• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau dari Persepektif Hukum Administrasi Negara (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau dari Persepektif Hukum Administrasi Negara (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

100200417 Rahman Hasibuan

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PROSEDUR PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

100200417 Rahman Hasibuan

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP. 196002141987032002 SURIA NINGSIH, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum

NIP. 196002141987032002 NIP. 197104301997022001 Afrita, SH., M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

PROSEDUR PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

*Rahman Hasibuan **Suria Ningsih, SH., M.Hum

***Afrita, SH., M.Hum

Salah satu upaya dalam rangka memperbaiki kualitas pelayanan oleh pemerintah daerah yakni melalui pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (one stop service) oleh Pemerintah Kota Medan yang ditandai dengan didirikannya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan meskipun tidak serta merta diikuti oleh pendelegasian seluruh jenis layanan perizinan.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara, pengaturan Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara dan kendala dalam pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.

Pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara meliputi atribusi, delegasi dan mandat. Pengaturan Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah, Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, Perwal No. 6 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan dan Perwal No. 36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan Proses dan Penandatanganan Perizinan Kepada Kepala BPPT Kota Medan. Kendala dalam pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara, terlalu banyak izin yang harus dipenuhi, proses berbelit-belit dan tidak transparan kapasitas staf yang terbatas, kurang bertanggung jawabnya atasan akibat pelimpahan wewenang, waktu pengurusan izin relatif lama, tidak ada kejelasan kapan izin selesai banyak pintu/meja yang harus dilalui oleh pemohon.

Kesimpulan pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara, terlalu banyak persyaratan yang harus dipenuhi, proses berbelit-belit dan tidak transparan, kapasitas staf yang terbatas, kurang bertanggung jawabnya atasan akibat pelimpahan wewenang, disarankan perlu pendelegasian wewenang yang jelas serta sosialisasi informasi yang jelas sehingga yang menerima pendelegasian wewenang mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Kata Kunci : Prosedur Pendelegasian Wewenang

* Mahasiswa

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota

Medan)

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

6. Ibu Afrita, SH., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.

7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

8. Kedua orang tua penulis Ayahanda Muhammad Hasbi Hasibuan dan Ibunda Hamidah Dalimunthe serta adinda Nurzuwita Hasibuan, yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material sehingga terselesaikanya skripsi ini.

9. Spesial buat Sheyla Fadlilah yang telah memberikan semangat kepada penulis selama perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi.

10.Teman-Teman stambuk 2010, Irfan Munandar, Ali Akbar, Arief Suman, Dika Prayuda, Fadli Silalahi, Akbar Sitepu dan Zaki Nasution serta Ahmad Fadly yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

(6)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa

Medan, Juni 2015 Hormat Saya

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 21

A. Pengertian Pendelegaisian ... 21

B. Pelaksanaan Pendelegasian Wewenang ... 33

BAB III PENGATURAN KEWENANGAN BADAN PELAYANAN TERPADU DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 58

A. Gambaran Umum BPPT Kota Medan ... 58

B. Kewenangan BPPT Kota Medan ... 67

(8)

BAB IV KENDALA DALAM PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI

NEGARA ... 69

A. Kendala dalam Pendelagasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara pada BPPT Kota Medan ... 69

B. Upaya dalam Pendelagasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara pada BPPT Kota Medan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAK

PROSEDUR PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

*Rahman Hasibuan **Suria Ningsih, SH., M.Hum

***Afrita, SH., M.Hum

Salah satu upaya dalam rangka memperbaiki kualitas pelayanan oleh pemerintah daerah yakni melalui pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (one stop service) oleh Pemerintah Kota Medan yang ditandai dengan didirikannya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan meskipun tidak serta merta diikuti oleh pendelegasian seluruh jenis layanan perizinan.

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara, pengaturan Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara dan kendala dalam pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.

Pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara meliputi atribusi, delegasi dan mandat. Pengaturan Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Ditinjau dari Perspektif Hukum Administrasi Negara diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah, Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, Perwal No. 6 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan dan Perwal No. 36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan Proses dan Penandatanganan Perizinan Kepada Kepala BPPT Kota Medan. Kendala dalam pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara, terlalu banyak izin yang harus dipenuhi, proses berbelit-belit dan tidak transparan kapasitas staf yang terbatas, kurang bertanggung jawabnya atasan akibat pelimpahan wewenang, waktu pengurusan izin relatif lama, tidak ada kejelasan kapan izin selesai banyak pintu/meja yang harus dilalui oleh pemohon.

Kesimpulan pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara, terlalu banyak persyaratan yang harus dipenuhi, proses berbelit-belit dan tidak transparan, kapasitas staf yang terbatas, kurang bertanggung jawabnya atasan akibat pelimpahan wewenang, disarankan perlu pendelegasian wewenang yang jelas serta sosialisasi informasi yang jelas sehingga yang menerima pendelegasian wewenang mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Kata Kunci : Prosedur Pendelegasian Wewenang

* Mahasiswa

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri rumah tangganya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang–undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah adalah menjadi dasar dan landasan penyelenggaraan otonomi daerah bagi pemerintah daerah itu sendiri yang mana maksud dan undang-undang tersebut adalah guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kota Medan perlu menyusun Rencana Strategis SKPD dengan berpedoman pada RPJMD Kota Medan tahun 2011-2015 dan Program Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Medan tahun 2006-2025.

(11)

dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi daerah. Salah satu argumen dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah bahwa Pemerintah Daerah harus mampu menyediakan pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat, hal ini sesuai dengan fungsi pokok dari Pemerintah Daerah yaitu mensejahterakan masyarakat.

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan yang pada hakekatnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya untuk lebih mendekati tujuan penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mewujudkan dengan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Sejalan dengan prinsip penyelenggaraan otonomi daerah tersebut terdapat bagian urusan kewenangan pemerintah (pusat) yang diserahkan atau dilimpahkan kepada pemerintah kota atau kabupaten. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Telah membuka kembali jalan bagi daerah-daerah untuk mengatur dirinya sendiri dalam bidang-bidang tertentu, seperti sosial, ekonomi, dan kebudayaan yang selama ini diatur oleh pusat.

(12)

pelayanan yang efisien, tetapi juga bagaimana pelayanan dapat dilakukan dengan tanpa membeda-bedakan status dari masyarakat yang dilayani. Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.

Selain itu, perubahan paradigma dimana pemerintah harus memberikan pelayanan dengan konsep customer oriented bukan government oriented semakin mendorong terwujudnya pelayanan prima yang dikehendaki. Karena itulah pelayanan di segala bidang harus dirancang sedemikian rupa sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk kebijakan di bidang perizinan.

Salah satu indikator dari kualitas pemerintahan yakni kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah itu sendiri. Oleh sebab itu, buruknya sistem birokrasi pemerintahan dimasa lalu dengan segala implikasinya menjadi titik tolak pemikiran pemerintah untuk melakukan usaha-usaha perbaikan kualitas pelayanan publik, yang mana hal tersebut mendorong pemerintah untuk kembali memahami arti pentingnya kualitas pelayanan publik terhadap kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh pusat maupun oleh pemerintah daerah baik itu pelayanan tentang perizinan ataupun non perizinan.

(13)

didirikannya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan meskipun tidak serta merta diikuti oleh pendelegasian seluruh jenis layanan perizinan.

BPPT Kota Medan hadir di tengah-tengah masyarakat dengan harapan dapat membuat masyarakat lebih terbantu dan mudah mengurus segala macam perizinan di lingkungan pemerintah Kota Medan dengan cepat, mudah, tepat dan pasti. Ketika banyaknya kendala yang dihadapi oleh masyarakat dalam hal perizinan selama ini, BPPT berusaha menjadi solusi dan jawaban atas semua kendala tersebut. Hal ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 37 Tahun 2011 tentang pendelegasian kewenangan pelayanan perizinan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan untuk kepentingan masyarakat. Sebab bagaimanapun, kemudahan dan kecepatan perizinan menjadi salah satu stimulan meningkatkan kualitas pelayanan publik di Kota Medan.

(14)

Berdasarkan latar belakang diatas merasa tertarik memilih judul Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara?

2. Bagaimana pengaturan kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara?

3. Apa kendala dalam pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Tujuan penelitian yang akan dicapai di dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pendelegasian wewenang ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara.

2. Untuk mengetahui Pengaturan Kewenangan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara.

(15)

2. Manfaat Penelitian

Nilai suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Memberikan perkembangan pemikiran dalam ilmu hukum pada umumnya, dan pada Hukum Administrasi Negara pada khususnya.

b. Manfaat Praktis

Memberikan pengetahuan pemikiran bagi para pihak yang memiliki kepentingan dalam penelitian ini dan ntuk melatih penulis dalam mengungkapkan adanya semacam permasalahan tertentu secara sistematis dan berusaha memecahkan permasalahan yang ada tersebut dengan metode ilmiah yang baik.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan).

(16)

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian wewenang

Pengertian kewenangan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain, berbicara kewenangan memang menarik, karena secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial memiliki keinginan untuk diakui ekstensinya sekecil apapun dalam suatu komunitasnya, dan salah satu faktor yang mendukung keberadaan ekstensi tersebut adalah memiliki kewenangan. Secara pengertian bebas kewenangan adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu tindakan dengan batas-batas tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu kelompok tertentu.

Kewenangan atau wewenang memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum tata negara dan hukum administrasi. Begitu pentingnya kedudukan wewenang ini sehingga F.A.M. Stroik dan J.G. Steenbeek menyatakan: “Het begrip bevoegdheid is dan ook een kembergrip in het staats-en administratief

recht”.1

Istilah wewenang atau kewenangan disejajarkan dengan “authority” dalam bahasa Inggris dan “bevoegdheid” dalam bahasa Belanda. Authority dalam Black S Law Dictionary diartikan sebagai Legal power; a right to command or to act; the right and power of public officers to require obedience to their orders lawfully Dari pernyataan ini dapat ditarik suatu pengertian bahwa wewenang merupakan konsep inti dari hukum tata negara dan hukum administrasi.

1

(17)

issued in scope of their public duties.2 (Kewenangan atau wewenang adalah kekuasaan hukum, hak untuk memerintah atau bertindak; hak atau kekuasaan pejabat publik untuk mematuhi aturan hukum dalam lingkup melaksanakan kewajiban publik). “Bevoegdheid” dalam istilah Hukum Belanda, Phillipus M. Hadjon memberikan catatan berkaitan dengan penggunaan istilah “wewenang” dan “bevoegdheid”. Istilah “bevoegdheid” digunakan dalam konsep hukum privat dan hukum publik, sedangkan “wewenang” selalu digunakan dalam konsep hukum publik.3

Wewenang sebagai konsep hukum publik sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu pengaruh, dasar hukum, dan konformitas hukum. Komponen pengaruh ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum. Komponen dasar hukum bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya. Komponen konformitas mengandung makna adanya standar wewenang yaitu standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu).

4

Asas legalitas merupakan unsur universal konsep negara hukum apapun tipe negara hukum yang dianut suatu negara. Dalam hukum pidana asas legalitas dalam wujudnya “nullum delictum sine lege” dewasa ini masih diperdebatkan

2

Henry Campbell Black, Black’S Law Dictionary, West Publishing, 1990, hal 133.

3

Phillipus M. Hadjon, Tentang Wewenang, Yuridika, No. 5 & 6 Tahun XII, Sep-Des 1997, hal 1

4

(18)

asas berlakunya. Dalam hukum administrasi asas legalitas dalam wujudnya “wetmatigheid van bestuur” sudah lama dirasakan tidak memadai.5

Tidak memadainya asas “wetmatighid van bestuur” pada dasarnya berakar pada hakikat kekuasaan pemerintah. Kekuasaan pemerintahan di Indonesia sangat populer disebut dengan eksekutif dalam prakteknya tidaklah murni sebuah kekuasaan eksekutif (melaksanakan undang-undang). Dalam kaitan dengan hal tersebut, Philipus M. Hadjon menyatakan dengan menyitir pendapatnya N.E. Algra bahwa : “pada kepustakaan Belanda jarang menggunakan istilah “uitvoerende macht”, melainkan menggunakan istilah yang populer “betuur” yang dikaitkan dengan “sturen” dan “sturing”. “Bestuur” dirumuskan sebagai lingkungan kekuasaan negara di luar lingkungan kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudisial”.6

Konsep “bestuur” membawa implikasi kekuasaan pemerintahan tidaklah semata sebagai kekuasaan terikat, tetapi juga merupakan suatu kekuasaan bebas (vrij bestuur, Freies Ermessen, discretionary power).

7

Menurut Ten Berge, seperti yang dikutip Philipus M. Hadjon, kekuasaan bebas itu meliputi kebebasan kebijakan dan kebebasan penilaian.8

5

Philipus Mandiri Hadjon, Discretionary Power dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB), Paper, disampaikan pada Seminar Nasional “Aspek Pertanggung jawaban Pidana Dalam Kebijakan Publik Dari Tindak Pidana Konsep”, Semarang 6-7 Mei 2004, hal 2.

6

Ibid.

7

Ibid.

8

Ibid.

(19)

secara sah dipenuhi. Sedangkan kebebasan penilaian (wewenang diskresi dalam arti yang tidak sesungguhnya) adalah hak yang diberikan organ pemerintah untuk menilai secara mandiri dan eklusif apakah syarat-syarat bagi pelaksanaan suatu wewenang secara sah telah terpenuhi.

Philipus M. Hadjon menyatakan untuk memudahkan memberikan pemahaman tentang kekuasaan bebas atau kekuasaan diskresi dengan cara melihat ruang lingkupnya. Kekuasaan bebas atau kekuasaan diskresi meliputi; kewenangan untuk memutus sendiri, dan kewenangan interpretasi terhadap

norma-norma tersamar (vage normen).9

Perihal kewenangan tidak terlepas dari Hukum Tata Negara dan Hukum. Administrasi karena kedua jenis hukum itulah yang mengatur tentang kewenangan. Hukum Tata Negara berkaitan dengan susunan negara atau organ dan negara (staats, inrichtingrecht, organisatierecht) dan posisi hukum dan warga negara berkaitan dengan hak-hak dalam (grondrechten). Dalam organ atas

Kekuasaan bebas (vrij bestuur) asas “wetmatigheid” tidaklah memadai. Kekuasaan bebas di sini tidak dimaksudkan kekuasaan yang tanpa batas, tetapi tetap dalam koridor hukum (rechtmatigheid), setidak-tidaknya kepada hukum yang tertulis atau asas-asas hukum.

Badan hukum publik yang berupa negara, pemerintah, departemen, pemerintah daerah, institusi untuk dapat menjalankan tugasnya mereka memerlukan kewenangan. Pemberian kewenangan terhadap badan hukum publik tersebut dapat dilihat pada konstitusi masing-masing negara.

9

(20)

susunan negara diatur mengenai: bentuk negara, bentuk pemerintahan,dan pembagian kekuasaan dalam negara.

Pembagian kekuasaan dalam negara terdiri atau pembagian horizontal yang meliputi : kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, dan vertikal terdiri atas pemerintah pusat dan daerah. Pembagian kekuasaan dalam negara secara horizontal dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan dalam negara dan saling melakukan kontrol. Adapun pembagian tugas secara vertikal maupun horizontal, sekaligus dengan pemberian kewenangan badan-badan negara tersebut, yang ditegaskan dalam konstribusi.

Untuk Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 tentang Pembagian Kekuasaan yang terdiri dari kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemberian wewenang tersebut dapat dilihat dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 17, Pasal 18 dengan amandir Pasal 18 A dan Pasal 18 B, Pasal 19, Pasal 20 yang diamandar dengan Pasal 20 A, dan Pasal 24 yang diamandar dengan Pasal 24 A, Pasal 24 B, dan Pasal 24 C.

(21)

kewenangan dilakukan secara “improper illegal” maka badan pemerintah yang berwenang tersebut harus mempertanggung jawabkan.10 Hukum administrasi hakikatnya berhubungan dengan kewenangan publik dan cara-cara pengujian kewenangannya, juga hukum mengenai kontrol terhadap kewenangan tersebut.11 2. Sumber dan Lahirnya Wewenang

Sejalan dengan pilar utama negara hukum yaitu asas legalitas (legaliteits beginselen atau wetmatigheid van bestuur), atas dasar prinsip tersebut bahwa wewenang pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan. Dalam kepustakaan hukum administrasi terdapat dua cara untuk memperoleh wewenang pemerintahan yaitu atribusi dan delegasi; kadang-kadang juga, mandat, ditempatkan sebagai cara tersendiri untuk memperoleh wewenang.12

Suatu atribusi menunjuk kepada kewenangan yang asli atas dasar ketentuan hukum tata negara. Atribusi merupakan wewenang untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Rumusan lain mengatakan bahwa atribusi merupakan pembentukan wewenang tertentu dan pemberiannya kepada organ tertentu. Yang dapat membentuk wewenang adalah organ yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan.13

Indroharto mengatakan bahwa pada atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan

10

Tatiek Sri Djatmiati, Prinsip Izin Usaha Industri di Indonesia, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2004, hal 62-63.

11

Ibid., 63

12

Philipus M. Hadjon, III. Lot.cit. Lihat pada pendapat dari F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek, Op.cit, p. 40 menyatakan “Er bestaan slechts twee wijzen waarop een orgaan aan een bevoegdheid kan komen, nomelijk attributie en delegatie”.

13

(22)

undangan. Di sini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang baru. Lebih lanjut disebutkan bahwa legislator yang kompeten untuk memberikan atribusi wewenang pemerintahan itu dibedakan antara:

a. Berkedudukan sebagai original legislator, di negara kita di tingkat pusat adalah MPR sebagai pembentuk kontribusi dan DPR bersama-sama pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undang-undang, dan di tingkat daerah adalah DPRD dan Pemda yang melahirkan Peraturan Daerah.

b. Bertindak sebagai delegated legislator; seperti presiden yang berdasar pada suatu ketentuan undang-undang mengeluarkan peraturan pemerintah di mana diciptakan wewenang-wewenang pemerintahan kepada badan atau jabatan tata usaha negara tertentu.14

Pada delegasi menegaskan suatu pelimpahan wewenang kepada badan pemerintahan yang lain. Dalam Hukum Administrasi Belanda telah merumuskan pengertian delegasi dalam wet Belanda yang terkenal dengan singkatan AWB (Algemene Wet Bestuursrecht). Dalam Pasal 10:3 AWB, delegasi diartikan sebagai penyerahan wewenang (untuk membuat “besluit”) oleh pejabat pemerintahan (pejabat tun) kepada pihak lain dan wewenang tersebut menjadi tanggung jawab pihak lain tersebut. Yang memberi/melimpahkan wewenang disebut delegans dan yang menerima disebut delegataris. Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang.

15

Pemberian atau pelimpahan wewenang ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

14

Indroharto, Op.cit, hal 91

15

(23)

1. Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu.

2. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan itu dalam peraturan perundang-undangan.

3. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hirarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi.

4. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut.

5. Peraturan kebijakan (beleidsregelen), artinya delegans memberikan instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.16

3. Hukum Administrasi Negara

Jika konsep delegasi seperti itu, maka tidak ada delegasi umum dan tidak mungkin ada delegasi dari atasan ke bawahan. Atribusi berkenaan dengan penyerahan wewenang baru, sedangkan delegasi menyangkut pelimpahan wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada organ lain); jadi delegasi secara logis selalu didahului oleh atribusi.

Hukum Administrasi Negara adalah suatu sistem dan merupakan salah satu cabang Ilmu Hukum yang merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Sangat sulit memberikan definisi hukum adminstrasi negara karena Ilmu Hukum

16

(24)

Administrasi Negara sangat luas dan terus berkembang mengikuti perkembangan suatu negara.

E. Utrecht mengartikan Hukum Administrasi Negara adalah menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi negara melakukan tugas mereka yang khusus.17

Oppenheim mengatakan Hukum Administrasi Negara adalah sekumpulan alat-alat perlengkapan yang tinggi dan yang rendah dalam rangka alat-alat perlengkapan menggunakan wewenang yang telah ditetapkan oleh Hukum Tata Negara.18

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada pada penelitian tersebut.19

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian dari skripsi ini lebih mengarah kepada sifat penelitian deskriptif yakni penelitian secara umum termasuk pula di dalamnya penelitian

ilmu hukum, penelitian deskriptif bertujuan untuk menentukan ada tidaknya

17

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta : UII Press, 2010, hal 26.

18

SF Marbun, dkk, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara,Yogyakarta : UII Press, 2001, hal 180.

19

(25)

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran secara tepat mengenai Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan) menggunakan sifat penelitian deskriptif dikarenakan sudah terdapatnya ketentuan peraturan perundang-undangan, literatur maupun jurnal yang cukup memadai mengenai permasalahan yang diangkat.

3. Data dan sumber data

Data maupun sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, antara lain sebagai berikut:

a. Data Primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data pimer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap pihak terkait dalam hal ini yaitu Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan serta pihak-pihak lain yang terlibat.

b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

(26)

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah

2) Bahan hukum sekunder dari penelitian ini yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan) bahan hukum sekunder yang digunakan antara lain: pendapat para pakar hukum, karya tulis hukum yang termuat dalam media massa; buku-buku hukum (text book), serta jurnal-jurnal hukum yang membahas mengenai Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan).

3) Bahan hukum tersier yang penulis gunakan berupa kamus hukum dan ensiklopedia.

4. Teknik pengumpulan data

(27)

pertanyaan-pertanyaan kepada responden maupun informan yang dirancang atau yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dan mendukung permasalahan yang diajukan dalam penelitian mengenai Prosedur Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara (Studi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan) Dari jawaban ini diadakan pencatatan sederhana yang kemudian diolah dan dianalisis menjadi sebuah laporan yang runtun dan terperinci.

5. Analisis data

Dalam penelitian ilmu hukum aspek empiris dikenal dua model analisis yakni, analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian hukum empiris dengan jenis pendekatan penelitian deskriptif, maka teknis analisis data yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah teknis analisis data kualitatif atau disebut deskriptif kualitatif. Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistimatis, digolongkan dalam pola dan tema, diketagorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data.

(28)

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI

PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bab ini berisikan Pengertian Pendelegasian Wewenang dan Pelaksanaan Pendelegasian Wewenang

BAB III PENGATURAN KEWENANGAN BADAN PELAYANAN

PERIZINAN TERPADU DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(29)

BAB IV KENDALA DALAM PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Bab ini berisikan Kendala dalam Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan dan Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala dalam Pendelegasian Wewenang Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(30)

BAB II

PENDELEGASIAN WEWENANG DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A. Pengertian Pendelegasian Wewenang

Sumber kekuasasaan dan wewenang bagi Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Kekuasaan dan kewenangan pemerintah yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, baik pada pemerintahan pusat maupun daerah dapat diperoleh melalui atribusi, delegasi dan mandat. Pembentuk undang-undang menentukan suatu organ pemerintahan berikut wewenangnya baik kepada organ yang sudah ada maupun yang baru dibentuk. Secara teoritik, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan terdiri dari tiga bentuk yaitu pelimpahan kewenangan dengan atribusi, pelimpahan kewenangan dengan delegasi dan pelimpahan kewenangan dengan mandat.

Pengertian pendelegasian wewenang adalah pemberian wewenang kepada orang-orang yang ditunjuk oleh pemegang wewenang. Penggunaan pendelegasian wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektivitas organisasi. Oleh karena itu peranan pendelegasian wewenang sangat penting di dalam organisasi. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi.20

Adakalanya seseorang yang berada disuatu posisi memiliki berbagai keterbatasan dalam melakukan suatu pekerjaan, jumlah pekerjaan serta keahlian

20

(31)

yang dimiliki. Jika keterbatasan ini tidak dapat ditanggulangi, hal ini akan memperburuk kinerja Organisasi. Maka perlu dilakukannya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atau biasa disebut delegation. Pendelegasian ialah:

1. Proses terorganisir dalam kerangka hidup organisasi/keorganisasian untuk secara langsung melibatkan sebanyak mungkin orang dan pribadi dalam pembuatan keputusan, pengarahan, dan pengerjaan kerja-yang berkaitan dengan pemastian tugas.

2. Tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas), kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggungjawaban, yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil dalam organisasi.

(32)

melaksanakan kegiatan tertentu. Dengan adanya efektivitas delegasi merupakan faktor utama yang membedakan manajer sukses dan manajer tidak sukses.

Setelah adanya tugas, wewenang dan tanggung jawab pada tiap-tiap individu maka selayaknya individu-individu tersebut setuju untuk memberikan pertanggungjawabannya atas tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. Hal ini berkenaan dengan kenyataan bahwa akan selalu diminta pertanggungjawabannya atas pemenuhan tugas dan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Semua hal ini yaitu tugas, wewenang, tanggungjawab dan pertanggungjawaban merupakan unsur-unsur dari pendelegasian wewenang.

Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggungjawaban.21

Menurut Manullang bahwa pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepada staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya.22

Berkaitan dengan pendelegasian terdapat tiga unsur yaitu tugas, kekuasaan, dan pertanggungjawaban.23

21

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta: Haji Masagun, 2006, hal 72

22

Manullang, M. Manajemen Personalia Edisi 3. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2006, hal 107

23

(33)

1. Tugas

Tugas adalah pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh seseorang pada suatu jabatan tertentu. Dengan adanya tugas maka akan mendorong karyawan untuk lebih produktif di dalam sebuah perusahaan, sehingga efektivitas kerja dapat tercapai.

2. Kekuasaan

Kekuasaan adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala sesuatu keputusan yang berhubungan dengan fungsinya tersebut. Dalam menjalankan pendelegasian wewenang dalam sebuah perusahaan harus dilandasi dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan seorang karyawan memiliki hak dalam mengambil sebuah keputusan yang sesuai dengan kepentingan dan fungsinya bagi perusahaan.

3. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban adalah memberikan laporan bagaimana seseorang melaksanakan tugasnya dan bagaimana dia memakai wewenang yang diberikan kepadanya. Tanggung jawab merupakan hal terpenting dalam menjalankan suatu wewenang perusahaan karena dengan tanggung jawab seorang karyawan dapat memberikan laporan atau pertanggungjawaban suatu keputusan yang telah diambil.

(34)

banyak literatur, sumber kewenangan berasal dari atribusi, delegasi dan mandat. Sebelum mengetahui atribusi, delegasi dan mandat, terlebih24

1. Menurut Prajudi Atmosudirjo, kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau dari kekuasaan eksekutif/administratif. Kewenangan merupakan kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu dahulu yang perlu dipahami ialah mengenai kewenangan dan wewenang.

Secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda “bevoegdheid” (yang berarti wewenang atau berkuasa). Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan (Hukum Administrasi), karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu.

Beberapa pendapat ahli mengenai kewenangan dan wewenang dan sumber-sumber kewenangan sangatlah beragam, ada yang mengaitkan kewenangan dengan kekuasaan dan membedakannya serta membedakan antara atribusi, delegasi dan mandat.

24

(35)

saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik.25

2. Indroharto, mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh secara atribusi, delegasi, dan mandat, yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut :

Wewenang yang diperoleh secara atribusi, yaitu pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang pemerintah yang baru. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN yang telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan atau Jabatan TUN lainnya. Jadi, suatu delegasi selalu didahului oleh adanya sesuatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak terjadi suatu pemberian wewenang baru maupun pelimpahan wewenang dari Badan atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lain.

3. Philipus M. Hadjon, mengatakan bahwa setiap tindakan pemerintahan disyaratkan harus bertumpu atas kewenangan yang sah. Kewenangan itu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh undang-undang dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.26

25

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001, hal 27.

26

Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005, hal 78.

(36)

mandat. Dalam hal delegasi mengenai prosedur pelimpahannya berasal dari suatu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan perundang-undangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih ke delegataris.27

4. S.F.Marbun, menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Wewenang itu dapat mempengaruhi terhadap pergaulan hukum, setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan hukum (rechtskracht). Pengertian wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan kekuasaan.

Pemberi delegasi tidak dapat menggunakan wewenang itu lagi, kecuali setelah ada pencabutan dengan berpegang dengan asas ”contrarius actus”. Artinya, setiap perobahan, pencabutan suatu peraturan pelaksanaan perundang-undangan, dilakukan oleh pejabat yang menetapkan peraturan dimaksud, dan dilakukan dengan peraturan yang setaraf atau yang lebih tinggi. Dalam hal mandat, prosedur pelimpahan dalam rangka hubungan atasan bawahan yang bersifat rutin. Adapun tanggung jawab dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat. Setiap saat pemberi mandat dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu.

28

27

Ibid

28

(37)

5. Atribusi terjadinya pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Atribusi kewenangan dalam peraturan perundangundangan adalah pemberian kewenangan membentuk peraturan perundang-undangan yang pada puncaknya diberikan oleh UUD 1945 atau UU kepada suatu lembaga negara atau pemerintah. Kewenangan tersebut melekat terus menerus dan dapat dilaksanakan atas prakarsa sendiri setiap diperlukan. Disini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang baru. Legislator yang kompeten untuk memberikan atribusi wewenang pemerintahan dibedakan : Original legislator, dalam hal ini di tingkat pusat adalah MPR sebagai

(38)

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2003, tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, Dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pasal 12 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Pusat di lingkungannya dalam dan dari jabatan struktural eselon II ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu. Pengertian pejabat pembina kepegawaian pusat adalah Menteri.

6. Pada delegasi, terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usaha negara lainnya. Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang. Misal, dalam Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Pasal 93 (1) Pejabat struktural eselon I diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Menteri yang bersangkutan (2) Pejabat struktural eselon II ke bawah diangkat dan diberhentikan oleh Menteri yang bersangkutan. (3) Pejabat struktural eselon III ke bawah dapat diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang diberi pelimpahan wewenang oleh Menteri yang bersangkutan.

(39)

kepada Majelis. Presiden adalah mandataris dari MPR, dan wajib menjalankan putusan MPR. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi. Dalam Hukum Administrasi Negara mandat diartikan sebagai perintah untuk melaksanakan atasan, kewenangan dapat sewaktu-waktu dilaksanakan oleh pemberi mandat, dan tidak terjadi peralihan tanggung jawab. Berdasarkan uraian tersebut, apabila wewenang yang diperoleh organ pemerintahan secara atribusi itu bersifat asli yang berasal dari peraturan perundang-undangan, yaitu dari redaksi pasal-pasal tertentu dalam peraturan perundang-undangan. Penerima dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang sudah ada dengan tanggung jawab intern dan ekstern pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima wewenang (atributaris).

1. Huisman membedakan delegasi dan mandat sebagai berikut : Delegasi, merupakan pelimpahan wewenang (overdracht van bevoegdheid); kewenangan tidak dapat dijalankan secara insidental

oleh organ yang memiliki wewenang asli (bevoegdheid kan door hetoorsprokenlijk bevoegde orgaan niet incidenteel uitgoefend

worden); terjadi peralihan tanggung jawab (overgang van

verantwoordelijkheid); harus berdasarkan UU (wetelijk basis

vereist ); harus tertulis (moet schriftelijk);. Mandat menurut

Huisman, merupakan perintah untuk melaksanakan (opdracht tot uitvoering); kewenangan dapat sewaktu-waktu dilaksanakan oleh

(40)

uitgeofend worden); tidak terjadi peralihan tanggung jawab

(behooud van verantwoordelijkheid); tidak harus berdasarkan UU

(geen wetelijke basis vereist); dapat tertulis, dapat pula secara lisan.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, aspek kewenangan atau kompetensi yang dimiliki oleh aparat pemerintah cirinya ada dua yaitu :

1. Kewenangan atributif (orisinal)

Ialah kewenangan yang diberikan langsung oleh peraturan perundang-undangan. Contoh : presiden berwenang membuat UU, Perpu, PP. kewenangan ini sifatnya permanent, saat berakhirnya kabur (obscure).

2. Kewenangan non atributif (non orisinal)

Kewenangan yang diberikan karena adanya pelimpahan/peralihan wewenang. Contoh : Dekan sebagai pengambil kebijakan, wakil dekan bidang akademik/kurikulum, sewaktu-waktu dekan umroh dan menugaskan PD1

Dalam hukum tata pemerintahan pelimpahan wewenang ada 2 (dua) yakni :

a. Mandat, pemberi mandat dinamakan mandans, penerimanya dinamakan mandataris. Dalam mandat hanya sebagian wewenang yang dilimpahkan

dan yang terpenting adalah tanggung jawab/pertanggungjawaban tetap pada sipemilik wewenang. Dalam HTP jika mandat digugat, yang digugat ialah pemberi mandat dan penerima mandat. Contoh : Dosen pengampu memberi mandat pada asistennya untuk mengadakan ujian, tetap yang berwenang memberi nilai tetap dosen bukan asistennya.

(41)

delegasi termasuk pertanggungjawaban. Dalam HTP jika delegasi digugat makahanya satu yakni sipenerima delegasi. Untuk memperjelas delegasi Ten Berge, menyatakan bahwa syarat-syarat delegasi antara lain: a). Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu, b). Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan. c). Delgasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki kepegawaian tidak diperkenankannya adanya delegasi. d). Kewajiban memebri keterangan (penjelasan), artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut. e). Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut. Contoh : ketika Bupati mengadakan Haji/umroh, mendeelgasikan wakil bupati untuk melaksanakan semua kewenangan yang dimiliki Bupati. Kewenangan yang non orisinil itu sifatnya insedantal, tidak permanen. Dalam HTP juga mengatur

mengenai ketidakwenangan aparat, apa penyebab aparat tidak berwenang (onbevoegdheid) ada tiga yakni :

1. Ratione Material, aparat pemerintah tidak berwenang karena isi/materi

(42)

2. Ratione Loccus, aparat pemerintah tidak berwenang kaitannya dengan wilayah hukum. Contoh: Keputusan Walikota Sleman tidak sah diberlakukan di wilayah Bantul.

3. Ratione temporis, aparat pemerintah tidak berwenang karena daluwarsa

atau telah lewat waktu yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh : kewenangan PTUN mempunyai jangka waktu 40 hari.

B. Pelaksanaan Pendelegasian Wewenang

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah, Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, Perwal No. 6 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan, Perwal No. 36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan Proses dan Penandatanganan Perizinan Kepada Kepala BPPT Kota Medan.

Menurut Hasibuan tujuh asas pendelegasian wewenang antara lain :

(43)

Kepercayaan ini harus didasarkan atas pertimbangan yang obyektif mengenai kecakapan, kemampuan, kejujuran, keterampilan dan tanggung jawab dari deleget yang bersangkutan.

2. Asas delegasi atas hasil yang diharapkan, asas ini memperhatikan hasil yang akan diperoleh dari pendelegasian wewenang itu yang harus sesuai dengan adanya jaminan kecakapan dan keterampilan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

3. Asas penentuan fungsi atau kejelasan tugas, semakin jelas kegiatan yang harus dilakukan, maka semakin jelas pula hubungan wewenang dengan bagian lainnya, maka akan semakin jelas tanggung jawab dalam melakukan tugas-tugas untuk mencapai tujuan perusahaan.

4. Asas rantai berkala, asas ini menghendaki adanya urutan-urutan wewenang dari manajer puncak sampai pada awahan, jika manajer akan memerintahkan tugas kepada bawahan, harus melalui tingkatan yang ada.

5. Asas keseimbangan wewenang dan tanggung jawab, besarnya wewenang yang didelegasikan harus sesuai dan seimbang dengan besarnya tugas dan tanggung jawab yang diminta.

(44)

7. Asas kemutlakan tanggung jawab, bahwa setiap deleget yang menerima wewenang mutlak harus bertanggung jawab kepada delegatornya mengenai wewenang yang dilakukan.29

Hal-hal yang telah dicapai Badan Perizinan Terpadu Kota Medan sampai saat ini antara lain :

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Penyusunan Kode Etik dan pedoman perilaku pegawai di lingkungan BPPT Kota Medan melalui Keputusan Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan Nomor 900/02/156 Tahun 2012 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Pegawai di Lingkungan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan.

b. Tersedia sistem penilaian yang obyektif dan terukur (selain DP3) menyangkut kinerja pegawai berupa pemotongan uang Tambahan Penghasilan bagi yang tidak mengikuti apel pagi, tidak masuk, cepat pulang dan tidak masuk tanpa alasan dengan sistem absen online ke Badan Kepegawaian daerah Kota Medan melalui Finger Print.

2. Kualitas Pelayanan

a. Tata Laksana Layanan

1) Membuat pengumuman di ruang layanan agar masyarakat mengurus izinnya secara langsung berupa :

29

(45)

a) Banner, papan pengumuman, Pop-Up televisi secara terus menerus. Motto, slogan, himbauan yang berisi kemudahan bagi pemohon langsung dalam mengurus izin diantaranya:

(1) proses izin yang lebih cepat dari standar waktu pemrosesan izin yang ada di SOP .

(2) Bagi Pemohon langsung dapat dilayani walaupun pada jam istirahat, loket tetap dibuka.

(3) Memisahkan loket untuk pemohon langsung dan tidak langsung sehingga meminimalisasikan antrian pada pemohon langsung dan memperbanyak loket pemohon langsung sebanyak 4 loket dan pemohon tidak langsung 2 loket.

b. Memantau kegiatan layanan yang dilakukan melalui perantara /calo : 1) Membuat kebijakan 1 (satu) pemohon 1 (satu) berkas dalam 1 (satu)

hari sehingga pada perantara/calo tidak dapat mendominasi loket dengan berkas yang banyak.

2) Membuat surat kuasa bagi perantara/calo.

3) Menuliskan besaran retribusi pada izin yang dikeluarkan sekalipun itu gratis (0) rupiah.

(46)

c. Mengoptimalkan keamanan (security) dalam memantau kegiatan perantara/calo dengan mengawasi ketertiban pelayanan:

1) Security menjaga sistem antrian dan meneliti berkas untuk menghindari agar dapat 1 (satu) berkas tidak lebih dari 1 (satu) nomor antrian.

2) Melarang/menegur pemohon yang merokok, memakai sendal jepit atau celana pendek, membuang sampah sembarangan, ribut, makan, tidur-tiduran dan berbuat diluar kesopanan lainnya.

d. Menerapkan pelayanan pada jam istirahat. 3. Loket Layanan

a. Melakukan pemisahan yang tegas antara front office dan back office.

b. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan telah melakukan pemisahan tersebut pada awal proses perizinan tahun 2010 dan dipermanenkan pada tahun anggaran 2012.

c. Persyaratan kelengkapan berkas juga di cek secara berlapis dari petugas loket, tim teknis, kepala bidang, sekretaris dan kepala badan.

4. Transparansi

Layanan berupa sistem elektronik yang memberikan fasilitas kepada pengguna layanan untuk dapat memantau proses pelaksanaan layanan berupa touch screen yang ditempatkan di ruang tunggu dimana masyarakat tahu proses izin yang sedang diproses dan retribusi yang harus dibayar.

5. Pemanfaatan IT

(47)

b. Membangun sistem manajemen informasi berbasis elektronik.

c. Penerapan sistem Pemantauan menggunakan CCTV di 14 titik dilantai 2 dan lantai 3 juga adanya CCTV pada tahun 2012 khusus untuk memantau kehadiran pegawai dengan menggunakan sistem Absensi Sensor Sidik Jari yang online dengan Badan Kepegawaian Daerah Kota Medan.

6. Pengukuran Indeks

Kepuasan Masyarakat (IKM) dilaksanakan pada tahun anggaran 2012 dimana nilai IKM Badan Pelayanan Perizinan Terpadu rata-rata adalah 70 hal ini dilakukan pada kegiatan Sertifikasi ISO 9001:2008 Pelayanan Perizinan Tahun 2012 dan telah menerima sertifikat padda tanggal 14 Desember 2012.

7. Ketersediaan media informasi yang dterbuka bagi publik, sudah

dilaksanakan melalui:

a. Website Pemko Medan.

b. Website khusus Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan pada tahun anggaran 2012 dan launching pada tanggal 14 Desember 2012. c. Leaflet/brosur.

d. Papan pengumunan. e. Touch Screen.

f. TV/Pop Up secara terus menerus bergantian antara informasi dan nomor antrian.

g. Spanduk.

(48)

8. Sistem Pengaduan

a. Menyediakan media pengaduan masyarakat.

b. Kotak pengaduan/kotak saran yang terdapat di ruang tunggu. c. Telepon hotline 061 7852253.

d. SMS Center Pemko Medan

e. Faxmili (061) 7852254 Kotak Pos : Alamat surat menyurat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan Jl. A.H. Nasution No.32 Lt 2-3 Sisi Timur Kota Medan.

f. Ruang/meja penerima pengaduan pada BPPT Kota Medan tersedia Meja Customer Service dan Front Office.

g. Pengaduan melalui Web Pemko Medan dan Web khusus Badan Pelayanan Perizinan terpadu Kota Medan.

h. Petugas khusus yang melayani pengaduan adalah petugas Customer Service yang dilakukan secara bergantian secara ramah dan siap membantu.

Pedoman administrasi dan teknis dimaksud disusun berdasarkan jenis-jenis perizinan yang didelegasikan pada Badan Perizinan Terpadu Kota Medan, sesuai dengan Peraturan Walikota Medan 36 Tahun 2010 tanggal 28 Nopember 2010 tentang pendelegasian sebahagian kewenangan proses dan penandatanganan perizinan kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan yaitu : 1. Izin Usaha Perdagangan

Dasar Hukum

(49)

b. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 289/MPP/Kep/10/2000 tentang Ketentuan Standar Pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan.

c. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 46/MDag/ Per/9/2000 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia 36/M-Dag/Per/9/2000 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

d. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Tanda Daftar Gudang/Ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan.

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan dan bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Kota Medan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perusahaan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun Persekutuan, Perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau Organisasi sejenis Lembaga Dana Pensiun, Bentuk Usaha Tetap serta bentuk Badan Usaha lainnya. Retribusi Izin Usaha Perdagangan adalah Punggutan Daerah dalam rangka pemberian Izin kepada orang atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atau kegiatan usaha perdagangan.

(50)

1. Izin Usaha perdagangan golongan kecil yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000.- (Dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Izin Usaha Perdagangan golongan Menegah yaitu perusahan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya Rp.200.000.000.- (Dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,-(Lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

3. Izin Usaha Perdagangan golongan Besar yaitu perusahan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya Rp.500.000.000.- (Lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Ada pun persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: a. Mengisih formulir permohonan;

b. Fotocopy kartu tanda penduduk (KTP);

c. Pas photo penangungjawab perusahaan berwarna ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar;

d. Foto copy NPWP pemilik atau NPWP perusahaan yang bersangkutan; e. Foto copy izin gangguan yang dilegalisir;

(51)

g. Bagi perusahaan yang terbentuk PT melampirkan fotocopy akte pendirian dan perubahan beserta fotocopy pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang dilegalisir;

h. Bagi perusahaan berbentuk CV dan Fa melampirkan fotocopy akte pendirian dan perubahan yang didaftarkan di Pengadilan Negeri yang dilegalisir;

i. Bagi badan usaha yang berbentuk Koperasi melampirkan fotocopy akte pendirian dan perubahan beserta fotocopy pengesahan dari Dinas Koperasi setempat atas nama Menteri yang dilegalisir;

j. Melampirkan rekomendasi atau izin teknis dari instansi terkait yang dilegalisir bagi perusahaan yang memohon sub bidang barang dangangan yang memerlukannya;

k. Khusus untuk perubahan melampirkan asli IUP; 2. Izin usaha industri kecil dan menegah

Adapun dasar hukum Izin usaha industri kecil dan menegah adalah : a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Penindustrian (LN. Tahun

1984 Nomor 22 TLN Nomor 3274)

b. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 41/MIND/PER/6/2008 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin usaha industri, izin perluasan dan Tanda Daftar Industri (TDI).

(52)

d. Keputusan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2002 tantang retribusi izin usaha industri, perdagangan, gudang/ruangan dan Tanda Daftar Perusahaan.

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan parekayasaan Industri. Izin usah industri adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk dapat melakukan kegiatan usaha industri. Retribusi izin usaha adalah penguatan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin usaha industri.

1. Izin Usaha perdagangan golongan kecil yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000.- (Dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Izin Usaha Perdagangan golongan Menegah yaitu perusahan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih seluruhnya Rp.200.000.000.- (Dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.5.000.000.000,-(Lima miliyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

(53)

Ada pun persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1. Mengisi surat permohonan.

2. Foto copy KTP pemilik atau penanggung jawab perusahaan.

3. Foto copy NPWP pemilik/penanggung jawab atau NPWP perusahaan yang bersangkutan.

4. Pas photo Penanggung jawab perusahaan industri yang dilegalisir. 5. Foto copy izin gangguan perusahan industri yang dilegalisir.

6. Bagi perusahaan yang berbentuk PT melampirkan foto copy akte pendiriandan perubahan beserta foto copy pengesahan dari Menteri ukum dan HAM yang di legalisir.

7. Bagi perusahan berbentuk CV dan Fa melampirkan foto copy akte pendirian dan perubahan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri yang dilegalisir.

8. Bagi badan usaha yang berbentuk Koperasi melampirkan fotocopy akte pendirian dan perubahan beserta fotocopy pengesahan dari Dinas Koperasi setempat atas nama Menteri yang dilegalisir.

9. Khusus bagi industri kecil yang tidak mengeluarkan limbah B3, dilengkapifoto copy surat pernyataan tidak merasa keberatan dari jiran tetangga diketahui oleh lurah setempat yang dilegalisir.

(54)

3. Tanda Daftar Perusahaan

Ada pun dasar hukum tanda daftar perusahaan

a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahan (WDP).

b. Undang – Unadang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

c. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 37/MDAG/PER/9/2007 tentang penyelangaraan Pendaftaran Perusahaan.

d. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Retribusi izin usaha industri, perdagangan, Tanda Daftar Gudang/ruang dan TandaDaftar Perusahaan.

e. Peraturan Walikota Medan Nomor 36 Tahun 2010 tentang pendelegasian sebagian kewenangan proses dan penandatanganan Perizinan kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan.

(55)

Ada pun persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: a. Mengisih formulir permohonan.

b. Surat kuasa yang sah (apabila pendaftaran dilakukan bukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan tetapi diwakilkan kepada orang lain).

c. Foto copy kartu tanda penduduk pemilik, pengurus, penanggungjawab dan pemegang saham.

d. Foto copy NPWP pemilik atau NPWP perusahaan yang bersangkutan.

e. Foto copy izin usaha atau surat keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang yang dilegalisir.

f. Foto copy izin gangguan yang dilegalisir.

g. Bagi perusahaan yang berbentuk PT melampirkan foto copy Akte Pendirian dan perubahanan berserta foto copy pengesahaan dari Mentri Hukum dan HAM yang dilegalisir.

h. Bagi perusahaan berbentuk Koperasi melampirkan foto copy Akte pendirian dan perubahan beserta foto copy pengesahan dari Dinas Koperasi setempat atas nama Menteri yang dilegalisir.

i. Bagi perusahaan yang berbentuk CV melampirkan foto copy Akte Pendirian dan perubahan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri yang dilegalisir. j. Bagi perusahaan yang berbentuk Firma melampirkan foto copy Akte Pendirian

yang dilegalisir(apabila ada).

(56)

2) Foto copy surat penunjukan kantor cabang yang dilegalisir. 3) Foto copy NPWP kantor cabang.

l. Khusus pembaharuan melampirkan asli TDP dan pembaharuan/perpanjang yang terakhir.

4. Izin Gangguan Perusahaan Industri dan Bukan Industri

Ada pun dasar hukum Izin Gangguan Perusahaan Industri dan Bukan Industri

1. Peraturan menteri Dalam Negeri No.27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah.

2. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 22 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Gangguan.

3. Keputusan Walikota Medan Nomor 47 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota.

4. Peraturan Walikota Medan Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pendelegasian Sebagian kewenangan Proses dan Penandatanganan Perizinan kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan.

(57)

Ada pun persyaratan yang harus dipenuhi antara lain : 1. Mengisih surat permohonan.

2. Foto copy KTP pemilik atau penanggung jawab yang masih berlaku. 3. Pas photo penanggung jawab perusahaan berwarna ukuruan 3x4 sebanyak

3 lembar.

4. Foto copy NPWP pemilik/penanggung jawab atau NPWP perusahaan yanh bersangkutan.

5. Bagi perusahaan berbentuk PT melampirkan foto copy akte pendirian dan perubahan beserta foto copy pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang dilegalisir.

6. Bagi perusahaan berbentuk CV dan Fa melampirkan foto copy akte pendirian dan perubahan yang telah didaftarkan di pengadilan Negeri yang dilegalisir.

7. Bagi badan usaha yang berbentuk Koperasi melampirkan foto copy akte pendirian dan perubahan beserta foto copy pengesahaan dari Dinas Koperasi setempat atas nama Menteri.

8. Foto copy stastus kepemilikan tempat usaha yang dilegalisir(sewa/milik sendiri).

9. Foto copy SPPT dan buktui pembayaran pajak bumi dan bangguanan (PBB) tahun terakhir.

Khusus bagi perusahaan bukan industri :

(58)

b. Foto copy surat izin mendirikan bangunan (SIMB) yang kegiatan usahanya sesuai dengan peruntukan dilegalisir oleh instansi yang menerbitkan, kecuali bagi perusahaan industri kecil.

c. Rekomendasi dari Bappedalda Kota Medan untuk usaha industri yang wajib upaya pengelolahan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan (UKL/UPL), kecuali bagi perusahaan industri kecil.

5. Izin Pelataran Parkir

Adapun dasar hukum Izin Pelataran Parkir :

a. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, tempat khusus parkir dan perizinan pelataran parkir.

b. Peraturan Walikota Medan Nomor 7 Tahun 2010 tentang pendelegasian sebagian Kewenangan proses dan penandatanganan perizinan kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan.

Parkir adalah membentuk dan menempatkan kendaran bermotor atau kendaraan tidak bermotor dalam satu waktu tertentu ditempat parkir yang telah disediakan untuk itu. Pelataran parkir adalah penyediaan pelayanan tempat parkir yang disediakan oleh pihak ketiga dengan memungut bayaran.

Ada pun persayaratan permohonan izin baru dan perubahan : a. Foto copy KTP atau Penangguang jawab perusahaan.

b. Paspoto ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar berwarna.

(59)

1) Bagi perusahaan berbentuk PT melampirkan foto copy akte pendirian dan perubahan beserta foto copy pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang dilegalisir.

2) Bagi perusahaan berbentuk CV dan Fa melampirkan foto copy akte pendirian dan perubahan yang telah didaftarkan di pengadilan Negeri yang dilegalisir.

3) Bagi badan usaha yang berbentuk Koperasi melampirkan foto copy akte pendirian dan perubahan beserta foto copy pengesahaan dari Dinas Koperasi setempat atas nama Menteri yang dilegalisir.

d. Foto copy surat keterangan status tempat usaha (sewa/milik sendiri) yang dilegalisir.

e. Denah lokasi pelataran parkir yang ditandatangani oleh pemohon rangkap3 (tiga).

f. Bagi pelataran pakir gedung bertingkat dan gedung tertutup melampirkan foto copy surat izin mendirikan bangunan yang dilegalisir.

6. Izin Optik

Ada pun yang menjadi dasar hukum Izin Optik:

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.1424 /MENKES/SK/XI/2002 tentang pedoman penyelenggaraan Optikal.

(60)

3. Peraturan Walikota Medan No.7 Tahun 2010 tentang pendelegasian sebagian Kewenangan Proses dan Penandatangan perizinan kepada Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan.

<

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada fraksi basa metanol, kulit batang Litsea cordata sp telah berhasil diisolasi dua senyawa alkaloid

Panitia Nasional Sail Komodo Tahun 2013 diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, sekaligus merangkap sebagai Ketua Panitia Pengarah... Susunan keanggotaan

injection of relatively low doses of the kappa treatment of some types of pain with such a low m g / kg opioid agonists, nalbuphine (5 mg) or butorphanol (2 mg) dose of morphine

Membuat keputusan merupakan hal yang paling sulit, karena berada di pusat operasi tim dan membuka jendela jiwa tim, memberi indikator mengenai cara mendukung proses

Desain tampilan situs dibuat menggunakan PHP dan pemrograman menggunakan Edit Plus V 2.20 yang digunakan sebagai teks editor untuk mengetikan atau mengedit (merubah) skrip PHP dan

By the result that described above, we can conclude that the m ain structure played as the production zone in the Brady’s Hot Spring field is Brady’s fault which dip about

Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari,

Latar Belakang: Rooming in (rawat gabung) merupakan salah satu langkah dalam keberhasilan memberikan ASI Eksklusif pada awal kehidupan bayi. Tujuan: Penelitian