DESIGN OF INFORMATION SYSTEMS PLANNING
AND PROCUREMENT RAW MATERIAL NEEDS BY
USING METHOD LOT FOR LOT AT PT. BUKIT BAJA
ANUGRAH
TUGAS AKHIR
Program Studi
S1 Sistem Informasi Kekhususan Komputerisasi Akuntansi
Oleh:
SARI ZETARI IRAWAN
11.41011.0007
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
Halaman
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Batasan masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
1.6 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Kajian Pustaka ... 8
2.2 Persediaan ... 8
2.3 Jenis-jenis Persediaan Fisik ... 9
2.4 Perencanaan ... 10
2.5 Pengadaan Barang ... 10
2.6 Pembelian Barang ... 10
2.7 Material Requirement Planning (MRP) ... 11
2.7.1 Definisi Material Requirement Planning ... 11
2.7.2 Tentang MRP ... 12
2.7.3 Tujuan MRP ... 13
2.7.4 Input MRP ... 13
2.7.5 Proses MRP ... 15
2.7.6 Output MRP ... 17
2.8 Metode Lot sizing ... 18
2.8.1 Lot For Lot ... 19
2.8.2 EOQ ... 19
2.8.3 POQ ... 19
2.8.4 FOQ ... 20
2.8.5 LUC ... 20
2.8.6 PPB ... 21
2.8.7 Silver Meal ... 21
2.9 Teknik Lot For Lot ... 22
2.10 Konsep Dasar Sistem Informasi ... 24
2.10.1 Pengerian Informasi ... 24
2.10.2 Konsep Dasar Informasi ... 25
2.10.3 Pengerian Sistem Informasi ... 25
2.10.4 Analisis dan Perancangan Sistem ... 26
2.10.5 Data dan Informasi ... 28
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 29
3.1 Analisis Sistem ... 29
3.1.1 Identifikasi Masalah ... 31
3.1.2 User Requirement ... 35
3.1.3 Functional Requirement ... 36
3.1.4 Spesifikasi Kebutuhan Fungsional ... 38
3.1.5 Analisis Kebutuhan ... 43
3.1.6 Spesifikasi Kebutuhan Sistem ... 44
3.2 Perancangan Sistem ... 45
3.2.1 Model Pengembangan Sistem ... 46
3.2.2 System Flow ... 51
3.2.3 Context Diagram ... 54
3.2.4 Hierarchy plus Input-Process-Output (HIPO) ... 55
3.2.5 Data Flow Diagram (DFD) ... 56
3.2.6 Entity Relationship Diagram (ERD) ... 59
3.2.7 Struktur Database ... 61
3.3 Perancangan Desain Input Output ... 65
3.4 Desain Uji Coba ... 74
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 81
4.1 Implementasi ... 81
4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras (Hadware) ... 81
4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak (Software) ... 82
4.2 Pembuatan dan Implementasi Sistem ... 82
4.3 Pengoperasian Sistem ... 82
4.3.1 Form Login ... 83
4.3.2 Form Menu Utama ... 83
4.3.3Master Data MPS ... 84
4.3.4Master Data BOM ... 85
4.3.5Master Persediaan Awal ... 86
4.3.6Master Supplier ... 87
4.3.7 Form Transaksi Kebutuhan Bahan Baku ... 88
4.3.8 Form Transaksi Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku .... 88
4.3.9 Form Transaksi Rencana Pembelian ... 90
4.3.10 Form Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku PerPeriode ... 90
4.3.11 Form Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku PerMinggu ... 91
4.3.12 Form Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku PerProduk ... 92
4.3.13 Form Laporan Kebutuhan Bahan Baku ... 93
4.3.14 Form Laporan Status Persediaan ... 93
4.3.15 Form Laporan Rencana Pembelian ... 94
4.4 Uji Coba Sistem ... 95
4.4.1Uji Coba Form Login ... 95
4.4.2Uji Coba Form Menu Utama ... 97
4.4.3Uji Coba Form MPS ... 101
4.4.4Uji Coba Form BOM ... 102
4.4.5Uji Coba FormSupplier ... 103
4.4.6Uji Coba Form Persediaan Bahan Baku (Awal) ... 105
4.4.7Uji Coba Form Transaksi Kebutuhan Bahan Baku ... 106
4.4.8Uji Coba Form Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku ... 107
4.4.9Uji Coba Form Transaksi Rencana Pembelian ... 108
4.4.10 Form Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku
PerPeriode ... 110
4.4.11 Form Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku PerMinggu ... 111
4.4.12 Form Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku PerProduk ... 112
4.4.13Uji Coba Form Laporan Kebutuhan Bahan Baku ... 113
4.4.14Uji Coba Form Status Persediaan ... 114
4.4.15 Uji Coba Form Laporan Rencana Pembelian ... 115
4.5 Evalasi Hasil Uji Coba ... 116
BAB V PENUTUP ... 118
5.1 Kesimpulan ... 118
5.2 Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 119
LAMPIRAN ... 121
BIODATA PENULIS ... 129
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT Bukit Baja Anugrah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
manufaktur/industri yaitu memproduksi pipa besi sesuai dengan pesanan
pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok
B Gresik. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan menggunakan bahan baku
utama yaitu berupa besi atau coil. Perusahaan ini termasuk dalam Business to
Business (B2B) yang merupakan sebuah transaksi melibatkan bisnis yang
menyediakan produk dan layanan.Terdapat beberapa jenis pipa dengan 30 macam
ukuran jenis pipa yang dapat digunakan pada suatu proyek.
Perusahaan manufaktur ini memproduksi produk yaitu pipa besi, dimana
proses produksi yang dijalankan yaitu dengan memproses bahan baku berupa besi
atau coil. Jenis bahan baku (coil) yang ada seperti Gulvonil (GIS) berwarna
abu-abu,Galvanees (GAS) berwarna abu-abu gelap, Hot Roll (HR) berwarna hitam,
dan Cold Roll (CR) berwarna putih.Jenis produk pipa ini memiliki perbedaan pada
jenis warna, kelunakan bahan, dan kualitas pada masing-masing bahan. Proses ini
dimulai dari pelanggan memesan produk pipa atau dengan memilih berbagai
macam jenis coil, berbagai macam ukuran dan tebal pada produk yang akan
diproduksi. Dari berbagai macam ukuran dan tebal yang dipilih akan
membutuhkan waktu dalam pemrosesan bahan yaitu dari proses pemotongan dan
penggulungan coil dijadikan slitter. Sampai dengan diproses ke mesin barang jadi
untuk dipotong sesuai dengan ukuran produk yang diinginkan oleh pelanggan.
Hasil dari prosestersebut memiliki bahan baku yang dapat di kategorikan dalam
grade A yaitu bahan baku dengan kualitas sempurna atau sangat baik, grade B
dengan kualitas baik, dangrade C dengan kualitas yang tidak sesuai harapan.
Pesanan pelanggan akan dicatat oleh bagian sales order yang diolah
menjadi kebutuhan bahan baku kemudian dilakukan pengecekan ketersediaan
bahan baku oleh bagian gudang. Jika ketersediaan bahan baku masih ada akan
langsung diproduksi, apabila ketersediaan bahan baku tidak ada maka bagian
pembelian melakukan pemesanan kebutuhan bahan berdasarkan lead time harian.
Kemudian bagian produksi akan memproses untuk menjadi produk pipa. Dari
pesanan pelanggan tersebut dibutuhkan proses tahapan pengerjaan yang memiliki
beberapa bahan baku yang dibutuhkan. Mulai dari level 0, yaitu produk 1 packing
pipa besi, level dibawahnya pada level 1 pipa besi, kawat (sebagai pengikat), label
(sebagai penanda/nametag) serta lembesi, dan level 2 yaitu bahan baku berupa
coil.
Pemenuhan kebutuhan pelanggan secara tidak langsung berpengaruh pada
laba perusahaan. Permintaan oleh pelanggan yang terjadi secara terus menerus
bertambah mengakibatkan penumpukan pemesanan yang sulit teratasi. Selama ini
perusahaan melakukan pembelian bahan baku dengan perkiraan, berdasarkan hasil
produksi dengan kapasitas yang telah diproses pada periode
sebelumnya.Dikarenakan tidak ada pencatatan yang dijadwalkan secara terstruktur
tentang kegiatan produksi, maka bahan baku yang akan dibutuhkan juga tidak
dapat terinci dengan baik. Kurangnya merencanakan suatu jadwalproduksi yang
tidak tepat mengakibatkan permintaan pelanggan terus diterima oleh perusahaan
3
diproses dengan jatuh tempo yang sama, tetapi memiliki kuantitas produk yang
lebih banyak dengan jenis bahan baku berbeda. Kekurangan bahan baku akan
menghambat proses produksi untuk menghasilkan output berupa produk pipa besi.
Kelebihan bahan baku juga dihindari oleh perusahaan karena menyebabkan
tertanamnya investasi pada persediaan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat
memenuhi kebutuhan bahan baku pada saat yang sesuai dengan minimal setiap
item.
Hal ini berdampak pada keterlambatan waktu proses dalampemenuhan
pesanaan pelanggan, keterlambatan tersebut memiliki persentase sekitar 46%.
Keterlambatan produksi pada tahun 2015 periode Januari-Juni terjadi
keterlambatan sebanyak 48 kali dari 105 jenis produksi, sehingga diperloleh
48:105 = 0,457. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat
keterlambatan di PT Bukit Baja Anugrah ini mencapai 0,457 x 100% = 45,7%.
Dengan demikian diperlukannya suatu perencanaan bahan baku untuk dapat
memenuhi proses olahan bahan baku yang akan diproduksi. Suatu teknik atau set
prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses
pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang
saling bergantungan (Gaspersz 2005).
Dengan menggunakan material requirement planning, hal ini perencanaan
yang dapat dilakukan diantaranya mampu menentukan kebutuhan pada setiap item
dengan maskudkapan suatu pekerjaan akan selesai (bahan baku harus tersedia)
untuk memenuhi permintaan produk yang dijadwalkan berdasarkan jadwal
produksi yang direncanakan.Menentukan kebutuhan minimal setiap item, yaitu
rencana pemesanan, yaitu dengan memberikan informasi kapan pemesanan atau
pembatalan suatu pemesanan harus dilakukan.
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka dibuatlah rancang bangun sistem
informasi perencanaan dan pengadaan kebutuhan bahan baku dengan
menggunakan metode Lot For Lot. Perencanaan kebutuhan material dimaksudkan
mampu memenuhi kebutuhan bahan baku apa saja yang dibutuhkan, berapa
jumlah bahan baku yang diperlukan, kapan bahan baku dapat diterima,
danrencana pembelian bahan baku sesuai dengan apa yang dibutuhkan saja.
Sehingga, tidak menyebabkan biaya simpan. Dengan adanya sistem tersebut
diharapkan perusahaan mampu memenuhi setiap kebutuhan bahan baku yang
dibutuhkan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan
rumusan masalah yaitu bagaimana merancang dan membangun sistem informasi
untuk perencanaan dan pengadaan kebutuhan bahan baku dengan metode Lot For
Lotpada PT Bukit Baja Anugrah.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, ruang lingkup yang akan menjadi
batasan masalah dari pembuatan sistem ini antara lain:
1. Data bahan baku yang digunakan pada bulan April s/d Juni 2016.
2. Aplikasi hanya dalam ruang lingkup perencanaan kebutuhan bahan baku dan
5
3. Perencanaan dilihat dari adanya data MPS (Master Production Scheduling).
4. Bahan bakudari pemasok dalam kondisi selalu tersedia.
5. Perhitungan menggunakan metode Lot For Lotdalam periode mingguan
maupun harian.
1.4 Tujuan
Tujuan dari pembuatan sistem informasi ini adalah membuat sistem
informasi perencanaan bahan baku yang dapat mengatur dalam
memenuhikebutuhan bahan baku yang akan diproduksi dan rencana pembelian
dengan menggunakan metode yaitu Lot For Lot.Sistem akan memberikan
informasi laporan yaitu: laporan perencanaan kebutuhan bahan baku perperiode,
laporan perencanaan kebutuhan bahan baku perminggu, laporan perencanaan
kebutuhan bahan baku perproduk, laporan status persediaan, dan laporan rencana
pembelian.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam rancang bangun sistem informasi
kebutuhan bahan baku pada PT Bukit Baja Anugrah adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
Sebagai media penerapan ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa yang telah
didapat saat perkuliahan berlangsung, maupun ilmu baru yang telah
dipelajari.
a. Membantu bagian pembelian untuk melakukan pemesanan dan rencana
pembelian bahan baku.
b. Bagian produksi dapat melakukan proses produksi sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan.
c. Menghasilkan informasi perencanaan kebutuhan bahan baku untuk
membantu perusahan dalam menentukan kuantitas yang dibutuhkan.
3. Pembaca
Sebagai referensi untuk pengembangan penelitian berikutnya dalam bidang
yang sama.
1.6 Sistematika Penulisan
Laporan Tugas Akhir (TA) ini ditulis dengan sistematika penulisansebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan yang
terjadi,perumusan masalah atau ruang lingkup pekerjaan TA.
Tujuandilakukannya penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisanbuku ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi mengenai teori-teori yang akan digunakan sebagai
acuanpada saat atau sebelum melakukan penelitian. Teori tersebut
berisi tentangMRP (MaterialRequirement Planning) dan metode
7
persediaan, perencanaan, pengadaan barang, dan pembelian barang
yang mendukung proses pengerjaanpenelitian.
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan hingga
menemukansolusi untuk permasalahan penelitian.
Tahapan-tahapan tersebut dapatdimulai dari pengumpulan data, identifikasi
permasalahan, analisispermasalahan, solusi permasalahan sampai
pada perancangan sistem,seperti document flow, system flow, data
flow diagram, desain ERD yangterdiri dari conceptual data model
(CDM) maupun physical data model(PDM), struktur basis data,
dan interface berupa capture dari setiap formpada sistem yang
dibuat.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai implementasi sistem yang
dibuat, evaluasi hasil uji coba dimana sistem tersebut
menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran untuk proses
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini digunakan landasan teori yang
berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang ada pada perusahaan ini. Pembahasan pada bagian ini dimulai dari landasan
teori yang berkaitan dengan permasalahan, lalu dilanjutkan dengan uraian
teori-teori yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan.
2.2 Persediaan
Menurut Sofyan (2013) persediaan merupakan stok yang dibutuhkan
perusahaan untuk mengatasi adanya fluktuasi permintaan. Persediaan dalam suatu
sistem mempunyai suatu tujuan tertentu, hal ini dikarenakan adanya sumber daya
tertentu yang tidak bisa didatangkan ketikasumber daya tersebut dibutuhkan.
Sehingga, untuk menjamin tersedianya sumber daya maka perlu direncanakan
adanya persediaan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa persediaan ialah
sejumlah sumber daya baik terbentuk bahan mentah ataupun barang jadi yang
disediakan perusahaan untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Persediaan
dapat dioptimalkan dengan mengadakan perencanaan produksi yang lebih baik,
serta manajemen persediaan yang optimal, untuk itu maka dibutuhkan adanya
pengendalian persediaan guna mencapai tujuan tersebut.
9
2.3 Jenis-Jenis Persediaan Fisik
Jenis-jenis dalam persediaan dapat dibedakan menjadi berbagai macam.
Setiap jenis mempunyai karakteristik khusus tersendiri dengan cara pengelolaan
yang berbeda menurut Handoko (1984). Terdapat 5 perbedaan menurut jenis
persediaannya, yaitu:
1. Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan barang-barang
yang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang
digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat sendiri
oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased components), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari
perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih
lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau
2.4 Perencanaan
Menurut George Terry (2000) perencanaan (planning) adalah sebagai dasar
pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk
mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan,
memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan
merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksud untuk mencapai
tujuan.
2.5 Pengadaan Barang
Menurut Aliminsyah dan Padji (2003) pengadaan barang adalah suatu
kegiatan untuk menyuplai/memenuhi kebutuhan akan barang-barang (peralatan
dan perlengkapan) pendukung kegiatan perusahaan atau organisasi. Proses
pengadaan barang biasanya dilakukan oleh bagian yang berkaitan dengan barang,
seperti barang dagangan, bahan baku, dan barang yang lainnya.
2.6 Pembelian Barang
Menurut Aliminsyah dan Padji (2003) pembelian adalah harga pembelian
(harga pokok) barang dagang yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
Dalam perusahaan dagang pembelian dilakukan dengan dijual kembali tanpa
mengadakan perubahan untuk barang, sedangkan pada perusahaan manufaktur
pembelian barang dengan bentuk sesuai dengan barang yang akan diproduksi pada
11
2.7 Material Requirement Planning(MRP)
2.7.1 DefinisiMaterial Requirement Planning
Menurut Gaspersz(2012) perencanaan kebutuhan bahan baku adalah metode
penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders.
Metode MRP merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan
inventory untuk item-itemdependent demand, dimana permintaan cenderung
discontinuous dan lumpy. Item-item yang termasuk dalam dependent demand
adalah bahan baku (raw materials), parts, subassemblies, yang kesemuanya
disebut dengan manufacturing inventories.
Sedangkan menurut Baroto (2002) Material Requirement Planning (MRP)
adalah suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik transaksi yang
dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk produksi menjadi kebutuhan bersih
untuk semua item. Di samping itu MRP dirancang untuk membuat
pesanan-pesanan produksi dan pembelian untuk mengatur aliran bahan baku dan
persediaan dalam proses, sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk
akhir. Tujuan MRP adalah untuk menghasilkan informasi yang tepat dalam
melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan
penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat
keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan
2.7.2 Tentang MRP
Menurut Gaspersz (2005) ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari
sistem MRP antara lain, yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
Maksudnya adalah menentukan secara tepat “kapan” suatu pekerjaan harus
diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk memenuhi
permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan pada Jadwal Induk
Produksi.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
Dengan diketahuinya akan produk jadi, MRP dapat menetukan secara tepat
sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua
kebutuhan minimal setiap item komponen.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan
terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar
atau dibuat sendiri.
4. Menentukan penjadwalan ulang.
Pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas
yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu
yang diinginkan, makaMRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan
rencana penjadwalan ulang dengan menentukan prioritas pesanan
yangrealistis. Jika penjadwalan masih tidak memungkinkan untuk memenuhi
pesanan, berarti perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen.
13
2.7.3 Tujuan MRP
Menurut Tampubolon (2004) tujuan dari sistem MRP adalah sebagai
berikut, yaitu:
1. MRP menetukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan
disesuaikan dengan jadwal induk produksi, dengan demikian pembelian atas
komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan
sebatas yang diperlukan saja. Sehingga, dapat meminimalkan biaya
persediaan.
2. MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik
dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang
produksi maupun pembelian komponen. Sehingga, memperkecil risiko tidak
tersedianya bahan baku yang diproses yang mengakibatkan terganggunya
rencana produksi.
3. Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai rencana.
Sehingga, komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara realistis.
Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4. MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu
produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai
dengan jadwal induk produksi.
2.7.4 Input MRP
Menurut Gaspersz (2012) sebagai suatu sistem, MRP membutuhkan
a. Master Production Schedule (MPS)/Jadwal Induk Produksi
MPS merupakan suatu pernyataan definitif tentang produk akhir apa yang
direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa kuantitas yang dibutuhkan, dan
bilamana produk itu akan diproduksi.
b. Bill Of Material/Daftar Kebutuhan Bahan
Bill of Material (BOM) merupakan daftar dari semua bahan baku, parts,
subassemblies, dan kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu unit produk atau parent assembly. MRP menggunakan BOM
sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap bahan baku yang dibutuhkan
untuk setiap periode waktu. Sedangkan menurut Heizer & Render (2010) daftar
kebutuhan bahan adalah daftar jumlah komponen, komposisi, dan bahan yang
diperlukan untuk membuat sebuah produk.
Gambar 2.1 Struktur BOM
Dimana:
Level 1: A (produk jadi) adalah kebutuhan atau permintaan yang independent.
Level 2: B, C, D (produk setengah jadi) adalah item yang merupakan kebutuhan
atau permintaan dependent.
Level 3: E, F, G dan H (bahan baku) adalah item yang merupakan kebutuhan atau
15
c. Item Master (Status Persediaan)
Item master merupakan suatu file yang berisi informasi status tentang bahan
baku, parts,sub-assemblies, produk-produk yang menunjukkan kuantitas on-hand,
kuantitas yang dialokasi (allocated quantity), waktu tunggu yang direncanakan
(planned lead times), ukuran lot (lot size), stok pengaman, kriteria lotsizing, dan
berbagai informasi penting lainnya yang berkaitan dengan suatu item.
Terdapat masukkanlead timeyang digunakan dalam proses MRP menurut
Tanuwijaya & Setyawan(2012), yaitu:
d. Lead Time
Yang dimaksud dengan lead time dari suatu item atau komponen dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
i. Lead Time Purchasing
Lead Time Purchaing yaitu selang waktu antara barang mulai dipesan dari
supplier sampai barang diterima di parbrik (apabila material dipesan dari luar
pabrik)
ii. Lead Time Manufacturing
Lead Time Manufacturingyaitu selang waktu antara barang mulai diproduksi
sampai barang tersebut jadi siap untuk digunakan (untuk material yang
diproduksi sendiri)
2.7.5 Proses MRP
Konsep perhitungan dari MRP adalah jumlah atau banyaknya tabel MRP
ditambah dengan produk jadi itu sendiri. Berikut adalah langkah-langkah dasar
proses pengolahan MRP menurut Tanuwijaya & Setyawan (2012), yaitu:
1. Proses Netting
Proses mencari jumlah bersih item, yang bisa diperoleh dari mengurangi
kebutuhan kotor dengan inventory yang ada dan penerimaan yang akan terjadi.
NR = GR – (SR+OHI) ... (3.1)
dimana:
NR = Kebutuhan bersih
GR = Kebutuhan kotor
SR = Pesanan terjadwal
OHI = Jumlah persediaan awal
2. Proses Lot Sizing
Proses mendapatkan jumlah bahan baku atau ukuran lot untuk memenuhi Net
Requirement (NR) yaitu POR (berapa jumlah item yang harus dipesan). POR
tergantung pada metode lotsizing yang dipilih. Metode lot sizing yang paling
sederhana adalah Lot For Lot, yaitu jumlah item yang dipesan (POR) sesuai
dengan kebutuhan bersih (NR).
3. Proses Offsetting
Proses menetapkan waktu kapan suatu order/pesanan harus dilakukan disebut
dengan penentuan PORel, diperhitungkan dengan lead time (waktu tunggu)
pemesanan bahan baku, dan pembuatan barang setengah jadi atau pembuatan
barang jadi.
17
Dimana:
PORt = Planned Order Receipt
PORlt = Planned Order Receipt pada periode t + lead time
Menurut Gaspersz (2012) terdapat proses lead time, lead time pada
offsetting, yaitu:
Lead time offsetting adalah proses penentuan waktu dari planned order
release(rencana pemesanan), dihitung berdasarkan waktu mundur ke belakang
dari waktu planned order receipts (rencana penerimaan) melalui panjang waktu
tunggu.
4. Proses Exploding
Proses menghitung kebutuhan item yang mempunyai level yang lebih bawah.
Data BOM sangat memegang peranan, karena atas dasar BOM inilah proses
exploding berjalan.
2.7.6 Output MRP
Output MRP merupakan dasar tindakan pengendalian persediaan dan
penjadwalan produksi. Output utama MRP adalah berupa rencana kebutuhan
bahan (material) dan rencana kebutuhan produksi, yang akan digunakan sebagai
acuan pengendalian produksi secara keseluruhan, menurutTanuwijaya &
Setyawan (2012), yaitu:
1. Rencana Kebutuhan Bahan Baku (Material)
Rencana kebutuhan bahan meliputi jumlah masing-masing bahan, jadwal
dibutuhkannya,kapan pesanan bahan tersebut di release ke pemasok, dan
2. Rencana Kebutuhan Produksi
Rencana kebutuhan produksi meliputi jumlah masing-masing sub-produk
hasil rakitan maupun produk akhir, jadwal dibutuhkannya, dan kapan
pekerjaan tersebut dimulai, hal ini berkaitan dengan work order.
2.8 Metode Lot Sizing
Menurut Gaspersz (2012) Lot Sizemerupakan kuantitas pesanan (order
quantity) dari item yang memberitahukan MRP berapa banyak kuantitas yang
harus dipesan serta teknik lot sizing apa yang dipakai.
Heizer dan Render (2005) menyatakan bahwa sistem MRP adalah cara yang
sangat baik untuk menentukan jadwal produksi dan kebutuhan bersih. Bagaimana
pun, ketika terdapat kebutuhan bersih, maka keputusan berapa banyakyang perlu
dipesan harus dibuat. Keputusan ini disebut keputusan penentuan ukuran lot (lot
sizing decision).
Teknik lot sizing merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan
jumlah item yang harus dipesan dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan.
Biaya yang berkaitan dengan lot sizing adalah biaya awal dan biaya simpan. Biaya
awal merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memesan bahan baku ke supplier.
Sedangkan biaya simpan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan
bahan baku.
Berikut merupakan macam-macam dari teknik yang dapat digunakan dalam
19
2.8.1 Lot For Lot
Tekniklotsizing yang paling sederhana yaitu berdasar pada ide menyediakan
persediaan sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan
seminimal mungkin, sehingga sifatnya dinamis. Jadi metode ini bertujuan
untukmeminimalisasikan biaya penyimpanan perunit sampai nol, karena ukuran
lot disesuaikan dengan kebutuhan. Kelebihan dari metode ini tidak ada persediaan
sehinggatidak ada biaya simpan, dikarenakanjuga gudang yang dimiliki oleh
perusahaan hanya menyimpan stok hasil dari produksi, dan penyimpanan bahan
bakuyang disimpan tidak terkontrol karena gudang yang dimiliki terpisah jarak
dengan perusahaan.
2.8.2EOQ
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa persediaan bersifat terus
menerusdengan permintaan yang stabil. Kelebihan dari metode ini adalah mudah
untuk memasukkan parameter biaya dan teknik yang menentukan trade off antara
biaya pesan, setup, dan ongkos simpan. Kekurangan metode ini adalah
mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan datang pada MRP. Teknik ini
bukan teknik eksak sehingga sering mengakibatkan adanya sisa dari persediaan
sehingga, akan meningkatkan ongkos simpan.
2.8.3 POQ
Metode ini sering disebut juga dengan metode Uniform Order Cycle,
merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak
EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang dalam sekali pesan. Angka ini
selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan perperiode dan hasilnya
dibulatkan. Angka akhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup dalam
setiap kali pemesanan. Kelebihan teknik ini adalah menunjukkan jumlah biaya
periode pemesanan dibandingkan dengan jumlah pemesanan pada unit-unitnya.
Kekurangan metode ini adalah mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan
datang pada MRP.
2.8.4 FOQ
Jumlah pesanan tetap (fix order quantity), asumsinya dengan menghitung
pesanan yang dilakukan pada periode kedua, ketiga atau periode kelima. Dimana
setiap periode memiliki persediaan pada setiap periodenya yang mengakibatkan
ongkos simpan menjadi bertambah. Kelebihan metode ini adalah memunculkan
kemungkinan-kemungkinan permintaan yang ada di masa mendatang pada MRP
dan meminimasi ongkos pesan. Kekurangannya adalah kurang tanggap terhadap
perubahan permintaan dibandingkan dengan Lot For Lot. Teknik ini digunakan
apabila kita membutuhkan barang dan dilakukan pemesanan secara periodik
dengan besar pemesanan tetap (sudah ditetapkan).
2.8.5 LUC
Ongkos unit terkecil (Least Unit Cost), dengan menghitung ukuran kuantitas
pemesanan dibandingkan dengan ongkos perunit pada satu periode ke periode
selanjutnya. Dalam metode ini ongkos pesan lebih diperhatikan daripada kualitas
21
Kelebihan metode ini adalah dapat digunakan untuk jarak permintaan yang akan
datang di dalam MRP melengkapi kuantitas yang nyata dan usaha untuk
meminimasi ongkos. Kekurangannya adalah dapat menyebabkan gangguan pada
pemilihan kuantitas dan setiap periode yang sedang berjalan dalam MRP.
2.8.6 PPB
Penyeimbang periode (Part Period Balancing), dengan menghitung dasar
ukuran lot yang ditetapkan bila ongkos simpannya sama atau mendekati ongkos
pesannya. Atau penyeimbangan sebagian periode adalah sebuah teknik pemesanan
persediaan yang menyeimbangkan biaya setup dan penyimpanan dengan
mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot berikutnya di
masa datang. Penyeimbangan sebagian periode membuat sebuah sebagian periode
ekonomis (Economic Part Period), yang merupakan perbandingan biaya setup
dengan biaya penyimpanan.
2.8.7 Silver Meal
Memfokuskan pada ukuran lot yang dapat meminimumkan ongkos total
perperiode. Dimana ukuran lot didapatkan dengan cara menjumlahkan kebutuhan
beberapa periode yang berturut-turut sebagai ukuran lot yang tentative (bersifat
sementara), penjumlahan dilakukan terus sampai ongkos totalnya dibagi dengan
banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk dalam ukuran
lottentativetersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah
2.9 Teknik Lot For Lot
Terdapat beberapa teknik lotsizing, salah satunya solusi yang akan
digunakan oleh perusahaan yaitu dengan menggunakan teknikLot For Lot.
Lot For Lot merupakan sebuah teknik penentuan ukuran lot yang
menghasilkan apa yang diperlukan untuk memenuhi rencana secara tepat.
Menurut Irwansyah(2010) metode Lot For Lot atau juga dikenal sabagai metode
persediaan minimal berdasarkan pada ide menyediakan persediaan (atau
memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan
seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah sesungguhnya yang
diperlukan (Lot For Lot) ini menghasilkan tidak adanya persediaan yang
disimpan. Sehingga,biaya yang timbul hanya berupa biaya pemesanan saja.
Asumsi yang ada dibalik metode ini adalah bahwa pemasok (dari luar atau dari
lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu, artinya berapapun ukuran lot
yang dipilih akan dapat dipenuhi.
Contoh:
Tabel 2.1 Contoh Soal Teknik Lot For Lot
Periode 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
GR - 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
OHI 35 - - - -
-Diketahui:
Biaya penyimpanan (holding cost) = $2/unit/minggu
Biaya pemesanan (order cost) = $200
23
Pemenuhi kebutuhan item sesuai dengan yang diperlukan (netrequirement).
Sehingga, OHI selalu nol dan tidak ada biaya simpan (holding cost).
Tabel 2.2 Perhitungan Lot Menggunakan Teknik Lot For Lot
Periode 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
GR - 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
SR - - - -
-OHI 35 - - -
-NR - - 30 40 - 10 40 30 - 30 55
POR - - 30 40 - 10 40 30 - 30 55
PORel - 30 40 - 10 40 30 - 30 55 -
Biaya Inventory:
Biaya Pemesanan = 7 x $200 = $1.400
Biaya Penyimpanan = 0 (karena tidak ada biaya simpan atau OHI)
Total = $1.400
(Sumber: Tanuwijaya &Setyawan, 2012: 63-64)
1. GR (Gross Requirements = Kebutuhan Kotor)
Total kebutuhan item berupa produk barang jadi atau produk hasil
perakitan/assembly, atau bahan baku untuk masing-masing periode.
2. SR (Schedule Receipt = Jadwal Penerimaan)
Jumlah item yang akan diterima pada suatu periode sebagai order yang telah
dipesan dari pemasok maupun dari hasil produksi.
3. OHI (On Hand Inventory = Persediaan)
4. NR (Net Requirements = Kebutuhan Bersih)
Jumlah kebutuhan sebenarnya (bersih) yang dibutuhkan pada masing-masing
periode untuk memenuhi kebutuhan item pada Gross Requirements.
5. POR (Planned Order Receipts = Rencana Penerimaan)
Jumlah item yang direncanakan untuk suatu periodedan akan dilakukan
apabila terdapat kebutuhan bersih (NR). Jumlah POR bergantung pada ukuran
lot yang akan digunakan dan dapat dihitung berdasarkan metode lot sizing
yang digunakan.
6. PORel (Planned Order Release = Rencana Pemesanan)
Jumlah pemesanan suatu item dan kapan harus dilakukan. Nilai PORel sama
dengan nilai POR dan waktu pemesanannya ditentukan berdasarkan Lead
Time (LT).
2.10 Konsep Dasar Sistem Informasi
2.10.1 Pengertian Informasi
Menurut Jogiyanto (2005) informasi adalah data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Sumber dari
informasi adalah data, data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum
atau data item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu
kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.
Menurut Edhy Sutanta (2003) kegunaan informasi adalah untuk mengurangi
ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan.
Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan
25
dipengaruhi atau ditentukan oleh beberapa hal yaitu: relevan (relevancy), akurat
(accurancy), tepat waktu (time liness), ekonomis (economy), efisien (efficiency),
ketersediaan (availability), dapat dipercaya (reliability), dan konsisten. Menurut
Jogiyanto (2001) menyatakan informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.
2.10.2 Konsep Dasar Sistem
Menurut Edhy Sutanta (2003) sistem adalah sekumpulan elemen atau sub
sistem yang saling bekerja sama dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk
satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan pengertian tersebut sistem ialah unsur-unsur yang saling
berkaitan, saling bergantung, dan saling berinteraksi atau suatu kesatuan usaha
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu dengan yang lainya,
dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.10.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Jogiyanto (2001) yang dimaksud sistem informasi adalah suatu
sistem yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung
operasi, bersifat manajerial, kegiatan strategi dari suatu organisasi, dan
menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.
Analisa sistem informasi adalah penggunaan dari sistem informasi ke dalam
bagian sub sistem untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan,
hambatan, kesempatan yang terjadi serta kebutuhan yang diharapkan sehingga
Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem dan
sebelum tahap design sistem. Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan
sangat penting, karena kesalahan pada tahap ini akan sangat berpengaruh pada
tahap selanjutnya.
2.10.4 Analisis dan Perancangan Sistem
Analisis sistem dilakukan dengan tujuan dapat mengidentifikasi dan
mengevaluasi permasalahan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan,
sehingga dapat diusulkan perbaikannya. Perancangan sistem merupakan
penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian komputerisasi yang
dimaksud, mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi permasalahan,
menentukan kriteria, menghitung konsistensi terhadap kriteria yang ada, dan
mendapatkan hasil atau tujuan dari masalah tersebut serta mengimplementasikan
seluruh kebutuhan operasional dalam membangun aplikasi.
Menurut Fatta (2007) analisis dan desain sistem informasi bisa didefinisikan
sebagai proses organisasional komplek dimana sistem informasi berbasis
komputer diimplementasikan atau dapat diringkas sebagai berikut, yaitu:
1. Analysis: mendefinisikan masalah.
• From requirements to spesification
2. Design: memecahkan masalah.
27
Ada beberapa alasan spesifik mengapa urutan tahapan-tahapan ANSI
menjadi sangat penting, yaitu:
A. Kesuksesan sistem informasi tergantung pada analisis dan perancangan yang
baik. Tahapan analisis akan menentukan masalah apa yang harus diselesaikan
pada organisasi atau perusahaan. Kesalahan dalam tahap ini akan
mengakibatkan masalah tetap ada walaupun sistem informasi telah
diimplementasikan. Sementara tahapan desain akan sangat menentukan
seperti apa sistem akan berfungsi. Walaupun pada tahap analisis masalah
utama sudah terpetakan dengan benar, kesalahan desain akan mengakibatkan
kegagalan penyelesaian masalah oleh sistem komputer. Dengan demikian dua
langkah ini adalah langkah yang sangat menentukan pengembangan sistem.
B. Metode ANSI merupakan metode yang cukup lama dipakai untuk
membangun perangkat lunak konvensional. Dengan demikian, kesahihan
langkah-langkah baku yang ada sudah teruji. Metode ini juga telah digunakan
secara luas diberbagai industri (teknologi yang telah teruji).
C. ANSI menawarkan profesi baru sebagai seorang analis. Di bagian
sebelumnya, telah kita bahas bahwa stakeholder yang bertanggung jawab
pada pelaksanaan seluruh tahapan ANSI adalah seorang analis.
Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,
kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi, dan kebutuhan-kebutuhan yang
2.10.5 Data dan Informasi
Menurut Romney (2006) data adalah apapun dan atau semua fakta yang
dikumpulkan, disimpan, dan diproses oleh suatu sistem informasi, sedangkan
informasi adalah data yang telah diatur dan diproses sehingga dapat memiliki arti.
Informasi dapat berupa dokumen laporan atau jawaban suatu pertanyaan.
Dokumen merupakan catatan transaksi atau data suatu
perusahaan/instansi.Terdapat 6 karakteristik yang membuat informasi menjadi
berguna dan berarti, yaitu:
1. Relevant: informasi adalah relevant bila dapat mengurangi ketidakpastian,
meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan dalam membuat prediksi,
atau memastikan, dan membenarkan pikiran mereka.
2. Reliable: informasi adalah reliable bila bebas dari kesalahan atau bisa dan
secara tepat menampilkan kejadian yang atau aktifitas organisasi.
3. Complete: informasi adalah complete biladapat mencakup aspek-aspek
penting dari kejadian atau aktifitas yang diukurnya.
4. Timely: informasi adalah timely bila dapat menyediakan tepat waktu bagi para
pembuat keputusan untuk mengunakannya dalam membuat keputusan.
5. Understandable: informasi adalah understandable bila informasi yang
ditampilkan dengan format yang dapat dibaca dan dimengerti oleh user.
6. Verifiable: informasi adalah verifiablebila dua orang yang berpengetahuan
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Pada tahap ini menjelaskan tentang kondisi suatu perusahaan saat ini
berdasarkan hasil survey di lapangan yang bertujuan untuk mengevaluasi
permasalahan yang terjadi saat ini, sehingga dapat diajukan suatu usulan
perbaikan. Untuk mengetahui kondisi atau informasi tentang perusahaan
dilakukan dengan cara pengumpulan data, kegiatan pengumpulan data meliputi:
1. Observasi
Dalam menganalisis kebutuhan, dilakukan survey terhadap perusahaan.
Langkah ini dilakukan untuk mengamati dan mengidentifikasi tentang
informasi dan kondisi pada PT Bukit Baja Anugrah secara langsung. Survey
tersebut mengamati proses yang dilakukan pada pihak pemesanan dalam
memproses pembelian bahan baku yang dijalani selama ini. Dari data-data
yang sudah diperoleh yang akan dijadikan pedoman untuk memperoleh
gambaran umum tentang proses pemesanan dan pembelian bahan baku.
Observasi dilaksanakan selama dua kali, berikut ini merupakan hasil
observasi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Tabel 3.1 Observasi
No Sumber Data Yang Didapat
1. Bagian Penjualan 1. Data catatan pemesanan pelanggan
2. Bagian Produksi 1. Data produk
2. Data keterlambatan produksi
3. Bagian Gudang 1. Data Persediaan
2. Data bahan baku
3. Data keterlambatan bahan baku
2. Wawancara
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data atau bahan untuk penelitian ini
salah satunya dengan teknik wawancara untuk menunjang dalam
pengumpulan data-data dari hasil wawancara yang didapatkan. Wawancara
dalam penelitian ini dilakukan dengan sesi tanya jawab langsung dengan
bagian Supervisor dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun. Wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung
maupun tidak langsung. Tujuan dalam proses wawancara yaitu mendapatkan
informasi mengenai proses apa saja yang dilakukan serta laporan apa saja
yang dibutuhkan oleh PT Bukit Baja Anugrah.
3. Studi Pustaka
Dalam langkah ini mengumpulkan informasi dan literatur yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan. Sumber informasi dan litelatur ini berupa
jurnal dan buku pendukung. Adapun buku yang dibaca mempunyai
permasalahan atau pembahasan yang sama dengan yang akan dibahas.
Literatur yang digunakan selama penelitian berlangsung, antara lain sebagai
berikut, yaitu:
a. Cahya Apriliana dalam bukunya dengan judul “Rancang Bangun Sistem
Informasi Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Pada UMKM Sepatu Dan
Sendal Suroso”.
b. Isnaini Ruhul Ummiroh dalam bukunya dengan judul “Analisis Penerapan
Material Requirement Planning (MRP) Pada Pennyellow Furniture”.
c. Iriani dalam bukunya dengan judul “Evaluasi Pengendalian Persediaan
31
3.1.1 Identifikasi Masalah
PT Bukit Baja Anugrah adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang manufactur yang memproduksi pipa yang memiliki bahan baku utama
adalah besi. Bahan baku besi atau disebut dengan coil memiliki beberapa 4 jenis
coil yaitu Gulvonil (GIS) berwarna abu-abu, Galvanees (GAS) berwarna abu-abu
gelap, Hot Roll (HR) berwarna hitam, dan Cold Roll (CR) berwarna putih. Jenis
produk pipa ini memiliki perbedaan pada jenis warna, kelunakan bahan, dan
kualitas pada masing-masing bahan. Proses ini dimulai dari pelanggan memesan
produk pipa besi, dengan memilih berbagai macam jenis coil, berbagai macam
ukuran dan tebal pada produk yang akan diproduksi. Dari berbagai macam ukuran
dan tebal yang dipilih akan membutuhkan waktu dalam pemrosesan bahan yaitu
dari proses pemotongan dan penggulungan coil dijadikan slitter. Sampai dengan
diproses ke mesin barang jadi untuk dipotong sesuai dengan ukuran produk yang
diinginkan oleh pelanggan. Hasil dari proses tersebut memiliki bahan baku yang
dapat di kategorikan dalam grade A yaitu bahan baku dengan kualitas sempurna
atau sangat baik, grade B dengan kualitas baik, sedangkan grade C dengan
kualitas yang tidak sesuai harapan.
Pesanan pelanggan akan dicatat oleh bagian sales order yang diolah
menjadi rencana kebutuhan bahan baku kemudian dilakukan pengecekan
ketersediaan bahan baku oleh bagian gudang. Jika ketersediaan bahan baku masih
ada akan langsung diproduksi, apabila ketersediaan bahan baku tidak ada maka
bagian pembelian melakukan pemesanan kebutuhan bahan berdasarkan lead time.
Kemudian bagian produksi akan memproses untuk menjadi produk pipa. Dari
beberapa bahan baku yang dibutuhkan yaitu mulai dari level 0 yaitu produk 1
packing pipa besi, level di bawahnya pada level 1 pipa besi, kawat (sebagai
pengikat), label (sebagai penanda/name tag) serta lem besi, dan level 2 yaitu
bahan baku berupa coil.
Pemenuhan kebutuhan pelanggan secara tidak langsung berpengaruh pada
laba perusahaan. Permintaan oleh pelanggan yang terjadi secara terus menerus
bertambah mengakibatkan penumpukan pemesanan yang sulit teratasi. Selama ini
perusahaan melakukan pembelian bahan baku dengan perkiraan, berdasarkan hasil
produksi dengan kapasitas yang telah diproses pada periode sebelumnya.
Dikarenakan tidak ada pencatatan yang dijadwalkan secara terstruktur tentang
kegiatan produksi maka bahan baku yang akan dibutuhkan juga tidak dapat terinci
dengan baik. Kurangnya merencanakan suatu jadwal produksi yang tidak tepat
mengakibatkan permintaan pelanggan terus diterima oleh perusahaan dengan
jatuh yang diinginkan oleh pelanggan tanpa melihat pesanan yang harus diproses
dengan jatuh tempo yang sama tetapi memiliki kuantitas produk yang lebih
banyak dengan jenis bahan baku berbeda. Kekurangan bahan baku akan
menghambat proses produksi untuk menghasilkan output berupa produk pipa besi.
Kelebihan bahan baku juga dihindari oleh perusahaan karena menyebabkan
tertanamnya investasi pada persediaan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat
memenuhi kebutuhan bahan baku pada saat yang sesuai dengan minimal setiap
item.
Berdasarakan wawancara tersebut akan mempengaruhi pada keterlambatan
waktu proses dalam pemenuhan pesanaan pelanggan, keterlambatan tersebut
33
periode Januari-Juni terjadi keterlambatan sebanyak 48 kali dari 105 jenis
produksi, sehingga diperloleh 48:105 = 0,457. Dari hasil perbandingan tersebut
dapat diketahui bahwa tingkat keterlambatan di PT Bukit Baja Anugrah ini
mencapai 0,457 x 100% = 45,7%. Saat ini perusahaan kesulitan dalam menangani
pemesanan pelanggan yang menumpuk dan dalam mengatur jadwal-jadwal terkait
dalam perencanaan kebutuhan bahan baku.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perusahaan membutuhkan
sistem perencanaan kebutuhan bahan baku untuk mengatur jadwal
kebutuhan-kebutuhan waktu proses produk tiap pelanggan. Maka dibuatlah aplikasi
perencanaan kebutuhan bahan baku yang bisa menghasilkan informasi berupa
kebutuhan bahan baku, laporan status persediaan, laporan perencanaan kebutuhan
bahan baku, dan laporan rencana pembelian. Dalam proses perencanaan
kebutuhan bahan baku dimaksudkan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku
apa saja yang dibutuhkan, berapa jumlah bahan baku yang diperlukan, kapan
bahan baku dapat diterima, dan rencana pembelian bahan baku sesuai dengan apa
yang dibutuhkan saja sehingga, tidak menyebabkan biaya simpan. Dengan adanya
sistem tersebut diharapkan perusahaan mampu memenuhi setiap kebutuhan bahan
baku yang dibutuhkan.
Tabel 3.2 Identifikasi Masalah
No Analisa Sebab Akibat Optimasi Oleh Sistem
Masalah Akibat Target Sistem Batasan
Sistem
1. Proses
pembelian bahan baku yang dilakukan hanya dengan
perkiraan saja.
Terjadi
penumpukan bahan baku yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sistem dapat melakukan
perencanaan bahan baku dengan melihat data pesanan pelanggan
No Analisa Sebab Akibat Optimasi Oleh Sistem
Masalah Akibat Target Sistem Batasan
Sistem
sehingga pada saat proses produksi bahan baku dapat diproses sesuai dengan jadwal produksi yang telah dibuat.
pembelian dan
pihak manager
hanya menerima laporan rencana kebutuhan bahan baku.
2. Pada saat proses
pembelian bahan baku yang dilakukan dengan jumlah besar.
Terjadi
penumpukan bahan baku dikarenakan bahan baku yang akan diproses tidak sesuai dengan jadwal produksi sehingga gudang tidak dapat
mengontrol bahan baku yang ada.
Sistem dapat memberikan suatu solusi perencanaan bahan baku dengan menggunakan metode lot for lot dengan tujuan untuk dapat memenuhi stok bahan baku yang diperlukan.
Dalam melakukan proses perencanaan bahan baku hanya
menggunakan metode lot for lot.
3. Perusahaan
selalu menerima permintaan pesanan oleh pelangaan.
Terjadi penumpukan pesanan yang tidak dapat diproses sesuai dengan jadwal jatuh tempo pelanggan.
Sistem yang bisa memberikan indikasi
penjadwalan ulang atau melakukan pembatalan
(kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dikehendaki) atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.
Dalam melakukan proses perencanaan bahan baku hanya bisa dilakukan oleh pihak
35
Berikut merupakan gambaran dari alur bisnis pada PT Bukit Baja Anugrah
pada document flow gambar 3.1.
Document flow
Bag. Produksi
Bag. Penjualan Bag. Gudang Supervisor
P
Laporan Kebutuhan Barang
Data Rencana Kebutuhan Barang
Data Kebutuhan Bahan Baku
Data Rencana Kebutuhan Barang
End Melakukan Proses
Pembelian
Y T
Data Rencana Kebutuhan Barang
Gambar 3.1 Alur Bisnis PT Bukit Baja Anugrah Saat Ini
3.1.2 User Requirement
User requirement atau kebutuhan pengguna pada tabel 3.3 yang telah
disesuaikan dengan masing-masing tugas pengguna terkait dengan aplikasi
pengadaan dan perencanaan bahan baku pada PT Bukit Baja Anugrah.
Tugas-tugas pengguna yang dicantumkan pada hasil wawancara dan observasi sebagai
Tabel 3.3 User Requirement
No Pengguna Tugas User Requirement
1 Bagian
Gudang
Dapat melakukan pencatatan data status persediaan atau persediaan
akhir.
Dapat menghasilkan laporan persediaan.
2 Bagian
Produksi
Dapat melakukan pencatatan detail tentang produk.
Dapat melakukan pencatatan tahapan kegiatan produk.
Dapat menghasilkan laporan MPS.
3 Bagian
Pembelian
Dapat melakukan pencatatan detail kebutuhan bahan baku setiap
produk.
Dapat melakukan pencatatan perhitungan rencana pembelian berdasarkan metode.
Dapat menghasilkan laporan rencana kebutuhan
bahan baku. Dapat menghasilkan
laporan rencana pembelian.
4 Manager
Dapat melihat hasil laporan perencanaan kebutuhan bahan
baku.
Dapat menerima laporan hasil
perencanaan kebutuhan bahan
baku.
3.1.3 Functional Requirement
Functional requirement atau kebutuhan fungsional pada tabel 3.4 di bawah
ini adalah kebutuhan mengenai fungsi-fungsi yang dibutuhkan yang disesuaikan
dengan kebutuhan pengguna (user requirement). Kebutuhan fungsi-fungsi yang
dicantumkan sebagai berikut, yaitu:
Tabel 3.4 Functional Requirement
No Pengguna User Requirement Functional Requirement
1 Bagian
Gudang
3.1Dapat mencatat status
persediaan barang.
3.1Fungsi penyimpanan
stok.
3.2Fungsi menampilkan
status persediaan.
3.3Fungsi mencetak
laporan persediaan.
2 Bagian
Produksi
2.1Dapat mencatat detail
data produksi.
2.1Dapat menghasilkan
37
No Pengguna User Requirement Functional Requirement
Bagian Produksi
2.2Dapat menghasilkan
laporan rencana produksi.
3 Bagian
Pembelian
3.1Dapat melihat data
pesanan pelanggan.
3.2Dapat melihat data detail
produk.
3.3Dapat melihat data detail
bahan baku.
3.4Dapat mencatat data
supplier.
2.1Fungsi menampilkan
data MPS.
2.2Fungsi menampilkan
data produk.
2.3Fungsi menampilkan
data BOM.
2.4Fungsi perhitungan
metode.
2.5Fungsi penyimpanan
rencana kebutuhan bahan baku.
2.6Fungsi menampilkan
rencana kebutuhan bahan baku.
2.7Fungsi cetak laporan
perencanaan kebutuhan bahan baku dan laporan rencana pembelian.
4 Manager 4.1Dapat melihat data
perencanaan kebutuhan bahan baku
4.1Dapat menerima
laporan perencanaan kebutuhan bahan baku.
Dari tabel 3.4 di atas maka secara keseluruhan kebutuhan fungsional yang
diperlukan dapat dilihat pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kebutuhan Fungsional Keseluruhan
No Kebutuhan Fungsional (Functional Requirement) Pengguna
1. Fungsi menampilkan data master production
schedule (MPS)
Bagian Produksi, Bagian Pembelian
2. Fungsi menampilkan data BOM Bagian Pembelian
3. Fungsi mencatat persediaan bahan baku (awal) Bagian Gudang
4. Fungsi perhitungan metode Bagian Pembelian
5. Fungsi penyimpanan perencanaan kebutuhan bahan
baku
Bagian Pembelian
6. Fungsi menampilkan perencanaan kebutuhan bahan
baku
Bagian Pembelian
No Kebutuhan Fungsional (Functional Requirement) Pengguna
8. Fungsi mencetak laporan rencana pembelian Bagian Pembelian
3.1.4 Spesifikasi Kebutuhan Fungsional
Pada spesifikasi kebutuhan fungsional menjelaskan lebih detail mengenai
kebutuhan fungsional yang telah didapatkan sebelumnya. Detail tersebut meliputi
prioritas, pemicu, kondisi awal, alur normal dan alternatif, kondisi akhir,
pengecualian, dan kebutuhan non-fungsional.
1. Fungsi menampilkan data MPS
Tabel 3.6 Fungsional MPS
Nama fungsi Fungsi menampilkan data MPS
Prioritas High
Pemicu Terdapat data pemesanan pelanggan, data produk, data
BOM, dan data bahan baku
Kondisi Awal Data-data sudah tersedia
Alur Normal 1. Pilih menu data MPS.
2. Aplikasi menampilkan form data MPS.
3. Pengguna menampilkan form MPS dengan disesuaikan
dengan data MPS yang sudah ada.
4. Aplikasi menyimpan data MPS.
Alur Alternatif -
Kondisi Akhir Sistem berhasil menampilkan data MPS
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
pengguna diwajibkan mengisi username dan password
2. Fungsi menampilkan data BOM
Tabel 3.7 Fungsional BOM
Nama fungsi Fungsi menampilkan data BOM
Prioritas High
Pemicu Data BOM
Kondisi Awal Data BOM sudah ditampilkan
Alur Normal 1. Pengguna memilih menu data MPS.
2. Aplikasi menampilkan form BOM.
39
kebutuhan bahan baku.
4. Aplikasi membaca data MPS berdasarkan tanggal
produksi (tanggal yang dibutuhkan) pada proses produksi.
Alur Alternatif -
Kondisi Akhir Sistem berhasil menampilkan data BOM
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
pengguna diwajibkan mengisi username dan password
3. Fungsi pencatatan data persediaan bahan baku (awal)
Tabel 3.8 Fungsional Persediaan Bahan Baku (Awal)
Nama fungsi Fungsi pencatatan data persediaan bahan baku (awal)
Prioritas High
Pemicu Pencatatan data persediaan bahan baku (awal)
Kondisi Awal Data persediaan bahan baku (awal) sudah tersedia
Alur Normal 1. Pilih menu master.
2. Pilih status persediaan.
3. Aplikasi menampilkan form persediaan.
4. Pengguna mengisi form persediaan.
5. Pengguna menekan tombol simpan untuk menyelesaikan
penambahan data master.
6. Aplikasi menyimpan data master dan menampilkan allert
bahwa data sudah berhasil disimpan.
7. Aplikasi menampilkan data master persediaan awal
melalui gridview.
Alur Alternatif 1. Pilih menu master
2. Aplikasi menampilkan form master
3. Pengguna mengisi form master
4. Pengguna menekan tombol simpan untuk
menyelesaikan penambahan data master.
5. Aplikasi menampilkan allert bahwa data sudah
dimasukkan. Hal tersebut diakibatkan karena, yaitu:
- Pengguna mengisikan data master yang sama.
- Pengunana tidak lengkap dalam mengisikan data
6. Pengguna diarahkan kembali pada halaman
sebelumnya.
7. Pengguna mengisikan kembali form master
8. Aplikasi menampilkan message box “berhasil
disimpan”.
9. Data persediaan awal berhasil ditampilan pada
gridview.
ditampilkan kedalam gridview.
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
pengguna diwajibkan mengisi username dan password
4. Fungsi perhitungan metode
Tabel 3.9 Fungsional Perhitungan Metode
Nama fungsi Fungsi perhitungan metode
Prioritas High
Pemicu Terdapat proses perhitungan metode
Kondisi Awal Data MPS sudah tersedia
Alur Normal 1. Pilih menu perhitungan metode.
2. Aplikasi menampilkan form perhitungan metode.
3. Pengguna memilih tanggal perencanaan untuk proses
perhitungan metode.
4. Pengguna menekan tombol proses untuk menyelesaikan
perhitungan metode dam menampilkan data detail kebutuhan bahan baku.
5. Aplikasi menyimpan perhitungan metode.
6. Aplikasi menampilkan data tersebut melalui tabel
gridview. Alur Alternatif -
Kondisi Akhir Sistem berhasil menyimpan dan berhasil menampilkan
proses perhitungan metode.
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
pengguna diwajibkan mengisi username dan password
5. Fungsi penyimpanan perencanaan kebutuhan bahan baku
Tabel 3.10 Fungsional Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku
Nama fungsi Fungsi menyimpan perencanaan kebutuhan bahan baku
Prioritas High
Pemicu Terdapat proses perhitungan metode
41
Alur Normal 1. Pengguna memilih menu utama MPS.
2. Aplikasi menampilkan form MPS.
3. Pengguna memilih tanggal produksi atau tanggal yang
dibutuhkan.
4. Penguna menekan tombol proses untuk disimpan
5. Aplikasi menampilkan form perencanaan bahan baku
pada gridview. Alur Alternatif -
Kondisi Akhir Perencanaan kebutuhan bahan baku berhasil diproses dan
disimpan.
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
pengguna diwajibkan mengisi username dan password
6. Fungsi menampilkan perencanaan kebutuhan bahan baku
Tabel 3.11 Fungsional Menampilkan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku
Nama fungsi Fungsi menampilkan perencanaan kebutuhan bahan baku
Prioritas High
Pemicu Perencanaan kebutuhan bahan baku berhasil diproses dan
tersimpan.
Kondisi Awal Perencanaan kebutuhan bahan baku berhasil diproses dan
tersimpan.
Alur Normal 1. Pengguna memilih menu utama MPS.
2. Aplikasi menampilkan form MPS.
3. Pengguna memilih tanggal produksi atau tanggal yang
dibutuhkan.
4. Penguna menekan tombol proses untuk disimpan
5. Aplikasi menampilkan form perencanaan bahan baku
pada gridview.
Alur Alternatif -
Kondisi Akhir Perhitungan metode berhasil disimpan dan ditampilkan.
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
pengguna diwajibkan mengisi username dan password
7. Fungsi mencetak laporan perencanaan kebutuhan bahan baku
Tabel 3.12 Fungsional Mencetak Laporan Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku
Nama fungsi Fungsi mencetak perencanaan kebutuhan bahan baku
Pemicu 1. Terdapat proses perencanaan kebutuhan bahan baku
Kondisi Awal Perhitungan metode selesai diproses.
Alur Normal 1. Memilih tanggal untuk diproses pada menu laporan
perencanaa kebutuhan bahan baku (bahan baku).
2. Aplikasi menampilkan form laporan perencanaan
kebutuhan bahan baku berdasarkan periode yang dipilih.
3. Aplikasi menampilkan laporan perencanaan kebutuhan
bahan baku.
4. Pengguna menekan button cetak.
Alur Alternatif -
Kondisi Akhir Perencanaan bahan baku berhasil dicetak
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
pengguna diwajibkan mengisi username dan password
8. Fungsi mencetak laporan rencana pembelian
Tabel 3.13 Fungsional Mencetak Laporan Rencana Pembelian
Nama fungsi Fungsi mencetak rencana pembelian
Prioritas High
Pemicu 1. Terdapat proses perhitungan metode
2. Terdapat proses rencana pembelian
Kondisi Awal Rencana pembelian selesai diproses dan disimpan.
Alur Normal 1. Memilih tanggal untuk diproses pada menu laporan
rencana pembelian.
2. Aplikasi menampilkan form laporan rencana pembelian
berdasarkan periode yang dipilih.
3. Aplikasi menampilkan laporan rencana pembelian bahan
baku.
4. Pengguna menekan button cetak.
Alur Alternatif -
Kondisi Akhir Rencana pembelian berhasil dicetak.
Pengecualian -
Kebutuhan Non-Fungsional
1. Keamanan aplikasi. Sebelum mengakses aplikasi
43
3.1.5 Analisis Kebutuhan
Tahap ini adalah tahap sebelum perancangan sistem. Analisis kebutuhan
merupakan suatu pemenuhan kondisi atau informasi di dalam suatu produk
terhadap perencanaan dan pengadaan bahan baku yang dibutuhkan oleh pihak
perusahaan. Kebutuhan dari hasil perhitungan ini harus dapat dilaksanakan
dengan kebutuhan bisnis yang teridentifikasi, didefinisikan sampai tingkat detail
untuk desain sistem, dan kebutuhan informasi dalam perhitungan sebagai berikut:
1. Informasi mengenai MPS yaitu untuk mengetahui rincian dari data
pemesanan pelanggan, waktu proses pengerjaan produk, data produk, dan
bahan baku yang dibutuhkan.
2. Informasi mengenai BOM yaitu jumlah masing-masing kebutuhan bahan
baku. Yang digunakan untuk perhitungan perencanaan kebutuhan bahan
baku.
3. Informasi mengenai persediaan bahan baku (stok awal) untuk mengetahui
jumlah persediaan akhir tiap bahan baku dan berdasarkan data yang diterima
oleh bagian gudang.
4. Informasi mengenai hasil kebutuhan bahan baku yaitu untuk mengetahui
jumlah kebutuhan produk akhir dan kebutuhan bahan baku dari jenis bahan
baku dengan lebar dan tebal bahan yang berbeda untuk proses produksi.
5. Informasi mengenai hasil rencana kebutuhan bahan baku perproduk yaitu
untuk mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku tiap produk.
6. Informasi mengenai hasil rencana kebutuhan bahan baku perperiode yaitu
untuk mengetahui jumlah kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan dalam