• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Bahan Organik pada Piringan Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Populasi Cacing Tanahdan Ketersediaan Hara N, P, K.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Bahan Organik pada Piringan Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Populasi Cacing Tanahdan Ketersediaan Hara N, P, K."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA PIRINGAN KELAPA

SAWIT UNTUK MENINGKATKAN POPULASI CACING

TANAHDANKETERSEDIAAN HARA N, P, K

SKRIPSI

Oleh :

NUR ULINA W SEBAYANG 110301050

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA PIRINGAN KELAPA

SAWIT UNTUK MENINGKATKAN POPULASI CACING

TANAH DAN KETERSEDIAAN HARA N, P, K

SKRIPSI

Oleh :

NUR ULINA W SEBAYANG 110301050 / ILMU TANAH

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Aplikasi Bahan Organik pada Piringan Kelapa Sawit untuk Meningkatkan Populasi Cacing Tanahdan Ketersediaan Hara N, P, K.

Nama : Nur Ulina W Sebayang NIM : 110301050

Departemen : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina M.Sc.

Ketua Anggota

Mariani Sembiring, SP., MP

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

NUR ULINA WARNISYAH SEBAYANG : Aplikasi Bahan Organik Pada Piringan Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Populasi Cacing Tanah dan Ketersediaan Hara N,P,K, dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc dan Mariani Sembiring, SP., MP.

Cacing tanah, makrofauna yang memerlukan bahan organik sebagai sumber makanan dan memiliki peranan yang penting untuk kesuburan tanah dan lingkungan.Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa populasi cacing tanah di piringan kelapa sawit umumnya lebih rendah dibandingkan di gawangan kelapa sawit, hal ini disebabkan karena umumnya pemeliharaan piringan kelapa sawit dilakukan dengan membersihkan gulma serta serasah tanaman yang berada di areal piringan kelapa sawit dengan tujuan untuk memudahkan menentukan kriteria pemanenan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh aplikasi berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi dan interaksi keduanya terhadap populasi cacing tanah dan ketersediaan hara N, P, K. Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Sei Pancur, Tanjung Morawa, Medan pada Maret – September 2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor I adalah jenis bahan organik terdiri dari 5 perlakuan : tanpa bahan organik (B0); serasah tanaman (B1); TKKS cacah (B2);

serasah tanaman + inokulum Trichoderma harzianum (B3) dan TKKS cacah +

inokulum T. harzianum (B4). Faktor II adalah cara aplikasi bahan organik terdiri

dari 3 perlakuan : sebar merata selapis di piringan (C1); ditumpuk di sekeliling

batang kelapa sawit (C2), dan diletakkan 200 cm dari batang kelapa sawit (pinggir

piringan) (C3). Parameter yang diamati antara lain kadar air tanah, bulk density,

pH tanah, N total, P tersedia, K-dd, C organik, populasi cacing tanah dan populasi mikroorganisme tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik berpengaruh sangat nyata meningkatkan P tersedia tanah, K tukar tanah, C organik tanah.populasi cacing dan populasi mikroba. Cara aplikasi berpengaruh sangat nyata meningkatkan P tersedia, populasi cacing dan mikroba, dan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata meningkatkan P tersedia tanah, populasi cacing dan mikroba. Cara diletakkan di pinggir piringan lebih dominan memperbaiki sifat fisik,kimia dan biologi tanah, pengaruh bahan organik berbeda di setiap parameter.

(5)

ABSTRACT

NUR ULINA WARNISYAH SEBAYANG : Application of Organic Material in Weeded Circle to Increase Earthworm Populations and Nutrients Availability of N,P,K, supervised by Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc and Mariani Sembiring, SP., MP.

Earthworm is macrofauna that requires organic material as a food source and contributes to soil fertility and environment improvement.

In several studies, earthworm populations under the oil palm cutting frond heaps was higher than on the open surface soil or weeded circle because generally sanitation of oil palm served to clearing weeds and litter for facilitate to determine characteristic of harvesting. The objectives of this study were : (i) to find out the best application various types of organic materials, mode of applications and the relationship among interaction of both to increase earthworm populations and nutrients availability of N,P,K. The present study was conducted in Sei Pancur Plantation, Tanjung Morawa, Medan in March - September 2015. The design used in study is Randomized Design Group (RAK) factorial consisting of two factorials. The first is various types of organic materials consisting of 5 treatments : without organic matter (B0) ; litter (B1) ; empty fruit bunches palm oil (TKKS)

(B2) ; litter + T.harzianum (B3) ; and TKKS + T.harzianum (B4). The second is

mode of application consisting of 3 treatments : evenly spread a layer (C1) ;

stacked around the rod (C2) ; and stacked in 200 cm from the rod (edge of

weeded circle) (C3). From the result obtained that application of organic materials

significantly affect to increase phosphate available, exchangeable K in soil, earthworm populations and microorganisme populations and organic carbon. Mode of applications significantly affect to increase phosphate available,earthworm populations and microorganisme populations and the relationship among interaction of both significantly affect to increase phosphate available, earthworm populations and microorganisme populations. Stacked in 200 cm from the rod (edge of weeded circle) was dominant to repaired soil physical-chemical and biology, effect of organic materials was varied at the all parameters.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nur Ulina Warnisyah Sebayang dilahirkan di Pangkalan Berandan, 10 Juli 1993.Anak pertama dari satu bersaudara, putri dari Ayahanda H. Ir. Suardi Sebayang dan Ibunda Hj.Roslina Sembiring, BSc.

Penulis menamatkan pendidikan di SMA Negeri 1 Babalan pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan Fakultas Pertanian Program Studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama bulan Juli hingga Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di perkebunan kelapa sawit PT. Anglo Estern Plantation Blangkahan Estate.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Aplikasi Bahan Organik Pada Piringan Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Populasi Cacing Tanah dan Ketersediaan Hara

N,P,K”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda Ir. Suardi Sebayang dan Ibunda Roslina Sembiring, BSc yang telah mendidik dan membesarkan penulis, kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Mariani Sembiring, SP, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dan kepada Ibu Nujul Hizri, SP, MP dan Bapak Fandi Hidayat, SP sebagai pembimbing dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Juga rasa terimakasih kepada teman-teman Ilmu Tanah 2011 yang pernah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(8)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Piringan Kelapa Sawit... 4

Bahan Organik ... 5

Serasah Tanaman ... 9

Peranan Serasah Tanaman ... 11

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)... 13

Peranan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ... 14

Trichoderma harzianum... 15

Biologi Trichoderma harzianum ... 15

Peran dan Aplikasi Trichoderma harzianum ... 17

Cacing Tanah ... 19

Biologi Cacing Tanah ... 19

Ekologi Cacing Tanah ... 21

Peranan Cacing Tanah ... 23

Mikroorganisme Tanah ... 25

(9)

Metodologi Penelitian ... 34

PELAKSANAAN PENELITIAN Survei ke Lapangan ... 36

Sensus Tanaman ... 36

Pemberian Tanda pada Tanaman Sampel ... 37

Persiapan Inokulum T.harzianum ...37

Persiapan Bahan Organik ... 38

Apliaksi B.Organik dan Inokulum T.harzianum ... 38

Pengamatan Cacing Tanah ... 38

Pengambilan Sampel Tanah ... 39

Analisis Parameter ... 39

Kadar Air Tanah (%) ... 40

Bulk Density (g/cm3) ... 40

Analisis C-Organik (%)... 40

Analisis N Total (%) ... 40

Analisis P Tersedia (ppm) ... 40

Analisis K-dd Tanah(me/100 g) ... 41

pH H2O (1 : 2,5) ... 41

Perhitungan Populasi Cacing Tanah (ind/m2) ... 41

Perhitungan Jumlah Mikroorganisme Tanah ... 41

Parameter Penelitian ... 42

Analisis Sifat Fisik Tanah ... 42

Analisis Sifat Kimia Tanah ... 42

Analisis Sifat Biologi Tanah ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Mikroorganisme Tanah ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Radius Piringan Menurut Umur Tanaman... 5

Tabel 2. Rataan Nilai Bulk Density Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 43

Tabel 3. Rataan Nilai Kadar Air Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 44

Tabel 4. Rataan Nilai Reaksi Tanah (pH H2O) terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 45

Tabel 5. Rataan Nilai C Organik Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 46

Tabel 6. Rataan Nilai N Total Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 47

Tabel 7. Rataan Nilai N Total Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 48

Tabel 8. Rataan Nilai K Tukar Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 49

Tabel 9. Rataan Nilai Populasi Cacing Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya... 50

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Pengambilan Sampel Pada Piringan ... 41

Gambar 2. Grafik BD Tanah akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit ... 54

Gambar 3. Grafik Kadar Air Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit . 56 Gambar 4. Grafik Reaksi Tanah (pH H2O) akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit ... 58

Gambar 5. Grafik C Organik Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit . 60 Gambar 6. Grafik N Total Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit . 62 Gambar 7. Grafik P Tersedia Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit . 64 Gambar 8. Grafik K tukar Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit . 66 Gambar 9. Populasi Cacing Tanah Cara Disebar Merata Selapis ... 70

Gambar 10. Populasi Cacing Tanah dengan Cara Ditumpuk di sekeliling Batang .... 70

Gambar 11. Populasi Cacing Tanah dengan Cara Diletakkan di Pinggir Piringan .... 71

Gambar 12. Grafik Mikroba Tanah Akibat Aplikasi Akibat Aplikasi Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi Berbeda Pada Piringan Kelapa Sawit ... 72

Gambar 13a. Biakan T.harzianum pada media PDB cair ... 124

Gambar 13b. Sterilisasai beras yang disimpan pada plastik anti panas dilapisi aluminium foil dengan autoklaf ... 124

Gambar 13c. Pembiakan T.harzianum yang telah dihomogenkan dengan media PDB cair yang disemprot ke dalam beras steril ... 124

Gambar 14a. Inkubasi T.harzianum pada media biakan beras ... 124

Gambar 14b. Inokulum T.harzianum media biakan beras setelah 1 minggu ... 124

Gambar 15. Pencacahan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ... 125

Gambar 16. Pemberian Tanda Pada Pohon Sampel dengan Cat Minyak ... 125

Gambar 17a. Proses Menyebarkan TKKS Cacah Secara Merata Selapis Pada Piringan Kelapa Sawit ... 125

(12)

yang Didapatkan Dijadikan Dosis untuk Perlakuan dengan TKKS ... 125

Gambar 18a. Proses Menyebarkan Serasah Tanaman Secara Merata Selapis pada Piringan Kelapa Sawit ... 126

Gambar 18b. Proses Penimbangan Bobot Serasah Tanaman Setelah Disebarkan, Bobot Yang Didapatkan Dijadikan Dosis Untuk Perlakuan Dengan Serasah Tanaman ... 126

Gambar 19a. TKKS Cacah disebar Merata Selapis ... 126

Gambar 19b. TKKS Cacah Ditumpuk di Sekeliling Batang ... 126

Gambar 19c. TKKS Cacah Diletakkan di Pinggir Piringan ... 126

Gambar 20. Inokulum T.Harzianum pada Media Biakan Beras Yang Akan ditaburkan Dengan Bahan Organik Pada Piringan Kelapa Sawit. ... 126

Gambar 21a. Serasah disebar Merata Selapis ... 127

Gambar 21b. Serasah ditumpuk di Sekeliling Batang ... 127

Gambar 21c. Serasah diletakkan di Pinggir Piringan. ... 127

Gambar 22. Penghitungan Populasi Cacing Tanah dengan Bingkai (25cm x 25cm) Metode Hand sorting ... 127

Gambar 23a. Pengambilan Sampel Tanah Untuk Populasi Mikroba Tanah ... 127

Gambar 23b. Sampel Mikroba Tanah Disimpan Dalam Box Es ... 127

Gambar 23c. Pengenceran Tanah 10 d dengan Air Steril 90 ml ... 127

Gambar 23d. Pengenceran sampai 10-7 ... 127

Gambar 23e. Isolasi Mikroba dengan Media Nutrient Agar ... 127

Gambar 23f. Penghitungan Koloni Mikroba Tanah dengan Colony Counter ... 127

Gambar 24a. Analisa Kadar Air Tanah (%) ... 128

Gambar 24b. Analisa Bulk density Tanah (g/cm3) ... 128

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Analisis Awal Bahan Organik... 82

Lampiran 2. Hasil Analisis Awal Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah ... 82

Lampiran 3. Dosis Pemupukan Kelapa Sawit Semester I di Perkebunan Kelapa Sawit PPKS Sei Pancur, Tanjung Morawa ... 82

Lampiran 4. Data Pengamatan Populasi Cacing Tanah (ind/m2) pada 2 MSA ... 83

(13)

Lampiran 6. Data Pengamatan Populasi Cacing Tanah (ind/m2) pada 3

Lampiran 14. Data Pengamatan Populasi Mikroorganisme Tanah (CFU/ml) Pada Faktor Pengenceran 10-7 ... 88

Lampiran 26. Data Pengamatan P Tersedia Tanah (ppm) ... 94

Lampiran 27. Tabel Sidik Ragam ... 94

Lampiran 28. Data Pengamatan K Tukar Tanah (me/100 g) ... 95

Lampiran 29. Tabel Sidik Ragam ... 95

Lampiran 30. Kriteria Penilaian Kandungan Hara Dalam Tanah ... 96

(14)

ABSTRAK

NUR ULINA WARNISYAH SEBAYANG : Aplikasi Bahan Organik Pada Piringan Kelapa Sawit Untuk Meningkatkan Populasi Cacing Tanah dan Ketersediaan Hara N,P,K, dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc dan Mariani Sembiring, SP., MP.

Cacing tanah, makrofauna yang memerlukan bahan organik sebagai sumber makanan dan memiliki peranan yang penting untuk kesuburan tanah dan lingkungan.Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa populasi cacing tanah di piringan kelapa sawit umumnya lebih rendah dibandingkan di gawangan kelapa sawit, hal ini disebabkan karena umumnya pemeliharaan piringan kelapa sawit dilakukan dengan membersihkan gulma serta serasah tanaman yang berada di areal piringan kelapa sawit dengan tujuan untuk memudahkan menentukan kriteria pemanenan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh aplikasi berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi dan interaksi keduanya terhadap populasi cacing tanah dan ketersediaan hara N, P, K. Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Sei Pancur, Tanjung Morawa, Medan pada Maret – September 2015. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor I adalah jenis bahan organik terdiri dari 5 perlakuan : tanpa bahan organik (B0); serasah tanaman (B1); TKKS cacah (B2);

serasah tanaman + inokulum Trichoderma harzianum (B3) dan TKKS cacah +

inokulum T. harzianum (B4). Faktor II adalah cara aplikasi bahan organik terdiri

dari 3 perlakuan : sebar merata selapis di piringan (C1); ditumpuk di sekeliling

batang kelapa sawit (C2), dan diletakkan 200 cm dari batang kelapa sawit (pinggir

piringan) (C3). Parameter yang diamati antara lain kadar air tanah, bulk density,

pH tanah, N total, P tersedia, K-dd, C organik, populasi cacing tanah dan populasi mikroorganisme tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan organik berpengaruh sangat nyata meningkatkan P tersedia tanah, K tukar tanah, C organik tanah.populasi cacing dan populasi mikroba. Cara aplikasi berpengaruh sangat nyata meningkatkan P tersedia, populasi cacing dan mikroba, dan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata meningkatkan P tersedia tanah, populasi cacing dan mikroba. Cara diletakkan di pinggir piringan lebih dominan memperbaiki sifat fisik,kimia dan biologi tanah, pengaruh bahan organik berbeda di setiap parameter.

(15)

ABSTRACT

NUR ULINA WARNISYAH SEBAYANG : Application of Organic Material in Weeded Circle to Increase Earthworm Populations and Nutrients Availability of N,P,K, supervised by Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, MSc and Mariani Sembiring, SP., MP.

Earthworm is macrofauna that requires organic material as a food source and contributes to soil fertility and environment improvement.

In several studies, earthworm populations under the oil palm cutting frond heaps was higher than on the open surface soil or weeded circle because generally sanitation of oil palm served to clearing weeds and litter for facilitate to determine characteristic of harvesting. The objectives of this study were : (i) to find out the best application various types of organic materials, mode of applications and the relationship among interaction of both to increase earthworm populations and nutrients availability of N,P,K. The present study was conducted in Sei Pancur Plantation, Tanjung Morawa, Medan in March - September 2015. The design used in study is Randomized Design Group (RAK) factorial consisting of two factorials. The first is various types of organic materials consisting of 5 treatments : without organic matter (B0) ; litter (B1) ; empty fruit bunches palm oil (TKKS)

(B2) ; litter + T.harzianum (B3) ; and TKKS + T.harzianum (B4). The second is

mode of application consisting of 3 treatments : evenly spread a layer (C1) ;

stacked around the rod (C2) ; and stacked in 200 cm from the rod (edge of

weeded circle) (C3). From the result obtained that application of organic materials

significantly affect to increase phosphate available, exchangeable K in soil, earthworm populations and microorganisme populations and organic carbon. Mode of applications significantly affect to increase phosphate available,earthworm populations and microorganisme populations and the relationship among interaction of both significantly affect to increase phosphate available, earthworm populations and microorganisme populations. Stacked in 200 cm from the rod (edge of weeded circle) was dominant to repaired soil physical-chemical and biology, effect of organic materials was varied at the all parameters.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

(17)

sebesar 50.894 ribu ton, sementara Malaysia 40,26%, Thailand 2,78%, Nigeria 2,03%, dan Colombia 1,80%. Perkebunan kelapa sawit paling luas berada di Sumatera terutama di provinsi Riau, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.

Dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit, piringan disekitar tanaman kelapa sawit biasanya harus tetap bersih.Namun, hal tersebut justru berdampak negatif pada populasi makrofauna di daerah rhizosfer kelapa sawit, terutama cacing tanah. Menurut penelitian Sabrina et al (2009 ; 2011) populasi cacing tanah lebih tinggi di bawah tumpukan pakis kelapa sawit (di daerah gawangan) dibandingkan dengan permukaan tanah yang terbuka maupun dalam piringan kelapa sawit.

Cacing tanah merupakan organisme tanah yang memiliki peranan penting pada pertumbuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti peranannya terhadap ketersediaan hara di dalam tanah, meningkatkan dan menstabilkan suplai hara tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, meningkatkan porositas tanah, dll. Secara ekologi cacing tanah memiliki keuntungan yaitu sifat antimikrobia pada lendir di permukaan tubuh cacing tanah. Menurut hasil penelitian di luar negri didapat informasi awal mengenai sifat antimikrobial cacing tanah yang menyatakan bahwa cacing tanah menghasilkan zat pengendali bakteri bernama lumbricin, lumbricin mempunyai aktifitas antimikroba berspektrum luas yang dapat menghambat bakteri gram negatif, bakteri gram positif dan beberapa fungi (Damayanti et al, 2009).

(18)

penyubur tanah.Sumber makanan cacing tanah adalah bahan organik.Bahan orgnaik merupakan residu sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung unsur hara dan juga dapat memperbaiki sifat - sifat tanah.Fungsi bahan organik dan cacing tanah sejalan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah baik fisiki, kimia dan biologi tanah.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan aplikasi bahan organik yaitu serasah tanaman dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) pada piringan kelapa sawit dengan berbagai cara yakni disebar secara merata selapis, ditumpuk di sekeliling batang kelapa sawit, dan diletakkan 200 cm dari batang kelapa sawit (di pinggir piringan) yang diharapkan dapat meningkatkan populasi makrofauna tanah terutama cacing tanah, sehingga cacing tanah dapat memberi kontribusi besar dalam memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah terutama membantu meningkatkan ketersediaan hara makro seperti N, P, dan K. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis bahan organik terhadap populasi cacing tanah dan ketersediaan hara N, P, K pada piringan kelapa sawit.

2. Untuk mengetahui pengaruh cara aplikasi terhadap populasi cacing tanah dan ketersediaan hara N, P, K pada piringan kelapa sawit.

3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi pemberian jenis bahan organik dan cara aplikasinya terhadap populasi cacing tanah dan ketersediaan hara N, P, K pada piringan kelapa sawit.

Hipotesis Penelitian

(19)

2. Cara aplikasi berbagai jenis bahan organik berpengaruh terhadap peningkatan populasi cacing tanah dan ketersediaan hara N, P, K pada piringan kelapa sawit.

3. Interaksi antara jenis bahan organik dan cara aplikasi bahan organik berpengaruh terhadap peningkatan populasi cacing tanah dan ketersediaan hara N, P, K pada piringan kelapa sawit.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan dapat mendukung implementasi pertanian berkelanjutan serta sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

TINJAUAN PUSTAKA

Piringan Kelapa Sawit

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

(21)

pohon. Pohon yang digunakan untuk penelitian berjumlah 236 pohon, dengan 191 sebagai pohon border dan 45 sebagai pohon sampel.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bahan organik yaitu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) dan serasah tanaman, media Potato Dextrose Broth(PDB), media

Nutrient Agar, inokulumT. harzianum, kapas, aluminium foil, clingwarp, plastik

bening, label, tali plastik, dan bahan-bahan kimia untuk kebutuhan analisis.

Alat yang digunakan adalah bingkai sampling (25cm x 25cm), pH meter, oven, colony counter, magnetic stirer, meteran, ring sample, cangkul, bor tanah, erlenmeyer, timbangan, autoklaf, LAF (Laminar Air Flow) dan perlengkapan untuk menganalisa tanah lainnya.

Metodologi Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuanyaitu:

Faktor I : Jenis bahan organik (B) dengan 5 taraf perlakuan yaitu : B0 : Tanpa bahan organik

B1 : Serasah tanaman (20 kg/pohon)

B2 : Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) (30 kg/pohon)

B3 : Serasah + Inokulum Trichoderma harzianum (20 kg + 20 g/pohon)

B4 : TKS + Inokulum Trichoderma harzianum (30 kg + 30 g/pohon)

Faktor II : Cara aplikasi bahan organik (C) dengan 3 taraf yaitu : C1 : Sebar merata selapis

C2 : Ditumpuk disekeliling batang kelapa sawit

(22)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 15 kombinasi yaitu : - B0C1 - B1C1 - B2C1 - B3C1 - B4C1

- B0C2 - B1C2 - B2C2 - B3C2 - B4C2

- B0C3 - B1C3 - B2C3 - B3C3 - B4C3

dengan 3 ulangan, maka diperoleh 45 unit percobaan. Metode Analisa Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam model linier sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ) jk + εijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan blok dengan perlakuan jenis bahan organik dan cara aplikasi bahan organik.

μ = Nilai tengah perlakuan. ρi = Pengaruh blok.

αj = Pengaruh jenis bahan organikfaktor perlakuan.

βk = Pengaruh perlakuan cara aplikasi bahan organikdari faktor perlakuan. (αβ)jk = Pengaruh interaksi antara jenis bahan organik dan cara aplikasi bahan

organik.

∑ijk = Faktor galat percobaan.

Data dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) untuk setiap parameter yang diukur dan diuji lanjutan pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) dengan taraf 5%.

PELAKSANAAN PENELITIAN

(23)

1 III Survei dimulai dengan melakukan penentuan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian yakni di Perkebunan Sei Pancur, Tanjung Morawa, Medan. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang memiliki topografi yang datar. Tanaman yang akan dijadikan tanaman sampel memiliki kriteria :

- Umur tanaman dan varietas harus seragam (sama) - Tanaman tidak terserang hama dan penyakit - Tidak dekat dengan sumber air

Sensus Tanaman

Sensus tanaman dilakukan pada pagi hari untuk menghitung total jumlah tanaman yang ada pada suatu blok agar mengetahui jumlah tanaman yang hidup dan jumlah tanaman yang mati atau sakit. Sensus dilakukan dengan menggambarkan peta sensus tanaman kelapa sawit pada kertas khusus, tanaman hidup dan tanaman mati atau sakit diberi simbol yang berbeda.Setelah sensus selesai dilakukan, pemilihan tanaman border dan tanaman sampel dapat dilakukan dengan berpedoman pada peta sensus.

Pemberian Tanda Pada Tanaman sampel

(24)

1 merupakan nomor perlakuan yang sudah diketahui peneliti misalnya B0C1 dan III merupakan nomor ulangan yang merupakan ulangan ketiga.

Persiapan Inokulum Trichoderma harzianum

Pembuatan media PDB (Potato Dextrose Broth) cair dilakukan dengan mengekstrak kentang 500 gram yang dicampur dengan glukosa (C6H12O6)

sebanyak 20 gram, disimpan pada wadah erlenmeyer 250 mL, kemudian disterilkan dengan autoklaf. Setelah media didinginkan, dilanjutkan dengan proses inokulasi Trichoderma harzianum dengan jarum ose di LAF pada media PDB. Dalam 1 mL isolat mengandung 43 x 106CFU/mL.Isolat didapatkan dari Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Setelah inokulum Trichoderma harzianum diperbanyak pada media PDB, dilakukan proses penghalusan dengan alat blender dan dimasukkan ke dalam hand

sprayer untuk disemprotkan pada media beras yang sudah disterilisasi sebanyak 5

kg dan diinkubasi selama beberapa minggu.

Dosis inokulum Trichoderma harzianum yang digunakan untuk serasah tanaman adalah 20 gram/pohon, untuk TKS adalah 30 g/pohon. Dosis ini didapatkan dari dosis bahan organik.

Persiapan Bahan Organik

(25)

kg/pohon. Dilakukan analisis awal serasah tanaman dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) meliputi pH, Kadar air (%), C-Organik (%), N total (%), C/N, P2O5 (%) dan K2O (%).

Aplikasi B. Organik dan Inokulum T. harzianum

Dilakukan aplikasi bahan organik dan Trichoderma harzianum di piringan kelapa sawit sesuai dengan perlakuan masing - masing dengan menyebarkan bahan organik yakni TKS dan serasah tanaman dengan dosis yang telah didapatkan sedangkan untuk perlakuan kontrol, piringan dibersihkan dari

serasah-serasah lainnya agar didapatkan hasil yang maksimal. Aplikasi inokulum

T. harzianum dilakukan bersamaan dengan aplikasi bahan organik sesuai dengan

dosis yang telah ditentukan. Pengamatan Cacing Tanah

Pengamatan dilakukan terhadap parameter populasi cacing tanah dengan metode Hand sorting pada beberapa masa yaitu 2 MSA, 3 MSA, 4 MSA, 5 MSA dan 8 MSA (Minggu Setelah Aplikasi). Penghitungan cacing dilakukan dengan menyingkirkan bahan organik yang diaplikasikan terlebih dahulu, lalu diletakkan bingkai sampling berukuran 25 cm x 25 cm, dicangkul tanah di bawah bingkai sampling sedalam 0-20 cm, tanah tersebut diletakkan di atas goni, kemudian dilakukan penghitungan secara manual dengan tangan, karena cara ini cukup efektif dibandingkan cara lainnya. Jumlah cacing (ekor) yang diketahui kemudian dikonversikan dalam satuan ind/m2dengan cara membagi jumlah cacing dengan 0,0625 m2 (25 cm x 25 cm). Misalnya 15 individu/0,0625 m2 = 240 ind/m2.

(26)

Permukaan tanah dibersihkan terlebih dahulu dari bahan organik, lalu tanah yang berada pada piringan kelapa sawit diambil sesuai perlakuan masing-masing. Pengambilan dengan ring sample dilakukan untuk analisis bulk density yakni dengan tabung silinder, pengambilan dengan bor tanah pada kedalaman 0-25 cm untuk analisis sifat kimia yakni pH, Kadar air (%), N-Total (%),

P-Tersedia (ppm) dan K-dd (me/100g) dan pengambilan dengan sekop pada kedalaman 0-10 cm untuk analisis populasi mikroorganisme tanah (CFU/mL) dengan cara mengambil sampel tanah di bawah bahan organik dan diambil 4 titik komposit/piringan. Sampel yang diambil dengan ring sampel ditutup dengan penutup ring lalu diikat dengan tali plastik atau karet gelang, sampel yang diambil dengan bor maupun sekop disimpan dalam plastik bening dan diberi label perlakuan. Sampel tanah diambil pada minggu terakhir penelitian (8 MSA) kemudian dikering udarakan dan diayak 10 mesh untuk dianalisis.

Analisis Parameter

Analisis parameter dilakukan pada 8 Minggu Setelah Aplikasi (MSA). Parameter yang diamati meliputi :

Kadar Air Tanah (%)

Tanah kering udara dengan berat 10 gram diovenkan pada suhu 105oC selama 24 jam. Setelah ditimbang berat kering oven tanah tersebut, diketahui persentase kadar air tanah dengan perhitungan :

% KA =

BTKO BTKU - BTKO

Bulk Density (g/cm3)

(27)

Contoh tanah diambil dengan menggunakan ring sample yang sudah dihitung volumenya (V), dikeringovenkan pada suhu 105oC (bersama dengan ring

sample) selama 24 jam. Ditimbang bobot kering oven contoh tanah utuh (gram).

Dihitung volume contoh tanah utuh dengan menggunakan data diameter dan

tinggi tabung (cm3) dengan persamaan V = πr2t. Nilai bulk density (g/cm3)

dihitung dengan persamaan : ρb = Ms/Vt.

Analisis C-Organik (%)

Analisis C-Organik menggunakan metode Walkley and Black. Analisis dilakukan di PT. Socfindo. Analisis C-Organik juga dilakukan pada serasah tanaman dan TKS cacah sebagai data analisis awal.

Analisis N-total (%)

Analisis N-total pada 8 MSA dengan metode Kjehdal dilakukan di PT.Nusa Kencana.

Analisis P tersedia (ppm)

Analisis P tersedia tanah pada 8 MSA dengan metode Bray II dilakukan di PT.Nusa Kencana.

Analisis K-dd Tanah (me/100 g)

Analisis K-dd (me/100 g) tanah dengan metode NH4OAc 1 N diukur

(28)

Analisis pH tanah diamati pada 8 MSA dengan metode elektrometri menggunakan perbandingan 1 : 2,5 yang diukur dengan alat pH meter. Perhitungan Populasi Cacing Tanah (ind/m2)

Perhitungan populasi cacing tanah (ind m-2) dilakukan dengan bingkai sampling berukuran 25 cm x 25 cm pada tiap piringan kelapa sawit sesuai dengan perlakuan pada kedalaman 0 - 20 cm dengan metode hand sorting. Sampling dilakukan pada 3 titik yakni 25 cm, 100 cm, dan 200 cm dari batang kelapa sawit. sampling lebih baik dilakukan mulai pukul 06.00-10.30 WIB karena cacing tanah sangat peka terhadap cahaya, namun lokasi penelitian termasuk teduh sehingga sampling dapat dilakukan sampai pukul 11.00 WIB.

Gambar 1. Diagram Pengambilan Sampel Pada Piringan. a (batang kelapa sawit) ; b (piringan kelapa sawit) ; c (pengambilan sampel titik 25 cm) ; d (pengambilan sampel titik 100 cm) ; E (pengambilan sampel titik 200 cm).

Perhitungan Jumlah Mikroorganisme Tanah

Parameter amatan jumlah populasi mikroorganisme tanah dengan metode

colony counter yaitu dengan mengambil 10 gram tanah dan dilarutkan pada 90

mL air steril dan diguncang hingga homogen (10-1). Setelah itu, dipipet 1 mL larutan a dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi (10-2) lalu dihomogenkan, lakukan hal yang sama hingga pengenceran 10-7. Dipipet masing-masing 0,1 mL dari tabung pengenceran 10-5, 10-6 dan 10-7, dituang kedalam cawan petri dan

a

c d e

(29)

dituang media Nutrient Agar yang hangat kukuh, digerakkan cawan petri seperti menyerupai angka 8 (delapan) agar homogen. Diinkubasi selama 3 hari dan dihitung koloni pada alat colony counter. Total mikroorganisme yang dihitung dikali dengan faktor pengenceran. Standrat Plate Counter adalah 30 - 300 koloni. Parameter Penelitian

Analisis Sifat Fisik Tanah

- Kadar air tanah (%) dengan metode gravimetri - Bulk Density (g/cm3) dengan metode tabung silinder Analisis Sifat Kimia Tanah

- C-Organik tanah (%) dengan menggunakan metode Walkley and Black - N total tanah (%) dengan menggunakan metode Kjehdal

- P- tersedia tanah (ppm) dengan menggunakan metode Bray II

- K-dd tanah (me/100 g) dengan menggunakan metode NH4OAc 1 N diukur

dengan AAS

- pH Tanah H2O (1 : 2,5) dengan metode Elektrometri Analisis Sifat Biologi Tanah

- Populasi cacing tanah (ind m-2) dengan metode hand sorting.

- Populasi mikroorganisme tanah (CFU/mL) dengan metode colony counter

HASIL DAN PEMBAHASAN

(30)

Dari hasil analisis tanah pada aplikasi berbagai jenis bahan organik dan cara aplikasi yang berbeda pada piringan kelapa sawit terhadap sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah diperoleh hasil sebagai berikut :

Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Bulk Density

Bulk density merupakan salah satu indikator kerapatan partikel tanah.Hasil analisis laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 19. Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 20 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi berbeda dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bulk density tanah. Rataan hasil analisis bulk density tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Nilai Bulk Density Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya

Perlakuan Disebar

Tabel 2. menunjukkan bahwa pemberian TKKS dengan T.harzianum (B4)

mampu menurunkan BD tanah paling baik dengan nilai 1,16 g/cm3 bila dibandingkan dengan TKKS (B2) yakni sebesar 1,21 g/cm3. Cara aplikasi bahan

organik ditumpuk disekeliling batang (C2) dan diletakkan di pinggir piringan (C3)

mampu menurunkan BD tanah paling baik yaitu sebesar 1,18 g/cm3 daripada disebar merata selapis (C1). Kombinasi kedua faktor yang memapu menurunkan

(31)

sebesar 1,08 g/cm3 daripada TKKS yang ditumpuk di sekeliling batang (B2C2)

yaitu sebesar 1,27 g/cm3. Kadar Air Tanah

Data hasil analisa kadar air tanah terdapat pada Lampiran 21 serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 22. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi bahan organik yang berbeda dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air tanah. Rataan hasil analisis kadar air tanah di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Nilai Kadar Air Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya

Serasah +T.harzianum 13,02 13,52 11,03 12,52 TKKS + T.harzianum 12,84 14,25 14,91 14,00

Rataan 11,54 12,81 11,54

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata meningkatkan kadar air tanah. Namun ada kecenderungan bahwa kadar air tanah pada semua pemberian bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik. Interaksi TKKS dengan T.harzianum (B4) memiliki kadar air tanah tertinggi yakni

sebesar 14 %. Cara aplikasi ditumpuk di sekeliling batang (C2) memiliki kadar air

lebih tinggi daripada cara aplikasi yang lain yakni sebesar 12,81 %. Kombinasi perlakuan dengan kadar air tanah tertinggi adalah interaksi TKKS dengan

(32)

Reaksi Tanah (pH H2O)

Data hasil analisa pH tanah terdapat pada Lampiran 23 serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi bahan organik dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Rataan hasil analisis pH tanah di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Nilai Reaksi Tanah (pH H2O) terhadap Pemberian Berbagai Jenis

Bahan Organik dan Cara Aplikasinya Perlakuan Disebar

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah. Berdasarkan uji sidik ragam (ANOVA) diketahui bahwa interaksi TKKS dengan T.harzianum (B4) menunjukkan nilai pH tertinggi sebesar 5,61

dibanding dengan TKKS (B2) dengan nilai pH 5,56. Interaksi serasah dengan T.harzianum (B3) memiliki nilai pH tanah sebesar 5,37 dan serasah (B1) memiliki

nilai pH lebih rendah yakni sebesar 5,30. Cara aplikasi yang dapat meningkatkan nilai pH tanah terbaik adalah diletakkan di pinggir piringan (C3) yaitu sebesar

5,49 dan terendah adalah ditumpuk di sekeliling batang (C2) yaitu sebesar 5,32.

Interaksi kedua faktor yang memiliki nilai pH tanah tertinggi adalah kombinasi TKKS yang diletakkan di pinggir piringan (B2C3)yaitu sebesar 5,97 dan terendah

(33)

C-Organik Tanah

Data hasil analisa C organik tanah terdapat pada Lampiran 25 serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik berpengaruh nyata terhadap C organik tanah sedangkan cara aplikasi bahan organik dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap C organik tanah. Rataan hasil analisis C organik tanah di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Nilai C Organik Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5 % diketahui bahwa interaksi TKKS dengan T.harzianum (B4) menunjukkan nilai C organik tanah

tertinggi yaitu sebesar 1,45 % dibandingkan dengan tanpa bahan organik 0,98 % yang merupakan nilai C organik terendah. Pemberian bahan organik dengan penambahan T.harzianum memiliki kadar C organik tanah yang cenderung lebih

tinggi dibandingkan tanpa T.harzianum. Cara aplikasi yang memiliki nilai C organik tanah tertinggi yakni diletakkan di pinggir piringan (C3) yakni 1,23 %

dibanding dengan disebar merata selapis (C1) yaitu sebesar 1,14 % yang

(34)

N-Total Tanah

Data hasil analisa N total tanah terdapat pada Lampiran 27 serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 28. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi bahan organik yang berbeda dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap nilai N total tanah. Rataan hasil analisis N total tanah di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Nilai N Total Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya

Serasah +T.harzianum 0,200 0,210 0,183 0,198 TKKS + T.harzianum 0,197 0,207 0,180 0,194

Rataan 0,194 0,197 ,192

Berdasarkan uji sidik ragam (ANOVA) diketahui bahwa serasah (B1)

memiliki kadar N total tanah tertinggi yaitu sebesar 0,202 % dan terendah adalah kontrol (B0) yaitu sebesar 0,188 %. Cara aplikasi yang memiliki kadar N total

tertinggi adalah ditumpuk di sekeliling batang (C2) yaitu sebesar 0,197 % dan

terendah adalah diletakkan di pinggir piringan (C3) yaitu sebesar 0,192 %.

Kombinasi kedua faktor perlakuan yang memiliki kadar N total tanah tertinggi adalah serasah yang diletakkan di pinggir piringan (B1C3) yaitu sebesar 0,217 %

dan terendah adalah interaksi TKKS dengan T.harzianum (B4C3) sebesar 0,180 %.

(35)

Data hasil analisa P tersedia tanah terdapat pada Lampiran 29 serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi bahan organik yang berbeda dan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap P tersedia tanah. Rataan hasil analisis P tersedia tanah di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Nilai N Total Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5 % diperoleh bahwa interaksi serasah dengan T.harzianum (B3) memiliki nilai P tersedia tanah

tertinggi yaitu sebesar 60,38 ppm dan terendah adalah kontrol (B0) sebesar 5,46

ppm. Cara aplikasi bahan organik yang dapat meningkatkan nilai P tersedia tanah paling baik adalah diletakkan di pinggir piringan (C3) yaitu sebesar 45,89 ppm

dan terendah adalah disebar merata selapis (C1) sebesar 15,03 ppm. Kombinasi

kedua faktor yang memiliki nilai P tersedia tanah tertinggi adalah interaksi serasah dengan T.harzianum yang ditumpuk di sekeliling batang (B3C2) yakni

sebesar 93,39 ppm dan berbeda tidak nyata dengan interaksi TKKS dan

T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B4C3) sebesar 83,02 ppm.

(36)

Data hasil analisa K tukar tanah terdapat pada Lampiran 31 serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 32. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik berpengaruh sangat nyata sedangkan cara aplikasi bahan organik yang berbeda dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap nilai K tukar tanah. Rataan hasil analisis K tukar tanah di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Nilai K Tukar Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5 % diketahui bahwa bahan organik dengan nilai K tukar tanah tertinggi terdapat pada interaksi TKKS dengan

T.harzianum (B4) yaitu sebesar 2,02 me/100g dan terendah adalah kontrol (B0)

yakni 0,70 me/100g. Cara aplikasi yang memiliki nilai K tukar tanah tertinggi adalah disebar merata selapis (C1) yakni sebesar 1,56 me/100g dan terendah

adalah ditumpuk di sekeliling batang (C2) yakni sebesar 1,41 me/100g. Kombinasi

kedua faktor memberikan pengaruh tidak nyata dalam meningkatkan K tukar tanah dengan kombinasi perlakuan terbaik adalah interaksi TKKS dengan

T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B4C3) yaitu sebesar 2,16

me/100g dan terendah pada kontrol (B0C1) yakni 0,68 me/100g.

(37)

Populasi Cacing Tanah

Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian bahan organik pada 5 dan 8 MSA, cara aplikasi pada 2 - 5 MSA dan interaksi keduanya pada 2- 8 MSA berpengaruh sangat nyata pada populasi cacing tanah (Lampiran 7-18). Tabel 9. Rataan Nilai Populasi Cacing Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis

Bahan Organik dan Cara Aplikasinya MSA Perlakuan Disebar merata

Serasah 117,3def 64,0fg 224,0a 135,1

TKKS 181,3abc 42,7g 122,7cdef 115,6

Serasah +T.harzianum 112,0def 149,3bcd 69,3fg 110,2 TKKS + T.harzianum 186,7ab 69,3fg 117,3def 124,4 Rataan 135,5 92,8 122,7

3

Tanpa Bahan Organik 106,7de 74,7def 213,3a 131,5

Serasah 58,7fg 122,7cd 186,7ab 122,7

TKKS 224,0a 37,3g 133,3bcd 131,5

Serasah +T.harzianum 128,0cd 106,7de 106,7de 113,8 TKKS + T.harzianum 186,7ab 85,3def 176,0abc 149,3 Rataan 140,8 85,3 163,2

4

Tanpa Bahan Organik 85,3efgh 90,7efgh 160,0abcd 112,0

Serasah 138,7cdef 224,0a 80,0fgh 147,5

TKKS 208,0ab 112,0defg 106,7defg 142,2

Serasah +T.harzianum 160,0abcd 149,3bcde 64,0gh 124,4 TKKS + T.harzianum 186,7abc 32,0h 101,3defg 106,7 Rataan 155,7 121,6 102,4

5

Tanpa Bahan Organik 128,0def 96,0ef 154,7cde 126,2

Serasah 192,0bcd 176,0bcde 389,3a 252,4

TKKS 234,7bc 112,0def 186,7bcd 177,8

Serasah +T.harzianum 170,7cde 192,0bcd 64,0f 142,2 TKKS + T.harzianum 256,0b 117,3def 176,0bcde 183,1 Rataan 196,3 138,7 194,3

8

Tanpa Bahan Organik 202,7def 238,7cdef 165,3fgh 202,2

Serasah 192,0defg 90,7h 266,7bcde 183,1

TKKS 208,0def 341,3b 517,3a 355,5

Serasah +T.harzianum 272,0bcd 288,0bc 186,7efg 248,9 TKKS + T.harzianum 208,0def 122,7gh 106,7h 145,8 Rataan 216,5 216,5 248,5

(38)

Tabel 9.menunjukkan bahwa populasi cacing tanah pada masing-masing perlakuan dan minggu pengamatan memiliki populasi yang bervariasi dan berfluktuasi. Pada 2 MSA kombinasi faktor perlakuan yang memiliki populasi cacing tanah tertinggi adalah serasah yang diletakkan di pinggir piringan (B1C3)

yaitu 224 ind/m2 dan terendah adalah TKKS yang ditumpuk di sekeliling batang (B2C2) yaitu 42,7 ind/m2. Pada 3 MSA populasi cacing tanah tertinggi terdapat

pada kombinasi perlakuan TKKS yang disebar merata selapis (B2C1) yaitu sebesar

224 ind/m2 yang tidak berbeda nyata dengan kontrol (B0C3) dan terendah pada

TKKS yang ditumpuk di sekeliling batang (B2C2) yaitu 37,3 ind/m2. Pada 4 MSA

populasi cacing tanah tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan serasah yang disebar merata selapis (B1C2) yaitu 224 ind/m2 yang tidak berbeda nyata dengan

TKKS yang disebar merata (B2C1) dan terendah pada interaksi serasah dengan T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B3C3) yaitu 64 ind/m2. Pada 5

MSA populasi cacing tanah tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan serasah yang diletakkan di pinggir piringan (B1C3) yaitu 389,3 ind/m2 dan terendah pada

interaksi serasah dengan T.harzianum (B3C3) yaitu 64 ind/m2. Pada 8 MSA

populasi cacing tanah tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan TKKS yang diletakkan di pinggir piringan (B2C3) yaitu 517,3 ind/m2 dan terendah pada

serasah yang ditumpuk di sekeliling batang (B1C2) yaitu 90,7 ind/m2 yang tidak

berbeda nyata dengan interaksi TKKS dengan T.harzianum yang ditumpuk di sekeliling batang (B4C2)dan interaksi TKKS dengan T.harzianum yang diletakkan

(39)

Populasi Mikroorganisme Tanah

Data hasil analisa populasi mikroorganisme tanah terdapat pada Lampiran 17 serta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi bahan organik dan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap populasi mikroorganisme tanah. Rataan hasil analisis populasi mikroorganisme tanah di laboratorium dengan faktor pengenceran 7 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Nilai Populasi Mikroorganisme Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya

Perlakuan Disebar

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Uji Jarak Duncan pada taraf 1% menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis bahan organik, cara aplikasi bahan organik yang berbeda dan interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan populasi mikroorganisme tanah. Kombinasi perlakuan yang memiliki rataan populasi mikroorganisme tanah tertinggi adalah interaksi TKKS dengan T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B4C3) yaitu sebesar 46,33 x 107 CFU/ml yang

(40)

Pembahasan

Sifat Fisik - Kimia Tanah

1. Bulk Density

Bulk Density atau berat isi tanah merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan suatu massa tanah per satuan volume tertentu. Nilai bulk density menggambarkan adanya lapisan padat tanah.Tanah yang lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Berdasarkan analisis tanah pada piringan kelapa sawit diperoleh bahwa nilai BD tanah terendah setelah aplikasi bahan organik dengan cara apliaksi berbeda adalah 1,08 g/cm3. Tolaka et al (2013) menyatakan nilai BD 1,46 sampai 1,60 gr/cm3 akanmenghambat pertumbuhan akar karenatanahnya memadat dan oksigen kurang tersedia sebagai akibat berkurangnyaruang/pori tanah.

Pemberian berbagai jenis bahan organik dan cara aplikasi yang berbeda menyebabkan penurunan dari BD tanah awal 1,25 g/cm3menjadi 1,08 g/cm3 yakni pada bahan organik TKKS ditambahkan inokulum T.harzianum yang diaplikasikan dengan cara diletakkan di pinggir piringan. Salah satu faktor yang mempengaruhi BD tanah adalah bahan organik dan mikroba tanah.T.harzianum yang diaplikasikan dengan TKKS mampu menurunkan nilai BD tanah dibandingkan dengan bahan organik lainnya yang tidak diaplikasikan inokulum

T.harzianum. Hal ini membuktikan bahwa T.harzianum yang diaplikasikan juga

(41)

Disebar merata

Diletakkan di pinggir Ditumpuk

Tanpa B.O Serasah TKKS Serasah +

T.harzianum

TKKS +

T.harzianum

yang terlalu padat. Seperti hasil temuan Sakiah (2012) bahwa penempatan tandan kosong kelapa sawit berpengaruh terhadap penurunan bulk density.

Pada perlakuan interaksi bahan organik dan cara apliaksi yang berbeda menyebabkan peningkatan nilai BD tanah dari BD tanah awal yakni pada perlakuan serasah yang ditambah inokulum T.harzianum dengan cara disebar merata selapis yakni dari BD tanah awal 1,25 g/cm3menjadi 1,26 dan TKKS yang ditumpuk di sekeliling batang menjadi 1,27 g/cm3. Artinya penempatan bahan organik dengan cara yang tidak tepat justru dapat meningkatkan BD tanah sehingga kepadatan tanah meningkat dan akan berpengaruh pada sifat-sifat tanah lainnya.

Gambar 2. Grafik BD Tanah akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan terbaik berada pada interaksi TKKS dengan inokulum T.harzianum dan cara aplikasi diletakkan di pinggir piringan (B4C3) dengan nilai BD tanah akhir 1,08 g/cm3.Cara aplikasi

(42)

ditambah dengan inokulum T.harzianum. Namun, TKKS dapat menurunkan BD tanah dengan cara aplikasi yang berbeda yakni dengan diletakkan di pinggir piringan, begitu juga dengan TKKS yang ditambah dengan T.harzianum.

2. Kadar Air Tanah

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah.Ketersediaan air di dalam tanah dipengaruhi oleh kemampuan tanah menahan air, curah hujan, bahan organik, dan laju evapotranspirasi. Berdasarkan hasil analisis tanah di piringan kelapa sawit akibat pemberian berbagai jenis bahan organik yang diaplikasikan dengan cara berbeda diperoleh bahwa terjadi peningkatan kadar air dari kadar air tanah awal yakni 10,10% menjadi 14,91% yang merupakan kadar air tanah tertinggi.

(43)

Disebar merata

Diletakkan di Tanpa Serasah TKKS Serasah +

T.harzianu

TKKS +

T.harzianu

Ditumpuk

Aplikasi bahan organik dengan cara aplikasi berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kadar air tanah. Berikut adalah grafik yang menggambarkan kadar air tanah oleh aplikasi bahan organik dan cara aplikasinya.

Gambar 3. Grafik Kadar Air Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit Dari perlakuan kombinasi bahan organik dan cara aplikasi yang berbeda, perlakuan terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan interaksi TKKS dengan inokulum T.harzianum yang diaplikasikan dengan cara diletakkan di pinggir piringan (B4C3) yaitu sebesar 14,91% yang tidak berbeda jauh dengan serasah

yang ditumpuk di sekeliling batang (B1C2) yaitu sebesar 14,28% dan interaksi

TKKS dengan T.harzianum yang ditumpuk di sekeliling batang (B4C2) yaitu

(44)

menyebabkan nya tidak lama menahan air, sedangkan TKKS cacah memiliki ukuran partikel serabut yang lebih rapat dan kuat sehingga lebih besar dalam menyerap air dan lebih lama dalam menahan air. Sesuai literatur Wahyono et al (2008) TKKS atau empty fruit bunchesmerupakan tandan kelapa sawit yang telah diambil buahnya. Bentuknya oval terdiri atas malai-malai dengan serat yang kuat.Ukurannya berkisar antara 40 sampai 50 cm.Pemberian bahan organik tanpa inokulum T.harzianum memiliki nilai kadar air yang lebih rendah daripada bahan organik dengan inokulum T.harzianum. Hasil ini dapat menjadi masukan yang cukup berarti dalam memperlambat kehilangan air di areal perkebunan terutama piringan kelapa sawit.

3. Reaksi Tanah (pH H2O)

Reaksi tanah menunjukkan kemasaman atau alkalinitas suatu tanah yang dinyatakan dalam nilai pH. Nilai pH menggambarkan jumlah relatif ion H+ di dalam larutan tanah. Berdasarkan analisis tanah di piringan kelapa sawit diperoleh bahwa nilai pH tertinggi setelah aplikasi bahan organik dan cara aplikasi berbeda adalah 5,97 artinya tanah tersebut tergolong agak masam, pH tanah mengalami peningkatan dari pH tanah awal sebelum aplikasi yaitu 5,2 yang tergolong masam. Sesuai hasil temuan Hayat dan Andayani (2014) menyatakan bahwa meningkatnya pH karena terbentuknya senyawa khelat, dimana senyawa khelat dapat terbentuk apabila asam humat dan asam fulvat terbentuk dari hasil dekomposisi bahan organik yang diberikan. Namun peningkatan pH yang terjadi tidak menjadi netral, melainkan dari asam menjadi agak masam.

(45)

serasah 6,66 yang tergolong netral. Selain dapat memperbaiki sifat fisik tanah, TKKS juga mampu memperbaiki sifat kimia tanah. Hal ini sesuai Sutarta et al (2005) yang menyatakan bahwa kompos TKKS mampu memperbaiki pH tanah.

Aplikasi bahan organik dengan cara aplikasi berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kadar air tanah. Berikut adalah grafik yang menggambarkan kadar air tanah oleh aplikasi bahan organik dan cara aplikasinya.

Gambar 4. Grafik Reaksi Tanah (pH H2O) akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai

jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit

Pemberian bahan organik dengan penambahan T.harzianum memiliki pH tanah lebih tinggi daripada tanpa T.harzianum. Serasah (B1) memiliki pH tanah

lebih tinggi yaitu 5,30 dibandingkan serasah dengan T.harzianum (B3) yaitu 5,37.

Sedangkan TKKS (B2) memiliki pH 5,56 dibandingkan TKKS dengan T.harzianum (B4) yakni 5,61. Namun, pada kombinasi kedua faktor perlakuan,

penambahan T.harzianum justru memiliki nilai pH lebih rendah daripada tanpa

T.harzianum. Interaksi TKKS dengan T.harzianum yang diletakkan di pinggir

piringan (B4C3) memiliki pH 5,67 yang lebih rendah daripada TKKS yang

Disebar merata Ditumpuk

Diletakkan di pinggir Tanpa B.O Serasah TKKS Serasah +

T.harzianu

TKKS +

(46)

diletakkan di pinggir piringan (B2C3) yakni 5,97, sedangkan interaksi serasah

dengan T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B3C3) memiliki pH 5,33

lebih rendah daripada serasah yang diletakkan di pinggir piringan (B1C3) yakni

5,37. Hal ini terjadi dikarenakan pada kombinasi interaksi TKKS dengan

T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B4C3) memiliki populasi

mikroba tanah yang banyak (Tabel 10.) sehingga pH tanah cenderung lebih rendah. Aktivitas mikroba tanah yang mendekomposisi bahan organik yang diaplikasikan menghasilkan asam-asam organik yang menyebabkan pH rendah, selain itu T.harzianum yang diaplikasikan menghasilkan enzim-enzim seperti selulosa dan hemiselulosa yang aktif bekerja optimal pada pH 5.

4. C-Organik

(47)

Aplikasi bahan organik dengan cara aplikasi berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap C organik tanah. Berikut adalah grafik yang menggambarkan C organik tanah oleh aplikasi bahan organik dan cara aplikasinya.

i

Gambar 5. Grafik C Organik Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit Pemberian bahan organik dengan penambahan T.harzianum memiliki kadar C organik lebih tinggi daripada tanpa T.harzianum yakni interaksi TKKS dengan T.harzianum (B4) sebesar 1,45 % daripada TKKS (B2) sebesar 1,20 % dan

interaksi serasah dengan T.harzianum (B3) sebesar 1,23 % daripada serasah (B1)

sebesar 1,08 %. Namun ada kecenderungan bahwa TKKS menyumbang C organik ke dalam tanah lebih besar dari serasah, hal ini disebabkan oleh kandungan karbon pada TKKS (52,93%) lebih besar daripada serasah (49,56%). Cara aplikasi yang memiliki kadar C organik tertinggi adalah diletakkan di pinggir piringan (C3) sebesar 1,23 % dan terendah disebar merata selapis (C1) sebesar 1,14 %.

Kombinasi perlakuan paling baik yang memiliki kadar C organik tertinggi adalah interaksi TKKS dengan T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B4C3)

Tanpa B.O Serasah TKKS Serasah +

T.harzianum

TKKS +

T.harzianum

Disebar merata Ditumpuk

(48)

yaitu sebesar 1,57 % dan terendah adalah kontrol (B0C3) sebesar 0,96 %. T.harzianum menghasilkan hifa yang diduga dapat membantu meningkatkan C

organik tanah.Namun, semua perlakuan memiliki kandungan karbon yang termasuk ke dalam kategori rendah.

5. N total Tanah

Nitrogen merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam proses metabolismenya. N total tanah menunjukkan jumlah unsur nitrogen seluruhnya dalam tanah.N total juga menjadi ukuran untuk ratio C/N tanah.Nisbah C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan ketersediaanya N bagi pembentukan mikroba sehingga kegiatan jasad renik akanterhambat. Apabila ketersediaan karbon terbatas (nisbah C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas.Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme.

(49)

o

Gambar 6. Grafik N Total Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit Pemberian bahan organik dan cara aplikasinya berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan N total tanah di piringan kelapa sawit. Pemberian serasah (B1) memiliki nilai N total tanah paling tinggi yaitu sebesar 0,202 % dan terendah

pada kontrol (B0) yaitu sebesar 0,188 %. Cara aplikasi paling baik yang memiliki

nilai N total tanah tertinggi adalah ditumpuk di sekeliling batang (C2) yaitu

sebesar 0,197 % dan terendah diletakkan di pinggir piringan (C3) sebesar 0,192 %.

Kombinasi perlakuan serasah dengan T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B3C3) memiliki nilai N total lebih rendah daripada serasah, begitu juga

dengan interaksi TKKS dengan T.harzianum diletakkan di pinggir piringan (B4C3)

yang memiliki nilai N total lebih rendah daripada TKKS. Hal ini menandakan bahwa inokulum T.harzianum yang diberikan memacu pertumbuhan mikroba tanah sehingga nitrogen yang rendah akan digunakan mikroba ke dalam bentuk protein sebagai sumber penyusunnya. Menurut Damanik et al (2011) pada proses

Disebar merata Ditumpuk

Diletakkan di pinggir Tanpa B.O Serasah TKKS Serasah +

T.harzianum

TKKS +

(50)

dekomposisi bahan organik yang mengandung kadar nitrogen yang rendah diubah menjadi nitrogen organik dan digunakan sebagai penyusun jaringan-jaringan jasad renik.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya nilai N total tersebut adalah unsur hara nitrogen yang mudah hilang akibat penguapan dan pencucian. Selain itu, nilai N total serasah lebih tinggi daripada TKKS karena nitrogen pada kadar serasah tanaman lebih besar daripada TKKS (Lampiran 4.), pada proses dekomposisi bahan organik di lapangan, sersah tanaman lebih cepat mengalami pelapukan daripada TKKS yang mengandung lignin sehingga proses pelapukan berlangsung sangat lama yang berarti serasah tanaman lebih mampu menyumbangkan nitrogen daripada TKKS. Hal ini sesuai literatur Yulnafatmawita et al (2007) bahwadengan semakin lanjut dekomposisi suatu bahan organik maka semakin banyak pula nitrogen yang mengalami mineralisasi sehingga akumulasi nitrogen di dalam tanah semakin besar jumlahnya.

6. P tersedia tanah

Unsur P merupakan salah satu unsur hara makro yang penting dan sangat dibutuhkan oleh tanaman karena peranannya sebagai penyusun ATP dan berperan dalam mentransfer energi.Pada tanaman kelapa sawit, unsur P sangat diperlukan dalam perkembangan dan pembuahan yang lebih cepat. Unsur P memiliki dua bentuk yakni P organik dan P anorganik, namun P yang dapat diserap oleh tanaman adalah P anorganik dalam bentuk ion orthofosfat yaitu H2PO4-, HPO42-,

dan PO43- yang sangat tergantung pada pH tanah. Unsur P mudah terikat oleh

(51)

meningkatkan ketersediaan hara P melalui proses dekomposisi oleh mikroba tanah yang menghasilkan asam-asam organik seperti asam malonat, tartarat, humat, fulvik yang akan menghasilkan anion organik, kemudian anion organik tersebut dapat mengikat unsur logam Al dan Fe dalam larutan tanah yang lebih dikenal dengan pengkhelatan.

Aplikasi bahan organik dengan cara aplikasi berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap P tersedia tanah. Berikut adalah grafik yang menggambarkan P tersedia tanah oleh aplikasi bahan organik dan cara aplikasinya.

Gambar 7. Grafik P Tersedia Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit Pemberian bahan organik, cara aplikasi dan interaksi keduanya memberikan hasil yang sangat nyata terhadap peningkatan ketersediaan fosfor dalam tanah. Kombinasi perlakuan paling baik dalam meningkatkan P tersedia tanah adalah interaksi serasah dengan T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B3C3) yaitu sebesar 93,39 ppm yang berbeda tidak nyata dengan

interaksi TKKS dan T.harzianum yang diletakkan di pinggir piringan (B4C3) yaitu

Disebar merata Ditumpuk

Diletakkan di pinggir Tanpa B.O Serasah TKKS Serasah +

T.harzianu

TKKS +

(52)

83,02 ppm. Pemberian inokulum T.harzianum memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan ketersediaan hara P dibandingkan bahan organik tanpa

T.harzianum.Namun serasah tanaman lebih tinggi menyumbangkan hara P ke

dalam tanah daripada TKKS, hal ini dikarenakan kandungan hara P pada serasah lebih tinggi daripada TKKS (Lampiran 4.). Hal ini sesuai literatur Wahyono et al (2008) bahwa produk kompos TKKS mengandungmateri organik, nitrogen dan kalium yang tinggi dan phosphorus yang rendah. Namun kandungan P2O5 total

dalam bahan organik serasah maupun TKKS sangat lah sedikit yakni 0,33-0,43 %. Faktor lain yang meningkatkan unsur P pada piringan kelapa sawit adalah adanya proses pemupukan yang dilakukan setelah aplikasi bahan organik dari pihak perkebunan PPKS Sei Pancur dengan dosis yang terlampir pada Lampiran 6. Namun dalam hal ini, perlakuan kontrol dan analisis awal tanah terhadap nilai P tersedia tidak berbeda jauh.

Pada perlakuan TKKS yang diletakkan di pinggir piringan (B2C3)

memiliki nilai P tersedia yang juga tinggi namun berbeda nyata dengan B3C3 dan

B4C3 yakni 63,75 ppm. Hal ini diduga karena tingginya aktivitas cacing tanah

(53)

7. K tukar Tanah

Kalium juga merupakan unsur hara makro yang sangat diperlukan tanaman terutama tanaman kelapa sawit.Dalam peranannya, kalium berfungsi dalam aktifitas stomata, enzim dan sintesa minyak.Berkontribusi besar pada peningkatan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Aplikasi bahan organik dengan cara aplikasi berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap K tukar tanah. Berikut adalah grafik yang menggambarkan K tukar tanah oleh aplikasi bahan organik dan cara aplikasinya.

Gambar 8. Grafik K tukar Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit Pemberian kombinasi bahan organik dan cara aplikasi yang paling baik adalah interaksi TKKS dan T.harzianum yang diaplikasikan dengan cara diletakkan di pinggir piringan (B4C3) yaitu sebesar 2,16 me/100 g yang tergolong

sangat tinggi yang mengalami peningkatan dari analisa awal yakni 0,99 me/100 g. Pemberian T.harzianum juga memberikan efek lebih baik dibandingkan bahan organik tanpa T.harzianum, artinya T.harzianum berperan dalam proses dekomposisi bahan organik sehingga bahan organik mampu mensuplai hara ke

Disebar merata Ditumpuk

Diletakkan di pinggir Tanpa B.O Serasah TKKS Serasah +

T.harzianum

TKKS +

(54)

dalam tanah. TKKS memiliki nilai K lebih tinggi daripada serasah, karena hasil analisis awal bahan organik, K2O lebih tinggi pada TKKS (Lampiran 4).

Sifat Biologi Tanah

1. Populasi Cacing Tanah

Pemberian berbagai jenis bahan organik dan cara aplikasi berbeda berpengaruh nyata dalam meningkatkan populasi cacing tanah secara fluktuatif pada piringan kelapa sawit di minggu pengamatan yang berbeda (Tabel 9). Pada pengamatan 2 MSA, perlakuan B1C3 memiliki populasi tertinggi (224 ind/m2)

daripada perlakuan lainnya. Serasah tanaman mampu menyediakan bahan makanan bagi cacing tanah dibandingkan TKKS, dikarenakan pada awal aplikasi C/N TKKS masih terlalu tinggi dibandingkan serasah yang menyebabkan suhu tanah menjadi lebih meningkat akibat aplikasi TKKS cacah yang masih segar sehingga berdampak pada populasi cacing tanah yang sedikit. Hal ini dapat dilihat dari populasi cacing tanah pada perlakuan B2C2 yang memiliki populasi cacing

tanah terendah (42,7 ind/m2). Namun, pemberian T.harzianum tidak memberikan efek untuk meningkatkan cacing tanah pada piringan dikarenakan populasi cacing tanah dengan pemberian bahan organik tanpa T.harzianum lebih tinggi daripada ditambah T.harzianum.

Pada 3 MSA, perlakuan B2C1 memiliki populasi cacing tanah tertinggi

(55)

dengan bantuan oksigen. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Perlakuan terendah adalah perlakuan B2C2 (37,3ind/m2) yang mengalami penurunan pada 3 MSA.

Pada 4 MSA, populasi cacing tanah tertinggi pada perlakuan B2C1 yakni

208 ind/m2 dan terendah pada perlakuan B4C2 yakni 32 ind/m2. Pada pemberian TKKS + T.harzianum yang ditumpuk di sekeliling batang, terjadi perombakan bahan yang lebih aktif oleh mikroba-mikroba dan distimulus oleh inokulum

T.harzianum, proses dekomposisi tersebut akan meningkatkan aktifitas mikroba

perombak dan meningkatkan suhu bahan organik sehingga berpengaruh pada populasi cacing tanah. cara aplikasi ditumpuk juga merupakan salah satu penyebab meningkatnya suhu. Menurut Rahman (2015) dengan semakin dalamnya tumpukan, porositas pada tumpukan akan semakin kecil sehingga menyebabkan banyaknya panas yang dihasilkan selama proses dekomposisi terperangkap didalam tumpukan.

Pada 5 MSA perlakuan B1C3 memiliki populasi tertinggi yakni 389,3

ind/m2 dan terendah pada perlakuan B0C2 yaitu 96 ind/m2. Pada minggu kelima

setelah aplikasi, serasah tanaman yang diletakkan di pinggir piringan memiliki populasi cacing tertinggi yang sebelumnya mengalami penurunan populasi cacing tanah hingga 4 MSA. Pada 8 MSA perlakuan B2C3 memiliki populasi tertinggi

yakni 517,3 ind/m2 dan terendah pada B1C2 yaitu 90,7 ind/m2. Populasi tertinggi

Gambar

Tabel Sidik Ragam ................................................................................
Gambar 1. Diagram Pengambilan Sampel Pada Piringan. a (batang kelapa sawit) ; b (piringan kelapa sawit) ; c (pengambilan sampel titik 25 cm) ; d (pengambilan sampel titik 100 cm) ; E (pengambilan sampel titik 200 cm)
Tabel 2. Rataan Nilai Bulk Density Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya
Tabel 3. Rataan Nilai Kadar Air Tanah terhadap Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasinya Disebar Ditumpuk Diletakkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi pemasaran merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang memberikan informasi yang diperlukan dalam memecahkan masalah pemasaran perusahaan. Sumber daya

Sedangkan bagi perguruan tinggi yang belum mendapat kesempatan untuk mendapatkan bantuan pada tahun ini, kami ucapkan terimakasih atas partisipasinya dan diharapkan tetap

Mereka berdua adalah teman yang akrab dan saling menyayangi, tidak pernah bertengkar.. Dan jika salah satu tidak sengaja berbuat salah, dengan segera

Trust has influenced consumer purchase intention toward Shopee shop significantly shows that the customers are willing to accept the weakness of the online

Patuh dan taat pada kode etik sekolah sebagai mana tertera dan dapat menjaga kerahasiaan sekolah serta nama baik sekolah dilingkungan sekolah maupun

 accurate language  occasional minor errors  varied sentence structure  vocabulary - wide and precise  punctuation & spelling. 7-8  Response – relevant

Berdasarkan hasil kuesioner terhadap elemen pendukung aktivitas yang terdapat pada open space tersebut, menunjukan bahwa taman Edu Park Universitas Muhammadiyah

Si bien es cierto que no es mucho lo que desde aquí podemos hacer para influir en la calidad de los programas que se transmiten por los canales