Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar
Psikososial (Gangguan Citra Tubuh)
di RSUD Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam rangka menyelesaikan
Program studi DIII Keperawatan
Oleh
Nopri Amril Damanik
112500069
Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.S dengan Prioritas Masalah Gangguan Psikososial di RSUD. dr.
Pirngadi Medan”. Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan program Diploma Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun
2014.
Selama proses pengambilan kasus dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatra Utara Medan.
2. Cholina Trisa Siregar, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan, masukan dan nasehat kepada penulis, serta selalu membimbing
penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
4. Yessi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan waktunya.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Orang tua saya yang tercinta Ayahanda Damrah Damanik dan Almh. Ibunda Jelita atas
do’a, dukungan, motivasi, kesabaran, perhatian dan segala pengorbanannya selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
7. Abang dan kakak saya Awaluddin damanik, S.kep, NS, Heni, S.kep, Sadli damanik, S,
Rina S, Rajapuddin. serta semua keluarga besar yang tidak tersebutkan satu persatu.
Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
8. Rizky aprianingsih psb, yang telah banyak membantu dan mendukung saya dalam
9. Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara
Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2011 yang telah
mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Medan, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan... 2
C. Manfaat ... 2
BAB II PENGELOLAAN KASUS……… 4
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik ... 4
1. Pengkajian ... 10
2. Analisa Data ... 10
3. Rumusan Masalah ... 12
4. Perencanaan ... 13
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... … 14
1. Pengkajian ... … 14
2. Analisa Data ... … 24
3. Perumusan Masalah ... … 25
4. Perencanaan ... … 26
5. Implementasi dan Evaluasi... … 30
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN……… 44
A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 46
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal
dalam mempertahakan keseimbangan diri dan lingkungannya. Pasien masuk rumah sakit dan
dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan, maupun keluarga
(Tarwoto dan wartonah, 2003).
Kanker serviks adalah penyakit yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberian
perawatan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi dan tidak adanya gejala pringatan
adalah penyebab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika didiagnosa.
Kondisi ini merupakan penyebab kematian utama diantara malignansi ginekologis. Penyakit ini mempunyai angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000. kondisi ini membawa angka
kematian 14.500 setiap tahun dan merupakan penyebab prevalen keenam dari kematian
akibat kanker pada wanita. Sebagian kasus mengenai wanita antara usia 50 -59 tahun. Insiden
tertingginya adalah dinegara-negara industri kecuali jepang, yang insidennya rendah (Brunner
& suddarth, 2001).
Pasien dengan kanker stadium lanjut ini harus menjalani terapi yang dengan waktu yang
cukup lama. Proses perjalanan penyakit yang kronik dan bersifat progresif serta efek samping
pengobatan pada penyakit ini dapat menimbulkan perubahan pada sistem tubuh sehingga
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan antara kondisi sehat dan sakit yang dapat menimbulkan
gangguan konsep diri pasien yang berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan penurunan kemampuan berfungsi (Atkinson, 1999).
Terdapat berbagai macam reaksi psikologis yang dialami oleh penderita kanker pasca
terdiagnosis kanker. Penderita kanker akan mengalami tekanan psikologis yang disebabkan
informasi kanker yang diceritakan oleh masyarakat. Tekanan yang seringkali muncul adalah
kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, dan merasa putus asa yang
umum mungkin muncul pada penderita kanker yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi
(Lubis, 2009).
Pada hierarki dalam kebutuhan maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi
dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri
diperlukan konsep diri yang sehat. Adapun pengertian konsep diri adalah semua perasaan,
kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Tanda
dan gejala seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri, malu
memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga, dan cenderung menarik
dirinya dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera ditangani akan berdampak pada
perilaku yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan diri, resiko
mencederai diri sendiri bahkan perilaku bunuh diri (Tarwoto dan wartonah, 2003).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi gangguan Psikososial terutama gangguan citra tubuh yang dialami
pasien Ny.S di ruang Tulip II RSU dr. Pirngadi, Medan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.S
b. Perawat mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.S
c. Perawat mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada Ny.S
d. Perawat mampu melakukan intervensi keperawatan pada Ny.S
e. Perawat mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada Ny.S
C. Manfaat
1 Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu
keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian
lebih lanjut.
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada dirumah sakit untuk mengambil
langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
khususnya asuhan keperawatan pasien dengan gangguan psikososial
3 Pasien dan Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang ca serviks serta meningkatkan kemandirian dan
pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi keluarga untuk melakukan
perawatan kepada keluarga yang mengalami gangguan psikososial. Dapat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Psikososial
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto
dan wartonah, 2003). Konsep diri adalah bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang
tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap
perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012). Konsep diri memberikan kerangka
acuan yang memengaruhi manajemen terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain.
Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber
stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu
sama lain. Pasien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatkan konsep diri (Potter & perry, 2005).
Konsep diri terdiri dari 5 komponen, yaitu gambaran diri (body image)/citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri.
a. Gambaran Diri (body image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan,
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dikombinasi
dengan pengalaman baru pada setiap individu (Stuart & sundeen, 1998). Gambaran diri
atau citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dari perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan
tubuh saat ini dan masa lalu (Tarwoto dan wartonah, 2003).
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan
diinginkan/disukanya atau sejumlah aspirasi, tujuan, dan nilai yang ingin diraih. Ideal diri
akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma sosial
dimasyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2005).
perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi (Tarwoto dan
wartonah, 2003).
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana
perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain
(Tarwoto dan wartonah, 2003). Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Suliswati,
2005). Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari
orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dan
dihormati oleh orang lain. Serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam
hidupnya (Hidayat, 2012).
d. Peran diri
Peran adalah serangkaian pola perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok sosialnya. Peran
memberikan sarana untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang berarti
(Suliswati, 2005). Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Tarwoto dan wartonah, 2003). Menurut
Stuart & Sundeen (1998) penyesuaian individu terhadap perannya dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu kejelasan perilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan
yang spesifik tentang peran yang diharapkan, konsistensi respon orang yang berarti atau
dekat dengan perannya, kejelasan budaya dan harapannya terhadap perilaku perannya,
serta pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidakselarasan.
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Identitas mencakup konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan
serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain (Hidayat,
2012). Identitas diri merupakan sintetis dari semua konsep diri sebagai kesatuan yang
utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan, atribut/jabatan dan peran (Suliswati,
2005). Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri (Tarwoto dan
Faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri adalah tingkat perkembangan dan
kematangan, budaya, sumber eksternal dan internal, pengalaman sukses dan gagal, stressor,
usia, keadaan sakit, dan trauma (Tarwoto dan wartonah, 2003).
a. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan, dan pertumbuhan anak akan
memengaruhi konsep dirinya.
b. Budaya
Pada usia anak-anak, nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.
c. Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.
Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif.
Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomis yang kuat.
d. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecendrungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri, demikian pula
sebaliknya.
e. Stressor
Stressor dalam kehidupan misalnya, perkawinan, pekerjaan baru, ujian, dan ketakutan.
Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan
cemas.
f. Usia, keadaan sakit, dan trauma
Usia tua dan keadaan sakit akan memengaruhi persepsi dirinya.
Kriteria kepribadian yang sehat menurut Tarwoto dan wartonah (2003) adalah :
a. citra tubuh yang positif dan akurat
kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan
kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b. Ideal dan realistis
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang ingin
dicapai.
Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam kehidupannya
sehari-hari.
d. Harga diri tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang
yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama dengan apa yang ia inginkan.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain
secara intim dan mendapat kepuasan serta dapat mempercayai dan terbuka pada orang
lain serta membina hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai
tujuan.
Karakteristik konsep diri rendah antara lain, menghindari sentuhan atau melihat bagian
tubuh tertentu, tidak mau berkaca, menghindari diskusi tentang topic dirinya, menolak usaha
rehabilitasi, melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat, mengingkari perubahan pada
dirinya, peningkatan ketergantungan pada yang lain, tanda dari keresahan seperti marah,
keputusasaan, dan menangis, menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya, tingkah laku
yang merusak seperti penggunaan obat-obatan terlarang dan alcohol, menghindari kontak
sosial, kurang bertanggung jawab (Tarwoto dan wartonah, 2003).
Faktor resiko gangguan konsep diri : gangguan identitas diri (perubahan perkembangan,
trauma, jenis kelamin yang tidak sesuai, budaya yang tidak sesuai), gangguan citra tubuh
(hilangnya bagian tubuh, perubahan perkembangan, kecacatan), gangguan harga diri
(hubungan interpersonal yang tidak harmonis, kegagalan perkembangan, kegagalan mencapai
tujuan hidup, kegagalan dalam mengikuti aturan moral), gangguan peran (kehilangan peran,
peran ganda, konflik peran, ketidakmampuan menampilkan peran) (Tarwoto dan wartonah,
2003).
Stres merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang
disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stres adalah kondisi dimana
adanya respon tubuh terhadap perubahan untuk mencapai keadaan normal. Sedangkan
stressor adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Stressor dapat
berasal dari internal (misalnya, perubahan hormone, sakit) maupun eksternal (misalnya,
muncul. Respon yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respon koping. Perubahan dari
suatu keadaan dari respon akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi
apabila adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal (Tarwoto dan
wartonah, 2003).
Respon psikologis terhadap stress dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian. Ada empat tingkatan cemas yaitu,
cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, hingga panik (Tarwoto dan wartonah, 2003).
a. Cemas Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
Pada tingkat ini, lahan persepsi melebar dan akan berhati-hati dan waspada, tetapi individu
masih mampu untuk memecahkan masalah. Gejala-gejala yang ditemui pada kecemasan
tingkat ringan ini adalah sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapangan persepsi meluas, mampu
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, penyelesaian masalah
secara efektif, tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang
meninggi (Tarwoto dan wartonah, 2003).
b. Cemas Sedang
Kecemasan tingkat sedang pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain
sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang
lebih terarah. Ditandai dengan sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, anoreksia, diare dan konstipasi, gelisah, lapangan persepsi menyempit seperti
penglihatan, pendengaran dan gerakan menggenggam berkurang, tidak mampu menerima
rangsangan dari luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, tidak mampu bersikap
rileks, banyak bicara disertai suara yang keras dan lebih cepat (Tarwoto dan wartonah, 2003).
c. Cemas Berat
Kecemasan tingkat berat biasanya seseorang akan mengalami lapangan persepsi yang
menyempit. Seorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak memikirkan hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
dengan napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan
kabur, ketegangan, tidak mampu menyelesaikan masalah, berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya, gerakan tersentak-sentak atau meremas tangan, kecewa, tidak berdaya, bicara
cepat, bloking, perasaan tidak nyaman (Tarwoto dan wartonah, 2003)
d. Panik
Kecemasan tingkat panik pada tahap ini lahan persepsi sudah terganggu, sehingga
individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa -apa
walaupun sudah diberi pengarahan dan tuntunan ditandai dengan napas pendek, rasa tercekik
dan palpitasi, sakit kepala, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah, lapangan persepsi
sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya,
agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak dan bloking, kehilangan kendali kontrol
diri, persepsi kacau (Tarwoto dan wartonah, 2003).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu (pasien). Oleh karena itu,
pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik
keperawatan dari American Nursing Association (ANA) (Nursalam, 2009).
Pengkajian pada pasien dengan gangguan psikososial adalah status emosional (apakah
emosi sesuai perilaku? apakah pasien dapat mengendalikan emosi? Bagaimana perasaan
pasien yang tampil seperti biasanya, apakah perasaan hati sekarang merupakan cirri khas
pasien? Apa yang pasien lakukan saat marah atau sedih?). konsep diri (bagaimana pasien
menilai dirinya sebagai manusia? Bagaimana orang lain menilai pasien? Apakah pasien
menyukai dirinya?). Cara komunikasi (apakah pasien mudah berespon? Apakah spontanitas
atau hanya jika ditanya? Bagaimana perilaku nonverbal pasien dalam berkomunikasi?). Pola
interaksi (kepada siapa pasien berinteraksi? Siapa yang paling penting/berpengaruh pada
pasien? Bagaimana sifat asli pasien? Mendominasi sikap negatif atau positif?) (Tarwoto dan
2. Analisis data
Setelah semua data telah diperoleh dan telah diidentifikasi maka dapat ditegakkan
diagnosa keperawatannya. Penegakan diagnose keperawatan harus melalui klasifikasi dan
analisa data, interpretasi data, dan validasi data. Selanjutnya setelah semua langkah dilakukan
maka diagnosa keperawatan bisa ditegakkan (Nursalam, 2009).
Tipe data :
Data Subjektif meliputi Riwayat sensasi yang tidak biasa seperti Palpitasi, kesemutan,
dispnea, mulut kering, mual, diaphoresis. Faktor prepitasi, frekuensi, durasi, waktu rutin
gejala tersebut muncul, deskripsi menurut individu (Carpenito, 2009).
Kaji perasaan (Sedih dan perasaan tidak berharga yang ekstrem, perasaan bersalah tentang
tindakan yang lalu, khawatir, penolakan/isolasi, hidup didunia yang tidak nyata,
ketidakpercayaan atau kecurigaan orang lain, manipulasi oleh orang lain, bahaya dari orang
lain, pikiran dikontrol oleh agens eksternal, tidak mampu melakukan koping, kehilangan
kapasitas koping, pikiran yang berlomba-lomba, merasa dibatasi) (Carpenito, 2009).
Data objektif observasi tanda dan gejala yang ditemukan pada :
a. Fisiologis
Gejala fisiologis yang timbul antara lain, peningkatan frekuensi jantung, peningkatan
tekanan darah, peningkatan frekuensi pernafasan, diaphoresis, dilatasi pupil, tremor suara
(perubahan nada suara), gemetaran, menggigil, palpitasi, mual atau muntah, berkemih ser ing,
diare, insomnia, keletihan dan kelemahan, kemerahan atau pucat, mulut kering, sakit dan
nyeri dibagian tubuh (terutama dada, punggung, leher), kegelisahan, pingsan/pening,
parastesia, dan anoreksia(Carpenito, 2009).
b. Emosional
Individu menyatakan bahwa ia merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup, kurang percaya
diri, kehilangan kendali, ketegangan meningkat, tidak mampu rileks, individu menampakkan
iritabilitas/tidak sabar, marah yang meledak, menangis, cenderung menyalahkan orang lain,
reaksi mengagetkan, mengkritik diri dan orang lain, menarik diri, inisiatif rendah, celaan
terhadap diri, kontak mata buruk (Carpenito, 2009).
Ketidakmampuan berkonsentrasi, rendahnya kesadaran terhadap sekitar, pelupa,
merenung, orientasi terhadap masa lalu daripada sekarang atau masa depan, bloking saat
berpikir, menurunnya kemampuan belajar, dan konfusi (Carpenito, 2009).
Kaji Faktor yang berhubungan :
a. Situasional (indvidu, lingkungan)
Berhubungan dengan ancaman yang dirasakan atau ancaman actual terhadap konsep diri
sebagai akibat dari perubahan status dan perstise, rendahnya pengakuan dari orang lain,
kegagalan, kehilangan berharga dan dilemma etik. Berhubungan dengan kehilangan orang
terdekat sebagai akibat dari kematian, perceraian, tekanan budaya, pindah,berpisah sementara
atau selamanya. Berhubungan dengan ancaman yang dirasakan terhadap intergitas biologis
sebagai akibat proses menjelang ajal, penyerangan, prosedur invasif, penyakit. Berhubungan
dengan perubahan lingkungan yang actual sebagai akibat dari hospitalisasi, pindah, pension,
bahaya keamanan. Berhubungan dengan perubahan lingkungann yang actual dalam status
sosioekonomi sebagai akibat dari pengangguran pekerjaan baru (Carpenito, 2009).
b. Maturasional
Padi bayi/anak-anak (berhubungan dengan perpisahan, lingkungan atau orang yang tidak
di kenal, perubahan dalam hubungan teman sebaya), remaja (berhubungan dengan ancaman
terhadap konsep diri), Dewasa (berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder
akibat kehamilan menjadi orang tua, perubahan karir dan efek penuaan), lanjut usia
(berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat penurunan sensorik,
penurunan motorik, masalah keuangan, perubahan pada masa pension) (Carpenito, 2009).
3. Rumusan masalah
Menurut Wilkinson dan ahern (2011) dalam intervensi dan implementasi NICNOC
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah gangguan kebutuhan dasar
psikososial antara lain :
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan kesehatan
2. Gangguan konsep diri : body image berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
3. Gangguan konsep diri : perubahan peran berhubungan dengan kesehatan
4. Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau
mengoreksi masalah-masalah yang telah identifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini
dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi.
Secara sederhana rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan
dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi keperawatan (Nursalam, 2009).
Intervensi perawat untuk diagnosa gangguan konsep diri : body image berhubungan
dengan hilangnya bagian tubuh (Carpenito, 2009).
Kriteria Hasil :
1. Pasien menyukai anggota tubuhnya.
2. Pasien tidak merasa malu.
3. Pasien mau berinteraksi dengan orang lain
4. Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional
5. Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya.
Intervensi Keperawatan
a. Binalah hubungan saling percaya
b. Kajilah penyebab gangguan body image
c. Kajilah kemampuan yang dimiliki pasien
d. Eksplorasi aktifitas baru yang dapat dilakukan pasien
e. Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi
f. Gunakan sentuhan tangan jika diterima
Rasional
a. Dasar mengembangkan tindakan keperawatan
b. Merencanakan intervensi lebih lanjut
c. Alternatif memanfaatkan kemampuan dengan menutupi kekurangan
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Pahlawan gg. Sardi Medan
Tanggal Masuk RS : 02 Juni 2014
No. Register : 00.92.53.02
Ruangan/kamar : Tulip II/615
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 02 Juni 2014
Tanggal Operasi : 24 Maret 2014
Diagnosa Medis : Ca. Serviks post histerektomi
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita seutuhnya dan Pasien merasa sedih karena
tidak dapat memiliki keturunan karena rahimnya sudah di angkat, pasien juga mengeluhkan
rambutnya rontok dan malu kepalanya botak sebagian, pasien juga mengatakan banyak
pikiran dan ditambah lagi pasien memikirkan penyakitnya yang membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, pasien juga mengeluhkan nyeri di bagian abdomen khususnya pada daerah
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Penyebab nyeri adalah karena adanya Ca. serviks
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat (tidur), namun nyeri
tetap saja muncul.
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan terasa berdenyut pada abdomen khususnya pada daerah
rahim
2. Bagaimana dilihat
Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien
mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat
berkomunikasi dan mendeskripsikan nyerinya dengan baik.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pasien mengatakan di daerah abdomen region supra pubik
2. Apakah menyebar
Pasien mengatakan menyebar hingga ke pinggang yaitu abdomen region
lumbal kiri
D. Severity
Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan pasien 3 setelah perawat
menunjukkan skala nyeri 1-10
E. Time
Pasien mengatakan nyeri timbul saat selesai melakukan kemoterapi dan pada
malam hari
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan pernah mengalami sakit perut ±1 tahun yang lalu
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
C. Pernah dirawat/dioperasi
Pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya
D. Lama dirawat
-
E. Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat maupun makanan
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua :
Pasien mengatakan orang tua dalam keadaan sehat
B. Saudara kandung :
Pasien mengatakan semua saudara kandung dalam keadaan sehat
C. Penyakit keturunan yang ada :
Tidak ada penyakit keturunan
D. Anggota keluarga yang meninggal :
Pasien mengatakan ada 5 orang saudara kandung pasien yang meninggal dunia
E. Penyebab meninggalnya :
Pasien mengatakan penyebab meninggal karena demam tetanus, demam tinggi
(step), dan meninggal saat baru dilahirkan.
VI. RIWAYAT OBSTETRIK
G : 0 P : 0 A : 0
VII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan yakin bahwa penyakitnya akan segera sembuh, namun pasien
tidak yakin dapat menghasilkan keturunan
B. Konsep diri
No Umur Komplikasi/masalah Kondisi anak penolong
kehamilan persalinan Nifas
- Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak dapat menjadi wanita
seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena
kepalanya botak setelah kemoterapi, pasien selalu
saja menanyakan apakah rambutnya dapat tumbuh
kembali atau tidak
- Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera mempunyai
keturunan
- Harga diri : Pasien merasa sedih karena tidak dapat memiliki
keturunan
- Peran diri : Pasien mengatakan ingin menjadi seorang ibu
- Identitas : pasien merasa tidak dapat menjadi wanita
seutuhnya
C. Keadaan emosi
Pasien mengatakan Stres karena terlalu banyak masalah dihidupnya.
D. Hubungan sosiala
- Orang yang berarti :
Suami
- Hubungan dengan keluarga :
Baik
- Hubungan dengan orang lain :
Baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan :
Pasien memeluk agama islam karena keyakinannya sendiri
- Kegiatan ibadah :
Pasien melaksanakan sholat 5 waktu.
VIII. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran : Composmentis
- Pembicaraan : Tidak ada masalah
- Alam perasaan : Putus asa
- Afek : Tidak ada masalah
- Intraksi selama wawancara : Kontak mata kurang
- Persepsi : Tidak ada masalah
- Proses pikir : Tidak ada masalah
- Isi pikir : Berorientasi pada masalah
- Waham : Tidak ada
- Memori : Tidak ada masalah
- Kontak mata : Buruk
IX. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
A. Keadaan umum
Pasien terlihat sadar penuh/composmentis
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37,5 ˚C
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Skala nyeri : 3
- TB : 150 cm
- BB : 49 kg
C. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala dan rambut
- Bentuk : Simetris dan oval
- Ubun-ubun : tepat ditengah, tertutup, dan datar
- Kulit kepala : bersih
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : rambut pasien rontok, kepala terlihat
botak sebagian
- Bau : Tidak ada bau
Wajah
- Warna kulit : Sawo matang
- Struktur wajah : oval, Simetris
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap, Normal, Simetris
- Palpebra : Tidak Ptosis
- Konjungtiva dan sclera : Konjungtiva (tidak Anemis) dan
Sklera (tidak Icterus)
- Pupil : Ishokor reflek terhadap cahaya
- Cornea dan Iris : Tidak ada Katarak dan Peradangan
Hidung
- Tulang Hidung dan posisi septum nasi: Normal dan Simetris
- Lubang Hidung : Bersih
- Cuping Hidung : Tidak ada gerakan cuping hidung
Telinga
- Bentuk telinga : Normal dan Simetris
- Ukuran telinga : Simetris
- Lubang telinga : Bersih
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Mukosa kering
- Keadaan Gusi dan Gigi : Tidak ada stomatitis
- Keadaan Lidah : Baik
Leher
- Posisi Trachea : Tepat pada garis sumbu tubuh
- Thyroid : Tidak ada pembesaran thyroid
- Suara : Jelas
- Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
- Denyut nadi karotis : Teraba
Pemeriksaan Integumen
- Kebersihan : Bersih
- Kehangatan : Kulit teraba hangat
- Warna : Sawo matang
- Turgor : < 2 detik
- Kelembaban : Kering
- Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Ukuran dan bentuk
- Warna payudara dan areola Pasien tidak bersedia dilakukan
pemeriksaan
- Kondisis payudara dan putting
Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : Normal
- Pernafasan (Frekueensi, Irama) : 20 x/menit, Irama reguler
- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda kesulitan bernafas
Pemeriksaan Paru
- Palpasi getaran suara : Sama kuat dikedua lapang paru
- Perkusi
Pasien tidak bersedia dilakukan
pemeriksaan
- Auskultasi
Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi
- Palpasi Pasien tidak bersedia dilakukan
- Perkusi
- Auskultasi
Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Simetris, tidak terdapat benjolan
- Auskultasi : peristaltic usus 24 x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
hepatomegali
Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas
- Kesimetrisan : Otot simetris, atropi (-)
- Kekuatan otot : 5 pada lengan kanan, lengan kiri,
tungkai kanan, dan tungkai kiri
- Edema : tidak terdapat edema
Pemeriksaan Neurologi
- Nervus Olfaktorius /N I
Pasien mampu membedakan aroma parfum dan kopi
- Nervus Optikus /N I
Tidak ada masalah ketajaman penglihatan
- Nervus okulomotorius/N III, trochlearis/NIV, Abdusen/NVI
Ptosis (-), pupil ishokor, gerakan bola mata kesegala arah
- Nervus Trigeminus/N V
Pasien mampu merasakan sentuhan, membedakan tajam-tumpul, panas-dingin,
dan merasakan getaran
- Nervus Fasialis/N VII
Pasien mampu membedakan rasa manis, asam, asin, dan pahit
- Nervus Vestibulocochlearis/N VIII
Tidak ada masalah dengan ketajaman pendengaran pasien
- Nervus Glossoparingeus/N IX, Vagus/N X
Tidak ada gangguan menelan, suara pengucapan huruf jelas
- Nervus Asesorius/N XI
- Nervus Hipoglossus/N XII
Tidak ada masalah pada otot lidah pasien
X. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a.Pola Makan dan Minum
Frekuensi makan/hari : 4-5 x/hari
Nafsu dan selera makan : Meningkat
Nyeri ulu hati : -
Alergi : Tidak ada alergi
Mual dan Muntah : Tidak ada mual dan muntah
Waktu pemberian Makan : Tidak menentu
Jumlah dan jenis makanan : 1 porsi dan jenis makanan MB (makan biasa)
Waktu pemberian caira/minum: Sesuai dengan kebutuhan pasien
Masalah makanan dan minum : Tidak ada masalah
b. Perawatan diri/Personal hygine
- Kebersihan tubuh : Tubuh pasien terlihat bersih
- Kebersihan gigi dan mulut : Gigi pasien terlihat bersih
- Pemeliharaan kuku : Kuku pasien terlihat sedikit panjang
c. Pola Aktivitas/istirahat
Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Pasien mengatakan
jika malam sulit tidur dan sering terbangun tengah malam. Pasien juga
mengatakan ia sering termenung dan melamun karena banyak pikiran, dan sering
terasa kebas pada kaki, mulut terasa kering, dan terkadang pasien merasa lemah
tiba-tiba. Pasien mengatakan apabila banyak pikiran nafsu makan meningkat.
Kegiatan Mandiri Sebahagian Total
Mandi √
Makan √
BAB √
BAK √
d. Pola Eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 x/hari
- Karakter feses : Padat, berwarna kuning
kecoklatan
2. BAK
- Pola BAK : 4-5 x/hari
- Karakter urin : Cair, berwarna kuning pucat
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada
ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah keperawatan
1. DS :
Pasien mengatakan tidak
dapat menjadi wanita
seutuhnya, dan pasien
mengatakan malu karena
kepalanya botak setelah
kemoterapi, pasien selalu saja
menanyakan apakah
rambutnya dapat tumbuh
kembali atau tidak dan pasien
mengatakan sedih tidak dapat
memiliki keturunan
DO :
rambut pasien rontok, kepala
terlihat botak sebagian.
Pasien post histerektomi
Ancaman terhadap
Konsep diri
2. DS :
Pasien mengatakan terasa
nyeri pada daerah abdomen,
khususnya pada daerah
rahim, Pasien mengatakan
mengatasi nyeri dengan
beristirahat (tidur), namun
nyeri tetap saja muncul.
Pasien mengatakan Skala
nyeri yang dirasakan pasien 3
setelah perawat menunjukkan
skala nyeri 1-10
DO :
Pasien dalam keadaan
berbaring, skala nyeri 3,
Pasien dalam keadaan
berbaring, pasien tampak
lemah, sesekali pasien
mendesis, pasien tampak
memegang abdomen, namun
pasien masih dapat
berkomunikasi dan
mendeskripsikan nyerinya
dengan baik.
Pembedahan Nyeri akut
MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Citra Tubuh
2. Nyeri Akut
DIAGNOSA KEPERWATAN (PRIORITAS)
1. Gangguan Citra Tubuh b/d Ancaman terhadap Konsep diri d/d Pasien mengatakan tidak
dapat menjadi wanita seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena kepalanya botak
kembali atau tidak dan pasien mengatakan sedih tidak dapat memiliki keturunan, rambut
pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. Pasien post histerektomi
2. Nyeri akut b/d pembedahan d/d Pasien mengatakan terasa nyeri pada daerah abdomen,
khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat
(tidur), namun nyeri tetap saja muncul. Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan
pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10, Pasien dalam keadaan berbaring,
skala nyeri 3, Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien
mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat berkomunikasi
dan mendeskripsikan nyerinya dengan baik.
PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/
Tanggal
No. Dx Perencanaan keperawatan
rabu/
04-06-2014
1 Tujuan/kriteria hasil :
1. Gangguan citra tubuh berkurang yang di buktikan oleh
penyesuain psikososial, perubahan, hidup, citra tubuh
positif,tidak mengalami, keterlambatan dalam
perkembangan anak, harga diri positif.
2. Menunjukkan citra tubuh, yang dibuktikan oleh kesesuain
antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan perwujudan
tubuh,kepuasan terhadap penampilan dan fungsi
tubuh,keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang
mengalami gangguan
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji dan dokumentasikan respons
verbal dan nonverbal pasien terhadap
tubuh pasien
1.Mengumpulkan dan Menganalisa Data
2. Indetifikasi mekanisme koping yang
biasa di gunakan pasien
2.Mengumpulkan dan Menganalisa Data
3. Dengarkan pasien dan keluarga secara
aktif dan akui realitas kekhawatiran
terhadap perawatan, kemajuaan, dan
3.Menganalisis faktor pontesial ,
menetapkan resiko kesehatan
prognosis. risiko untuk individu atau kelompok
4. Beri dorongan kepada paasien dan
keluarga untuk menggukapkan
perasaan untuk berduka jika perlu.
4.Menganalisis faktor pontesial ,
menetapkan resiko kesehatan
memprioritaskan strategi menurunkan
risiko untuk individu atau kelompok
5. Dukungan mekanisme koping yang
biasa digunakan pasien, sebagai
contoh tidak meminta pasien untuk
mengeksplorasi perasaannya jika
pasien tampak enggan melakukannya
5.Membantu pasien untuk beradaptasi
dengan persepsi stersor, perubahan, atau
ancaman yang menghambat pemenuhan
tuntutan dan peran hidup
6. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kekuatan dan
mengenali keterbatasan mereka
,berikan perawatan dengan cara yang
tidak menghakimi, juga privasi dan
martabat pasien
6.Menganalisis faktor pontesial ,
menetapkan resiko kesehatan
memprioritaskan strategi menurunkan
risiko untuk individu atau kelompok
7. Peningkatan citra tubuh (NIC),
identifikasi cara mengurangi
dampak,kecacatan melalui pakaian,
gunakan latihan pengukapkan diri
dengan kelompok remaja atau
pengukapan atas kareteristik fisik
normal lain
7.Meningkatkan persepsi sadar dan
taksadar pasien serta sikap terhadap
Hari/
Tanggal
No. Dx Perencanaan keperawatan
Selasa/
03-06-2014
2. Tujuan/kriteria hasil :
1. Memperlihatkan pengendalian nyeri.
2. Menujukan tingkat nyeri yang berkurang/tidak ada nyeri.
Rencana Tindakan Rasional
1. Mengkaji tingkat nyeri pasien. 1.Mengumpulkan dan menganalisa data
2. Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi,
karateristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas, intesitas atau
keparahan nyeri, dan faktor
presipitasinya
2.Mengumpulkan dan menganalisa data
3. Observasi isyarat nonverbal
ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif
3.Mengumpulkan dan menganalisa data
4. Bantu pasien mengidentifikasi
tindakan kenyamanan yang efektif di
masa lalu, seperti, distraksi, relaksasi,
atau kompres hangat/dingin
4.Mengumpulkan dan menganalisa data
5. Hadir di dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman dan aktivitas
lain untuk membantu relaksasi,
meliputi, tindakan sebagai berikut,
lakukan perubahan posisi ,masase
punggung, dan relaksasi ganti linen
tempat tidur, bila diperlukan. berikan
perawatan dengan tidak terburu-buru,
dengan sikapnya yang mendukung
5.Meringankan atau mengurangi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang
libatkan pasien dalam pengambilan
keputusan yang menyangkut aktivitas
perawatan
6. Manajemen nyeri (NIC), berikan
informasi tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan antisipasi
ketidaknyamana akibat prosedur
6.Meringankan atau mengurangi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang
dapat diterima oleh pasien
7. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmokologi misalnya,
umpan-balik, relaksasi, kompres hangat atau
dingin, dan masase
7.Meringankan atau mengurangi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang
PELAKSANAAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
respons verbal dan
nonverbal pasien
terhadap tubuh pasien
memberi dorongan
kepada pasien dan
keluarga untuk
mendukung pasien
meningkatkan rasa
percaya diri pasien
bahwa pasien dapat
menutupi
kekurangannya tersebut
dengan menggunakan
songkok atau jilbab
Mengkaji tingkat nyeri
pasien meliputi lokasi, S :
Pasien mengatakan tidak dapat menjadi
wanita seutuhnya dan Pasien merasa
sedih karena tidak dapat memiliki
keturunan, pasien telah menjalani operasi
histerektomi. Pasien mengatakan malu
karena kepalanya botak setelah
kemoterapi, pasien selalu saja
menanyakan apakah rambutnya dapat
tumbuh kembali atau tidak
O :
T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 3
rambut pasien rontok, kepala terlihat
botak sebagian.
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan : meningkatkan
rasa percaya diri pasien bahwa pasien
dapat menutupi kekurangannya tersebut
dengan menggunakan songkok atau
jilbab
dan intervensi ditambahkan :
Memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakit kanker serviks dan efek samping
kemoterapi
S :
karateristik, dan durasi,
frekuensi, kualitas,
intesitas atau keparahan
nyeri, dan faktor
presipitasinya
tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung,
dan antisipasi
ketidaknyamanan
akibat prosedur dengan
cara masase
daerah abdomen, khususnya pada daerah
rahim, Pasien mengatakan mengatasi
nyeri dengan beristirahat (tidur), namun
nyeri tetap saja muncul. Pasien
mengatakan Skala nyeri yang dirasakan
pasien 3 setelah perawat menunjukkan
skala nyeri 1-10, pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan seperti berdenyut.
O :
Pasien dalam keadaan berbaring, pasien
tampak lemah, sesekali pasien mendesis,
pasien tampak memegang abdomen,
namun pasien masih dapat berkomunikasi
dan mendeskripsikan nyerinya dengan
baik. T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90 x/menit, RR: 20x/menit, Skala
nyeri: 3
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan dan ditambahkan :
menganjurkan suami untuk masase area
abdomen, jika tidak berkurang juga
anjurkan suami mengompres abdomen
HARI KE-2
kepada pasien dan
keluarga untuk
mendukung pasien
meningkatkan rasa
percaya diri pasien
bahwa pasien dapat
menutupi
kekurangannya tersebut
dengan menggunakan
songkok atau jilbab
Memberikan
pendidikan kesehatan
kepada pasien dan
keluarga mengenai
penyakit kanker serviks
dan efek samping
kemoterapi
Mengkaji tingkat nyeri
pasien meliputi lokasi, S :
Pasien mengatakan perasaan khawatir
telah berkurang, namun pasien bingung
menemukan solusi yang tepat untuk
mempunyai keturunan. Pasien
mengatakan sudah merasa tidak malu lagi
dengan keadaannya karena suami telah
menerima dan memaklumi keadaan
pasien sehingga, rasa percaya diri pasien
meningkat.
O :
rambut pasien rontok, kepala terlihat
botak sebagian. Dan pasien telah
menggunakan songkok.
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan dan intervensi
ditambahkan : Mengalihkan perhatian
pasien dengan menganjurkan pasien
untuk beribadah meminta jalan keluar
dari Allah, menganjurkan pasien
berdzikir
Menganjurkan pasien mengalihkan
perhatiannya dengan cara mendengarkan
musik
S :
karateristik, dan durasi,
frekuensi, kualitas,
intesitas atau keparahan
nyeri, dan faktor
presipitasinya
mengobservasi isyarat
nonverbal
ketidaknyamanan.
Mengukur Tanda-tanda
vital (TD, RR, HR, T,
dan skala nyeri),
memberikan informasi
tentang nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama akan berlangsung,
dan menganjurkan
suami untuk masase
area abdomen, jika
tidak berkurang juga
anjurkan suami
mengompres abdomen
dengan kompres hangat
Pasien mengatakan Skala nyeri yang
dirasakan saat ini adalah 2 setelah
perawat menunjukkan skala nyeri 1-10.
O :
Pasien terlihat lebih baik, pasien sedang
berbicara dengan suaminya dengan posisi
duduk, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala
nyeri: 2
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan : menganjurkan
suami untuk masase area abdomen, jika
tidak berkurang juga anjurkan suami
mengompres abdomen dengan kompres
HARI KE-3
tanda vital pasien
(TD, RR, HR, T, dan
jalan keluar dari
Allah, menganjurkan
Mengkaji tingkat
nyeri pasien,
berapa lama akan
S :
Pasien mengatakan perasaan khawatir telah
berkurang, namun pasien bingung
menemukan solusi yang tepat untuk
mempunyai keturunan.
O :
T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0
Pasien terlihat lebih tenang
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan : Menganjurkan
pasien mengalihkan perhatiannya dengan
cara mendengarkan musik
S :
Pasien mengatakan nyeri sudah tidak ada
dirasakan, Pasien mengatakan Skala nyeri
yang dirasakan saat ini adalah 0 setelah
perawat menunjukkan skala nyeri 1-10.
O :
Pasien terlihat lebih sehat, tidak ada
perillaku yang menunjukkan
ketidaknyamanan (tidak ada suara
mengerang, mendesis, dan pasien sudah
tidak lagi memegang abdomennya) T:
berlangsung, dan
menganjurkan suami
untuk masase area
abdomen, jika tidak
berkurang juga
Masalah teratasi
P :
1 Mengukur
Tanda-tanda vital pasien
(TD, RR, HR, T, dan
skala nyeri)
Mengajarkan pasien
teknik relaksasi
dengan cara tarik
nafas dalam.
S :
Pasien mengatakan perasaan khawatir telah
berkurang, dan pasien telah dapat
menemukan jalan keluar masalah yang
dihadapi
O :
Kontak mata Baik, pasien kooperatif, T:
37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR: 20x/menit, Skala nyeri: 0
A :
Masalah teratasi
P :
Intervensi dihentikan
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Dx
Implementasi dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan
keperawatan Evaluasi
Hari/
respons verbal dan
nonverbal pasien
terhadap tubuh pasien
memberi dorongan
kepada pasien dan
keluarga untuk
mendukung pasien
meningkatkan rasa
percaya diri pasien
bahwa pasien dapat
menutupi
kekurangannya
tersebut dengan
menggunakan
songkok atau jilbab
S : Pasien mengatakan tidak
dapat menjadi wanita
seutuhnya dan Pasien merasa
sedih karena tidak dapat
memiliki keturunan, pasien
telah menjalani operasi
histerektomi. Pasien
mengatakan malu karena
kepalanya botak setelah
kemoterapi, pasien selalu saja
menanyakan apakah
rambutnya dapat tumbuh
kembali atau tidak
O : T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90 x/menit, RR:
20x/menit, Skala nyeri: 3,
rambut pasien rontok, kepala
terlihat botak sebagian.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dan
intervensi ditambahkan :
Memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan
keluarga mengenai penyakit
kanker serviks dan efek
samping kemoterapi
2 Senin /
02-06-2013
18.30 Mengkaji tingkat
nyeri pasien meliputi
S : Pasien mengatakan terasa
18.33
18.35
lokasi, karateristik,
dan durasi, frekuensi,
kualitas, intesitas atau
keparahan nyeri, dan
faktor presipitasinya
berapa lama akan
berlangsung, dan
antisipasi
ketidaknyamanan
akibat prosedur
dengan cara masase
khususnya pada daerah
rahim, Pasien mengatakan
mengatasi nyeri dengan
beristirahat (tidur), namun
nyeri tetap saja muncul.
Pasien mengatakan Skala
nyeri yang dirasakan pasien 3
setelah perawat menunjukkan
skala nyeri 1-10, pasien
mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti berdenyut.
O : Pasien dalam keadaan
berbaring, pasien tampak
lemah, sesekali pasien
mendesis, pasien tampak
memegang abdomen, namun
pasien masih dapat
berkomunikasi dan
mendeskripsikan nyerinya
dengan baik. T: 37,5 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 90
x/menit, RR: 20x/menit,
Skala nyeri: 3
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dan
ditambahkan : menganjurkan
suami untuk masase area
abdomen, jika tidak
berkurang juga anjurkan
suami mengompres abdomen
No. Dx
Implementasi dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan
keperawatan Evaluasi
Hari/
respons verbal dan
nonverbal pasien
terhadap tubuh pasien
memberi dorongan
kepada pasien dan
keluarga untuk
mendukung pasien
meningkatkan rasa
percaya diri pasien
bahwa pasien dapat
menutupi
kekurangannya
tersebut dengan
menggunakan
songkok atau jilbab
Memberikan
pendidikan kesehatan
kepada pasien dan
keluarga mengenai
penyakit kanker
serviks dan efek
samping kemoterapi
S : Pasien mengatakan
perasaan khawatir telah
berkurang, namun pasien
bingung menemukan solusi
yang tepat untuk mempunyai
keturunan. Pasien
mengatakan sudah merasa
tidak malu lagi dengan
keadaannya karena suami
telah menerima dan
memaklumi keadaan pasien
sehingga, rasa percaya diri
pasien meningkat.
O : rambut pasien rontok,
kepala terlihat botak
sebagian. Dan pasien telah
menggunakan songkok.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dan
intervensi ditambahkan :
Mengalihkan perhatian pasien
dengan menganjurkan pasien
untuk beribadah meminta
jalan keluar dari Allah,
menganjurkan pasien
berdzikir
Menganjurkan pasien
dengan cara mendengarkan
Mengkaji tingkat
nyeri pasien meliputi
lokasi, karateristik,
dan durasi, frekuensi,
kualitas, intesitas atau
keparahan nyeri, dan
faktor presipitasinya
berapa lama akan
berlangsung, dan
menganjurkan suami
untuk masase area
abdomen, jika tidak
berkurang juga
anjurkan suami
mengompres
abdomen dengan
kompres hangat
S : Pasien mengatakan nyeri
berkurang, Pasien
mengatakan Skala nyeri yang
dirasakan saat ini adalah 2
setelah perawat menunjukkan
skala nyeri 1-10.
O : Pasien terlihat lebih baik,
pasien sedang berbicara
dengan suaminya dengan
posisi duduk, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88
x/menit, RR: 20x/menit,
Skala nyeri: 2
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan :
menganjurkan suami untuk
masase area abdomen, jika
tidak berkurang juga anjurkan
suami mengompres abdomen
No. Dx
Implementasi dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan
keperawatan Evaluasi
Hari/
tanda vital pasien
(TD, RR, HR, T, dan
meminta jalan keluar
dari Allah,
S : Pasien mengatakan
perasaan khawatir telah
berkurang, namun pasien
bingung menemukan solusi
yang tepat untuk mempunyai
keturunan.
O : T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR:
20x/menit, Skala nyeri: 0,
Pasien terlihat lebih tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
Menganjurkan pasien
mengalihkan perhatiannya
dengan cara mendengarkan
musik
Mengkaji tingkat
nyeri pasien,
S : Pasien mengatakan nyeri
sudah tidak ada dirasakan,
Pasien mengatakan Skala
nyeri yang dirasakan saat ini
adalah 0 setelah perawat
menunjukkan skala nyeri
1-10.
O : Pasien terlihat lebih sehat,
11.00
berapa lama akan
berlangsung, dan
menganjurkan suami
untuk masase area
abdomen, jika tidak
berkurang juga
ketidaknyamanan (tidak ada
suara mengerang, mendesis,
dan pasien sudah tidak lagi
memegang abdomennya) T:
37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88 x/menit, RR:
20x/menit, Skala nyeri: 0
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
No. Dx
Implementasi dan Evaluasi
Kepererawatan Tindakan
keperawatan Evaluasi
Hari/
tanda vital pasien
(TD, RR, HR, T, dan
skala nyeri)
Mengajarkan pasien
teknik relaksasi
dengan cara tarik
nafas dalam.
S : Pasien mengatakan telah
dapat menemukan jalan
keluar masalah yang dihadapi
O : Kontak mata Baik, pasien
kooperatif, T: 37,1 ˚C, TD : 120/80 mmHg, HR : 88
x/menit, RR: 20x/menit,
Skala nyeri: 0
A : Masalah teratasi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Tarwoto
dan wartonah, 2003). Konsep diri adalah bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang
tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang
terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap
perkembangan psikososial seseorang (Hidayat, 2012). Konsep diri memberikan kerangka
acuan yang memengaruhi manajemen terhadap situasi dan hubungan dengan orang lain.
Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber
stress atau konflik. Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu
sama lain. Pasien yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat
meningkatkan konsep diri (Potter & perry, 2005).
Dari pengelolaan kasus Ny.S dan dari data yang dikaji dapat saya simpulkan diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1. Gangguan Citra Tubuh b/d Ancaman terhadap Konsep diri d/d Pasien mengatakan tidak
dapat menjadi wanita seutuhnya, dan pasien mengatakan malu karena kepalanya botak
setelah kemoterapi, pasien selalu saja menanyakan apakah rambutnya dapat tumbuh
kembali atau tidak dan pasien mengatakan sedih tidak dapat memiliki keturunan, rambut
pasien rontok, kepala terlihat botak sebagian. Pasien post histerektomi
2. Nyeri akut b/d pembedahan d/d Pasien mengatakan terasa nyeri pada daerah abdomen,
khususnya pada daerah rahim, Pasien mengatakan mengatasi nyeri dengan beristirahat
(tidur), namun nyeri tetap saja muncul. Pasien mengatakan Skala nyeri yang dirasakan
pasien 3 setelah perawat menunjukkan skala nyeri 1-10, Pasien dalam keadaan berbaring,
skala nyeri 3, Pasien dalam keadaan berbaring, pasien tampak lemah, sesekali pasien
mendesis, pasien tampak memegang abdomen, namun pasien masih dapat berkomunikasi
B. Saran
Sebaiknya pelayanan kesehatan dapat memperbaiki sistem pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien, dan sebaiknya setiap pelayanan kesehatan memiliki dokumentasi
asuhan keperawatan yang jelas dan konkret agar kesinambungan antara perawat shif
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson R.L. (1999), Pengantar Psikologi II, Edisi II, Batam : Interaksa.
Carpenito, Lynda Juall.(2009). Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Edisi 9. Jakarta : EGC
Doenges, M.E, dkk.(2000). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Lubis, Namora Lumongga.(2009).Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta : Prenada Media Group.
Nursalam.(2009). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 3 Edisi 8. Jakarta : EGC.
Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan wartonah dan wartonah, Wartonah.(2003). Kebutuhan dasar manusia
dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Wilkinson, Judith.M, & Ahern, Nancy.R.(2011). Buku saku diagnosis keperawatan