arti makna yang disampaikan oleh komunikator.

5. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi menurut Effendy Uchjana (1992) merupakan

percampuran antara perencanaan komunikasi (communication planning) dengan

manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana

operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata pendekatannya bisa

berbeda-beda tergantung pada suatu kondisi dan situasi.20

Definisi lain dikemukakan oleh Muhammad Arni (2004) mengenai strategi

komunikasi yaitu semua yang terkait mengenai rencana dan taktik atau cara yang

19

Onong Effendy Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 45-46

20

(38)

akan dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan menampilkan

pengirim, pesan dan penerima nya pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.21

Berkaitan dengan dua definisi di atas, penulis memahami bahwa strategi

komunikasi merupakan perencanaan, taktik, rancangan dan cara yang

dipergunakan untuk melancarkan proses komunikasi, memperhatikan semua

bagian yang ada dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Maka jika

dikaitkan dengan pokok masalah penelitian, strategi komunikasi ini dibutuhkan

oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan.

Menurut Chris Fill (1995) dalam bukunya yang berjudul Marketing

Communication, strategi komunikasi terbagi menjadi tiga teori utama, yaitu yang

pertama adalah pull strategy, di mana strategi komunikasi pada bagian ini

difokuskan untuk meraih khalayak, yang bertujuan untuk mengarahkan khalayak

untuk dapat melihat produk, mempertimbangkan, kemudian masuk ke dalam

jaringan perusahaan. Kemudian ada push strategy, strategi komunikasi ini

memfokuskan pada kemampuan kinerja karyawannya. Strategi ini mengarahkan

pada terwujudnya kekuatan untuk mendorong kesetiaan dan komitmen karyawan.

Dan strategi yang terakhir adalah profile strategy, strategi komunikasi untuk

mempertahankan image perusahaan dan prosesnya mengarahkan pada tujuan

untuk menjaga hubungan dengan relasi dan pelanggan perusahaan.22 Sebagai

contoh untuk teori pull strategy perusahaan melakukan atau membuat sebuah

kegiatan di mana kegiatan itu sebagai ajang pemberitahuan serta promosi kepada

21

Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 6 h. 65-66

22

(39)

khalayak ramai untuk lebih mengetahui produk perusahaan sampai akhirnya

pelanggan baru tersebut masuk ke dalam lingkup perusahaan. Kemudian push

strategy, sebagai contoh adalah bentuk kepemimpinannya. Jika perusahaan A

dipimpin oleh seorang pemimpin yang ramah, mengenali karyawannya satu

persatu dan tidak memberikan jeda antara karyawan dan atasan pasti perusahaan

akan lebih baik ketimbang dipimpin oleh seorang yang angkuh dan hanya bisa

memerintah tetapi tidak mengenali karyawannya. Selanjutnya adalah profile

strategy, contohnya dengan mengadakan jamuan bersama klien yang telah

menjadi langganan perusahaan.

Dikutip dari buku milik Onong Uchjana Effendy (2004) yang berjudul

Dinamika Komunikasi terdapat fungsi ganda dari strategi komunikasi yaitu

menyebarluaskan pesan komunikasi yang bertujuan untuk menginformasikan,

mengintruksi secara terperinci kepada sasaran untuk mendapatkan hasil yang

terbaik. Kemudian untuk menjembatani kesenjangan budaya atau dengan kata lain

fungsi ini terjadi akibat mudahnya diperoleh penggunaan terhadap media massa

yang dapat merusak moral budaya.23 Sebagai contoh saat ini televisi menjadi

saluran komunikasi untuk memberikan informasi. Meski hanya bisa

berkomunikasi satu arah, namun televisi memberikan pengaruh besar pada

kehidupan masyarakat. Apabila tontonan yang ditayangkan tidak baik maka

anak-anak yang menonton akan mengikuti. Ini jelas akan merusak moral masyarakat.

Tujuan strategi komunikasi dituturkan oleh R. Wayne Pace, Brent D.

Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya yang berjudul Techniques for

23

(40)

Effective Communication, dikutip dari buku milik Onong Uchjana Effendy, yaitu

yang pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa penerima pesan

mengerti pesan yang diterimanya. Dan apabila sudah dapat mengerti dan

menerima, maka yang diterima tersebut itu harus dijalin atau dibina (to establish

acceptance). Yang pada akhirnya setelah di mengerti, kemudian dijalin atau

dibina, maka selanjutnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action).24

B. Karekteristik Event Organizer

Dalam penyelenggaraan event, event yang dibuat oleh event organizer

harus memiliki beberapa karakteristik atau ciri tersendiri. Karakteristik tersebut di

antaranya: keunikan, perishability, intangibility, suasana dan pelayanan, interaksi

personal.25 Keunikan diartikan sebagai sebuah pengembangan ide, karena sebuah

keunikan biasanya muncul dari ide dan jika ide-ide tersebut direalisasikan dalam

sebuah event, maka event tersebut akan memiliki keunikan tersendiri.

Karakteristik berikutnya adalah perishability yang berarti berbeda. Jadi event yang

sudah berlangsung harus tidak boleh sama jika dibuat lagi dalam satu pelanggan,

sesuatu yang tidak dapat kembali terulang lagi. Berikutnya adalah intangbility, di

mana diharapkan setelah pengunjung menghadiri event memiliki persepsi

tersendiri terhadap event tersebut seperti menjadikan sebuah pengalaman bagi

para pengunjung, dan ini merupakan tantangan bagi penyelenggara event. Selain

itu karakteristik berikutnya adalah suasana dan pelayanan, dengan pemilihan

24

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 32.

25

(41)

suasana dan pelayanan yang tepat maka akan menghasilkan event yang sukses,

begitupun sebaliknya. Lalu karakteristik yang terakhir adalah interaksi personal,

di sini penyelenggara event melibatkan pengunjung untuk terjun dan mengajak

berinteraksi pengunjung, semisal pertandingan basket terdapat bagian di mana

pengunjung melakukan three point dengan hadiah yang telah disiapkan.26

Menurut William O’toole dikutip dalam bukunya yang berjudul Corporate

Event Management, mengenai hal yang harus diperhatikan untuk

menyelenggarakan sebuah event yang baik diantaranya pemahaman terhadap

budaya perusahaan yang akan di tangani, kemudian perbedaan budaya perusahaan

dan kecocokan tema event.27 Pemahaman terhadap budaya, di sini dimaksudkan

agar event yang dijalani sukses. Selaku pihak penyelenggara, event organizer

harus memperlajari mengenai apa-apa saja yang menjadi kebiasaan dan pantangan

dalam perusahaan yang akan mereka tangani. Selanjutnya mengenai perbedaan

budaya perusahaan, di sini dimaksudkan perusahaan satu dengan lainnya pasti

memiliki budaya serta kebiasaan yang berbeda-beda, oleh karena itu event yang

dirancang untuk satu perusahaan belum tentu cocok untuk perusahaan lainnya.

Lalu kecocokan tema event, ini menjadi hal perlu diperhatikan, sebab apabila

event yang dibuat tidak cocok dengan tujuan serta sasaran yang diharapkan

perusahaan maka perusahaan akan merasa merugi telah menggunakan jasa event

organizer tersebut.

26

Any Noor, Manajemen Event. (Bandung: Alfabeta, 2009). Cet ke-1, h. 13, 14, 15

27William O’toole dan Phyllis Mikolaitis.

(42)

C. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan menjadi hal yang lebih dapat diandalkan untuk

melihat keberhasilan sebuah perusahaan. Menurut penulis loyalitas berbeda

dengan kepuasan yang merupakan sikap, loyalitas dapat didefinisikan

berdasarkan tingkah laku membeli. Keloyalitasan pelanggan bukan hanya sekedar

untuk diraih melainkan harus dipertahankan.

Menurut Sofjan Assauri loyalitas pelanggan adalah ‘pelanggan yang

memiliki kecondongan untuk memilih nilai organisasi yang ditawarkan di atas

alternatif tawaran organisasi pesaing‟.28 Kemudian Sofjan Assauri melanjutkan

bahwa „pendorong utama bagi loyalitas pelanggan adalah dengan kepuasan

pelanggan. Pelanggan yang telah merasa puas akan menjadi tinggi kemungkinan

membeli dan menjadi pelanggan yang baik‟.29 Dari penjabaran di atas penulis

memahami bahwa loyalitas pelanggan adalah sebuah kesetiaan dari pelanggan

yang didalamnya telah terbangun kecenderungan untuk memilih suatu perusahaan

yang ditawarkan meskipun banyak perusahaan sejenis yang menjadi pesaing yang

menawarkan produk yang sama. Terciptanya pelanggan-pelanggan yang loyal

terhadap suatu perusahaan diawali dengan adanya kepuasaan pelanggan.

Kemudian loyalitas pelanggan terbentuk diawali dari adanya rasa kepuasan

pelanggan. Jika pelanggan telah merasa terpuaskan maka peluang akan semakin

besar untuk membeli kembali bahkan terus menerus.

28

Prof. Dr. Sofjan Assauri, MBA. Strategic Marketing, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2012). Cet ke-1, h. 3

29

(43)

James Denver (1996) mendefinisikan loyalitas merupakan tindakan atau

perasaan setia terhadap individu atau kelompok yang berupa tanda-tanda,

kewajibannya atau sebab yang dimiripkan atau disamakan (identifikasi personal)

mengikuti objek yang dibicarakan.30 Penulis memahami bahwa loyalitas

merupakan sikap atau perasaan kesetiaan pada group, yaitu simbol, kewajiban

atau sebab yang muncul dari perubahan dari perasaan cinta, tetapi juga mencakup

penyamaan dengan objek yang dibicarakan. Sebagai contoh ketika seseorang

sangat menyukai suatu produk sport ‘Nike’, maka jika seseorang tersebut

mengatakan bahwa dia sangat setia dengan merek tersebut maka dibuktikan

kesetiaannya dengan menggunakan semua barang dengan merek „Nike‟ tersebut.

Ini juga bisa disebut sebagai identifikasi personal, mengindentikan diri dengan

sesuatu yang kita anggap kita akan loyal atau setia terhadapnya.

Selanjutnya Jill Griffin (2002) membagi karakteristik pelanggan yang

loyal menjadi empat bagian diantaranya melakukan pembelian berulang secara

teratur, lalu membeli di luar lini produk atau jasa perusahaan, kemudian

mereferensikan kepada orang lain untuk menggunakan produk atau jasa

perusahaan, dan menunjukan kekebalan dari daya tarik produk atau jasa sejenis

pesaing.31

Selain itu, Kotler (2005) juga mengemukakan karakteristik pelanggan

yang loyal, yaitu pelanggan akan tetap setia dalam waktu yang lebih lama,

kemudian pelanggan akan membeli lebih banyak ketika perusahaan

30

James Denver, Kamus Psikologi. (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1996), h.264

31

(44)

memperkenalkan produk dan memperbarui produk-produk yang sudah ada, selain

itu pelanggan juga membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan

produknya, lalu biasanya pelanggan kurang peka terhadap harga, selajutnya

pelanggan juga bisa menawarkan gagasan atau ide tentang jasa atau produk

kepada perusahaan, lalu biasanya pelanggan yang setia membutuhkan biaya

pelayanan yang lebih kecil dibandingkan biaya pelayanan pelanggan baru karena

transaksinya rutin.32

Jadi dari kedua karakteristik pelanggan yang loyal yang dikemukakan

Griffin dan Kotler, penulis memahami bahwa karakteristik pelanggan yang loyal

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian ulang secara rutin.

2. Melakukan pembelian di luar lini produk jasa perusahaan.

3. Mereferensikan produk perusahaan kepada orang lain.

4. Menunjukan kekebalan terhadap tawaran pesaing perusahaan.

5. Setia dalam waktu yang lama.

6. Membeli lebih banyak terhadap produk baru atau produk yang ada yang

sedang di perbarui.

7. Memberi sedikit perhatian terhadap merek pesaing.

8. Kurang peka terhadap harga.

9. Manawarkan ide tentang produk jasa terhadap perusahaan.

10.Membutuhkan biaya yang sedikit dalam pelayanan.

32

Philip Kotler dan Kevin Kane Keller, Manajemen Pemasaran, edisi bahasa Indonesia.

(45)

Untuk dapat mempertahankan loyalitas pelanggan, terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan, seperti yang diungkapkan

oleh Freddy Rangkuti (2002), sebagai berikut: „merumuskan suatu strategi

pelayanan, mengkomunikasikan kualitas kepada pelanggan, menetapkan suatu

standar kualitas secara jelas, menerapkan sistem pelayanan yang efektif, dan

survei tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan‟.33 Merusmuskan suatu

strategi pelayanan ini pada dasarnya dilakukan dengan merumuskan apa bidang

perusahaan, kemudian siapa pelanggan perusahaan dan apa yang dinilai bagi

perusahaan. Mengkomunikasikan kualitas pada pelanggan ini berguna untuk

membantu pelanggan agar tidak salah memprediksikan macam dan tingkat

layanan yang akan diperoleh dari perusahaan. Selanjutnya menetapkan suatu

standar kualitas secara jelas, sebab hal ini tidak mudah namun tetap perlu di

usahakan agar setiap pelanggan mengetahui kualitas yang akan dicapai.

Menerapkan sistem pelayanan yang efektif, di sini di maksudkan dalam

menghadapi pelanggan tidak cukup hanya dengan senyuman dan keramahan,

tetapi lebih dari itu yaitu suatu sistem dan prosedur yang tepat untuk dapat

memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat. Survei tentang kepuasan dan

kebutuhan pelanggan, karena dalam industri jasa, kualitas pelayanan menjadi hal

yang penting diperhatikan perusahaan untuk mengetahui sejauh mana kepuasan

dan ketidakpuasan terjadi.34

33

Freddy Rangkuti, Measuring Customer Satisfaction. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 20

34

(46)

Selanjutnya faktor lain yang juga mempengaruhi loyalitas pelanggan

dikatakan oleh Handi Irawan (2002), yaitu: pertama adalah kualitas produk,

pelanggan akan merasa terpuaskan apabila setelah membeli dan menggunakan

kualitas produknya baik. Yang kedua adalah harga, untuk pelanggan yang sensitif

biasanya harga murah menjadi sumber kepuasan yang penting. Kemudian adanya

service quality atau kualitas pelayanan, kuaitas pelayanan disini sangat

berpengaruh pada sistem teknologi dan individu karyawannya, maka sulit sekali

kualitas pelayanan dapat ditiru pihak lain. Kemudian faktor emosi, pelanggan

akan merasa terpuaskan dari pengaruh brand image yang baik. Dan yang terakhir

adalah kemudahan, yang dimaksudkan di sini pelanggan dibuat mudah dalam

mendapatkan produk dan pelayanan.35

Menciptakan hubungan yang erat dan kuat dengan pelanggan adalah

mimpi semua pemasar dalam mempertahankan loyalitas pelanggan, maka dikutip

dari Kottler (2008), dia mengemukakan empat jenis kegiatan pemasaran yang

penting untuk mempertahankan loyalitas pelanggan, diantaranya dengan

melakukan pendekatan diri melalui interaksi dan mendengarkan pelanggan.

Kemudian membuat program kesetiaan (loyalty program), didalam program

kesetiaan ini terbagi menjadi dua bagian (program frekuensi yaitu pemberian

penghargaan kepada pelanggan yang sering menggunakan produk/jasa perusahaan

dan program pemasaran klub yaitu upaya perusahaan dalam mempromosikan

perusahaan melalui media-media). Selanjutnya adalah mempersonalisasikan

pemasaran, kegiatan ini dimaksudkan pendekataan yang dalam yang dilakukan

35

(47)

oleh pihak perusahaan terhadap pelanggan menciptakan ikatan yang kuat. Dan

yang terakhir adalah dengan menciptakan ikatan institusional dengan upaya

perusahaan dalam mengayomi dan mendapatkan pelanggan melalui alat khusus

atau hubungan komputer yang dapat membantu pelanggan dalam pemesanan dan

melihat persediaan produk atau jasa.36

Betapapun sempurnanya sebuah kegiatan pemasaran dalam

mempertahankan loyalitas pelanggan seperti yang tertulis sebelumnya, kesalahan

bisa saja terjadi. Potensi negatif dari pelanggan yang tidak senang harus ditangani

secara tepat. Pelanggan yang merasa tidak senang harus cepat dibuat merasa

bahwa perusahaan peduli terhadapnya. Merujuk pada kegiatan pemasaran dalam

mempertahankan loyalitas pelanggan yang dikemukakan oleh Jill Griffin (2002)

pada paragraf sebelumnya, kegiatan yang pertama adalah melakukan pendekatan

diri melalui interaksi dan mendengarkan pelanggan. Mendengarkan pelanggan

tidak hanya yang memberi pujian saja, tetapi juga mendengarkan komplain atau

pengaduan dari pelanggan yang biasa disebut handling complaint bagi yang

merasa tidak senang agar kembali lagi ke perusahaan dan tidak berpaling.

Tjiptono (2005) juga berpendapat mengenai hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam memberikan layanan pelanggan, yaitu dengan berempati

terhadap pelanggan yang marah, kemudian kecepatan dalam penanganan

keluhan.37 Penulis memahami dalam menghadapi pelanggan yang emosi atau

marah, perusahaan perlu untuk bersikap empati, karena bila tidak suasana akan

36

Phillip Kottler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, edisi bahasa Indonesia.

(Jakarta: PT. Indeks, 2008). Edisi ke-12, jilid 2, cet. Ke-2, h. 153.

37

(48)

semakin panas dan rumit. Untuk itu diperlukan waktu untuk mendengarkan segala

keluh kesah pelanggan, dengan begitu masalah akan terasa jelas dan solusi

bersama akan segera ditemukan. Selanjutnya kecepatan dalam penanganan

menjadi hal penting ketika komplain didapat, sebab apabila perusahaan cepat

untuk menanggapinya maka kecil kemungkinan pelanggan tidak merasa puas.

Berbeda hal ketika kelambatan dalam penanganannya maka pelanggan akan

kecewa dan merasa tidak diprioritaskan. Maka dari itu penting menangani

komplain pelanggan dengan kesabaran ekstra agar tidak ada emosi di dalamnya.

Dibutuhkan pihak perusahaan yang memiliki psikis yang tenang pembawaannya

agar masalah dapat ditangani dengan baik. Sebagai contoh kasus, ada pelanggan

dari sebuah perusahaan event organizer yang sedang menghandle event

pelanggannya. Event tersebut sudah mendekati hari H namun dari pihak event

organizer belum menyebarkan lembar syarat yang harus diikuti peserta dalam

event tersebut, maka ada salah satu peserta komplain terhadap perusahaan event

organizer tersebut, dan pada saat inilah dibutuhkan karyawan yang di percaya

memiliki tingkat kesabaran yang tinggi namun tegas untuk bisa menjelaskan

(49)

36 A. Perkembangan Event Organizer di Indonesia

Perkembangan dunia usaha di Indonesia, dewasa ini telah memperlihatkan

ke arah yang membanggakan. Terbukti dengan semakin menjamurnya berbagai

bentuk badan usaha yang bergerak dalam bidang barang maupun jasa, baik itu

skala kecil maupun besar. Salah satunya adalah event organizer. Event organizer

merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, perusahaan ini

bertugas untuk menangani sebuah acara yang dapat memberikan keuntungan bagi

kedua belah pihak, baik pihak penyelanggara (perusahaan event organizer) itu

sendiri maupun pihak pengguna jasa.1 Keuntungan yang di dapat tidak harus

berupa material namun bisa juga non material. Event organizer dalam definisi ini

penulis menganggap lebih mengarah pada profesi, yaitu suatu lembaga baik

formal maupun non formal, yang di percaya untuk melakukan kegiatan yang

disesuaikan dengan permintaan pengguna jasa event organizer sendiri.

Dalam membedakan sebuah event organizer dalam bentuk kepanitian dan

event organizer yang mengarah pada profesi, dapat dilihat dari keberlangsungan

event organizer tersebut. Apabila dalam bentuk kepanitiaan, setelah kegiatan

selesai dilaksanakan maka selesai pula tugas orang-orang yang terlibat di dalam

kepanitiaan. Sedangkan dalam event organizer yang mengarah pada profesi,

meskipun kegiatan telah berakhir, akan tetapi kegiatan orang-orang di dalamnya

1

(50)

akan tetap berlangsung.2 Maksudnya adalah seperti pada kegiatan idul adha,

dibentuk kepanitian untuk mengurus pemotongan hewan qurban, setelah acara

selesai maka kepanitian akan bubar jalan. Berbeda dengan event organizer yang

berupa perusahaan, maka orang-orang didalamnya yang berkerja dalam

menangani sebuah event akan terus bekerja paska kegiatan berlangsung, justru

mereka wajib melakukan evaluasi mengenai keberhasilan sebuah event.

Beberapa kota yang ditetapkan sebagai kota pariwisata dan penyelenggara

event utama di Indonesia adalah Batam, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan

Bandung. Mendapat dukungan dari asosiasi seperti Indonesian Congress and

Convention Association (INCCA) dan Asosiasi Kongres dan Konvensi Indonesia

(AKKINDO), maka bisnis event ini telah menaungi perusahaan jasa konvensi,

tempat penyelenggaraan pameran, perhotelan dan resort, biro perjalanan wisata,

transportasi, kehumasan, media massa, penterjemah dan asuransi.3 Dari sini

penulis memahami bahwa sangat jelas sekali bahwa dalam kegiatan event banyak

melibatkan pelaku didalamnya.

Event organizer kini kian berkembang pesat di Indonesia khususnya

Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Event organizer sangat membantu

pihak-pihak yang berminat mengadakan event seperti pengeluaran produk, company

gathering, perayaan tanggal jadi, pameran, seminar, promosi, talkshow dan

sebagainya, dari tahap persiapan sampai dengan event berjalan.4 Banyak

2

http://www.therisnaldiinstitute.com/2013/01/belajar-mengenal-eo-event-organizer.html yang diakses pada tanggal 9 Juni 2014, pada pkl. 10.20 WIB.

3

Any Noor, Manajemen Event. (Bandung: Alfabeta, 2009). Cet. Ke-1, h. 46

4

Gambar

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambar struktur organisasi PT. Kaha Event Management
gambaran umum PT. Kaha Event Management, seperti sejarah

Referensi

Dokumen terkait

Jasa Marga (Persero) harus bisa memberi pelayanan yang baik terhadap pelanggannya. Untuk itu, identifikasi faktor dan atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sangat

(2010) menyatakan ada 6 (enam) faktor penting kepuasan pelanggan ritel antara lain: (1) Lokasi atau tempat berdirinya toko ritel memiliki daya tarik tertentu

Tanpa dipungkiri komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia dalam suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik akan membantu kelancaran organisasi, demikian

Jasa Marga (Persero) harus bisa memberi pelayanan yang baik terhadap pelanggannya. Untuk itu, identifikasi faktor dan atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sangat

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah memberikan berbagai alternatif pilihan kepada pelanggan/pengguna jasa layanan terhadap produk atau jasa yang

Kepuasan pelanggan sangat penting bagi kelangsungan hidup pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh nilai yang dipersepsikan dan kepuasan pelanggan

Strategi Komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Batam Elektronik dalam mempertahankan Loyalitas Pelanggan di Kota Pekanbaru yaitu dengan melakukan strategi

Berikut hasil wawancara penulis dengan Manager Marketing Dian Pelangi Cabang Pekanbaru terkait strategi komunikasi pemasaran Dian Pelangi Cabang Pekanbaru dalam