• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK TAHUN PELAJARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK TAHUN PELAJARA"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR

KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI

DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh:

Siti Baroroh Barida

K5404058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR

KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI

DI KELAS VII SMPN I GATAK

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh:

Siti Baroroh Barida

K5404058

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sugiyanto, M. Si M.Si Dr. Sarwono, M.Pd

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : ...

Tanggal : ...

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs Partoso Hadi, M.Si ...

Sekretaris : Setya Nugraha, S. Si, M.Si ...

Anggota I : Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si ...

Anggota II : Dr. Sarwono, M. Pd ...

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

(5)

ABSTRAK

Siti Baroroh Barida. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM

TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta :Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara

menggunakan metode Quantum Teaching dengan menggunakan metode Ceramah pada

pelajaran geografi kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi pada siswa kelas VII SMP Negeri I Gatak Tahun Pelajaran 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan

rancangan ”Control Group Pretest-Posttest Design”. Populasi yang digunakan adalah

semua siswa kelas VII SMP Negeri I Gatak Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah

7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random

sampling atau teknik sampel sederhana yang melibatkan 80 siswa yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas VII A dan kelas VII F. Diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 40 siswa dan kelas VII F sebagai kelas kontrol dengan jumlah 40 siswa. Kelas dipandang sebagai satu kesatuan kelompok, sehingga lima kelas pada populasi terdapat pula lima kelompok, di mana setiap kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui tes dalam bentuk obyektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kovarian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga Fobs = 70,757, dan F tabel dengan

taraf signifikansi 5% yaitu sebesar F tabel = 3,08, berarti Fobs > Ftabel ( 70,757 > 3,08 ),

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan skor hasil belajar siswa antara metode Quantum Teaching

dengan metode Ceramah (67,60% dengan 60 %). Dengan demikian metode Quantum

(6)

ABSTRACT

Siti Baroroh Barida. THE USING OF QUANTUM TEACHING METHOD TO

THE STUDENTS ACHIEVEMENT OF GEOGRAPHY SUBJECT IN BASIC COMPETENCE OF VARIETY OF GEOMORPHOLOGICAL PHENOMENON IN SMP NEGERI I GATAK SCHOOL YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, 2010.

This research is to find out the different of Quantum Teaching method in geography subject in the basic competence of Variety Of Geomorphological Phenomenon in the grade VII students of SMP Negeri I Gatak in scholl year of 2009/2010.

This research employed an experimental method with Control Group Pretest-Posttest Design. The population of research was all grade VII students of SMP Negeri I Gatak in School Year 2009/2010 consisting of seven classes. The sample was taken using simple random sampling technique involving 80 students divided into two classes : VII A and VII F. classroom is considered as a group unit, so that with seven classes of population, there are also seven groups, each of which has a equal opportunity to be chosen as the sample. The technique of collecting data used for Quantum Teaching method variable was the students learning result was obtain through the multiple-choice test. Technique of collecting data used was covariance analysis.

The result shows that the values Fobs = 70,757, and F table at significance level

of 5% with F table = 3,08, meaning Fobs > Ftable (70,757 > 308), so that the H0 is not

(7)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini dipersembahkan

Kepada :

Umi dan abi tercinta,terima kasih atas cinta

dan doa tulus yang senantiasa mengalir

Suamiku tercinta yang tak hentinya

memotivasiku agar aku segera lulus

Anakku tersayang yang senantiasa

menemaniku dalam perjuangan

menyelesaikan tugas akhir ini

Mas Ipang dan Mbak Antik yang selalu

menyemangatiku,

Teman-teman geografi

(8)

MOTTO

Allah tidak akan membebani hamba-NYA sesuai dengan

kesanggupannya…(Q.S Al-Baqoroh :286)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar-Ra’du :11)

Man jadda wa jadda (barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan

mendapatkan) ( Hadits)

Allah tidak menciptakan mimpi kecuali untuk menjadi nyata (DR. Atha Barakat)

Bila kamu bersabar dalam satu detik kesusahan, maka kamu akan terhindar dari

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq

dan hidayah-Nya sehingga penulis memiliki kesempatan, semangat dan kekuatan untuk

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN

QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR KERAGAMAN BENTUK

MUKA BUMI DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK TAHUN PELAJARAN

2009/2010”. Skripsi ini ditulis bukan hanya untuk memenuhi persyaratan mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan. Akan tetapi, dari proses skripsi yang tidak singkat ini semoga

penulis dapat menuai hikmah dan memetik ilmu yang manfaat.

Banyak hambatan yang menghadang dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun

dapat selesai berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tersebut. Untuk itu,

dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqun Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial FKIP UNS Surakarta.

3. Bapak Drs Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

4. Drs. Sugiyanto, M. Si, M. Si. selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan semangat kepada penulis.

5. Dr. Sarwono M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dan kepada penulis.

6. Viveri Wuryandari, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri I Gatak yang telah

memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

7. Sri Widati, S.Pd selaku guru IPS Geografi di SMP Negeri I Gatak yang telah

membantu kelancaran penelitian dan kerjasamanya.

8. Siswa-siswi kelas VII A dan VII F SMP Negeri I Gatak

9. Keluarga besar Al-Ashr dan Salsabila yang senantiasa mewarnai hari-hari penulis.

10.Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan doa, semangat, dan energi baru bagi

(10)

11.Teman-teman P. Geografi ’04 atas kebersamaan dan perjuangan yang tak

terlupakan.

12.Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungan

yang telah diberikan kepada penulis

Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan

penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis

harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap

semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, 14 Oktober 2010

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN ABSTRAK v

HALAMAN MOTTO vi

HALAMAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 4

B. Identifikasi Masalah 4

C. Pembatasan Masalah 5

D. Perumusan Masalah 5

E. Tujuan Penelitian 5

F. Manfaat Penelitian 4

BAB II. LANDASAN TEORI 6

A. Tinjauan Pustaka 5

1. Hasil Belajar Siswa 7

2. Metode Pembelajaran 7

a. Metode Pembelajaran Quantum Teaching 8

b. Metode Ceramah 13

B. Hasil Penelitian Yang Relevan 14

C. Kerangka Berpikir 15

D. Perumusan Hipotesis 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 18

(12)

1. Tempat Penelitian 18

2. Waktu Penelitian 18

B. Metode Penelitian 18

C. Populasi dan Sampel 19

D. Teknik Pengumpulan Data 20

1. Variabel Penelitian 20

2. Instrumen Penelitian 23

E. Teknik Analisis Data 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 A. Deskripsi Lokasi Penelitian 30

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 32

C. Pengujian Pra Syarat Analisis 35

D. Pengujian Hipotesis 36

E. Pembahasan Hasil Penelitian 37

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 40

A. Simpulan 40

B. Implikasi 40

C. Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian 18

Tabel 2 Desain Penelitian 1

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 22

Tabel 4 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen 24

Tabel 5 Jumlah Siswa SMP Negeri I Gatak 30

Tabel 6 Daftar dan Status Guru 30

Tabel 7 Jumlah Siswa kelas VII 31

Tabel 8 Sarana Prasarana SMP Negeri I Gatak 31

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol 33

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 34

Tabel 11 Ringkasan Uji Normalitas Data 36

Tabel 12 Ringkasan Uji Homogenitas Varians 36

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir 17

Gambar 2 Histogram Skor Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol 33

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Metode Quantum Teaching)

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Metode Quantum Teaching)

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Metode Ceramah)

Lampiran 5 Rencana Pelaksanan Pembelajaran II (Metode Ceramah)

Lampiran 6 Soal Pre-Test

Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Pre-Test

Lampiran 8 Soal Post-Test

Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Post-Test

Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 11 Daftar Nama Kelas VII A (Kelas Eksperimen)

Lampiran 12 Daftar Nama Kelas VII F (Kelas Kontrol)

Lampiran 13 Daftar Skor Hasil Belajar Kelas VII A (Kelas Eksperimen)

Lampiran 14 Daftar Skor Hasil Belajar Kelas VII F (Kelas Kontrol)

Lampiran 15 Poster Icon

Lampiran 16 Uji Validitas Awal Tes Try Out

Lampiran 17 Data Induk Penelitian

Lampiran 18 Uji Normalitas dan Homogenitas

Lampiran 19 Uji Hipotesis dengan Uji t

Lampiran 20 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Pre-Test dan Post-Test Kelompok

Eksperimen

Lampiran 21 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Pre-Test dan Post-Test Kelompok

Kontrol

Lampiran 22 Daftar Tabel

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

manusia seutuhnya, telah lama dilakukan oleh bangsa Indonesia guna mewujudkan

masyarakat yang berpendidikan sehingga mampu bersaing dan menyesuaikan diri

dengan perubahan jaman. Untuk itu pemerintah secara bertahap dan terus menerus

berusaha meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya dengan peningkatan sarana

dan prasarana, perubahan kurikulum, peningkatan kualitas guru, dan usaha lain yang

tercakup dalam komponen pendidikan. Sedangkan upaya untuk meningkatkan kuantitas

pendidikan diantaranya kejar paket A, peningkatan wajib belajar, dan lain-lain.Hal ini

menunjukkan bahwa dukungan pemerintah terhadap pendidikan sangat besar.

Kurikulum dalam mata pelajaran Geografi yang harus disampaikan

guru/pengajar sangat banyak. Oleh karena itu guru geografi cenderung memilih metode

ceramah dan lebih menekankan bagaimana menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu

daripada menerapkan metode pembelajaran baru yang lebih banyak menyita waktu dan

tenaga, sementara target materi tidak tercapai. Dengan metode ceramah, peran guru

dalam penyampaian materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sehingga

mengakibatkan proses belajar mengajar terkesan monoton yang pada gilirannya akan

mengakibatkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan akhirnya dapat

menurunkan hasil belajar siswa dalam pelajaran geografi.

Tugas dan tanggungjawab guru adalah sebagai pengajar, pendidik, pemberi

motivasi, dan pembimbing bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, membantu

siswa dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal serta menciptakan proses

pembelajaran yang efektif dan efisien. Metode mengajar guru sangat berperan dalam

menentukan hasil belajar siswa. Metode mengajar yang baik harus sesuai dengan sifat

materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Metode tersebut dapat

mengatasi permasalahan yang biasanya dihadapi siswa sehingga siswa lebih termotivasi

agar hasil belajar yang diharapkan menjadi lebih baik.

Guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa terutama dalam menyajikan

mata pelajaran. Siswa dituntut untuk menguasai semua materi pelajaran sehingga siswa

(17)

menyenangkan. Pelajaran geografi dalam hal ini sangat berpotensi membuat siswa

terbebani karena merupakan pelajaran yang sarat materi yang menuntut siswa untuk

mengerti dan memahami konsep-konsep dan teori-teori. Siswa menuntut kemudahan,

rasa aman dan cepat dalam belajar, suasana yang menyenangkan yang tidak membuat

syaraf tegang. Guru harus menjalin interaksi dengan siswa sehingga siswa tidak merasa

sebagai objek yaitu melibatkan siswa dengan menjalin rasa simpati dan saling

pengertian sehingga quantum teaching menjadi dalah satu alternatif dalam mengatasi

kesulitan belajar siswa.

SMP Negeri I Gatak, diperoleh informasi bahwa dalam KBM guru geografi

belum mampu memaksimalkan kompetensinya. KBM masih dilakukan dengan metode

ceramah. Media yang digunakan pun masih terbatas yaitu papan tulis, spidol dan LKS

saja. Media penunjang yang tersedia yaitu peta atau globe tidak pernah digunakan. Guru

hanya menjelaskan secara ceramah didepan siswa. Siswa hanya mencatat apa yang

dituliskan guru di papan tulis. Apabila guru hanya menyampaikan materi tanpa ditulis

dipapan tulis, siswa tidak mencatat/merangkum apa yang disampaikan guru. LKS

(Lembar Kerja Siswa) yang diberikan diawal semester hanya dibahas bila mendekati

ujian semester. Siswa cenderung menunggu perintah dari guru dan kurang aktif terhadap

materi yang disampaikan. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa. Siswa yang

memperoleh nilai kurang dari 6,5 mencapai 75%. Ini dimungkinkan adanya metode

pembelajaran yang kurang cocok sehingga siswa kesulitan mengerti dan memahami

konsep dan teori yang disampaikan oleh guru.

Quantum teaching merupakan metode pembelajaran yang diterapkan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Motivasi belajar siswa yang tinggi sangat

dipengaruhi oleh semangat belajar yang tinggi. Quantum teaching memberdayakan,

memotivasi, dan mengarahkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

secara visual, auditorial dan kinestetik sehingga memacu semangat belajar siswa.

Prosedur pembelajarannya adalah seorang guru menumbuhkan minat belajar

siswa dengan memberikan manfaat, menghadirkan pengalaman yang dimiliki siswa,

memberikan konsep dengan pemahaman siswa, mendemonstrasikan konsep sesuai

pengalaman siswa , pengulangan konsep sebagai penguatan hafalan, proses tanya jawab

(18)

Quantum teaching oleh seorang guru diharapkan dapat menciptakan suasana kelas menjadi seperti ‘rumah’ dimana siswa terbuka terhadap setiap umpan balik,

tempat mereka belajar mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami

kegembiraan dan kepuasan setelah mempelajari sesuatu, memberi dan menerima,

belajar dan tumbuh. Tempat dimana siswa menjadi lebih termotivasi dan mengenal

lebih dekat hal-hal yang terjadi disekitar mereka. Segala hal dilakukan seorang guru

dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang baik merupakan buah

dari usaha yang keras baik oleh guru yang berusaha menciptakan suasana nyaman

maupun dari siswa yang berusaha agar hasil belajarnya lebih baik.

Pokok bahasan keragaman bentuk muka bumi merupakan materi yang

diperoleh siswa kelas VII semester ganjil Sekolah Menengah Pertama. Dalam pokok

bahasan ini dibutuhkan pemahaman dan penguasaan konsep dan teori, sehingga

diharapkan siswa tidak hanya menghafal konsep dan teori, tapi juga dapat memahami

dan menguasainya sehingga dapat menemukan manfaat yang akan didapatkan dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dengan metode quantum teaching diharapkan

siswa dapat memahami dan menguasai materi.

Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tergerak untuk melakukan

penelitian eksperimen yang berjudul ”Penggunaan Metode Pembelajaran Quantum

Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi

Kompetensi Dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi Di Kelas VII SMP Negeri I

Gatak”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Pemilihan metode yang digunakan guru kurang efektif sehingga mempengaruhi

hasil belajar siswa

2. Pembelajaran yang searah menyebabkan siswa kurang mengerti dan memahami

materi yang disampaikan guru

(19)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah masalah di atas, agar permasalahan yang

dikaji dapat terarah dan mendalam maka masalah-masalah tersebut penulis batasi

sebagai berikut :

1. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah metode Quantum Teaching. Metode

Quantum Teaching dalam penelitian ini menggunakan rancangan pembelajaran

TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, dan Rayakan.

2. Objek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran

geografi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka timbul masalah

yang dapat dirumuskan sebagai berikut :”Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa

menggunakan metode Quantum Teaching dengan metode Ceramah pada mata pelajaran

geografi kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

siswa menggunakan metode pembelajaran Quantum Teaching dengan metode Ceramah

pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi”.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pengetahuan penggunaan metode pembelajaran yang

tepat terutama dalam pembelajaran Geografi

2. Manfaat Praktis

a. Bahan masukan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran

geografi.

b. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk penelitian metode pembelajaran

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar Geografi

Proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila indikator pencapaian hasil

belajar dapat tercapai. Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil

belajar siswa yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru

dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara proporsional.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif,

ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2002:22)

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi), penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah

psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.

Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni: (a)gerakan refleks, (b)ketrampilan gerakan

dasar, (c)kemampuan perseptual, (d)keharmonisan atau ketepatan, (e)gerakan

katrampilan, (f)gerakan ekspresif (interpretative)

Hakekat geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan selalu melihat keseluruhan

gejala alam dalam ruang, dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang

menjadi komponennya. Geografi sebagai satu kesatuan studi (unified geography),

melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang

tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang

membentuk integrasi keruangan diwilayah yang bersangkutan. Gejala- interelasi-

interaksi- integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada geografi dan

studi geografi. (Sumaatmaja, 1988:34)

Berdasarkan konsep diatas, maka diperoleh suatu pengertian bahwa hasil

belajar Geografi adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar gaografi,

(21)

kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai sebagai hasil belajar

Geografi. Metode pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses

belajar mengajar dan merupakan salah satu penunjang utama berhasil atau tidaknya

seorang guru dalam mengajar. Disamping ketrampilan mengajar, seorang guru harus

memiliki dan menguasai metode-metode pembelajaran, serta dapat menggunakannya

dengan tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan.

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, hasil belajar Geografi

pada SMP Negari I Gatak diambil dari subpokok bahasan keanekaragaman bentuk

muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.

2. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa, oleh sebab itu guru harus mampu memilih metode yang sesuai dalam

kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru

untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung

bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.

(Sumantri (2001:114)

Metode mengajar atau teknik penyajian pelajaran yaitu, “Suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan untuk guru/instruktur. Dalam pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar/menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat diungkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. (Roestiyah, 1991: 1)

Metode mengajar yang dikemukakan oleh Slameto (1995:65) adalah suatu

cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Metode belajar berarti cara

mencapai tujuan pembelajaran, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh

murid dalam kegiatan belajar mengajar. (Hamalik, 1991:98),

Menurut Purwoto (2003:98), “metode mengajar adalah cara-cara yang tepat

dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar pembelajaran mencapai tujuannya atau

sasarannya”. Sementara itu, Muhibbin Syah (1995:202) mengatakan bahwa, “Metode

mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan

kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang

teratur dan terpikir oleh guru yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran

(22)

Peran siswa dalam metode ceramah adalah diam mendengarkan dengan cermat

serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Guru mempunyai

peranan utama dalam menentukan isi materi kepada siswa. Hal ini mengakibatkan siswa

pasif karena tidak ada kegiatan apapun bagi siswa selain mendengarkan guru. Sehingga

ia akan mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru dan tidak terlatih

untuk belajar mandiri.

Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa setiap metode mempunyai

keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Adapun keunggulan dan kelemahan metode

ceramah adalah sebagai berikut :

1. Dapat menampung kelas yang besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang

sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang diperlukan relatif lebih murah.

2. Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru,

konsep-konsep yang disajikan secara hierarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.

3. Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting, sehingga waktu

dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.

4. Isi silabus dapat diselesaiukan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus

menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.

5. Kekurangan alat tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak

menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah. Kelemahannya :

1. Pelajaran berjalan membosankan murid dan murid menjadi pasif karena tidak

adanya kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Murid hanya aktif membuat catatan saja.

2. Kedapatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat murid tidak mampu

menguasai bahan yang diajarjan.

3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.

4. Ceramah menyebabkab belajar murid menjadi “belajar menghafal” (rote

learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.

a. Metode Quantum Teaching

1. Pengertian Quantum Teaching

(23)

Quantum Teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksudnya bahwa

mengingatkan pada pentingnya memasuki dunia murid untuk menjebatani memasuki

kehidupan murid. Belajar adalah kegiatan full contact yaitu belajar yang melibatkan

semua aspek kepribadian manusia; pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh disamping

pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Setelah

mampu memasuki dunia murid, guru akan mudah murid masuk ke dunianya, yaitu

dunia pendidikan.

Quantum Teaching memiliki lima prinsip, atau kebenaran tetap yang mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

ƒ Segalanya Berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh Anda, dari kertas yang Anda bagikan hingga rancangan pelajaran Anda;semuanya mengirim pesan tentang belajar.

ƒ Segalanya Bertujuan

Semua yang terjadi dalam penggubahan Anda mempunyai tujuan…semuanya.

ƒ Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

ƒ Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.

ƒ Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan!

Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan mengajar.(DePorter, 2002:7)

2. Teknik-teknik Mengajar Quantum Teaching

Teknik mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar dalam memahami materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran quantum teaching. Ada beberapa

teknik yang digunakan yaitu :

a). Metode MindMapping

Metode mind mapping (peta pikiran) adalah metode mempelajari konsep yang

(24)

menyimpan informasi. Peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik

sentral/tengah dan memikirkan cabang- cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari

titik tengah tersebut dan memcari hubungan antara tema turunan. Itu berarti setiap kali

kita mempelajari sesuatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya,

poin-poin penting dari tema yang utama yang sedang kita pelajari, pengembangan dari

setiap poin penting tersebut dan memcari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini

bisa memdapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah diketahui dan area mana saja

yang belum dikuasai.

Manfaat peta pikiran adalah sebagai berikut :

1. fleksibel, dapat menambahkan poin-poin gagasan ditempat yang sesuai.

2. memusatkan perhatian; perhatian tidak lagi pada kata per kata melainkan pada

gagasan ataupun poin-poin gagasan.

3. Meningkatkan pemahaman; dapat meningkatkan pemahaman dengan

memberikan catatan tinjauan ulang.

b). Metode penempatan

Metode penempatan adalah cara mengasosiasikan informasi yang diingat

dengan lokasi tertentu ini bertujuan dapat mengingat informasi dengan mudah jika

meletakkan di tempat tertentu.

c). Metode Cantol

Metode cantol merupakan cara untuk mengajarkan daftar informasi yang

panjang terutama informasi diingat dengan urutan tertentu. Dengan menggunakan

asosiasi cantolkan setiap bagian dengan berikutnya seperti sebuah rantai yang saling

berkaitan.

d)Metode Catatan TS

Catatan TS merupakan singkatan dari Tulis dan Susun. Catatan ini diarahkan

untuk memusatkan perhatian siswa. Model catatan ini digunakan untuk mencatat fakta

dari pelajaran serta perasaan dan pikiran mereka. Pada catatan ini mudah dipelajari dan

sangat efektif. Dalam prakteknya siswa membuat dibuku mereka yaitu menggambar

garis vertikal kira-kira seperempat bagian dari sisi kanan kertas, membentuk dua kolom,

satu besar dan satu kecil. Diatas kolom kiri yang besar mereka tuliskan informasi yang

(25)

pertanyaan. Catatan TS dimaksudkan untuk menciptakan hubungan emosi dengan

informasi yang mereka pelajari, mengingatkan perasaan yang mereka alami saat belajar

juga akan memudahkan mengingat informasi. (DePorter, 2002:100)

Mengajar siswa untuk memecahkan masalah perlu perencanaan secara garis

besar. Metode Quantum Teaching memberikan bagaimana cara mengubah kelas

menjadi komunitas belajar masyarakat mini yang setiap detailnya telah diubah secara

seksama untuk mendukung belajar optimal, yaitu cara untuk mengatur bangbu,

menentukan kebijakan kelas hingga cara merancang pengajaran.

Kerangka perancangan (model) Pengajaran Quantum Teaching yang disebut

TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).

Kerangka ini menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran.

Kerangka inijuga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih,

menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai sukses. Kerangka

Perancangan tersebut antara lain:

¾ Tumbuhkan

Tumbuhkan dapat diartikan menumbuhkan minat dengan memuaskan yang

didasarkan pada AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu) dan memanfaatkan kehidupan

siswa, dalam penyertaan Tumbuhkan menciptakan jalinan kepemilikan bersama atau

kemampuan saling memahami.penyertaan akan memanfaatkan pengalaman mereka,

mencari tanggapan “yes”: untuk kesepakatan belajar dan mendapatkan komitmen

siswa untuk menjelajah.

Strategi yang digunakan dengan menyertakan pertanyaan, lakon pendek dan lucu

¾ Alami

Alami diartikan menciptakan dan mendatangkan pengalaman yang dapat dimengerti

semua pelajar. Unsur ini memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan

hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat guru mengajar melalui

“jalan belakang “untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa.

Strategi yang digunakan adalah jembatan keledai, permainan dan sandiwara.

¾ Namai

Namai diartikan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas,

(26)

keingintahuan siswa pada saat itu. penamaan memudahkan untuk mengajarkan

konsep, ketrampilan berpikir, dan strategi belajar.

Strategi yang digunakan adalah susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan

poster di dinding.

¾ Demonstrasikan

Demonstrasikan adalah memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan

menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain, dan ke dalam

kehidupan mereka.

Strategi yang digunakan adalah sandiwara, video, permainan, lagu,rap, dan

penjabaran dalam grafik

¾ Ulangi

Pengulangan (ulangi) akan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku

tahu bahwa aku tahu ini!”pengulangan dilakukan secara multimodalitas dan multi

kecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan,

pertunjukan, drama, dan sebagainya)

Strategi yang digunakan misalnya dengan menirukan orang-orang terkenal seperti

guru, ahli tokoh), menggemakan (guru menyebutkan sesuatu seperti”Pendahuluan,

Isi, Kesimpulan” dan para siswa mengulangnya serentak), pengulangan trio (dalam

kelompok terdiri dari tiga orang, mereka berjalan mengelilingi ruangan sambil

mengulang halaman-halaman poster untuk mengulang apa yang telah mereka

pelajari bersama.

¾ Rayakan

Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan

kesuksesan. Jika sesuatu layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan. Strategi

yang dilakukan antara lain: pujian, bernyanyi bersama, pesta kelas. (DePorter,

2002:89)

b. Metode Ceramah

Menurut Margono (1998:56) “Pengajaran Klasikal /tradisional adalah

pengajaran yang kita kenal sehari-hari dimana guru mengajar sejumlah siswa dalam

suatu ruangan dan yang mempunyai tingkat kemampuan tertentu. Dalam hal ini kelas

disusun berdasarkan asumsi bahwa siswa mempunyai kesamaan dalam minat,

(27)

Metode kovensional yang selama ini banyak digunakan oleh guru adalah

metode ceramah yang disertai tanya guru dan siswanya. Kadang-kadang guru juga

mengkombinasikan metode ceramah dengan metode mengajar yang lain, meskipun

prakteknya penggunaan metode mengajar tersebut belum begitu mendalam danm masih

didominasi oleh metode ceramah. Metode ceramah adalah salah satu cara mengajar

yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang

suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Roestiyah, 1991:137). Hal ini sesuai

pendapat Purwoto (1998:37), “metode ceramah merupakan metode yang paling banyak

dipakai.” Hal ini mungkin dianggap guru sebagai metode mengajar yang paling mudah

dilaksanakan. Jika bahan pelajaran sudah dikuasai dan sudah ditentukan urutan

penyampaiannya, guru tinggal memaparkannya dikelas. Para murid tinggal duduk

memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya, dan membuat

catatan-catatan.

Metode ceramah mempunyai kekuatan dan kekurangan., yaitu :

a.Kekuatan metode ceramah

1) Murah dalam arti efisien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya pendidikan dengan seorang guru yang menghadapi banyak peserta didik. 2) Mudah dalam arti materi dapat diselesaikan dengan keterbatasan peralatan

dapat disesuaikan dengan jadwal guru terhadap ketidaktersediaan bahan-bahan tertulis.

3) Meningkatnya daya dengar peserta didik dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain.

4) memperoleh penguatan bagi guru dan peserta didik yaitu guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan perseta didik dan peserta didik pun merasa senang dan menghargai guru bila ceramah guru dapat meninggalkan kesan dan berbobot. 5) ceramah memberikan wawasan yang luas daripada sumber lain karena guru

dapat menjelaskan topik dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.

b.Kekurangan metode ceramah

1) Dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat mengorganisasikannya.

2) Menimbulkan verbalisme pada peserta didik. 3) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru.

(28)

Dengan memperhatikan uraian di atas maka peranan siswa dalam metode

konvensional adalah mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok penting

yang dikemukakan guru. Dalam metode ceramah guru memegang peranan utama dalam

menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa.

Pada pengajaran sistem ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal

ini mengakibatkan siswa mudah jenuh, kurang inisiatif, bergantung pada guru dan

kurang termotivasi untuk lebih mendalami pelajaran.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Untung Budiarso (2003), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan

Quantum Teaching Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi kelas I SLTP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran

2002/2003”. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pengajaran dengan metode

ceramah disertai demonstrasi dengan pendekatan QuantumTeaching tidak lebih

efektif untuk mengatasi kesulitan belajar dibanding metode ceramah disertai

demonstrasi dengan pendekatan konsep.

2. Anik Endah Listyani (2007), dalam penelitiannya yang berjudul

“Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Demonstrasi pada

Pendekatan Quantum Teaching Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Sub

Pokok Bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas Ditinjau dari Motivasi

Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 6 Surakarta”. Hasil penelitiannya

menyebutkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi

belajar matematika. Metode demonstrasi pada pendekatan quantum teaching

menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode

konvensional pada sub pokok bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas.

3. Pranichayudha Rohsulina (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Studi

Komparasi Hasil Belajar Antara Metode QuantumTeaching dan Ceramah Tanya

Jawab Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1

Cepogo Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil penelitiannya menyebutkan ada

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode

(29)

Untuk lebih mudah dalam mengetahui perbandingan antara penelitian diatas

maka dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Perbandingan Penelitian Yang Relevan

No Penulis Judul Metode Penelitian

1. Untung Pada Pokok Bahasan Energi kelas 1 SLTP

Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2002/2003”.

Dari penelitian dihasilkan bahwa pengajaran dengan metode Ceramah disertai demonstrasi dengan pendekatan Quantum Teaching tidak lebih efektif untuk mengatasi kesulitan belajar Sub Pokok Bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa kelas IX SMP Negeri 6 Surakarta”.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika. Metode demonstrasi pada pendekatan quantum teaching menghasilkan prestasi yang lebih baik

dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas. Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Cepogo Tahunn Ajaran 2008/2009”.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar denghan metode

pembelajaran Quantum Teaching dan metode Tanya Jawab.

C. Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa.

Melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa dan

kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang dapat

mengakibatkan perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

Sedangkan mengajar adalah suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang

ada disekitar siswa untuk menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses

belajar. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dengan mengatur dan menciptakan

(30)

Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa dapat memperoleh hasil

belajar yang lebih baik.

Salah satu cara mencapai hasil belajar yang baik adalah dengan cara

menentukan metode pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar,

pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi

akan membantu siswa dalam mentransfer apa yang disampaikan oleh guru. Pemilihan

metode pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan

pembelajaran.

Metode Quantum Teaching merupakan salah satu metode yang menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, merancang proses pembelajaran, menyampaikan isi dan

mempermudah proses belajar yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini berusaha untuk melakukan penggubahan

bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar moment belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi

kesuksesan siswa. Serangkaian kegiatan penerapan metode quantum teaching

merupakan refleksi dari sistem TANDUR, yakni Tumbuhkan (menumbuhkan minat

dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu”, Alami (menciptakan atau

mendatangkan pengalaman umum yang lebih mudah dimengerti semua pelajar), Namai

(menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”,

Demonstrasikan (menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa

mereka tahu”, Rayakan (pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan

ketrampilan dan ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan geografi.

Dengan adanya pembelajaran yang bersifat kreatif dan menyenangkan

sebagaimana dituntut dalam pembelajaran quantum teaching, maka siswa akan merasa

mudah dan senang mempelajari geografi, karena belajar geografi itu menyenangkan.

Pada akhirnya kemampuan belajar anak akan meningkat dan nilai pelajaran geografi

akan mencapai ketuntasan sehingga dengan metode quantum teaching akan diperoleh

(31)

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

C. Perumusan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:”Ada perbedaan hasil belajar siswa

menggunakan metode QuantumTeaching dengan menggunakan metode ceramah pada

kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi siswa kelas VII SMP Negeri I Gatak

Tahun Pelajaran 2009/2010”. Pokok bahasan

keragaman bentuk muka bumi

Penerapan Metode

Quantum Teaching

Hasil belajar mata pelajaran siswa

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Gatak Kabupaten Sukoharjo pada

kelas VII semester II Tahun pelajaran 2009/2010. Alasan pemilihan tempat penelitian

karena di SMP Negeri I Gatak belum pernah dilakukan penelitian tentang penggunaan

metode Quantum Teaching sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi

manejemen sekolah.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan bulan Desember 2008 sampai dengan April

2010. adapun prosedur penelitian tercantum dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.Jadwal Kegiatan Penelitian

N

o

Rencana

Kegiatan

Pelaksanaan ( Tahun 2008-2010)

Des-1 Pengajuan Judul

2 Penyusunan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental semu (quasi-experimental research).Hal ini dikarenakan peneliti tidak

(33)

Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003:82-83) bahwa, tujuan penelitian

eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan

bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam

keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua

variabel yang relevan. Metode eksperimen maksudnya yaitu metode yang berusaha

mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang

terkontrol. Desain eksperimen yang digunakan yaitu dengan rancangan “Static Group

Comparison” (Suryabrata, 2005:104). Dalam rancangan ini sekelompok subyek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara acak menjadi dua, yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan

tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok itu dikenai perlakuan yang

sama.

Tabel 3. Desain Penelitian.

Kelompok Perlakuan Posttest

G1 X a T1

G2 X b T2

Keterangan :

GI : Kelompok eksperimen

G2 : Kelompok kontrol

Xa : Digunakan metode pembelajaran Quantum Teaching sebagai kelompok

eksperimen

Xb : Digunakan metode Ceramah sebagai kelompok kontrol TI : Uji kelompok eksperimen (posttest)

T2 : Uji kelompok kontrol (posttest)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Suharsimi Arikunto (2002 :115) menyatakan bahwa “populasi adalah

keseluruhan subyek yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP

Negeri I Gatak kelas VII semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 7 kelas,

yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIG.

2. Sampel

Suharsimi Arikunto (2002:115) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel dari penelitian ini adalah dua tujuh

(34)

diambil dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh

populasi yang ada. Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas

eksperimen pada kelas VII A dan kelas kontrol pada kelas VII F

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple random sampling.

Menurut Budiyono (2004:7) Simple random sampling adalah sampling random yang

dikenakan terhadap unit-unit atau sub-sub populasi. Populasi dari simple random

sampling ini adalah seluruh siswa kelas VII semester II SMP Negeri I Gatak tahun pelajaran 2009/2010. Unit-unit atau sub-sub populasi penelitian ini adalah kelas VIIA.

VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF, VIIG. Untuk menentukan sampel penelitian dari

unit-unit ini dilakukan dengan cara mengambil 2 unit-unit yang akan dijadikan sebagai sampel

dari 7 unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali

pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang

keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengambilan secara

simple random sampling, terpilih kelas VII A untuk kelas eksperimen dan kelas VII F untuk kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu

:

a. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yaitu metode

Quantum Teaching dan metode Ceramah. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yanga ada di dalam dan di sekitar momen belajar.

Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah

akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar (DePorter,2000:89).

Sedangkan metode Ceramah adalah salah satu cara mengajar yang digunakan untuk

menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok

persoalan serta masalah secara lisan (Roestiyah. 1991:137)

b. Variabel Terikat

Variabel Terikat pada penelitan ini adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar

(35)

soal-soal pada kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi dalam bentuk pilihan

ganda.

2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini jenis instrumen yang digunakan adalah metode tes.

Suharsimi (2002:127) menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Metode tes ini umumnya digunakan untuk mengukur hasil belajar terutama

kompetensi kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan dan pengajaran. Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai kompetensi kognitif siswa. Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian adalah tes bentuk obyektif (multiple choice). Tes ini

diberikan sebelum proses pelaksanaan belajar mengajar (pretest) dan sesudah siswa

mengikuti pembelajaran (posttest) kompetensi dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi.

(36)

Langkah-langkah membuat tes terdiri dari :

a) Membuat kisi-kisi soal tes

Tabel 4.Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Kompetensi dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi

Indikator Jenjang Pemahaman Koqnitif

(37)

b) Menyusun soal-soal tes

Soal-soal dalam penelitian ini adalah pilihan ganda sebanyak 30 soal. Aspek

yang dinilai adalah aspek kognitif pada kompetensi dasar keragaman bentuk muka

bumi. (soal dilampiran)

c) Mengadakan uji coba tes

Tes yang telah tersusun, diuji cobakan terlebih dahulu terhadap siswa kelas

yang tidak termasuk dalam kelas yang dijadikan sampel. Dalam penelitian ini kelas

yang menjadi uji coba tes adalah kelas VII C SMP Negeri I Gatak tahun pelajaran

2009/2010 berdasarkan kesamaan karakteristik antara uji coba dan sampel penelitian.

Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun

memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Instrumen tes yang berupa tes obyektif

dengan empat alternatif jawaban terdiri dari 30 butir soal kompetensi dasar keragaman

bentuk muka bumi.

a) Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 160), “Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu

instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas instrumen digunakan

rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut :

}

rXY = koefisien korelasi suatu butir

n = cacah subyek

X = skor butir nomor tertentu

Y =skor total

Dengan kriteria uji :

rhitung >rtabel :berarti item valid

rhitung <rtabel :berarti item tidak valid

(38)

Dari uji validitas butir tes hasil belajar geografi diperoleh angka validitas antara

0,120-0,689. kemudian angka tersebut dikonsultasikan dengan harga kritik r dengan n =

30 pada taraf signifikansi 5% (0,361). Dari perhitungan diperoleh hasil 4 soal yang

tidak valid dari 30 butir soal yaitu nomor 5, 6, 22, dan 27.sehingga soal yang dapat

digunakan untuk penelitian berjumlah 26 soal. Perhitungan uji validitas tes hasil belajar

geografi dapat dilihat pada Lampiran 16

Tabel 5.Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen

No butir soal rXY rtabel Validitas butir soal

1 0,446 0,361 valid

2 0,454 0,361 valid

3 0,486 0,361 Vaild

4 0,562 0,361 Valid

5 0,358 0,361 Invalid

6 0,140 0,361 Invalid

7 0,393 0,361 Valid

8 0,475 0,361 Valid

9 0,507 0,361 Valid

10 0,539 0,361 Valid

11 0,393 0,361 Valid

12 0,547 0,361 Valid

13 0,434 0,361 Valid

14 0,557 0,361 Valid

15 0,486 0,361 Valid

16 0,577 0,361 Valid

17 0,412 0,361 Valid

18 0,689 0,361 Valid

19 0,412 0,361 Valid

20 0,552 0,361 Valid

21 0,422 0,361 Valid

22 0,120 0,361 Invalid

23 0,393 0,361 Valid

24 0,676 0,361 Valid

25 0,404 0,361 Valid

(39)

27 0,357 0,361 Invalid

28 0,389 0,361 Valid

29 0,379 0,361 Valid

30 0,443 0,361 Valid

Sumber :Analisis Data Primer Tahun 2009, keterangan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 16.

b) Uji Reliabilitas

Suharsimi Arikunto (2002 :154) mengatakan bahwa “Sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik”.

Dalam penelitian ini reliabilitas instrumen yang berupa tes obyektif dicari

dengan rumus KR-20 yaitu :

⎟⎟⎠

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya item soal

Vt = variansi total

P = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

Q = proporsi subyek yang menjawa dengan salah (q =1-p)

∑pq = jumlah perkalian antara p dan q

(Suharsimi,2002 :163)

Dari hasil perhitungan uji reliabilitas item soal dengan rumus KR-20 dapat

diperoleh indeks reliabilitas soal yang kemudian dikonsultasikan dengan tabel

interpretasi r pada taraf signifikansi 5% dengan jumlah n = 30 yaitu 0,361. dalam

penelitian ini uji coba tes diperoleh untuk hasil pilihan ganda r11 =0,860.harga tersebut

dikonsultasikan dengan nilai r tabel dapat dikategorikan tes tersebut reliabel.

Perhitungan uji reliabilitas tes hasil belajar geografi dapat dilihat pada Lampiran 16.

c) Indeks Kesukaran

Soal yang baik untuk alat ukur hasil belajar adalah soal yang mempunyai

(40)

mudah. Soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi cepat putus asa dan

malas untuk mencoba lagi. Sedangkan soal yang terlalu mudah akan membuat siswa

terlalu menganggap enteng soal. Untuk mengetahui indeks kesukaran dari

masing-masing item soal digunakan rumus :

JS B P =

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS :Jumlah seluruh peserta tes

Klasifikasi derajat kesulitan soal tes sebagai berikut :

Item dikategorikan sukar jika 0,00 < P < 0,30

Item dikategorikan sedang jika 0,30 < P < 0,70

Item dikategorikan mudah jika 0,70 < P < 1,00

(Arikunto, Suharsimi. 2002:208)

Dari hasil perhitungan taraf kesukaran soal suatu item dapat diperoleh indeks

kesukaran soal (IK), yang kemudian dikonsultasikan dengan klasifikasi indeks

kesukaran, hasil yang diperoleh yaitu dari 30 soal terdapat 2 butir soal yang tidak layak

diujikan/drop. Perinciannya adalah sebagai berikut, untuk soal yang mempunyai tingkat

kesukaran mudah (Md) berjumlah 6 item, yang mempunyai tingkat kesukaran sedang

(Sd) 23 dan yang mempunya tingkat kesukaran sukar (Sk) adalah 1

d) Daya Pembeda

Menurut Sumadi Suryabrata (2005:201), daya pembeda soal adalah

kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang

kurang pandai. Daya pembeda soal disebut juga indeks diskriminasi yang dapat dicari

dengan rumus sebagai berikut :

ID = KA – KB___________

NKA atau NKB x skor maksimal

Dimana :

ID : Indeks deskriminasi

(41)

KB : Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok bawah

NKA atau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah

Kualifikasi indeks kesukaran sebagai berikut :

0,80 -1,00 : sangat membedakan

0,60 – 0,79 : lebih membedakan

0,40 – 0, 59 : cukup membedakan

0,20 – 0,19 : sangat membedakan

negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan

Dari hasil perhitungan taraf pembeda soal item dapat diperoleh indeks daya

beda soal (ID), yang kemudian dikonsultasikan dengan klasifikasi indeks diskriminasi,

hasil yang diperoleh yaitu dari 30 butir soal terdapat 4 butir soal yang tidak layak

diujikan. Perinciannya dalah sebagai berikut, untuk soal yang mempunyai tingkat

pembeda lebih membedakan berjumlah (LM) 3 item, yang mempunyai tingkat pembeda

cukup membedakan (CM) 12 item, tingkat pembeda kurang membedakan (KM) 13

item, dan sangat kurang membedakan (SKM) 2 item. Perhitungan daya pembeda soal

dapat dilihat pada Lampiran 16.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data pada bagian ini bertujuan untuk mengkaji kebenaran hipotesis

yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis

koefisien variansi. Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat analisis dengan maksud agar kesimpulan yang diambil dapat dipercaya dan

dapat dipertanggungjawabkan.

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji

homogenitas.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian diambil

dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, uji normalitas yang

digunakan adalah metode Lilliefors, dengan prosedur uji sebagai berikut :

1) Hipotesis

(42)

H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal

2) Taraf signifikansi

= 0,05

3) Statistik Uji

L = Maks F(zi)−S(zi)

Dimana : L = Koefisian Lilliefors dari pengamatan

zi = skor standar, untuk

dilihat pada lampiran 18

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai

varians yang homogen. Untuk mengetahui homogenitas variansi Bartlett dengan rumus

sebagai berikut:

1). Menentukan hipotesis

H012 =σ22⇒ sampel homogen

H112 =σ22⇒ sampel tidak homogen

2). Menghitung varians masing-masing populasi (SI2) dengan rumus:

(43)

4). Menghitung harga satuan dengan rumus :

B=(logS2)

(ni −1)

5). Menghitung Chi kuadrat (X2) dengan rumus : χ =(1n10){B-

(ni-1)log S i2)

6). Menghitung χ2dari tabel distribusi Chi kuadrat pada taraf signifikansi 5

%.

7). Kriteria uji

Ho diterima apabila χ2 hitung <χ2tabel berarti populasi homogen.

(Sudjana, 2005:61)

Hasil perolehan serta perhitungan uji homogenitas varians dapat dilihat pada

Lampiran 18

c. Uji Keseimbangan

Uji ini dilakukan sebelum kedua kelompok, baik kelompok eksperimen atau

keloompok kontrol dikenai perlakuan yang berbeda. Uji ini bertujuan untuk mengetahui

apakah kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang atau tidak. Dengan

pertimbangan bahwa variansi populasinya tidak diketahui maka statistik uji yang

digunakan adalah uji-t, yaitu:

s

:t : harga distribusi kelompok Quantum Teaching

1

x : rata –rata skor kelompok Quantum Teaching

2

(44)

1

n : jumlah subyek kelompok Quantum Teaching

2

n : jumlah subyek kelompok Ceramah

S : standar deviasi gabungan

Krieria yang digunakan :

H0 diterima jika

tabel hitung t

t <

H0 ditolak jika thitungttabel (Sudjana, 2005:239)

Hasil perhitungan uji keseimbangan dapat dilihat pada lampiran 19.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik dua rerata

uji-t pihak kanan dengan traf signifikansi 5 %. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

:t : harga distribusi kelompok Quantum Teaching

1

x : rata –rata skor kelompok Quantum Teaching

2

x : rata- rata skor kelompok Ceramah

1

n : jumlah subyek kelompok Quantum Teaching

2

n : jumlah subyek kelompok Ceramah

S : standar deviasi gabungan

Kriteria yang digunakan :

H0 diterima jika

tabel hitung t

t <

H0 ditolak jika thitungttabel (Sudjana, 2005:239)

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Letak Astronomis Sekolah

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

Sekolah ini berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Secara administrasi SMP

Negeri Gatak I terletak di Jalan Pramuka dan memiliki luas 6110 m2. Dilihat dari Peta

Rupa Bumi Indonesia pada skala 1:25.000 mempunyai letak astronomis 1100

91’68,8”BT dan 070 47’ 18,4’’LS.

2. Komponen SMP Negeri I Gatak

SMP Negeri I Gatak memiliki jumlah siswa pada tahun pelajaran 2009/2010

sebanyak 847 siswa, terdiri dari 283 siswa kelas VII, 286 siswa kelas VIII dan 277

siswa kelas IX. Kelas VII di bagi menjadi 7 kelas, begitu juga kelas VIII dan kelas IX.

Tabel 6.Jumlah Siswa SMP Negeri I Gatak

No Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa

1 Kelas VII 7 kelas 283 siswa

2 Kelas VIII 7 kelas 286 siswa

3 Kelas IX 7 kelas 277 siswa

Jumlah 21 kelas 847 siswa

Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah

Staf pengajar/guru geografi di SMP Negeri I Gatak terdiri atas dua golongan,

yaitu golongan tetap (PNS) dan golongan tidak tetap.jumlah guru geografi di SMP

Negeri 1 Gatak sebanyak 3 orang yang terdiri dari 2 guru tetap dan 1 guru Bantu.

Tabel 7. Daftar dan Status Guru Geografi SMP Negeri 1 Gatak

No Status Jumlah

1 Guru tetap (GT) 2

2 Guru Tidak Tetap (GTT) 1

Jumlah 3

Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah

Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini diambil sebanyak 80 siswa dari

(46)

terdiri dari 20 anak laki-laki dan 20 anak perempuan, dan siswa kelas VII F yang terdiri

dari 20 anak laki-laki dan 20 anak perempuan .

Tabel 8. Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri I Gatak

No Subyek Kelas Jumlah Siswa

1 Kelas VII A 40 siswa

2 Kelas VII F 40 siswa

Jumlah 80 siswa

Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah

Prasarana ruang kelas meliputi 21 ruang kelas yang dibagi menjadi

masing-masing 7 kelas untuk kelas VII, VIII dan kelas IX. Terdapat pula 1 Ruang Kepala

Sekolah, 1 Ruang Guru, 1 Ruang TU, 1 Ruang Laboratorium IPA, 1 Ruang Koperasi, 1

Ruang Perpustakaan, 1 Ruang BK, 1 Ruang UKS,1 Ruang OSIS, 1 Kamar Mandi Guru

dan 1 Kamar Mandi Siswa

Tabel 9. Sarana Prasarana SMP Negeri I Gatak

No Nama Ruang Jumlah

1 Ruang Kelas 21

2 Ruang Kepala Sekolah 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang Tata Usaha 1

5 Ruang Koperasi 1

6 Ruang Perpustakaan 1

7 Ruang BK 1

8 Ruang UKS 1

9 Ruang OSIS 1

10 Laboratorium IPA 1

11 Kamar Mandi 2

Jumlah 32

Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Pada penelitian ini melibatkan 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas VII A

sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII F sebagai kelas kontrol SMP Negeri I

(47)

pembelajaran dengan metode Quantum Teaching dan kelas VII F sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran dengan metode ceramah. Teknik pengumpulan data variabel

metode pembelajaran Quantum Teaching dan metode ceramah yaitu digunakan tes

dalam bentuk obyektif. Untuk mengetahui beberapa aspek kelayakannya, sebelum soal

digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba soal. Dari 30 soal yang diuji cobakan,

diperoleh sebanyak 26 soal yang valid dari 4 soal yang tidak valid. Jadi soal yang

diteskan hanya 26 soal dari kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi. Tes yang

diberikan sebagai pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok

Kontrol adalah sama.

Kegiatan belajar mengajar dengan metode Quantum Teaching diawali dengan

pengenalan apa itu metode Quantum Teaching secara singkat. Setelah itu guru

mengidentifikasi topik yang akan dibahas dan membagi siswa menjadi 8 kelompok.

Kedelapan kelompok dilakukan secara acak. Kemudian guru membagikan poster ikon

yang ditempel di dekat tembok/dinding tiap kelompok. Poster ikon ini bertujuan

memberi semangat diawal, saat, dan akhir pembelajaran. Poster ikon terdiri dari lima

kata-kata penyemangat, misalnya: tepuk pintar, berhasil-berhasil hore!,dll. Lihat

Lampiran 15.

Proses pembelajaran Quantum Teaching pada kelas VII A yaitu:

Tahapan

Guru mengucapkan salam dan menanyakan

kabar siswa, kemudian siswa dibagi menjadi

8 kelompok dan setiap kelompok membuat

yel-yel.

(“Apa kabar anak-anak,semoga semuanya

dalam keadaan sehat dan semangat untuk

mengikuti pelajaran ini. Oke, agar

pembelajaran kita lebih menyenangkan,

tolong rapikan bangku dan kita buat menjadi

beberapa kelompok setuju?

Baiklah, karena sudah rapi marilah kita

Siswa mengikuti

apa yang diminta

(48)

Melakukan

Apersepsi

mulai kegiatan belajar mengajar kali ini.

Ayo, ucapkan yel-yel masing-masing, oke?1,

2, 3, mulai!”)

Sebagai awal pembelajaran, guru

berpura-pura seperti akan terjatuh (“Astaghfirllah,

hampir saja ibu terjatuh. Ibu merasakan

bumi seakan berguncang. Ada yang tahu ini

peristiwa apa? Silakan acungkan tangan!

OKE GOOD! TEPUK PINTAR!”).

(“Alhamdulillah

Gambar

tabel obs sehingga H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tabelQuantum Teaching
table obstablesupported and Ha is supported; that is can be concluded that there a significant
Gambar 3    Histogram Skor Posttest kelas Eksperimen dan Kontrol                   34
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Radio Elisa memiliki segmentasi usia keluarga yaitu 30 tahun keatas, sehingga dalam perkembangannya menggunakan media sosial tidak menjadi fokus utama

ditindak damai dan 8 kasus lainnya ditindak melalui jalur hukum yang berlaku sesuai yang peraturan perundang-undangan yang diatur dalam KUHP, dengan alasan 8 kasus tersebut

Seni lukis sudah banyak menjadi di gemari oleh kalangan masyarakat, kususnya seni Body Paintig, Body Painting ini salah satu cabang dari seni rupa yang kini menjadi

of the experiment. an element of A ) for each real number r is not much of a restriction since the use of random variables is, in our case, to describe only events.. Example:

Berbagai pandangan yang dipahami bersama bahwa ekonomi politik sangat mempengaruhi seluk beluk kehidupan pasar dan alur kerja perekonomian tidak bisa dipisahakan, dalam

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2013 Dinas Bina Marga

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia, menurut ketentuan yang berlaku, maka sesuai dengan Surat Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten