• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bandung City Galerry Tema Interaktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bandung City Galerry Tema Interaktif"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini adalah :

Nama

:

TRI NUGROHO

Umur

:

23 TAHUN

Tempat, tanggal lahir

:

KLATEN, 19 SEPTEMBER 1992

Kebangkasaan

:

INDONESIA

Agama

:

ISLAM

Tempat tinggal sekarang

:

KOMPLEK MUARARAJEUN LAMA NO.26, BANDUNG

Tempat tinggal asal

:

DS.GLAGAHWANGI, KEC.POLANHARJO, KLATEN

Email

:

graha.tri@gmail.com

Nomor Handphone

:

081802503811

Menerangkan dengan sebenarnya

PENDIDIKAN

1.

Tamatan

: SDN GLAGAHWANGI I, KLATEN, 1998-2004, Berijazah

2.

Tamatan

: SMP NEGERI 1 POLANHARJO, KLATEN, 2004-2007 Berijazah

3.

Tamatan

: SMK KRISTEN 1 KLATEN, 2007-2010, Berijazah

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat sebenarnya.

Saya yang bersangkutan

(2)

Tema

INTERAKTIF

LAPORAN PERANCANGAN

AR38313S-STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER IX TAHUN 2015/2016

Sebagai Persyaratan untuk memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

Tri Nugroho

104 11 026

JURUSAN TEKNK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(3)

TRI NUGROHO-10411026

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar...v

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ...ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Diagram ... ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……...………...1

1.2 Maksud dan Tujuan………...2

1.2.1 Maksud ………...………2

1.2.2 Tujuan………....……….3

1.3 Permasalahan Perancangan………...3

1.4 Pendekatan Perancangan...……….4

1.5 Batasan Perancangan Kasus Proyek………...…...…….4

1.6 Kerangka Berfikir………...……….5

1.7 Sistematika Penulisan Laporan………...…………6

BAB II STUDI LITERATUR DAN STUDI BANDING 2.1 Studi Literatur Galeri………...8

2.1.1 Pengertian Galeri ………... 8

2.1.2 Macam – Macam Galeri...………....……….9

2.1.3 Susunan Organisasi Galeri...……….. 10

2.1.4 Jenis Pameran, Sifat Materi dan Waktu Pameran ... 11

2.1.5 Pengguna Galeri ... 12

2.1.6 Fungsi Galeri ... 13

2.1.7 Fasilitas Galeri ... 13

2.1.8 Segmentasi Galeri ... 14

2.1.9 Standar Perencanaan Galeri ... 14

2.1.10 Lingup Kegiatan Galeri ... 18

2.1.11 Konsep Wisata Galeri ... 18

2.2 Studi Banding City Gallery………...………. 21

2.2.1 Jakarta City Planning Gallery………...…….. 21

(4)

BAB III DESKRIPSI PROYEK DAN ELABORASI TEMA

3.1 Data Umum Proyek………...30

3.2 Pengertian Tema………..……… 34

BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisis Kawasan…...………... 36

4.1.1 Sejarah Kawasan Asia Afrika Bandung………... 36

4.1.2 Analisis Makro...………... . 37

4.1.3 Analisis Lingkungan………... 38

4.1.4 Analisis Fungsional..………...……...………...39

4.1.5 Analisis Kegiatan ...………....41

4.1.6 Analisis Program Ruang....………....43

BAB V Konsep Perancangan 5.1 Konsep Perancangan….………...………45

5.2 Rencana Tapak………...……...…..….46

5.2.1 Pemintakan (Zoning)………...………...……47

5.2.2 Sirkulasi dan Parkir…………...………...…………...47

5.2.3 Gubahan Massa…...………...………... 47

5.2.4 Utilitas………...…………. 50

5.2.5 Sistem Konstruksi dan Struktur ………...…………. 51

5.2.6 Kebutuhan Ruag Perancangan ………...…………. 53

BAB VI Hasil Perancangan 6.1 Peta Situasi………...…...……….. 55

6.2 Gambar-Gambar Perancangan………..…. 56

6.2.1 Denah Bangunan……….………. .56

6.2.2 Tampak Bangunan……….………...……… 60

6.2.3 Potongan Bangunan………...………..61

6.2.4 Perspektif Interior…...……….…………61

6.2.5 Perspektif Eksterior………...…………...…62

6.2.6 Perspektif Mata Burung dan Mata Manusia……...…...………….... 65

6.2.6 Foto Maket……...…...…………... 66

DAFTAR PUSTAKA

(5)

TRI NUGROHO-10411026

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Sirkulasi crowded sekitar site... 4

Gambar 1.2 Kemacetan sekitar site... 4

Gambar 1.3 Kurangnya ruang interaksi... 4

Gambar 1.4 Model Pemrograman... 6

Gambar 2.1 Jangkauan Visual... 16

Gambar 2.2 Cahaya Alami pada Galeri... 16

Gambar 2.3 Peletakan Panel Pameran... 16

Gambar 2.4 Sirkulasi Ruang Pamer... 17

Gambar 2.5 Pencahayaan Spotlight... 17

Gambar 2.6 Pencahayaan Langsung... 17

Gambar 2.7 Gedung JCPG... 21

Gambar 2.8 Logo JCPG... 21

Gambar 2.9 Maket Kawasan... 22

Gambar 2.10 Panel Sejarah Jakarta... 22

Gambar 2.11 Panel Masa Depan Jakarta... 22

Gambar 2.12 Piagam Penghargaan JCPG... 23

Gambar 2.13 Media Publikasi... 23

Gambar 2.14 Area Informasi... 23

Gambar 2.15 Maket Bangunan... 23

Gambar 2.16 Panel Dinding... 23

Gambar 2.17 Display Informasi... 23

Gambar 2.18 Logo URA Centre... 24

Gambar 2.19 Layout Singapore City Gallery... 25

Gambar 2.20 Panel Masa Depan Singapore... 26

(6)

Gambar 2.22 Media Interaktif Sejarah... 27

Gambar 2.23 Ruang Serbaguna... 27

Gambar 2.24 Ruang Kelas... 27

Gambar 2.25 Zona Edukasi... 28

Gambar 2.26 Zona Informasi... 29

Gambar 3.1 Peta Wilayah Jawa Barat... 30

Gambar 3.2 Deskripsi Jawa Barat... 30

Gambar 3.3 Peta Bandung... 31

Gambar 3.4 Deskripsi Kota Bandung... 31

Gambar 3.5 Perencanaan Kota Bandung... 31

Gambar 3.6 Site Proyek... 32

Gambar 3.7 Batas Utara... 32

Gambar 3.8 Batas Selatan... 32

Gambar 3.9 Batas Timur... 32

Gambar 3.10 Batas Barat... 32

Gambar 3.11 Perencanaan Site Palaguna... 33

Gambar 4.1 Kawasan Asia Afrika Bandung... 36

Gambar 4.2 Analisis Makro Kawasan... 37

Gambar 5.1 Ruang Interaksi pada Site... 44

Gambar 5.2 Pembagian Zona Site... 45

Gambar 5.3 Sirkulasi Site... 46

Gambar 5.4 Massa Bangunan... 48

Gambar 5.5 Axis Bangunan... 48

Gambar 5.6 Aditif Subtratif... 49

Gambar 5.7 Pembagian Zona Site... 49

Gambar 5.8 Utilitas Air Bersih dan Air Kotor... 50

Gambar 5.9 Sistem Penangkal Petir... 50

Gambar 5.10 Sistem Struktur... 51

(7)

TRI NUGROHO-10411026

Gambar 6.1 Blok Plan... 55

Gambar 6.2 Site Plan... 56

Gambar 6.3 Denah Basement... 56

Gambar 6.4 Denah Lantai Dasar... 57

Gambar 6.5 Denah Lantai 2... 57

Gambar 6.6 Denah Lantai 3... 58

Gambar 6.7 Denah Lantai 4... 58

Gambar 6.8 Denah Lantai Atap... 59

Gambar 6.9 Denah Atap... 59

Gambar 6.10 Tampak Depan... 60

Gambar 6.11 Tampak Belakang... 60

Gambar 6.12 Tampak Kanan... 60

Gambar 6.13 Tampak Kiri...60

Gambar 6.14 Potongan A-A dan Potongan B-B...61

Gambar 6.15 Perspektif Interior... 61

Gambar 6.16 Perspektif Eksterior Depan... 62

Gambar 6.17 Perpektif Eksterior Kanan... 63

Gambar 6.18 Perspektif Eksterior Kiri... 64

Gambar 6.19 Perspektif Mata Burung Area Depan...65

Gambar 6.20 Perspektif Mata Burung Area Belakang... 65

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Pembagian Ruang... 15

Tabel 2.1 Pembagian Lantai... 25

Tabel 3.1 Analisis Mikro... 39

Tabel 4.1 Kebutuhan Ruang... 44

Tabel 5.1 Kebutuhan Ruang Penerima... 52

(9)

TRI NUGROHO-10411026

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 1.1 Kerangka Berpikir... 5

Diagram 2.1 Susunan Organisasi...11

Diagram 3.1 Pola Ruang JCPG...24

(10)

TRI NUGROHO - 10411026

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul

Bandung City Gallery. Semoga skripsi Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan

berguna sekaligus memberikan pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan bagi

para pembaca. Penulis bertujuan agar dapat membantu para pembaca yang ingin

mengetahui lebih tentang perencanaan dan perkembangan Kota Bandung

umumnya pada masa lalu, masa kini dan masa depan, termasuk kawasan Asia

Afrika sebagai kawasan bersejarah melalui sebuah galeri interaktif di Kota

Bandung, Jawa Barat.

Penulis berterima kasih kepada Ibu Ir. Wanita Subadra Abioso, MT

karena sudah memberikan ilmu dan pengetahuan akan sejarah kawasan dan

teori – teori untuk mengangkat issue sosial dan lingkungan sehingga mampu

membantu penyelesaian permasalahan lingkungan dan mengembangkan

potensi kawasan di sekitar Asia Afrika Bandung.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan

dari berbagai pihak, baik dari segi materi, semangat maupun masukan-masukan

yang sangat membangun. Kesempatan ini secara khusus penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Komputer Indonesia, Dr.Ir.Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Prof. Dr. Ir. H. Denny Kurniadie.,

Ir., M.Sc.

3. Ketua Program Studi Teknik Arsitektur, Dr. Salmon Priaji Martana dan sebagai

dosen wali di Prodi Teknik Arsitektur.

4. Dosen pembimbing, Wanita Subadra Abioso, Ir., MT yang telah meluangkan

waktunya guna membimbing, memberi pengarahan dan masukan kepada

penulis dengan penuh perhatian.

5. Seluruh Dosen-dosen Penguji penulis mengucapkan terima kasih atas segala

(11)

TRI NUGROHO - 10411026 6. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Arsitektur yang telah memberikan Ilmu

dan pengetahuan kepada penulis dan pendidikan moral sebagai seorang

mahasiswa.

7. Kedua orangtua tercinta, dan kakak-kakak. Terima kasih banyak atas doa,

dukungan moril dan materil, serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

8. Untuk teman-teman Arsitektur angkatan 2011 Unikom, dan teman-teman

diluar kampus Unikom yang telah memberikan dukungan dan perhatian

kepada penulis.

Dengan penuh rasa terima kasih penulis berharap semoga segala

kebaikan-kebaikan mereka akan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha

Esa, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau penulis

yang lain di masa yang akan datang.

Bandung, 26 Februari 2016

(12)

TRI NUGROHO - 10411026

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya masyarakat masih memandang galeri sebagai

suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis, berpandangan

konservatif dan kekaguman semata. Bangunan galeri identik dengan

barang-barang seni, sunyi, kemegahan dan karya patung. Namun

seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk

tidak mengunjungi galeri. Karena dibalik kekakuannya, galeri juga

memperkenalkan proses perkembangan sosial budaya dari suatu

lingkungan dan kota kepada masyarakat. Masyarakat juga bisa

menggunakan galeri sebagai sarana belajar, selain sebagai tempat

rekreasi.

Setiap kota memiliki sejarah dan perkembangan masing

– masing, termasuk Kota Bandung yang memiliki sejarah dan nilai budaya yang

sudah mendunia melalui kreativitas, kesenian, budaya dan memiliki nilai

sejarah kota melalui konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Kota

Bandung yang mampu mengharumkan Kota Bandung pada khususnya

dan Indonesia selaku tuan rumah konferensi Asia Afrika pada umumnya.

Peninggalan bangunan sejarah yang menjadi “saksi bisu” berkembangnya

sebuah kota mampu dihadirkan melalui galeri kota yang mengakomodir

kebutuhan pengunjung yang ingin lebih mengenal lebih tentang sejarah

sebuah kota dan perkembangannya.

Dalam perkembangan galeri sebagai wadah karya yang

mengandung proses pengembangan, penelitian, dokumentasi, yang

diapresiasi melalui karya seni dan budaya, galeri mampu menampilkan

(13)

TRI NUGROHO - 10411026 “ user experience” dengan memberikan pengalaman baru dalam menikmati suatu karya sejarah, masa kini dan masa depan.

Sebuah galeri mampu menyuguhkan penyajian informasi publik

melalui tampilan interaktif dan edukatif. Dalam perkembangan kota,

sebuah galeri mampu menghadirkan proses berkembangnya sebuah kota

melalui memorabilia foto warna hitam putih serta penggunaan komponen

maket guna memberikan gambaran umum tentang perencanaa dan tata

kelola sebuah kota.

Galeri interaktif mampu menyajikan informasi budaya dalam unsur

kekinian dan lebih menarik wisatawan atau pengunjung untuk mempelajari

sejarah dan perkembangan suatu kota. Sebuah galeri juga mampu

membawa tradisi budaya yang jarang tersentuh ke dalam ruang publik.

Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat akan ruang publik, galeri

memberikan pengetahuan dan pengalaman terbaru dengan permainan – permainan informatif namun tetap mengedepankan unsur edukatif.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Proses perancangan Bandung City Gallery bermaksud agar

masyarakat mampu mengamati perkembangan kota, melalui

aspek: bangunan, lingkungan, budaya dan interaksi sosial. Selain

itu pula, masyarakat juga diberikan wadah untuk mempelajari

tentang keilmuan Tata Wilayah dan Perkotaan. Dalam galeri ini juga

mengedepankan unsur pendidikan melalui permainan

menggunakan media interaktif sehingga menarik minat anak – anak, pelajar dan mahasiswa untuk mempelajari sebuah

(14)

TRI NUGROHO - 10411026

1.2.2 Tujuan

Tujuan dalam perancangan Bandung City Gallery yakni menyediakan

sebuah galeri yang memberikan gambaran umum kepada masyarakat

tentang sebuah perkembangan kota, tentang sejarah dan perkembangan

kawasan yang didalamnya terdapat unsur – unsur edukasi dan interaktif seperti : tampilan masa lalu dan masa sekarang pada kawasan Asia Afrika

yang dikemas melalui sebuah media interaktif. Menyediakan wadah interaksi

sosial pada ruang publik di pusat kota melalui sebuah galeri interaktif yang

mengadaptasi sejarah dan perkembangan Kota Bandung.

1.3 Permasalahan Perancangan

Merancang fasilitas yang berkaitan dengan sejarah dan masa depan kota ,

tidak sekedar berkaitan dengan penataan ruang di dalamnya saja, tetapi juga

dapat menciptakan suasana yang mendukung eksistensi dari objek-objek

yang ditampilkan dalam kesatuan yang memiliki nilai gotong-royong warga

yang tinggi. Galeri bukan hanya tempat untuk memajang karya seni saja,

tetapi suatu tempat yang mampu memberi penghargaan terhadap kota agar

seluruh warga kota dan pemerintah berkolaborasi membangun kota demi

mewujudkan kota yang nyaman dan aman untuk ditinggali.

1. Bagaimana menentukan aktivitas dan alur kegiatan yang berkaitan dengan

ruang galeri Kota Bandung?

2. Bagaimana merencanakan kebutuhan ruang yang mewadahi aktivitas

tersebut serta menyusun hubungan fungsional antar aktivitas?

3. Bagaimana menetapkan standar dan syarat-syarat pokok perancangan

ruang interior galeri agar memenuhi kriteria standar ruang pamer galeri

kota?

4. Bagaimana merancang interior galeri dengan menerapkan kegiatan

(15)

TRI NUGROHO - 10411026

1.4 Pendekatan Perancangan

Dalam upaya mencapai produk akhir perancangan, maka dilakukan beberapa

upaya pendekatan dalam pengumpulan data yaitu :

 Studi literatur dengan menggunakan buku dan internet yang dapat

menunjang Proposal Tugas Akhir ini.

 Studi banding Galeri Perencanaan Wilayah dan Tata Kota Jakarta.

 Buku tentang Teori Interaksi Sosial dan Lingkungan.

 Bimbingan dengan sejumlah tenaga ahli dalam perangkat media berbasis

interaktif desain.

 Buku tentang Sejarah Perencanaan Wilayah dan Tata Kota Bandung.

 Buku tentang Perencanaan dan Perkembangan Kawasan Bersejarah Asia

Afrika Bandung.

1.5 Batasan Perancangan Kasus Proyek

 Perancangan fisik bangunan pada tapak seluas kurang lebih 1,4 Ha  Perancangan kebutuhan ruang sesuai dengan data analisa bangunan

eksisting.

 Kasus proyek berupa semi fiktif

 Kaidah kaidah sebuah Galeri yang berisi pengetahuan akan Perencanaan dan Perkembangan Sebuah Kota .

Gambar 1.1

Sirkulasi crowded sekitar site

Sumber : data foto pribadi

Gambar 1.3

Kurangnya ruang interaksi

Sumber : data foto pribadi Gambar 1.2

Kemacetan sekitar site

(16)

TRI NUGROHO - 10411026

1.6 Kerangka Berfikir

Bandung City Gallery

Latar Belakang

Deskripsi Proyek dan Optimasi Kebutuhan

Analisis Data dan Permasalahan Masalah Maksud dan Tujuan

Tema

Elaborasi Tema

Konsep Desain

Desain Awal

Pengembangan Desain

Desain Akhir

Studi Literatur

Diagram 1.1

Kerangka Berpikir

(17)

TRI NUGROHO - 10411026

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika pembahasan laporan pendahuluan ini terdiri dari 6 bab, dengan

lingkup bahasan sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Memaparkan tentang: Latar Belakang Pemilihan Proyek, Maksud dan Tujuan,

Permasalahan Perancangan, Lingkup dan Batasan Perancangan, Kerangka

Berpikir, dan Sistematika pembahasan Laporan.

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK

Menguraikan tentang : Deskripsi Umum Proyek, Pengertian Judul, Program

Kegiatan, Kebutuhan Ruang, Studi Banding Proyek sejenis.

BAB 3 ELABORASI TEMA

Berisi Latar Belakang Pemilihan Tema, Pengertian Tema, Interpretasi Tema dan

Studi Banding Tema sejenis serta kesimpulan dari studi banding dan bagaimana

aplikasi ke dalam perancangan.

Gambar 1.4

Model Pemrograman

(18)

TRI NUGROHO - 10411026

BAB 4 ANALISIS

Analisis kesimpilan yang dihasilkan dari data-data yang diperoleh pada tahapan

pengumpulan data melalui metoda deskriptif yang meliputi : Analisis Fungsional,

Analisis Lingkungan, dan Kesimpulan.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Memaparkan tentang konsep perancangan yang meliputi :

 Konsep Dasar,

 Konsep Rencana Tapak, berupa:

Konsep pemitakan, Konsep Tata Letak Massa Bangunan, Konsep Tata

Ruang Luar dan Hirarki Ruang, Konsep Pencapaian, Sirkulasi dan Parkir,

serta Konsep Utilitas,

 Konsep Perancangan Bangunan, berupa:

Konsep Perancangan Gubahan Massa, Konsep Fasade dan Kulit

Pelapisan Bangunan, Konsep Sirkulasi Ruang Dalam, Konsep Utilitas

Bangunan, Konsep Bukaan Pencahayaan dan Penghawaan, Konsep

Material, Konsep Struktur dan Konstruksi, Konsep Interior

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Berisikan produk dari proses perancangan yang dilakukan, meliputi: Peta Situasi,

(19)

TRI NUGROHO-10411026

BAB II

STUDI BANDING DAN LITERATUR

2.1 Studi Literatur Galeri

2.1.1 Pengertian Galeri

Galeri berasal dari Bahasa latin (Galeria) yaitu ruang beratap

dengan satu sisi terbuka. Di Indonesia Galeri sering diartikan

sebagai ruang atau bangunan tersendiri yang digunakan untuk

memamerkan karya seni, (Ensiklopedia Nasional Indonesia). Galeri

diartikan sebagai ruang/bangunan tersendiri yang digunakan untuk

memamerkan karya seni. Lalu selain itu juga memberi pelayanan

dalam bidang seni baik itu konsultasi ataupun workshop yang dapat menumbuhkan jiwa seni dalam masyarakat.

Dalam Wikipedia Galeri adalah ruangan atau gedung tempat

memamerkan benda atau karya seni seperti: galeri foto, koleksi

lukisan, patung, dan lain-lain. Meskipun galeri sering dikaitkan

dengan ruangan yang disediakan untuk menampilkan karya-karya

seni rupa, namun galeri kadang-kadang digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan artistik, seperti: seni pertunjukkan,

konser musik, membaca puisi dan lain-lain.

Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003),

Galeri adalah selasar atau tempat, dapat pula diartikan sebagai

tempat yang memamerkan karya seni tiga dimensional karya

seorang atau sekelompok seniman atau bisa juga didefinisikan

sebagai ruangan atau gedung tempat untuk memamerkan benda

atau karya seni.

Sedangkan galeri pada awalnya merupakan bagian dari museum

yang berfungsi sebagai ruang pameran. Menurut Robillard (1982),

ruang publik pada museum dibagi menjadi 4 bagian:

 Entrance hall.  Jalur Sirkulasi  Galeri

(20)

TRI NUGROHO-10411026  Lounge (ruang duduk)

Dalam kamus Oxford (2005) Galeri adalah:

 Sebuah ruangan atau bangunan untuk menampilkan atau menjual

karya-karya seni.

 Tempat yang menyediakan karya-karya foto-foto oleh fotographer

dan lukisan oleh seniman.

 Ruang yang disediakan untuk tempat yang memproyeksikan

interior atau tema untuk penyanyi, musisi, penonton, gereja,

alat-alat musik, dan tempat untuk bermain film.

 Sebuah ruangan untuk tempat teater dan menyediakan kursi-kursi

untuk penonton.

2.1.2 Macam – Macam Galeri

2.1.2.1 Galeri Berdasarkan Bentuk

Tradisional art gallery yaitu suatu galeri yang aktifitasnya

diselenggarakanpada selasar-selasar atau lorong-lorong panjang.

Walaupun bentuk galeri ini yang tradisional tetapi belum tentu juga

karya seni yang dipamerkan berupa karya-karya yang dinilai sebagai

karya seni yang lama atau kuno sehingga berkesan tradisional.

Modern art gallery, yaitu suatu galeri dengan perencanaan ruang

secara modern atau merupakan kompleks bangunan. Kompleks

bangunan ini biasanya terdiri dari beberapa ruang pameran.

Karya-karya yang dipamerkan pada modern art gallery biasanya adalah sebuah karya seni yang modern atau kontemporer.

2.1.2.2 Galeri Berdasarkan Sifat Kepemilikan

Private art gallery, merupakan suatu galeri yang merupakan milik

perseorangan atau sekelompok orang. Pada galeri ini biasanya

karya-karya yang dipamerkan berasal dari pemilik galeri itu sendiri yang

(21)

TRI NUGROHO-10411026 yang sudah terkenal, sehingga mereka berani untuk membuka galeri

sendiri yang karyanya juga hasil karya mereka sendiri tanpa takut galeri

tersebut akan dikunjungi banyak orang atau tidak, karena setiap orang

memiliki pandangan masing-masing terhadap karya mereka. Pemilik

lain privat galeri ini biasanya merupakan sebuah institusi dimana

karya-karya yang dipamerkan berasal dari institusi itu sendiri, baik dari siswa

maupun staf-staf pengajarnya.

Public art gallery, yaitu suatu galeri yang merupakan milik pemerintah

dan terbuka untuk umum. Untuk galeri ini karya-karya yang dipamerkan

bermacam-macam sesuai sesuai dengan keinginan seniman untuk

membuat suatu karya seni. Sehingga karya yang dipamerkan biasanya

sesuai dengan kondisi atau trend yang pada waktu itu sedang muncul.

Pengguna dari galeri berasal dari bermacam-macam seniman baik

yang sudah terkenal maupun yang belum terkenal, tua atau muda dan

dengan berbagai macam bentuk aliran yang dianutnya.

2.1.2.3 Galeri Berdasarkan Karya Pameran

Gallery of primitive art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan

aktifitas di bidang seni primitive. Hal ini biasanya digunakan untuk

mempertahankan budaya suatu bangsa yang muncul pada saat jaman

prasejarah hingga dikenal sampai luar negeri. Yang mana kebudayaan

ini mungkin menjadi Sesuatu yang menarik dikalangan pecinta seni dari

luar dan dalam negeri tersebut. Karena bentuk kesenian ini masih

natural dan belum terjamah dari luar pada saat budaya tersebut ada.

Gallery of classical art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan

aktifitas di bidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk-bentuk

budaya tradisional di suatu bangsa. Untuk Indonesia sendiri memiliki

banyak sekali suku sehingga ragam budaya yang muncul juga semakin

banyak.

Gallery of modern art, yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan

(22)

TRI NUGROHO-10411026 yang dipamerkan biasanya mengandung maksud atau arti yang

mengkritik sesuatu baik itu budaya, sosial, atupun politik suatu bangsa

dan karya seni tersebut pasti sejalan beriringan dengan

perkembangan jaman. Sehingga dengan adanya karya ini seseorang

dapat mengerti tujuan dari karya itu dibuat. Berdasarkan macam seni

yang disajikan beberapa galeri (yang sudah umum) biasanya

merupakan galeri seni terwujud (2 dimensi atau 3 dimensi) dengan

macam karya seni rupa, berupa seni lukis (galeri seni lukis), fotografi

(galeri fotografi), batik (galeri/museum batik), instalasi-instalasi dan

sebagainya.

2.1.3 Susunan Organisasi Galeri

Susunan organisasi dari galeri terdiri atas:

Diagram 2.1

Susunan Organisasi

Sumber : Data Arsitek II - Galeri dan Museum

2.1.4 Jenis Pameran, Sifat Materi, dan Waktu Pameran

Jenis pameran terbagi menjadi dua, yaitu :

• Pameran tunggal

Merupakan pameran dimana sekelompok materi pameran yang

dihasilkan oleh seniman baik itu teknik maupun aliran biasanya satu

jenis.

• Pameran bersama

Merupakan pameran dimana sekelompok materi pameran yang Direktur

Sekretaris Wakil Direktur

Koor.Operasional

(23)

TRI NUGROHO-10411026 dihasilkan oleh lebih dari satu seniman, terdiri dari berbagai cabang seni

rupa (bisa terdiri dari berbagai jenis materi, bentuk, teknis, serta berbagai

jenis aliran).

Sifat materi yang dipamerkan dibedakan menjadi dua, yakni:

• Hasil ciptaan langsung

Merupakan hasil karya berupa lukisan, patung, kerajinan, dan

sebagainya yang biasanya hanya ada satu dan tidak digandakan.

• Hasil karya reproduksi

Merupakan karya reproduksi atau penggandaan dari karya-karya asli

seniman seni rupa, terutama seni lukis dan seni grafis.

Waktu pelaksanaan kegiatan pameran dibedakan menjadi dua, yaitu :

• Pameran jangka pendek

Disebut pameran temporal, waktu pelaksanaannya kurang dari satu

minggu.

• Pemeran jangka panjang

Disebut pameran tetap, waktu pelaksanaannya lebih dari seminggu

hingga berbulan-bulan

2.1.5 Pengguna Galeri

a. Seniman

adalah orang yang mempunyai bakat seni dan banyak menghasilkan karya

seni. Pelukis di dalam galeri bertugas memberikan pengarahan tentang

karya dan mepraktekan langsung kegiatan dalam workshop dan tidak

menutup kemungkinan terdapat seniman yang memiliki keterbatasan fisik

[difabel]. b. Pengunjung

adalah penggemar berasal dari semua kalangan, wisatawan domestik

maupun mancanegara, baik para difable maupun orang normal. c. Pengelola

Sekelompok orang yang bertugas mengelola [mengatur] tentang semua

(24)

TRI NUGROHO-10411026

2.1.6 Fungsi Galeri

Secara umum, selain sebagai tempat yang mewadahi kegiatan seni, galeri

berfungsi:

a. Sebagai tempat memamerkan karya (exhibition room)

b. Sebagai tempat membuat karya (workshop)

c. Mengumpulkan karya (stock room)

d. Mempromosikan lukisan dan tempat jual-beli lukisan (auction room)

e. Tempat berkumpulnya para seniman

f. Tempat pendidikan masyarakat.

2.1.7 Fasilitas Galeri

Sebuah galeri harus memiliki fasilitas-fasilitas baik utama maupun

penunjang. Fasilitas utama yang terdapat dalam sebuah galeri :

An introductory space

Sebagai ruang untuk memperkenalkan tujuan galeri dan fasilitas apa aja

yang terdapat didalamnya.

Main gallery displays

Merupakan tempat pameran utama. Ruang-ruang pameran haruslah :

1. Terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering dan debu.

2. Mendapatkan cahaya dan penerangan yang baik.

3. Dapat dilihat publik tanpa menimbulkan rasa lelah.

Temporary displays area

Ruang pameran berkala untuk memamerkan barang-barang dalam jangka

waktu pendek.

Fasilitas-fasilitas penunjang yang terdapat dalam sebuah galeri yaitu :

Library

Berisi buku-buku maupun informasi yang berkaitan dengan barang – barang yang dipamerkan di sebuah galeri.

Workshop

(25)

TRI NUGROHO-10411026

2.1.8 Segmentasi Galeri

Secara alamiah, semua orang dengan berbagai usia, berbagai

kalangan, baik orang normal maupun para difabel dapat menjadi peminat seni. Maka segmen yang dituju dalam perancangan sebuah

galeri.hendaknya ditujukan bagi semua kalangan, karena seni adalah milik

semua orang.

2.1.9 Standar Perencanaan Galeri

Galeri akan baik bila dioperasikan dengan denah yang jelas. Diagram

organisasi yang primer harus berdasarkan lima dasar zona, menurut dari

pengungkapan publik dan keberadaan dari koleksi dari galeri tersebut.

1. Publik/bukan koleksi

2. Publik/koleksi

3. Non Publik/bukan koleksi

4. Non Publik/koleksi

5. Penyimpanan koleksi

Galeri mempunyai banyak spesifikasi operasional yang dibutuhkan pada

tiap zona-zona tersebut. dan yang paling penting dari operasional ini

adalah kebutuhan akan keamanan terhadap koleksi dan sistem HVAC

yang merawat hampir konstan temperaturnya dan kelembaban yang relatif

pada semua koleksi selama 24 jam per/hari. Pengaturan gerak dari

kedatangan, datang, dan sirkulasi di dalam galeri akan menjadi pusat

perhatian lebih. Sirkulasi di dalam galeri akan mengatur pergerakan dari

pengalaman pengunjung keseluruhan. Pengalaman ini harusnya ramah

dan koheren. Sirkulasi publik, pedestrian dan kendaraannya, eksterior dan

interior, harus sesuai dengan tema interaksi aktif bagi pengunjung. Galeri

butuh fleksibilitas untuk berkembang dan merespon teknologi baru, ide

pameran dan informasi. Sesuai dengan hal tersebut, maka desain harus

menyediakan ruang dan hubungan yang mana tidak spesifik daripada yang

(26)

TRI NUGROHO-10411026

Tabel 2.1

Pembagian Ruang

Sumber : Time Saver Standards for Building Type

Area Publik Area Non-Publik

Non-Koleksi

Ruang Pengecekan

Ruang Teater

Kantin

Toilet Umum

Lobi Galeri

Toko Cinderamata

Berkaitan dengan Koleksi

Workshop Crafting/Uncrafting

Elevator Barang

Ruang Bongkar-Muat Koleksi

Receiving

Berkaitan dengan Non-Koleksi

Dapur Catering

Ruang Elektrikal

Pantry

Ruang Penyimpanan

Ruang Mekanikal

Kantor Toko Galeri

Kantor Utama

Ruang konferensi

Kantor Satpam

Ruang Keamanan

Ruang Penyimpanan Koleksi Ruang

Komputer Utama

(27)

TRI NUGROHO-10411026

Gambar 2.1

Jangkauan Visual

Sumber : Time Saver Standards for Building Type

Gambar 2.2

Cahaya Alami pada Galeri

Sumber : Time Saver Standards for Building Type

Gambar 2.3

Peletakan Panel Pameran

(28)

TRI NUGROHO-10411026

Gambar 2.4

Sirkulasi Ruang Pamer

Sumber : Time Saver Standards for Building Type

Gambar 2.5

Pencahayaan Spotlight

Sumber : Time Saver Standards for Building Type

Gambar 2.6

Pencahayaan Langsung

(29)

TRI NUGROHO-10411026

2.1.10 Lingkup Kegiatan Galeri

Ada beberapa penggolongan kegiatan yang biasa dijumpai di galeri, yaitu:

 Kegiatan Rekreasional

Pameran sebagai alternatif tujuan rekreasi yang mendidik bagi

masyarakat, diadakan secara rutin dan menjadi kegiatan utama yang

bertujuan untuk memperkenalkan dan menjual hasil karya seni lukis

kontemporer.

 Kegiatan Pendidikan

Di ikuti oleh masyarakat umum peminat seni atau para seniman muda

lewat kursus pendalaman seni. Para pengamat seni yang ingin

melakukan studi baik secara teori maupun praktek. Pengadaan

seminar acara diskusi, studi literatur lewat perpustakaan maupun

melalui dunia maya yang menunjang perkembangan seni lukis

kontemporer. Eksperimen-eksperimen yang dapat dilakukan di

workshop atau studio yang disediakan setelah menambah wawasan melalui studi demi memantapkan ide-ide baru bagi seniman.

 Kegiatan Pendukung

Adanya sebuah pagelaran seni yang dapat dijadikan sebagai

pembukaan pameran dan juga menarik peminat pengunjung untuk

datang. Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan

bahwa Galeri adalah bangunan untuk memamerkan benda-benda seni

dan dapat dijadikan juga sebagai tempat kegiatan pertunjukkan seni.

2.1.11 Konsep Objek Wisata Galeri

Pengertian objek dan daya tarik wisata adalah unsur-unsur lingkungan

hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber

daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagi daya

tarik untuk menjadi sarana wisata atau objek wisata yaitu, semua hal yang

menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan.

Obyek dan daya tarik wisata menurut Undang – undang No. 10 Tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki

(30)

TRI NUGROHO-10411026 alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau

kunjungan wisatawan.

Menurut Yoeti (2008) suatu Obyek Pariwisata harus memenuhi tiga kriteria

agar obyek tersebut diminati pengunjung yaitu:

1. Something to see

adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di

lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain

obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk

menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

2. Something to do

Adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa

melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan

senang, bahagia, bersantai berupa fasilitas sehingga mampu membuat

wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy

adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya

adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan

sebagai oleh-oleh.

Pengertian Daya tarik wisata menurut Pendit (2002) obyek wisata atau

tempat wisata adalah sebuah tempat rekreasi atau tempat berwisata.

Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam seperti gunung, danau,

sungai, pantai, laut, atau berupa objek wisata bangunan seperti museum,

benteng. Di obyek-obyek wisata terdapat jenis-jenis wisata yang menjadi

latar belakang dari didirikannya obyak-obyek wisata tersebut, yaitu: Wisata

Alam, Wisata Kebudayaan, Wisata Pendidikan, Wisata Pertanian, Wisata

Perbandingan, Wisata Keagaamaan, Wisata Bahari, dan Wisata Minat

khusus. Wisata minat khusus termasuk diantaranya Wisata Sejarah.

Dalam berbagai Literatur kepariwisataan, wisata sejarah belum

mendapatkan definisinya sendiri. Wisata sejarah masih merupakan bagian

dari wisata pusaka (Heritage Tourism). Organisasi Wisata Dunia (World Tourism Organization) mendefinisikan Pariwisata pusaka sebagai kegiatan

(31)

TRI NUGROHO-10411026 untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian,

filosofi, dan pranata dari wilayah lain.

Wisata Sejarah sangat berkaitan erat dengan pengelolaan pusaka

(Heritage) sebagai warisan kebudayaan masa lalu atau peninggalan alam. Dalam konteks Indonesia, heritage ini diatur dalam UU No.5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya baik buatan manusia maupun benda alam

adalah benda yang diangap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.

Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan Echols dan Shadily,

heritage berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus Oxford (2005), heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama bertahun-tahun dan diangap sebagai

bagian penting dari karakter mereka. Setiap heritage memiliki sejarahnya masing-masing. Heritage tidak selalu berupa benda mati, namun dapat berupa makhluk hidup ataupun yang sejenis. Heritage dapat digunakan sebagai ikon suatu daerah tertentu yang melambangkan peristiwa besar

ataupun peninggalan yang ada pada suatu daerah tersebut.

Heritage merupakan bukti/ tanda petunjuk aktivitas yang dimiliki dan masih terus mempunyai nilai sejarah yang penting. Heritage merupakan bagian dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat. Disamping itu,

nilai-nilai yang dimiliki heritage juga merupakan catatan yang mengisi kenangan dan adat-istiadat masyarakat.

Tiga ciri-ciri heritage, yaitu: 1) Nilai Sosial

yaitu: mempunyai makna bagi masyarakat.

2) Nilai Komersial

yaitu: berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan ekonomis.

3) Nilai Ilmiah,

yaitu: berperan dalam bidang pendidikan dan pengembangan ilmu

pengetahuan.

(32)

TRI NUGROHO-10411026

BAB III

DISKRIPSI PROYEK DAN ELABORASI TEMA

3.1 Data Umum Proyek

 Orientasi Wilayah Jawa Barat :

Gambar 3.1

Peta Wilayah Jawa Barat

Sumber : www.wikipedia.org/wiki/jawa_barat

Luas : 35.222,18 km2

Terdiri dari : 18 Kabupaten

9 Kota

558 Kecamatan

[image:32.595.132.502.177.745.2]

5778 Kelurahan

Gambar 3.2

Deskripsi Jawa Barat

[image:32.595.137.499.197.457.2]
(33)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

[image:33.595.140.500.81.736.2]

TRI NUGROHO-10411026

Gambar 3.3

Peta Bandung

Sumber : www.wikipedia.org/wiki/bandung

Luas : 167,7 km2

Terdiri dari : 30 Kecamatan

151 Kelurahan

Gambar 3.4

Deskripsi Kota Bandung

[image:33.595.154.494.86.413.2]

Sumber : www.wikipedia.org/wiki/bandung

Gambar 3.5

Perencanaan Kota Bandung

[image:33.595.138.502.447.716.2]
(34)
[image:34.595.156.463.76.296.2]

TRI NUGROHO-10411026

Gambar 3.6

Site Proyek

Sumber : www.google.maps/alun_alun_bandung

Lokasi : Jl.Asia Afrika No.90 A,Bandung

Kecamatan : Regol

Kelurahan : Balonggede

Batasan Site

Utara : Jl.Asia Afrika

Selatan : Jl.Dalem Kaum

Timur : Sungai Cikapundung

[image:34.595.129.478.315.767.2]

Barat : Jl.Alun-Alun Timur

Gambar 3.7

Batas Utara

Sumber : Foto Pribadi

Gambar 3.8

Batas Selatan

Sumber : Foto Pribadi

Gambar 3.9

Batas Timur

Sumber : Foto Pribadi

Gambar 3.10

Batas Barat

(35)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

[image:35.595.135.488.85.283.2]

TRI NUGROHO-10411026

Gambar 3.11

Perencanaan Site Palaguna

Sumber : Distarcip Bandung

Luas : 1,4 Ha

KDB : 70%

KLB : 12,6

GSB : 7m

GSS : 5m

FAR : 70m

Fungsi : Komersil, Perdagangan, Sosial Budaya.

Sifat Proyek : Fiktif

Pemilik Proyek : Distarcip Kota Bandung

Potensi Tapak

1. Tapak berada di kawasan bersejarah yakni : Kawasan Asia Afrika

Bandung

2. Bangunan – bangunan sejarah masih terawat dengan baik.

3. Tingkat kunjungan pelajar dan akademisi sangat tinggi (TK, SD, SMP,

SMA, Universitas).

4. Menjadi destinasi wisata untuk wisatawan asing.

5. Menjadi tujuan wisata belanja, rekreasi keluarga dan edukasi sejarah.

6. Tapak berada dilokasi jalan utama arteri sehingga mudahnya

jangkauan menuju tapak.

(36)

TRI NUGROHO-10411026  Kelemahan Tapak

1. Akses menuju tapak hanya satu jalan arteri, memungkinkan

kemacetan sekitar tapak.

2. Area hijau masih terbatas dan dalam pemanfaatannya tidak optimal.

3. Kurangnya rambu – rambu jalan untuk mengatur pergerakan pengunjung dan kendaraan.

4. Pada tapak akses difabel kurang diperhatikan.

5. Tapak berada dikawasan perkotaan menjadikan udara dan

penghawaan kurang baik, panas, dan kotor.

Solusi Pada Tapak

1. Pemanfaatan akses sekunder dan tersier pada tapak.

2. Memaksimalkan peneduh alami dan buatan.

3. Menambah peneduh buatan.

4. Memperhatika desain khusus kaum difabel untuk melakukan aktivitas

di sekitar site.

5. Pemisahan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki.

6. Menyediakan kantong parkir sesuai kebutuhan bangunan.

7. Memaksimalkan tangga penyeberangan agar tidak mengganggu traffic

kendaraan.

3.2 Pengertian Tema

Dalam disiplin ilmu perancangan sebuah kota, ada beberapa tolak ukur sebuah

kota dijadikan kota layak huni dan nyaman bagi warga kota tersebut. Tolak

ukur sebuah tata kota adalah :

 Kota harus berfungsi secara baik, dalam arti tata guna ruang harus optimal  Kota harus memiliki sirkulasi, sehingga penghuninya dapat

berpindah-pindah lokasi dengan efektif dan efisien.

 Tata ruang kota didasarkan pada tata kelola bangunan dan

pengembangannya.

 Tata utilitas lain di luar aspek fungsi kota sebagai hunian warga, yakni

sistem resapan, sanitasi, penghijauan dan pelestarian.

Dalam arti lebih luas, peranan masyarakat atau warga kota sangat berperan

guna mengontrol setiap keputusan pemerintah kota agar setiap kebijakan

(37)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026 berdasarkan issue sosial yang mampu mewadahi sinergitas antar sesama

warga sebagai pelaku publik, pemerintah selaku stakeholder dengan warga dan warga dengan kotanya. Interaktif terdiri dari 2 kata yakni interaksi dan

aktif. Interaksi adalah suatu tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi satu sama lain yang akan menimbulkan sebab akibat.

Kombinasi dari interaksi – interaksi yang terjadi akan menimbulkan sebuah fenomena baru sehingga fenomena tersebut mampu diarahkan ke hal yang

positif, termasuk berpengaruh pada berkembangnya sebuah kota. Aktif sendiri

memiliki makna kegiatan melakukan sesuatu, dalam artian sesuatu yang

dilakukan mengarah pada hal-hal positif. Tema interaktif pada Bandung City Gallery merupakan sebuah perwujudan akan sinergitas dan kolaborasi antar

warga dan pemerintah Kota Bandung guna mengenal sejarah dan masa depan

Kota Bandung. Melalui Bandung City Galleru, impian akan Kota Bandung yang

nyaman, aman, indah dan rapi sehingga warga lebih terpacu melakukan

(38)

TRI NUGROHO-10411026

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1 Analisis Kawasan

[image:38.595.147.515.202.344.2]

4.1.1 Sejarah Kawasan Asia Afrika Bandung

Gambar 4.1

Kawasan Asia Afrika Bandung

Sumber : Foto Pribadi

Warisan sejarah Kota Bandung dimulai ketika Herman Willem Daendels,

Jenderal Hindia-Belanda, membangun Jalan Raya Pos (Jalan Asia-Afrika)

pada pertengah tahun 1808. Pada tahun 1810, Herman Willem Daendels

memindahkan Kabupaten yang dulunya berada di Dayeuh Kolot ke dekat

Jalan Raya Pos untuk mempermudah transportasi. Pemindahan itu diikuti

dengan pembangunan masjid, penjara, rumah walikota, dan pertokoan di

sekitar alun-alun. Pada tahun 1880-an muncul kereta api untuk mendukung

rencana pemindahan pusat pemerintahan Indonesia (atau dulunya

bernama Hindia Belanda) dari Batavia ke Bandung.

Masjid Agung didirikan pada tahun 1812 dengan bentuk yang sederhana

berupa bangunan berbentuk panggung, berdinding anyaman bambu,

beratap rumbia, dan kolam besar sebagai tempat mengambil air wudhu.

Yang menjadi memori foto hitam-putih adalah dua buah bioskop yang

(39)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026 Gedung bioskop Elita, dibangun pada tahun 1921, memiliki “rumah bola”

(billiard) di sisi utara dan patung Garuda pada puncak gedungnya. Bioskop Oriental, yang pada tahun 1960-an berubah nama menjadi Aneka, memiliki

arsitektur bangunan bergaya Art Noeveau dan juga memiliki patung Garuda di puncak gedung. Dua bangunan ini telah diganti dengan gedung

perbelanjaan Palaguna. Begitu pula dengan Braga yang menjadi sebuah

museum terbuka yang menyimpan paling banyak langgam gaya arsitektur,

seperti klasik-romantik, art deco, Indo-Europeanen, neo klasik, gaya

campuran sampai gaya arsitektur modern.

Sumber : www.wikipedia.org/wiki/museum_konferensi_asia_afrika

4.1.2 Analisis Makro

Kawasan Asia Afrika merupakan kawasan dengan tingkat kepadatan

tinggi, yang memiliki berbagai sarana dan prasana yang bersifat publik,

seperti : Hotel, Bank, Rumah Sakit, Kantor Wakil Walikota (Pendopo), Mall

dan Masjid Raya. Dengan padatnya kawasan Asia Afrika, Bandung City

Gallery hadir sebagai proyek pelengkap kawasan, sehingga mampu

memaksimalkan potensi kunjungan wisata keluarga,belanja dan wisata

[image:39.595.147.518.470.662.2]

sejarah.

Gambar 4.2

Analisis Makro Kawasan

(40)

TRI NUGROHO-10411026 4.1.3 Analisis Lingkungan

Pemandangan Orientasi

Kebisingan Kontur

(41)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

[image:41.595.115.515.87.309.2]

TRI NUGROHO-10411026

Tabel 4.1

Analisis Mikro

Sumber : Dokumen Pribadi

4.1.4 Analisis Fungsional

Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa

bagian fungsional seperti berikut:

1. Fungsi pameran

Yaitu fungsi kegiatan yang memperlihatkan benda atau replika yang berbentuk

pameran peragaan yang dapat dilihat, didengar, diraba dan bentuk permainan.

Pameran tersebut berupa pameran temporer yang dilaksanakan pada ruang

terbuka.

Pameran tetap

1. Pameran tematik sungai

Pada pameran ini mempertunjukan dan memperlihatkan sungai

Cikapundung sebagai sungai yang mengalir di tengah Kota Bandung. Akan

ditampilkan simulasi kegiatan oleh warga Bandung untuk menjaga

(42)

TRI NUGROHO-10411026

2. Pameran tematik hutan

Dalam pameran ini mempertunjukan dan memperlihatkan repilka hutan

kota Bandung. Pameran ini berada di area outdoor dan indoor

3. Pameran teknologi interaktif

Dalam pameran ini mempertunjukan dan memperlihatkan ilmu teknologi

yaitu memperlihatkan tata kelola kota Bandung seperti; angkutan bus,

pedestrian, rute sepeda, rute angkot dan jalur MRT masa depan Bandung.

Pameran temporer

Dikhususkan untuk pameran tidak tetap dan event khusus seperti pameran

seni fotografi, seni lukis dan seni kriya.

Pameran terbuka / plaza

Pameran dikhususkan pada ruang terbuka dan juga sebagai tempat

peragaan pameran yang harus dilaksanakan di luar ruangan.

2. Fungsi Pendidikan

Yaitu fungsi penunjang pusat peragaan IPTEK berupa kegiatan pendidikan

dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Ruang kelas

Digunakan untuk ruang penyuluhan mengenai materi pameran dan

kegiatan pendidikan lainnya seperti kursus dan pelatihan bagi kalangan

akademisi seperti: pelajar SD,SMP,SMA dan Mahasiswa.

Ruang penelitian dan pengkajian Ilmu pengetahuan

Berupa ruang penyuluhan dan penelitian berupa laborat`orium untuk

praktik dan kegiatan eksplorasi ide-ide untuk kota Bandung.

Perpustakaan

Adalah ruang tempat mengoleksi buku-buku ilmu pengetahuan, mengenai

tata ruang kota, arsitektur, tata wilayah, bangunan bersejarah dan

(43)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026

Fungsi pengelola dan administrasi

Yaitu fungsi kegiatan pengelolaan dan perijinan galeri kota untuk

mengakomodir seluruh kegiatan yang berlangsung selama pameran

dilaksanakan.

Fungsi service

Yaitu kegiatan yang menunjang pameran dalam bentuk pencahayaan,

penghawaan, keamanan, alur sirkulasi barang, dan memastikan utilitas

bangunan berupa mekanikal dan elektrikal berfungsi secara baik.

4.1.5 Analisis Kegiatan

Alur Kegiatan Pengunjung

Pada galeri pengunjung diarahkan untuk menikmati wahana interaktif dan

edukatif dengan menggunakan teknologi digital sehingga pengunjung

mendapatkan suasana dan pengalaman berbeda di setiap zona galeri yang

ditampilkan di Bandung City Gallery.

Datang Entrance Ticketing / informasi Parkir Melihat, mengamati, memperagakan, memotret,

wahana edukatif dan informatif.

Belajar, bermain, melihat, mengamati, mencatat, memotret. (ruang terbuka

luar)

Bermain, senang - senang, membeli dan melihat souvenir dan cinderamata .

Melihat pertunjukan / pemutaran film tentang

(44)

TRI NUGROHO-10411026 Alur Kegiatan Pengelola

Pengelola memiliki peranan penting dalam mengatur setiap kegiatan yang

berlangsung di dalam galeri, meliputi kegiatan: pameran, workshop,

seminar dan kegiatan pengelolaan fasilitas di dalam galeri.

Alur Kegiatan Service

Pada galeri, ruang service diletakan di area basement agar menunjang

seluruh kegiatan di dalam dan ruang galeri. Alur perpindahan barang

pameran dan instalasi dipersiapkan di gudang sementara untuk

menampung barang – barang sebelum ditampilkan ke publik. Area service juga terdapat dapur untuk mendukung kegiatan komersil sebagai salah

satu daya tarik pengunjung untuk menikmati suasana cafe selasar yang

menyatu dengan area sungai Cikapundung. Segala aspek utilitas

diperhatikan dengan menyatukan dalam satu core bangunan sehingga mempermudah dalam hal perawatan dan pengecekan secara berkala oleh

petugas. Pelayanan, perawatan, perbaikan Datang,pulang datang parkir

Entrance/hall bekerja

Rapat /pertemuan

istirahat Makan Sholat

(45)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026 4.1.6 Analisis Program Ruang

Skema Antar Ruang

Setiap ruang galeri memiliki peranan tersendiri untuk menunjang segala

aktivitas di dalam galeri. Pembagia zona pada interior berpengaruh pada

pola aktivitas pengunjung guna mendapatkan pengalaman yang berbeda

disetiap zona pada galeri. Transisi antara ruang aktif dengan peragaan dan

permainan efukatif menampilkan informasi tentang tata kelola Kota

Bandung untuk mewujudkan visi kota Bandung sebagai Bandung Juara.

Kedekatan Antar Ruang

Setiap ruang di dalam galeri dijadukan satu zona yang berdekatan gunan

menunjang kegiatan yang berlangsung. Pemisahan zona juga diterapkan

dalam galeri melalui pemisahan zona kotor dan zona bersih dimana

seluruh fasilitas service diletakkan di area belakang supaya tidak

mengganggu secara visual dan alur pengunjung galeri. Pintu Masuk

Transisi R. pengarahan

perpustakaan R. anak R. aktif/peragaan

R. Peralihan

Auditorium R. Peragaan kafetaria

R. pengelola

Komersil

(46)
[image:46.595.109.510.509.748.2]

TRI NUGROHO-10411026 Kebutuhan Ruang

Tabel 4.2

Kebutuhan Ruang

Sumber : Dokumen Pribadi

Diagram 4.1

Pola Ruang Galeri

(47)

45

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Perancangan

Konsep dasar perancangan Bandung City Gallery adalah

bagaimana mewadahi kegiatan interaksi sosial warga kota Bandung yang

berkumpul di area sektiar alun – alun Bandung yang sudah menjadi destinasi wisata keluarga, edukasi sejarah dan wisata belanja. Ruang yang disediakan

pada galeri menerapkan tema “interaktif” antara warga dan ruang terbuka hijau, di mana warga diarahkan pada kegiatan yang mengedepankan unsur

edukatif. Konsep ini mampu menciptakan ruang yang dapat menyesuaikan

kebutuhan pola dan tingkah laku berdasarkan usia yang berbeda dan

menjadikan tempat belajar sekaligus bermain menjadi lebih menyenangkan

dan sesuai dengan kebutuhan dalam galeri kota Bandung. Bangunan ini

memiliki fungsi yang menerapkan ruang yang menyenangkan dan ceria

sehingga anak-anak dapat aktif bermain dan belajar dan mampu

[image:47.595.137.511.466.747.2]

mengapresiasikan ide – ide dan gagasan guna memberikan pembelajaran sejak dini untuk menjaga kota agar tetap nyaman dan ramah dihuni.

Gambar 5.1

Ruang Interaksi pada SIte

Sumber : Dokumen Pribadi

Water park

Labirin park

Galasin Park

Sondah Park

Persib Park

Selasar Cikapundung

(48)

TRI NUGROHO-10411026

5.2 Rencana Tapak

5.2.1 Pemintakatan (Zoning)

Pembagian Zona pada saite didasari oleh jenis kegiatan dan

hubungannya dengan kepentingan pada masing-masing zona.

Selain itu juga meliputi adanya keterikatan antara satu zona dengan

zona lainnya sehingga ruang dan tatanan sangat memperhatikan

pola alur kegiatan pengguna agar memudahkan kegiatan di dalam

dan luar ruangan. Dengan menerapkan tema interaktif, site di bagi

dengan beberapa zona guna mendukung interaksi warga dan

mengaktifkan setiap kegiatan di dalam site seperti :  Zona Komunitas

 Zona Komersil  Zona Pamer Luar  Zona Sclupture

[image:48.595.148.512.377.716.2]

 Zona Interaksi dan Permainan ,dll.

Gambar 5.2

Pembagian Zona Site

Sumber : Dokumen Pribadi

(49)

47

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026

5.2.2 Sirkulasi dan Parkir

Bandung City Gallery memiliki akses kendaraan melalui Jl.Asia Afrika dan

keluar di Jl.Dalem Kaum. Pemilihan pola sirkulasi didasarkan pada tingkat

kemacetan di sekitar site yang cendung padat kendaraan pada jam – jam tertentu. Sedang untuk akses samping, pengelola dan area service

[image:49.595.152.514.244.466.2]

diberikan akses khusus untuk memudahkan alur keluar – masuk barang guna mempersiapkan pameran pada galeri.

Gambar 5.3

Sirkulasi Site

Sumber : Dokumen Pribadi

5.2.3 Gubahan Massa

Orientasi gubahan massa bangunan galeri menghadap jalan primer

JL.Asia Afrika dan memudahkan pengunjung meilhat tampak bangunan

sehingga menjadikan bangunan dapat tampil ke arah luar dan tidak

membelakangi jalan utama. Gubahan massa juga memperhatikan pola

bukaan yang sesuai dengan pencahayaan alami yakni arah hadap

matahari, sehingga bangunan mampu memaksimalkan pencahayaan

alami secara optimal. Dengan pencahayaan alami yang maksimal,

bangunan dapat menampilkan hirarki cahaya gelap dan terang pada

interior bangunan.

entrance

Side entrance

(50)
[image:50.595.169.455.85.317.2]

TRI NUGROHO-10411026

Gambar 5.4

Massa Bangunan

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 5.5

Axis Bangunan

Sumber : Dokumen Pribadi

Konsep Aditif Subtratif

Dasar bentuk gubahan berasal dari bentukan kotak yang memiliki kesan

[image:50.595.174.450.356.601.2]
(51)

49

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026 galeri ini menerapkan aditif dan subtratif sesuai prinsip dasar gubahan massa yang menampilkan gubahan dinamis dengan permainan maju dan

[image:51.595.147.495.155.331.2]

mundur pada gubahan.

Gambar 5.6

Aditif Subtratif

Sumber : Dokumen Pribadi

Konsep Fasad dan Material Bangunan

Fasad bangunan dibuat dengan konsep masif transparan dengan

permainan material beton dan kaca tempered. Pada material beton fasad

dimainkan dengan pola vertikal dan horisontal, agar tidak terkesan

monoton.

Gambar 5.7

Pembagian Zona Site

[image:51.595.121.450.547.742.2]
(52)

TRI NUGROHO-10411026 5.2.4 Utilitas

Utilitas didalam bangunan mengenai air bersih menggunakan air dari

PDAM Kota Bandung melalui proses penyaringan dan sterilisasi yang baik.

Pompa berada didalam basement kemudian di pompa naik keatas atap

bangunan kemudian ditampung oleh bak toren kemudian disalurkan ke

seluruh pipa termasuk pipa sprinkler untuk kebakaran. Pada galeri ini juga

menggunakan sistem penangkal petir, mengingat hujan dengan intensitas

tinggi di Bandung memiliki tingkat sambaran petir yang rawan untuk

[image:52.595.156.491.265.435.2]

bangunan bertingkat.

Gambar 5.8

Utilitas Air Bersih dan Air Kotor

[image:52.595.125.505.285.765.2]

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 5.9

Sistem Penangkal Petir

(53)

51

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026 5.2.5 Sistem Konstruksi dan Struktur

Sistem struktur yang digunakan pada bangunan adalah menggunakan

struktur baja yang diseliputi oleh beton. Struktur ini dipilih karena fungsi dari

ruangan pada bangunan yakni galeri yang bersifat permanen dan

sementara dengan bentangan 6m guna menunjang aktivitas di dalam

bangunan sehingga kolom – kolom tidak terlalu diekspos dan menghalangi pemandangan di dalam bangunan.Penggunaan bore pile juga dipertimbangkan mengingat site berada di daerah padat sehingga

pembuatan pile tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar dalam hal kebisingan dan getaran. Untuk core tepat berada di tengah bangunan

untuk memudahkan akses service dan utilitas pada bangunan. Pada

struktur atap bangunan menggunakan angka atap baja ringan, sehingga

bangunan tidak monoton menggunakan atap dak yang kurang sesuai iklim

[image:53.595.138.519.392.726.2]

di Bandung dengan intensitas hujan tinggi.

Gambar 5.10

Sistem Struktur

(54)

TRI NUGROHO-10411026 Dari keseluruhan bangunan, penggunaan atap dak beton hanya dipakai

20% dari keseluruhan atap bangunan, guna menghindari kebocoran dan

kesulitan akan perawatannya. Disesuaikan dengan cuaca di Kota Bandung

maka penggunaan atap miring lebih diutamakan untuk mengantisipasi

curah hujan tinggi. Untuk atap dak menggunakan saluran pipa parapet

[image:54.595.136.506.247.729.2]

untuk menyalurkan air hujan dar atap ke dasar tanah.

Gambar 5.11

Detail Parapet

(55)

53

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO-10411026 5.2.6 Kebutuhan Ruang Perancangan

Berikut ini adalah kebutuhan Program Ruang yang baru dari hasil analisis

dan survey sebagai bentuk perancangan.

[image:55.595.151.511.290.633.2]

60

Tabel 5.1

Kebutuhan Ruang Penerima

(56)
[image:56.595.154.512.91.670.2]

TRI NUGROHO-10411026

Tabel 5.2

Kebutuhan Ruang Penunjang

(57)

DOSEN PEMBIMBING : WANITA SUBADRA ABIOSO, Ir.,MT

TRI NUGROHO - 10411026

DAFTAR PUSTAKA

Ching, D.K. (2000). Arsitektur. bentuk, ruang dan tatanan. Jakarta: Erlangga.

Neufert, Ernest. 2006. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Neufert, Ernest. 2006. Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Budihardjo, Eko. 1997. Tata Ruang Perkotaan. Bandung. Penerbit Alumni.

Kostof, S., 1991, The City Shaped: Urban Patterns and Meanings Through History,

Thames and Hudson, London.

Marbun. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta, Penerbit Erlangga.

Chiara, J. D. & Callendar, J. H. 1980. Time-Saver Standards for Building Types. New York: McGraw-Hill Book Company.

http://www.ura.gov.sg/ ( diakses pada hari Kamis,18 Februari 2016 pukul 19.00

WIB )

http://www.wikipedia.org/wiki/jawa_barat ( diakses pada hari Kamis,18 Februari

2016 pukul 19.20 WIB )

http://www.wikipedia.org/wiki/bandung ( diakses pada hari Kamis,18 Februari

2016 pukul 20.15 WIB )

http://www.google.maps/alun_alun_bandung ( diakses pada hari Sabtu, 20

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.3 Peletakan Panel Pameran
Gambar 2.5 Pencahayaan Spotlight
Gambar 3.1  Peta Wilayah Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis hasilnya tentang perbedaan makhluk hidup dan benda mati serta cara makhluk hidup memperoleh energi secara mandiri Bahan ajar cetak Bahan ajar berbasis web

[r]

Analisis hasilnya tentang perbedaan makhluk hidup dan benda mati serta cara makhluk hidup memperoleh energi secara mandiri Bahan ajar cetak Bahan ajar berbasis web

Karena lingkungan pendidikan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dalam berinteraksi baik berupa benda mati, makhluk hidup, maupun hal-hal yang terjadi

Pembahasan : Bagi manusia, hakikat sumber daya alam sangat penting baik sumber daya alam yang berupa benda hidup (hayati) maupun yang berupa benda mati (non hayati). Kedua macam

Lingkungan kampus pelatihan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kampus pelatihan baik yang berupa makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan, benda mati,

#2 Unsur Abiotik Unsur abiotik adalah segala unsur alam yang berupa benda mati atau tidak menunjukkan ciri kehidupan, yang dapat mendukung kehidupan makhluk hidup.. Unsur abiotik

Makhluk tak hidup atau disebut juga dengan benda mati adalah benda yang tidak memiliki ciri – ciri kehidupan.. Ciri – ciri makhluk hidup yaitu : bernapas, bergerak, tumbuh dan