PERANAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN AKHLAK SISW A
DI RUMAH DAN KORELASINY A DEN GAN HASIL BELAJAR
BIDANG STUDI AKIDAH AKHLAK DI SEKOLAH
(Studi Kasus Siswa-Siswi Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Bogor)
Oleh
ERWIN MISBAHUDDIN
NIM : 0011017693
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Skripsi
Diaju:rnn kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syaral Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
ERWIN MISBAHUDDIN
NIM 0011017693
Dibawah bimbingan
ADA,M.A
NI . 150 231 356
Jurusan Pendidikan Agam Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Jan Kegurua'.1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
AKHLAK SIS WA DI RUMAH DAN KORELASINY A DENGAN HASIL
BELAJAR BIDANG STUDI AKIDAH AKHLAK DI SEKOLAH (Studi Kasus
Siswa-Siswi Madrasah Tsanawiyah Dami Ulum Bogor) telah diujikan dalam sidang
munaqasyal1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 11 Agustus 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Saijana Program Strata I (SI) pada Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
Jakarta, 11 Agustus 2004
Sidang Munaqasyah
k・エオセイオイエャャAァォ。ー@ Anggota, Sekretaris Merai1gkap Anggota
.,,-/
Prof. . . Salman I- run NIP. 150062568
Anggota:
puja dan puji serta syukur Allah SWT., terhadap diri-Nya sendiri Yang Maha Agung,
karena atas curahan rahmat dan inayah-Nyalah penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam semoga terlimpah ruah keharibaan baginda Nabi
besar Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang setia
mengikuti jejak langkahnya sampai akhir zaman.
Setelah memuji Allah SWT., dan bershalawat kepada Nabi Muhammad
SAW., penulis mengahaturkan terima kasih pula kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yaitu Bapak Prof. Dr. Salman
Harun
2. Kajur dan Seltjur Pendidikan Agama Islam Bapak Ors. H. Abdul Fattah
Wibisono, M.A dan Bapak Akhmad Sodiq, M.Ag.
3. Bapak Dr. Dede Rosyada, M.A, yang telah bersedia membimbing penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
4. Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Ciherangpondok beserta
staf-stafnya yang telah bersedia membantu penulis untuk mengadakan
penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini, di sekolah yang beliau pimpin.
6. Pengasuh pondok pesantren Manba'ul Ulum Cimande Bogor yaitu Al
Mukarrom KH. Iyan yang telah membimbing dan membekali penulis dengan
ilmu pengetahuan dalam mencapai keridhaan Allah SWT.
7. Pengasuh pondok pesantren As- Sulaiman Ciputat Tangerang yaitu Al
Mnkarrom KH. Bahruddin, S.Ag. yang telah membimbing dan membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan dalam mencapai keridhaan Allah SWT.
8. Ayah dan Ibunda tercinta yaitu Bapak H. Subandi dan Ibu Siti Jamilah Heryati
yang menjadi wasilah datangnya rahmat Allah SWT., kepada penulis berupa
ilmu pengetahuan
9. Para dosen fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terutama kepada Bapak Bapak Drs. H. Ghufron lhsan, M.A., !bu
lrham Nida, S.Ag, dan M. Furqon, S.Pd.J.
l 0. Kakak dan adikku tercinta, A Edi, teh Ela, teh Erna, Ka Ism et, Agus
Burhanuddin, Bertin Hermansyah, Syahrul Bachtiar, M. Farhan As-Sidik,
Lika Nurkamila, Wildan, Akmal, Ahmad Khudzaefi yang selalu mendoakan
dan memberikan support.
11. Rekan-rekan santri pondok pesantren Manba'ul Ulum Cimande Legok Bogor
khususnya, dan rekan-rekan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13. Bapak Beni dan keluarga di Yayasan Fathan Mubina Bogor
Demikian ucapan terima kasih dari penulis kepacla berbagai pihak yang telah
ikut serta membantu clalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT.,
senantiasa membalasnya dengan ganjaran yang berlipat gancla. Amin.
Hasbunallah Wani'mal Wakiil
Ni'ma/ Mau/a Wa Ni'man Naslziir
Walaa Hau/a Wa/aa Quwwata
Illa Billahil 'Aliyyil 'Azhiim
Jakarta, 11 Agustus 2004
DAFTAR JST. ... . VJ
DAFT AR TABEL... .. x ,j
BAB I.
13Al3 11.
PENDAHULUAN ... .
A. Latar Belakang Masalah ... .
B. Pembatasan Dan Pernmusan Masalah... .. 7
C. Tujuan Penelitian ... _... 7
D. Sistematika Penulisan ... _. _ . . . 8
KERJ\NGKA TEORI ··--··· ... . 10
A. Peranan Orang Tua... 10
1. Pengertian Peranan Orang Tua... 10
'J Bentuk-Bentuk Peranan Orang Tua... 11
3. Tugas-Tugas Orang Tua Terhadap Anak ... .'... .. 18
B. Pendidikan Akhlak... ... 26
1. Pengertian Pendidikan Akhlak... ... 26
2. Dasar Pendidikan Akhlak... ... 30
C. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak... 33
I. Akhlak Terhadap Allah SWT .. . . .. ... 33
2. 1\khlak 'rerhaJap Orang Tua... 34
BAB III.
E. Fungsi Akhlak... ... ... ... . . .. . . ... 41
F. Hasil Belajar... .. . . ... 42
1. Pengertian Hasil Belajar... ... 42
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar... ... 44
a. Faktor Internal... 44
b. F aktor Eksternal... . . . ... .. .. .. .. ... . ... ... ... . .. .. . . 44
G. Langkah-Langkah Yang Dapat Ditempuh Untuk Mendapat Hasil Belajar Yang Baik... 45
1. School Review... 45
2. Quality Assurance... 46
3. Quality Control. ... 47
4. Benchmarking ... 47
H. Kerangka Berpikir dan Kerangka Hipotesis ... 48
!. Kerangka Berpikir. ... 48
2. Kerangka Hipotesis ... , ... 49
METODOLOGI PENELITIAN ... 50
A. Met ode Penelitian Yang Digunakan ... 50
D. Populasi dan Sampel.. ... 53
I. Pengertian Populasi dan Sampel.. ... 53
2. Penelitian Sampel ... 54
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
1. Kuesioner atau Angket. ... 54
2. Studi Dokumenter Hasil Tes Guru Bidang Studi Akidah Akhlak ... 56
F. Teknik Analisis Data ... 56
I. Penentuan Bo bot Nilai Angket.. ... ···-···--·-··· 56
2. Analisa Statistika Variabel. ... ····-····-·-···-···-··-···-··· 57
3. Penentun Distribusi Frekuensi ... _ ... 58
4. Penggunaan Rumus Product Moment Angka Kasar Untuk Uji Korelasi ... ___ . _. _ ... _ .... ···-···--·--·--·--···· 58
a. Rumus Statistik Penghitungan Korelasi ... 58
b. Interpretasi Data ... 59
1. Pengujian Data ... 59
I. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum ... 61
2. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum ... 63
3. Keadaan Sarana clan Prasana Pendidikan Madrasah
Tsanawiyah Darul Ulum ... 63
4. U nsur-unsur Penyelenggara Pendidikan
Sekolah ... 66
B. Analisa clan Interpretasi Data ... 68
I. Tabulasi Data Perolehan Angket (variabel X) ... 68
2. Prosentase Dan lnterpretasi Masing-Masing Data Tabulasi
(Item Pertanyaan) ... 69
3. Distribusi Frekuensi Variabel X ... 76
4. Tabulasi Data Hasil/Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y) .... 78
5. Prosentase I-Iasil/Prestasi "Belajar Siswa-Siswi
(Variabel Y) ... 79
6. Distribusi Frekuensi V ariabel Y ... 79
[image:11.595.50.442.98.505.2]B. Saran... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 92
2. Membantu Untuk Memahami Akhlak... 69
3. Membantu memecahkan permasalahan pelajaran di sekolah... ... . .. ... ... 70
4. Membimbing anak... ... . . . .. . . .. ... ... ... ... .. . ... . .. ... ... ... .. . ... . . . ... ... ... .. 71
5. Memberi perhatian dan kasih saying... 72
6. Memberikan fasilitas berakhlak terpuji... ... 74
7. Distribusi Frekuensi Data Variabel X... ... . . .. .. .. .. .. .. ... 76
8. Tabel Hasil Bel ajar Siswa (Variabel Y)... 77
9. Hasil/Prestasi Belajar... .. 78
10. Distribusi frekuensi data variabel Y... 79
1 I. Uji korelasi antara variabel X dan variabel Y... . .. .. .. .. .. .. .. . . .. . .. . . .. .. 80
A. Latar Belak:p1g Masalah
Setiap guru pasti berkeinginan berhasil dalam melakukan tugasnya, demikian
iuga orang tua ingin agar anaknya berhasil dalam sekolahnya. Tetapi seorang guru kadang-kadang merasa gaga! dalam menolong anak didik, disebabkan oleh tidak
adanya bantuan dari orang tua atau wali murid.
Seorang guru bukan orang yang selalu berhasil, dan bukan seorang yang dapat
bekerja sendiriai'J, tetapi bantuan dari pihak lain masih tetap dibutuhkan. Pelayanan
bimbingan guru di sekolah tidak dapat lepas sama sekali dari bantuan orang tua
murid. Justru orang tua mempunyai peranan yang menentukan bagi keberhasilan
pertolongan yang diberikan oleh seorang pembimbing (guru). Pendidikan akhlak
sebagai salah satu pendidikan yang sangat penting bagi seorang anak adalah salah satu contoh pendidikan yang harus dilakukan oleh dua pihak yaitu guru di sekolah
dan orang tua di rumah.
Dalam hubungan dengan sekolah, orang tua mempunyai hak-hak dan
kewajiban penting yang perlu diakui oleh sekolah. Walaupun hak dan kewajiban itu
(untuk Indonesia) tidak merupakan ha! yang bersifat yuridis, akan tetapi pada prinsipnya, seorang pendidik mengerti dan merasa perlu untuk memberikan · hak itu
kepada orang tua, atau boleh juga dipandang sebagai kewajiban dari orang tua demi
disini ialah hak atau kewajiban untuk mengerti dan menenma atau kadang-kadang
juga menolak pelayanan yang ditawarkan oleh sekolah kepada anak atau orang tua.
Untuk memenuhi persoalan ini maka orang tua perlu diajak untuk:
a_ Memahami semua program pelayanan sekolah yang diberikan kepada anak didik, dan orang tua perlu melibatkan diri dalam usaha sekolah memberikan
pelayanan kepada anak
b. Mcngerti persoalan-persoalan yang dialami oleh anak-anak mereka
masmg-masmg seperti yang diketahui oleh sekolah, misalnya tentang:
kelemahan-kelemahannya, kelebihan-kelebihannya, kebutuhan-kebutuhan dan tingkah Jakunya.
c. Mengerti akan fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh sekolah kepada anak didik dalam memenuhi kebutuhannya.
d_ Merasa perlu bekerja sama dengan sekolah dalam menanggulangi
hambatan-hambatan yang mengganggu perkembangan anak didik_
e_ Mengerti dan memahami, bahwa tidak ada perbedaan pelayanan kepada anak
atas dasar diskriminasi, pembedaan pelayanan hanya didasarkan pada pemenuhan kebutuhan individual yang berbeda-beda 1.
Seperti yang telah dipaparkan diatas, bahwa orang tua mempunya1 peranan
yang sangat menentukan bagi keberhasilan pendidikan seorang anak, orang tua adalah
1 Kartini Kartono.
penentu paling dominan identitas seorang anak. Hal tersebut selaras dengan apa yang
diutarakan oleh Rosulullah SAW .. dalam sabdanya:
Artinya: Te/ah menceritakan kepada kami Hajib ibnu Al Walid telah menceritakan kepada kami 1\!Juhammad Jbnu Harb dari Az Zubaidiyyi dari Az Zuhriyyi telah memberitakan kepadaku Sa 'id ibnu Al Musayyab dari Abi Hurairah r.a., bahwasanya dia berkata telah bersabda Rosulullah SAW,: (Tidak/ah) riap bayi di/ahirkan kecuali dalam keadaan suci. Ayah (dan ibunyalah) kelak yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi" (HR. Muslim).
Orang tua (keluarga) menduduki tern pat terpenting bagi terbentuknya pribadi
anak secara keselurnhan yang akan dibawa sepanjang hidupnya. Orang tua
(keluarga)- !ah yang mula-mula memberi pendidikan, membentuk watak, pemberi
dasar warna keberagamaan, penanaman sifat, kebiasaan, hobi, cita-cita dan
b . 3
se agamya.
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka
anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan
anak tersebut.4 Oleh karena itu peran orang tua untuk menciptakan suasana yang
2
Abi Al Husain Muslim lbnu Al Hajjaj Al Qusyairi An Naisaburi, Shahih Muslim (Beirut: Dar Al Kitab Al Alamiyah, t.t), h. I 024
·3 Agus Sujanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1988), cet. Ke- 2, h.15
" Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Seka/ah, (Jakarta: CV Ruhama,
kondusip dalam keluarga berbanding lurus dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam berbagai bidang, terutama keberhasilan dalam bidang pendidikan anak,
terlebih lagi pendidikan akhlak. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang
memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak, sedang lingkungan sekitar dan
sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Oleh karena itu baik buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau
buruknya pertumbuhan kepribadian anak. 5 Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa keberhasilan pendidikan seorang anak tidak terlepas dari peranan orang tua
(keluarga) di rumah, walaupun lembaga-lembaga formal seperti sekolah
mengupayakan sedemikian rupa fasilitas pendidikan. Selain itu peranan orang tua
(keluarga) di rumah dalam mendidik seoarang anak lebih banyak dan lebih luang
dibandingkan dengan sekolah, karena waktu belajar di sekolah sangat terbatas.
Dengan waktu belajar di sekolah yang dibatasi dan cukup singkat, merupakan suatu ha! yang tidak mungkin untuk dapat menciptakan kepribadian (akhlak) yang baik
bagi seorang guru terhadap anak didiknya.
Kehidupan di era globalisasi sekarang ini tingkat kebutuhan manusia semakin
meningkat dan harus terpenuhi dengan segera, terutama bagi orang tua yang menjadi
tulang punggung keluarga untuk menanggung semua beban keluarga. Namun
demikian dampak-dampak negatif dari kondisi hidup seperti ini tidak dapat
dipungkiri keberadaannya.
5 Kartini Knrtono.
Pnto/ogi ,)'osia/ l!: Kenakalan l?e111aja, (Jakarta : PT Raja Grafindo, I 998).
Salah satu dampak negatif tersebut adalah terciptanya asumsi bahwa
pendidikan anak (akhlak) diserahkan sepenuhnya kepada sekolah, dengan sikap orang
tua yang mengabaikan pendidikan akhlak anaknya. Sementara itu, kurangnya
kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan akhlak bagi anak dewasa ini merupakan salah satu indikator timbulnya berbagai tindak penyimpangan dalam kehidupan remaja.6
Disamping itu peran serta orang tua (masyarakat) merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami perubahan yang merata. Hal
tersebut seperti yang telah diutarakan oleh Dr. E. Mulyasa, M. Pd., yaitu: sedikitnya
terdapat tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami perubahan yang merata antara lain; faktor pertama, kebijakan dan peneyelenggaraan pendidikan
nasional yang menggunakan pendekatan education prod11ctio11 .fi1ctio11 atau
i11p11t-011tp11t analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Faktor kedua,
penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik. Faktor
ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim.7
Faktor lain yang sangat penting seperti telah disinggung sebelumnya dalam menciptakan kepribadian yang baik atau akhlak yang baik adalah lingkungan
masyarakat sekitar, dimana seorang anak berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
G Ibid. h. 58
7
E. Mulyasa. J.:uriku/11111 Berbasis J.:ompe!ensi. (Bandung: PT Rcmaja Rosdakarya. 2002).
pelaksanaan pendidikan dan pengaJaran disekolah. Sekolah dan masyarakat pada pnns1pnya mempunyai hubungan timbal balik, sekolah menenma pengaruh
masyarakat, dan masyarakat dipengaruhi oleh hasil pendidikan sekolah.
Peran serta masyarakat menuntut diciptakannya hubungan atas dasar hubungan yang sama sebagai mitra pemerintah didalam menyelenggarakan
pendidikan dalam rangka memupuk kesadaran alas kewajiban mengabdi kepada
bangsa dan negara. Lebih jauh masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan
seluas-seluasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Keterlibatan ini diatur oleh undang-undang nomor 2 tahun 1989 pasal 47 dan peraturan pemerintah nomor 39 tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan
nasional.8
Dari uraian diatas, terbukti bahwa peranan orang tua tidak dapat dilepaskan
dalam pendidikan akhlak seorang anak, dan berbanding lurus dengan keberhasilan
mereka. Begitu pula peranan lingkungan masyarakat sekitar mempunyai pengaruh
yang sangat besar, yang tidak dapat diabaikan keberadaannya. Yang selanjutnya
adalah lingkungan pembelajaran atau sekolah yang juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pendidikan anak. Singkatnya, harmonisasi keluarga, dinamisasi positif
lingkungan masyarakat sekitar, dan pelayanan optimal sekolah dalam pendidikan
anak, akan menghasilkan produk pendidikan atau generasi-generasi yang berhasil dan
unggul dalam berbagai sektor kehidupan, salah satunya adalah unggul dalam bidang
8
Abdul Rach1nan Shalch, f)e11clidikan .·lgan1a dan J:eagan1aan, I ·;s;, .\Jisi, dan .-lksi. (Jak:1r1a:
moral (akhlak). Untuk itu penulis ingin membuktikan adakah peranan orang tua yang
signifikan dalam pendidikan akhlak anaknya di rumah dan korelasinya dengan hasil
belajar bidang studi akidah akhlak di kelas, melalui penelitian dengan judul "Peranan
Orang Tua Dalam Pendidikan Akhlak Siswa Di Rumah Dan Korelasinya Dengan
Hasil Belajar Bidang Studi Akidah Akhlak Di Sekolah; Studi Kasus Siswa/i Kelas 2
Madrasah Tsanawiyah Dami Ulum Ciherangpondok Bogor".
B. Pembatasan Dan Pcrumusan Masalah
Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah ingin membuktikan
adakah hubungan yang signifikan antara peranan orang tua di rumah dalam
pendidikan akhlak siswa dengan hasil belajar bidang studi akidah akhlak di sekolah.
Sedangkan perumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah korelasi
positif yang signifikan antara pendidikan akhlak siswa di rumah dengan basil belajar
bidang studi akidah akhlak di sekolah.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
I. Untuk membuktikan ada tidaknya korelasi yang signifikan antara
peranan orang tua di rumah dalam pendidikan akhlak siswa dengan hasil
belajar bidang studi akidah akhlak siswa kelas 2 Madrasah Tsanawiyah
Darul Ulum Ciherangpondok Bogor
Adapun manfaat dari penelitian ini antara Jain:
2. Untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya peranan orang tua
3. Untuk dapat mengidentifikasi dan meningkatkan hasil belajar yang
dicapai siswa kelas 2 MTs Darul Ulum Ciherangpondok Bogor
4. Bila diketahui dan terbukti terdapat korelasi yang signifikan antara
peranan orang tua di rumah dengan hasil belajar siswa di sekolah, maka
hasil penelitian ini akan diajukan kepada sekolah yang dijadikan tempat
penelitian agar membuat program kerjasama antara orang tua dan
sekolah yang lebih intensif.
5. Program tersebut dapat berbentuk pengadaan buku tugas harian siswa
yang diisi oleh orang tua untuk mengontrol perkembangan akhlak siswa
di rurnah secara langsung seperti yang telah dilakukan oleh beberapa
sekolah di kota-kota besar seperti sekolah Madrasah Pembangunan
Ciputat Jakarta.
D. Sistematika Pcnulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi m1, penulis menyusun sistematika
penulisannya kepada lima bab yaitu:
Bab satu Pendahuluan menjelaskan tentang: latar belakang masalah,
pernbatasan dan perurnusan rnasalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan
Bab dua kerangka teori menjelaskan tentang:
1. Peranan orang tua yang mencakup; pengertian peranan orang tua,
2. Pendiclikan akhlak mencakup; pengertian pendiclikan akhlak, macam-macam
akhlak tercliri clari; akhlak terpuji, akhlak tercela, faktor-faktor yang
mempengaruhi akhlak.
3. Hasil belajar yang menjelaskan tentang: pengertian hasil belajar, faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar, langkah-langkah yang dapat ditempuh
unh1k mendapat hasil belajar yang baik
Bab ketiga metodologi penelitian menjelaskan tentang: desain penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data.
Bab keempat hasil penelitian menjelaskan tentang: gambaran umum madrasah
tsanawiyah dam! ulum ciherangpondok bogor, deskripsi data, analisis data,
interpretasi hasil penelitian.
Bab kelima penutup menjelaskan tentang: kesimpulan dan saran
A. Permian Orang Tua
I. Pengertian Peranan Orang Tua
Dalam kamus besar bahasa Indonesia peranan diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. 9 Bila kata ini dirangkaikan dengan
kata benda atau susunan kata dalam suatu kalimat, akan mengalami perubahan arti
atau makna, yaitu arti atau makna yang lebih jelas dan terarah (terfokus). Lebih
jelasnya pada kata seseorang langsung diganti dengan pelaku peranan, dan yang
kedua pada kata peristiwa langsung diganti dengan kejadian atau peristiwa yang
sedang berlangsung. Bila kata peranan dirangkaikan dengan kata benda 'orang tua',
maka kata seseorang langsung diganti oleh kata orang tua yang berarti pelaku
peranan.
Dengan demikian peranan orang tua dapat diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan oleh orang tua dalam suatu peristiwa. Kaitannya dengan pembahasan ini
yaitu peranan orang tua terhadap anaknya di rumah dalam pendidikan akhlak.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa peranan orang tua terhadap anaknya dapat
diartikan sebagai sebuah tindakan (upaya) yang dilakukan oleh orang tua dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
9
Dcpartcn1cn Pcndidikan dan Kcbudayaan. 1....·a1n11s /3esnr /Jnhasa Indonesia. (Jakarta : Balai
Pustaka. 1995). cct. Kc-.J. cdisi kcdua. h. 751
2. Bentuk-Bentuk Peranan Orang Tua
Orang tua yang terdiri dari ibu dan ayah, keduanya memiliki peranan yang
sangat penting dalam pendidikan anak di rumah, namun peranan ibu dan ayah
berbeda satu sama Jain sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing. Orang tua
yang mendidik anak sejak kecil hingga dewasa baik fisik maupun psikis dibedakan
kepada tiga macam (bentuk), yaitu orang tua kandung (orang tua yang melahirkan),
orang tua angkat, dan orang tua asuh. Pada hakikatnya ketiga pembagian tersebut
tidak menjadi sebab terjadinya kemungkinan perbedaan dalam mendidik anak. Yang
membedakannya hanyalah faktor tertentu saja yaitu dalam diri orang tua.
Salah satu faktor yang membedakannya adalah aspek psikologis yaitu bila ia
orang tua kandung (orang tua yang melahirkan) akan mencurahkan seluruh perhatian,
kasih sayang, dan harapannya kepada anak dalam proses pertumbuhan anaknya
tersebut dengan dorongan psikologis yang murni atau psikologis fitri atau fitrah
seorang ibu (seluruh aspek emosional seorang ibu yang telah dianugerahkan oleh
sang pencipta) dari diri orang tua tanpa ada unsur pendorong lain (sebab lain). Lain
halnya dengan orang tua angkat, yang menjadi pendorong (motivasi) dalam mendidik
anak bagi orang tua angkat bukan aspek psikologis murni seperti halnya orang tua
kandung (orang tua yang melahirkan) melainkan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti adanya rasa empati terhadap seorang anak, sehingga menimbulkan
perasaan peduli untuk ikut berperan serta dalam mengarahkan (mendidik) anak
kepada kedewasaan baik fisik maupun psikis. Kepedulian tersebut dapat disebabkan
pendidikan, atau sebab yang lainnya. Faktor kedua dapat disebabkan oleh adanya
kebutuhan psikologis orang tua angkat yang diakibatkan oleh belum dikaruniai
seorang anak dalam menjalani hidup berumah tangga seperti halnya orang lain,
sehingga ia merasa memerlukan penghibur hati yaitu dengan hadirnya seorang anak
didalam rumah tangga.
Faktor tersebut diatas, dewasa ini banyak terjadi di Indonesia yaitu banyaknya
pasangan suami istri yang sulit memperoleh keturunan yang disebabkan oleh
kemandulan pihak suami atau istri, penyakit impotensi yang sangat parah bagi
seorang suami, adanya prediksi ahli (dokter) yang mengatakan dapat berakibat fatal
yang menyebabkan kematian misalnya, atau dampak negatif lainnya bagi seorang ibu
bila ia mengandung dan melahirkan anak, dan sebagainya.
Adapun orang tua asuh, tidak jauh bebeda dengan orang tua angkat dalam
mendidik seorang anak yaitu tidak adanya "faktor psikologis yang murni (psikologis
fitri atau fitrah seorang ibu)" yang menjadi pendorong dirinya untuk melakukan ha!
tersebut yaitu mendidik anak. Oleh karenanya terkadang mereka (orang tua asuh)
disebut sebagai orang yang mengadopsi anak orang lain. Dengan adanya perbedaan
dari aspek psikologis tersebut tentu dapat dirasakan perbedaannya bagi seorang anak,
terlebih lagi dalam upaya pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya terhadap
anak, kendatipun ketiga macam (bentuk) orang tua tersebut mempunyai tugas dan
langkah yang sama.
B. Bastian Tafal dalam bukunya "Pengangkatan Anak Menurut Hukum
orang tua angkat dan orang tua asuh dalam mengangkat seseorang menjadi anak
angkatnya, antara lain:
1. Pengangkatan anak itu merupakan sekedar pemeliharaan dalam hubungan kekeluargaan yang ditimbulkannya dan tidak melarang kemungkinan untuk
dinikahi oleh bapak angkat (bila anak angkat itu perempuan) atau dijadikan menantu dengan menikahkannya dengan anak kandung seperti banyak terjadi
pada umumnya di Aceh.
2. Hanya semata-mata untuk membantu orang tua s1 anak dalam
pemeliharaannya oleh karena orang tuanya tidak mampu atau karena alasan
lain. Setelah dewasa terkadang ada anak yang dipulangkan kepada orang
tuanya yang asli (orang tua kandung).
3. Mengangkat anak untuk memancmg suam1 isteri agar mend a pat at au
dikaruniai anak
4. Mengasihi atau menyayangi seseorang anak terlantar atau ingin membantu
orang tua yang tidak mampu mendidik anaknya, yang disebabkan oleh
kurangya pengetahuan dan pengalaman orang tua dalam dunia pendidikan
(keilmuan) karena tidak mengenyam pendidikan yang memadai dimasa
mudanya.10
10
B. B;Jstian Tafiti. fJengangkatan Anak J\!enurut fluk111u .·ldat S'erta .·lkibat-.·1kibat ffuku111n.va
Pada pembahasan ini, penulis membatasi peranan orang tua terhadap anaknya
dalam pendidikan pada orang tua kandung yaitu ibu dan bapak kandung atau orang
tua asli yang telah melahirkan anak. a. Peranan lbu
Pada umumnya dalam sebuah keluarga ibu adalah orang yang memegang peranan terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibu yang selalu
disampingnya, yang memberi makan dan minum, memelihara dan selalu bercampur
gaul dengan mereka. Hal ini menjadi salah satu penyebab banyak anak-anak Iebih
cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarganya yang Iain. Pendidikan
seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana
dan pandai mendidik anak-anaknya.
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga,
dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai sumber dan pemberi kasih sayang 2. Pengasuh dan pemelihara
3. Tempat mencurahkan isi hati
4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga 5. Pembimbing hubungan pribadi
6. Pendidikan dalam segi-segi emosional. 11
11
M. Ngali1n Punvanlo. J/Jnu Pendidiknn TeoriJis clan Praktis, (Bandung : PT Rc1naja
Hal senada tentang fungsi seorang ibu di rumah diutarakan pula oleh R. 1.
Suhartin. C, antara lain sebagai berikut :
1. Ibu (istri) sebagai pengatur ekonomi rumah tangga 2. !bu (istri) sebagai pemelihara kesehatan keluarga 3. lbu (istri) sebagai pendidik atau psikolog anak-anak
4. lbu (istri) sebagai orang yang bertanfgung jawab untuk menJaga kesehatan mental keluarga terutama anak. 1
Tugas seorang ibu dalam rumah tangga seperti dijelaskan diatas, sangat
penting keberadaannya terutama dalam ha! pendidikan anak dan merupakan sesuatu
yang mutlak harus ada, karena tanpa peran sertanya perkembangan potensi-potensi
anak tidak akan berkembang dengan baik, terlebih lagi potensi akhlak yang baik.
Tugas atau fungsi ibu sebagai pendidik atau psikolog anak seperti yang
terdapat pada poin ketiga diatas, telah digariskan oleh ajaran Islam, sebagai sebuah
fitrah yang dianugerahkan Allah SWT., kepada orang tua terutama seorang ibu.
Sebagaimana diketahui dengan jelas bahwa hati kedua orang tua secara fitrah
mencintai anak, mengakar dengan dalam dengan perasaan jiwa, emosi orang tua
terutama ibu untuk memelihara, mengasihi, mendidik, dan menyayangi, serta
memperhatikan berbagai urusannya.
Dengan demikian dapat diketahui daya limpahan emosional hati orang tua
terutama seorang ibu kepada anak begitu besar dan merupakan anugerah yang
-·
diberikan Allah SWT., kepadanya. Hal ini dimaksudkan agar orang tua (ibu) siap
untuk mendidik, memelihara, dan memperhatikan urusan dan kesejahteraan anak.
Allah SWT., berfirman:
Qセ@
"Artinya: (Tetaplah atm) fitrah Allah SW7'., yang te/ah menciptakan ma1111sia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada .fttrah Allah SWT".(QS: Ar Rum ayat 30).13
b. Peranan Ayah
Disamping ibu, ayah pun memegang peranan yang sangat penting dalam
keluarga terutama dalam pendidikan anak. Anak memandang ayahnya sebagai orang
yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan ayah terhadap pekerjaannya
sehari-hari sangat besar pengaruhnya kepada anak-anaknya. Adapun ditinjau dari
fungsi dan tugasnya sebagai ayah, peranannya dalam pendidikan anak adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai sumber kekuasaan di dalam keluarga
2. Sebagai penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar 3. Sebagai pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga
4. Sebagai pelindung terhadap ancaman dari luar
5. Sebagai hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan 6. Sebagai pendidik dalam segi-segi rasional. 14
Sementara R. I. Suhartin. C, membagi fungsi ayah dalam keluarga sebagai berikut :
1. Sebagai manajer atau pemimpin 2. Sebagai bapak
3. Sebagai gum
4. Sebagai penegak hukum 5. Sebagai kekasih bagi istri 15.
13
Abdullah Nashih Uhvan, Pendidikan . .-Jnak Afenurut lsla111; Pe1nelihnrnan Kesehalan Jill'a
Anak (Bandung: PT Rcmaja Rosdakarya. 1990). ccl. Kc-I. h. 20-23
1
·1 M. Ngali1n Pun\'Hnto, Jbnu Pendidikan 7'eoritis t!an Prak/is. op. cit .. IL 83
15
Sebagaimana halnya ibu, ayah memiliki peranan yang sangat penting dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain dalam tanggung jawabnya terhadap keluarga,
terutama dalam pendidikan anaknya. Dari uraian diatas tampak jelas anak
memperhatikan keberadaan ayahnya dan mencontoh (mengadopsi) gerak-geriknya
dalam keluarga.
Alex Sobur dalam bukunya "Komunikasi Orang Tua dan Anak", menyatakan
bahwa dari berbagai pengalaman para ahli maupun literatur membuktikan bahwa
peranan ayah dalam membentuk kepribadian anak sangat besar artinya. Sejak
Sigmund Freud mencanangkan teori psikoanalisis untuk pertama kalinya pada awal
abad ke-20, ia sudah menyatakan bahwa perkembangan kepribadian anak, khususnya
sewaktu balita sangat ditentukan oleh tokoh ayah. Ayah yang membentuk super-ego
anak. Ayah adalah tokoh identifikasi. Ayah merupakan tokoh otoriter yang sekaligus
di takuti dan dibutuhkan oleh anak.
Dalam pandangan anak-anak tokoh ayah dipandang sebagai laki-laki pertama
didunia ini yang dikenalnya secara lahir batin. Sejak mereka lahir, mereka merasakan
adanya figur laki-laki yang harus dipanggil bapak atau sebagai ayah sekaligus sebagai
tipe pertama yang dikenal. 16
· Tugas atau fungsi ibu dan ayah dalam keluarga terhadap pendidikan anaknya
di rumah berbeda satu sama lain seperti yang telah dipaparkan diatas. Peran ibu
(fungsi ibu) dalam keluarga terhadap pendidikan anaknya lebih mengarah kepada
aspek psikologis, seperti perasaan, rasa kasih sayang, rasa empati dan Jain
16
sebagainya, dan lebih mengarah kepada kesehatan mental atau jiwa anak, baik ketika
ibu sebagai pengatur ekonomi di rumah, sebagai pendidik atau psikolog anak, sebagai
penanggung jawab kesehatan mental keluarga, dan lain sebagainya. Sedangkan peran
atau fungsi ayah dalam keluarga dalam mendidik anak di rumah lebih kepada hal-hal
yang bersifat praktis, baik ketika posisinya sebagai penegak hukum di rumah, sebagai
manajer yang mengatur rumab tangga, sebagai guru, dan lain sebagainya. Terlebih
lagi ketokohan sang ayah yang menjadi contoh sebagai modal utama dan pertama
ketika sianak terjun kemasyarakat kelak diusia dewasa.
3. Tugas -Tugas Orang Tua Terhadap Anak
Dalam tuntunan syariat Islam tugas orang tua terhadap anak dapat
diklasifikasikan kedalam tiga bagian (tiga tahap). Pertama pranikah atau ketika orang
tua sebelum menjalin hubungan suami isteri (berkeluarga), kedua ketika anak berada
dalam kandungan ibu, dan ketiga ketika :o..c·rnk sudah dilahirkan hingga dewasa.
Tuntunan syariat Islam ini merupakan suatu pola hidup yang dapat
menyelamatkan umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya dari
berbagai dampak negatif yang akan timbul dalam kehidupan baik kehidupan dalam
sekup kecil yaitu keluarga«rfiaupun kehidupan dalam sekup besar yaitu masyarakat.
Selain keselamatan, yang dijanjikan oleh syariat bagi umat manusia pada
umumnya dan umat Islam pada khususnya, adalah kebabagiaan yang berbuah
a. Masa Pranikah A tau Sebelum Jv!anja!in Hubungan Suami Jsteri (berkeluarga)
Tuntunan syariat Islam mengajarkan kepada setiap manusia dalam ha! hidup
berkeluarga yaitu perhitungan dan perencanaan yang sangat matang sehingga tidak
menimbulkan kerugian-kerugian yang mungkin terjadi setelah pernikahan
dilaksanakan. Islam memberikan berbagai syarat dan ketentuan bagi orang tua
sebelum berkeluarga. Karena keluarga merupakan wadab yang akan mendidik anak
sampai umur tertentu yang disebut balig-berakal (dewasa). 17
Syarat-syarat pembentukan keluarga terdapat didalam Alquran antara lain:
I. Larangan menikah dengan wanita yang dalam hubungan darah dan kerabat
tertentu, 18 terdapat dalam surat An-Nisa ayat 22, yang berbunyi:
Artinya : "Dan jangan!ah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, lerkecua!i pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan ilu amal keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk )a/an (yang ditempuh). 19
Larangan tersebut sesua1 dengan penelitian para ahli genetika bahwa bila
terjadi pekawinan yang masih ada hubungan darah yang berarti pula akan
bercampurnya dua sel darah yang sam,·. maka akan mendatangkan dampak negatip
yaitu penumpuk<:.'1 gen yang sejenis, karena manusia mewariskan sifat-sifat
genetikanya melalui darah. Dampak negatip tersebut berupa postur tubuh atau rangka
17
Zakiah Daradjat, Pendidika11 /s/an1 Da/run Keluarga dan Sekolah, (Jakarta CV
Ruhmna,1995), eel. Ke-2, h. 41 1
' Ibid
19
yang abnormal yang disebut brakidaktili dan jiwa yang tidak normal, seperti cebol,
anemia, berjari lebih dari kebiasaan pada jari tangan (enam jari), cacat mental, dan lain-lainw Contoh lain adalah khorea Huntington yang menyebabkan degenerasi fisik dan mental dan mungkin kematian. Penyakit ini tidak tampak sebelum individual mencapai usia reproduksi. Ia berpeluang 50% mengidap penyakit ini sehingga dilema
apakah punya anak atau tidak akan dialaminya. 21
2. Larangan Menikah Dengan Orang Yang Berbeda Agama.22
Larangan menikah dengan orang yang berbeda agama terdapat dalam Alquran
surat Al Baqarah ayat 221 yang berbunyi:
セ@ _,---:11 ャセGスj@ セiI@ J :S
_r;..,.
i f fr"- ;;.;...y
a...'JJ if); Cs> 0l5' _r.\I ャセGZOj@o _}-'ilJ 4.;;l,.I Jl_y..t; Jii1J.JUI JI 0
r-4
ill
JIセiI@
J .:.l_r;..,.
i f fr"- i fケセ@
Jly J; Cs>(\ \ \: o
_;JI) 0 J.?° セ@ セ@ U'W .._,,1 セj@ .,;)\,Artinya: "Dan jangan!ah kam11 nikahi wanita-wanita musyrik sebe/11111 mereka beriman. Ses11ngg11hnya ll'anita b11dak yang 1111/min !ebih baik dari wanita 11111syrik wa!a11p1111 dia menarik hatim11. Dan jangan!ah kam11 menikahkan orang-orang 11111;,yrik (dengan wanita-wanita 11111'111in) sebe/11111 mereka beriman. Ses11ngg11hnya orang b11dak mu'min !ebih baik dari orang 11111syrik wa!a11p1111 dia menarik hatim11. Mereka mengajak ke neraka sedangkan A!!ah mengajak ke s11rga dan amp11nan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada mereka s11paya mereka mengambi! pelajaran. (QS Al Baqarah
ayat 221).23
::t) Anna. C. Pai; Dasar-/)asar Genetika. (Alih Bahasa : Muchidin Apandi), (Jakarta
Erlangga. 1992). eel. Kc-2. cdisi 2, h. 71-72
21 Ursula Goodenough. Genetika. (Alih Bahasa : SocnC1rto Adisoe1narto). (J;:1kar1a : Erlangg<L
1988). h. 155
:::: Zakiah Daradjat. Pendidikan Jslan1 J)a/0111 Ke/uarga dan .S'ekolnh. foe. cit.. h. 41
Dengan demikian maha benar Allah dengan firman-Nya yang melarang seorang muslim untuk menikah dengan seorang kafir. Larangan tersebut ternyata mengandung hikmah yang luar biasa dan sangat bermanfaat bagi umat manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada khususnya. Hikmah tersebut adalah terhindarnya
keluarga (suami istri) dari kehancuran dalam berumah tangga yang disebabkan oleh
adanya perbedaan yang prinsipil antara suami dan istri sebagai akibat dari perbedaan
agama tersebut. Misalnya seorang mu slim ( suami) akan sangat berbeda dengan
pasangannya (istri) yang kristen (kafir) dalam mengatur rumah tangga atau
menciptakan rumah tangga yang hamonis, terlebih Iagi dalam mendidik anak. la akan
mendidik anaknya untuk mengabdi kepada Allah SWT., dengan mengesakan-Nya
sementara pasangannya yang kristen (kafir) akan mengajarkan sebaliknya.
Seorang muslim akan mengajarkan anak untuk berakhlak baik kepada Allah
SWT., dengan tauhidullah (mengesakan-Nya). Hal tersebut senada dengan apa yang
diutarakan oleh M. Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah SWT.,
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah SWT. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji, demikian agung sifat tersebut sehingga jangankan
manusia malaikatpun tidak akan sanggup menjangkaunya. 24 3. Larangan Menikah Dengan Orang Yang Berzina. 25
Larangan menikah dengan orang yang berzina terdapat dalam surat An Nur
ayat 3 yang berbunyi:
Arlinya: "Laki-/aki yang berzina lidak mengawini melai11ka11 peremp11a11 yang berzi11a, a/au perempuan musyrik, dan perempuan yang berzina lidak dikawini me/ainkan oleh laki-/aki yang berzina a/au !aki-/aki yang musyrik dan yang demikian i/11 diharamkan bagi ora11g-orang yang berima11 (QS. An Nur ayal 3). 26
Para ilmuwan dan agamawan menegaskan bahwa orang tua berpotensi
mewariskan kepada anak cucunya sifat-sifat jasmaniyah dan rohaniah melalui gen
yang mereka miliki, seperti yang tersebut pada pembahasan sebelumnya. Dalam
bahasa hadits, Nabi Muhammad SAW., menamai gen dengan " 'irq" ( J _;JI ). Beliau
berpesan kepada laki-laki agar berhati-hati dalam memilih tempat untuk menaburkan
benih yang mengandung gen, karena al 'irq dassaas (gen ilu sedemikian keci/ da11
/ersemb1111yi 11amu11 memberi pengarnh kepada kelunman). Hal inilah yang menjadi
salah satu penyebab mengapa Alquran melarang seorang muslim yang baik untuk
menikah dengan wanita musyrik atau pezina dan ini pula latar belakang peringatan
Nabi Muhammad SAW., tersebut.27
Dampak negatip yang akan timbul dari seorang pezina adalah benih-benih
penyakit, diantara benih penyakit tersebut yang sampai sekarang fenomenal ada!ah
penyakit kelamin (HIV/AIDS) yang telah merenggut nyawa manusia dan belum
26
Dcpc1rtc1ncn Aga1na R. l. .. ·llquran clan TerjeJ11ah, op cit., h. 543
ditemukan obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit tersebut, begitu
pula mematikan virus berbahaya tersebut.
b. Ketika Anak Dalam Kand11nga11
Allah SWT., telah mengajarkan kepada manusia (hamba-hamba-Nya) melalui
Al Quran dalam ha! mendidik anak yang masih berada dalam kandungan, yaitu
diawali dengan memohon atau berdoa kepada-Nya, agar dikaruniai anak yang shaleh
sebagai penenteram hati.28 Doa tersebut terdapat dalam surat Al Furqan ayat 74 yang
berbunyi:
Artinya : Dan orang-orang yang berkata : "Ya T11ha11 kami, a1111gerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyena11g ha ti (kami) dan jadika11/ah kami imam bagi ora11g-ara11g yang bertakwa. (QS. Al F11rqa11 ayat 7-1/9
Doa adalah upaya untuk mendapatkan ketenangan batin (jiwa) dan untuk
menumbuhkan sikap optimis, yang sangat bermanfaat bagi seorang ibu yang sedang
mengandung untuk kesehatan janinnya, karena ketenangan batin (jiwa) dan sikap
optimis akan menghantarkan pesan-pesan positif yang disalurkan oleh
pembuluh-pembuluh yang bersabung kejanin (jabang bayi). Ketenangan batin (jiwa) juga
merupakan salah satu penentu terciptanya mental yang sehat seorang anak. Berdoa
berarti berdzikir kepada Allah SWT., dan berdzikir kepada-Nya akan 、ゥ。セ・イゥゥィゥ@
ketenangan sebagaiman firman-Nya dalam surat Ar Ra'd ayat 28 yang berbunyi:
:-s Zakinh Daradjat. Pentlidikan ls/run Dala111 Keluarr:.a dan .S'eko/ah. op cil., h. 43
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. lngatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (QS. Ar Ra'd ayat 28)
c. Ketika Anak Telah Lahir Hingga Dewasa
Tugas pokok orang tua terhadap anaknya yang telah lahir dan tumbuh menjadi
seorang dewasa telah diajarkan oleh Rosulullah SAW., dalam haditsnya. Dan tugas
tersebut merupakan hak seorang anak terhadap orang tuanya yang hams dipenuhi.
Adapun hadits Rosulullah SAW., tersebut antara lain:
Artinya: "Anas mengatakan bahwa Rosulullah SAW, bersabda: Anak itu pada hari ketujuh dari ke/ahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi namanya dan disingkirkan dari segala kotoran-kotoran. jika ia telah berumur 6 tahun ia dididik beradab susi/a, jika ia telah berumur 9 tahzm dipisahkan tempal tidurnya dan jika telah berumur 13 tahun dipukul agar mau shalat (diharuskan). bila ia tel ah berumur 16 tahun boleh dikawinkan, sete/ah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan mengatakan : "Saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan kepada Allah SWT., dari fitnahan:fitnahan di dunia dan siksaan diakhirat"(HR. Abu Syeikh) 30
30
Artinya : "Hak anak atas orang tua bahwa ia (orang tua) menamainya dengan nama yang baik dan memperhalus budi pekertinya (HR. Al Baihaqi).31
Dalam hadits tersebut jelas sekali bahwa tugas pertama orang tua setelah anak
dilahirkan kealam dunia ini, yaitu memberi nama yang baik (bagus). Nama yang baik
adalah salah satu bentuk doa (harapan) kepada Allah SWT., agar anak menjadi
seorang yang sesuai dengan namanya tersebut. Dengan demikian orang tua
memberikan nama yang baik (bagus) adalah sebagai sebuah harapan positip bagi
seorang anak dikemudian hari setelah ia lepas dari tanggung jawabnya yaitu setelah
dewasa. Dan yang kedua adalah mendidik anak agar beradab yang baik, yang berarti
pula mendidik anak agar berakhlak yang mulia, baik dalam kehidupan berkeluarga,
terlebih lagi dalam kehidupan bermasyarakat.
' I\ . ' I
( '-""" ) c-" y. )
Artinya : "Hak anak atas orang tua ia (orang tua) menga1arznya menu/is, herenang. melempar senjala, don tidak memherinya rizki kecuali yang baik (HR. Hakim, Tirmidzi, Abu Syaikh, dan Baihaqi).32
" lbnu Hanizah Al Husaini Al Hanali Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud (Alih Bahasa : M. Suwarta Wijaya. B.A, dan Zafrullah Salim) (Jakarta : Kalam Mulia, 1996), cet. Ke-I, h. 307
Tugas selanjutya bagi orang tua adalah mengajari anak agar pandai menulis,
yang berarti pula mendidiknya (anak) agar berilmu pengetahuan, karena menulis merupakan salah satu prasarana ilmu yang digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan.
Hadits tesebut diatas, tentunya dapat diartikan bahwa Rosul SAW., memerintahkan agar orang tua mendidik anak untuk berilmu pengetahuan, baik dilakukan dengan sendiri ataupun diserahkan tanggung jawab pendidikan tersebut kepada orang lain
(guru) bila ia (orang tua) tidak bisa mendidiknya (anak). Dan guru pada masa
sekarang ada di berbagai sarana pendidikan seperti sekolah, pesantren atau ャ・ュ「。ァ。セ@
lembaga lainnya, yang akan mendidik mereka (anak) sesuai dengan tujuan pendidikan
tersebut yaitu anak menjadi seorang yang dewasa dalam berbagai bidang, baik fisik maupun psikis dengan ilmu pengetahuan.
B. Pendidikan Akhlak
I. Pengertian Pendidikan Akhlak
lstilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe"
clan akhiran "kan", mengandung arti "perbuatan, ha!, cara, dan sebagainya".33 Dalam
kamus besar bahasa Indonesia pendiclikan diartikan dengan proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses perbuatan, cara mendidik. 34
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu paedogogie, yang
berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa Arab istilah ini
:u Ra1nayulis. l/J11u J)endidika11 Js/a111. (Jakarta : Kala1n Mulia. l 998). eel. Kc-2. h. I
senng diterjemahkan dengan "tarbiyah" ( セ[@ ) yang berarti pendidikan. Didalam
Islam ada dua kata yang dipakai untuk pendidikan yaitu tarbiyah dan ta'dib. Keduanya mempunyai perbedaan yang mencolok. Menurut Naguib Al Attas, tarbiyah
secara semantik tidak khusus ditujukan untuk mendidik manusia, tetapi dapat pula dipakai pada spesies lain, seperti mineral, tanaman, dan hewan. Selain itu tarbiyah
berkonotasi material ia mengandung arti mengasuh, menanggung memberi makan,
mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah pertumbuhan,
membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakkan. 35
Sementara kata ta'dib mengacu pada pengertian pengetahuan ('ilm),
pengajaran (ta'lim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Oleh karenanya ta'dib lebih
tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan Islam. lbnu Mazhur mencatat akar
kata tarbiyah dari kata rabba (
y
J ) dan rabbaa ( 4J ). Kata Ashma'i kata itumengandung arti yang sama. Al Jauhari mengatakan bahwa tarbiyah dan beberapa
bentuk lain yang disebutkan Ashma'i berarti memberi makan, memelihara, mengasuh,
yakni dari kata ghadza atau ghadzw ( Iii. dan Ji<. ) makna ini mengacu kepada
segala sesuatu yang tumbuh, seperti anak, tanaman, dan sebagainya.36 Penggunaan
pengertian itu dalam Al Quran terdapat dalam surat Al Isra ayat 24 yang berbunyi:
35
Shed Muhammad Naquib Al Alias. Konsep Pendidiknn Dnln111 Js/n111. (Alih Bahasa: Haidar Bagir) (Bandung: mゥコ。ョNQYXセIN@ h.66
36
Arti11ya : "Dan re11dahka11/ah dirimu terhadap mereka berdua de11ga11 penuh kesaya11ga11 dan ucapkan/ah; "Wahai T11ha11k11, kasihilah mereka ked11a11ya, sebagaimana mereka berdua te!ah me11didik aku waktu keci!
'7
(QS. A I lsra ayat 2-1). J
Secara terminologi arti pendidikan di utarakan oleh beberapa orang ahli
kependidikan antara lain:
Menurut M. Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk
membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik
baik dalam bentuk pendidikan formil dan non formil. 38
Menurut Ramayulis, pendidikan adalah segala usaha orang dewasa pergaulan
dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah
kedewasaan.39
Sedangkan menurut I. L. Pasaribu, pendidikan adalah usaha yang dilakukan
dengan sengaJa, sistematis untuk mendorong, membantu serta membimbing
seseorang dalam mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri pada
kualitas yang lebih tinggi.40
Mengacu kepada tiga pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah upaya untuk memberikan bimbingan yang dilakukan oleh
.F Dcpar1c1ncn Aga1na Isla1n R. I., .-1/quran t!an Terje111ah, op. cir .. h . .+28
38
M. Ari fin. flubungan 'fiJnba/ Batik Penc/i(/ikan Agnu1a Di Lingkungan ,)ekolah clan /(1u11ah.
(Jakana: Bulan Binlang. 1978). eel. Kc-.J. h. 14
J9 Ra1nayulis. foe. cit .. h. l
seseorang terhadap orang lain dengan sengaJa dalarn perkernbangan jasrnani dan
rohaninya dengan pendidikan forrnil dan nonforrnil.
Sedangkan kata akhlak adalah bentuk jarnak dari kata khulk
(J---1>-).
KhulkHセI@ didalarn karnus rnunjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku a tau tabiat. 41
Dalarn karnus besar bahasa Indonesia akhlak berarti budi pekerti, kelakuan. 42 Sedangkan didalarn ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi
pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral), yaitu kelakuan baik yang
merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap
. 43
sesarna rnanusia.
Adapun pengertian akhlak menurut beberapa orang ahli pendidikan akhlak antara lain:
Menurut Imam Al Ghazali dalarn bukunya lhya Ulurnuddin;
<,).)
J;:;
J
1;;.,,. G.-pi:- if,--; J;J ft--!J
w
-y 1.J..i..a;i+-<';;_,.,,_., 1.J セQ@ci;;_;,..,
y•
.J L,PJ1L
t;3. h. :-2
Arti11ya : ''Akh/ak adalah s11a/11 keadaa11 a/au s[fal yang ter1a11am da/am jiwa, yang me11imb11/ka11 segala perb11a/a11 yang m11dah da11 gampang /anpa dipikirkan dan diperlimba11gka11 /agi".'"
Menurut lbnu Maskawaih, akhlak adalah:
·11 Luis Ma'luf. Km1111s Al-M1111jitl. (Beirut: Al-Mathba'ah Al-Katulikiyah. t.t.), h. 1994
.c Dcpartc1ncn Pcndidikan dan Kcbudayaan, Ka11111s Besar Bahasa fn{fonesia, op. cit .. h. J 7
·Ll As1naran. As. J>engantar 5'11uli ,:Jkhlak (Jnkarta : PT Raja Grafindo Pcrsada. 2002). eel. Kc-.
Arli11ya : "Keadaa11 jiwa yang selalu me11doro11g ma1111sia
berbual, tanpa memikirka1111ya". '5
Menurut Abu Bakar Aceh, bahwa akhlak adalah suatu sikap yang di gerakkan oleh jiwa yang rnenirnbulkan tindakan dan perbuatan rnanusia baik terhadap Tuhan
rnaupun sesarna rnanusia serta terhadap diri sendiri. 46
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak adalah kondisi jiwa
seseorang yang rnendorongnya rnelakukan suatu perbuatan secara spontan dan tidak
dibuat-buat serta tanpa rnernerlukan pernikiran sebelurnnya. Bila kondisi jiwa tersebut
rnendorong seseorang berbuat baik rnenurut syariat dan akal sehat maka ia dinamakan
akhlak baik (rnulia) dan sebaliknya bila kondisi tersebut rnendorong seseorang
berbuat sesuatu yang buruk (tercela) menurut syariat dan aka! sehat maka ia disebut akhlak jelek (buruk).
Dengan dernikian pendidikan akhlak adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
pendidik dalam rnengembangkan potensi akhlak terpuji seorang anak dengan cara
dibimbing dan diarahkan menuju akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur) sesuai
syariat dan akal sehat.
2. Dasar Pendidikan Akhlak
Dasar pendidikan akhlak dalam Islam bersumber pada Al Quran dan Al
Hadits Rosulullah SAW. Adapun dasar pendidikan akhlak dalam Al Quran.
·" Mahjudin. J.:u/iah.·lkhlak J'asmrnf. (Jakarta: Kalam Mulia. 1991). h. 3
Dalam surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
Artinya : "Ses1111gg11hnya le/ah ada pada (diri) Rosu/111/ah itu suri te/ada11 yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) A I/ah dan (kedatanga11) hari kiamat da11 dia ba11yak me11gingat A I/ah
(QS. Al Ahzab ayat 21). 47
Dalam surat Al Qalam ayat 4 yang berbunyi:
Artinya : "Dan ses1111gg11hnya kamu (Muhammad) be11ar-benar berbudi
pekerti yang agung (QS. Al Qa!am ayat ./).48
Selain pribadi Rosul SAW., sendiri yang menjadi teladan akhlak, tata krama
keluarganyapun menjadi teladan, seperti adab dan sopan santun dalam keluarga. Hal
ini disebabkan karena Allah SWT., telah mengatur adab dan sopan santun keluarga
beliau.
Adapun ayat Al Quran yang berkenaan dengan itu terdapat dalam surat Al
Ahzab ayat 33 yang berbunyi :
Artinya : "Dan hendak/ah kamu tetap dimmahmu da11 ja11gan/ah kamu berhias dan bertingkah /aku seperti orang-ora11gjahiliyah yang dahu/11 don dirika11/ah shalat, t1111aika11/ah zakat da11 taati/ah A I/ah da11 Rosul-Nya. Ses11ngg11h11ya Allah bermaksud he11dak me11ghi/a11gka11 dosa dari
.p Dcpartc1ncn Aga1na R. I. ... J/quran dan '/'e1jen1nh. op. cil.. h. 670
kamu hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya (QS. Al Ahzab ayat 33). 49
Perintah Allah pada ayat diatas tidak hanya ditujukan bagi istri (keluarga)
Rosul SAW., saja, namun berlaku bagi seluruh kaum muslimin muslimat.
lain:
Adapun hadits Rosul SAW., yang menjadi dasar pendidikan akhlak antara
Artinya : "Rosul SAW, bersabda: (bahwasanya) aku diutus untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak (HR. Ahmad, Hakim, dan
Baihaqi).50
Dalarn riwayat hadits yang lain beliau bersabda:
Artinya: "Abdullah bin Amr bin Al 'Ash r.a., berkata Rosulullah SAW, bukan seorang yang keji mulut dan kelakuan (nya). Bahkan Nabi SAW, bersabda: "Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik akhlak (budi pekertinya) (HR. Bukhari dan Muslim). 51
Selanjutnya Nabi SAW., juga mengatakan bahwa yang paling sempurna iman
seseorang adalah mereka yang memiliki budi pekerti yang luhur, sebagaimana sabda
beliau yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi yaitu:
49
Ibid, h. 672
50
Asmaran. As, Pengantar Studi Akh!ak, op. cit., h. 58
51
Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a., berkata : bersabda Rosulullah SAW.: "Orang Mukmin yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi pekertinya, dan sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap isterinya (HR. At- Tirmidzi). 52
C. Ruang Lingkup Pcndidikan Akhlak
Secara garis bcsar ruang lingkup pendidikan akhlak yang diajarkan di
Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum terdiri dari dua bagian yaitu akhlak terhadap
Allah SWT., (khalik) yang mencakup akhlak mahmudah kepada Allah SWT., akhlak
madzmumah kepada Allah SWT., mengimani sifat wajib dan sifat mustahil bagi
Allah SWT., dan yang kedua akhlak terhadap makhluk yang meliputi akhlak terhadap
tetangga dan guru, akhlak terhadap makhluk Allah SWT., selain manusia.53 Pada
pembahasan ruang lingkup pendidikan akhlak ini, penjelasan yang dipaparkan tidak
terbatas kepada buku pegangan Akidah Akhlak untuk madrasah tsanawiyah dari
Departemen Agama Republik Indonesia, akan tetapi di tambah dengan
sumber-sumber lain yang relevan dengan pembahasan ini.
l. Akhiok Terhudup Al/uh SIFT
Akhlak terhadap Allah SWT., dapat diartikan sebagai sikap tunduk dan patuh
seorang hamba (manusia) dengan segenap jiwa dan raga kepada-Nya dalam
51
Abi Zakariya Muhyiddin Yahyan Na\vawi, RZl'adhus Shalihin (Surabaya: Oarul llmi, t.t), h.
304
;; Departemen Agama RI, Buku Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Ke/as 2,
kehidupan sehari-hari. Sikap tunduk dan patuh tersebut terkumpul dalam satu kata
yaitu takwa yakni menjalankan segala perintah-Nya (baik secara terpaksa atau tidak
terpaksa) dan menjauhi segala larangan-Nya (baik yang disukai maupun yang tidak).
Bertakwa merupakan perintah Allah SWT., yang harus dilaksanakan, karena hanya
dengan bertakwa seseorang akan mendapatkan jaminan kehidupan yang bahagia dan
mendapatkan pahala diakhirat. Firman Allah SWT., tentang perintah bertakwa dan
balasan diakhirat bagi orang yang bertakwa terdapat dalam surat Az Zurnar ayat I 0
yang berbunyi:
Artinya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman,
bertakwalah kepada Tuhan-mu. " Orang-orang yang berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesunguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan
·4 pahala mereka tanpa batas (Q.S. Az Zumar ayat 1
O)'
Dengan demikian jelaslah bahwa akhlak terhadap Allah SWT., adalah suatu
keharusan (kewajiban) dan juga merupakan perbuatan utama yang harus didahulukan
sebelum yang lainnya, karena Allah SWT., lebih berhak atas akhlak baik manusia
thamba-NYa), kendatipun Allah SWT., tidak akan pernah membutuhkan pengabdian
manusia tapi pengabdian manusia tersebut berpulang kepada dirinya sendiri yaitu
manfaat yang akan timbul kemudian berupa pahala (ganjaran) yang diberikan Allah
54
2. Akhlak Terhadap Orang Tua
Berakhlak terpuji kepada orang tua adalah suatu ketetapan (perintah) yang
telah diwajibkan oleh Allah SWT., kepada umat Islam baik laki-laki maupun
perempuan melalui firman-Nya dalam Al Quran, dan ketetapan Rosul SAW., dalam
sabdanya (hadits). Adapun ayat Al Quran dan hadits yang menyatakan tentang itu
adalah:
Artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia {berbuat baik) kepada orang !bu Bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang !bu Bapakmu, hanya kepada-Ku !ah kembalimu" (QS. Luqman aya1 l 4) 55
Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Datang/ah seseorang kepada Nabi SAW, dan bertanya siapakah yang berhak aku layani sebaik-baiknya? Jawab Nabi SAW, lbumu. Kemudian siapa? Jawab Nabi: Ibumu. Kemudian siapa? Jawab Nabi : Jbumu. Lalu siapa lagi? Jawab Nabi : Ayahmu (HR. Bukhari Muslim)
5§ Departemen Agama R. I., Alquran dan Terjemah, op. cit., h.654
56
3. Akh!ak Terhadap Tetangga
Berakhlak mulia kepada sesama manusia terutama tetangga, merupakan
perintah Rosulullah SAW. Hadits beliau yang menyatakan tentang itu adalah:
l?'-
yMセ@
.f"' }II i _,,J1J 2ii1 t; i fY-
0L:) i fJu
i <..!"' 2ii1 Jr)Ju
=
2ii1<?
)o .r-/' Y.1y-
_,
Artinya : "Abu Hurairah r.a. berkata bersabda Nabi SAW, "Barang siapa percaya kepada Allah SWT., dan hari kemudian hendaklah ia tidak mengganggu tetangganya. Dan barang siapa yang percaya kepada Allah SWT., dan hari kemudian hendaklah ia menghormati tamunya. Dan barang siapa percaya kepada Allah SWT., dan ha!i kemudian hendaklah ia berkata baik atau diam (HR. Bukhari Muslim).07
Dalam hadits yang lain Rosulullah SAW., menyatakan bahwa keimanan
seseorang menjadi taruhan, apakah ia benar-benar beriman atau tidak dan selama
tetangganya aman dari gangguannya. Adapun hadits tersebut adalah:
i f
J;;
! i f J; 'YセQj@
i f J; 'YセQ⦅L@
c.r
J! 'YセQj@
Ju
i <..!"' "'"--;.)1 01=
lii1<?
)o
.r-/'Y.'
y-
JArtinya: "Abu Hurairah r.a. berkata : "Bersabda Na bi SAW, demi Allah tidak beriman. demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman. Ditanya, siapakah ya Rosulullah? Jawab Nabi SAW, orang yang tidak aman tetangganya dari gangguannya" (HR. Bukhari Muslim).58
3. Akhlak Terhadap Guru
Guru adalah salah satu wasilah (perantara) datangnya ilmu pengetahuan.
Dengan adanya ilmu pengetahuan pada diri seseorang maka akan mudahlah ia
57
Ibid., h. 279
menjalani kehidupan didunia ini. Hal ini disebabkan karena sifat ilmu seperti sebuah
lampu penerang dikegelapan malam yang dapat menerangi jalan yang sedang dilalui.
Dengan ilmu pula akan datang rahmat Allah SWT., kepada manusia, karena ilmu
yang diridhai-Nya akan menghantarkan manusia kepada kebahagiaan yang tiada tara
yaitu mendapatkan curahan rahmat-Nya yang melimpah ruah baik di dunia maupun
diakhirat berupa kenikmatan surgawi. Oleh karena itu ilmu adalah suatu anugerah
dari Allah SWT., yang harus dipelihara dan dimuliakan ( dihormati). Karena
memuliakan ilmu adalah suatu keharusan maka menghormati wasilah (perantara)
datangnya ilmu adalah sebuah keutamaan yang harus dilakukan.
Nabi Muhammad SAW., memberikan perumpamaan dalam hadits bahwa
orang alim atau ulama (guru) dimuka bumi ini adalah seperti bintang-bintang yang
dijadikan petunjuk. Bila ia redup maka pemakai jalan tersebut akan tersesat.
Ar1i11ya : Dari A11as bi11 A1alik r.a., berkata : Ros11/11/lah SAW., bersabda: "bahwasanya perumpamaa11 11/ama dimuka b11mi ilu ada/ah bagaika11 bi11/a11g-hi11/a11g ya11g me11jadi pe/1111j11k kege/apa11 baik didara/ ma11p1111 di/au/. Oleh kare11a11ya bi/a bi11/a11g-bi11/a11g i/11 red11p hampir-hampir para pemakai pel1111j11k il11 /ersesa/ (HR. Ahmad). 59
-I. Akhiok Terhadap Li11gk1111ga11 Se/ai11 Ma1111sia
Manusia dalam kehidupannya sehari-hari telah ditakdirkan oleh Allah SWT.,
akan ketergantungannya kepada alam, yang disebut dengan sunnatullah. Bila alam
59 Mus!ih Shabir. -100 //adils /)iii/Jan
'f'e111ang .. /J.-idah, Nsセカ。イゥ Q。ィ@ clan Akhlak. (Bandung: PT
mengalami kerusakan maka secara otomatis manusia akan mengalami kerugian yang sangat besar. Namun pada kenyataannya manusia banyak yang tidak menyadari bahkan mungkin tidak mau menyadari pentingnya alam bagi eksistensinya didunia
ini. Hal ini dapat disaksikan dari banyak terjadinya kerusakan didarat, laut dan udara yang diakibatkan oleh ulah tangan manusia sendiri. Adanya ulah pengrusakan oleh tangan manusia ini terhadap alam sekitarnya, disebabkan oleh tidak adanya akhlak
terpuji pada diri manusia, karena bila akhlak terpuji ada pada diri seseorang tidak
mungkin ia melakukan pengrusakan, sedangkan akhlak terpuji adalah perbuatan yang
selalu mengarah kepada kebaikan. Termasuk akhlak terpuji adalah mengelola,
menjaga, dan mengembangkan potensi alam sekitar sesuai dengan tuntunan dan
batasan syariat agama, untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan
kehidupan pribadi.
Allah SWT., menyatakan dalam firman-Nya bahwa kerusakan yang terjadi
didarat, laut dan udara adalah akibat ulah tangan manusia sendiri tersebut dalam surat
Ar Rum ayat 41 yang berbunyi:
Artinya : "Te/ah tampak kemsakan didarat dan di /au/ disebabkan karena perbuatan ta11gc111 manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sehagian dari (akibat) perbuata11 mereka, agar mereka kembali (keja/a11 yang benm)" (Q.S. Ar Rum ayat -11). 60
60
Walaupun telah jelas peringatan Allah SWT., seperti tersebut pada ayat diatas,
manusia tetap saja selalu berbuat kerusakan yang dengan tegas dilarang dan selalu
mengelak dengan alasan yang mengada-ada seperti orang munafik. Sifat dan
perbuatan orang munafik diterangkan oleh Allah SWT., dalam surat Al-Baqarah ayat
11 dan 12 yang berbunyi:
Artinya: "Dan apahila dikatakan kepada mereka; ".ja11ga11/ah kamu memh11at kerusakan dim11ka h11mi. Mereka menjawah; "ses11