• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Penjadwalan Produksi Pada PT.Bukit Baja Anugrah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Rancang Bangun Sistem Informasi Penjadwalan Produksi Pada PT.Bukit Baja Anugrah."

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN

PRODUKSI DENGAN METODE EDD (Earliest Due Date) DAN

SPT (Shortest Processing Time) PADA PT. BUKIT BAJA

ANUGRAH

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Sistem Informasi Kekhususan Akuntansi

Oleh:

CHAFIDA MUZDALIFAH 11.41011.0010

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL………...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Sistem ... 8

2.2 Informasi ... 8

2.3 Analisa dan Perancangan Sistem ... 8

2.4 Penjadwalan Produksi ... 9

2.5 Tujuan Penjadwalan ... 10

2.6 Input dan Output Penjadwalan ... 11

2.6.1 Input Penjadwalan ... 11

(3)

viii

2.7.2 Penjadwalan Batch ... 12

2.7.3 Penjadwalan Job Shop... 13

2.8 Aturan Prioritas ... 14

2.8.1 Earliest Due Date (EDD) ... 15

2.8.2 Shortest processing Time (SPT) ... 17

2.9 Evaluasi Aturan Penjadwalan ... 19

2.10 Sistem Antrian ... 19

2.11 System Development Life Cycle (SDLC) ... 19

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 23

3.1 Analisis sistem ... 23

3.1.1 Indentifikasi Masalah ... 25

3.1.2 User Requirement ... 30

3.1.3 Function Requirement ... 31

3.1.4 Spesifikasi Kebutuhan Fungsional ... 31

3.1.5 Spesifikasi Fungsional ... 39

3.1.6 Spesifikasi Kebutuhan Sistem ... 39

3.2 Perancangan Sistem ... 40

3.2.1 System flow ... 44

3.2.2 System flow Penerimaan Pesanan ... 45

3.2.3 System flow Penjadwalan Produksi ... 46

3.2.4 System flow Penjadwalan Per-periode ... 47

(4)

ix

3.2.1 System flow Rencana Penjadwalan (Jadwal Induk) ... 49

3.3 Data Flow Diagram ... 50

3.3.1 Context Diagram... 50

3.3.2 DFD Level 0 Sistem Informasi Penjadwalan Produksi ... 52

3.3.3 DFD Level 1 Master Sistem Informasi Penjadwalan Produksi 52 3.3.4 DFD Level 1 Penerimaan Pesanan Sistem Informasi Penjadwalan Produksi... 54

3.3.5 DFD Level 1 Sistem Informasi Penjadwalan Produksi ... 54

3.4 Entity Relationship Diagram ... 56

3.4.1 CDM (Conceptual Data Diagram) ... 56

3.4.2 PDM (Physical Data Model) ... 57

3.5 Struktur Data Database ... 58

3.6 Perancangan Desain Input dan Output ... 64

3.6.1 Desain Input login ... 65

3.6.2 Desain Menu Utama ... 65

3.6.3 Desain Master Pelanggan ... 66

3.6.4 Desain Master Produk ... 66

3.6.5 Desain Master Jenis Produk ... 67

3.6.6 Desain Tampilan Form BOM (Bill Of Material) ... 67

3.6.7 Desain Tampilan Form BOO (Bill Of Operation)... 68

3.6.8 Desain Form Mesin ... 69

3.6.9 Desain Form Kriteria ... 69

3.6.10 Desain Form Pemesanan ... 70

3.6.11 Desain Perhitungan Metode ... 71

(5)

x

3.6.15 Desain Laporan Pemesanan Per periode ... 74

3.6.16 Desain Laporan Persentase Produk ... 74

3.6.17 Desain Laporan Penjadwalan Produk ... 75

3.6.18 Desain Laporan Penjadwalam Mesin ... 75

3.7 Desain Uji Coba ... 76

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 82

4.1 Implementasi ... 82

4.1.1 Kebutuhan Perangkat Lunak (Software)... 82

4.1.2 Kebutuhan Perangkat Keras (Hardware) ... 81

4.2 Pembuatan dan Implementasi Sistem ... 82

4.3 Pengoprasian Sistem ... 83

4.3.1 Form Login ... 83

4.3.2 Form Menu Utama ... 84

4.3.3 Form Bahan Baku ... 85

4.3.4 Form Jenis Produk ... 85

4.3.5 Form Produk ... 86

4.3.6 Form BOM (Bill Of Material) ... 86

4.3.7 Form BOO (Bill Of Operation) ... 87

4.3.8 Form Mesin ... 87

4.3.9 Form Kriteria ... 88

4.3.10 Form Pelanggan ... 88

(6)

xi

4.3.12 Form Perhitungan Metode ... 90

4.3.13 Form Penentuan Metode Terbaik ... 90

4.3.14 Form Bobot Kriteria ... 91

4.3.15 Form Penjadwalan Produksi ... 91

4.3.16 Form Laporan Penjadwalan Produk ... 93

4.3.17 Form Laporan Penjadwalan Mesin ... 93

4.3.18 Form Rencana Produksi ... 94

4.3.19 Form Laporan Pelanggan ... 95

4.3.20 Form Laporan Pemesanan ... 95

4.3.21 Form Laporan Persentase Produk... 96

4.3.22 Form Laporan Penjadwalan Produksi Perhari ... 97

4.4 Uji Coba Sistem ... 98

BAB V PENUTUP………...………119

5.1 Kesimpulan………...………119

5.1 Saran………..………...………119

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penjadwalan Parallel ... 14

Gambar 2.2 Penjadwalan Seri ... 14

Gambar 3.1 Document Flow Penjadwalan Produksi ... 31

Gambar 3.2 Arsitektur Sistem Informasi Penjadwalan Produksi ... 40

Gambar 3.3 Block Diagram Sistem Informasi Penjadwalan Produksi…………...41

Gambar 3.4 System Flow Penerimaan Pesanan... 45

Gambar 3.5 System Flow Penjadwalan Produksi ... 46

Gambar 3.6 System Flow Penjadwalan Produksi Per-Periode ... 47

Gambar 3.7 System Flow Penjadwalan Produksi Per-Hari ... 48

Gambar 3.8 System Flow Rencana Produksi... 49

Gambar 3.9 Context Diagram Penjadwalan Produksi ... 50

Gambar 3.10 Diagram Berjenjang Sistem Informasi Penjadwalan Produksi ... 51

Gambar 3.11 DFD level 0 Penjadwalan Produksi ... 52

Gambar 3.12 DFD level 1 Master Penjadwalan Produksi ... 53

Gambar 3.13 DFD level 1 Pesanan Penjadwalan Produksi ... 54

Gambar 3.14 DFD level 1 Penjadwalan Produksi ... 55

Gambar 3.15 CDM (Conceptual Data Model) Penjadwalan Produksi ... 56

Gambar 3.16 PDM (Physical Data Model) Penjadwalan Produksi ... 57

Gambar 3.17 Desain Input Login ... 64

(8)

xiii

Gambar 3.19 Desain Master Pelanggan ... 65

Gambar 3.20 Desain Master Produk ... 65

Gambar 3.21 Desain Master Jenis Produk ... 66

Gambar 3.22 Desain Tampilan Form BOM (Bill Of Material) ... 67

Gambar 3.23 Desain Tampilan Form BOO (Bill Of Operation) ... 67

Gambar 3.24 Desain Tampilan Form Mesin... 68

Gambar 3.25 Desain Tampilan Form Kriteria ... 69

Gambar 3.26 Tampilan Form Pemesanan ... 69

Gambar 3.27 Desain Perhitungan Metode ... 70

Gambar 3.28 Desain Metode terbaik ... 71

Gambar 3.29 Desain Buat Penjadwalan Produksi... 72

Gambar 3.30 Desain Laporan Pelanggan ... 72

Gambar 3.31 Desain Laporan Pemesanan Per-periode ... 73

Gambar 3.32 Desain Laporan Persentase Produk ... 73

Gambar 3.33 Desain Laporan Penjadwalan Produk ... 74

Gambar 3.34 Desain Laporan Penjadwalan Mesin ... 75

Gambar 4.1 Form Login ... 82

Gambar 4.2 Pesan Login Gagal ... 83

Gambar 4.3 Form Utama ... 83

Gambar 4.4 Form Bahan Baku ... 84

Gambar 4.5 Form Jenis Produk ... 84

Gambar 4.6 Form Produk ... 85

Gambar 4.7 Form BOM (Bill Of Material) ... 86

(9)

xiv

Gambar 4.11 Form Pelanggan ... 88

Gambar 4.12 Form Transaksi Pesanan ... 88

Gambar 4.13 Form Perhitungan Metode ... 89

Gambar 4.14 Form Penentuan Metode Terbaik ... 90

Gambar 4.15 Form Perhitungan Bobot Kriteria ... 90

Gambar 4.16 Form Grafik Produk dan Mesin ... 91

Gambar 4.17 Form Penjadwalan Produk ... 92

Gambar 4.18 Form Penjadwalan Produk Per- Periode ... 92

Gambar 4.19 Form Laporan Penjadwalan Mesin ... 93

Gambar 4.20 Form Laporan Penjadwalan Mesin per-periode ... 93

Gambar 4.21 Form Laporan Rencana Produksi ... 94

Gambar 4.22 Form Laporan Pelanggan ... 94

Gambar 4.23 Form Laporan Pemesanan ... 95

Gambar 4.24 Grafik Produk Terlaris ... 95

Gambar 4.25 Tabel Grafik Produk Terlaris ... 96

Gambar 4.26 Laporan Penjadwalan Produksi Per hari ... 96

Gambar 4.27 Login Gagal ... 97

Gambar 4.28 Menu Utama Sukses ... 99

Gambar 4.29 Jenis Produk Sukses ... 99

Gambar 4.30 Produk Sukses ... 99

Gambar 4.31 Bahan Baku Sukses ... 99

(10)

xv

Gambar 4.33 Pelanggan Sukses ... 100

Gambar 4.34 BOM dan BOO Sukses ... 100

Gambar 4.35 Kriteria Sukses ... 100

Gambar 4.36 Error Salah Mengisi Form... 101

Gambar 4.37 Error Salah Mengisi Form Produk ... 103

Gambar 4.38 Error Salah Mengisi Form Bahan Baku ... 104

Gambar 4.39 Mesin Sukses ... 105

Gambar 4.40 Mesin Gagal ... 106

Gambar 4.41 BOM (Bill Of Material) Sukses ... 107

Gambar 4.42 BOO (Bill Of Operation) Sukses ... 107

Gambar 4.43 Berhasil Simpan ... 108

Gambar 4.44 Hapus ... 108

Gambar 4.45 Pemesanan Berhasil... 108

Gambar 4.46 Perhitungan Berhasil ... 109

Gambar 4.47 Metode Terbaik ... 110

Gambar 4.48 Perkalian Bobot ... 111

Gambar 4.49 Buat Penjadwalan Produksi ... 111

Gambar 4.50 Evaluasi Perhitungan EDD... 112

Gambar 4.51 Evaluasi Perhitungan SPT ... 113

Gambar 4.52 Pengurutan Proses Metode ... 114

Gambar 4.53 Pemberian Bobot ... 114

(11)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Contoh Kasus Penjadwalan ...15

Tabel 2.2 Contoh Kasus Metode EDD ...15

Tabel 2.3 Contoh Kasus Metode SPT ...18

Tabel 2.4 Evaluasi Hasil Aturan Penjadwalan ...19

Tabel 3.1 Hasil Observasi ...23

Tabel 3.2 Indentifikasi Masalah ...27

Tabel 3.3User Requirement ...30

Tabel 3.4 Functional Requirement ...31

Tabel 3.5 Kebutuhan Fungsional Pesanan ...32

Tabel 3.6 Kebutuhan Fungsional Menampilkan Pesanan ...33

Tabel 3.7 Kebutuhan Fungsional Cetak Laporan Pesanan...34

Tabel 3.8 Kebutuhan Fungsional BOM dan BOO ...34

Tabel 3.9 Kebutuhan Fungsional Data Produk ...35

Tabel 3.10 Kebutuhan Fungsional Jenis Produk ...36

Tabel 3.11 Kebutuhan Fungsional Data Produksi...36

Tabel 3.12 Kebutuhan Fungsional Perhitungan Metode ...36

Tabel 3.13 Kebutuhan Fungsional Penjadwalan Produksi ...37

Tabel 3.14Kebutuhan Fungsional Simpan Penjadwalan Produksi ...37

Tabel 3.15 Kebutuhan Fungsional Tampilan Penjadwalan Produksi ...38

(12)

xvii

Tabel 3.17 Pelanggan ...58

Tabel 3.18 Jenis Produk ...59

Tabel 3.19 Produk ...59

Tabel 3.20 Bahan Baku ...60

Tabel 3.21 BOM ...60

Tabel 3.22 BOO ...61

Tabel 3.23 Pesanan...62

Tabel 3.24 Kriteria ...62

Tabel 3.25 Mesin ...63

Tabel 3.26 Penjadwalan ...63

Tabel 3.27 Desain Uji Coba Login ...75

Tabel 3.28 Desain Uji Coba Menu Utama ...76

Tabel 3.29 Desain Uji Coba Pelanggan ...76

Tabel 3.30 Desain Uji Coba Produk ...77

Tabel 3.31 Desain Uji Coba Transaksi Pemesanan ...78

Tabel 3.32 Desain Uji Coba Perhitungan Metode ...79

Tabel 3.21 Desain Uji Coba Pembuatan Penjadwalan ...80

Tabel 4.1 Test Case Form Login...98

Tabel 4.2 Test Case Menu Utama ...100

Tabel 4.3 Test Case Form Pelanggan ...102

Tabel 4.4 Test Case Produk ...103

Tabel 4.5 Test Case Bahan Baku ...105

Tabel 4.6 Test Case Form Mesin ...106

(13)

xviii

Tabel 4.10 Test Case Metode Terbaik ...110

Tabel 4.11 Pemberian Nilai...111

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Bukit Baja Anugrah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

manufaktur/industri yaitu memproduksi pipa dan plat sesuai dengan pesanan

pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok

B Gresik. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan menggunakan bahan baku

utama yaitu berupa besi atau coil. Perusahaan ini termasuk dalam Business to

Business (B2B) yang merupakan sebuah transaksi melibatkan bisnis yang

menyediakan produk dan layanan.

Pada PT Bukit Baja Anugrah ini terdapat 4 jenis produk pipa yaitu pipa

jenis Gulvonil (GIS) berwarna abu-abu, Galvanees (GAS) berwarna abu-abu

gelap, Hot Roll (HR) berwarna hitam, dan Cold Roll (CR) berwarna putih. Jenis

produk pipa ini memiliki perbedaan pada jenis warna, kelunakan bahan, dan

kualitas pada masing-masing bahan. Diantara 4 produk memiliki kualitas bahan

yang bagus adalah pipa berjenis Cold Roll (CR). Sedangkan setiap produknya

memiliki ukuran, lebar maupun radius berbeda-beda seperti ukuran 47 x 47, 35 x

35, 28 x 58, 15 x 35, 49 x 49 dan lain-lain.

Proses produksi pada PT Bukit Baja Anugrah dimulai dari pencatatan

pesanan pelanggan. Pencatatan pesanan pelanggan salah satunya seperti pesanan

pada tanggal 01/04/2015 dengan nama pelanggan Puri Group, ukuran yang

dipesan yaitu pipa HR 39,0 x 39,0 = 2000 batang; HR 39,5 x 39,5 = 7000 batang;

(15)

direkap oleh bagian penjualan (sales order). Rekapan pesanan tersebut digunakan

untuk pembuatan laporan pemesanan perbulan. Dari rekapan pemesanan tersebut

dapat digunakan untuk laporan permintaan bahan baku yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan pada tahap-tahapan proses produksi. Dari laporan

permintaan bahan baku yang dapat terpenuhi, bagian produksi akan merancang

perencanaan produksi yaitu berupa perencanaan produksi periode dan

per-hari. Rencana produksi per-hari digunakan dalam proses (bahan baku, waktu

proses produksi, dan kemasan). Jika semua sudah terpenuhi maka produksi siap

dilakukan.

Dalam melakukan proses produksi PT Bukit Baja Anugrah selama ini

menggalami keterlambatan dalam memenuhi permintaan pesanan pelanggan.

Berdasarkan data keterlambatan produksi pada tahun 2014 terdapat pada lampiran

1 sebanyak 35 kali dari 100 jenis produksi sehingga diperoleh perhitungan yaitu

35:100 = 0,35. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat

keterlambatan pada PT Bukit Baja Anugrah ini mencapai 0,35 x 100% = 35%.

Pada lampiran 2 keterlambatan produksi pada tahun 2015 sebanyak 48 kali

dari 105 jenis produksi sehingga diperoleh perhitungan 48:105 = 0,457 tingkat

keterlambatan mencapai 45,7%. Berdasarkan data pada tahun 2014-2015

keterlambatan disebabkan pada pencatatan pesanan pelanggan. Proses produksi

dimulai dari pemotongan dan penggulungan coil dijadikan slitter dengan mesin

pemotongan yaitu mesin Chine Chine. Proses pemotongan sampai penggulungan

tersebut membutuhkan waktu 1 jam dan berkapasitas 10 ton. Dan pembentukan

pipa atau roll bending terdiri dua mesin ukuran pipa yaitu dari setting mesin yang

(16)

3

waktu 3 jam sampai 18 jam yang berkapasitas 5 ton. Pengukuran pipa dimesin

memakan waktu kurang lebih 1 hari. Tahapan pengukuran pipa diproses sesuai

dengan pesanan pelanggan. Waktu pemesanan ditentukan oleh persetujuan

perusahan dan pelanggan. Pesanan pelanggan memiliki ukuran produk pipa

masing-masing. Dari pesanan pelanggan memiliki due date terdekat maka pihak

produksi memproses pesanan tersebut dengan menggabungkan pesanan dari

pelanggan lainnya memiliki ukuran produk pipa yang sama, meskipun due date

berbeda. Hal ini menyebabkan produk pipa ukuran lain yang memiliki batas

waktu terdekat menjadi tertunda dalam proses produksinya.

Keterlambatan produksi juga dipengaruhi pada rencana produksi yang telah

dibuat dengan tidak melihat kapasitas produksi yang ada sehingga prosesnya

melebihi waktu yang telah diperkiraan sebelumnya. Bagian produksi dalam

jangka waktu periode sebulan sering menunda pesanan karena proses produksi

tidak bisa dijadwalkan. Pada kondisi ini bagian produksi memprioritaskan

produksi terlebih dahulu daripada membuat dokumentasi terkait beberapa laporan

(penjadwalan produk, penjadwalan mesin, dan perencanaan produksi). Ditinjau

dari seluruh permasalahan di atas, muncul dampak penurunan profit atau kerugian

sebesar 45% dan menurunnya kepercayaan oleh pelanggan dalam pemenuhan

pesanan pelanggan.

Menurut Gaspersz (2012) proses pengalokasian sumber daya yang terbatas

untuk memilih jangka waktu tertentu, serta melakukan prioritas yang tercepat

waktu mulai dan waktu berhenti untuk job antrian pusat kerja dilakukan atas

(17)

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada untuk mengatasi

permasalahan tersebut maka dibuatlah suatu sistem informasi penjadwalan dengan

menggunakan metode EDD (Earliest Due Date) dan SPT (Shortest Processing

Time) yang merupakan penjadwalan produksi dalam mengendalikan urutan

produksi sesuai dengan jatuh tempo dan waktu proses terpendek. Dari dua metode

tersebut, akan dipilih hasil penjadwalan yang paling tepat sesuai kriteria yang

ditentukan. Kriteria yang dimaksudkan yaitu berupa waktu penyelesaian rata-rata,

utilasasi, jumlah pekerjaan rata-rata, dan keterlambatan pekerjaan rata-rata.

Dengan sistem informasi ini diharapkan dapat meminimalkan keterlambatan yang

terjadi di perusahan sehingga dapat memberikan keputusan waktu penyelesaian

produk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yaitu pada Sistem Informasi Penjadwalan ini berdasarkan:

1. Bagaimana merancang dan membangun sistem informasi penjadwalan

menggunakan metode EDD dan SPT.

2. Bagaimana menentukan kapasitas produksi sesuai dengan pesanan.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, ruang lingkup yang akan menjadi

batasan masalah dari pembuatan sistem ini antara lain:

1. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data tahun 2014-2015.

(18)

5

3. Mesin dapat beroperasi selama penelitian berlangsung.

4. Tidak membahas penjadwalan berkaitan dengan tenaga kerja.

5. Penjadwalan ini dilakukan dengan menggunakan 2 metode penjadwalan yaitu

EDD dan SPT.

6. Tidak membahas produk plat hanya membahas produk pipa.

7. Mesin digunakan untuk penjadwalan hanya mesin pembentukan pipa.

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah menghasilkan sebuah sistem

informasi dalam penjadwalan produksi mesin dan produk. Sistem akan

memberikan informasi berupa laporan yaitu: laporan persentase produk paling

banyak dipesan, laporan penjadwalan produk, laporan penjadwalan mesin, laporan

rencana produksi, laporan jadwal produksi per-periode dan laporan jadwal

produksi per-hari.

1.5 Manfaat

Manfaat dari pembuatan sistem ini adalah untuk membantu PT Bukit Baja

Anugrah dalam penjadwalan produksi, yaitu: pada penjadwalan mesin dan

penjadwalan produk.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang masalah yang sedang

(19)

Bangun Sistem Informasi Penjadwalan Produksi pada PT Bukit Baja Anugrah

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan, manfaat yang diberikan, dan sistematika

dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang definisi dan penjelasan yang lebih detail

mengenai konsep yang digunakan untuk merancang dan membangun

sistem informasi penjadwalan produksi yaitu meliputi penjelasan

mengenai sistem informasi, proses manufaktur, penjadwalan produksi,

aturan prioritas yang terdiri dari EDD dan SPT. Kemudian evaluasi

terhadap hasil aturan prioritas tersebut serta testing software.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi penjelasan tentang metode penelitian dan

langkah-langkah untuk pemecahan masalah dalam Tugas Akhir ini, termasuk:

menganalisis permasalahan, identifikasi dari gambaran proses bisnis

penelitian, penyelesaiannya, struktur tabel, desain Input/Output, dll.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi dan evaluasi sistem

yang dibuat, apakah sistem yang dirancang dan dibangun telah sesuai

(20)

7

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan uraian dari kesimpulan tentang tujuan sistem

yang dibuat dan saran bagi pengembangan sistem dari sistem

(21)

8

Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan

dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada

perusahaan.

2.1 Sistem

Menurut J.A.Hall (2001) definisi sistem adalah sekelompok dua atau lebih

komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem yang bersatu untuk

mencapai tujuan yang sama (common purpose). Jika komponen tertentu tidak

memberikan kontribusi ke tujuan bersama maka bagian itu bukan bagian dari sistem

tersebut.

2.2 Informasi

Menurut O’Brien (2003) informasi adalah suatu data yang telah diproses

sehingga memiliki arti dan berguna untuk pengguna serta mengandung kepastian

yang akurat.

2.3 Analisa dan Peracangan Sistem

Menurut Cahyono (2013) analisis dan perancangan sistem merupakan kegiatan

menganalisa input data atau aliran data secara sistematis, memproses atau

(22)

9

dalam bisnis khusus. Analisis dan perancangan sistem digunakan untuk menganalisa,

merancang, dan mengimplementasikan fungsi bisnis yang bisa dicapai melalui

penggunaan sistem informasi terkomputerisasi.

Analisis dan desain sistem ditujukan untuk menyusun analisa dan perancangan

sistem informasi, usaha banyak yang memungkinkan hal tidak terpikirkan diatasi

dengan berbagai cara. Hal ini dianggap sebagai serangkaian proses yang secara

sistematis untuk meningkatkan bisnis melalui penggunaan sistem informasi

terkomputerisasi.

2.4 Penjadwalan Produksi

Menurut Gaspersz (2012) penjadwalan adalah pengurutan pembuatan atau

pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin.

Dengan demikian masalah sequencing senantiasa melibatkan pengerjaan sejumlah

komponen yang sering disebut dengan istilah ’job’. Job sendiri masih merupakan

komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut aktivitas atau operasi.

Tiap aktivitas ini membutuhkan alokasi sumber daya tertentu selama periode waktu

tertentu yang sering disebut dengan waktu proses.

Penjadwalan merupakan alat ukur bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan

actual pada tahap ini ditugaskan pertama kalinya pada sumber daya tertentu (fasilitas,

pekerja, dan peralatan), kemudian dilakukan pengurutan kerja pada tiap-tiap pusat

pemrosesan sehingga dicapai optimalitas utilisasi kapasitas yang ada. Pada

(23)

Production Schedule (MPS) ditugaskan pada pusat pemrosesan tertentu untuk periode

harian.

Menurut Tanuwijaya dan Setyawan (2012) penjadwalan produksi (production

scheduling) secara umum didefinisikan sebagai suatu proses dalam perencanaan dan

pengendalian produksi yang merencanakan produksi dan pengalokasian sumber daya

pada suatu waktu tertentu dengan memperhatikan kapasitas sumber daya yang ada.

Sumber daya yang terbatas dengan sejumlah produksi yang harus dikerjakan menjadi

persoalan dalam penjadwalan perencanaan dan pengendalian produksi diperlukan

suatu proses penjadwalan.

2.5 Tujuan Penjadwalan

Tujuan dari aktifitas penjadwalan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggu sehingga

total waktu proses dapat berkurang dan produktifitas dapat meningkat.

2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah

pekerjaan menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih

mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker (2012) mengatakan, jika aliran kerja

suatu jadwal konstan maka akan mengurangi rata-rata persediaan barang

setengah jadi.

3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas

waktu penyelesaian sehingga akan meminimisasi penalty cost (biaya

(24)

11

4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik dan

jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat

dihindarkan.

2.6 Input dan Output Penjadwalan

Dalam buku Pengendalian dan Perencanaan Produksi menurut Ginting (2007)

menyebutkan input dan output penjadwalan sebagai berikut:

2.6.1 Input Penjadwalan

Pekerjaan yang merupakan alokasi kapasitas untuk order, penugasan prioritas

pekerjaan dan pengendalian jadwal produksi informasi terperinci, informasi tersebut

akan menyatakan input dari sistem penjadwalan. Kebutuhan- kapasitas dari order

yang dijadwalkan dalam jumlah dan macam sumber daya yang digunakan. Untuk

produk tertentu, informasi ini bisa diperoleh dari lembar kerja operasi dan BOM.

Kualitas dari keputusan penjadwalan sangat dipengaruhi oleh ketetapan estimasi input

tersebut.

2.6.2 Output Penjadwalan

1. Pembebanan (Loading)

Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order yang

diterima atau diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia. Pembebanan

dilakukan dengan menugaskan order pada fasilitas, operator, dan peralatan

(25)

2. Pengurutan (Sequencing)

Pengurutan merupakan penugasan tentang order mana yang diprioritaskan untuk

diproses dahulu bila suatu fasilitas memproses banyak job.

2.7 Jenis-jenis Penjadwalan

Ada beberapa jenis penjadwalan menurut Gaspersz (2014) yaitu:

2.7.1 Penjadwalan Flow Shop

Penjadwalan flow shop merupakan suatu pergerakan unit yang terus-menerus

melalui suatu rangkaian stasiun kerja disusun berdasarkan produk. Susunan suatu

proses produksi jenis flow shop dapat diterapkan dengan tepat untuk produk dengan

desain yang stabil dan diproduksi, secara banyak (volume produk) sehingga investasi

dengan tujuan khusus (special purpose) yang dapat secepatnya kembali.

2.7.2 Penjadwalan Batch

Banyak dari pabrik dengan jenis Make To Stock (MTS) memproduksi produk

yang berbeda pada fasilitas yang umum. Sebagai contoh, pabrik minuman ringan

mungkin memproduksi beberapa rasa minuman yang berbeda pada satu fasilitas.

Perusahaan sabun mungkin mengemas produknya dalam beberapa ukuran yang

berbeda pada lintasan pengepakan. Pada kasus seperti ini, produk tersebut umumnya

diproduksi dalam ukuran batch. Keputusan yang dihadapi oleh manajer produksi

(26)

13

berikut dengan urut-urutannya, atau perintah mengenai produk-produk mana saja

yang harus dibuat secara batch.

2.7.3 Penjadwalan Job Shop

1. Job Shop Loading

Ketika suatu pesanan (job shop), pada kegiatan pertama dari penjadwalan adalah

menugaskan pesanan tersebut kepada bermacam pusat kerja untuk diproses.

Permasalahan loading menjadi lebih sederhana ketika suatu job tidak dapat

dipisah. Meskipun hal ini sering terjadi, biasanya suatu industri sering dalam

prakteknya melakukan pemisahan job dan menugaskan bagian-bagian terpisah

dari job tersebut kepada pusat kerja yang berbeda, untuk tujuan meningkatkan

utilisasi sumber daya. Permasalahan ini maka dapat diasumsikan tidak ada

pemisah job maka shop loading dapat dibuat dengan mudah dengan

menggunakan gantt chart dan metode penugasan.

2. Job Shop Sequencing

Penjadwalan job shop meliputi aturan prioritas sequencing. Aturan prioritas

sequencing diaplikasikan untuk seluruh job yang sedang menunggu dalam

antrian. Bila pusat kerja untuk satu job baru maka job dengan prioritas terdahulu

diproses. Pemilihan prioritas sequencing tersebut mempertimbangkan efisiensi

penggunaan fasilitas dengan kriteria antara lain: biaya setup, biaya persediaan,

waktu menganggur stasiun kerja, persentase waktu menganggur dan rata-rata

(27)

3. Penjadwalan Parallel

Jika “N” buah pekerjaan dapat dioperasikan bersamaan pada “m” buah. Pada

kondisi seperti ini, masing-masing pekerjaan hanya dikerjakan oleh satu mesin.

Gambar 2.1 Penjadwalan Parallel

4. Penjadawalan Seri

Jika “N” buah pekerjaan harus melalui “m” buah “p” secara berurutan. Disini,

setiap tugas atau pekerjaan harus melewati masing-masing mesin. Dalam hal ini

usahakan untuk mendapatkan penjadawalan, serta memilih penjadwalan yang

terbaik untuk melaksanakan sesuai dengan kriteria yang digunakan.

Gambar 2.2 Penjadwalan Seri

2.8 Aturan-aturan Prioritas

Menurut Tanuwijaya dan Setyawan (2012) aturan prioritas memberikan

urut-urutan pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam proses produksi dengan satu mesin.

Aturan prioritas digunakan untuk mengurangi waktu penyelesaian, jumlah pekerjaan

Processor 1

Processor 2

Processor m N Task

N Task

(28)

15

dalam sistem, utilisasi, dan keterlambatan kerja melalui penggunaan mesin yang

optimal.

1. First Come First Serve (FCFS)

2. Earliest Due Date (EDD)

3. Shortest Processing Time (SPT)

4. Longest Processing Time (LPT)

5. Critical Ratio (CR)

2.8.1 Earliest Due Date (EDD)

Menurut Gaspersz (2012) metode EDD ini merupakan pengurutan pekerjaan

berdasarkan batas waktu (due date) tercepat. Pekerjaan dengan jatuh tempo paling

awal harus dijadwalkan terlebih dahulu daripada pekerjaan jatuh tempo belakangan.

Aturan ini bertujuan untuk meminimasi keterlambatan maksimum (maximum latenes)

atau meminimasi ukuran keterlambatan maksimum (maximum tardiness) suatu

pekerjaan. Buruknya aturan ini menyebabkan jumlah pekerjaan yang terlambat

menjadi banyak, serta akan menambah keterlambatan rata-rata (mean tardiness).

Contoh kasus penjadwalan produksi menurut Tanuwijaya dan Setyawan (2012):

Tabel 2.1 Contoh Kasus Penjadwalan

Pekerjaan

Waktu Pemrosesan (hari)

Batas Waktu Pekerjaan (Hari)

A 6 8

(29)

Pekerjaan

Waktu Pemrosesan (hari)

Batas Waktu Pekerjaan (Hari)

C 8 18

D 3 15

E 9 23

Contoh kasus penjadwalan produksi (Tanuwijaya dan Setyawan (2012)). Dari

contoh kasus yang ada pada penyelesaian dengan metode EDD menghasilkan urutan

B-A-D-C-E sehingga bisa diketahui sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penyelesaian Kasus Dengan Metode EDD pada Penjadwalan

Pekerjaan

Waktu Pemrosesan

(Hari)

Aliran Waktu

Batas Waktu Pekerjaan

(Hari)

Keterlambatan

B 2 6 0

A 6 8 8 0

D 3 11 15 0

C 8 19 18 1

E 9 28 23 5

Jumlah 28 68 6

Dengan menggunakan aturan EDD, menghasilkan ukuran efektifitas sebagai

berikut:

1. Waktu penyelesaian rata-rata = Jumlah aliran waktu total/Jumlah pekerjaan.

Waktu penyelesaian rata-rata = 68 hari/5.

Jadi, waktu penyelesaian rata-rata = 13,6 hari.

(30)

17

Utilisasi = 28/68.

Jadi, utilisasi = 41,20 %.

3. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem = Jumlah aliran waktu total/Waktu

proses pekerjaan total.

Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem = 68 hari/28 hari.

Jadi, jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem = 2,43 pekerjaan.

4. Keterlambatan pekerjaan rata-rata = Jumlah hari terlambat/Jumlah pekerjaan

Keterlambatan pekerjaan rata-rata = 6/5

Jadi, keterlambatan pekerjaan rata-rata = 1,2 hari.

2.8.2 Shortest Processing Time (SPT)

Menurut Tanuwijaya dan Setyawan (2012) Shortest Processing Time (SPT)

merupakan metode yang memprioritaskan penyelesaian proses produksi berdasarkan

waktu proses terpendek. Aturan ini didasarkan atas pemikiran bahwa apabila suatu

pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat, maka mesin lain di bagian berikut akan

menerima pekerjaan lebih cepat sehingga pekerjaan mengalir dengan cepat dan

pemanfaatan yang tinggi. Tujuan metode ini adalah mencapai utilisasi yang

maksimum dari mesin tersebut. Tetapi kelemahan metode ini adalah menunda-nunda

suatu pekerjaan yang mempunyai waktu panjang sehingga jika tanggal jatuh tempo

pekerjaan tersebut sangat dekat maka pekerjaan tersebut akan selesai jauh pada

(31)

Contoh kasus penjadwalan produksi (Tanuwijaya dan Setyawan (2012)). Dari

contoh kasus penyelesaian dengan metode SPT menghasilkan urutan B-D-A-C-E

sehingga bisa diketahui sebagai berikut:

Tabel 2.3 Penyelesaian Kasus Dengan Metode SPT Pada Penjadwalan

Pekerjaan

Waktu Pemrosesan

(Hari)

Aliran Waktu

Batas Waktu Pekerjaan

(Hari)

Keterlambatan

B 2 2 6 0

D 3 5 15 0

A 6 11 8 3

C 8 19 18 1

E 9 28 23 5

Jumlah 28 65 9

1. Waktu penyelesaian rata-rata = Jumlah aliran waktu total/Jumlah pekerjaan.

Waktu penyelesaian rata-rata = 65/5.

Jadi, waktu penyelesaian rata-rata = 13 hari.

2. Utilisasi = Jumlah waktu proses total/Jumlah aliran waktu total.

Utilisasi = 28/65.

Jadi, utilisasi = 43,10%.

3. Jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem = Jumlah aliran waktu total/waktu

proses pekerjaan total.

(32)

19

Jadi, jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem = 2,32 pekerjaan.

4. Ketelambatan pekerjaan rata-rata = Jumlah hari terlambat /Jumlah pekerjaan.

Keterlambatan pekerjaan rata-rata = 9/5.

Jadi, keterlambatan pekerjaan rata-rata = 1,8 hari.

2.9 Evaluasi Hasil Aturan Penjadwalan

Dari kedua metode yang digunakan pada aturan prioritas di atas, dapat

diringkas sebagai berikut:

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Kriteria Setiap Metode

Aturan

Waktu Penyelesaian

Rata-rata (Hari)

Utilisasi (%)

Jumlah Pekerjaan

Rata-rata Sistem

Keterlambatan Rata-rata (Hari)

SPT 13,00 43,10 2,23 1,80

EDD 13,60 41,20 2,43 1,20

2.10 Sistem Antrian

Menurut Herjanto (2007) sistem antrian sebagai suatu keadaan dimana terdapat

input (dapat berupa manusia, benda, dan pekerjaan) yang akan dilayani/diproses,

masuk ke dalam daerah tunggu dan mengantri untuk selanjutnya mendapatkan

pelayanan, dan akhirnya keluar dari sistem.

2.11 System Development Life Cycle (SDLC)

Menurut Cahyono (2013) System Development Life Cycle (SDLC) ini didapat

(33)

lunak secara lebih nyata sesuai dengan tahapan, yaitu: Requirements (analisis sistem),

Analysis (analisis kebutuhan sistem), Design (perancangan), Coding (implementasi),

Testing (uji coba sistem), dan Maintenance (pemeliharaan).

1. Requirements (Analisis Kebutuhan)

Requirement dihasilkan dari konsultasi yang dilakukan terlebih dahulu dengan

pengguna sistem. Kemudian keseluruhan data yang ada akan dirangkum

sehingga dapat dimengerti oleh seluruh pihak terkait.

2. Design (Perancangan)

Setelah proses analisis selesai maka akan dibuat sebuah design sistem yang

membagi kebutuhan menjadi sistem perangkat keras dan perangkat lunak serta

arsitektur dalam bentuk design database, DFD, ERD, antarmuka pengguna atau

Graphical User Interface (GUI ) dibutuhkan untuk sistem.

3. Coding (Implementasi)

Rancangan yang telah dibuat dalam tahap sebelumnya akan diterjemahkan ke

dalam suatu bentuk atau bahasa yang dapat dibaca dan diterjemahkan oleh

komputer untuk diolah. Tahap ini juga dapat disebut dengan tahap implementasi,

yaitu tahap yang mengkonversi hasil perancangan sebelumnya ke dalam sebuah

bahasa pemrograman yang dimengerti oleh komputer. Kemudian komputer akan

menjalankan fungsi-fungsi yang telah didefinisikan sehingga mampu

memberikan layanan-layanan kepada penggunanya.

4. Testing (Uji coba sistem)

Rancangan aplikasi yang sudah lengkap selanjutnya dilakukan pengujian untuk

(34)

21

baru kemudian sistem disampaikan user. Testing software dilakukan untuk

mendapatkan informasi reliable terhadap software dengan cara termudah dan

paling efektif, antara lain:

a. Apakah software telah siap digunakan?

b. Apa saja resikonya?

c. Apa saja kemampuannya?

d. Apa saja keterbatasannya?

e. Apa saja masalahnya?

f. Apakah telah berlaku seperti yang diharapkan?

5. Black box Testing

Black box testing dilakukan tanpa pengetahuan detail struktur internal dari sistem

atau komponen yang ditest disebut sebagai behavioral testing,

specification-based testing, input/output testing atau functional testing. Black box testing

berfokus pada kebutuhan fungsional pada software, berdasarkan pada spesifikasi

kebutuhan dari software. Kategori error yang akan diketahui melalui black box

testing adalah sebagai berikut:

a. Fungsi yang hilang atau tidak benar.

b. Error dari antarmuka.

c. Error dari struktur data atau akses eksternal database.

d. Error dari kinerja atau tingkah laku.

e. Error dari inisialisasi dan terminasi.

Test didesain untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut:

(35)

b. Bagaimana tingkah laku kinerja dari sistem yang digunakan untuk test case?

c. Kategori masukan apa saja yang bagus digunakan untuk test case?

d. Apakah sebagian sistem sensitif terhadap suatu nilai masukan tertentu?

e. Bagaimana batasan suatu kategori masukan ditetapkan?

f. Sistem mempunyai toleransi jenjang dan volume data apa saja?

g. Apa saja akibat dari kombinasi data tertentu yang akan terjadi pada operasi

(36)

23

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan analisis dan perancangan

sistem informasi penjadwalan produksi pada PT Bukit Baja Anugrah.

3.1 Analisis Sistem

Pada tahap ini menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk

mengetahui permasalahan penjadwalan produksi pada PT Bukit Baja Anugrah ini

sesuai dengan tujuan awal. Dalam hal ini dilakukan beberapa langkah dalam

menganalisa kebutuhan aplikasi yaitu:

1. Observasi

Langkah ini dilakukan untuk mengamati dan mengidentifikasi tentang

informasi dan kondisi pada PT Bukit Baja Anugrah secara langsung. Dari

data-data yang sudah diperoleh yang akan dijadikan pedoman untuk

memperoleh gambaran umum tentang penjadwalan produksi di PT Bukit Baja

Anugrah. Observasi dilaksanakan pada bulan januari sampai bulan juni.

Berikut ini merupakan hasil observasi untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan.

Tabel 3.1 Hasil Observasi

No. Sumber Data Yang Didapat

1 Bagian Gudang 1. Data status persedian

2. Data bahan baku telah siap

2 Bagian Produksi 1. Data proses produksi

2. Data mesin

3. Data produk

3 Manajer 1. Laporan penjualan

(37)

2. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan sesi tanya jawab langsung

dengan bagian produksi, bagian gudang, maupun pihak manajer PT Bukit

Baja Anugrah. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini dilaksanakan

secara terencana dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah

dipersiapkan. Untuk membuat pertanyaan berpedoman dengan topik

penelitian yang akan dibahas. Wawancara dilaksanakan pada bulan januari

sampai bulan juni. Tujuan wawancara dalam penelitian ini yaitu memudahkan

peneliti untuk menjawab permasalahan yang ada.

3. Studi Pustaka

Langkah ini mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan. Sumber informasi ini berupa buku pendukung. Adapun buku yang

pernah dibaca adalah buku pendukung yang membahas penjadwalan

produksi. Studi pustaka ini dilaksanakan selama penelitian ini berlangsung.

Studi pustaka tersebut antara lain:

a. Menurut Vincent Gaspersz pada buku Production Planning and

Inventory Control ini merupakan buku berkaitan dengan perencanaan

produksi untuk membantu penulis dalam mempelajari tentang

permasalahan penjadwalan produksi.

b. Menurut Ginting pada buku Pengendalian dan Perencanaan Produksi

merupakan buku berkaitan dengan sistem produksi untuk membantu

penulis dalam mempelajari tentang permasalahan penjadwalan produksi.

c. Menurut Katherine KS, S.T, dan S.Yukie G., S.Kom pada buku Sistem

(38)

25

proses MRP dan menjelaskan metode penjadwalan tepat pada saat proses

produksi.

3.1.1 Identifikasi Masalah

Dalam proses bisnis yang sedang berjalan, perlu dilakukan identifikasi

permasalahan yang sedang terjadi. Permasalahan dapat diketahui dengan melihat

bagaimana proses bisnis yang ada PT Bukit Baja Anugrah dimulai dari pencatatan

pesanan pelanggan. Pencatatan pesanan pelanggan salah satunya seperti pesanan

pada tanggal 01/04/2015 dengan nama pelanggan Puri Group, ukuran yang

dipesan yaitu pipa HR 39,0 x 39,0 = 2000 batang; HR 39,5 x 39,5 = 7000 batang;

HR 49,0 x 49,0 = 5000 kg; HR 16 x 16 = 20.000 kg. Pencatatan pesanan ini akan

direkap oleh bagian penjualan (sales order). Rekapan pesanan tersebut digunakan

untuk pembuatan laporan pemesanan perbulan. Dari rekapan pemesanan tersebut

dapat digunakan untuk laporan permintaan bahan baku, laporan permintaan bahan

baku digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada tahap-tahapan proses produksi.

Dari laporan permintaan bahan baku terpenuhi, bagian produksi akan merancang

perencanaan produksi yaitu berupa perencanaan produksi periode dan

per-hari. Rencana produksi per-hari digunakan dalam proses (bahan baku, waktu

proses produksi, dan kemasan). Jika semua sudah terpenuhi maka produksi siap

dilakukan.

Dalam melakukan proses produksi PT Bukit Baja Anugrah selama ini

mengalami keterlambatan dalam memenuhi permintaan pesanan pelanggan.

Berdasarkan data keterlambatan produksi pada tahun 2014 seperti pada lampiran 1

(39)

35:100 = 0,35. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat

keterlambatan pada PT Bukit Baja Anugrah ini mencapai 0,35 x 100% = 35%.

Keterlambatan produksi pada tahun 2015 sebanyak 48 kali dari 105 jenis

produksi sehingga diperhitungkan dari 48:105 = 0,457 tingkat keterlambatan

mencapai 45,7%. Berdasarkan data pada tahun 2014-2015 keterlambatan

disebabkan pencatatan pesanan pelanggan pada proses produksi dimulai dari

pemotongan dan penggulungan coil dijadikan slitter dengan mesin pemotongan

Chine Chine. Proses pemotongan sampai penggulungan tersebut membutuhkan

waktu 1 jam dan berkapasitas 10 ton. Dan pembentukan pipa (roll bending) terdiri

dari dua mesin pembentukan ukuran pipa, setting mesin membutuhkan waktu 2

jam, dalam proses pengukuran pipa membutuhkan waktu 3 jam sampai 18 jam

dan berkapasitas 5 ton. Pengukuran pipa di mesin memakan waktu kurang lebih 1

hari. Tahapan pengukuran pipa diproses sesuai dengan pesanan pelanggan. Waktu

pemesanan ditentukan oleh persetujuan perusahan dan pelanggan. Pesanan

pelanggan memiliki ukuran pipa masing-masing. Dari pesanan pelanggan

memiliki due date terdekat maka pihak produksi memproses dengan

menggabungkan pesanan pelanggan lainnya memiliki ukuran sama, meskipun due

date berbeda dari pesanan pelanggan lainnya. Hal ini menyebabkan ukuran lain

yang memiliki batas waktu terdekat tertunda prosesnya.

Keterlambatan produksi juga dipengaruhi oleh rencana produksi yang telah

dibuat tidak melihat kapasitas produksi sehingga prosesnya melebihi waktu yang

telah direncanakan. Bagian produksi dalam jangka periode sebulan sering

menunda pesanan karena tidak bisa dijadwalkan produksinya. Pada kondisi ini

(40)

27

dokumentasi terkait (penjadwalan produk, penjadwalan mesin, dan perencanaan

produksi).

Tabel 3.2 Identifikasi Masalah

No. Analisa Sebab Akibat Optimasi Oleh Sistem Masalah Akibat Target Sistem Batasan Sistem

1. Dalam perencanaan

produksi tidak melihat kapasitas mesin untuk setiap produk yang akan dengan melihat

data mesin

sehingga pada

saat proses

produksi sesuai

dengan waktu

akses kedalam

pihak produksi

dan pihak

manajer hanya

menerima laporan penjadwalan.

2. Pada saat proses

produksi tidak sesuai

waktu proses jatuh tempo

dan waktu proses

solusi metode

dengan utilisasi, jumlah

pekerjaan, dan

keterlambatan

rata- rata

sehingga dapat

(41)

No. Analisa Sebab Akibat Optimasi Oleh Sistem Masalah Akibat Target Sistem Batasan Sistem

3. Pemanfaatan mesin

produksi yang kurang optimal.

Terjadinya penumpuka n produksi.

Sistem yang bisa memberikan penjadwalan

sesuai dengan

bobot metode

perusahaan akan dapat

mengoptimalkan pemanfaatan mesin produksi.

Dalam

melakukan proses penjadwalan dan penentuan

penjadwalan

produksi yang

sesuai metode

hanya bisa

dilakukan oleh

(42)

29

Proses Bisnis PT.Bukit Baja Anugrah

Pelanggan Penjualan produksi Gudang Manajer pengiriman

P

(43)

3.1.2.User Requirement

Kebutuhan pengguna (user requirement) pada tabel 3.3 di bawah adalah

kebutuhan yang telah disesuaikan dan menunjang tugas-tugas pengguna terkait

dengan aplikasi penjadwalan produksi pada PT Bukit Baja Anugrah. Tugas-tugas

pengguna yang dicantumkan pada tabel 3.3 berasal dari hasil wawancara dan

observasi dengan pihak PT Bukit Baja Anugrah.

Tabel 3.3 User Requirement

No. Pengguna Tugas User Requirement

1 Gudang 1. Dapat melihat

permintaan bahan baku dari pihak produksi.

- Dapat melihat permintaan

bahan baku yang di butuhkan pada saat proses produksi.

- Dapat mencatat

penerimaan bahan baku yang diberikan pihak produksi.

2 Kepala

Produksi

1 Dapat melakukan

pencatatan data produksi.

2 Dapat melakukan

pencatatan data detail produk.

3 Membuat laporan

produksi.

4 Mendistribusikan

laporan produksi kepada manajer.

5 Dapat melakukan

pembuatan

penjadwalan produksi.

6 Dapat membuat

laporan penjadwalan produksi.

- Dapat mencatat data

produksi dan detail produk.

- Dapat mencatat produk.

- Dapat membuat laporan

produksi

- Dapat mendistribusikan

laporan produksi kepada manajer.

- Dapat memberikan

keputusan tentang produk yang akan di proses.

- Dapat memberikan

(44)

31

- Dapat memberikan

laporan produksi.

4 Manajer 1. Membuat keputusan

hasil penjadwalan

2. Menerima laporan

hasil penjadwalan

3. Menerima laporan

produksi

- Dapat melakukan

pengambilan keputusan

penjadwalan produksi.

- Dapat menerima laporan

berkaitan dengan

produksi.

3.1.3 Functional Requirement

Tabel 3.4 Functional Requirement

No. Kebutuhan Fungsional (Functional

Requirement)

Pengguna

1. Fungsi pencatatan data pemesanan Penjualan

2 Fungsi menampilkan data pemesanan Penjualan, Produksi

3. Fungsi cetak laporan data pemesanan Penjualan, Produksi,

Manajer

4. Fungsi pencatatan data produksi Produksi

5. Fungsi pencatatan data detail produk Produksi, Pembelian

6. Fungsi menampilkan data produksi Produksi

7. Fungsi menampilkan data detail produk Produksi, Pembelian,

Gudang

8. Fungsi mencetak data detail produk Produksi, Pembelian,

Gudang

9. Fungsi perhitungan metode Produksi

10. Fungsi perbandingan metode Produksi

11. Fungsi penjadwalan produksi Produksi

12. Fungsi penyimpanan penjadwalan produksi Produksi

13. Fungsi menampilkan penjadwalan produksi Produksi

14. Fungsi mencetak penjadwalan produksi Produksi

3.1.4 Spesifikasi Kebutuhan Fungsional

Pada spesifikasi kebutuhan fungsional menjelaskan lebih detail mengenai

kebutuhan fungsional (functional requirement) yang telah didapatkan sebelumnya.

Detail tersebut meliputi prioritas, pemicu, kondisi awal, alur normal, alternatif,

(45)

1. Fungsi Pencatatan dan Pemesanan

Tabel 3.5 Kebutuhan Fungsional Pemesanan

Nama Fungsi Fungsi pencatatan data pemesanan

Prioritas High

Pemicu Terdapat transaksi pemesanan

Kondisi Awal Data transaksi pemesanan sudah tersedia

Alur Normal 1. Pilih menu transaksi pemesanan.

2. Aplikasi menampilkan form pemesanan.

3. Pengguna mengisi form pemesanan dengan disesuaikan

dengan data pemesanan yang sudah ada.

4. Pengguna menekan tombol simpan untuk menyelesaikan

penambahan data pemesanan.

5. Aplikasi menyimpan data pemesanan.

6. Aplikasi menampilkan allert bahwa data sudah berhasil

disimpan.

7. Aplikasi menampilkan data pemesanan yang sudah

berhasil di masukkan.

Alur Alternatif 1. Pilih menu transaksi pemesanan.

2. Aplikasi menampilkan form pemesanan.

3. Pengguna mengisi form pemesanan dengan disesuaikan

dengan data pemesanan yang sudah ada.

4. Pengguna menekan tombol simpan untuk menyelesaikan

penambahan data pemesanan.

5. Aplikasi menampilkan allert bahwa data sudah

dimasukkan. Hal tersebut diakibatkan karena:

- Pengguna mengisikan data produk yang sama untuk

tanggal yang sama.

- Tidak mengisi data yang memiliki primary key pada

form pemesanan.

6. Pengguna diarahkan kembali pada halaman sebelumnya.

7. Pengguna mengisikan kembali form pemesanan.

8. Aplikasi menampilkan message box “berhasil

disimpan”.

(46)

33

Alur Alternatif 1. Pilih menu transaksi pemesanan.

2. Aplikasi menampilkan form pemesanan.

3. Pengguna mengisi form pemesanan dengan disesuaikan

dengan data pemesanan yang sudah ada.

4. Pengguna menekan tombol simpan untuk menyelesaikan

penambahan data pemesanan.

5. Aplikasi menampilkan allert bahwa data sudah

dimasukkan. Hal tersebut diakibatkan karena:

- Pengguna mengisikan data produk yang sama untuk

tanggal yang sama.

- Tidak mengisi data yang memiliki primary key pada

form pemesanan.

6. Pengguna diarahkan kembali pada halaman sebelumnya.

7. Pengguna mengisikan kembali form pemesanan

8. Aplikasi menampilkan message box “berhasil disimpan”

9. Aplikasi menampilkan data pemesanan.

Kondisi Akhir Sistem berhasil menyimpan data pemesanan dan

menampilkan data pemesanan.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password.

2. Fungsi Menampilkan Data Pemesanan

Tabel 3.6 Kebutuhan Fungsional Menampilkan Pesanan

Nama Fungsi Fungsi pencatatan data pemesanan pelanggan

Prioritas High

Pemicu Pencatatan data pemesanan berhasil tersimpan

Kondisi Awal Data pemesanan sudah dimasukkan kedalam sistem.

Alur Normal 1. Pengguna memilih menu laporan data pemesanan .

2. Aplikasi menampilkan form laporan data pemesanan.

3. Pengguna memilih tanggal pemesanan.

4. Aplikasi membaca data pemesanan berdasarkan tanggal

pemesanan.

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Laporan data pemesanan berhasil ditampilkan.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

(47)

3. Fungsi Cetak Laporan

Tabel 3.7 Kebutuhan Fungsional Cetak Laporan Pemesanan

4. Fungsi BOM dan BOO

Tabel 3.8 Kebutuhan Fungsional BOM dan BOO

Nama fungsi Fungsi BOM dan BOO

Prioritas High

Pemicu Terdapat transaksi BOM dan BOO

Kondisi Awal Data transaksi pemesanan sudah tersedia

Alur Normal 1. Pilih menu BOM dan BOO.

2. Aplikasi menampilkan form BOM dan BOO.

3. Pengguna mengisi form BOM dan BOO dengan

disesuaikan dengan data bahan baku dan kegiatan operasional yang sudah ada.

4. Aplikasi menyimpan data BOM dan BOO.

5. Aplikasi menampilkan allert bahwa data sudah berhasil

disimpan.

6. Aplikasi menampilkan data BOM dan BOO yang sudah

berhasil di masukkan.

Alur Alternatif 1. Pilih menu transaksi BOM dan BOO.

2. Aplikasi menampilkan form BOM dan BOO.

3. Pengguna mengisi form BOM dan BOO dengan

disesuaikan dengan data BOM dan BOO yang sudah ada.

4. Pengguna menekan tombol simpan untuk

menyelesaikan penambahan data BOM dan BOO.

Kondisi Akhir Sistem berhasil menyimpan data BOM dan BOO dan

menampilkan data pemesanan.

Pengecualian -

Nama Fungsi Fungsi cetak laporan data pemesanan

Prioritas High

Pemicu Data pemesanan berhasil ditampilkan

Kondisi Awal Data pemesanan sudah ditampilkan

Alur Normal 1. Pengguna memilih menu laporan data pemesanan

2. Aplikasi menampilkan form laporan data pemesanan

3. Pengguna memilih tanggal pemesanan

Aplikasi membaca data pemesanan berdasarkan tanggall pemesanan

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Laporan data pemesanan berhasil di cetak

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

(48)

35

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password.

5. Fungsi Pencatatan Produk

Tabel 3.9 Kebutuhan Fungsional Data Produk

Nama fungsi Fungsi pencatatan data produksi

Prioritas High

Pemicu Terdapat data produk

Kondisi Awal Data produk yang sudah tersedia

Alur Normal 1. Pilih menu master.

2. Aplikasi menampilkan form master.

3. Pengguna mengisi form master.

4. Pengguna menekan tombol simpan untuk

menyelesaikan penambahan data master.

5. Aplikasi menyimpan data master dan menampilkan

allert bahwa data sudah berhasil disimpan.

6. Aplikasi menampilkan data master melalui

datagridview.

Alur Alternatif 1. Pilih menu master.

2. Aplikasi menampilkan form master.

3. Pengguna mengisi form master.

4. Pengguna menekan tombol simpan untuk

menyelesaikan penambahan data master.

5. Aplikasi menampilkan allert bahwa data sudah

dimasukkan. Hal tersebut diakibatkan karena:

i. Pengguna mengisikan data master yang sama.

ii. Pengguna tidak lengkap dalam mengisikan data

6. Pengguna diarahkan kembali pada halaman

sebelumnya.

7. Pengguna mengisikan kembali form master

8. Aplikasi menampilkan message box “berhasil

disimpan” .

9. Data produk berhasil ditampilan pada datagridview.

Kondisi Akhir Data produksi sudah tersimpan dan ditampilkan kedalam

datagridview.

Pengecualian -

Kebutuhan NonFungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

(49)

6. Fungsi Pencatatan Jenis Produk

Tabel 3.10 Kebutuhan Fungsional Jenis Produk

Nama fungsi Fungsi menampilkan data jenis produk

Prioritas High

Pemicu Pencatatan data jenis produk berhasil disimpan.

Kondisi Awal Data detail produk berhasil disimpan.

Alur Normal 1. Pengguna memilih menu jenis produk.

2. Aplikasi menampilkan form detil produk pada

datagridview.

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Data detail produk berhasil ditampilkan.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan

password.

7. Fungsi Menampilkan Data Produksi

Tabel 3.11 Kebutuhan Fungsional Data Produksi

Nama fungsi Fungsi menampilkan data produksi

Prioritas High

Pemicu Pencatatan data produksi berhasil disimpan.

Kondisi Awal Data produksi berhasil disimpan kedalam sistem.

Alur Normal 1. Pengguna memilih menu produk .

2. Aplikasi menampilkan form jenis produk pada

datagridview.

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Sistem menampilkan data produksi.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password.

8. Fungsi Perbandingan Metode

Tabel 3.12 Kebutuhan Fungsional Perhitungan Metode

Nama fungsi Fungsi perbandingan metode

Prioritas High

Pemicu Perhitungan metode berhasil disimpan

(50)

37

Alur Normal 1. Memilih button perbandingan metode pada form

perhitungan metode.

2. Aplikasi menampilkan form perbandingan metode.

3. Pengguna memasukkan bobot yang ingin di prioritaskan

4. Aplikasi menghitung dan menampilkan hasil dari

analisa, yaitu berupa metode terbaik yang harus digunakan untuk penjadwalan.

5. Aplikasi menyimpan data pada datagridview.

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Sistem berhasil menampilkan metode terbaik dan

menyimpan metode terbaik.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password

9. Fungsi Penjadwalan Produksi

Tabel 3.13 Kebutuhan Fungsional Penjadwalan Produksi

Nama fungsi Fungsi penjadwalan produksi

Prioritas High

Pemicu 1. Terdapat proses penjadwalan

Kondisi Awal Perhitungan metode sudah disimpan .

Alur Normal 1. Memilih button proses penjadwalan pada form

perbandingan metode/memilih menu penjadwalan pada menu utama.

2. Aplikasi menampilkan form penjadwalan produksi.

3. Pengguna memasukkan tanggal penjadwalan produksi.

4. Aplikasi menampilkan penjadwalan produksi.

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Penjadwalan produksi berhasil ditampilkan.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password.

10. Penyimpanan Penjadwalan Produksi

Tabel 3.14 Kebutuhan Fungsional Simpan Penjadwalan Produksi

Nama fungsi Fungsi menyimpan penjadwalan produksi

Prioritas High

Pemicu 1. Terdapat proses penjadwalan.

Kondisi Awal Perhitungan metode selesai diproses.

Alur Normal 1. Memilih button proses penjadwalan pada form

(51)

2. Aplikasi menampilkan form penjadwalan produksi.

3. Pengguna memasukkan tanggal penjadwalan produksi.

4. Aplikasi menampilkan penjadwalan produksi.

5. Pengguna menekan tombol simpan.

6. Aplikasi memberikan allert bahwa berhasil disimpan.

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Penjadwalan produksi berhasil disimpan.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password.

11. Menampilkan Penjadwalan Produksi

Tabel 3.15 Kebutuhan Fungsional Tampilan Penjadwalan Produksi

Nama fungsi Fungsi menampilkan penjadwalan produksi

Prioritas High

Pemicu 1. Penjadwalan produksi berhasil disimpan.

Kondisi Awal Penjadwalan produksi berhasil disimpan.

Alur Normal 1. Memilih menu laporan penjadwalan.

2. Aplikasi menampilkan form laporan penjadwalan

produksi.

3. Pengguna memasukkan tanggal penjadwalan produksi.

4. Aplikasi menampilkan penjadwalan produksi.

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Penjadwalan produksi berhasil ditampilkan di

datagridview.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password.

12. Fungsi Mencetak Penjadwalan

Tabel 3.16 Kebutuhan Fungsional Cetak Penjadwalan Produksi

Nama fungsi Fungsi mencetak penjadwalan produksi

Prioritas High

Pemicu 1. Penjadwalan produksi berhasil ditampilkan.

Kondisi Awal Penjadwalan produksi berhasil disimpan.

Alur Normal 1. Memilih menu laporan penjadwalan.

2. Aplikasi menampilkan form laporan penjadwalan

produksi.

3. Pengguna memasukkan tanggal penjadwalan produksi.

4. Aplikasi menampilkan penjadwalan produksi.

(52)

39

Alur Alternatif -

Kondisi Akhir Penjadwalan produksi berhasil di cetak.

Pengecualian -

Kebutuhan Non-Fungsional

1. Keamanan aplikasi sebelum mengakses aplikasi

pengguna diwajibkan mengisi username dan password.

3.1.5.Spesifikasi Fungsional

Berdasarkan proses analisis di atas dibuat sebuah suatu sistem informasi

penjadwalan produksi dengan metode EDD dan SPT berbasis desktop,

perancangan ini memastikan bahwa sistem akan berjalan sesuai dengan harapan,

tahapan-tahapannya adalah: DFD, ERD, struktur tabel, dan perancangan interface.

Adapun kebutuhan informasi penjadwalan sebagai berikut:

1. Informasi mengenai BOM dan BOO.

2. Informasi mengenai penjadwalan produk, dan mesin disetiap produk.

3. Informasi mengenai penjadwalan produksi.

3.1.6.Spesifikasi Kebutuhan Sistem

Spesifikasi kebutuhan sistem adalah tahap mendetailkan atau menjabarkan

kebutuhan dari informasi yang ada kebutuhan sistem. Spesifikasi kebutuhan

sistem sebagai berikut:

1. Informasi mengenai hak akses login.

Informasi ini membutuhkan sebuah input username dan password untuk

melakukan login. Jika username dan password salah maka sistem tidak akan

(53)

2. Informasi mengenai hasil penjadwalan produksi.

Informasi ini didapatkan dengan memperhitungkan 4 parameter yaitu: waktu

penyelesaian rata-rata, utilisasi, jumlah pekerjaan, dan keterlambatan rata-

rata.

3.2 Perancangan Sistem

Berdasarkan analisis kebutuhan sistem di atas maka dapat dibuat sebuah

model pengembangan yang berupa arsitektur sistem dan block diagram. Dengan

adanya model pengembangan ini sistem yang akan dibuat diharapkan akan

berjalan sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini adalah arsitektur sistem yang dapat

dilihat pada Gambar 3.2 dan block diagram yang dapat dilihat pada Gambar 3.3.

\

Gambar 3.2 Arsitektur Sistem Informasi Penjadwalan Produksi

Client 1 Gudang

Client 2 Produksi

Client 3 Manager

Server Database Dan apliksi

TI

(54)

41

Pada Gambar 3.2 menjelaskan tentang arsitektur sistem informasi

penjadwalan produksi yang terdapat tiga komputer client yang masing-masing

diletakkan dibagian gudang untuk menangani permintaan bahan baku dibutuhkan

proses produksi, dibagian penjualan untuk menangani proses pemesanan

pelanggan, dan dibagian produksi untuk menangani produksi, sedangkan server

database dan aplikasi diletakkan dibagian TI beserta komputer admin yang

berfungsi untuk mengatur kendala atau hak akses terhadap client-client-nya.

IPO (Input Proses Output)

Input Proses Output

Penjadwalan Job Shop Perhitungan

1. waktu penyelesaian rata – rata

2. Utilisasi

3. Jumlah pekerjaan dalam sistem

4. keterlambatan rata - rata

Laporan Jadwal Produksi Per Periode Laporan Penjadwalan

Produk

Laporan Penjadwalan Mesin

Laporan Jadwal Produksi Perhari

Gambar

Tabel 2.3 Penyelesaian Kasus Dengan Metode SPT Pada Penjadwalan
Gambar 3.1 Document Flow Penjadwalan Produksi
Tabel 3.3 User Requirement
Tabel 3.5 Kebutuhan Fungsional Pemesanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan menjadi kredit bermasalah sehingga bank tidak dapat menarik lagi dana yang.. telah

Apa saja yang biasa kamu baca?. What do you like

Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus di Hotel Grand Angkasa Internasional Medan. 1.2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat patogenisitas dan leukosit total ikan lele dumbo ( C. gariepinus ) yang telah diinfeksi Isolat bakteri K14 dengan

Indonesia dengan cara perdamaian, para pembawa ajaran agama Islam pada waktu itu. dengan sabar dan gigih menjelaskan tentang ajaran Islam pada

pengaruh yang berasal dari luar lingkungan rumah tangga, yaitu harga beras.. Apabila harga beras mengalami peningkatan, perubahan pola

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, rezeki dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh

Terimakasih kepada Ibu Erida Herlina selaku dosen pembimbing skripsi yang penuh dengan kesabaran membimbing saya, sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi dengan baik dan tuntas