HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI
DENGANKEBERHASILAN PEMBERIANASI
EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN
DI DUSUN II DESA BANDAR SETIA
NAFSUL MUTHMAINNAH 145102037
KARYA TULIS ILMIAH
PROGAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN
SUAMIDENGANKEBERHASILANPEMBERIAN ASI EKSKLUSIFPADA BAYI
USIA 0-6 BULANDI DUSUN IIDESA BANDAR SETIA 2015
Nafsul Muthmainnah
Program Studi D IV Bidan Pendidik Universitas Sumatra Utara
Abstrak
Latar belakang: Masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini di perparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (seperti ruang ASI). Keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerja.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia.
Metode:Penelitian ini menggunakan penelitiandeskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan penelitian crosssectional,pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 46 orang.
Hasil:Dari hasil uji statistik Chi quare diperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari nilai
α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti tidak ada
hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, Diharapkan Bidan memberikan konseling tentang pentingnya ASI Eksklusif.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan
karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan KTI Penelitian dengan
judul “Hubunganpekerjaan ibu dan dukungan suamidengan keberhasilan pemberian
ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulandi Dusun IIDesa Bandar Setia.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan KTI
penelitian ini yaitu :
1. dr. DediArdinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara .
3. Ferbrina Oktavinola Kaban, SST, M.Keb selaku Dosen pembimbing
dalam penyusunanKTI (Karya Tulis Ilmiah) dan penguji III
4. DR. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penguji I.
5. Evi Karota, SKp, MNS selaku dosen penguji II
6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Ayahanda Thaharuddin, SE dan Ibunda Dra. Nurmawati Yusuf yang
telah memberikan dukungan, semangat kepada peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan Karya
Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT.
Medan, Juni 2015
DAFTAR ISI
1. Bagi Petugas Kesehatan Bandar Setia ... 7
2. Bagi Institusi Pendidikan Khususnya D-IV Bidan Pendidik ... 7
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif ... 8
2. Kandungan ASI ... 8
3. Keunggulan dan Manfaat ASI ... 9
4. Cara Menyusui yang Benar ... 14
5. Masalah-Masalah dalam Menyusui ... 16
B. Pekerjaan Ibu
1. Definisi Pekerjaan ... 20
2. Kategori Pekerjaan ... 20
3. Referensi Pekerjaan ... 21
C. Dukungan Suami ... 21
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 25
B. Hipotesis ... 25
C. Definisi Oprasional ... 26
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel ... 27
C. Tempat Penelitian... 27
D. Waktu Penelitian ... 28
E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 28
F. Instrument Penelitian ... 29
G. Uji validitas dan Reliabilitas ... 30
H. Prosedur Pengumpulan Data ... 30
I. Rencana Analisa Data ... 31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 39
C. Keterbatasan Penelitian ... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 41
B. Saran ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik di Dusun II Desa Bandar
Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015
... 34
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan Dukungan Suami di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015
... 35
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan ASI Eksklusif di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015
... 36
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu dengan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015
... 37
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami dengan
Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Kuesioner
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3 : Surat Izin Suvei Pendahuluan
Lampiran 4 : Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian
HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN
SUAMIDENGANKEBERHASILANPEMBERIAN ASI EKSKLUSIFPADA BAYI
USIA 0-6 BULANDI DUSUN IIDESA BANDAR SETIA 2015
Nafsul Muthmainnah
Program Studi D IV Bidan Pendidik Universitas Sumatra Utara
Abstrak
Latar belakang: Masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini di perparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (seperti ruang ASI). Keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerja.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia.
Metode:Penelitian ini menggunakan penelitiandeskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan penelitian crosssectional,pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 46 orang.
Hasil:Dari hasil uji statistik Chi quare diperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari nilai
α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti tidak ada
hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, Diharapkan Bidan memberikan konseling tentang pentingnya ASI Eksklusif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persentase pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan
tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif
tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti Sumatra
Selatan 74,49% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan
persentase pemberian ASI Eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku
sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara
sebesar 34,67%. Persentase bayi yang diberikan ASI Eksklusif di Medan dari
tahun 2009-2012 cenderung menurun secara signifikan, walaupun cakupan
pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 27,6% dibandingkan 2012
yang sebesar 20,33%, namun masih jauh dibawah pencapaian tahun 2009
sebesar 32,15%, sehingga belum mampu mencapai target nasional yaitu 40%
(Profil Kesehatan Indonesia 2013)
Menurut Maryunani (2012), pertumbuhan dan perkembangan bayi
sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi
dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Antibodi yang
terkandung dalam air susu ibu adalah imunoglobulin A (Ig A), bersama
dengan berbagai sistem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit,
laktoferin, laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, interleukin, sitokin
(Proverawati, 2013)
Menurut UNICEF, ASI Eksklusif dapat menekan angka kematian bayi
Indonesia dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia setiap tahun dapat
dicegah melalui pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan sejak pertama
setelah kelahiran bayi tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan
kepada bayi (Prasetyono, 2009).
Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan
pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini
disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian
ASI masih relatif rendah. Padahal kandungan ASI kaya akan Kartenoid dan
selenium, sehingga ASI berperan dalam sistempertahanan tubuh bayi untuk
mencegah berbagai penyakit (Depkes, 2011).
Menurut Yuliarti (2010), saat ini jumlah ibu yang memberikan ASI
kepada bayinya sampai berumur 6 bulan sangat rendah. Salah satu alasannya
adalah banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah.Bagi ibu
yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif sering kali mengalami
hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum
pemberian ASI Eksklusif berakhir dengan sempurna, ia harus kembali
bekerja. Inilah yang menjadikan bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif
(Prasetyono,2009).
Menurut Dirjen Gizi dan KIA masalah utama masih rendahnya
penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya
pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta
jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan
Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini di perparah dengan gencarnya promosi
yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan
kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (seperti ruang ASI).
Keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui bayinya sangat ditentukan
oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta
lingkungan kerja ( Depkes, 2011).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hellen Keller internasional
pada tahun 2002 diketahui bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya
mendapatkan ASI Eksklusif selama 1,7 bulan. Padahal kajian WHO yang di
tuangkan dalam kepmen nomor 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi
diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan (Prasetyono, 2009).
Jones et al (1986) dalam Henderson (2006) menyatakan ada beberapa
faktor yang juga terbukti mempengaruhi lamanya pemberian ASI antara lain
kebutuhan untuk kembali bekerja dan kurang mendapat dukungan dari
pasangan. Bagi ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif sering
kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan
melahirkan. Sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir dengan sempurna, ia
harus kembali bekerja. Inilah yang menjadikan bayi tidak mendapatkan ASI
Eksklusif (Prasetyono, 2009).
Menurut Roesly (2008), ayah mempunyai peran yang sangat
menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut
menentukan dalam kelancaran reflek pengeluaran ASI (let down reflek) yang
sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Dari semua
dukungan bagi ibu menyusui, dukungan sang ayah adalah dukungan yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Clinical Pediatric pada
tahun 1994 terhadap 115 ribu paska persalinan, keberhasilan menyusui pada
kelompok ayah tidak mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok ayah
yang mengerti ASI adalah 98,1% (Roesly, 2008).
Menurut hasil penelitian Ramadani (2010) manfaat pemberian ASI
yang sangat besar ternyata belum mampu meningkatkan angka cakupan ASI
Eksklusif. Hal tersebut terlihat pada tingkat pemberian ASI Eksklusif ditanah
air yang masih rendah berada pada kisaran 39%-40%. Hasil penelitian
diperoleh 55,4% ibu memberikan ASI Eksklusif dan 57% ibu mendapatkan
dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif. Ada hubungan antara
dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif, ibu yang suaminya
mendukung pemberian ASI Eksklusif berpeluang memberikan ASI Eksklusif
2 kali dari pada ibu yang suaminya kurang mendukung pemberian ASI
Eksklusif setelah dikontrol dari pekerjaan suami, dukungan petugas kesehatan
dan pekerjaan ibu. Oleh karena itu peran suami penting dalam pemberian ASI
Eksklusif, maka suami harus dijadikan sasaran penyuluhan ASI dan didorong
untuk lebih aktif belajar mengenai ASI, sehingga lebih paham dalam
memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif.
Menurut hasil penelitian Wahyuningsih (2013) pemberian makanan
terbaik bagi bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan telah menjadi
rekomendasi WHO adalah memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja
kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan. Permasalahan yang terjadi
adalah terjadinya penurunan cakupan ASI Eksklusif.Umur, pendidikan,
pekerjaan ibu dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental
tersebut.Dukungan suami diharapkan dapat meningkatkan kembali pemberian
ASI Eksklusif pada bayi.
Menurut hasil penelitian Dahlan (2010) pemberian ASI di Indonesia
belum dilaksanakan sepenuhnya dan masih sangat rendahnya pemberian ASI
Eksklusif terutama pada ibu bekerja. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti kelurahan Palebon kecamatan Pedurungan kota Semarang diperoleh
data bahwa 8 -10 dari ibu bekerja menyusui (bayi umur 6-12 bulan) tidak
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, dan 9 dari 10 ibu tidak bekerja
yang menyusui (bayi umur 6-12 bulan) memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya. Tujuannyan untuk mengetahui hubungan status pekerjaan terhadap
pemberian ASI Eksklusif.Dapat disimpulkan ada hubungan antar status
pekerjaan dengan pemberian ASI Eklusif.
Berdasarkan hasil servei awal yang dilakukan penulis di Dusun II
Desa Bandar setiamenunjukkan bahwa jumlah bayi ASI Eksklusif 13 0rang,
ibu menyusui yang mempunyai anak usia diatas 6 bulan adalah 46 orang, di
dapatkan bahwa dari 10 orang ibu menyusui yang bekerja, 6 orang yang tidak
menberikan ASI Eksklusif kepada bayinya ketika bekerja. Dan dari 10 ibu
yang ditanya tentang dukungan suami dalam menyusui didapatkan bahwa
hanya 3 orang suami yang pernah menganjukan kepada istrinya untuk
menyusui.
Berdasarkan fenomena diatas penulis ingin melakukan penelitian
tengtang hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan
B. Perumusan Masasalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan
masalah yaitu” Apakah ada hubunganpekerjaan ibu dan dukungan suami
dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia0-6 bulan di
Dusun II Desa Bandar Setia”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan
keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia0-6 bulan di Dusun
II Desa Bandar Setia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa
Bandar Setia
b. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa
Bandar Setia
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Petugas Kesehatan Bandar Setia
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas kesehatan
khususnya bidan yang berada di Desa Bandar Setia harus lebih
memperhatikan dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif bagi ibu
2. Bagi Institusi Pendidikan khususnya D-IV Bidan Pendidik
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan bacaan
yang bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan tentang pemberian ASI
Eksklusif.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat memperluas informasi
mengenai ASI Eksklusif untuk meningkatkan minat ibu-ibu dalam
memberikan ASI ekslusif baik didaerah perkotaan maupun didaerah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Prasetyono (2009), yang dimaksud dengan pemberian ASI
Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biscuit, bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat. Selain
itu pemberian ASI Eksklusif juga berhungan dengan tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan
minuman lain, kecuali sirop obat.
Menurut Budiasih (2008), ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula)
yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Selain itu
ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi
karena didalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan
oleh bayi. Tidak ada yang dapat menggantikan ASI karena ASI didesain
khusus untuk bayi sedangkan komposisi susu sampai sangat berbeda
sehingga tidak dapat menggantikan ASI (Yuliarti, 2010)
2. Kandungan ASI
Menurut Yuliarti (2010) banyak sekali zat-zat gizi dalam ASI,
a. ASI mengandung 88,1 % air, sehingga kandungan air dalam ASI yang
diminum bayi selama pemberian ASI Eksklusif sudah mencukupi
kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru
lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum-cairan
kental kekuningan), tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi
dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan
kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga
atau keempat.
b. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Salah satu fungsi utama air
adalah untuk menguras kelebihan bahan larut melalui air seni. Zat-zat
yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida)
disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya
belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan
kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan
kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena itu ASI mengandung sedikit
bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak
atau orang dewasa.
3. Keunggulan dan Manfaat ASI Eksklusif
Menurut depkes RI (2001) dalam Arif (2009), keunggulan dan
manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi,
aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,
a. Aspek Gizi
1) Manfaat Kolostrum
a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah. Sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang
pertama berwarna hitam kehijauan.
2) Komposisi ASI
a) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang
sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan
zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/ anak.
c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki
perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai sesuai
untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung whey lebih banyak yaitu 65:63. Komposisi ini
pada susu sapi mempunyai perbandingan whey: Casein adalah
20:80, sehingga tidak mudah diserap.
3) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
a) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak
dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan
berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan
pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
b) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated
fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
yang optimal. Jumlah DHA dan ASI sangat mencukupi untuk
menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu
DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/ disintesa dari
substansi pembentukannya (precursor) yaitu masing-masing
dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
b. Aspek Imunologik
1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya
cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat
melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada
saluran pencernaan.
3) Laktofenin yaitu sejenis protein yang merupakan kompenen zat
4) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli
dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali
lebih banyak dari pada susu sapi.
5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000
sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Broncus – Asociated
Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GBLT) antibodi saluran pernafasan dan
Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi
jaringan payudara.
6) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,
menunjang pertumbuhan bakteri ini menjaga keasaman flora usus
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang
merugikan.
c. Aspek Psikologi
1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui; bahwa ibu mampu
menyusui dengan produksi ASI yang mengcukupi untuk bayi.
Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap
bayi yang akan meningkat produksi hormone terutama oksitosin
yang ada pada akhirnya akan meninkatkan produksi ASI.
2) Interaksi ibu dan Bayi: pertu-buhan dan perkembangan psikologik
bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin ton
merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyud jantung
ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dal rahim.
d. Aspek Kecerdasan
1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat
dibutuhkan untuk perkembangan system saraf otak yang dapat
meningkatkan kecerdasan bayi.
2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI
memiliki IQ point 4. 3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6
point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi
pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
ASI.
e. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap
dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
f. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk makanan bayi selama 6 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula
dan peralatannya.
g. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah
4. Cara Menyusui yang Benar
Menurut Kristiyansari (2009), cara menyusui yang benar harus
memperhatikan hal-hal brikut:
a. Teknik dasar menyusui
1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian diolesi
pada putting susu dan areola sekitarnya sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu.
2) Letakkan bayi menghadap payudara ibu pegang bahu bayi dengan
satu lengan. Kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu. Tahan
bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi
menempel badan ibu, dengan kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi)
3) Untuk memasukkan payudara ke dalam mulut bayi, payudara di
pegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menompang
dibawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja.
4) Bayi yang diberi rangsangan untuk membuka mulut (Rooting
Reflek) dengan cara: menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan
puting. Setelah bayi membuka mulut, segera di dekatkan puting
ke dekat mulut bayi. Jangan menjejalkan puting ke mulutnya.
Biarkan bayi mengambil inisiatif.
5) Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola
masuk kedalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian
puting, kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami tekana
sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian
6) Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung
bayi agar pernafasannya tidak terganggu.
7) Jika bayi telah berhenti menyusui, tetapi masih bertahan di
payudara, jangan menariknya dengan kuat karena dapat
menimbulkan luka. Pertama-tama, hentikan isapan dengan
menekan payudara atau dengan meletakkan jari anda pada ujung
mulut bayi agar ada udara yang masuk.
8) Selama menyusui tataplah bayi penuh kasih sayang.
9) Jangan khawatir jika bayi belum terampil menghisap karena baik
ibu maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan keterangan,
kesabaran dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar.
b. Posisi menyusui yang benar
Dengan posisi menyusui yang benar, puting susu lecet tidak akan
terjadi. Selain itu, ASI pun mengalir secara optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya. Tanda-tanda posisi
menyusui sudah benar adalah sebagai berikut:
1) Bayi tampak tenang dan asyik menyusui
2) Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi
3) Saat menyusu, bayi mengisap kuat dengan irama perlahan
4) Badan bayi menempel pada perut ibu (chin to breast)
5) Dagu bayi menempel pada payudara ibu (chin to chest)
6) Kepala bayi tidak menengadah
c. Menyendawakan bayi
Ketika menghisap puting, bayi ikut menelan udara yang dapat
membuat perutnya penuh dan tidak enak sebelum ia menyelesaikan
minumnya. Menyendawakan bayi sangat penting dan merupakan
bagian dari proses menyusui. Lakukan setidaknya 5 menit sebelum
menyusui atau paling sedikit saat bayi berpidah payudara. Ada 3 cara
menyendawakan bayi yaitu:
1) Gendong bayi dengan kuat dipundak anda, wajah bayi
menghadap kebelakang, beri dukungan dengan satu tangan pada
bokongnya. Tepuk atau usap punggungnya dengan tangan yang
lainnya.
2) Telungkupkan bayi dipangkuan anda, lambungnya berada disalah
satu kaki, kepalanya menyandar di salah satu kaki lainnya. Satu
tangan anda memegangi tubuhnya dengan kuat, satu tangan lain
menepuk atau mengusap punggungnya sampai bersendawa.
3) Dudukkan bayi dipangkuan anda, kepalanya menyandar didepan
dadanya ditahan dengan satu tangan anda. Pastikan kepalanya
tidak mendongak kebelakang, tepuk atau gosok punggungnya.
5. Masalah-masalah dalam menyusui
Menurut Budiasih (2008) masalah-masalah dalam menyusui antara lain
sbb:
a. Masalah pada ibu
Masalah pada ibu meliputi kurangnya informasi tentang ASI
eksklusif, puting susu yang pendek atau terbenam, payudara bengkak,
abses payudara, ASI kurang, menyusui setelah bedah ceesar, ibu
dengan penyakit, ibu yang memerlukan pengobatan, ibu hamil dan ibu
bekerja.
b. Masalah pada bayi
Masalah pada bayi meliputi bayi bingung puting, bayi enggan
menyusui, bayi sering menangis, bayi kembar, bayi dengan reflek isap
lemah, bayi sumbing dan kuning.
6. ASI perah
a. Cara memerah ASI
Menurut Roesli (2008) cara memerah ASI adalah sebagai berikut :
1. Memerah ASI dengan tangan
a) Cuci tangan sampai bersih
b) Siapkan cangkir, gelas atau mangkuk yang bersih
c) Letakkan cangkir dimeja atau pegang dengan satu tangan lain
untuk menampung ASI, condongkan badan kedepan dan
sangga payudara dengan tangan.
d) Taruh ibu jari pada tepi areola dibagian atas putting susu,
sedangkan jari telunjuk pada tepi areola bagian bawah puting
susu. Tekan payudara dengan ibu jari dan telenjuk kedalam
menuju dinding dada, pijat areola susu diantara jari dan ibu jari
tadi. Ibu harus memeras sinus lactiferous (gudang ASI yang
terletak dibawah areola).
f) Pada mulanya tidak ada ASI yang keluar, tetapi setelah diperas
beberapa kali, ASI akan mulai menetes, ASI juga bisa
memancar bila refleknya aktif.
g) Putar posisi jari dan ibu jari pada sisi-sisi lain dari areola,
kemudian lakukan hal yang sama pada setiap posisi ini
sehingga ASI akan terperah dari semua bagian payudara.
h) Jangan memijat puting susu karena dapat menyebabkan nyeri.
i) Jangan menggerakkan jari sepanjang puting susu. Menekan
atau menarik puting susu tidak dapat memera ASI.
2. Memerah ASI dengan bantuan alat
Para ibu yang ingin menggunakan alat pompa ASI, sebaiknya
mngetahui benar cara kerja alat tersebut. Cara kerja pompa ASI
yang benar adalah seperti isapan bayi yaitu: mengisap, melepas
dan istirahat. Pompa ini bukan hanya mengeluarkan ASI dari
puting saja, tapi juga merangsang areola untuk mengisi gudang
susu setelah dikosongkan. Alat pompa yang salah dapat
menyebabkan payudara mengalami pembengkakan, menimbulkan
rasa nyeri, luka dan lecet.
b. Penyimpanan ASI perah
Menurut Roesli (2008), penyimpanan ASI perah harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1) ASI adalah cairan hidup, selain makanan ASI pun mengandung
zat anti infeksi
2) Cara menyimpan ASI perah menentukan anti infeksi dan
3) Anti infeksi yang terkandung dalam ASI tetap segar dalam waktu
yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri
jahat dalam ASI perah yang disimpan.
4) Tempat penyimpanan ASI perah yang dianjurkan adalah tempat
dari gelas atau tempat (botol) plastic keras dengan volume
80-100% cc, sebaiknya ASI perah tidak disimpan di botol susu.
5) Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah.
6) Setelah dicairkan ASI harus habis dalam 1 jam, sisa ASI jangan
dimasukkan kembali ke lemari es.
7) Daya tahan ASI, 6-8 jam di udara luar, 24 jam di teremos es, 2x24
jam dalam lemari es, 2 minggu di freezer 1 pintu dan 3 bulan di
freezer lemari es 2 pintu.
c. Menggunakan ASI perah
1) Gunakan ASI berkode tanggal paling lama
2) Keluarkan bungkusan ASI dan freezer. Untuk mencairkan atau
menghangatkan kembali jangan rebus ASI langsung, namun
rendam ASI bersama bungkusannya didalam mangkuk berisi air
panas.
3) Setelah ASI mencair/ hangat, buka wadahnya pindahkan kegelas/
mangkuk plastic
4) Suapkan ASI kepada bayi menggunakan sendok, jangan botol
susu karena bisa menyebabkan bayi bingung puting.
5) Jika terdapat sisa ASI perah, jangan disimpan lagi. Buang saja
karena telah tercemar. Oleh karena itu, agar tidak terbuang,
B. Pekerjaan Ibu
1. Definisi Pekerjaan
Menurut Rahmawati (2009) pekerjaan adalah segala sesuatu yang
dikerjakan oleh manusia dengan berbagai tujuan.Ada yang melakukan
pekerjaan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas.Ada yang melakukan
pekerjaan karena memang dia membutuhkan pekerjaan itu, ada juga yang
melakukan pekerjaan itu karena untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pekerjaan secara umum didefininisikan sebagai sebagai sebuah kegiatan
aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, isilah pekerjaan
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya
bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan
sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi.
Pekerjaan yang berbasis dirumah/ kerja rumahan adalah pekerjaan
sektorinformala atau pekerjaan yang tidak terorganisir dimana para pekerja
melakukan kegiatan yang menguntungkan didalam rumah mereka atau
sekitarnya tetapi tidak dikantor perusahaan/ tempat majikan.Pekerjaan yang
berbasih dirumah tidak termasuk pekerjaan rumah tanggayang tidak dibayar
dilakukan sebagai tanggungjawab keluarga.
2. Kategori Pekerjaan
Wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang utuk memenuhi
kebutuhan mayarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan
pekejaan untuk menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih
tinggi bahkan punya kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar
ahli wanita dan sejenisnya sebagian tenaga kerja wanita masuk dalam
kategori ini.
3. Referensi Pekerjaan
Menurut Prasetyono (2012), meskipun ibu bekerja, semua ibu harus
memberi ASI Eksklusif. Saat ini, diketahui bahwa ibu yang bekerja sekitar
70%.Fenomena itu menunjukkan bahwa banyak ibu yang tidak bisa menyusui
secara eksklusif.Walaupun ASI perasan tidak mampu menggantikan tindakan
menyusui, tetapi hal itu bukanlah masalah bila ibu memang mesti bekerja.
Ibu bekerja adalah ibu yang melakukan suatu kegiatan diluar rumah
dengan tujuan untuk mencari nafkah untuk keluarga. Selain itu salah satu
tujuan ibu bekerja adalah suatu bentuk aktualisasi diri guna menerapkan ilmu
yang telah dimiliki ibu dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain
dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.
C. Dukungan Suami
Menurut Haryono,dkk (2014),dukungan suami maupun keluarga lain
dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk
menyusui. Perasaan ibu yang bahagia, senang, perasaan menyayangi bayi,
memeluk, mencium dan mendengar bayinya menangis akan meningkatkan
pengeluaran ASI.
Seorang ibu yang mendapatkan dukungan dari suami dan anggota
keluarga lainnya akan meningkatkan pemberian ASI kepada bayinya.
Sebaliknya dukungan yang kurang maka pemberian ASI menurun.
Menyusui bukan semata-mata tanggungjawab ibu yang melahirkan
ibu-bayi-ayah dan lingkungan (keluarga). Seringkali kesulitan dalam menyusui
biasanya terjadi dalam 10-14 hari pertama dalam persalinan. Payudara ibu
mulai membengkak, puting susu lecet, bayi rewel dan tidak mau menyusu
menyebabkan keputusasaan dari ibu dan berakibat proses menyusu
dihentikan terlalu dini/ cepat. Disinilah peran penting suami (ayah bayi) dan
keluarga dibutuhkan (Maryunani,2012)
Menurut Prasetyono (2009), sebagian ayah yang belum mengetahui
pengertian ASI Eksklusif, padahal ia adalah figur utama yang memberi
dukungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Selain itu, dukungan
suami merupakan faktor yang tak kalah penting yang mempengaruhi
produktifitas ASI, ini sama halnya dengan bagaimana membangun sikap
percaya diri dan optimis saat menyusui artinya dukungan suami memberikan
rangsangan psikologis, tenang dan bahagia yang menambah produktivitas
ASI. Bentuk dukungan suami dapat berupa seperti membantu ibu
meninabobokan bayi, ganti popok saat dia pipis dan BAB atau sekedar
memijat punggung ibu ketika kelelahan karena menyusui bayi
(Maryunani,2012)
Menurut Roesly (2008), ayah mempunyai peran yang sangat
menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut
menentukan kelancaran reflek pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Dari semua dukungan bagi
ibu menyusui, dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi
ibu.
Menurut Dr William Sears dalam Roesli (2008), pengertian dan
yang berharga. Selain itu ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan
pemberian ASI khususnya ASI eksklusif. Ayah cukup memberikan
dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya seperti
mengganti popok dan menyendawakan bayi. Pengertian tentang perannya
yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat
mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif.Suami yang mengerti
bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, merupakan dorongan yang
baik untuk ibu agar lebih berhasil menyusui.
Menurut Suryoprajogo (2009), bentuk dukungan para ayah dan
diharapkan bisa menginspirasi pada akhirnya pun lebih beragam. Misalnya
seorang ibu rumah tangga, meski tinggal dirumah pekerjaan istrinya lebih
berat dan tanpa jam kerja yang pasti, dibandingkan ibu bekerja. Agar istri
bisa beristirahat dari pekerjaan rumah tangga yang tidak ada batas waktunya,
setiap kali pulang kantor, tugas pengasuhan anak saya yang ambil alih oleh
suami.
Pembagian tugas pengasuhan, untuk mendukung ibu menyusui agar
lebih banyak punya waktu istirahat, menjadi perhatian para ayah. Tak mudah
bagi ibu bekerja untuk membagi waktunya menyusui, mengasuh bayi,
menyelesaikan pekerjaan kantor, dan kembali kerumah dengan setumpukan
tugas dalam menjalankan perannya sebagai orangtua. Mengambil alih peran
pengasuhan anak, menjadi bentuk dukungan yang juga dilakukan suami
terhadap istrinya.
Banyak cara yang bisa ayah lakukan mendukung ibu menyusui.
Contohnya, memberikan pijatan lembut saat ibu terbangun tengah malam
malam menemani ibu menyusui menjadi bentuk dukungan wajib bagi para
ayah.
Apresiasi terhadap istri ketika mendapati ASI perah tak sesuai
harapan (tak banyak ASI yang berhasil diperah), juga menjadi bentuk
dukungan lain yang bisa dilakukan ayah ASI. Caranya, berikan respons
positif kepada ibu menyusui ketika hasil ASI perah tak sesuai harapan.
Apapun kebutuhan ibu menyusui, jika kesadaran muncul dari dalam diri ayah
ditambah kejelian terhadap kondisi ibu, akan menghasilkan bentuk dukungan
tepat. Lama kelamaan, empati pun semakin terlatih, dan ayah mampu
memberikan dukungan lebih baik lagi terhadap ibu menyusui.
BAB III
A. Kerangkap Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayah, 2011).
Adapun kerangka konsep dari penelitian ini: dimana variabel independen
yaitu hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan variabel
dependennya yaitu keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia0-6
bulan di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun
2014.
Variabel Independen Variabel Dependen
B. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada
hubunganantara ibu bekerja dan dukungan suami dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
C. Definisi Operasional
No Variabel Definisi
1 Independen
Dalam penyusunan karya tulis ini peneliti menggunakan desain penelitian
kuantitatif yang berjenis penelitiandeskriptif korelasi dengan menggunakan
pendekatan penelitian crosssectionalyang bertujuan untuk menggambarkan adanya
hubungan antara pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan ASI
Eksklusif pada bayi usia0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut
Sei Tuan Tahun 2015.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang bisa diteliti (machfoedz,
2009), yang menjadi objek penelitian disini adalah ibu yang sedang menyusui
bayinya diatas 6 bulan berjumlah 46 orang di Dusun II Desa Bandar Setia
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan penelitian
ini menggunakan teknik total populasiyaitu seluruh populasi menjadi objek
penelitian.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan,
dengan alasan memenuhi sampel dan mempunyai data yang memenuhi syarat data
penelitian yang diperlukan sehingga lebih memudahkan peneliti
untukmengumpulkan data dan untuk mendukung penulis dalam menyusun laporan
D. Waktu Penelitian
Penilitian ini dimulai dari pengajuan judul, survei awal, proposal dan hasil
penelitian yang dilakukan pada bulan November 2014 - juni 2015, konsul dengan
dosen pembimbing.
1 Pengajuan Judul
2 Pembuatan Proposal
3 Pengurusan surat izin
4 Persiapan Izin Lokasi
5 Ujian Proposal
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan Data
8 Analisis Data
9 Ujian Hasil
10 Perbaikan KTI
E. Pertimbangan Etik Penelitian
Pertimbangan etik yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah:
1). Beneficience (menguntungkan responden) yaitu dengan tidak mencelakakan/
menyakiti responden (freedom from harm) dengan tidak memaksa dan menekan
pasien untuk ikut dalam penelitian dan tidak menimbulkan situasi yang merugikan
responden dengan memberikan waktu yang tepat untuk responden mengisi
kuesioner (freedom from exploitation); 2). Respect from human dignity(menghargai
martabat manusia), yaitu hak untuk bebas menentukan apakah calon responden akan
ikut berpartisipasi dalam penelitian ini atau tidak (the right to self determination)
untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, dan hak untuk mendapatkan
informasi mengenai penelitian (the right to full disclosure) dengan memberitahukan
calon responden maksud dan tujuan penelitian ;3). Justice (keadilan), yaitu hak
untuk mendapatkan perlakuan yang adil (the right to fair treatment) dengan
memberikan kesempatan kepada semua pasien untuk menjadi responden, dan
menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan responden (the right to privacy),
dimana pada kuesioner tidak dicantumkan nama responden, namun hanya
memberikan nomor responden (Polit & Hungler, 1999).
F. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.
Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup (closed ended)
dengan variasi pertanyaan berupapilihan ganda, yang mana dari beberapa jawaban
yang disediakan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan
pendapatnya. Kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan.Pertanyaan dibuat berdasarkan
variabel yang diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian.Bentuk
kuesioner yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala guttman.Skala guttman
merupakan skala pengukuran yang besifat tegas dengan konsistensi jawaban berupa
“Ya” dan “Tidak”, dengan inteprestasi penilaian apabila jawaban benar nilainya 1
dan jawaban salah nilainya 0.
G. Uji validitas dan Reliabilitas
Untuk menguji apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu uji coba
dan dilakukan analisis. Bila kuesioner tersebut telah memiliki validitas
konstruk, berarti semua item (pernyataan) yang ada dalam kuesioner itu
mengukur apa yang kita ukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner mampu
mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji korelasi antara skor
tiap-tiap item dengan skortotal kuesioner (Saryono, 2013)
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Hasil pengukuran konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang
(konsistensi, akurasi dan presisi). Cara mnegukur reabilitas alat ukur pada
penelitian ini menggunakan tehnik sekali ukur yaitu melihat nilai Alpha
Cronbach. Uji reliabilitas dengan rumus Alpha yang diolah melalui program
komputerisasi. Hasil yang didapat bahwa kuesioner dinyatakan reliabel karena
α hitung > r tabel. Dimana α hitung sebesar 0,752.
H. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah mengajukan permohonan
survei awal pelaksanaan penelitian melalui bagian Pendidikan Fakultas
Keperawatan USU. Setelah mendapat surat izin survei awal peneliti menyampaikan
surat izin survei awal penelitian ke Kepala Desa Bandar Setia. Setelah itu peneliti
langsung menuju ke Bidan Desa untuk mengumpulkan data melalui data yang sudah
ada pada Bidan Desa yang di Desa Bandar Setia. Dengan kriteria responden yang
I. Rencana Analisa Data
Analisa data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden,
lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi.Metode statistik untuk analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik univariat dan bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi baik dari variabel independen maupun variabel dependen.Tujuan analisa
ini adalah untuk mencari distribusi frekuensi dan presentase hasil dari
masing-masingvaribel.Analisa dalam perhitungan ini menggunakan komputerisasi.
2. Analisis Bivariat
Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi.Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan
hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji Statistik Chi Square
(Sumantri, 2011).
Data ini digunakan untuk menguji hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami
dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia diatas 6 bulan. Dalam
menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik
chi-square yakni uji statistik untuk mengukur hubungan pekerjaan ibu dan dukungan
suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif . Taraf signifikan (α=0,05).
Pedoman dalam menerima hipotesis: jika data probabilitas (p)<0,05 maka H0 ditolak
dan apabila nilai (p)>0,05 maka H0 gagal ditolak.
Pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan pengolahan data menggunakan
SPSS (Statistical Product and Service Solutions) data yang didapat kemudian diolah
1) Editing
Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, apakah
data tersebut sudah lengkap, jelas, relavan dan konsisten.
2) Coding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori.
3) Data entry
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam kolom atau kotak
lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
4) Tabulating
Menampilkan data yang telah diproses dalam bentuk tabel. Peneliti memasukkan
data ke dalam master tabel kemudian dipindahkan ke dalam tabel sesuai
variabel.
5) Clianing
Kegiatan ini meruapakan kegiatan pembersihan data dengan cara pemeriksaan
kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan
ini merupakan pemerikasaan ulang terhadap data, pengkodean, scoring.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang diperoleh mengenai hubungan pekerjaan ibu dan
dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia
0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan
tahun 2015.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi
frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan
pekerjaan serta data yang bersifat numerik yakni.Berikut ini akan
dijabarkan hasil identifikasi karakteristik respondendari keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif di Dusun II Desa Bandar Setia Medan.
Analisa univariat ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi baik dari
variabel independen maupun variabel dependen.Tujuan analisa ini adalah
untuk mencari distribusi frekuensi dan persentase hasil dari masing-masing
variabel.Analisa dalam perhitungan ini menggunakan komputerisasi.
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan karakteristik di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (n = 46)
Umur
Berdasarkan Tabel 5.1 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas
responden berumur 24-29 tahun dengan frekuensi 38 orang (82,6%), pendidikan
dari 46 responden mayoritas SMA dengan frekuensi 21 orang (45,7%),
pekerjaan dari 46 responden mayoritas adalah IRT dengan frekuensi 22 orang
(47,8%) dan BB bayi dari 46 responden mayoritas 9 kg dengan frekuensi 8-10
orang (60,9%).
Distribusi Responden berdasarkan Dukungan Suami di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (n = 46)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Mendukung 39 84, 8
Tidak Mendukung 7 15,2
Total 46 100
Berdasarkan Tabel 5.2 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas
responden mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi 39
orang (84,8%) dan yang tidak mendukung dengan frekuensi 7 orang (15,2%).
Tabel 5.3
Distribusi Responden berdasarkan ASI Eksklusifdi Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (n = 46)
Karakteristik Frekuensi Persentase
Berhasil 12 26,1
Tidak berhasil 34 73,9
Total 46 100
Berdasarkan tabel 5.3 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas
responden berhasilan pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi 12 orang (26,1%)
2. Analisa Bivariat
Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkorelasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan
menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji
Statistik Chi SquarediDusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei
Tuan Medan tahun 2015.
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Dusun II Desa Bandar
Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (N = 46)
Pekerjaan Ibu
Keberhasilan Pemberian ASI
% Berhasil Persentase Tidak
Berhasil Persentase
Berdasarkan tabel 5.4 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas
responden bekerja sebagai IRT sebanyak 22 orang berhasil memberikan ASI
eksklusif dengan frekuensi 13 0rang (59,1%) dan dan yang tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif denga frekuensi 9 orang (40,9%).
Berdasarkan uji statistik Chi Square diperoleh p = 0,001 yang lebih kecil dari
nilai α = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95%. Maka hipotesis ditetapkan adalah
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan
Percut Sei Tuan Medan.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Dusun II Desa Bandar
Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (N = 46)
Dukungan Suami
Keberhasilan Pemberian ASI
%
Berhasil Persentase Tidak
Berhasil Persentase
Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa
Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas
responden yang mendapat dukungan suami sebanyak 39 orang berhasil
memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 18 0rang (46,2%) dan yang tidak
berhasil memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 21 orang (53,8%).
Berdasarkan uji statistik Chi quarediperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari
nilai α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti tidak
ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei
3. Pembahasan 1. Interprestasi
Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II
Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa
mayoritas responden berumur 28 tahun dengan frekuensi 13 orang (28,3%),
pendidikan dari 46 responden mayoritas SMA dengan frekuensi 21 orang
(45,7%), pekerjaan dari 46 responden mayoritas adalah IRT dengan
frekuensi 22 orang (47,8%) dan BB bayi dari 46 responden mayoritas 9 kg
dengan frekuensi 13 orang (28,3%).
Berdasarkan tabel 5.4 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II
Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa
mayoritas responden bekerja sebagai IRT sebanyak 22 orang berhasil
memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 13 0rang (59,1%) dan dan yang
tidak berhasil memberikan ASI eksklusif denga frekuensi 9 orang (40,9%).
Sedangkan minoritas responden bekerja sebagai PNS sebanyak 8 orang tidak
ada yang berhasil memberikan ASI eksklusif di karenakan singkatnya masa
cuti melahirkan.
Berdasarkan uji statistik Chi Square diperoleh p = 0,001 yang lebih
kecil dari nilai α = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95%. Maka hipotesis
ditetapkan adalah H0 ditolak, berarti ada hubungan pekerjaan ibu dengan
keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II
desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.
Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II
Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa
berhasil memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 18 0rang (46,2%) dan
yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 21 orang
(53,8%).
Berdasarkan uji statistik Chi quarediperoleh nilai p = 0,213 lebih
besar dari nilai α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak,
berarti tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian
ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia
Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.
2. Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih ada keterbatasan yang
dihadapi dalam melaksanakan penelitian hingga penyajian hasil.Adapun
keterbatasan dalam penelitian ini antara lain meliputi; keterbatasan waktu
dan jarak tempuh.
3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan
Dari hasil penelitian telah diketahui bahwaada hubungan pekerjaan
ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan tidak ada hubungan
dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, Diharapkan
BAB VI
KESIMULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian 46 responden di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan
Percut Sei Tuan Medan tenteng hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami
dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan karakteristik diperoleh data bahwa mayoritas responden
berumur 28 tahun dengan frekuensi 13 orang (28,3%), pendidikan dari 46
responden mayoritas SMA dengan frekuensi 21 orang (45,7%), pekerjaan
dari 46 responden mayoritas adalah IRT dengan frekuensi 22 orang
(47,8%) dan BB bayi dari 46 responden mayoritas 9 kg dengan frekuensi
13 orang (28,3%).
b. Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh p = 0,001 yang lebih kecil
dari nilai α = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95%. Maka hipotesis
ditetapkan adalah H0 ditolak, berarti ada hubungan pekerjaan ibu dengan
keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun
II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.
c. Dari hasil uji statistik Chi quarediperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari
nilai α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti
tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia
B. Saran
4. Bagi Petugas Kesehatan Bandar Setia
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas kesehatan
khususnya yang berada di Desa Bandar Setia harus lebih memperhatikan
dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif bagi ibu yang bekerja dan
mendapat dukungan suami.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan bacaan
yang bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan tentang pemberian ASI
Eksklusif.
6. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat memperluas informasi
mengenai ASI Eksklusif untuk meningkatkan minat ibu-ibu dalam
memberikan ASI ekslusif baik didaerah perkotaan maupun didaerah
DAFTAR PUSTAKA
Arif, N. (2009). Paduan Ibu Cerdas (ASI dan Tumbuh Kembang Bayi). Yokyakata:
Medis Pressindo
Budiasih, S.K. (2008). Handbook Ibu Menyusui. Bandung: Karya Kita
Dahlan.(2010). Hubungan Status Pekerjaan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di
Desa Karangawen Wilayah Kerja Puskesmas Karangwen. Semarang:
Universitas Muhammdiyah Semarang
Dinas Kesehatan. (2013) Profil Kesehatan indonesi
Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda.Yogyakarta: Gosyeng Publising
Kristiyansari, W. (2009).ASI Menyusui & Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: CV. Trans Info Media
Notoatmodjo, S. (2007).Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010).Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Prasetyono, S. D. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press
Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2013).Kapita Selekta ASI &
Menyusui.Yogyakarta: Nuha Medika
Rahmawati, A. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yokyakarta: Fitramaya
Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Roesli, U. (2008). Mengenal ASI Eklskusif. Jakarta: PT Niaga Swadaya
Saryono.,& Anggraeni, M. D. (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Dalam Bidang Kesehatan.Yogyakarta. Nuha Medika
Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif).
Bandung: Alfabeta
Wahyuningsih.(2013). Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Dengan
Pemeberian ASI Eksklusif di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran
Timur.Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang
Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI- Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan
KUESIONER
HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA BANDAR SETIA
A. IdentitasResponden
Inisial :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
BB bayi :
Petunjukpengisiankoesioner
Memberikantanda (X) padapernyataan yang dianggapdilakukanolehresponden
DukunganSuami
1. Apakah suami ibu mendukung untuk memberikan ASI eksklusif?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah suami ibu yang menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif?
a. Ya
b. Tidak
3. Pada saat bayi ibu berusia kurang dari 6 bulan apakah suami ibu pernah
menganjurkan untuk memberikan makanan selain ASI jika bayi menangis?
a. Ya
4. Apakah suami ibu pernah membantu mengganti popok bayi yang basah atau menyendawakan bayi?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah suami ibu mengingatkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayi?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ibu merasa nyaman ketika berada di dekat suami saat menyusui?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah suami ibu memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada ibu untuk
merawat dan memberikan ASI eksklusif pada bayi?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah ibu mendapat teguran dari suami jika bayi tidak diberikan ASI?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah suami ibu menganggap hal yang wajar jika bayi menangis karena
belum diberi ASI?
a. Ya
b. Tidak
10.Apakah suami ibu membiarkan ibu mengurus sendiri saat bayi terbangun di
malam hari?
a. Ya
b. Tidak
ASI eksklusif
1. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 1 bulan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 2 bulan?
a. Ya
3. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 3 bulan?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 4 bulan?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 5 bulan?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 6 bulan?
a. Ya
MASTER TABEL
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN II DESA BANDAR SETIA
No Umur Pendidikan Pekerj aan
BB Bayi
Dukungan suami ASI Eksklusif
39 26 4 3 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 6
40 25 4 2 10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 1 1 1 1 1 1 6
41 25 2 1 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 0 1 0 1 1 1 4
42 24 2 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 0 4
43 24 4 3 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 0 5
44 28 4 4 12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 0 0 4
45 27 2 1 12 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 0 1 1 1 1 1 5