PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR
KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI
DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh:
Siti Baroroh Barida
K5404058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR
KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI
DI KELAS VII SMPN I GATAK
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh:
Siti Baroroh Barida
K5404058
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sugiyanto, M. Si M.Si Dr. Sarwono, M.Pd
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : ...
Tanggal : ...
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs Partoso Hadi, M.Si ...
Sekretaris : Setya Nugraha, S. Si, M.Si ...
Anggota I : Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si ...
Anggota II : Dr. Sarwono, M. Pd ...
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
ABSTRAK
Siti Baroroh Barida. PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta :Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara
menggunakan metode Quantum Teaching dengan menggunakan metode Ceramah pada
pelajaran geografi kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi pada siswa kelas VII SMP Negeri I Gatak Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan
rancangan ”Control Group Pretest-Posttest Design”. Populasi yang digunakan adalah
semua siswa kelas VII SMP Negeri I Gatak Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah
7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random
sampling atau teknik sampel sederhana yang melibatkan 80 siswa yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas VII A dan kelas VII F. Diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 40 siswa dan kelas VII F sebagai kelas kontrol dengan jumlah 40 siswa. Kelas dipandang sebagai satu kesatuan kelompok, sehingga lima kelas pada populasi terdapat pula lima kelompok, di mana setiap kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui tes dalam bentuk obyektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kovarian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga Fobs = 70,757, dan F tabel dengan
taraf signifikansi 5% yaitu sebesar F tabel = 3,08, berarti Fobs > Ftabel ( 70,757 > 3,08 ),
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan skor hasil belajar siswa antara metode Quantum Teaching
dengan metode Ceramah (67,60% dengan 60 %). Dengan demikian metode Quantum
ABSTRACT
Siti Baroroh Barida. THE USING OF QUANTUM TEACHING METHOD TO
THE STUDENTS ACHIEVEMENT OF GEOGRAPHY SUBJECT IN BASIC COMPETENCE OF VARIETY OF GEOMORPHOLOGICAL PHENOMENON IN SMP NEGERI I GATAK SCHOOL YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, 2010.
This research is to find out the different of Quantum Teaching method in geography subject in the basic competence of Variety Of Geomorphological Phenomenon in the grade VII students of SMP Negeri I Gatak in scholl year of 2009/2010.
This research employed an experimental method with Control Group Pretest-Posttest Design. The population of research was all grade VII students of SMP Negeri I Gatak in School Year 2009/2010 consisting of seven classes. The sample was taken using simple random sampling technique involving 80 students divided into two classes : VII A and VII F. classroom is considered as a group unit, so that with seven classes of population, there are also seven groups, each of which has a equal opportunity to be chosen as the sample. The technique of collecting data used for Quantum Teaching method variable was the students learning result was obtain through the multiple-choice test. Technique of collecting data used was covariance analysis.
The result shows that the values Fobs = 70,757, and F table at significance level
of 5% with F table = 3,08, meaning Fobs > Ftable (70,757 > 308), so that the H0 is not
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini dipersembahkan
Kepada :
Umi dan abi tercinta,terima kasih atas cinta
dan doa tulus yang senantiasa mengalir
Suamiku tercinta yang tak hentinya
memotivasiku agar aku segera lulus
Anakku tersayang yang senantiasa
menemaniku dalam perjuangan
menyelesaikan tugas akhir ini
Mas Ipang dan Mbak Antik yang selalu
menyemangatiku,
Teman-teman geografi
MOTTO
Allah tidak akan membebani hamba-NYA sesuai dengan
kesanggupannya…(Q.S Al-Baqoroh :286)
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S Ar-Ra’du :11)
Man jadda wa jadda (barang siapa bersungguh-sungguh maka ia akan
mendapatkan) ( Hadits)
Allah tidak menciptakan mimpi kecuali untuk menjadi nyata (DR. Atha Barakat)
Bila kamu bersabar dalam satu detik kesusahan, maka kamu akan terhindar dari
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya sehingga penulis memiliki kesempatan, semangat dan kekuatan untuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN
QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR KERAGAMAN BENTUK
MUKA BUMI DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK TAHUN PELAJARAN
2009/2010”. Skripsi ini ditulis bukan hanya untuk memenuhi persyaratan mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan. Akan tetapi, dari proses skripsi yang tidak singkat ini semoga
penulis dapat menuai hikmah dan memetik ilmu yang manfaat.
Banyak hambatan yang menghadang dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun
dapat selesai berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak tersebut. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqun Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP UNS Surakarta.
3. Bapak Drs Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
4. Drs. Sugiyanto, M. Si, M. Si. selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan semangat kepada penulis.
5. Dr. Sarwono M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dan kepada penulis.
6. Viveri Wuryandari, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri I Gatak yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
7. Sri Widati, S.Pd selaku guru IPS Geografi di SMP Negeri I Gatak yang telah
membantu kelancaran penelitian dan kerjasamanya.
8. Siswa-siswi kelas VII A dan VII F SMP Negeri I Gatak
9. Keluarga besar Al-Ashr dan Salsabila yang senantiasa mewarnai hari-hari penulis.
10.Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan doa, semangat, dan energi baru bagi
11.Teman-teman P. Geografi ’04 atas kebersamaan dan perjuangan yang tak
terlupakan.
12.Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungan
yang telah diberikan kepada penulis
Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan
penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap
semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, 14 Oktober 2010
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 4
B. Identifikasi Masalah 4
C. Pembatasan Masalah 5
D. Perumusan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 4
BAB II. LANDASAN TEORI 6
A. Tinjauan Pustaka 5
1. Hasil Belajar Siswa 7
2. Metode Pembelajaran 7
a. Metode Pembelajaran Quantum Teaching 8
b. Metode Ceramah 13
B. Hasil Penelitian Yang Relevan 14
C. Kerangka Berpikir 15
D. Perumusan Hipotesis 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 18
1. Tempat Penelitian 18
2. Waktu Penelitian 18
B. Metode Penelitian 18
C. Populasi dan Sampel 19
D. Teknik Pengumpulan Data 20
1. Variabel Penelitian 20
2. Instrumen Penelitian 23
E. Teknik Analisis Data 27
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 A. Deskripsi Lokasi Penelitian 30
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 32
C. Pengujian Pra Syarat Analisis 35
D. Pengujian Hipotesis 36
E. Pembahasan Hasil Penelitian 37
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 40
A. Simpulan 40
B. Implikasi 40
C. Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian 18
Tabel 2 Desain Penelitian 1
Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian 22
Tabel 4 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen 24
Tabel 5 Jumlah Siswa SMP Negeri I Gatak 30
Tabel 6 Daftar dan Status Guru 30
Tabel 7 Jumlah Siswa kelas VII 31
Tabel 8 Sarana Prasarana SMP Negeri I Gatak 31
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol 33
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 34
Tabel 11 Ringkasan Uji Normalitas Data 36
Tabel 12 Ringkasan Uji Homogenitas Varians 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir 17
Gambar 2 Histogram Skor Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol 33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Metode Quantum Teaching)
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Metode Quantum Teaching)
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Metode Ceramah)
Lampiran 5 Rencana Pelaksanan Pembelajaran II (Metode Ceramah)
Lampiran 6 Soal Pre-Test
Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Pre-Test
Lampiran 8 Soal Post-Test
Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Post-Test
Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Lampiran 11 Daftar Nama Kelas VII A (Kelas Eksperimen)
Lampiran 12 Daftar Nama Kelas VII F (Kelas Kontrol)
Lampiran 13 Daftar Skor Hasil Belajar Kelas VII A (Kelas Eksperimen)
Lampiran 14 Daftar Skor Hasil Belajar Kelas VII F (Kelas Kontrol)
Lampiran 15 Poster Icon
Lampiran 16 Uji Validitas Awal Tes Try Out
Lampiran 17 Data Induk Penelitian
Lampiran 18 Uji Normalitas dan Homogenitas
Lampiran 19 Uji Hipotesis dengan Uji t
Lampiran 20 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Pre-Test dan Post-Test Kelompok
Eksperimen
Lampiran 21 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Pre-Test dan Post-Test Kelompok
Kontrol
Lampiran 22 Daftar Tabel
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
manusia seutuhnya, telah lama dilakukan oleh bangsa Indonesia guna mewujudkan
masyarakat yang berpendidikan sehingga mampu bersaing dan menyesuaikan diri
dengan perubahan jaman. Untuk itu pemerintah secara bertahap dan terus menerus
berusaha meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya dengan peningkatan sarana
dan prasarana, perubahan kurikulum, peningkatan kualitas guru, dan usaha lain yang
tercakup dalam komponen pendidikan. Sedangkan upaya untuk meningkatkan kuantitas
pendidikan diantaranya kejar paket A, peningkatan wajib belajar, dan lain-lain.Hal ini
menunjukkan bahwa dukungan pemerintah terhadap pendidikan sangat besar.
Kurikulum dalam mata pelajaran Geografi yang harus disampaikan
guru/pengajar sangat banyak. Oleh karena itu guru geografi cenderung memilih metode
ceramah dan lebih menekankan bagaimana menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu
daripada menerapkan metode pembelajaran baru yang lebih banyak menyita waktu dan
tenaga, sementara target materi tidak tercapai. Dengan metode ceramah, peran guru
dalam penyampaian materi lebih dominan dibandingkan keaktifan siswa sehingga
mengakibatkan proses belajar mengajar terkesan monoton yang pada gilirannya akan
mengakibatkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan akhirnya dapat
menurunkan hasil belajar siswa dalam pelajaran geografi.
Tugas dan tanggungjawab guru adalah sebagai pengajar, pendidik, pemberi
motivasi, dan pembimbing bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar, membantu
siswa dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal serta menciptakan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Metode mengajar guru sangat berperan dalam
menentukan hasil belajar siswa. Metode mengajar yang baik harus sesuai dengan sifat
materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Metode tersebut dapat
mengatasi permasalahan yang biasanya dihadapi siswa sehingga siswa lebih termotivasi
agar hasil belajar yang diharapkan menjadi lebih baik.
Guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa terutama dalam menyajikan
mata pelajaran. Siswa dituntut untuk menguasai semua materi pelajaran sehingga siswa
menyenangkan. Pelajaran geografi dalam hal ini sangat berpotensi membuat siswa
terbebani karena merupakan pelajaran yang sarat materi yang menuntut siswa untuk
mengerti dan memahami konsep-konsep dan teori-teori. Siswa menuntut kemudahan,
rasa aman dan cepat dalam belajar, suasana yang menyenangkan yang tidak membuat
syaraf tegang. Guru harus menjalin interaksi dengan siswa sehingga siswa tidak merasa
sebagai objek yaitu melibatkan siswa dengan menjalin rasa simpati dan saling
pengertian sehingga quantum teaching menjadi dalah satu alternatif dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa.
SMP Negeri I Gatak, diperoleh informasi bahwa dalam KBM guru geografi
belum mampu memaksimalkan kompetensinya. KBM masih dilakukan dengan metode
ceramah. Media yang digunakan pun masih terbatas yaitu papan tulis, spidol dan LKS
saja. Media penunjang yang tersedia yaitu peta atau globe tidak pernah digunakan. Guru
hanya menjelaskan secara ceramah didepan siswa. Siswa hanya mencatat apa yang
dituliskan guru di papan tulis. Apabila guru hanya menyampaikan materi tanpa ditulis
dipapan tulis, siswa tidak mencatat/merangkum apa yang disampaikan guru. LKS
(Lembar Kerja Siswa) yang diberikan diawal semester hanya dibahas bila mendekati
ujian semester. Siswa cenderung menunggu perintah dari guru dan kurang aktif terhadap
materi yang disampaikan. Hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa. Siswa yang
memperoleh nilai kurang dari 6,5 mencapai 75%. Ini dimungkinkan adanya metode
pembelajaran yang kurang cocok sehingga siswa kesulitan mengerti dan memahami
konsep dan teori yang disampaikan oleh guru.
Quantum teaching merupakan metode pembelajaran yang diterapkan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Motivasi belajar siswa yang tinggi sangat
dipengaruhi oleh semangat belajar yang tinggi. Quantum teaching memberdayakan,
memotivasi, dan mengarahkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
secara visual, auditorial dan kinestetik sehingga memacu semangat belajar siswa.
Prosedur pembelajarannya adalah seorang guru menumbuhkan minat belajar
siswa dengan memberikan manfaat, menghadirkan pengalaman yang dimiliki siswa,
memberikan konsep dengan pemahaman siswa, mendemonstrasikan konsep sesuai
pengalaman siswa , pengulangan konsep sebagai penguatan hafalan, proses tanya jawab
Quantum teaching oleh seorang guru diharapkan dapat menciptakan suasana kelas menjadi seperti ‘rumah’ dimana siswa terbuka terhadap setiap umpan balik,
tempat mereka belajar mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami
kegembiraan dan kepuasan setelah mempelajari sesuatu, memberi dan menerima,
belajar dan tumbuh. Tempat dimana siswa menjadi lebih termotivasi dan mengenal
lebih dekat hal-hal yang terjadi disekitar mereka. Segala hal dilakukan seorang guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa yang baik merupakan buah
dari usaha yang keras baik oleh guru yang berusaha menciptakan suasana nyaman
maupun dari siswa yang berusaha agar hasil belajarnya lebih baik.
Pokok bahasan keragaman bentuk muka bumi merupakan materi yang
diperoleh siswa kelas VII semester ganjil Sekolah Menengah Pertama. Dalam pokok
bahasan ini dibutuhkan pemahaman dan penguasaan konsep dan teori, sehingga
diharapkan siswa tidak hanya menghafal konsep dan teori, tapi juga dapat memahami
dan menguasainya sehingga dapat menemukan manfaat yang akan didapatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dengan metode quantum teaching diharapkan
siswa dapat memahami dan menguasai materi.
Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tergerak untuk melakukan
penelitian eksperimen yang berjudul ”Penggunaan Metode Pembelajaran Quantum
Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi
Kompetensi Dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi Di Kelas VII SMP Negeri I
Gatak”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Pemilihan metode yang digunakan guru kurang efektif sehingga mempengaruhi
hasil belajar siswa
2. Pembelajaran yang searah menyebabkan siswa kurang mengerti dan memahami
materi yang disampaikan guru
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah masalah di atas, agar permasalahan yang
dikaji dapat terarah dan mendalam maka masalah-masalah tersebut penulis batasi
sebagai berikut :
1. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah metode Quantum Teaching. Metode
Quantum Teaching dalam penelitian ini menggunakan rancangan pembelajaran
TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, dan Rayakan.
2. Objek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran
geografi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka timbul masalah
yang dapat dirumuskan sebagai berikut :”Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan metode Quantum Teaching dengan metode Ceramah pada mata pelajaran
geografi kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
siswa menggunakan metode pembelajaran Quantum Teaching dengan metode Ceramah
pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi”.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan penggunaan metode pembelajaran yang
tepat terutama dalam pembelajaran Geografi
2. Manfaat Praktis
a. Bahan masukan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran
geografi.
b. Bahan acuan bagi praktisi pendidikan untuk penelitian metode pembelajaran
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar Geografi
Proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila indikator pencapaian hasil
belajar dapat tercapai. Pemerian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil
belajar siswa yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru
dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara proporsional.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2002:22)
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan (ingatan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi), penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni: (a)gerakan refleks, (b)ketrampilan gerakan
dasar, (c)kemampuan perseptual, (d)keharmonisan atau ketepatan, (e)gerakan
katrampilan, (f)gerakan ekspresif (interpretative)
Hakekat geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan selalu melihat keseluruhan
gejala alam dalam ruang, dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang
menjadi komponennya. Geografi sebagai satu kesatuan studi (unified geography),
melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang
tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang
membentuk integrasi keruangan diwilayah yang bersangkutan. Gejala- interelasi-
interaksi- integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada geografi dan
studi geografi. (Sumaatmaja, 1988:34)
Berdasarkan konsep diatas, maka diperoleh suatu pengertian bahwa hasil
belajar Geografi adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar gaografi,
kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai sebagai hasil belajar
Geografi. Metode pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar dan merupakan salah satu penunjang utama berhasil atau tidaknya
seorang guru dalam mengajar. Disamping ketrampilan mengajar, seorang guru harus
memiliki dan menguasai metode-metode pembelajaran, serta dapat menggunakannya
dengan tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan.
Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, hasil belajar Geografi
pada SMP Negari I Gatak diambil dari subpokok bahasan keanekaragaman bentuk
muka bumi, proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa, oleh sebab itu guru harus mampu memilih metode yang sesuai dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru
untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung
bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan.
(Sumantri (2001:114)
Metode mengajar atau teknik penyajian pelajaran yaitu, “Suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan untuk guru/instruktur. Dalam pengertian lain adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar/menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat diungkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik. (Roestiyah, 1991: 1)
Metode mengajar yang dikemukakan oleh Slameto (1995:65) adalah suatu
cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Metode belajar berarti cara
mencapai tujuan pembelajaran, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh
murid dalam kegiatan belajar mengajar. (Hamalik, 1991:98),
Menurut Purwoto (2003:98), “metode mengajar adalah cara-cara yang tepat
dan serasi dengan sebaik-baiknya, agar pembelajaran mencapai tujuannya atau
sasarannya”. Sementara itu, Muhibbin Syah (1995:202) mengatakan bahwa, “Metode
mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang
teratur dan terpikir oleh guru yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran
Peran siswa dalam metode ceramah adalah diam mendengarkan dengan cermat
serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Guru mempunyai
peranan utama dalam menentukan isi materi kepada siswa. Hal ini mengakibatkan siswa
pasif karena tidak ada kegiatan apapun bagi siswa selain mendengarkan guru. Sehingga
ia akan mudah jenuh, kurang inisiatif, sangat tergantung pada guru dan tidak terlatih
untuk belajar mandiri.
Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa setiap metode mempunyai
keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Adapun keunggulan dan kelemahan metode
ceramah adalah sebagai berikut :
1. Dapat menampung kelas yang besar, tiap murid mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendengarkan dan karenanya biaya yang diperlukan relatif lebih murah.
2. Bahan pelajaran atau keterangan dapat diberikan secara lebih urut oleh guru,
konsep-konsep yang disajikan secara hierarki akan memberikan fasilitas belajar kepada siswa.
3. Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting, sehingga waktu
dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4. Isi silabus dapat diselesaiukan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
5. Kekurangan alat tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak
menghambat dilaksanakannya pelajaran dengan ceramah. Kelemahannya :
1. Pelajaran berjalan membosankan murid dan murid menjadi pasif karena tidak
adanya kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Murid hanya aktif membuat catatan saja.
2. Kedapatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat murid tidak mampu
menguasai bahan yang diajarjan.
3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
4. Ceramah menyebabkab belajar murid menjadi “belajar menghafal” (rote
learning) yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
a. Metode Quantum Teaching
1. Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksudnya bahwa
mengingatkan pada pentingnya memasuki dunia murid untuk menjebatani memasuki
kehidupan murid. Belajar adalah kegiatan full contact yaitu belajar yang melibatkan
semua aspek kepribadian manusia; pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh disamping
pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Setelah
mampu memasuki dunia murid, guru akan mudah murid masuk ke dunianya, yaitu
dunia pendidikan.
Quantum Teaching memiliki lima prinsip, atau kebenaran tetap yang mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
Segalanya Berbicara
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh Anda, dari kertas yang Anda bagikan hingga rancangan pelajaran Anda;semuanya mengirim pesan tentang belajar.
Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan Anda mempunyai tujuan…semuanya.
Pengalaman sebelum Pemberian Nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
Akui Setiap Usaha
Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan!
Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan mengajar.(DePorter, 2002:7)
2. Teknik-teknik Mengajar Quantum Teaching
Teknik mengajar dapat diartikan sebagai cara yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar dalam memahami materi pelajaran
yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran quantum teaching. Ada beberapa
teknik yang digunakan yaitu :
a). Metode MindMapping
Metode mind mapping (peta pikiran) adalah metode mempelajari konsep yang
menyimpan informasi. Peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik
sentral/tengah dan memikirkan cabang- cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari
titik tengah tersebut dan memcari hubungan antara tema turunan. Itu berarti setiap kali
kita mempelajari sesuatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya,
poin-poin penting dari tema yang utama yang sedang kita pelajari, pengembangan dari
setiap poin penting tersebut dan memcari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini
bisa memdapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah diketahui dan area mana saja
yang belum dikuasai.
Manfaat peta pikiran adalah sebagai berikut :
1. fleksibel, dapat menambahkan poin-poin gagasan ditempat yang sesuai.
2. memusatkan perhatian; perhatian tidak lagi pada kata per kata melainkan pada
gagasan ataupun poin-poin gagasan.
3. Meningkatkan pemahaman; dapat meningkatkan pemahaman dengan
memberikan catatan tinjauan ulang.
b). Metode penempatan
Metode penempatan adalah cara mengasosiasikan informasi yang diingat
dengan lokasi tertentu ini bertujuan dapat mengingat informasi dengan mudah jika
meletakkan di tempat tertentu.
c). Metode Cantol
Metode cantol merupakan cara untuk mengajarkan daftar informasi yang
panjang terutama informasi diingat dengan urutan tertentu. Dengan menggunakan
asosiasi cantolkan setiap bagian dengan berikutnya seperti sebuah rantai yang saling
berkaitan.
d)Metode Catatan TS
Catatan TS merupakan singkatan dari Tulis dan Susun. Catatan ini diarahkan
untuk memusatkan perhatian siswa. Model catatan ini digunakan untuk mencatat fakta
dari pelajaran serta perasaan dan pikiran mereka. Pada catatan ini mudah dipelajari dan
sangat efektif. Dalam prakteknya siswa membuat dibuku mereka yaitu menggambar
garis vertikal kira-kira seperempat bagian dari sisi kanan kertas, membentuk dua kolom,
satu besar dan satu kecil. Diatas kolom kiri yang besar mereka tuliskan informasi yang
pertanyaan. Catatan TS dimaksudkan untuk menciptakan hubungan emosi dengan
informasi yang mereka pelajari, mengingatkan perasaan yang mereka alami saat belajar
juga akan memudahkan mengingat informasi. (DePorter, 2002:100)
Mengajar siswa untuk memecahkan masalah perlu perencanaan secara garis
besar. Metode Quantum Teaching memberikan bagaimana cara mengubah kelas
menjadi komunitas belajar masyarakat mini yang setiap detailnya telah diubah secara
seksama untuk mendukung belajar optimal, yaitu cara untuk mengatur bangbu,
menentukan kebijakan kelas hingga cara merancang pengajaran.
Kerangka perancangan (model) Pengajaran Quantum Teaching yang disebut
TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).
Kerangka ini menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelajaran.
Kerangka inijuga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih,
menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka sendiri, dan mencapai sukses. Kerangka
Perancangan tersebut antara lain:
¾ Tumbuhkan
Tumbuhkan dapat diartikan menumbuhkan minat dengan memuaskan yang
didasarkan pada AMBAK (Apa Manfaatnya BAgiKu) dan memanfaatkan kehidupan
siswa, dalam penyertaan Tumbuhkan menciptakan jalinan kepemilikan bersama atau
kemampuan saling memahami.penyertaan akan memanfaatkan pengalaman mereka,
mencari tanggapan “yes”: untuk kesepakatan belajar dan mendapatkan komitmen
siswa untuk menjelajah.
Strategi yang digunakan dengan menyertakan pertanyaan, lakon pendek dan lucu
¾ Alami
Alami diartikan menciptakan dan mendatangkan pengalaman yang dapat dimengerti
semua pelajar. Unsur ini memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan
hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat guru mengajar melalui
“jalan belakang “untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa.
Strategi yang digunakan adalah jembatan keledai, permainan dan sandiwara.
¾ Namai
Namai diartikan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas,
keingintahuan siswa pada saat itu. penamaan memudahkan untuk mengajarkan
konsep, ketrampilan berpikir, dan strategi belajar.
Strategi yang digunakan adalah susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan
poster di dinding.
¾ Demonstrasikan
Demonstrasikan adalah memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan
menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain, dan ke dalam
kehidupan mereka.
Strategi yang digunakan adalah sandiwara, video, permainan, lagu,rap, dan
penjabaran dalam grafik
¾ Ulangi
Pengulangan (ulangi) akan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku
tahu bahwa aku tahu ini!”pengulangan dilakukan secara multimodalitas dan multi
kecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan,
pertunjukan, drama, dan sebagainya)
Strategi yang digunakan misalnya dengan menirukan orang-orang terkenal seperti
guru, ahli tokoh), menggemakan (guru menyebutkan sesuatu seperti”Pendahuluan,
Isi, Kesimpulan” dan para siswa mengulangnya serentak), pengulangan trio (dalam
kelompok terdiri dari tiga orang, mereka berjalan mengelilingi ruangan sambil
mengulang halaman-halaman poster untuk mengulang apa yang telah mereka
pelajari bersama.
¾ Rayakan
Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan
kesuksesan. Jika sesuatu layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan. Strategi
yang dilakukan antara lain: pujian, bernyanyi bersama, pesta kelas. (DePorter,
2002:89)
b. Metode Ceramah
Menurut Margono (1998:56) “Pengajaran Klasikal /tradisional adalah
pengajaran yang kita kenal sehari-hari dimana guru mengajar sejumlah siswa dalam
suatu ruangan dan yang mempunyai tingkat kemampuan tertentu. Dalam hal ini kelas
disusun berdasarkan asumsi bahwa siswa mempunyai kesamaan dalam minat,
Metode kovensional yang selama ini banyak digunakan oleh guru adalah
metode ceramah yang disertai tanya guru dan siswanya. Kadang-kadang guru juga
mengkombinasikan metode ceramah dengan metode mengajar yang lain, meskipun
prakteknya penggunaan metode mengajar tersebut belum begitu mendalam danm masih
didominasi oleh metode ceramah. Metode ceramah adalah salah satu cara mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang
suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Roestiyah, 1991:137). Hal ini sesuai
pendapat Purwoto (1998:37), “metode ceramah merupakan metode yang paling banyak
dipakai.” Hal ini mungkin dianggap guru sebagai metode mengajar yang paling mudah
dilaksanakan. Jika bahan pelajaran sudah dikuasai dan sudah ditentukan urutan
penyampaiannya, guru tinggal memaparkannya dikelas. Para murid tinggal duduk
memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa isinya, dan membuat
catatan-catatan.
Metode ceramah mempunyai kekuatan dan kekurangan., yaitu :
a.Kekuatan metode ceramah
1) Murah dalam arti efisien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya pendidikan dengan seorang guru yang menghadapi banyak peserta didik. 2) Mudah dalam arti materi dapat diselesaikan dengan keterbatasan peralatan
dapat disesuaikan dengan jadwal guru terhadap ketidaktersediaan bahan-bahan tertulis.
3) Meningkatnya daya dengar peserta didik dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain.
4) memperoleh penguatan bagi guru dan peserta didik yaitu guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan perseta didik dan peserta didik pun merasa senang dan menghargai guru bila ceramah guru dapat meninggalkan kesan dan berbobot. 5) ceramah memberikan wawasan yang luas daripada sumber lain karena guru
dapat menjelaskan topik dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
b.Kekurangan metode ceramah
1) Dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat mengorganisasikannya.
2) Menimbulkan verbalisme pada peserta didik. 3) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru.
Dengan memperhatikan uraian di atas maka peranan siswa dalam metode
konvensional adalah mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok penting
yang dikemukakan guru. Dalam metode ceramah guru memegang peranan utama dalam
menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada siswa.
Pada pengajaran sistem ini kegiatan proses belajar mengajar didominasi oleh guru. Hal
ini mengakibatkan siswa mudah jenuh, kurang inisiatif, bergantung pada guru dan
kurang termotivasi untuk lebih mendalami pelajaran.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Untung Budiarso (2003), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan
Quantum Teaching Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi kelas I SLTP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran
2002/2003”. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa pengajaran dengan metode
ceramah disertai demonstrasi dengan pendekatan QuantumTeaching tidak lebih
efektif untuk mengatasi kesulitan belajar dibanding metode ceramah disertai
demonstrasi dengan pendekatan konsep.
2. Anik Endah Listyani (2007), dalam penelitiannya yang berjudul
“Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Dengan Metode Demonstrasi pada
Pendekatan Quantum Teaching Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Sub
Pokok Bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas Ditinjau dari Motivasi
Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 6 Surakarta”. Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi
belajar matematika. Metode demonstrasi pada pendekatan quantum teaching
menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode
konvensional pada sub pokok bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas.
3. Pranichayudha Rohsulina (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Studi
Komparasi Hasil Belajar Antara Metode QuantumTeaching dan Ceramah Tanya
Jawab Dalam Pembelajaran IPS Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1
Cepogo Tahun Ajaran 2008/2009. Hasil penelitiannya menyebutkan ada
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan metode
Untuk lebih mudah dalam mengetahui perbandingan antara penelitian diatas
maka dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Perbandingan Penelitian Yang Relevan
No Penulis Judul Metode Penelitian
1. Untung Pada Pokok Bahasan Energi kelas 1 SLTP
Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2002/2003”.
Dari penelitian dihasilkan bahwa pengajaran dengan metode Ceramah disertai demonstrasi dengan pendekatan Quantum Teaching tidak lebih efektif untuk mengatasi kesulitan belajar Sub Pokok Bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa kelas IX SMP Negeri 6 Surakarta”.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika. Metode demonstrasi pada pendekatan quantum teaching menghasilkan prestasi yang lebih baik
dibandingkan dengan metode konvensional pada sub pokok bahasan Luas Sisi dan Volume Prisma dan Limas. Terpadu Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Cepogo Tahunn Ajaran 2008/2009”.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar denghan metode
pembelajaran Quantum Teaching dan metode Tanya Jawab.
C. Kerangka Berpikir
Dalam kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dengan siswa.
Melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa dan
kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang dapat
mengakibatkan perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
Sedangkan mengajar adalah suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang
ada disekitar siswa untuk menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses
belajar. Guru harus mampu melaksanakan tugasnya dengan mengatur dan menciptakan
Dengan demikian tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa dapat memperoleh hasil
belajar yang lebih baik.
Salah satu cara mencapai hasil belajar yang baik adalah dengan cara
menentukan metode pembelajaran yang tepat. Dalam proses belajar mengajar,
pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi
akan membantu siswa dalam mentransfer apa yang disampaikan oleh guru. Pemilihan
metode pembelajaran yang tidak tepat justru dapat menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran.
Metode Quantum Teaching merupakan salah satu metode yang menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, merancang proses pembelajaran, menyampaikan isi dan
mempermudah proses belajar yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini berusaha untuk melakukan penggubahan
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar moment belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi
kesuksesan siswa. Serangkaian kegiatan penerapan metode quantum teaching
merupakan refleksi dari sistem TANDUR, yakni Tumbuhkan (menumbuhkan minat
dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BagiKu”, Alami (menciptakan atau
mendatangkan pengalaman umum yang lebih mudah dimengerti semua pelajar), Namai
(menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”,
Demonstrasikan (menyediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa
mereka tahu”, Rayakan (pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan pemerolehan
ketrampilan dan ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan geografi.
Dengan adanya pembelajaran yang bersifat kreatif dan menyenangkan
sebagaimana dituntut dalam pembelajaran quantum teaching, maka siswa akan merasa
mudah dan senang mempelajari geografi, karena belajar geografi itu menyenangkan.
Pada akhirnya kemampuan belajar anak akan meningkat dan nilai pelajaran geografi
akan mencapai ketuntasan sehingga dengan metode quantum teaching akan diperoleh
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:”Ada perbedaan hasil belajar siswa
menggunakan metode QuantumTeaching dengan menggunakan metode ceramah pada
kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi siswa kelas VII SMP Negeri I Gatak
Tahun Pelajaran 2009/2010”. Pokok bahasan
keragaman bentuk muka bumi
Penerapan Metode
Quantum Teaching
Hasil belajar mata pelajaran siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Gatak Kabupaten Sukoharjo pada
kelas VII semester II Tahun pelajaran 2009/2010. Alasan pemilihan tempat penelitian
karena di SMP Negeri I Gatak belum pernah dilakukan penelitian tentang penggunaan
metode Quantum Teaching sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi
manejemen sekolah.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan bulan Desember 2008 sampai dengan April
2010. adapun prosedur penelitian tercantum dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.Jadwal Kegiatan Penelitian
N
o
Rencana
Kegiatan
Pelaksanaan ( Tahun 2008-2010)
Des-1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental semu (quasi-experimental research).Hal ini dikarenakan peneliti tidak
Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003:82-83) bahwa, tujuan penelitian
eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan
bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua
variabel yang relevan. Metode eksperimen maksudnya yaitu metode yang berusaha
mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang
terkontrol. Desain eksperimen yang digunakan yaitu dengan rancangan “Static Group
Comparison” (Suryabrata, 2005:104). Dalam rancangan ini sekelompok subyek yang diambil dari populasi tertentu dikelompokkan secara acak menjadi dua, yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan
tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok itu dikenai perlakuan yang
sama.
Tabel 3. Desain Penelitian.
Kelompok Perlakuan Posttest
G1 X a T1
G2 X b T2
Keterangan :
GI : Kelompok eksperimen
G2 : Kelompok kontrol
Xa : Digunakan metode pembelajaran Quantum Teaching sebagai kelompok
eksperimen
Xb : Digunakan metode Ceramah sebagai kelompok kontrol TI : Uji kelompok eksperimen (posttest)
T2 : Uji kelompok kontrol (posttest)
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002 :115) menyatakan bahwa “populasi adalah
keseluruhan subyek yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP
Negeri I Gatak kelas VII semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 7 kelas,
yaitu kelas VIIA sampai dengan kelas VIIG.
2. Sampel
Suharsimi Arikunto (2002:115) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel dari penelitian ini adalah dua tujuh
diambil dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan generalisasi terhadap seluruh
populasi yang ada. Sampel yang diperoleh dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas
eksperimen pada kelas VII A dan kelas kontrol pada kelas VII F
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple random sampling.
Menurut Budiyono (2004:7) Simple random sampling adalah sampling random yang
dikenakan terhadap unit-unit atau sub-sub populasi. Populasi dari simple random
sampling ini adalah seluruh siswa kelas VII semester II SMP Negeri I Gatak tahun pelajaran 2009/2010. Unit-unit atau sub-sub populasi penelitian ini adalah kelas VIIA.
VIIB, VIIC, VIID, VIIE, VIIF, VIIG. Untuk menentukan sampel penelitian dari
unit-unit ini dilakukan dengan cara mengambil 2 unit-unit yang akan dijadikan sebagai sampel
dari 7 unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua kali
pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang
keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol. Setelah dilakukan pengambilan secara
simple random sampling, terpilih kelas VII A untuk kelas eksperimen dan kelas VII F untuk kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu
:
a. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yaitu metode
Quantum Teaching dan metode Ceramah. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yanga ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah
akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar (DePorter,2000:89).
Sedangkan metode Ceramah adalah salah satu cara mengajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan (Roestiyah. 1991:137)
b. Variabel Terikat
Variabel Terikat pada penelitan ini adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar
soal-soal pada kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi dalam bentuk pilihan
ganda.
2. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini jenis instrumen yang digunakan adalah metode tes.
Suharsimi (2002:127) menyatakan bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Metode tes ini umumnya digunakan untuk mengukur hasil belajar terutama
kompetensi kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran. Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai kompetensi kognitif siswa. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah tes bentuk obyektif (multiple choice). Tes ini
diberikan sebelum proses pelaksanaan belajar mengajar (pretest) dan sesudah siswa
mengikuti pembelajaran (posttest) kompetensi dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi.
Langkah-langkah membuat tes terdiri dari :
a) Membuat kisi-kisi soal tes
Tabel 4.Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar Kompetensi dasar Keragaman Bentuk Muka Bumi
Indikator Jenjang Pemahaman Koqnitif
b) Menyusun soal-soal tes
Soal-soal dalam penelitian ini adalah pilihan ganda sebanyak 30 soal. Aspek
yang dinilai adalah aspek kognitif pada kompetensi dasar keragaman bentuk muka
bumi. (soal dilampiran)
c) Mengadakan uji coba tes
Tes yang telah tersusun, diuji cobakan terlebih dahulu terhadap siswa kelas
yang tidak termasuk dalam kelas yang dijadikan sampel. Dalam penelitian ini kelas
yang menjadi uji coba tes adalah kelas VII C SMP Negeri I Gatak tahun pelajaran
2009/2010 berdasarkan kesamaan karakteristik antara uji coba dan sampel penelitian.
Uji coba dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun
memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Instrumen tes yang berupa tes obyektif
dengan empat alternatif jawaban terdiri dari 30 butir soal kompetensi dasar keragaman
bentuk muka bumi.
a) Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 160), “Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Suatu
instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, untuk menguji validitas instrumen digunakan
rumus korelasi product moment dari Karl Pearson sebagai berikut :
}
rXY = koefisien korelasi suatu butir
n = cacah subyek
X = skor butir nomor tertentu
Y =skor total
Dengan kriteria uji :
rhitung >rtabel :berarti item valid
rhitung <rtabel :berarti item tidak valid
Dari uji validitas butir tes hasil belajar geografi diperoleh angka validitas antara
0,120-0,689. kemudian angka tersebut dikonsultasikan dengan harga kritik r dengan n =
30 pada taraf signifikansi 5% (0,361). Dari perhitungan diperoleh hasil 4 soal yang
tidak valid dari 30 butir soal yaitu nomor 5, 6, 22, dan 27.sehingga soal yang dapat
digunakan untuk penelitian berjumlah 26 soal. Perhitungan uji validitas tes hasil belajar
geografi dapat dilihat pada Lampiran 16
Tabel 5.Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen
No butir soal rXY rtabel Validitas butir soal
1 0,446 0,361 valid
2 0,454 0,361 valid
3 0,486 0,361 Vaild
4 0,562 0,361 Valid
5 0,358 0,361 Invalid
6 0,140 0,361 Invalid
7 0,393 0,361 Valid
8 0,475 0,361 Valid
9 0,507 0,361 Valid
10 0,539 0,361 Valid
11 0,393 0,361 Valid
12 0,547 0,361 Valid
13 0,434 0,361 Valid
14 0,557 0,361 Valid
15 0,486 0,361 Valid
16 0,577 0,361 Valid
17 0,412 0,361 Valid
18 0,689 0,361 Valid
19 0,412 0,361 Valid
20 0,552 0,361 Valid
21 0,422 0,361 Valid
22 0,120 0,361 Invalid
23 0,393 0,361 Valid
24 0,676 0,361 Valid
25 0,404 0,361 Valid
27 0,357 0,361 Invalid
28 0,389 0,361 Valid
29 0,379 0,361 Valid
30 0,443 0,361 Valid
Sumber :Analisis Data Primer Tahun 2009, keterangan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 16.
b) Uji Reliabilitas
Suharsimi Arikunto (2002 :154) mengatakan bahwa “Sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik”.
Dalam penelitian ini reliabilitas instrumen yang berupa tes obyektif dicari
dengan rumus KR-20 yaitu :
⎟⎟⎠
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya item soal
Vt = variansi total
P = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
Q = proporsi subyek yang menjawa dengan salah (q =1-p)
∑pq = jumlah perkalian antara p dan q
(Suharsimi,2002 :163)
Dari hasil perhitungan uji reliabilitas item soal dengan rumus KR-20 dapat
diperoleh indeks reliabilitas soal yang kemudian dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi r pada taraf signifikansi 5% dengan jumlah n = 30 yaitu 0,361. dalam
penelitian ini uji coba tes diperoleh untuk hasil pilihan ganda r11 =0,860.harga tersebut
dikonsultasikan dengan nilai r tabel dapat dikategorikan tes tersebut reliabel.
Perhitungan uji reliabilitas tes hasil belajar geografi dapat dilihat pada Lampiran 16.
c) Indeks Kesukaran
Soal yang baik untuk alat ukur hasil belajar adalah soal yang mempunyai
mudah. Soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi cepat putus asa dan
malas untuk mencoba lagi. Sedangkan soal yang terlalu mudah akan membuat siswa
terlalu menganggap enteng soal. Untuk mengetahui indeks kesukaran dari
masing-masing item soal digunakan rumus :
JS B P =
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS :Jumlah seluruh peserta tes
Klasifikasi derajat kesulitan soal tes sebagai berikut :
Item dikategorikan sukar jika 0,00 < P < 0,30
Item dikategorikan sedang jika 0,30 < P < 0,70
Item dikategorikan mudah jika 0,70 < P < 1,00
(Arikunto, Suharsimi. 2002:208)
Dari hasil perhitungan taraf kesukaran soal suatu item dapat diperoleh indeks
kesukaran soal (IK), yang kemudian dikonsultasikan dengan klasifikasi indeks
kesukaran, hasil yang diperoleh yaitu dari 30 soal terdapat 2 butir soal yang tidak layak
diujikan/drop. Perinciannya adalah sebagai berikut, untuk soal yang mempunyai tingkat
kesukaran mudah (Md) berjumlah 6 item, yang mempunyai tingkat kesukaran sedang
(Sd) 23 dan yang mempunya tingkat kesukaran sukar (Sk) adalah 1
d) Daya Pembeda
Menurut Sumadi Suryabrata (2005:201), daya pembeda soal adalah
kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang
kurang pandai. Daya pembeda soal disebut juga indeks diskriminasi yang dapat dicari
dengan rumus sebagai berikut :
ID = KA – KB___________
NKA atau NKB x skor maksimal
Dimana :
ID : Indeks deskriminasi
KB : Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah
Kualifikasi indeks kesukaran sebagai berikut :
0,80 -1,00 : sangat membedakan
0,60 – 0,79 : lebih membedakan
0,40 – 0, 59 : cukup membedakan
0,20 – 0,19 : sangat membedakan
negatif – 0,19 : sangat kurang membedakan
Dari hasil perhitungan taraf pembeda soal item dapat diperoleh indeks daya
beda soal (ID), yang kemudian dikonsultasikan dengan klasifikasi indeks diskriminasi,
hasil yang diperoleh yaitu dari 30 butir soal terdapat 4 butir soal yang tidak layak
diujikan. Perinciannya dalah sebagai berikut, untuk soal yang mempunyai tingkat
pembeda lebih membedakan berjumlah (LM) 3 item, yang mempunyai tingkat pembeda
cukup membedakan (CM) 12 item, tingkat pembeda kurang membedakan (KM) 13
item, dan sangat kurang membedakan (SKM) 2 item. Perhitungan daya pembeda soal
dapat dilihat pada Lampiran 16.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data pada bagian ini bertujuan untuk mengkaji kebenaran hipotesis
yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis
koefisien variansi. Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis dengan maksud agar kesimpulan yang diambil dapat dipercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan.
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel penelitian diambil
dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah metode Lilliefors, dengan prosedur uji sebagai berikut :
1) Hipotesis
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
2) Taraf signifikansi
= 0,05
3) Statistik Uji
L = Maks F(zi)−S(zi)
Dimana : L = Koefisian Lilliefors dari pengamatan
zi = skor standar, untuk
dilihat pada lampiran 18
b. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai
varians yang homogen. Untuk mengetahui homogenitas variansi Bartlett dengan rumus
sebagai berikut:
1). Menentukan hipotesis
H0 =σ12 =σ22⇒ sampel homogen
H1 =σ12 =σ22⇒ sampel tidak homogen
2). Menghitung varians masing-masing populasi (SI2) dengan rumus:
4). Menghitung harga satuan dengan rumus :
B=(logS2)
∑
(ni −1)5). Menghitung Chi kuadrat (X2) dengan rumus : χ =(1n10){B-
∑
(ni-1)log S i2)6). Menghitung χ2dari tabel distribusi Chi kuadrat pada taraf signifikansi 5
%.
7). Kriteria uji
Ho diterima apabila χ2 hitung <χ2tabel berarti populasi homogen.
(Sudjana, 2005:61)
Hasil perolehan serta perhitungan uji homogenitas varians dapat dilihat pada
Lampiran 18
c. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan sebelum kedua kelompok, baik kelompok eksperimen atau
keloompok kontrol dikenai perlakuan yang berbeda. Uji ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang atau tidak. Dengan
pertimbangan bahwa variansi populasinya tidak diketahui maka statistik uji yang
digunakan adalah uji-t, yaitu:
s
:t : harga distribusi kelompok Quantum Teaching
1
x : rata –rata skor kelompok Quantum Teaching
2
1
n : jumlah subyek kelompok Quantum Teaching
2
n : jumlah subyek kelompok Ceramah
S : standar deviasi gabungan
Krieria yang digunakan :
H0 diterima jika
tabel hitung t
t <
H0 ditolak jika thitung ≥ttabel (Sudjana, 2005:239)
Hasil perhitungan uji keseimbangan dapat dilihat pada lampiran 19.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik dua rerata
uji-t pihak kanan dengan traf signifikansi 5 %. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
:t : harga distribusi kelompok Quantum Teaching
1
x : rata –rata skor kelompok Quantum Teaching
2
x : rata- rata skor kelompok Ceramah
1
n : jumlah subyek kelompok Quantum Teaching
2
n : jumlah subyek kelompok Ceramah
S : standar deviasi gabungan
Kriteria yang digunakan :
H0 diterima jika
tabel hitung t
t <
H0 ditolak jika thitung ≥ttabel (Sudjana, 2005:239)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Astronomis Sekolah
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
Sekolah ini berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Secara administrasi SMP
Negeri Gatak I terletak di Jalan Pramuka dan memiliki luas 6110 m2. Dilihat dari Peta
Rupa Bumi Indonesia pada skala 1:25.000 mempunyai letak astronomis 1100
91’68,8”BT dan 070 47’ 18,4’’LS.
2. Komponen SMP Negeri I Gatak
SMP Negeri I Gatak memiliki jumlah siswa pada tahun pelajaran 2009/2010
sebanyak 847 siswa, terdiri dari 283 siswa kelas VII, 286 siswa kelas VIII dan 277
siswa kelas IX. Kelas VII di bagi menjadi 7 kelas, begitu juga kelas VIII dan kelas IX.
Tabel 6.Jumlah Siswa SMP Negeri I Gatak
No Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa
1 Kelas VII 7 kelas 283 siswa
2 Kelas VIII 7 kelas 286 siswa
3 Kelas IX 7 kelas 277 siswa
Jumlah 21 kelas 847 siswa
Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah
Staf pengajar/guru geografi di SMP Negeri I Gatak terdiri atas dua golongan,
yaitu golongan tetap (PNS) dan golongan tidak tetap.jumlah guru geografi di SMP
Negeri 1 Gatak sebanyak 3 orang yang terdiri dari 2 guru tetap dan 1 guru Bantu.
Tabel 7. Daftar dan Status Guru Geografi SMP Negeri 1 Gatak
No Status Jumlah
1 Guru tetap (GT) 2
2 Guru Tidak Tetap (GTT) 1
Jumlah 3
Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah
Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini diambil sebanyak 80 siswa dari
terdiri dari 20 anak laki-laki dan 20 anak perempuan, dan siswa kelas VII F yang terdiri
dari 20 anak laki-laki dan 20 anak perempuan .
Tabel 8. Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri I Gatak
No Subyek Kelas Jumlah Siswa
1 Kelas VII A 40 siswa
2 Kelas VII F 40 siswa
Jumlah 80 siswa
Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah
Prasarana ruang kelas meliputi 21 ruang kelas yang dibagi menjadi
masing-masing 7 kelas untuk kelas VII, VIII dan kelas IX. Terdapat pula 1 Ruang Kepala
Sekolah, 1 Ruang Guru, 1 Ruang TU, 1 Ruang Laboratorium IPA, 1 Ruang Koperasi, 1
Ruang Perpustakaan, 1 Ruang BK, 1 Ruang UKS,1 Ruang OSIS, 1 Kamar Mandi Guru
dan 1 Kamar Mandi Siswa
Tabel 9. Sarana Prasarana SMP Negeri I Gatak
No Nama Ruang Jumlah
1 Ruang Kelas 21
2 Ruang Kepala Sekolah 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Tata Usaha 1
5 Ruang Koperasi 1
6 Ruang Perpustakaan 1
7 Ruang BK 1
8 Ruang UKS 1
9 Ruang OSIS 1
10 Laboratorium IPA 1
11 Kamar Mandi 2
Jumlah 32
Sumber : Dari Data Tahunan Sekolah
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pada penelitian ini melibatkan 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas VII A
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII F sebagai kelas kontrol SMP Negeri I
pembelajaran dengan metode Quantum Teaching dan kelas VII F sebagai kelas kontrol diberi pembelajaran dengan metode ceramah. Teknik pengumpulan data variabel
metode pembelajaran Quantum Teaching dan metode ceramah yaitu digunakan tes
dalam bentuk obyektif. Untuk mengetahui beberapa aspek kelayakannya, sebelum soal
digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba soal. Dari 30 soal yang diuji cobakan,
diperoleh sebanyak 26 soal yang valid dari 4 soal yang tidak valid. Jadi soal yang
diteskan hanya 26 soal dari kompetensi dasar keragaman bentuk muka bumi. Tes yang
diberikan sebagai pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok
Kontrol adalah sama.
Kegiatan belajar mengajar dengan metode Quantum Teaching diawali dengan
pengenalan apa itu metode Quantum Teaching secara singkat. Setelah itu guru
mengidentifikasi topik yang akan dibahas dan membagi siswa menjadi 8 kelompok.
Kedelapan kelompok dilakukan secara acak. Kemudian guru membagikan poster ikon
yang ditempel di dekat tembok/dinding tiap kelompok. Poster ikon ini bertujuan
memberi semangat diawal, saat, dan akhir pembelajaran. Poster ikon terdiri dari lima
kata-kata penyemangat, misalnya: tepuk pintar, berhasil-berhasil hore!,dll. Lihat
Lampiran 15.
Proses pembelajaran Quantum Teaching pada kelas VII A yaitu:
Tahapan
Guru mengucapkan salam dan menanyakan
kabar siswa, kemudian siswa dibagi menjadi
8 kelompok dan setiap kelompok membuat
yel-yel.
(“Apa kabar anak-anak,semoga semuanya
dalam keadaan sehat dan semangat untuk
mengikuti pelajaran ini. Oke, agar
pembelajaran kita lebih menyenangkan,
tolong rapikan bangku dan kita buat menjadi
beberapa kelompok setuju?
Baiklah, karena sudah rapi marilah kita
Siswa mengikuti
apa yang diminta
Melakukan
Apersepsi
mulai kegiatan belajar mengajar kali ini.
Ayo, ucapkan yel-yel masing-masing, oke?1,
2, 3, mulai!”)
Sebagai awal pembelajaran, guru
berpura-pura seperti akan terjatuh (“Astaghfirllah,
hampir saja ibu terjatuh. Ibu merasakan
bumi seakan berguncang. Ada yang tahu ini
peristiwa apa? Silakan acungkan tangan!
OKE GOOD! TEPUK PINTAR!”).
(“Alhamdulillah