• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pekerjaan Ibu Dan Dukungan Suamidengankeberhasilanpemberian Asi Eksklusifpada Bayi Usia 0-6 Bulandi Dusun Iidesa Bandar Setia 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pekerjaan Ibu Dan Dukungan Suamidengankeberhasilanpemberian Asi Eksklusifpada Bayi Usia 0-6 Bulandi Dusun Iidesa Bandar Setia 2015"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI

DENGANKEBERHASILAN PEMBERIANASI

EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

DI DUSUN II DESA BANDAR SETIA

NAFSUL MUTHMAINNAH 145102037

KARYA TULIS ILMIAH

PROGAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN

SUAMIDENGANKEBERHASILANPEMBERIAN ASI EKSKLUSIFPADA BAYI

USIA 0-6 BULANDI DUSUN IIDESA BANDAR SETIA 2015

Nafsul Muthmainnah

Program Studi D IV Bidan Pendidik Universitas Sumatra Utara

Abstrak

Latar belakang: Masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini di perparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (seperti ruang ASI). Keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerja.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia.

Metode:Penelitian ini menggunakan penelitiandeskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan penelitian crosssectional,pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 46 orang.

Hasil:Dari hasil uji statistik Chi quare diperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari nilai

α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti tidak ada

hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, Diharapkan Bidan memberikan konseling tentang pentingnya ASI Eksklusif.

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan

karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan KTI Penelitian dengan

judul “Hubunganpekerjaan ibu dan dukungan suamidengan keberhasilan pemberian

ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulandi Dusun IIDesa Bandar Setia.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan KTI

penelitian ini yaitu :

1. dr. DediArdinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara .

3. Ferbrina Oktavinola Kaban, SST, M.Keb selaku Dosen pembimbing

dalam penyusunanKTI (Karya Tulis Ilmiah) dan penguji III

4. DR. dr. Juliandi Harahap, MA selaku dosen penguji I.

5. Evi Karota, SKp, MNS selaku dosen penguji II

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Ayahanda Thaharuddin, SE dan Ibunda Dra. Nurmawati Yusuf yang

telah memberikan dukungan, semangat kepada peneliti dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan Karya

(7)

Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan,

semoga mendapat anugerah dari ALLAH SWT.

Medan, Juni 2015

(8)

DAFTAR ISI

1. Bagi Petugas Kesehatan Bandar Setia ... 7

2. Bagi Institusi Pendidikan Khususnya D-IV Bidan Pendidik ... 7

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ASI Eksklusif 1. Pengertian ASI Eksklusif ... 8

2. Kandungan ASI ... 8

3. Keunggulan dan Manfaat ASI ... 9

4. Cara Menyusui yang Benar ... 14

5. Masalah-Masalah dalam Menyusui ... 16

(9)

B. Pekerjaan Ibu

1. Definisi Pekerjaan ... 20

2. Kategori Pekerjaan ... 20

3. Referensi Pekerjaan ... 21

C. Dukungan Suami ... 21

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 25

B. Hipotesis ... 25

C. Definisi Oprasional ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

C. Tempat Penelitian... 27

D. Waktu Penelitian ... 28

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 28

F. Instrument Penelitian ... 29

G. Uji validitas dan Reliabilitas ... 30

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 30

I. Rencana Analisa Data ... 31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 39

C. Keterbatasan Penelitian ... 40

(10)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik di Dusun II Desa Bandar

Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015

... 34

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan Dukungan Suami di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015

... 35

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan ASI Eksklusif di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015

... 36

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu dengan Keberhasilan

Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015

... 37

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami dengan

Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di

Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun

(12)

DAFTAR SKEMA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Kuesioner

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 3 : Surat Izin Suvei Pendahuluan

Lampiran 4 : Lembar Penjelasan Kepada Responden

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian

(14)

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN

SUAMIDENGANKEBERHASILANPEMBERIAN ASI EKSKLUSIFPADA BAYI

USIA 0-6 BULANDI DUSUN IIDESA BANDAR SETIA 2015

Nafsul Muthmainnah

Program Studi D IV Bidan Pendidik Universitas Sumatra Utara

Abstrak

Latar belakang: Masalah utama masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini di perparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (seperti ruang ASI). Keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui bayinya sangat ditentukan oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerja.

Tujuan penelitian: Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia.

Metode:Penelitian ini menggunakan penelitiandeskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan penelitian crosssectional,pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 46 orang.

Hasil:Dari hasil uji statistik Chi quare diperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari nilai

α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti tidak ada

hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.

Kesimpulan: Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, Diharapkan Bidan memberikan konseling tentang pentingnya ASI Eksklusif.

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Persentase pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia

pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan

tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti Sumatra

Selatan 74,49% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan

persentase pemberian ASI Eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku

sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara

sebesar 34,67%. Persentase bayi yang diberikan ASI Eksklusif di Medan dari

tahun 2009-2012 cenderung menurun secara signifikan, walaupun cakupan

pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 27,6% dibandingkan 2012

yang sebesar 20,33%, namun masih jauh dibawah pencapaian tahun 2009

sebesar 32,15%, sehingga belum mampu mencapai target nasional yaitu 40%

(Profil Kesehatan Indonesia 2013)

Menurut Maryunani (2012), pertumbuhan dan perkembangan bayi

sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi

dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. Antibodi yang

terkandung dalam air susu ibu adalah imunoglobulin A (Ig A), bersama

dengan berbagai sistem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit,

laktoferin, laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, interleukin, sitokin

(Proverawati, 2013)

Menurut UNICEF, ASI Eksklusif dapat menekan angka kematian bayi

(16)

Indonesia dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia setiap tahun dapat

dicegah melalui pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan sejak pertama

setelah kelahiran bayi tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan

kepada bayi (Prasetyono, 2009).

Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan

pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, persentase bayi yang

menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini

disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian

ASI masih relatif rendah. Padahal kandungan ASI kaya akan Kartenoid dan

selenium, sehingga ASI berperan dalam sistempertahanan tubuh bayi untuk

mencegah berbagai penyakit (Depkes, 2011).

Menurut Yuliarti (2010), saat ini jumlah ibu yang memberikan ASI

kepada bayinya sampai berumur 6 bulan sangat rendah. Salah satu alasannya

adalah banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah.Bagi ibu

yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif sering kali mengalami

hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Sebelum

pemberian ASI Eksklusif berakhir dengan sempurna, ia harus kembali

bekerja. Inilah yang menjadikan bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif

(Prasetyono,2009).

Menurut Dirjen Gizi dan KIA masalah utama masih rendahnya

penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya

pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta

jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung Peningkatan

Pemberian ASI (PP-ASI). Masalah ini di perparah dengan gencarnya promosi

(17)

yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan

kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja (seperti ruang ASI).

Keberhasilan ibu menyusui untuk terus menyusui bayinya sangat ditentukan

oleh dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta

lingkungan kerja ( Depkes, 2011).

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Hellen Keller internasional

pada tahun 2002 diketahui bahwa rata-rata bayi di Indonesia hanya

mendapatkan ASI Eksklusif selama 1,7 bulan. Padahal kajian WHO yang di

tuangkan dalam kepmen nomor 450 tahun 2004 menganjurkan agar bayi

diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan (Prasetyono, 2009).

Jones et al (1986) dalam Henderson (2006) menyatakan ada beberapa

faktor yang juga terbukti mempengaruhi lamanya pemberian ASI antara lain

kebutuhan untuk kembali bekerja dan kurang mendapat dukungan dari

pasangan. Bagi ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif sering

kali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan

melahirkan. Sebelum pemberian ASI Eksklusif berakhir dengan sempurna, ia

harus kembali bekerja. Inilah yang menjadikan bayi tidak mendapatkan ASI

Eksklusif (Prasetyono, 2009).

Menurut Roesly (2008), ayah mempunyai peran yang sangat

menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut

menentukan dalam kelancaran reflek pengeluaran ASI (let down reflek) yang

sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Dari semua

dukungan bagi ibu menyusui, dukungan sang ayah adalah dukungan yang

(18)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Clinical Pediatric pada

tahun 1994 terhadap 115 ribu paska persalinan, keberhasilan menyusui pada

kelompok ayah tidak mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok ayah

yang mengerti ASI adalah 98,1% (Roesly, 2008).

Menurut hasil penelitian Ramadani (2010) manfaat pemberian ASI

yang sangat besar ternyata belum mampu meningkatkan angka cakupan ASI

Eksklusif. Hal tersebut terlihat pada tingkat pemberian ASI Eksklusif ditanah

air yang masih rendah berada pada kisaran 39%-40%. Hasil penelitian

diperoleh 55,4% ibu memberikan ASI Eksklusif dan 57% ibu mendapatkan

dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif. Ada hubungan antara

dukungan suami dengan pemberian ASI Eksklusif, ibu yang suaminya

mendukung pemberian ASI Eksklusif berpeluang memberikan ASI Eksklusif

2 kali dari pada ibu yang suaminya kurang mendukung pemberian ASI

Eksklusif setelah dikontrol dari pekerjaan suami, dukungan petugas kesehatan

dan pekerjaan ibu. Oleh karena itu peran suami penting dalam pemberian ASI

Eksklusif, maka suami harus dijadikan sasaran penyuluhan ASI dan didorong

untuk lebih aktif belajar mengenai ASI, sehingga lebih paham dalam

memberikan dukungan kepada ibu untuk menyusui secara eksklusif.

Menurut hasil penelitian Wahyuningsih (2013) pemberian makanan

terbaik bagi bayi dan anak menurut para ilmuwan dunia dan telah menjadi

rekomendasi WHO adalah memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja

kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan. Permasalahan yang terjadi

adalah terjadinya penurunan cakupan ASI Eksklusif.Umur, pendidikan,

pekerjaan ibu dan dukungan suami (informasional, penilaian, instrumental

(19)

tersebut.Dukungan suami diharapkan dapat meningkatkan kembali pemberian

ASI Eksklusif pada bayi.

Menurut hasil penelitian Dahlan (2010) pemberian ASI di Indonesia

belum dilaksanakan sepenuhnya dan masih sangat rendahnya pemberian ASI

Eksklusif terutama pada ibu bekerja. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh

peneliti kelurahan Palebon kecamatan Pedurungan kota Semarang diperoleh

data bahwa 8 -10 dari ibu bekerja menyusui (bayi umur 6-12 bulan) tidak

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, dan 9 dari 10 ibu tidak bekerja

yang menyusui (bayi umur 6-12 bulan) memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya. Tujuannyan untuk mengetahui hubungan status pekerjaan terhadap

pemberian ASI Eksklusif.Dapat disimpulkan ada hubungan antar status

pekerjaan dengan pemberian ASI Eklusif.

Berdasarkan hasil servei awal yang dilakukan penulis di Dusun II

Desa Bandar setiamenunjukkan bahwa jumlah bayi ASI Eksklusif 13 0rang,

ibu menyusui yang mempunyai anak usia diatas 6 bulan adalah 46 orang, di

dapatkan bahwa dari 10 orang ibu menyusui yang bekerja, 6 orang yang tidak

menberikan ASI Eksklusif kepada bayinya ketika bekerja. Dan dari 10 ibu

yang ditanya tentang dukungan suami dalam menyusui didapatkan bahwa

hanya 3 orang suami yang pernah menganjukan kepada istrinya untuk

menyusui.

Berdasarkan fenomena diatas penulis ingin melakukan penelitian

tengtang hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan

(20)

B. Perumusan Masasalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan

masalah yaitu” Apakah ada hubunganpekerjaan ibu dan dukungan suami

dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia0-6 bulan di

Dusun II Desa Bandar Setia”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan

keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia0-6 bulan di Dusun

II Desa Bandar Setia

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa

Bandar Setia

b. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II Desa

Bandar Setia

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Petugas Kesehatan Bandar Setia

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas kesehatan

khususnya bidan yang berada di Desa Bandar Setia harus lebih

memperhatikan dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif bagi ibu

(21)

2. Bagi Institusi Pendidikan khususnya D-IV Bidan Pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan bacaan

yang bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan tentang pemberian ASI

Eksklusif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat memperluas informasi

mengenai ASI Eksklusif untuk meningkatkan minat ibu-ibu dalam

memberikan ASI ekslusif baik didaerah perkotaan maupun didaerah

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI Eksklusif

1. Pengertian ASI Eksklusif

Menurut Prasetyono (2009), yang dimaksud dengan pemberian ASI

Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa

tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air

putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,

biscuit, bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat. Selain

itu pemberian ASI Eksklusif juga berhungan dengan tindakan

memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan

minuman lain, kecuali sirop obat.

Menurut Budiasih (2008), ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa

makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula)

yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Selain itu

ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi

karena didalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan

oleh bayi. Tidak ada yang dapat menggantikan ASI karena ASI didesain

khusus untuk bayi sedangkan komposisi susu sampai sangat berbeda

sehingga tidak dapat menggantikan ASI (Yuliarti, 2010)

2. Kandungan ASI

Menurut Yuliarti (2010) banyak sekali zat-zat gizi dalam ASI,

(23)

a. ASI mengandung 88,1 % air, sehingga kandungan air dalam ASI yang

diminum bayi selama pemberian ASI Eksklusif sudah mencukupi

kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bahkan bayi baru

lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum-cairan

kental kekuningan), tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi

dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan

kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga

atau keempat.

b. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Salah satu fungsi utama air

adalah untuk menguras kelebihan bahan larut melalui air seni. Zat-zat

yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida)

disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya

belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan

kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan

kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena itu ASI mengandung sedikit

bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak

atau orang dewasa.

3. Keunggulan dan Manfaat ASI Eksklusif

Menurut depkes RI (2001) dalam Arif (2009), keunggulan dan

manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi,

aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,

(24)

a. Aspek Gizi

1) Manfaat Kolostrum

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

b) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun

sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

c) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan

mengandung karbohidrat dan lemak rendah. Sehingga sesuai

dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

d) Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang

pertama berwarna hitam kehijauan.

2) Komposisi ASI

a) ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang

sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan

zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

b) ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna

untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/ anak.

c) Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki

perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai sesuai

untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu

keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI

mengandung whey lebih banyak yaitu 65:63. Komposisi ini

(25)

pada susu sapi mempunyai perbandingan whey: Casein adalah

20:80, sehingga tidak mudah diserap.

3) Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

a) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak

dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan

berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan

pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan

berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

b) Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)

adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated

fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak

yang optimal. Jumlah DHA dan ASI sangat mencukupi untuk

menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu

DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/ disintesa dari

substansi pembentukannya (precursor) yaitu masing-masing

dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).

b. Aspek Imunologik

1) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

2) Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya

cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat

melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada

saluran pencernaan.

3) Laktofenin yaitu sejenis protein yang merupakan kompenen zat

(26)

4) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli

dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali

lebih banyak dari pada susu sapi.

5) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000

sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Broncus – Asociated

Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated

Lympocyte Tissue (GBLT) antibodi saluran pernafasan dan

Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi

jaringan payudara.

6) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri ini menjaga keasaman flora usus

bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang

merugikan.

c. Aspek Psikologi

1) Rasa percaya diri ibu untuk menyusui; bahwa ibu mampu

menyusui dengan produksi ASI yang mengcukupi untuk bayi.

Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap

bayi yang akan meningkat produksi hormone terutama oksitosin

yang ada pada akhirnya akan meninkatkan produksi ASI.

2) Interaksi ibu dan Bayi: pertu-buhan dan perkembangan psikologik

bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

3) Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: ikatan kasih sayang ibu-bayi

terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin ton

(27)

merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyud jantung

ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dal rahim.

d. Aspek Kecerdasan

1) Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat

dibutuhkan untuk perkembangan system saraf otak yang dapat

meningkatkan kecerdasan bayi.

2) Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI

memiliki IQ point 4. 3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6

point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi

pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi

ASI.

e. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap

dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

f. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan

biaya untuk makanan bayi selama 6 bulan. Dengan demikian akan

menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula

dan peralatannya.

g. Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah

(28)

4. Cara Menyusui yang Benar

Menurut Kristiyansari (2009), cara menyusui yang benar harus

memperhatikan hal-hal brikut:

a. Teknik dasar menyusui

1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian diolesi

pada putting susu dan areola sekitarnya sebagai desinfektan dan

menjaga kelembaban puting susu.

2) Letakkan bayi menghadap payudara ibu pegang bahu bayi dengan

satu lengan. Kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu. Tahan

bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi

menempel badan ibu, dengan kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya membelokkan kepala bayi)

3) Untuk memasukkan payudara ke dalam mulut bayi, payudara di

pegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menompang

dibawah. Jangan menekan putting susu atau areolanya saja.

4) Bayi yang diberi rangsangan untuk membuka mulut (Rooting

Reflek) dengan cara: menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan

puting. Setelah bayi membuka mulut, segera di dekatkan puting

ke dekat mulut bayi. Jangan menjejalkan puting ke mulutnya.

Biarkan bayi mengambil inisiatif.

5) Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola

masuk kedalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian

puting, kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami tekana

sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian

(29)

6) Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung

bayi agar pernafasannya tidak terganggu.

7) Jika bayi telah berhenti menyusui, tetapi masih bertahan di

payudara, jangan menariknya dengan kuat karena dapat

menimbulkan luka. Pertama-tama, hentikan isapan dengan

menekan payudara atau dengan meletakkan jari anda pada ujung

mulut bayi agar ada udara yang masuk.

8) Selama menyusui tataplah bayi penuh kasih sayang.

9) Jangan khawatir jika bayi belum terampil menghisap karena baik

ibu maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan keterangan,

kesabaran dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar.

b. Posisi menyusui yang benar

Dengan posisi menyusui yang benar, puting susu lecet tidak akan

terjadi. Selain itu, ASI pun mengalir secara optimal sehingga

mempengaruhi produksi ASI selanjutnya. Tanda-tanda posisi

menyusui sudah benar adalah sebagai berikut:

1) Bayi tampak tenang dan asyik menyusui

2) Sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi

3) Saat menyusu, bayi mengisap kuat dengan irama perlahan

4) Badan bayi menempel pada perut ibu (chin to breast)

5) Dagu bayi menempel pada payudara ibu (chin to chest)

6) Kepala bayi tidak menengadah

(30)

c. Menyendawakan bayi

Ketika menghisap puting, bayi ikut menelan udara yang dapat

membuat perutnya penuh dan tidak enak sebelum ia menyelesaikan

minumnya. Menyendawakan bayi sangat penting dan merupakan

bagian dari proses menyusui. Lakukan setidaknya 5 menit sebelum

menyusui atau paling sedikit saat bayi berpidah payudara. Ada 3 cara

menyendawakan bayi yaitu:

1) Gendong bayi dengan kuat dipundak anda, wajah bayi

menghadap kebelakang, beri dukungan dengan satu tangan pada

bokongnya. Tepuk atau usap punggungnya dengan tangan yang

lainnya.

2) Telungkupkan bayi dipangkuan anda, lambungnya berada disalah

satu kaki, kepalanya menyandar di salah satu kaki lainnya. Satu

tangan anda memegangi tubuhnya dengan kuat, satu tangan lain

menepuk atau mengusap punggungnya sampai bersendawa.

3) Dudukkan bayi dipangkuan anda, kepalanya menyandar didepan

dadanya ditahan dengan satu tangan anda. Pastikan kepalanya

tidak mendongak kebelakang, tepuk atau gosok punggungnya.

5. Masalah-masalah dalam menyusui

Menurut Budiasih (2008) masalah-masalah dalam menyusui antara lain

sbb:

a. Masalah pada ibu

Masalah pada ibu meliputi kurangnya informasi tentang ASI

eksklusif, puting susu yang pendek atau terbenam, payudara bengkak,

(31)

abses payudara, ASI kurang, menyusui setelah bedah ceesar, ibu

dengan penyakit, ibu yang memerlukan pengobatan, ibu hamil dan ibu

bekerja.

b. Masalah pada bayi

Masalah pada bayi meliputi bayi bingung puting, bayi enggan

menyusui, bayi sering menangis, bayi kembar, bayi dengan reflek isap

lemah, bayi sumbing dan kuning.

6. ASI perah

a. Cara memerah ASI

Menurut Roesli (2008) cara memerah ASI adalah sebagai berikut :

1. Memerah ASI dengan tangan

a) Cuci tangan sampai bersih

b) Siapkan cangkir, gelas atau mangkuk yang bersih

c) Letakkan cangkir dimeja atau pegang dengan satu tangan lain

untuk menampung ASI, condongkan badan kedepan dan

sangga payudara dengan tangan.

d) Taruh ibu jari pada tepi areola dibagian atas putting susu,

sedangkan jari telunjuk pada tepi areola bagian bawah puting

susu. Tekan payudara dengan ibu jari dan telenjuk kedalam

menuju dinding dada, pijat areola susu diantara jari dan ibu jari

tadi. Ibu harus memeras sinus lactiferous (gudang ASI yang

terletak dibawah areola).

(32)

f) Pada mulanya tidak ada ASI yang keluar, tetapi setelah diperas

beberapa kali, ASI akan mulai menetes, ASI juga bisa

memancar bila refleknya aktif.

g) Putar posisi jari dan ibu jari pada sisi-sisi lain dari areola,

kemudian lakukan hal yang sama pada setiap posisi ini

sehingga ASI akan terperah dari semua bagian payudara.

h) Jangan memijat puting susu karena dapat menyebabkan nyeri.

i) Jangan menggerakkan jari sepanjang puting susu. Menekan

atau menarik puting susu tidak dapat memera ASI.

2. Memerah ASI dengan bantuan alat

Para ibu yang ingin menggunakan alat pompa ASI, sebaiknya

mngetahui benar cara kerja alat tersebut. Cara kerja pompa ASI

yang benar adalah seperti isapan bayi yaitu: mengisap, melepas

dan istirahat. Pompa ini bukan hanya mengeluarkan ASI dari

puting saja, tapi juga merangsang areola untuk mengisi gudang

susu setelah dikosongkan. Alat pompa yang salah dapat

menyebabkan payudara mengalami pembengkakan, menimbulkan

rasa nyeri, luka dan lecet.

b. Penyimpanan ASI perah

Menurut Roesli (2008), penyimpanan ASI perah harus

memperhatikan hal-hal berikut:

1) ASI adalah cairan hidup, selain makanan ASI pun mengandung

zat anti infeksi

2) Cara menyimpan ASI perah menentukan anti infeksi dan

(33)

3) Anti infeksi yang terkandung dalam ASI tetap segar dalam waktu

yang lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri

jahat dalam ASI perah yang disimpan.

4) Tempat penyimpanan ASI perah yang dianjurkan adalah tempat

dari gelas atau tempat (botol) plastic keras dengan volume

80-100% cc, sebaiknya ASI perah tidak disimpan di botol susu.

5) Tulis jam, hari dan tanggal saat diperah.

6) Setelah dicairkan ASI harus habis dalam 1 jam, sisa ASI jangan

dimasukkan kembali ke lemari es.

7) Daya tahan ASI, 6-8 jam di udara luar, 24 jam di teremos es, 2x24

jam dalam lemari es, 2 minggu di freezer 1 pintu dan 3 bulan di

freezer lemari es 2 pintu.

c. Menggunakan ASI perah

1) Gunakan ASI berkode tanggal paling lama

2) Keluarkan bungkusan ASI dan freezer. Untuk mencairkan atau

menghangatkan kembali jangan rebus ASI langsung, namun

rendam ASI bersama bungkusannya didalam mangkuk berisi air

panas.

3) Setelah ASI mencair/ hangat, buka wadahnya pindahkan kegelas/

mangkuk plastic

4) Suapkan ASI kepada bayi menggunakan sendok, jangan botol

susu karena bisa menyebabkan bayi bingung puting.

5) Jika terdapat sisa ASI perah, jangan disimpan lagi. Buang saja

karena telah tercemar. Oleh karena itu, agar tidak terbuang,

(34)

B. Pekerjaan Ibu

1. Definisi Pekerjaan

Menurut Rahmawati (2009) pekerjaan adalah segala sesuatu yang

dikerjakan oleh manusia dengan berbagai tujuan.Ada yang melakukan

pekerjaan dengan terpaksa ada juga yang ikhlas.Ada yang melakukan

pekerjaan karena memang dia membutuhkan pekerjaan itu, ada juga yang

melakukan pekerjaan itu karena untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Pekerjaan secara umum didefininisikan sebagai sebagai sebuah kegiatan

aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, isilah pekerjaan

digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya

bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan

sehari-hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi.

Pekerjaan yang berbasis dirumah/ kerja rumahan adalah pekerjaan

sektorinformala atau pekerjaan yang tidak terorganisir dimana para pekerja

melakukan kegiatan yang menguntungkan didalam rumah mereka atau

sekitarnya tetapi tidak dikantor perusahaan/ tempat majikan.Pekerjaan yang

berbasih dirumah tidak termasuk pekerjaan rumah tanggayang tidak dibayar

dilakukan sebagai tanggungjawab keluarga.

2. Kategori Pekerjaan

Wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam maupun di luar

hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang utuk memenuhi

kebutuhan mayarakat. Ciri dari wanita ini adalah kemampuan melakukan

pekejaan untuk menghasilkan jasa atau barang, berpenghasilan lebih

tinggi bahkan punya kedudukan yang tinggi yang berpenghasilan besar

(35)

ahli wanita dan sejenisnya sebagian tenaga kerja wanita masuk dalam

kategori ini.

3. Referensi Pekerjaan

Menurut Prasetyono (2012), meskipun ibu bekerja, semua ibu harus

memberi ASI Eksklusif. Saat ini, diketahui bahwa ibu yang bekerja sekitar

70%.Fenomena itu menunjukkan bahwa banyak ibu yang tidak bisa menyusui

secara eksklusif.Walaupun ASI perasan tidak mampu menggantikan tindakan

menyusui, tetapi hal itu bukanlah masalah bila ibu memang mesti bekerja.

Ibu bekerja adalah ibu yang melakukan suatu kegiatan diluar rumah

dengan tujuan untuk mencari nafkah untuk keluarga. Selain itu salah satu

tujuan ibu bekerja adalah suatu bentuk aktualisasi diri guna menerapkan ilmu

yang telah dimiliki ibu dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain

dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya.

C. Dukungan Suami

Menurut Haryono,dkk (2014),dukungan suami maupun keluarga lain

dalam rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk

menyusui. Perasaan ibu yang bahagia, senang, perasaan menyayangi bayi,

memeluk, mencium dan mendengar bayinya menangis akan meningkatkan

pengeluaran ASI.

Seorang ibu yang mendapatkan dukungan dari suami dan anggota

keluarga lainnya akan meningkatkan pemberian ASI kepada bayinya.

Sebaliknya dukungan yang kurang maka pemberian ASI menurun.

Menyusui bukan semata-mata tanggungjawab ibu yang melahirkan

(36)

ibu-bayi-ayah dan lingkungan (keluarga). Seringkali kesulitan dalam menyusui

biasanya terjadi dalam 10-14 hari pertama dalam persalinan. Payudara ibu

mulai membengkak, puting susu lecet, bayi rewel dan tidak mau menyusu

menyebabkan keputusasaan dari ibu dan berakibat proses menyusu

dihentikan terlalu dini/ cepat. Disinilah peran penting suami (ayah bayi) dan

keluarga dibutuhkan (Maryunani,2012)

Menurut Prasetyono (2009), sebagian ayah yang belum mengetahui

pengertian ASI Eksklusif, padahal ia adalah figur utama yang memberi

dukungan kepada ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Selain itu, dukungan

suami merupakan faktor yang tak kalah penting yang mempengaruhi

produktifitas ASI, ini sama halnya dengan bagaimana membangun sikap

percaya diri dan optimis saat menyusui artinya dukungan suami memberikan

rangsangan psikologis, tenang dan bahagia yang menambah produktivitas

ASI. Bentuk dukungan suami dapat berupa seperti membantu ibu

meninabobokan bayi, ganti popok saat dia pipis dan BAB atau sekedar

memijat punggung ibu ketika kelelahan karena menyusui bayi

(Maryunani,2012)

Menurut Roesly (2008), ayah mempunyai peran yang sangat

menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut

menentukan kelancaran reflek pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat

dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Dari semua dukungan bagi

ibu menyusui, dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berarti bagi

ibu.

Menurut Dr William Sears dalam Roesli (2008), pengertian dan

(37)

yang berharga. Selain itu ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan

pemberian ASI khususnya ASI eksklusif. Ayah cukup memberikan

dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan praktis lainnya seperti

mengganti popok dan menyendawakan bayi. Pengertian tentang perannya

yang penting ini merupakan langkah pertama bagi seorang ayah untuk dapat

mendukung ibu agar berhasil menyusui secara eksklusif.Suami yang mengerti

bahwa ASI dan menyusui paling baik untuk bayi, merupakan dorongan yang

baik untuk ibu agar lebih berhasil menyusui.

Menurut Suryoprajogo (2009), bentuk dukungan para ayah dan

diharapkan bisa menginspirasi pada akhirnya pun lebih beragam. Misalnya

seorang ibu rumah tangga, meski tinggal dirumah pekerjaan istrinya lebih

berat dan tanpa jam kerja yang pasti, dibandingkan ibu bekerja. Agar istri

bisa beristirahat dari pekerjaan rumah tangga yang tidak ada batas waktunya,

setiap kali pulang kantor, tugas pengasuhan anak saya yang ambil alih oleh

suami.

Pembagian tugas pengasuhan, untuk mendukung ibu menyusui agar

lebih banyak punya waktu istirahat, menjadi perhatian para ayah. Tak mudah

bagi ibu bekerja untuk membagi waktunya menyusui, mengasuh bayi,

menyelesaikan pekerjaan kantor, dan kembali kerumah dengan setumpukan

tugas dalam menjalankan perannya sebagai orangtua. Mengambil alih peran

pengasuhan anak, menjadi bentuk dukungan yang juga dilakukan suami

terhadap istrinya.

Banyak cara yang bisa ayah lakukan mendukung ibu menyusui.

Contohnya, memberikan pijatan lembut saat ibu terbangun tengah malam

(38)

malam menemani ibu menyusui menjadi bentuk dukungan wajib bagi para

ayah.

Apresiasi terhadap istri ketika mendapati ASI perah tak sesuai

harapan (tak banyak ASI yang berhasil diperah), juga menjadi bentuk

dukungan lain yang bisa dilakukan ayah ASI. Caranya, berikan respons

positif kepada ibu menyusui ketika hasil ASI perah tak sesuai harapan.

Apapun kebutuhan ibu menyusui, jika kesadaran muncul dari dalam diri ayah

ditambah kejelian terhadap kondisi ibu, akan menghasilkan bentuk dukungan

tepat. Lama kelamaan, empati pun semakin terlatih, dan ayah mampu

memberikan dukungan lebih baik lagi terhadap ibu menyusui.

BAB III

(39)

A. Kerangkap Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayah, 2011).

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini: dimana variabel independen

yaitu hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan variabel

dependennya yaitu keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia0-6

bulan di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun

2014.

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesis

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada

hubunganantara ibu bekerja dan dukungan suami dengan keberhasilan

pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

C. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

(40)

1 Independen

(41)

Dalam penyusunan karya tulis ini peneliti menggunakan desain penelitian

kuantitatif yang berjenis penelitiandeskriptif korelasi dengan menggunakan

pendekatan penelitian crosssectionalyang bertujuan untuk menggambarkan adanya

hubungan antara pekerjaan ibu dan dukungan suami dengan keberhasilan ASI

Eksklusif pada bayi usia0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut

Sei Tuan Tahun 2015.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang bisa diteliti (machfoedz,

2009), yang menjadi objek penelitian disini adalah ibu yang sedang menyusui

bayinya diatas 6 bulan berjumlah 46 orang di Dusun II Desa Bandar Setia

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan penelitian

ini menggunakan teknik total populasiyaitu seluruh populasi menjadi objek

penelitian.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan,

dengan alasan memenuhi sampel dan mempunyai data yang memenuhi syarat data

penelitian yang diperlukan sehingga lebih memudahkan peneliti

untukmengumpulkan data dan untuk mendukung penulis dalam menyusun laporan

(42)

D. Waktu Penelitian

Penilitian ini dimulai dari pengajuan judul, survei awal, proposal dan hasil

penelitian yang dilakukan pada bulan November 2014 - juni 2015, konsul dengan

dosen pembimbing.

1 Pengajuan Judul

2 Pembuatan Proposal

3 Pengurusan surat izin

4 Persiapan Izin Lokasi

5 Ujian Proposal

6 Pengumpulan Data

7 Pengolahan Data

8 Analisis Data

9 Ujian Hasil

10 Perbaikan KTI

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Pertimbangan etik yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah:

1). Beneficience (menguntungkan responden) yaitu dengan tidak mencelakakan/

menyakiti responden (freedom from harm) dengan tidak memaksa dan menekan

pasien untuk ikut dalam penelitian dan tidak menimbulkan situasi yang merugikan

responden dengan memberikan waktu yang tepat untuk responden mengisi

kuesioner (freedom from exploitation); 2). Respect from human dignity(menghargai

martabat manusia), yaitu hak untuk bebas menentukan apakah calon responden akan

ikut berpartisipasi dalam penelitian ini atau tidak (the right to self determination)

(43)

untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, dan hak untuk mendapatkan

informasi mengenai penelitian (the right to full disclosure) dengan memberitahukan

calon responden maksud dan tujuan penelitian ;3). Justice (keadilan), yaitu hak

untuk mendapatkan perlakuan yang adil (the right to fair treatment) dengan

memberikan kesempatan kepada semua pasien untuk menjadi responden, dan

menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan responden (the right to privacy),

dimana pada kuesioner tidak dicantumkan nama responden, namun hanya

memberikan nomor responden (Polit & Hungler, 1999).

F. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan tertutup (closed ended)

dengan variasi pertanyaan berupapilihan ganda, yang mana dari beberapa jawaban

yang disediakan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan

pendapatnya. Kuesioner terdiri dari 16 pertanyaan.Pertanyaan dibuat berdasarkan

variabel yang diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian.Bentuk

kuesioner yang digunakan yaitu dengan menggunakan skala guttman.Skala guttman

merupakan skala pengukuran yang besifat tegas dengan konsistensi jawaban berupa

“Ya” dan “Tidak”, dengan inteprestasi penilaian apabila jawaban benar nilainya 1

dan jawaban salah nilainya 0.

G. Uji validitas dan Reliabilitas

(44)

Untuk menguji apakah suatu kuesioner dianggap valid, maka perlu uji coba

dan dilakukan analisis. Bila kuesioner tersebut telah memiliki validitas

konstruk, berarti semua item (pernyataan) yang ada dalam kuesioner itu

mengukur apa yang kita ukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner mampu

mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu diuji korelasi antara skor

tiap-tiap item dengan skortotal kuesioner (Saryono, 2013)

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui indeks yang menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya dan dapat diandalkan.

Hasil pengukuran konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang

(konsistensi, akurasi dan presisi). Cara mnegukur reabilitas alat ukur pada

penelitian ini menggunakan tehnik sekali ukur yaitu melihat nilai Alpha

Cronbach. Uji reliabilitas dengan rumus Alpha yang diolah melalui program

komputerisasi. Hasil yang didapat bahwa kuesioner dinyatakan reliabel karena

α hitung > r tabel. Dimana α hitung sebesar 0,752.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah mengajukan permohonan

survei awal pelaksanaan penelitian melalui bagian Pendidikan Fakultas

Keperawatan USU. Setelah mendapat surat izin survei awal peneliti menyampaikan

surat izin survei awal penelitian ke Kepala Desa Bandar Setia. Setelah itu peneliti

langsung menuju ke Bidan Desa untuk mengumpulkan data melalui data yang sudah

ada pada Bidan Desa yang di Desa Bandar Setia. Dengan kriteria responden yang

(45)

I. Rencana Analisa Data

Analisa data dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden,

lalu ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi.Metode statistik untuk analisa data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi baik dari variabel independen maupun variabel dependen.Tujuan analisa

ini adalah untuk mencari distribusi frekuensi dan presentase hasil dari

masing-masingvaribel.Analisa dalam perhitungan ini menggunakan komputerisasi.

2. Analisis Bivariat

Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi.Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan

hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji Statistik Chi Square

(Sumantri, 2011).

Data ini digunakan untuk menguji hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami

dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia diatas 6 bulan. Dalam

menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan uji statistik

chi-square yakni uji statistik untuk mengukur hubungan pekerjaan ibu dan dukungan

suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif . Taraf signifikan (α=0,05).

Pedoman dalam menerima hipotesis: jika data probabilitas (p)<0,05 maka H0 ditolak

dan apabila nilai (p)>0,05 maka H0 gagal ditolak.

Pengolahan data pada penelitian ini yaitu dengan pengolahan data menggunakan

SPSS (Statistical Product and Service Solutions) data yang didapat kemudian diolah

(46)

1) Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, apakah

data tersebut sudah lengkap, jelas, relavan dan konsisten.

2) Coding

Kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas

beberapa kategori.

3) Data entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam kolom atau kotak

lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4) Tabulating

Menampilkan data yang telah diproses dalam bentuk tabel. Peneliti memasukkan

data ke dalam master tabel kemudian dipindahkan ke dalam tabel sesuai

variabel.

5) Clianing

Kegiatan ini meruapakan kegiatan pembersihan data dengan cara pemeriksaan

kembali data yang sudah dientry, apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan

ini merupakan pemerikasaan ulang terhadap data, pengkodean, scoring.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

(47)

Hasil penelitian yang diperoleh mengenai hubungan pekerjaan ibu dan

dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia

0-6 bulan di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan

tahun 2015.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi

frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan

pekerjaan serta data yang bersifat numerik yakni.Berikut ini akan

dijabarkan hasil identifikasi karakteristik respondendari keberhasilan

pemberian ASI Eksklusif di Dusun II Desa Bandar Setia Medan.

Analisa univariat ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi baik dari

variabel independen maupun variabel dependen.Tujuan analisa ini adalah

untuk mencari distribusi frekuensi dan persentase hasil dari masing-masing

variabel.Analisa dalam perhitungan ini menggunakan komputerisasi.

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan karakteristik di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (n = 46)

(48)

Umur

Berdasarkan Tabel 5.1 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas

responden berumur 24-29 tahun dengan frekuensi 38 orang (82,6%), pendidikan

dari 46 responden mayoritas SMA dengan frekuensi 21 orang (45,7%),

pekerjaan dari 46 responden mayoritas adalah IRT dengan frekuensi 22 orang

(47,8%) dan BB bayi dari 46 responden mayoritas 9 kg dengan frekuensi 8-10

orang (60,9%).

(49)

Distribusi Responden berdasarkan Dukungan Suami di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (n = 46)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Mendukung 39 84, 8

Tidak Mendukung 7 15,2

Total 46 100

Berdasarkan Tabel 5.2 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas

responden mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi 39

orang (84,8%) dan yang tidak mendukung dengan frekuensi 7 orang (15,2%).

Tabel 5.3

Distribusi Responden berdasarkan ASI Eksklusifdi Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (n = 46)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Berhasil 12 26,1

Tidak berhasil 34 73,9

Total 46 100

Berdasarkan tabel 5.3 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas

responden berhasilan pemberian ASI eksklusif dengan frekuensi 12 orang (26,1%)

(50)

2. Analisa Bivariat

Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan

menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji

Statistik Chi SquarediDusun II Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei

Tuan Medan tahun 2015.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Dusun II Desa Bandar

Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (N = 46)

Pekerjaan Ibu

Keberhasilan Pemberian ASI

% Berhasil Persentase Tidak

Berhasil Persentase

Berdasarkan tabel 5.4 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas

responden bekerja sebagai IRT sebanyak 22 orang berhasil memberikan ASI

eksklusif dengan frekuensi 13 0rang (59,1%) dan dan yang tidak berhasil

memberikan ASI eksklusif denga frekuensi 9 orang (40,9%).

Berdasarkan uji statistik Chi Square diperoleh p = 0,001 yang lebih kecil dari

nilai α = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95%. Maka hipotesis ditetapkan adalah

(51)

ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan

Percut Sei Tuan Medan.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Dusun II Desa Bandar

Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan Tahun 2015 (N = 46)

Dukungan Suami

Keberhasilan Pemberian ASI

%

Berhasil Persentase Tidak

Berhasil Persentase

Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa mayoritas

responden yang mendapat dukungan suami sebanyak 39 orang berhasil

memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 18 0rang (46,2%) dan yang tidak

berhasil memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 21 orang (53,8%).

Berdasarkan uji statistik Chi quarediperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari

nilai α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti tidak

ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif

pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei

(52)

3. Pembahasan 1. Interprestasi

Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II

Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa

mayoritas responden berumur 28 tahun dengan frekuensi 13 orang (28,3%),

pendidikan dari 46 responden mayoritas SMA dengan frekuensi 21 orang

(45,7%), pekerjaan dari 46 responden mayoritas adalah IRT dengan

frekuensi 22 orang (47,8%) dan BB bayi dari 46 responden mayoritas 9 kg

dengan frekuensi 13 orang (28,3%).

Berdasarkan tabel 5.4 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II

Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa

mayoritas responden bekerja sebagai IRT sebanyak 22 orang berhasil

memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 13 0rang (59,1%) dan dan yang

tidak berhasil memberikan ASI eksklusif denga frekuensi 9 orang (40,9%).

Sedangkan minoritas responden bekerja sebagai PNS sebanyak 8 orang tidak

ada yang berhasil memberikan ASI eksklusif di karenakan singkatnya masa

cuti melahirkan.

Berdasarkan uji statistik Chi Square diperoleh p = 0,001 yang lebih

kecil dari nilai α = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95%. Maka hipotesis

ditetapkan adalah H0 ditolak, berarti ada hubungan pekerjaan ibu dengan

keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II

desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.

Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian dari 46 responden di Dusun II

Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan diperoleh bahwa

(53)

berhasil memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 18 0rang (46,2%) dan

yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif dengan frekuensi 21 orang

(53,8%).

Berdasarkan uji statistik Chi quarediperoleh nilai p = 0,213 lebih

besar dari nilai α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak,

berarti tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian

ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia

Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.

2. Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih ada keterbatasan yang

dihadapi dalam melaksanakan penelitian hingga penyajian hasil.Adapun

keterbatasan dalam penelitian ini antara lain meliputi; keterbatasan waktu

dan jarak tempuh.

3. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan

Dari hasil penelitian telah diketahui bahwaada hubungan pekerjaan

ibu dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif dan tidak ada hubungan

dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, Diharapkan

(54)

BAB VI

KESIMULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian 46 responden di Dusun II Desa Bandar Setia Kecamatan

Percut Sei Tuan Medan tenteng hubungan pekerjaan ibu dan dukungan suami

dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

a. Berdasarkan karakteristik diperoleh data bahwa mayoritas responden

berumur 28 tahun dengan frekuensi 13 orang (28,3%), pendidikan dari 46

responden mayoritas SMA dengan frekuensi 21 orang (45,7%), pekerjaan

dari 46 responden mayoritas adalah IRT dengan frekuensi 22 orang

(47,8%) dan BB bayi dari 46 responden mayoritas 9 kg dengan frekuensi

13 orang (28,3%).

b. Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh p = 0,001 yang lebih kecil

dari nilai α = 0,05 dengan tingkat kemaknaan 95%. Maka hipotesis

ditetapkan adalah H0 ditolak, berarti ada hubungan pekerjaan ibu dengan

keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun

II desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.

c. Dari hasil uji statistik Chi quarediperoleh nilai p = 0,213 lebih besar dari

nilai α (0,05). Maka hipotesis ditetapkan adalah H0 gagal ditolak, berarti

tidak ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan pemberian ASI

eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Dusun II desa Bandar Setia

(55)

B. Saran

4. Bagi Petugas Kesehatan Bandar Setia

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas kesehatan

khususnya yang berada di Desa Bandar Setia harus lebih memperhatikan

dalam keberhasilan pemberian ASI Eksklusif bagi ibu yang bekerja dan

mendapat dukungan suami.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau bahan bacaan

yang bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan tentang pemberian ASI

Eksklusif.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat memperluas informasi

mengenai ASI Eksklusif untuk meningkatkan minat ibu-ibu dalam

memberikan ASI ekslusif baik didaerah perkotaan maupun didaerah

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, N. (2009). Paduan Ibu Cerdas (ASI dan Tumbuh Kembang Bayi). Yokyakata:

Medis Pressindo

Budiasih, S.K. (2008). Handbook Ibu Menyusui. Bandung: Karya Kita

Dahlan.(2010). Hubungan Status Pekerjaan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di

Desa Karangawen Wilayah Kerja Puskesmas Karangwen. Semarang:

Universitas Muhammdiyah Semarang

Dinas Kesehatan. (2013) Profil Kesehatan indonesi

Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati

Anda.Yogyakarta: Gosyeng Publising

Kristiyansari, W. (2009).ASI Menyusui & Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika

Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi.

Jakarta: CV. Trans Info Media

Notoatmodjo, S. (2007).Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010).Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Prasetyono, S. D. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press

Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2013).Kapita Selekta ASI &

Menyusui.Yogyakarta: Nuha Medika

Rahmawati, A. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yokyakarta: Fitramaya

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda

Roesli, U. (2008). Mengenal ASI Eklskusif. Jakarta: PT Niaga Swadaya

Saryono.,& Anggraeni, M. D. (2013). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Dalam Bidang Kesehatan.Yogyakarta. Nuha Medika

(57)

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif).

Bandung: Alfabeta

Wahyuningsih.(2013). Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Suami Dengan

Pemeberian ASI Eksklusif di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran

Timur.Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI- Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan

(58)

KUESIONER

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI DESA BANDAR SETIA

A. IdentitasResponden

Inisial :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

BB bayi :

Petunjukpengisiankoesioner

Memberikantanda (X) padapernyataan yang dianggapdilakukanolehresponden

DukunganSuami

1. Apakah suami ibu mendukung untuk memberikan ASI eksklusif?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah suami ibu yang menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif?

a. Ya

b. Tidak

3. Pada saat bayi ibu berusia kurang dari 6 bulan apakah suami ibu pernah

menganjurkan untuk memberikan makanan selain ASI jika bayi menangis?

a. Ya

(59)

4. Apakah suami ibu pernah membantu mengganti popok bayi yang basah atau menyendawakan bayi?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah suami ibu mengingatkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayi?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah ibu merasa nyaman ketika berada di dekat suami saat menyusui?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah suami ibu memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada ibu untuk

merawat dan memberikan ASI eksklusif pada bayi?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah ibu mendapat teguran dari suami jika bayi tidak diberikan ASI?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah suami ibu menganggap hal yang wajar jika bayi menangis karena

belum diberi ASI?

a. Ya

b. Tidak

10.Apakah suami ibu membiarkan ibu mengurus sendiri saat bayi terbangun di

malam hari?

a. Ya

b. Tidak

ASI eksklusif

1. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 1 bulan?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 2 bulan?

a. Ya

(60)

3. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 3 bulan?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 4 bulan?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 5 bulan?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah ibu hanya memberikan ASI saja pada umur 6 bulan?

a. Ya

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

MASTER TABEL

(66)

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI DUSUN II DESA BANDAR SETIA

No Umur Pendidikan Pekerj aan

BB Bayi

Dukungan suami ASI Eksklusif

(67)

39 26 4 3 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 1 1 1 1 1 1 6

40 25 4 2 10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 1 1 1 1 1 1 6

41 25 2 1 11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 0 1 0 1 1 1 4

42 24 2 1 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 0 4

43 24 4 3 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 1 0 5

44 28 4 4 12 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 1 1 1 1 0 0 4

45 27 2 1 12 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 0 1 1 1 1 1 5

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

If the code list classifier has a tagged value codeList ({codeList}) then the following assertion is added to the Schematron schema in the context of the

[r]

Earth observation driven ecosystem modeling have played a major role in estimation of carbon budget components such as gross primary productivity (GPP) and net primary

Apabila kegiatan pemasaran langsung telah tuntas dilaksanakan oleh peserta didik, pengayaan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan tugas berupa evaluasi proses dan hasil

Theory involving thermal energy, its effect on ecological development as well as role of energy in functioning of self- organising systems and their organising ability are perceived

Materi kewirausahaan Kelas X meliputi pengenalan terhadap karakter wirausahawan, melihat peluang dan membuat perencanaan, memproduksi produk, menghitung biaya produksi,

The sensitivity test reveals that the forest NPP was highly sensitive to the following eco- physiological parameters: Canopy light extinction coefficient (k), Canopy average