• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Kinerja Efisiensi Energi pada Teknologi Proses Pengolahan Limbah Cair PKS di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Integrasi Kinerja Efisiensi Energi pada Teknologi Proses Pengolahan Limbah Cair PKS di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI KINERJA EFISIENSI ENERGI PADA

TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PKS

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN PABATU

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

AMANDA KWAYYIS RANGKUTI 110403090

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala kasih Karunia-Nya serta kemurahan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini. Tugas Sarjana merupakan salah satu

syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun

Pabatu yang bergerak dalam bidang produksi minyak kelapa sawit (CPO). Tugas

Sarjana ini berjudul “Integrasi Kinerja Efisiensi Energi pada Teknologi Proses Pengolahan Limbah Cair PKS di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu”.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis menerima secara terbuka setiap kritik dan

saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan tulisan ini.

Medan, Desember 2015

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

ABSTRAK ... xviii

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang ... I-1

1.2. Rumusan Masalah ... I-8

1.3. Tujuan dan Manfaat... I-8

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-9

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... II-1

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-3

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan... II-3

2.6. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5

2.7. Proses Produksi ... II-13

2.7.1. Standar Mutu Bahan Baku/Produk ... II-13

2.7.2. Bahan-bahan yang Digunakan... II-14

2.7.2.1. Bahan Baku ... II-14

2.7.2.2. Bahan Penolong ... II-15

2.7.3. Uraian Proses ... II-16

2.8. Waste Treatment... II-25

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Kelapa Sawit... III-1

3.2. Jenis dan Potensi Limbah kelapa Sawit ... III-2

3.2.1. Karakteristik Limbah Cair kelapa Sawit ... III-3

3.2.2. Pengenalan Limbah Cair Hasil Pengolahan Minyak

Kelapa Sawit ... III-5

3.2.3. teknologi Pengelolaan POME ... III-5

3.2.4. Pengolahan Limbah Cair Sebagai Sumber Energi ... III-6

3.3 Efisiensi Energi ... III-7

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.3.2. Pengukuran Efisiensi ... III-11

3.4 Pengukuran Kinerja ... III-13

3.4.1. Definisi ... III-13

3.4.2. Ukuran Kinerja ... III-15

3.4.3. Teknik Pengukuran Kinerja ... III-17

3.5. Key Performance Indicator ... III-19

3.5.1. pemilihan Ukuran-ukuran Kinerja ... III-20

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

4.4. Variabel Penelitian ... IV-2

4.5. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3

4.6. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data ... IV-5

4.7. Instrumen Penelitian ... IV-6

4.8. Rancangan Penelitian ... IV-6

4.9. Pengolahan Data ... IV-9

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.1.1 Proses Produksi dan Aspek Lingkungan ... V-1

5.1.1.1. Proses Produksi ... V-1

5.1.1.2. Pengolahan Limbah Cair ... V-5

5.1.1.3. Konsumsi Sumber Daya Alam ... V-9

5.1.2 Analisis Aliran Material dan Energi ... V-11

5.1.2.1. Material Balance ... V-12

5.1.2.2. Energy Balance... V-18

5.1.2.3. Dampak Lingkungan ... V-21

5.1.3. Pengukuran Kinerja Teknologi Pengolahan Limbah

Cair ... V-22

5.2. Pengolahan Data ... V-34

5.2.1 Efisiensi Energi ... V-34

5.2.2 Perhitungan Efisiensi Tiap Kolam pada Teknologi

Pengolahan Limbah Cair dengan Sistem Kolam ... V-35

5.2.3 Pengukuran Kinerja Teknologi Pengolahan Limbah

Cair ... V-37

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1 Analisis Konisi Proses Produksi Saat Ini ... VI-1

6.2 Analisis Aliran Material dan Energi ... VI-1

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4. Analisis Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Menggunakan

Sistem Kolam ... VI-4

6.5 Analisis Hasil Pengukuran Kinerja Teknologi Pengolahan

Limbah Cair ... VI-7

6.6 Identifikasi untuk Mengurangi Kemungkinan Pencemaran ... VI-10

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1 Kesimpulan ... VII-1

7.2 Saran ... VII-2

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN 1.1. Luas Areal Kelapa Sawit Indonesia ... I-2

1.2. Sebaran Kelapa Sawit menurut Provinsi di Indonesia ... I-3

1.3. Jumlah Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Sumatera ... I-4

1.4. Jenis Limbah Cair PTPN IV Kebun Pabatu... I-5

2.1. Spesifikasi Fraksi TBS... II-14

2.2. Parameter Penanganan Limbah ... II-25

3.1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ... III-3

3.2. Komposisi Jumlah Air Limbah dari 1 Ton CPO ... III-3

3.3. Kualitas Limbah Cair (inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS ... III-4

5.1. Parameter Penanganan Limbah ... V-5

5.2. Energy Balance Proses Pengolahan pada PKS Pabatu ... V-19

5.3. Kriteria Karakteristik Limbah Cair PKS ... V-29

5.4. Kriteria Penilaian Kinerja Teknologi Sistem Kolam (outlet I) ... V-30

5.5. Kriteria Penilaian Kinerja Teknologi Sistem Kolam (outlet II) ... V-30

5.6. Kriteria parameter Mutu Buangan Sistem Kolam ... V-31

5.7. Kriteria Faktor Ekonomi Teknologi Pengolahan Limbah (Rp000) . V-32

5.8. Kriteria Faktor Sosial ... V-33

5.9. Kriteria Faktor Lingkungan ... V-34

5.10. Penilaian Kriteria Karakteristik Limbah Cair PKS... V-37

5.11. Penilaian Kriteria Penilaian Kinerja Teknologi Sistem Kolam

(12)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.12. Penilaian Kriteria Penilaian Kinerja Teknologi Sistem Kolam

(outlet II) ... V-38

5.13. Penilaian Kriteria parameter Mutu Buangan Sistem Kolam ... V-39

5.14. Hasil Penilaian Kriteria Faktor Ekonomi Pengolahan Limabah ... V-39

5.15. Kajian Faktor Sosial... V-40

5.16. Hasil Penilaian Kriteria Faktor Lingkungan ... V-41

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1 Produksi Minyak Sawit Global 2012/2013 ... II-2

1.2 Limbah Cair yang Siap dibuang ke Sungai Padang ... II-7

2.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun

Pabatu ... II-29

2.2 Tandan Buah Segar... II-15

2.3 Jembatan Timbang TBS ... II-17

2.4 Stasiun Penumpukan dan Pemindahan Buah ... II-17

2.5 Stasiun Perebusan ... II-18

2.6 Stasiun Penebah ... II-19

2.7 Stasiun Pengempaan ... II-20

2.8 Stasiun Pemurnian Minyak... II-21

2.9 Oil Purifier ... II-23

2.10 Blok Diagram Proses Pengolahan Kelapa Sawit ... II-24

3.1 Jenis Limbah Berdasarkan Tahap Proses Pabrik Kelapa

Sawit ... III-2

4.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3

4.2 Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-8

4.3 Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-10

5.1 Diagram Alir pengolahan TBS PKS Kebun Pabatu ... V-2

5.2 Teknologi Penanganan Limbah Cair Sistem Kolam ... V-7

(14)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.4. Aliran Bahan pada Proses Thresher ... V-13

5.5. Aliran Bahan pada Proses Pengempaan ... V-14

5.6. Aliran Bahan pada Bak RO ... V-15

5.7. Aliran Bahan pada CST ... V-15

5.8. Aliran Bahan pada Proses Oil purifier dan Vacuum Drier ... V-16

5.9. Material Balance Pengolahan TBS PKS Kabun Pabatu ... V-17

5.10. Neraca Air Pengolahan TBS PKS Kebun Pabatu... V-18

5.11. Diagram Alir Energi Pengolahan TBS PKS Kebun Pabatu ... V-19

5.12. Energy Balance Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit ... V-20

5.13. Energy Balance Proses Produksi Pabrik Kelapa Sawit ... V-21

5.14. Struktur Penilaian Penanganan Limbah Cair PKS ... V-25

5.15. Arsitektur Model Penanganan Limbah Pabrik Kelapa Sawit . V-27

5.16. Rancangan Faktor Ekonomi, Sosial dan Lingkungan ... V-28

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Kuisioner Tertutup Penentuan Kriteria dan Variabel ... L-1

2 Kuisioner Tertutup Variabel Faktor Sosial... L-2

3 Form Tugas Akhir ... L-3

4 Surat Penjajakan ... L-4

5 Surat Balasan Pabrik... L-5

6 Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-6

(16)

ABSTRAK

Pabrik kelapa sawit di Indonesia mengalami pertumbuhan yang tinggi selama 10 tahun terakhir. Semakin banyak pabrik kelapa sawit maka semakin banyak pula limbah kelapa sawit yang dihasilkan terutama limbah cair. Limbah cair merupakan hasil pengolahan minyak kelapa sawit yang paling banyak dalam suatu proses produksi yaitu sekitar 50% dari tiap ton TBS. Pengelolaan limbah cair di Pabrik Kelapa Sawit Kebun Pabatu milik PT. Perkebunan Nusantara IV belum optimal karena teknologi pengolahan limbah cair yang digunakan yaitu sistem kolam kurang baik dalam mengolah limbah cair sebelum dibuang ke sungai atau lingkungan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya suatu penilaian terhadapa teknologi pengolahan limbah cair yang ada saat ini untuk meningkatkan serta melakukan pemeliharaan terhadap kinerja efisiensi energi teknologi pengolahan limbah cair. Metode yang akan diadaptasi pada penelitian ini adalah integrasi dari perhitungan efisiensi energi pada teknologi pengolahan kelapa sawit, perhitungan efisiensi teknologi sistem kolam dan dilakukan penilaian kinerja terhadap teknologi pengolahan limbah cair yaitu teknologi sistem kolam. Dengan mengukur efisiensi energi yang digunakan pada proses produksi, didapati bahwa efisiensi energi pada proses produksi tergolong rendah yaitu 62,3% dan untuk penilaian kinerja, teknologi pengolahan limbah cair menggunakan sistem kolam menghasilkan kesimpulan kinerja “buruk” yaitu dengan deviasi 60,08%. Oleh karena itu diterapkanlah solusi untuk mengurangi kemungkinan pencemaran dengan menggunakan teknologi pengolahan limbah terpadu dengan memanfaatkan semua teknologi yang ada untuk pengolahan limbah. Teknologi pengolahan limbah yang baik yaitu Zero Waste Concept. Hal ini sangat potensial apabila diterapkan karena akan menghasilkan nilai tambah serta bermanfaat bagi masyarakat yang akan meminimisasi hasil buangan limbah cair ke lingkungan masyarakat.

Kata Kunci : Efisiensi Energi, Kinerja, Limbah Cair, Teknologi Pengolahan

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja.

Pemerintah mengutamakan pada subsektor perkebunan, karena memiliki daya

tarik yang tinggi untuk diekspor ke negara maju (Soediono, 1989). Komoditas

yang termasuk komoditas sub sektor perkebunan meliputi kelapa sawit, kelapa,

karet, kopi dan teh.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan yang

merupakan komoditas ekspor yang dpata meningkatkan devisa negara. Komoditas

kelapa sawit yang dilihat dari volume ekspor, nilai ekspor, luas areal dan produksi

lima komoditas perkebunan menjadi yang tertinggi disbanding komoditas lain

(BPS, 2009). Untuk dunia, Indonesia menempati posisi pertama dalam melakukan

ekspor kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit saat ini tersebar di hampir seluruh provinsi di

Indonesia. Provinsi Riau pada tahun 2014 dengan luas areal 2,30 juta Ha

merupakan provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul

berturut-turut Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta Ha, Prov. Kalimantan

Tengah seluas 1,16 juta Ha dan Prov. Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha

(18)

Dalam proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi minyak

kelapa sawit akan dihasilkan sisa produksi berupa limbah padat dan cair

(Sastrosaryono, 2003). Pada proses produksi minyak kelapa sawit, banyak limbah

yang dihasilkan dari produksi sebanyak pabrik itu sendiri (Kiichiro Hayashi,

2007). Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik akan

menghasilkan 220 kg tandan kosong sawit (TKS), 670 kg limbah cair, 120 kg

serat, 70 kg cangkang, dan 30 kg kernel (Naibaho, 1995).

Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak dari perkembangan pesat produksi

minyak sawit mentah ini tentu adanya limbah produksi yaitu limbah cair kelapa

sawit (POME), tandan kosong sawit, cangkang, dan serat. Beberapa limbah

seperti cangkang dan serat sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Namun

limbah cair kelapa sawit dan tandan kosong sawit tidak dapat ditangani secara

optimal. Meski tidak beracun, limbah cair tersebut dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan karena dibuang di kolam terbuka dan melepaskan

sejumlah besar gas metana dan gas berbahaya lainnya yang menyebabkan emisi

gas rumah kaca.

Limbah cair sendiri berasal dari hasil proses produksi pada kegiatan

perebusan, klarifikasi dan dari proses pengolahan inti. Pada proses perebusan,

limbah cair yang dihasilkan lebih kurang sebesar 36%, saat dalam proses

klarifikasi akan mengeluarkan limbah cair lebih kurang 60% dan dari proses

pengolahan inti mengeluarkan limbah cair sekitar 4% (Ansori, 2014). Oleh karena

itu, dapat dihitung bahwa tiap harinya, suatu pabrik pengolahan minyak kelapa

(19)

proses pengolahan POME, tetap menghasilkan kandungan bahan organic yang

signifikan dan tetap membutuhkan oksigen yang dikenal sebagai biochemical

oxygen demand (BOD) yang biasanya diukur dalam mg/l dan secara luas

ddigunakan sebagai indikasi dari kualitas organik POME (Madaki, 2013).

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu saat ini memang sudah

memiliki pengolahan limbah dengan menggunakan beberapa kolam untuk

menetralisir parameter limbah yang masih terkandung dalam cairan limbah

sebelum dibuang ke perairan umum (sungai). POME bukan hanya limbah yang

dihasilkan selama proses oleh TBS, tetapi limbah yang paling mahal dan sulit

untuk dikelola oleh operator pabrik. Hal ini karena POME adalah limbah dengan

volume yang besar dalam ukuran ton yang dihasilkan dalam satu waktu (Madaki,

2013). Pabrik dituntut untuk harus memiliki penanganan limbah cair yang baik

terhadap lingkungan, yang murah dan memberikan nilai tambah terhadap

masyarakat ataupun pabrik.

Berdasarkan hasil audit energi yang dilakukan di PKS milik PT.

Perkebunan Nusantara IV, menunjukkan bahwa nilai konsumsi energi untuk

pengolahan CPO lebih kecil dibandingkan dengan PTPN VII dan PTPN VIII yaitu

13,4106 MJ untuk memproduksi tiap kg CPO pada kapasitas pengolahan 30 ton

TBS/jam (Kristen Natashia,2013). Beberapa tahun belakangan ini, limbah cair

yang dihasilkan oleh pabrik PKS Kebun Pabatu sempat beberapa kali mencemari

sungai Padang yang terdapat di Kabupaten Serdang Berdagai. Seperti yang

terdapat pada beberapa artikel surat kabar online seperti Medan Bisnis dan Sinar

(20)

sawit milik PKS Kebun Pabatu. Bahkan berdasarkan pH air yang diukur

menunjukkan nilai 9,45 untuk air sungai Padang yang berada didekat pembuangan

limbah PKS Kebun Pabatu sedangkan untuk wilayah Tebing Tinggi nilai pH nya

sekitar 8,4. Nilai ini menunjukkan adanya limbah cair pabrik yang mencemari

lingkungan sekitar pabrik terutama sungai yang menjadi akhir pembuangan

limbah cair tersebut.

Berdasarkan fenomena yang beberapa kali terjadi akibat limbah cair di

lingkungan pabrik PKS Kebun Pabatu, maka peneliti ingin mengetahui seberapa

baik kinerja dan efisiensi energi yang dimiliki pabrik dalam hal pengolahan

limbah cair. Salah satunya dengan melakukan penilaian terhadap teknologi

pengolahan limbah cair dengan cara mengetahui dan mengamati proses produksi

yang ada saat ini, material dan energy balance, dampak lingkungan yang terjadi,

konsumsi sumber daya, efisiensi energi serta melakukan penilaian terhadap

kinerja pengolahan limbah cair yang ada. Kinerja yang diukur berupa

kriteria-kriteria penggunaan teknologi pengolahan limbah yang ada saat ini. Pendekatan

ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang sesuai mengenai teknologi

pengolahan limbah yang ada di pabrik saat ini yang diharapkan telah baik.

Dengan hasil ini juga diharapkan pabrik dapat mengoptimalkan teknologi

pengolahan limbah dan mampu memelihara kinerja efisiensi energi pada proses

pengolahan kelapa sawit dengan menggunakan hasil limbah cair sebagai nilai

(21)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka dapat diketahui

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah seberapa baik teknologi

pengolahan limbah cair di Pabrik PKS Kebun Pabatu dalam mengolah limbah cair

yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu adanya pengukuran kinerja dan efisiensi

energi teknologi pengolahan limbah cair saat ini untuk mendapatkan informasi

serta penilaian mengenai teknologi pengolahan limbah cair tersebut agar dampak

buruk terhadap lingkungan dapat berkurang.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum penelitian ini adalah mendapatkan informasi dan penilaian

terhadap seberapa baik teknologi pengolahan limbah cair yang ada dengan cara

mengintegrasikan hasil penilaian kinerja dan efisiensi energi pada teknologi

proses pengolahan limbah.

Tujuan khusus penelitian ini terdiri dari beberapa tujuan yaitu:

1. Menghitung efisiensi energi pengolahan minyak kelapa sawit di Kebun

Pabatu.

2. Menentukan kriteria dan variabel yang sesuai pada penilaian kinerja teknologi

pengolahan limbah cair sistem kolam.

3. Melakukan penilaian terhadap kinerja teknologi pengolahan limbah cair

sistem kolam di Kebun Pabatu.

4. Menghitung efisiensi kolam dalam mengolah limbah cair menggunakan sistem

(22)

Manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa

Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang

diperoleh selama kuliah dan meningkatkan wawasan dalam menganalisis dan

memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja khususnya dalam hal

manajemen industri dan integrasi kinerja.

2. Manfaat bagi perusahaan.

Sebagai masukan bagi perusahaan berupa rekomendasi perbaikan dengan

memberikan analisis terhadap integrasi kinerja efisiensi energi.

3. Bagi Departemen Teknik Industri USU

Untuk mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan

Departemen Teknik Industri USU.

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Dalam melakukan penelitian, dilakukan beberapa pembatasan masalah

seperti:

1. Limbah yang diteliti ialah limbah cair hasil proses pengolahan CPO

2. Pendekatan penilaian dilakukan dengan menghitung efisiensi energi

pengolahan minyak kelapa sawit, menilai kinerja teknologi pengolahan limbah

cair sistem kolam serta menghitung efisiensi kolam teknologi pengolahan

limbah cair sistem kolam

3. Pengukuran kinerja menggunakan analisis penyimpangan variasi (%deviasi)

(23)

1. Proses dan aktivitas produksi tidak berubah selama penelitian berlangsung

2. Tidak ada penambahan mesin dan peralatan yang baru

3. Tidak terjadi rekonstruksi struktur organisasi perusahaan selama penelitian

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu berasal dari Hak Konsensi

Pabatu Gunung Hataran dan Dolok Merawan milik Handless Vereninging

Amsterdam yang diambil alih dan dinasionalisasikan oleh pemerintah Indonesia

dari BOCM pada tahun 1957 dengan luas areal keseluruhan saat itu 6.173,53

hektar. Pada awalnya sampai dengan tahun 1938, Kebun Pabatu adalah

perkebunan tembakau yang dikonversi oleh BOCM menjadi perkebunan kelapa

sawit.

Berdasarkan Konstatering No.: 110/-PPT/B, Menteri Dalam Negeri Cq.

Direktorat Jenderal Agraria melalui Surat Keputusan No.: 19/HGU/DA/-1976

tanggal 26 Juni 1976, memberikan Hak Guna Usaha kepada PNP-VI Kebun

Pabatu atas areal seluas 5.770,07 hektar yang didasari atas pemeriksaan yang

dilakukan oleh Panitia B yang menetapkan bahwa areal tersebut bebas dari

pendudukan rakyat. Selisih kurang atas luasan areal HGU seluas 403,50 ha yakni

dari 6.173,53 ha menjadi 5.770,07 ha adalah setelah memperoleh izin pelepasan

Asset dari Menteri yang berwenang diperuntukkan guna rencana umum tata ruang

wilayah pemerintahan Kabupaten untuk kepentingan Masyarakat, seperti Sekolah

(SD, SLTP Negeri), PT. KAI, Puskesmas, Areal Pemerintahan Kota T.Tinggi dan

(25)

Namun dari perkembangan dan perubahan yang ada hingga saat ini,

berdasarkan Keputusan Kepala BPN RI dengan Surat No.: 40/HGU/BPN RI/2005

tgl. 19 April 2005, Keputusan Kepala BPN RI dengan Surat No.: 20-HGU-BPN

RI-2005 tgl. 29 Mei 2007, memberikan Hak Guna Usaha kepada PTPN-IV Unit

Kebun Pabatu atas areal seluas 5.754,04. Selisih kurang atas luasan areal HGU

seluas 16,03 ha yakni dari 5.770,07 ha menjadi 5.754,04 ha adalah setelah

memperoleh izin pelepasan Asset dari Menteri yang berwenang diperuntukkan

guna kepentingan Masyarakat (fasilitas umum dan akses jalan di Kampung Gaya

Baru Desa Naga Kasiangan Kec. T.Tinggi).

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu, Tebing Tinggi adalah

perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit yang

menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Kemudian

CPO dan PKO tersebut akan dijual kepada perusahaan yang membutuhkan

bahan-bahan tersebut yang akan diolah lebih lanjut seperti PT. Musim Mas, PT. SAN –

Belawan dan PT. PASIFIC PALMINDO.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu terletak di Jl. Medan-Tebing

Tinggi, Tebing Tinggi, Sumatera Utara yang berjarak 7 km dari Kota Tebing

(26)

2.4. Daerah Pemasaran

Pabrik pengolahan CPO PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

dalam memasarkan produknya tidak menangani secara langsung khususnya

mencari pelanggan atau konsumen. PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

mempunyai instansi khusus bagian pemasaran baik untuk kebutuhan dalam negeri

(lokal) maupun ekspor.

Pelaksanaan rencana penjualan atau pemasaran produk CPO PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu dan produk lainnya berdasarkan rencana

kerja dan anggaran perusahaan. Pengiriman produk dilakukan oleh pihak PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu dengan memakai jasa Perumka, dan

pihak ketiga dengan menggunakan mobil tangki.

2.5. Struktur Organisasi Perusahaan

Sturktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan

hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai

suatu sasaran. Secara fisik struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk

gambaran (bagan) yang memperlihatkan hubungan unit-unit organisasi dan

garis-garis wewenang yang ada.

Struktur organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

berbentuk fungsional. Hubungan fungsional karena pembagian tugas yang

dilakukan berdasarkan fungsi yang membentuk hubungan fungsional. Setiap

(27)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili

Palmae dan berasal dari Afrika Barat. Akan Tetapi, kelapa sawit dapat tumbuh di

luar daerah asalnya, termasuk di Indonesia. Hingga kini tanaman ini telah

diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit1.

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) termasuk dalam kelas tanaman keras

dengan produk primer buah dari tanaman ini adalah minyak nabati dan sumber

vitamin A2. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak

mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang kelapa sawit

berbentuk silinder dengan diameter 20 - 75 cm. Tinggi maksimum yang ditanam

di perkebunan antara 15 – 18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m.

Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20 – 22 tandan/tahun3.

Buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama

merupakan perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium,

sedangkan yang kedua merupakan biji, yang terdiri dari endokaprium, endosperm,

dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin,

sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung

1

Fauzi, Yan dan Y.E. Widyastuti. Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Kampus Dinoyo (Seri

(28)

minyak dengan rendemen paling tinggi. Endokaprium merupakan tempurung

berwarna hitam dan keras. Endosperm atau disebut juga kernel merupakan

penghasil inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman4. I

Industri minyak kelapa sawit memproduksi dua hasil utama dari tandan

buah segar (TBS) yaitu Minyak Kelapa Sawit (CPO) dan Minyak Kernel Kelapa

Sawit (CPKO). CPO berasal dari mesokprium dan CPKO berasal dari endosperm

(kernel). Produksi hasil utama ini menghasilkan limbah setengah jadi. Limbah ini

berasal dari 70-75% TBS dan limbah utama yaitu tandan kosong, cangkang, serat

dan limbah cair serta air kondensat hasil perebusan (Otti V.I, 2014).

Biomassa Minyak Kelapa Sawit dari 1 ha kelapa Sawit

Cangkang 5,5% TBS = 1,1 ton

Berat kering: 85% cangkang basah = 0,94 ton

Pembuangan Serat

13,5% dari TBS = 2,71 ton Berat kering: 60% serat = 1,63 ton

TBK

22% TBS = 4,42 ton

Berat kering: 35% TBK = 1,55 ton TBS

Berat kering: 5% limbah cair = 0,67 ton

Sumber: Yau Chwan Kun (2013).

Gambar 3.1. Biomassa Minyak Kelapa Sawit yang Dihasilkan dari 1 Ha

(29)

3.2. Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit5

Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang

terdiri dari Tandan Kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah

cair yang terjadi pada in house keeping. Pada Tabel 3.1 terlihat potensi limbah

yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit.

Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur

hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis (Ure, TSP dan lain-lain).

Sterilisasi

· Inaktifasi enzim Lipase & oksidase

· Memisahkan buah dari tandan

Sumber: Thomas Mailinton (2007).

Gambar 3.2. Jenis Limbah Berdasarkan Tahap Proses Pabrik Kelapa Sawit

5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Ditjen

(30)

Tabel 3.1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Jenis Potensi per ton TBS (%)

Manfaat

Tandan kosong

23 Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energi

Wet Decanter Solid 4 Pupuk, kompos, makanan ternak

Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan partikel

Serabut (fiber) 13 Energi, pulp kertas, papan, partikel

Limbah cair 50 Pupuk, air irigasi

Air kondensat Air umpan broiler

Sumber: Tim PT. SP (2000)

3.2.1. Karakteristik Limbah Cair Kelapa Sawit

Hampir seluruh air buangan PKS mengandung bahan organik yang dapat

mengalami degradasi. Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketa- hui

karakteristik limbah tersebut, antara lain yaitu :

1. Dari Balance sheet ekstraksi minyak kelapa sawit diketahui bahwa jumlah air

limbah yang dihasilkan dari 1 ton CPO yang diproduksi adalah 2,50 ton yang

terlihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Komposisi jumlah air limbah dari 1 ton CPO

No. URAIAN KAPASITAS

1. Air 2,35 ton

2. NOS (Non Oil Solid) 0,13 ton

3. Minyak 0,02 ton

Jumlah 2,50 ton

(31)

Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter

yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton

TBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat ditekan hanya

24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yang

akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit

diperkirakan maksimal ± 60% dari seluruh tandan buah segar yang di- olah.

2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap beberapa PKS milik PTP (dianggap

mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia (2006) diketahui bahwa

kualitas limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air

penerima limbah adalah seperti yang disajikan pada Tabel 3.3. berikut.

Tabel 3.3. Kualitas Limbah Cair (inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS

No. PARAMETER

LINGKUNGAN

SAT. LIMBAH CAIR BAKU MUTU

MENLH

KISARAN RATA-RATA

1. BOD mg/l 8.200 – 35.000 21.280 250

2. COD mg/l 15.103 - 65.100 34.720 500

3. TSS mg/l 1.330 - 50.700 31.170 300

4. Nitrogen Total mg/l 12 - 126 41 20

5. Minyak dan Lemak mg/l 190 - 14.720 3.075 30

6. PH - 3,3 - 4,6 4.0 6 - 9

Sumber: Dirjen Pertanian (2006)

3.2.2. Pengenalan Limbah Cair Hasil Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah limbah cair atau yang lebih

dikenal dengan POME (palm oil mill effluent). POME ialah air buangan yang

(32)

hidrosiklon, dan sludge separator. Setiap ton TBS yang diolah akan terbentuk

sekitar 0,6 hingga 1 m3 POME. POME kaya akan karbon organik dengan nilai

COD lebih 40 g/L dan kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan 0,5 g/L sebagai

nitrogen ammonia dan total nitrogen. Sumber POME berasal dari unit pengolahan

yang berbeda, terdiri dari:

1. 60% dari total POME berasal dari stasiun klarifikasi

2. 36% dari total POME berasal dari stasiun rebusan

3. 4 % dari total POME berasal stasiun inti.

3.2.3. Teknologi Pengolahan POME

Secara konvensional pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit

dilakukan dengan sistem kolam yang terdiri dari kolam anaerobik dan aerobik

dengan total waktu retensi sekitar 90-120 hari (Wulfert et al., 2000). Keuntungan

dari cara ini antara lain adalah:

1. Sederhana

2. Biaya investasi untuk peralatan rendah

3. Kebutuhan energi rendah

Teknologi sistem kolam merupakan penanganan limbah cair pabrik kelapa

sawit (LCPKS) yang dianggap paling mudah dan murah bagi pabrik kelapa sawit

karena limbah diolah dengan menggunakan prinsip instalasi penanganan air

(33)

Recovery Tank Kolam Aerobik Kolam akhir

Sungai Deoiling Tank

Kolam pendinginan

Penetralan

Kolam Fakultatif

Kolam Anaerobik kedua

Kolam anaerobik pertama

Seedling Pond

S

umber: PPKS (2000)

Gambar 3.3. Teknologi Penanganan Limbah Cair Sistem Kolam

Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, sistem kolam mempunyai beberapa

kerugian antara lain :

1. Kebutuhan areal untuk kolam cukup luas, yaitu sekitar 5 ha untuk pabrik

kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 30 ton TBS/jam.

2. Perlu biaya pemeliharaan untuk pembuangan dan penanganan lumpur dari

kolam. Untuk PKS yang menggunakan separator 2 fase, praktis semua lumpur

(sludge) yang berasal dari buah mengalir ke kolam. Padatan tersuspensi dari

lumpur ini tidak akan/sedikit didegradasi sehingga konsentrasinya akan

semakin meningkat dan akan mengendap di dasar kolam akan semakin

menurun sehingga waktu retensi limbah akan turun dan kapasitas

(34)

3. Hilangnya nutrisi. Semua nutrisi yang berasal dari limbah (N, P, K, Mg, Ca)

akan hilang pada waktu limbah dibuang ke sungai.

4. Emisi gas metana ke udara bebas. Hampir semua bahan organik terlarut dan

sebagian bahan organik tersuspensi didegradasi secara anaerobik menjadi gas

metana dan karbondioksida. Emisi gas metana ke udara bebas dapat

menyebabkan efek rumah kaca yang besarnya 20 kali lipat lebih tinggi

dibandingkan dengan karbon dioksida. Jumlah gas metan yang diproduksi

kolam limbah anaerobik sekitar 10 m3 setiap ton TBS diolah.

Dengan memperhatikan kerugian pada penggunaan sistem kolam, maka

perlu dikembangkan konsep alternatif pengolahan POME secara terpadu yaitu

Zero Waste Concept.

Pada tahap pertama, lumpur/padatan tersupsensi dipisahkan dengan dekanter

atau dissolved air floatation dengan tujuan :

1. Mengurangi kandungan COD, BOD, nitrogen dan pasir

2. Mengurangi masalah pada proses pengolahan berikutnya seperti foaming,

sedimentasi dan penyumbatan pipa outlet reaktor karena adanya lumpur.

Setelah lumpur dipisahkan, limbah cair yang kandungan utamanya adalah

padatan terlarut di pompakan ke reaktor anaerobik, dimana akan terjadi :

1. Perombakan bahan organik menjadi biogas

2. Proses perombakan terjadi dalam waktu yang singkat dengan kinerja yang

tinggi

(35)

Apabila energi menjadi faktor yang penting, fraksi lumpur dapat diolah

secara anaerobik dalam reaktor anaerobik berpengaduk untuk produksi biogas.

Lumpur yang sudah diolah dapat digunakan sebagai pupuk bersama dengan

limbah cair untuk memanfaatkan nutrisinya. Lumpur juga dapat dikeringkan

dengan drum drier untuk dijadikan pakan ternak. Pemanfaatan lain dari lumpur

adalah untuk produksi kompos bersama-sama dengan tandan kosong sawit.

Lumpur dicampur dengan TKS yang telah dirajang dan dibiarkan beberapa

minggu sampai menjadi kompos. Dengan cara ini akan terjadi penguapan air pada

lumpur. Tumpukan kompos ini harus dibalik secara periodik agar proses

Serat, cangkang Limbah Cair Tandan kosong

Kompos

Air

Sumber: PPKS (2014)

Gambar 3.4. Zero Waste Concept

Limbah materi dari produksi kelapa sawit seperti itu diproduksi dalam jumlah

besar dengan sedikit utilisasi. Secara umum tandan buah segar mengandung 21%

kelapa sawit, 6-7% palm kernel, 14-15% serat, 6-7% cangkang dan 23 % kosong

(36)

adalah 45 juta ton pada 2009 ( Fao, 2013). Dunia memperkirakan produksi sawit

dari cangkangnya adalah 10 juta ton per tahun.

Saat ini, kelapa sawit menggunakan cangkang dengan batu bara sebagai

pembangkit listrik tenaga panas untuk menghasilkan listrik dan panas. Penguatan

tak beraspal dari permukaan jalan di kebun ini juga sangat umum untuk utilisasi

minyak sawit mentah ( Shell Mekhilef , et al., 2010). Hal kecil lain yang menarik

yaitu menggunakan minyak sawit dari utilisasi cangkang sebagai langkah nyata

untuk mengurangi berat. Hasil studi mengindikasikan bahwa beton dibuat dengan

campuran itu akan 19 % lebih ringan daripada campuran normal (Shafigh Reel, et

al., 2013).

3.2.4. Pengolahan Limbah Cair Sebagai Sumber Energi

Terdapat beberapa teknologi pengelolaan POME selain sistem kolam

terbuka. Adapun teknologi itu diantaranya adalah:

1. Pengelolaan aerob dengan menggunakan kolam aerobic (aerobic pond).

Teknologi ini digunakan untuk menghindari terbentuknya gas metan.

Teknologi ini jarang digunakan karena memerlukan tenaga yang besar untuk

menggerakkan aerator.

2. Teknologi pengeringan (drying process), teknologi ini tidak sesuai karena

memerlukan biaya dan energi yang besar untuk menguapkan air dalam

(37)

3. Aplikasi tanah (land application), sistem ini tidak disarankan karena

memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu teknologi ini masih

memerlukan kolam tanpa udara dan masih menghasilkan gas metan.

4. Penggunaan tandan kosong kelapa sawit menjadi kompos, POME digunakan

sebagai bahan penyiram pada proses pengomposan tandan kosong kelapa

sawit. Teknologi ini bagus untuk dilaksanakan. Teknologi ini memerlukan

sedikit investasi yang tinggi tetapi mendapat keuntungan dengan hasil

penjualan kompos.

5. Penggunaan POME untuk menghasilkan energi. Teknologi untuk

menghasilkan energi adalah dengan cara menangkap gas metana. Teknologi

penangkapan gas metana ada yang membangun tangki (biogas reactor) baru

yang berada diatas permukaan atau dengan menutup kolam limbah yang ada

dengan menggunakan penutup dengan bahan parasut tebal (coveredlagoon).

Selain menghasilkan gas Metana sebagai energi, saat ini POME juga dilaporkan

dapat menghasilkan gas Hidrogen sebagai energi. POME menghasilkan gas

(38)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu yang

bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit. Pabrik ini berlokasi di Jl.

Medan-Tebing Tinggi, Medan-Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada

bulan Agustus hingga September 2015.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun

Pabatu tergolong penelitian deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan

untuk memaparkan temuan-temuan praktis untuk keperluan pengambilan

keputusan. Penelitian deskriptif menggunakan data-data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara yang didukung oleh schedule questionaire ataupun

interview guide. Penelitian deskriptif ini bersifat studi kasus dengan tujuan untuk

mengumpulkan informasi secara langsung dari kondisi pengolahan minyak kelapa

sawit dan teknologi pengolahan limbah cair PKS di PT. Perkebunan Nusantara IV

Kebun Pabatu.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu teknologi pengolahan limbah cair hasil produksi PKS

(39)

4.4. Kerangka Konseptual Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian, maka diperlukan adanya sebuah

perancangan kerangka berpikir agar langkah-langkah penelitian lebih sistematis.

Penelitian ini diawali dengan menganalisa proses produksi yang saat ini ada pada

perusahaan dengan mempertimbangkan segala aspek mulai dari langkah proses

produksinya, pengolahan limbah yang dilakukan terutama limbah cair dan juga

konsumsi terhadap sumber daya alam. Setelah pengumpulan data mengenai

ketersediaan proses produksi tersebut, maka dianalisislah aliran material dan

aliran energy yang terkandung pada proses produksi dengan menghitung mass

balance dan energy balance serta mengevaluasi dampak lingkungan dari proses

produksi CPO tersebut. Setelah diketahui semua aspek mengenai energi maka

dilakukan pembuatan penilaian mengenai kinerja pada proses pengolahan limbah

cair kelapa sawit dalam hal menghasilkan limbah cair. Kemudian dilakukan

pengintegrasian dari hasil penilaian efisiensi energi yang secara aktual terlaksana

di pabrik tersebut dengan teori-teori yang telah dibuat oleh para pakar. Dengan

metode dan data yang ada peneliti membuat rancangan pemecahan masalah.

(40)

Teknologi Pengolahan

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian

4.5. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses Produksi

Variabel proses produksi merupakan variabel independen. Variabel proses

produksi menyatakan bagaimana proses produksi pengolahan minyak kelapa

sawit yang ada saat ini di pabrik.

2. Konsumsi Sumber Daya Alam

Variabel konsumsi sumber daya alam merupakan variable independen.

Variabel konsumsi sumber daya alam menyatakan apa-apa saja sumber daya

yang digunakan dalam proses produksi.

3. Teknologi Pengolahan Limbah Cair PKS

Variabel teknologi pengolahan limbah cair PKS merupakan variabel

(41)

teknologi-teknologi yang diterapkan pada pengolahan limbah cair PKS di

pabrik ini.

4. Aliran Material dan Energi

Variabel aliran material dan energi merupakan variable independen. Variabel

aliran material dan energi menyatakan bagaimana aliran yang terjadi pada

material dalam bentuk material balance dan energy balance.

5. Dampak Lingkungan

Variabel dampak lingkungan merupakan variable independen. Variabel

dampak lingkungan menyatakan seberapa sering limbah cair mengakibatkan

dampak terhadap lingkungan selama ini.

6. Efisiensi Energi

Variabel efisiensi energi adalah variabel dependen. Variabel ini menyatakan

efisiensi energi pada proses pengolahan minyak kelapa sawit yang dalam hal

menghasilkan limbah dan efisiensi pengolahan limbah cair pabrik.

7. Kinerja Teknologi Pengolahan Limbah Cair

Merupakan variabel dependen. Variabel ini menyatakan seberapa baik kinerja

yang telah didapat berdasarkan kriteria-kriteria dalam teknologi proses

pengolahan limbah cair di pabrik ini.

8. Efisiensi Kolam Pengolahan Limbah Cair

Merupakan variabel dependen. Variabel ini menyatakan seberapa baik kolam

(42)

4.6. Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian

berupa penyebaran kuesioner tertutup dan melalui pengamatan secara langsung

terhadap objek yang akan diteliti yang akan dilakukan pada awal penelitian dan juga

dilakukan untuk penilaian kinerja dan efisiensi energi.

2. Teknik kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari teori-teori yang berhubungan

dengan pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan permasalahan

yang diamati di PKS Kebun Pabatu.

Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pabrik kelapa sawit PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu, baik secara pengamatan, peninjauan

ataupun pengukuran pada proses produksi dan proses penanganan limbah

pabrik kelapa sawit. Data primer ini yaitu data kinerja pengolahan limbah cair

untuk melakukan perbandingan nilai dalam penilaian kinerja teknologi

pengolahan limbah cair dan pengukuran dimensi kolam limbah.

b. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui badan-badan yang

melakukan pengumpulan data, pusat penelitian kelapa sawit (PPKS), studi

pustaka dan publikasi hasil penelitian. Data sekunder ini digunakan sebagai

(43)

4.7. Instrumen Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penilaian kinerja teknologi

pengolahan limbah cair sistem kolam didasarkan pada penelitian terdahulu

mengenai parameter penilaian pada teknologi pengolahan limbah cair sistem

kolam dan diobservasi kembali menggunakan kuisioner. Observasi dilakukan

dengan memberikan kuesioner, kuesioner yang digunakan berdasarkan bentuknya

yakni kuesioner tertutup (kuesioner rating scale) untuk penentuan kriteria dan

variabel yang sesuai untuk penilaian kinerja teknologi pengolahan limbah cair

sistem kolam.

Kuesioner tertutup ini dibuat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,

dimana peneliti telah banyak mengetahui mengenai variabel penilaian kinerja

tetapi peneliti harus bertanya kembali kepada pakar mengenai kriteria dan variabel

tersebut apakah telah sesuai atau tidak. Penilaian pada kuesioner tertutup

menggunakan skala dikotomis yakni untuk mengelompokkan objek kedalam dua

kelompok yang tidak overlapping. (Sukaria Sinulingga, 2011).

4.8. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap awal penelitian yaitu studi pendahuluan untuk mengidentifikasi dan

menganalisis langkah proses produksi yang saat ini dijalankan oleh

perusahaan, teknologi terapan untuk pengolahan limbah cair PKS di pabrik,

dan informasi pendukung yang diperlukan serta studi literatur tentang metode

(44)

2. Tahapan selanjutnya adalah mengidentifikasi nilai-nilai yang menjadi input

dan output pada perhitungan efisiensi energi.

3. Selanjutnya menetapkan tujuan yaitu untuk mendapatkan suatu integrasi

mengenai kinerja pada efisiensi energi untuk teknologi pengolahan limbah

antara implementasi aktual di pabrik dan solusi yang diberikan nantinya.

4. Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil

pengamatan langsung maupun yang diminta pada pihak perusahaan.

5. Tahapan berikutnya yaitu melakukan pengolahan data yang telah diperoleh

untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam proses

pengintentegrasian antara proses produksi dan teknologi pengolahan limbah

untuk mendapatkan suatu penilaian terhadap teknologi pongolahan limbah

cair.

6. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data tersebut kemudian dilakukan

analisis dan evaluasi untuk dilakukan perbaikan atau implementasi dari

metode yang akan digunakan.

7. Kemudian dilakukan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang

(45)

Identifikasi Masalah

Integrasi Kinerja Efisiensi Energi Teknologi Pengolahan

Limbah Cair PKS

Studi Literatur

- Proses Produksi CPO & Limbah Cair - Pengolahan Limbah Cair Sistem Kolam

Gambaran Permasalahan

Pengumpulan Data Primer

-Energy Balance Pengolahan CPO - kriteria dan variabel penilaian kinerja pengolahan limbah cair sistem kolam

- dimensi kolam limbah cair

Pengumpulan Data Sekunder

- Teknologi Pengolahan limbah cair yang digunakan

- konsumsi sumber daya - kapasitas pabrik

- Nilai ideal untuk tiap kriteria penilaian kinerja pengolahan limbah cair sistem kolam

Pengolahan Data

-perhitungan efisiensi energi teknologi pengolahan minyak kelapa

sawit penghasil limbah cair

- perhitungan efisiensi kolam pengolahan limbah cair -penilaian kinerja teknologi pengolahan limbah cair

Analisis Pemecahan Masalah:

Melakukan pengintegrasian antara praktik yang selama ini di perusahaan dengan literatur hasil

-Kondisi Proses Produksi CPO saat ini - Teknologi pengolahan limbah cair

PKS Kebun Pabatu saat ini

(46)

4.9. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penyajian

perhitungan efisiensi energi pada teknologi pengolahan limbah cair PKS untuk

mengetahui efisiensi yang terjadi pada teknologi tersebut dalam bentuk

persentase. Setelah didapat persentase efisiensi energinya, dihitung juga efisiensi

kolam untuk pengolahan limbah cair sat ini. Setelah itu, maka dilakukan penilaian

terhadap kinerja teknologi pengolahan limbah cair yang menggunakan

kriteria-kriteria yang berhubungan dengan proses pengolahan limbah cair dari faktor

internal dan dari faktor sosial, ekonomi serta lingkungan. Setelah didapat hasil

dari penilaian teknologi diatas, maka dilakukan integrasi efisiensi energi yang

dilihat dari kebutuhan industri mengenai pengolahan limbah cair PKS dan

(47)

Pengumpulan data

- Konsumsi energi listrik dan bahan bakar - Volume Kolam limbah yang digunakan - Kapasitas kolam limbah yang diharapkan

- Penentuan Kriteria dan variabel pada penilaian kinerja teknologi

penilaian kinerja teknologi pengolahan limbah cair pada pabrik menggunakan persen deviasi (penyimpangan) antara

data empirik dengan keadaan pabrik

Pengintegrasian hasil penilaian teknologi pengolahan limbah cair berdasarkan kinerja efisiensi energi teknologi

pengolahan limbah cair

Perhitungan Efisiensi Energi proses produksi serta material balance

Mulai

Selesai

Perhitungan Efisiensi kolam pengolahan limbah cair saat ini

(48)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Proses Produksi dan Aspek Lingkungan

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu adalah perkebunan tembakau

yang dikonversi oleh BOCM menjadi perkebunan kelapa sawit sejak tahun 1938.

PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu terletak di Jl. Medan-Tebing Tinggi,

Tebing Tinggi, Sumatera Utara yang berjarak 7 km dari Kota Tebing Tinggi dan

87 km dari Kota Medan. Kapasitas produksi pabrik ini adalah 30 ton TBS/ jam.

Pabrik ini mengungkapkan bahwa telah menerapkan teknologi bersih karena

limbah cair yang dihasilkan tidak langsung dibuang ke sungai melainkan

diendapkan dan jernihkan dengan bakteri anaerob melalui sistem kolam.

5.1.1.1. Proses Produksi

Proses produksi CPO memiliki lima proses yang paling utama yaitu

pemilihan TBS, perebusan, penebahan, ekstraksi minyak dan pemurnian minyak.

Air dan energi yang besar sangat dibutuhkan pada proses produksi penghasil CPO

dari kelapa sawit. Dibawah ini ditujukkan diagram alir pengolahan TBS dan

ddiagram alir energi pada pengolahan TBS yang ditunjukkan pada Gambar 5.9.

dan 5.10. Serta pada Gambar 5.11. ditunjukkan mass balance dari proses

(49)

Perebusan

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

Gambar 5.1. Diagram Alir Pengolahan TBS PKS Kebun Pabatu

Langkah-langkah dari proses produksi pengolahan TBS yaitu sebagai

berikut:

1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception Station), Penumpukan dan

(50)

menerima Tandan Buah Segar dan Setelah melalui jembatan timbang

kemudian truk langsung ke loading rampuntuk melakukan bongkar muatan

TBS. Buah sawit yang sudah disortasi kemudian dituang ke penampungan

buah (fruit hoppers).

2. Stasiun Perebusan. Tandan buah segar yang berada dalam lory rebusan

diangkut dari Stasiun Penerimaan Buah dengan bantuan transfer carrier yang

bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini selain sebagai alat angkut juga

sebagai wadah untuk merebus buah. Lory rebusan ini berisi penuh dan merata

dengan kapasitas rata-rata 2,5 ton/lory.

3. Stasiun Penebah. Pada stasiun penebah, buah dituang dari lori ke rebusan ke

automatic feeder dengan menggunakan hosting crane, automatic feeder ini

berfungsi untuk menampung serta mengatur pemasakan buah ke dalam alat

penebah (threser/stripper drum) dalam threser, buah yang masih melekat pada

tandan akan lepas dan dipisahkan dengan menggunakan prinsip

bantingan.Alat penebah ini berupa drum yang terpasang secara horizontal dan

berputar dengan kecepatan ± 23 rpm.

4. Stasiun Pengempaan (Screw Press). Stasiun pengempaan adalah stasiun

pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat dan

mengempal. Pada stasiun ini dilakukan 2 tahap pengolahan yaitu :

a. Pengadukan (digesting). Brondolan yang dihasilkan pada proses

penebah,dialirkan ke dalam digeste. Peralatan ini digunakan untuk

melumatkan brondolan sehingga daging buah (pericrape) terpisah dari biji

(51)

b. Pengempaan (pressing)

Massa adukan yang berasal dari alat pengaduk (digester) dialirkan ke

dalam alat pengempa (screw press) yang berfungsi untuk mengempa

massa adukan sehingga terjadi pemisahan antara massa padat (biji, serat

dan kotoran) dengan cairan minyak kasar.Tekanan kempa yang

dibutuhkan 50-60 kg/cm2. Alat pengempa yang digunakan adalah jenis

kempa ulir ganda (doublescrew press) alat ini terdiri dari sebuah silinder

(press cylinder) yang berlubang-lubang yang didalamnya terdapat 2 buah

ulir (feet screw dan main screw) yang berputar yang berlawan arah dengan

kecepatan yang sama.

5. Stasiun Pemurnian Minyak, berfungsi untuk mendapatkan minyak sawit

mentah (CPO) yang sudah dimurnikan dari impurities atau kotoran lainnya.

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir untuk pengolahan minyak

sawit mentah (CPO).Pemurnian minyak bertujuan agar tidak terjadi penurunan

mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Pada stasiun

pemurnian/klarifikasi minyak, terjadi beberapa tahapan proses yaitu

pengenceran, Sand Trap Tank, ayakan getar, Crude oil tank, dan Oil Setling

tank.

6.Oil purifier danPengeringan Minyak. Alat purifier ini sering disebut oil

centrifuge yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Prinsip

kerja dari alat ini memisahkan fraksi yang BJ > atau = 1 artinya FM dan

minyak berada dalam 1 fraksi sedangkan kotoran tergolong dalam fraksi berat.

(52)

menurun kemampuan untuk memurnikan minyak. Minyak yang masih

mengandung air 0,6 - 1,0% perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi

berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Pengeringan ini

dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka, pemanasan dalam ruangan

tertutup dan dalam ruangan hampa.

5.1.1.2. Pengolahan Limbah Cair

Industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah industri yang

menghasilkan air limbah yang dapat mencemari lingkungan kegiatan terpadu yang

meliputi kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation),

penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah. Parameter yang

digunakan dalam penanganan limbah-limbah tersebut sesuai dengan Kepmen

No.KEP-51/MENLH/10/1995 seperti pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Parameter Penanganan Limbah

Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH 6 – 9

BOD mg/l 100

COD mg /l 350

Total Suspended Solide (TSS) mg/l 250

Amonia (N-NH3) mg/l 50

Oil/Grease mg/l 25

(53)

Jenis limbah yang dihasilkan dari produksi PT Perkebunan Nusantara IV

Kebun Pabatu adalah :

a. Raw sludge merupakan buangan dari pengolahan di stasiun pemurnian yang di

tampung di fat fit.

b. Aluminium Sulfat dan soda ash dilarutkan kedalam air injeksi untuk

menetralisir PH dan menangkap/ mengendapkan partikel lumpur dalam air

dan sisa ( blow down) yang dibuang ke parit.

c. Sulfuric Acid dan caustic soda dilarutkan dan kemudian ddigunakan sebagai

regenerant untuk mengaktifkan senyawa polimer (resin) pada

Deriminimalizerplant filtrat dibuang keparit setelah melalui proses

pengenceran pembilasan.

d. Aqua Chemical yang dilarutkan kedalam air ketel melalui injeksi untuk

mencegah Scalling dan korosi pada pipa – pipa boiler, carry over atau

foaming pada produksi uap dimana blow down di buang keparit limbah.

e. Limbah beracun dan berbahaya berupa Oil/ Grease bekas oli pelumas mesin –

mesin produksi, dibersihkan bila ada yang tumpah dilantai produksi sehingga

tidak mencelakai pekerja di bagian produksi dan wadah bekas bahan kimia

dibuang / ditimbun di dalam tanah.

Sistem pengendalian limbah cair pada PT. Perkebunan Nusantara IV

Kebun Pabatu menggunakan beberapa kolam untuk menetralisir parameter limbah

yang masih terkandung dalam cairan limbah sebelum dibuang ke perairan umum

(54)

Recovery Tank Kolam Aerobik Kolam akhir

Sungai Deoiling Tank Kolam Fakultatif

Kolam Anaerobik kedua Kolam anaerbik

pertama

Gambar 5.2. Teknologi Penanganan Limbah Cair Sistem Kolam

Jumlah limbah cair yang dihasilkan rata-rata sekitar 60% dari kapasitas

pabrik. Pabrik Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu

mempunyai kapasitas sebesar 30 ton TBS/jam. Jadi bila kapasitas pabrik 30 ton

TBS/ jam, maka jumlah limbah cairnya sekitar 18 ton/jam. Pabrik kelapa sawit

PTPN IV Kebun Pabatu beroperasi selama 22 jam setiap harinya, maka jumlah

limbah cair adalah 396 m3/hari.

Pada perhitungan efisiensi tiap kolam, dibutuhkan dimensi kolam untuk

menghitung volume kolam. Dimensi masing-masing kolam yaitu:

1. Kolam Fat-pit (Recovery Tank): - Panjang : 17,5 m

- Lebar : 7,5 m

- Tinggi : 2,5 m

- Volume : 328 m3

Waktu tinggal pada saat ini (Tr) =

2. Kolam Deoiling Pond : - Panjang : 67 m

(55)

- Tinggi : 3 m

- Volume : 5574 m3

Waktu tinggal pada saat ini (Tr) =

3. Kolam anaerobic pertama:- Panjang : 67 m

- Lebar : 139 m

- Tinggi : 5,5 m

- Volume : 47496 m3

Waktu tinggal pada saat ini (Tr) =

4. Kolam anaerobic kedua: - Panjang : 50 m

- Lebar : 100 m

- Tinggi : 5,5 m

- Volume : 25000 m3

Waktu tinggal pada saat ini (Tr) =

5. Kolam fakultatif : - Panjang : 140 m

- Lebar : 70 m

- Tinggi : 2,5 m

- Volume : 22540 m3

Waktu tinggal pada saat ini (Tr) =

6. Kolam aerobic : - Panjang : 130 m

- Lebar : 40 m

- Tinggi : 2,0 m

- Volume : 9360 m3

(56)

7. Kolam Final Pond : - Panjang : 20,9 m

- Lebar : 9,5 m

- Tinggi : 1,5 m

- Volume : 245 m3

Waktu tinggal pada saat ini (Tr) =

5.1.1.2. Konsumsi Sumber Daya Alam

Konsumsi sumber daya alam yang menjadi masukan bagi proses

produksi pengolahan minyak kelapa sawit dipabrik ini ialah:

1. Permintaan bahan baku. Bahan baku yang diperlukan pada proses ini adalah

TBS, alumunium sulfat, solar, listrik dan air. Aluminium Sulfat dan soda ash

dilarutkan kedalam air injeksi untuk menetralisir PH dan menangkap/

mengendapkan partikel lumpur dalam air dan sisa ( blow down) yang dibuang

ke parit.

2. Permintaan listrik. Listrik adalah sumber yang paling utama dari energi untuk

proses produksi dan dan aktivitas industry (Tavares, 2013). Total konsumsi

energi untuk seluruh mesin pada pabrik ini berkisar 17-19 kWh/ ton TBS

dengan rata-rata konsumsi energi perhari ialah 5000 kWh. Sumber daya listrik

yang digunakan PKS Pabatu ialah dari PLN dan turbin generator (genset). 1

kWh ialah 860 kkal, maka untuk konsumsi listrik sekitar 4.300.000 kkal/hari.

3. Permintaan bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan ialah yang digunakan

untuk menjalankan genset. Terdapat juga bahan bakar lain yang digunakan

(57)

rata-rata ialah 8763 kg/jam atau sekitar 210.312 kg/hari. Nilai Kalori untuk

cangkang ialah 3600 kkal/kg dan serat 2340 kkal/kg. Campuran untuk

cangkang dan serat yaitu 25:75 maka nilai kalori bakarnya yaitu 2655 kkal/kg

(Sihombing, 2014).

4. Permintaan persediaan air. Pada proses produksi banyak menggunakan air

yang telah difiltrasi dan koagulasi menggunakan Alumunium sulfat dan soda

ash di stasiun klarifikasi. Rata-rata konsumsi air sebesar 400-450 m3/ hari. Air

pada pabrik biasanya digunakan sebagai air pendingin genset untuk listrik,

untuk perebusan dan penguapan penebahan,untuk pengekstraksian untuk

memisahkan minyak dari serat dan lain sebagainya.

Sedangkan konsumsi sumber daya alam yang menjadi hasil atau

keluaran dari proses produksi pengolahan minyak kelapa sawit dipabrik ini

ialah:

1. Produk (Minyak Kelapa Sawit). Rata-rata kapasitas produksi di pabrik ini

ialah 30 ton TBS/ jam. Pada 22 jam operasi, akan memproses sekitar 660 ton

TBS/ hari, dengan rata-rata total pendapatan akhir ialah 132 ton CPO yang

dihasilkan.

2. Limbah cair. Sumber utama terdapatnya limbah cair yaitu dari proses

perebusan dan proses pemisahan minyak. Kombinasi limbah cair dari proses

produksi menghasilkan endapan yang berisi zat organic yang tinggi. Hasil

yang ditunjukkan setelah melalui proses analisis yaitu BOD dan COD akan

(58)

biasanya rata-rata sekitar 60% dari kapasitas pabrik. Jadi bila kapasitas pabrik

30 ton TBS/ jam, maka jumlah limbah cairnya sekitar 18 ton/ jam.

3. Limbah padat dan bahan setengah jadi. Limbah padat dan bahan setengah jadi

yang dihasilkan di pabrik ini ialah tandan kosong, serat, dan cangkang.Tandan

kosong yang dihasilkan rata-rata sebesar 75 ton/ hari. Limbah padat ini dapat

digunakan kembali sebagai bahan bakar boiler, pupuk untuk kelapa sawit

ataupun dijual ke pihak lain. Masalah yang terjadi dipabrik ini mengenai

limbah padat ialah mengenai penyimpanan dan penganannya yang memakan

lahan yang cukup luas.

4. Polusi Udara. Polusi dan asap dihasilkan dari pembakaran ataupun asap boiler

pada proses yang menggunakan limbah padat sebagai bahan bakarnya. Pabrik

kelapa sawit ini biasanya menggunakan serat dan cangkang untuk dijadikan

bahan bakar boiler uap dan sebagai pembangkit tenaga listrik. Hal-hal inilah

yang membantu pabrik menurunkan kadar pencemaran karena serat kelapa

sawit tidak terlalu terbuang karena digunkan untuk bahan bakar serta untuk

limbah cair sendiri sebelum ddibuang ke sungai, dilakukan teknologi

pengolaman untuk menurunkan kadar COD dan BOD dalam limbah cair

tersebut.

5.1.2. Analisis Aliran Material dan Energi

Analisis aliran material dan energi pada subbab ini mengacu pada proses

(59)

tersebut seperti pada stasiun perebusan danstasiun klarifikasi atau pemurnian

minyak.

5.1.2.1. Material balance

Material balance hanya berdasarkan aliran dari berat kering untuk

semua bahan baku yang ada dalam proses produksi termasuk hasil CPO, bahan

setengah jadi yang akan diolah kembali dan limbah padat yang berdasarkan 22,5

ton TBS. Data yang dapat dikumpulkan pada pengolahan kelapa sawit di PT.

Perkebunan Nusantara IV Kebun Pabatu adalah sebagai berikut:

1. TBS sebesar 22.500 kg (22,5 ton) setiap satu perebusan. Diperoleh dari 1 lori

berisi 2,5 ton TBS, satu perebusan berisi 9 lori, jadi sekali perebusan dengan

satu tabung perebusan berisi 9 x 2,5 = 22,5 ton.

2. Kondensat = 12% (diperoleh pada tahap perebusan)

3. Tandan kosong = 21% (diperoleh pada tahp thresher)

4. Air = 75% ditambahkan pada tahap screw press untuk mempermudah

pengayakan minyak kasar.

5. Air dan kotoran = 0,4% dari oil purifier

6. Minyak kasar = 3,5% dari sludge separator

Adapun gambar dari bahan yang masuk untuk diproses pada tahap

(60)

1. Perhitungan Material balance pada proses perebusan

Input Proses Output

Proses perebusan TBS

(22,5 ton)

Steam

Tandan Buah rebus (19,8 ton)

Kondensat (12%)

Gambar 5.3. Aliran Bahan pada Proses Perebusan

TBS = 22,5 ton menjadi input pada proses ini, perhitungannya adalah:

Output = Input – (Input x kondesat)

= 22.500 – (22.500 x 12%)

= 22.500 – 2.700

= 19.800 kg

2. Perhitungan Material balance pada proses thresher

Input Proses Output

Proses thresher Tandan Buah

rebus (19,8 ton)

Tandan kosong (21%)

Berondolan (15.642 kg)

(61)

Input pada perhitungan bahan pada proses thresher adalah output yang

terdapat pada tahap perebusan sebesar 19.800 kg, perhitungannya sebagai berikut:

Output = input – (input x kondesat)

= 19.800 – (19.800 x 21%)

= 19.800 – 4.158

= 15.642 kg

3. Perhitungan Material balance pada proses pengadukan

Bahan yang masuk pada tahap pengadukan adalah bahan yang keluar dari

proses thresher yaitu sebesar 15.64 kg. Pada proses pengadukan tidak ada faktor

yang memperngaruhi perubahan bahan yang diolah. Untuk itu jumlah bahan

masuk dan bahan keluar yang ada pada proses pengadukan sebesar 15.642 kg.

4. Perhitungan Material balance pada proses pengempaan

Input Proses Output

Gambar 5.5. Aliran Bahan pada Proses Pengempaan

Input pada perhitungan bahan pada proses pengempaan adalah output yang

terdapat pada tahap pengadukan sebesar 15.642 kg. Pada proses pengempaan

bahan yang keluar setelah mengalami proses akan dipisahkan menjadi dua tahap

Gambar

GAMBAR
Gambar 3.2.  Jenis Limbah Berdasarkan Tahap Proses Pabrik Kelapa Sawit
Tabel 3.1.  Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Tabel 3.3. Kualitas Limbah Cair (inlet) Pabrik Kelapa Sawit PKS
+7

Referensi

Dokumen terkait

141 15052302010206 YATIK NINGSIH Guru Kelas PAUD/TK TK Dharma Wanita Jatibanteng Lengkapi SK Guru Tetap Yayasan 2 tahun terakhir 142 15052302010228 HINDAR MISSRU HADI Guru Kelas

Hubungan antara penurunan berat kering dengan konsentrasi pelarut dalam delignifikasi dikaitkan dengan ikatan komplek lignin-polisakarida, jika konsentrasi yang digunakan tinggi

kontrol logika fuzzy, berhasil mengendalikan kadar oksigen terlarut pada perubahan setpoint yang diberikan dan mengatasi gangguan dengan baik dengan performansi berupa

Maka orang yang beriman adalah mereka yang yakin dan percaya kepada Allah swt sebagai tempat meminta, tempat bergantung, tempat mengharap dan segala hal terkait dengan kodrat

Dalam dunia keselamatan kerja saat ini, iklim keselamatan kerja yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman karena 88%

Dengan mengenali dan menggunakan Pikiran secara benar maka itu artinya kita berterimakasih kepada Tuhan atas nikmat Tuhan, tapi kalau anda tidak mau menyadari

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Kartu Pengawas Mengangkut

Karena wajik menggunakan gula jawa sudah terlalu umum, maka dari sinilah tercipta sebuah inovasi dari wajik yang berbeda dari biasanya yaitu wajik dengan rasa buah-buahan, dimana