• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecerdasan Emosional dan Spiritual Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Surapati Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecerdasan Emosional dan Spiritual Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Surapati Bandung"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

The Emotional Intelligence and Spirtual Influence on Employee Performance on Syariah Mandiri Bank assistant office of branch Surapati Bandung

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang

S1 Program studi Manajemen

Oleh:

Amrin Firdaus 21209048

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... ii

MOTTO... iii

1.1Latar Belakang Penelitian ...

1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah ...

1.2.1Identifikasi Masalah ...

1.2.2Rumusan Masalah ...

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ...

1.3.1Maksud Penelitian ...

1.3.2Tujuan Penelitian ...

1.4Kegunaan Penelitian ...

1.4.1 Keguanaan Praktis...

(3)

1.5.2 Waktu Penelitian... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1Kajian Pustaka ...

2.1.1 Kecerdasan Emosional... ...

2.1.1.1Pengertian Kecerdasan Emosional...

2.1.1.2Meningkatkan dan Mengembangkan Kecerdasan Emosional...

2.1.1.3Jenis-jenis Kecerdasan Emosional...

2.1.2 Kecerdasan Spiritual...

2.1.2.1Pengertian Kecerdasan Spiritual...

2.1.2.2Ciri Khas Manusia yang Memiliki Kecerdasan Spiritual...

2.1.2.3 Nilai-nilai Kecerdasan Spiritual...

2.1.3 kinerja...

2.1.3.1Konsep Kinerja...

2.1.3.2Metode penilaian Kinerja...

2.1.3.3Penilaian Kinerja...

2.1.3.4Manfaat Penilaian kinerja...

2.1.3.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja...

(4)

2.2.4.Keterkaitan antara Kecerdasan Emosional, spiritual dengan kinerja...

2.3.Hipotesis...

43

45

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian ...

3.2Metode Penelitian …………...

3.2.1 Desain Penelitian ………...

3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ………...

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ………

3.2.3.1Sumber Data Penelitian ………

3.2.3.2Teknik Penentuan Data ………...

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ………..

3.2.4.1Uji Validitas ……….

3.2.4.2Uji Realibilitas ……….

3.2.4.3MSI (Method ogf Succesive Interval)………...

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ………...

3.2.5.1Rancangan Analisis ………...……...

3.2.5.2Pengujian Hipotesis …..………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(5)

4.1.4 Deskripsi Jabatan...

4.3.1 Tanggapan Responden Mengenai Kecerdasan Emosional (X1)...

4.3.2 Tanggapan Responden Mengenai Kecerdasan Spiritual (X2)...

4.3.3 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Karyawan (Y)...

4.4 Analisi Verivikatif...

4.4.1 Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Berpengaruh

Terhadap Kinerja Karyawan...

4.4.2 Analisis Korelasi ...

4.4.3 Pengujian Hipotesis...

4.4.3.1 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kecerdasan Spiritual.

4.4.3.2 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

terhadap Kinerja Karyawan...

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(6)
(7)

Cristian Gunaeka Notoprasetio,2012,”Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Auditor Terhadap Kinerja Auditor Pada kantor Akuntan Publik di Surabaya”.Jurnala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi,Vol 1,No 4.

Eka Afnan Troena, Achmad Sani Supriyanto,2012,” Pengaruh Kecerdasan

Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Kepemimpinan

Transformasional, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer (Studi di Bank Syari’ah Kota Malang)”.Jurnal Aplikasi Manajemen,Volume 10,No4.

Gersontan Lewi Wijayanti,”Peran Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual Dalam meningkatkanKinerja Auditor”.Jrnala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi,Vol 1,No2

Ginanjar,Arya,2009.ESQ Powe.Edisi Pertama.jakarta : Arga Publising

Hasibuan,Malayu SP.2001.Manajemen Dasar dan Pengertian Masalah.Edisi Revisi. Jakarta :Bumi Angkasa.

L.Suhairi Hasiman,2013,”Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Komintmen

Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai variabel Intervening”.Jurnal Orasi Bisnis,Edisi ke-IX.

Maryana Kuswandi Jaya, Dedi Mulyadi, Eman Sulaiman,2012,”Pengaruh

Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Kementrian Agama Kabupaten Karawang”.Jurnal Manajemen, Vol 10,No 01

Maulizar, Said Musnadi, Mukhlis Yunus, 2012,”Pengaruh Kepemimpinan Transaksional Dan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan Bank Syariah Mandiri Cabang Banda”.Jurnal Manajemen, Volume 1,No 1.

Paisal, Susi Anggraini, 2012,”Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan

Spiritual Terhadap Kinerja karyawan pada LBPP-LIA Palembang”.Jurnal

Ilmiah Orasi Bisnis, Edisi Ke-IV.

Prawirosentono Suyadi, 1991. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.

Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar

Syahdan,2012,”Pengaruh Kecerdasan Emosional Dan Kecerdasan

(8)

Sam’ani, 2008,”Penerapan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan”.Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol 8,No 1.

Simamora,Henry,2003.Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Umi, Narimawati. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi. Bandung

Widi Hidayat, 2012,” ESQ dan Locus of Control Sebagai Anteseden HubunganKinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku DisfungsionalAudit

pada Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) JawaTimur”. Jurnal Mitra

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, penulis ucapkan atas

rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyusun

dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Kecerdasan Emosional Dan

Spiritual Pengaruhnya Terhadap Kinerja karyawan Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bandung”. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1 pada

Program Studi Manajemen Universitas Komputer Indonesia ( UNIKOM ).

Penulis menyadari keterbatasan, kemampuan, dan pengetahuan yang

dimiliki dalam menyusun skripsi ini, dan banyak kekurangan-kekurangan. Oleh

karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan

sepenuh hati. Semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis khususnya dan

semua pihak umumnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak masukan dan dukungan dari

berbagai pihak terutama pembimbing yaitu, Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,

SE., M.Si selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, dan tak lupa

penulis mengucapkan terima kasih telah banyak meluangkan waktu guna

membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga

demi selesainya penyusunan skripsi ini.

Dalam melaksanakan penyusunan skripsi, tidak jarang penulis temui

(10)

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia

2. Prof.Dr.Hj.Dwi Kartini ,SE.,Spec.Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Dr. Raeni Dwisanty, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Komputer Indonesia

4. Ibu Trustorini Handayani,SE.,M.Si selaku Dosen Penguji yang sudah

memberikan banyak masukan dan mengarahkan dalam sgala ha.

5. Ibu Isniar Budiarti, SE., M.Si, selaku Dosen Wali dan Penguji di

Universitas Komputer Indonesia yang telah banyak membantu penulis,

dan ucapan terimakasih yang tak terhingga karena dengan tulus dan sabar

mendampingi serta mendidik penulis, menjadi motivator yang baik, yang

selalu memberikan ketenangan bagi anak-anaknya serta tak kenal lelah

mengarahkan penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik

dalam segala hal.

6. Dosen-dosen dan mahasiswa Universitas Komputer Indonesia yang telah

banyak memberikan masukan kepada Penulis dalam penulisan Skripsi.

7. Seluruh karyawan pada Bank Syaria Mandiri KCP Surapati Bandung

8. Ayah, Ibu, Kakak, Adik, nenek dan saudara” tercinta yang tak pernah

(11)

Bandung,Mei 2014 Penulis

(12)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang memfokuskan kepada

pengelolaan, pemanfaatan, dan pengaturan sumber daya manusia dalam

kegiatannya di suatu organisasi sehingga sumber daya manusia dapat berfungsi

secara produktif. Salah satu yang unsur yang diatur oleh manajemen adalah

sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia adalah pemeran utama dari

setiap perusahaan. Tanpa sumber daya manusia maka perusahaan tidak ada.

Sumber daya manusia merupakan asset bagi perusahaan. Sumber daya manusia

yang profesional adalah sumber daya manusia yang handal dan cakap dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

Bank Syariah Mandiri di Bandung mempunyai visi untuk menjadi bank

yang mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang profesional di

bidangnya dan dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi yang memadai. Untuk itu diperlukan komponenkomponen

dalam rangka perkembangan perbankan yang harus memiliki komitmen yang

memadai. Komponen tersebut dari karyawan di sektor marketing sampai

manajemen yang mempunyai komitmen dan kompetensi di bidangnya yang akan

menghasilkan profesional yang handal yang mampu dan proaktif menjawab

(13)

Beberapa kalangan masyarakat masih mempertanyakan perbedaan antara

bank syariah dengan konvensional. Bahkan ada sebagian masyarakat yang

menganggap bank syariah hanya trik kamuflase untuk menggaet bisnis dari

kalangan muslim segmen emosional. Sebenarnya cukup banyak perbedaan antara

bank syariah dengan bank konvensional, mulai dari tataran paradigma,

operasional, organisasi hingga produk dan skema yang ditawarkan.Paradigma

bank syariah sesuai dengan ekonomi syariah yang telah dijelaskan di muka.

Sedangkan perbedaan lainnya dapat di lihat dari tabel berikut.

Tabel 1.1 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

Jenis perbedaan Bank syariah Bank konvensional

Landasan hukum Al Qur`an & as Sunnah + Hukum positif

Hukum positif

Basis operasional Bagi hasil Bunga

Skema produk Berdasarkan syariah, semisal mudharabah, wadiah, murabahah,

Sektor penyaluran dana Harus yang halal Tidak memperhatikan halal/haram

Organisasi Harus ada DPS (Dewan Pengawas

Syariah)

Tidak ada DPS

Perlakuan Akuntansi Accrual dan cash basis (untuk bagi hasil)

Accrual basis

(14)

Berdasarkan tabel di atas menujunkan bahwa Bank syariah sejatinya lebih

menguntungkan atau lebih baik di bandingkan Bank konvensional namun

kenyataanya masyarakat Indonesia yang mayoritas umat muslimnya terbesar di

dunia lebih memimilih Bank konvensional ketimbang Bank syariah. Hal ini

mengindikasaikan bahwa Bank syariah kurang di kenal sama masyarakat

Indonesia sehingga kinerja karyawan Bank syariah di tuntut untuk bisa lebih

kompeten agar bisa bersaing dengan Bank konvensional dan dapat bersaing dalam

memperebutkan pasar perbankan nasional di Indonesia.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor individu yang

berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi dan faktor psikologis.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai bank yang berasal dari

dalam diri mereka, serta unsur psikologis manusia adalah kemampuan mengelola

emosional, kemampuan intelektual serta kemampuan spiritual.. Karyawan Bank

dituntut memiliki intelektual tinggi karena seorang karyawan dituntut memiliki

kecakapan profesional agar mampu memberikan manfaat optimum dalam

pelaksanaan tugasnya (Idrus 2002.).

Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang

sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta

kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain (Martin 2000,dalam

Fabiola 2005). Kemampuan tersebut oleh Daniel Goleman disebut dengan

emotional intelligence atau kecerdasan emosi yang akan memberikan pengaruh

(15)

bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% dari faktor penentu kesuksesan,

sedangkan 20% yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence Quotient).

Ada faktor-faktor psikologis yang mendasari hubungan antara seseorang

dengan organisasinya. Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh pada

kemampuan karyawan di dalam organisasinya diantaranya adalah kemampuan

mengelola diri sendiri, kemampuan mengkoordinasi emosi dalam diri, serta

melakukan pemikiran yang tenang tanpa terbawa emosi. karyawan yang cerdas

secara intelektual belum tentu dapat memberikan kinerja yang optimum terhadap

organisasi dimana mereka bekerja, namun karyawan yang juga cerdas secara

emosional dan spiritual tentunya akan menampilkan kinerja yang lebih optimum

untuk Bank Mandiri Syaria dimana mereka bekerja (Idrus 2002.).

Kecerdasan spiritual memungkinkan manusia untuk berpikir kreatif,

berwawasan jauh, membuat atau bahkan mengubah aturan, yang membuat orang

tersebut dapat bekerja lebih baik. SQ merupakan landasan yang diperlukan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Secara singkat kecerdasan spiritual

mampu mengintegrasikan dua kemampuan lain yang sebelumnya telah disebutkan

yaitu kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional (Idrus 2002.)

Makalah McClelland tahun 1973 dalam Goleman (2005 : 25), “Testing for

Competence Rather than Intelligence” berpendapat bahwa kemampuan akademik

bawaan, nilai rapor, dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi

seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang

dicapainya dalam hidup. Sebaiknya, ia mengatakan bahwa seperangkat kecakapan

(16)

sukses dari mereka yang hanya cukup baik untuk mempertahankan pekerjaan

mereka.

Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat mengindikasikan bahwa

perbankan syariah merupakan bisnis yang cukup prospektif. Sampai saat ini

terdapat 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan sekitar 23 Unit - Usaha syariah

(UUS) telah berdiri dan berkembang (BI 2010). Akan tetapi ternyata sampai saat

ini jaringan perkantoran bank syariah baru mencapai 1.867 kantor cabang, yaitu

sekitar 13% dari total keseluruhan jumlah kantor perbankan di tanah air.

Sementara pasar perbankan syariah baru sekitar 3% dari petumbuhan ekonomi

perbankan nasional. Hal ini berbeda dengan perkembangan perbankan syariah di

Malaysia yang pasar perbankan syariahnya tumbuh mencapai 17% (Purwadi,

Republika, 2011). Bank Indonesia melalui Direktorat Perbankan Syariah telah

membuat kerangka pengembangan sebagai acuan bagi Bank Umum Syariah

(BUS) ataupun Unit-Unit Syariah (UUS) dalam meningkatkan kinerja organisasi

untuk mengimbangi persaingan dengan bank umum dan bank asing lainnya.

Sasaran pengembangan perbankan syariah kedepan adalah :

1. Terpenuhinya syariah compliance,

2. Diterapkannya prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam

operasional perbankan syariah

3. Terciptanya sistem perbankan syari’ah yang lebih kompetitif dan efisien.

4. Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi

(17)

5. Meningkatnya kualitas SDM dan tersedinya SDM secara memadai untuk

mendukung pertumbuhan

6. .Optimalnya fungsi sosial dengan memfasilitasi pemberdayaan ekonomi

rakyat (terutama bagi kalangan dhu’afa, dan usaha mikro kecil). (Bank

Indonesia, 2008).

Hingga saat ini pertumbuhan bank syariah yang hanya 3% , sedangkan

97% masih didominansi oleh perbankan konvensional. Dari data statistik tersebut

banyak orang menanyakan mengapa pertumbuhan perbakan syariah demikian

kecil. Salah satu sebabnya kemungkinan adalah saat ini di dunia bisnis timbul

gejala menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Etika bersaing dalam

bisnis tidak lagi dijalankan secara elegan, profesional dan sportif, namun cara dan

budaya menerabas justru semakin tumbuh subur di tengah masyarakat, Ghani

(2005). Hal ini mengindikasikan bahwa adanya fenomena kepribadian yang

terbelah, masyarakat menempatkan agama sebagai wilayah pribadi terpisah dengan

tanggung jawab sosial

Untuk mengantisipasi persoalan problematika di atas sangat perlu untuk

membudayaan nilai-nilai syariah (syariah compliance). Nilai-nilai syari’ah perlu

mendapatkan perhatian dari pihak manajemen untuk disosialisasikan dan

diterapkan secara kaffah kepada para karyawan, manager, dan pimpinan cabang.

Argumentasinya adalah ketatnya persaingan, regulasi, pengawasan,

pengembangan sistem informasi yang mengesampingkan kompetensi pelaku

perbankan dalam mewujudkan nilai-nilai syari’ah. Nilai-nilai syariah dalam

(18)

islamic leadership yang tangguh dikenal di Jazirah Arab dan kota lainnya pada

waktu itu. Model islamic leadership yang dikembangkan tidaklah bisa terlepas

dari empat sifat yang melekat dalam dirinya, yaitu shiddiq, amanah, tablihg,

fathonah, disamping komitmen menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam bisnis

(Antonio, 2005) dalam Asnawi, 2008). Dengan integritasnya yang luar biasa

dalam menjalankan roda perekonomian sehingga mendapatkan gelar al-amin

(terpercaya), Muhammad SAW mampu mengembangkan kepemimpinan

(termasuk bisnis) yang dilakukan secara ideal dan paling sukses dalam sejarah

peradaban manusia.

Perusahaan harus memiliki perencanaan kinerja yang merupakan suatu

proses dimana karyawan dan manajer bekerja sama merencanakan apa yang harus

dikerjakan karyawan pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus

diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai

pemahaman bersama tentang pekerjaan itu. Kinerja seorang karyawan akan baik

jika dia memiliki keahlian (skill) yang tinggi, bersedia bekerja karena digaji atau

diberi upah sesuai dengan perjanjian, mempunyai harapan (expectation) masa

depan lebih baik. Mengenai gaji/upah dan adanya harapan (expectation)

merupakan hal yang menciptakan motivasi seorang karyawan bersedia

melaksanakan kegiatan kerja dengan kinerja yang baik. Seorang yang termotivasi,

yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan

produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang

(19)

sekelompok karyawan dan atasan mempunyai kinerja yang baik, maka akan

berdampak pada kinerja perusahaan yang baik pula.

Harapan Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungterhadap para

pegawainya yaitu agar dapat memberikan pelayanan/service yang memuaskan

kepada nasabah, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi

pelaksanaan kegiatan perbankan, pengerjaan yang efisien sehingga mampu

memberikan pelayanan yang terbaik.

Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungharus memiliki perencanaan

kinerja yang merupakan suatu proses dimana pegawai dan menajemen lembaga

bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan pada tahun mendatang,

menentukan bagaimana kinerja harus di ukur, mengenali dan merencanakan apa

yang harus dikerjakan para pegawai untuk memajukan perusahaan pada tahun

mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan

merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama

tentang pekerjaan itu. Kinerja seorang pegawai akan baik bila dia mempunyai

keahlian (skill) yang tinggi, dan mempunyai harapan (expectation) masa depan

yang baik. Mengenai gaji/upah dan adanya harapan (expectation) merupakan hal

yang menciptakan motivasi seorang pegawai bersedia melaksanakan kegiatan

kerja dengan kinerja yang baik. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang

yang melaksanakan upaya subtansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi

kesatuan kerja, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak

(20)

sekelompok pegawai mempunyai kinerja yang baik, maka akan berdampak pada

kinerja perusahaan yang baik pula.

Kenyataan yang terjadi pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati

Bandungpeneliti memperoleh informasi dalam hal kecerdasan emosional bahwa

masih ada karyawan yang masih bersikap kuirang ramah/sopan, masih di jumpai

komunikasi yang belum efektif dalam bekerja dan mengenai kecerdasan spiritual

yaitu karyawan masih banyak yang belum memiliki nilai-nilai syariah seperti

berbuat baik dan jujur sesama karyawan dalam bekerja. Dari fenomena tersebut

maka secara langsung ataupun tidak maka hal itu akan dapat menimbulkan

masalah dalam bekerja sehingga mempengaruhi kinerja karyawan itu sendiri. Dan

untuk menunjang tentang fenomena tersebut maka peneliti menampilkan survey

awal mengenai kinerja karyawan dalam hal kecerdasan emosional dan spiritual.

Setelah peneliti melakukan survey awal pada 30 karyawan di Bank

Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungterdapat hasil mengenai kinerja karyawan

yang dapat di jabarkan dengan tabel seperti berikut :

Tabel 1.2 Survey Awal Kinerja

No Pertanyaan

1 Selama anda bekerja apakah anda selalu

masuk dan pulang tepat pada waktunya.

Tepat waktu Terkadang

telat

93% 7%

2 Ketika anda bekerja apakah anda

menyelesaikan pekerjaan dengan cepat sehingga nasabah tidak lama menunggu

Selalu cepat

Kadang-kadang

80% 20%

3 Dalam bekerja apakah anda selalu

menghargai pendapat dari anda dan rekan kerja lainnya.

Selalu cepat

Kadang-kadang

46% 54%

(21)

Berdasarkan hasil survey pada table 1.2 diatas bahwa kinerja pada Bank

Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungmasih kurang baik dan perlu adanya

pengembangan, terbukti dari hasil survei karena para karyawan yang masuk dan

pulang masih tepat waktu masih sebesar 93% dan terkadang sering telat sebesar

7% dan masalah ini di karenakan beberapa kendala seperti diantaranya, jarak

tempat tinggal dengan tempat kerja jauh, transportasi yang sulit dll. Terdapat pula

kendala mengenai meyelesaikan pekerjaan dengan cepat sehingga nasabah tidak

lama dalam menunggu dari hasil survey menunjukan bahwa 80% selalu cepat

menyelesaikan pekerjaannya dan 20% kadang-kadang cepat dalam

mengerjakannya. Dan yang terakhir mengenai sikap menghargai pendapat dari

diri sendiri dan rekan kerja lainnya dari hasil survey menunjukan 46% selalu

menghargai pendapat diri dengan rekan kerja lainnya dan 54% kadang-kadang

menghargai pendapat diri dengan rekan kerjanya.Oleh karna itu ditarik

kesimpulan dari hasil survey bahwa kinerja karywan kurang baik dan kurang

memberikan kontribusi pada Bank Mandiri Syariah Bandung.

Dalam faktor Kecerdasan Emosional pada Bank Syariah Mandiri KCP

Surapati Bandungyang telah peneliti survey dengan hasil kuesioner kepada 30

(22)

Tabel 1.3

Kecerdansan Emosional

No Pertanyaan

1 Ketika anda menghadapi

nasabah yang kurang sopan,

3 Pada saat ada perubahan

perbaikan manajemen, maka

Sumber : Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

Berdasarkan hasil survey pada tabel 1.3 diatas bahwa Kecerdasan

emosional pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungmasih belum

memuaskan bagi perusahaan yang diantaranya ketika menghadapi nasabah yang

kurang sopan karywan masih belum bisa mengendalikan dirinya dengan baik,

dilihat dari survey karyawan yang berusaha untuk sabar sebesar 43% dan

karyawan yang selalu marah ketika nasabah tidak sopan sebesar 30% dan dan

karyawan yang diam saja saat nasabah tidak sopan sebesar 27%. Dan faktor kedua

yaitu mengenai suport dari seorang pimpinan di lihat dari hasil survey 46% selalu

mendapat suport dari pimpinan tentang pengelolaan pekerjaan dan 36%

kadang-kadang mendapat suport dari pimpinan tentang pengelolaan pekerjaan, dan 18%

tidak pernah mendapat suport dari pimpinan tentang pengelolaan pekerjaan. Dan

faktor yang terakhir yaitu mengenai perubahan perbaikan manajemen dilihat dari

(23)

dan 27% kadang-kadang siap dalam menjalani perubahan perbaikan manajemen

dan 33% kurang siap dalam menjalani perubahan perbaikan manajemen. Maka

ditarik kesimpulan bahwa Kecerdasan Emosional pada Bank Mandiri Syariah

masih perlu di tingkatkan.

Dalam faktor Kecerdasan Spiritual pada Bank Syariah Mandiri KCP

Surapati Bandungyang telah peneliti survey dengan hasil kuesioner kepada 30

karyawan terdapat hasil sebagai berikut:

Tabel 1.4 Kecerdansan Spiritual

No Pertanyaan

1 Apakah anda selalu berusaha

menanamkan kebaikan kepada

2 Bagaimanakah pribadi anda

antara keselarasan perkataan dan perbuatan.

Cukup tinggi cukup Rendah

46% 40% 14%

3 Bagaimana pandangan hidup

anda dalam menghadapi

Sumber : Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

Berdasarkan hasil survey dalam tabel 1.4 bahwa Kecerdasan Spiritual pada

Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungperlu adanya perhatian lebih untuk

meningkatkan kinerja para karyawan,dilihat dari survey karyawan yang selalu

berusaha menanamkan kebaikan kepada siapapun sebesar 40% dan yang

kadang-kadang berusaha menanamkan kepada siapapun sebesar 36% dan yang tidak

(24)

yang kedua yaitu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan dilihat dari hasil

survey 46% mengatakan cukup tinggi tentang keselarasan perkataan dan

perbuatan yang dialami dan 40% cukup dalam menyelaraskan antara perkataan

dan perbuatan dan 14% mengatakan masih rendah dalam menyelaraskan antara

perkataan dan perbuatan yang mereka alami, dan faktor yang ke tiga yaitu

mengenai pandangan hidup dalam menghadapi persoalan hidup yang di alami. Di

lihat dari hasil survey 53% mengatakan sudah siap dalam menghadapi persoalan

hidup yang di alami dan 26% kadang-kadang siap dalang menghadapi persoalan

hidup yang di alami dan 19% mengatakan kurang siap dalam menghadapi

persoalan hidup yang di alami. Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa

Kecerdasan Emosional pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungharus

lebih di tingkatkan agar mendapat karyawan yang jujur dan berkompeten.

Berdasarkan fenomena di atas menjadi dasar pemikiran bagi penulis untuk

suatu penelitian dengan judul “ Kecerdasan Emosional dan Spiritual

Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan berkaitan dengan

pengelolaan Sumber Daya Manusia pada Bank Syariah Mandiri Bandung, maka

(25)

1. Karyawan masih ada yang belum bisa menegendalikan emosi ketika

menumui nasabah yang kurang sopan.

2. Kurangnya motivasi dari pimpinan dalam pengelolaan pekerjaan dan

perlu di tingkatkan.

3. Karyawan belum siap dalam menghadapi perubahan didalam

manajemen

4. Karyawan masih ada yang belum bisa melakukan kebaikan kepada

siapapun.

5. Karyawan masih ada yang belum bisa meyelaraskan antara perkataan

dan perbuatan

6. Karyawan masih ada yang belum bisa menangani pandangan dan

persoalan hidup yang di alami.

7. Karyawan Bank Syariah Mandiri dalam kinerjanya mengalami

hambatan yang diantaranya mengenai tepat waktu dalam

menyelesaikan pekerjaanya yang terhambat karena akses transportasi,

jarak tempat tinggal yang jauh dll.

8. Masih ada karyawan yang belum mampu menyelesaikan masalah

kerja dengan dengan baik.

9. Karyawan masih ada sikap yang kurang baik diantaranya dalam

(26)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

2. Bagaimana Kinerja Karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati

Bandung

3. Apakah Kecerdasan Emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

4. Apakah Kecerdasan Spiritual berpengaruh signifikan terhadap kinerja

karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

5. Apakah Kecerdasan Emosional dan Spiritual secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP

Surapati Bandung

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini penulis ingin mengumpulkan data dan berbagai

informasi terkait Kecerdasan Emosional dan Spiritual Pengaruhnya terhadap

Kinerja Karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung serta

(27)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan identifikasi tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui kondisi Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan

Spiritual pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

2. Untuk mengetahui Kinerja Karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP

Surapati Bandung

3. Untuk mengetahui Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja

Karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

4. Untuk mengetahui Kecerdasan Spiritual terhadap Kinerja Karyawan pada

Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

5. Untuk mengetahui pengaruh simultan Kecerdasan Emosional dan Spiritual

terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati

Bandung

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 KegunaaanPraktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi penulis dan

bagi perusahaan atau lembaga yang di teliti:

1. Bagi perusahaan ataupun lembaga yang diteliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

informasi dan masukan yang berarti, untuk menyempurnakan penerapan

(28)

spiritual terhadap kinerja karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Surapati

Bandung.

2. Pihak Lain ( karyawan atau narasumber)

Hasil ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat

bermanfaat bagi pihak lain terutama untuk mengetahui lebih jauh mengenai

faktor-faktor yang menpengaruhi kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual terhadap kinerja karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP

Surapati Bandung

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Memberikan sumbangan konseptual bagi perkembangan ilmu ekonomi

dalam bidang manajemen sumber daya manusia khususnya mengenai

penerapan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap kinerja

karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk

mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

penelitian ini.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

informasi dan masukan yang berarti, untuk menyempurnakan penerapan

mengenai faktor-faktor yang menpengaruhi kecerdasan emosional dan

(29)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandungyang

bertempat di kawasan Surapati Bandung, Bank Syariah Mandiri KCP Surapati ini

merupakan salah satu Kantor Cabang Bank Syariah Mandiri yang ada di Kota

Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan oleh Peneliti sampai penyusunan selesai

yaitu selama 1 tahun, mulai dari bulan oktober 2013sampai dengan bulan

Februari. 2014

Tabel 1.5

Waktu Pelaksanaan Penelitian

NO Uraian

WAKTU KEGIATAN

Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Mensurvei Tempat

(30)

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kecerdasan Emosional

2.1.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional mengandung dua suku kata, yakni emosi dan

kecerdasan. Kecerdasan secara harfiah dapat diartikan sebagai tingkat kecemerlangan

seseorang, dan emosi sebagai suatu gejala yang multidimensional sebagai unjuk dari

tingkat perasaan yang subyektif. Emosi juga diartikan respon biologis dan psikologis

yang menggerakkan badan kita pada suatu reaksi tertentu.

Sedangkan menurut Sojka and Deeter (2002), kecerdasan emosi adalah

penerimaan, pengintepretasian, pemberian reaksi dari seseorang ke orang lain. Hal senada

diungkapkan Carmichael (2005) yang menyatakan kecerdasan emosi adalah proses

spesifik dari kecerdasan informasi yang meliputi kemampuan untuk memunculkan dan

mengekspresikan emosi diri sendiri kepada orang lain, pengaturan emosi (controlling),

serta penggunaan emosi untuk mencapai tujuan.

Menurut Prati, et al. (2003) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk

membaca dan memahami orang lain, dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan

untuk mempengaruhi orang lain melalui pengaturan dan penggunaan emosi Jadi

kecerdasan emosi dapat diartikan tingkat kecemerlangan seseorang dalam menggunakan

perasaannya untuk merespon keadaan perasaan dari diri sendiri maupun dalam

menghadapi lingkungannya.

(Goleman dalam Wibowo, 2002 : 512) Kecerdasan emosional adalah

(31)

manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan

pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan sosial.

Menurut Ayun (2011) kecerdasan emosional merupakan kapabilitas dalam

mengelola respon dan emosi kita ketika berhubungan dengan orang lain, situasi,

problem interaksi, dan kondisi stress, sehingga mendapatkan hasil yang efektif.

Goleman (2002, dalam Noor dan Sulistyawati, 2011) menyatakan bahwa

kecerdasan emosional adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan

untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi

rintangan, mampu mengendalikan impuls dan tidak cepat puas, mampu mengatur

suasana hati dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu

kemampuan berpikir, mampu berempati dan berharap. Sehingga dengan memiliki

kecerdasan emosional seseorang akan mampu menempatkan diri dan bertindak.

2.1.1.2. Meningkatkan dan Mengembangkan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dapat dilatih, dikembangkan, dan ditingkatkan. Kita

dapat meningkatkan kecerdasan emosional dengan mempelajari dan melatih

keterampilan serta kemampuan yang menyusun kecerdasan emosional. Weisinger

(2006 : 101), mempunyai cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional kita

dengan:

(32)

Dengan kesadaran yang tinggi, kita dapat memonitor diri sendiri,

mengamati tindakan dan mempengaruhinya demi kebaikan kita.

2. Mengelola emosi

Mengelola emosi berati memahaminya, lalu menggunakan pemahaman

tersebut untuk menghadapi situasi secara produktf, bukannya menekan emosi dan

menghilangkan informasi berharga yang di sampaikan oleh emosi kepada kita.

3. Memotivasi diri sendiri

Motivasi adalah pencurahan tenaga pada suatu arah tertentu untuk sebuah

tujuan spesifik. Di dalam konteks kecerdasan emosional, ini berarti menggunakan

sistem emosional untuk memfasilitasi keseluruhan proses dan menjaganya tetap

berlangsung.

Anthony (2004) dalam Weisinger (2006 : 103), menyajikan progam untuk

meningkatkan kecerdasan emosional menuju pintu kesuksesan dengan lima

langkah berikut:

2.1.1.3. Jenis-jenis Kecerdasan Emosional

Goleman (2003) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbagi ke

dalam lima wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola

emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan

membina hubungan dengan orang lain. Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan

(33)

1. Kesadaran Diri (Self Awareness)

Self Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan

dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan

keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan

diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.

2. Pengaturan Diri (Self Management)

Self Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan

menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif

pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup

menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih

kembali dari tekanan emosi.

3. Motivasi (Self Motivation)

Self Motivation merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan

dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan inisiatif serta

bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit dari

kegagalan dan frustasi.

4. Empati (Empathy/Social awareness)

Empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang

lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan

hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan

berbagai tipe hubungan.

(34)

Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi

dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain, mampu

membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan

lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin,

bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama dalam

tim.

Goleman (2003) lebih lanjut mengatakan bahwa yang termasuk dimensi

dari kecerdasan emosional adalah kemampuan mengontrol diri, memacu, tetap

tekun, serta dapat memotivasi diri. Kemampuan tersebut mencakup pengelolaan

bentuk emosi baik yang positif maupun yang negatif.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator

kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:

1) kemampuan untuk mengetahui perasaan sendiri sehingga mengetahui

kelebihan dan kekurangannya,

2) kemampuan menangani emosi sendiri,

3) kemampuan memotivasi diri untuk terus maju,

4) kemampuan merasakan emosi dan kepribadian orang lain, dan

5) kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain.

2.1.2 Kecerdasan Spiritual

2.1.2.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan

(35)

manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang

lain.

Syari’ati dalam Ginanjar (2007) menyatakan bahwa spiritual quotient

adalah penjabaran dari gerakan thawaf spiritual yang menjelaskan tentang

bagaimana meletakkan aktifitas manusia, agar mampu mengikuti pola-pola atau

etika alam semesta.

Sementara itu oleh Zohar dan Marshall (2007) kecerdasan spiritual

diartikan sebagai kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri yang

berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa kesadaran.

Khavari (2000) mendefinisikan kecer-dasan spiritual sebagai fakultas

dimensi non material dari jiwa manusia. Khavari menye-butnya sebagai intan

yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus menge-nali seperti

adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar,

menggu-nakannya menuju kearifan, dan untuk menca-pai kebahagiaan yang abadi.

Menurut Zohar dan Marshall (2000: 3) kecerdasan spiritual (SQ) adalah

kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna atau nilai, yaitu

kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna

yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan

hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan yang lain.

Sedangkan menurut Agustian (2001: 57), kecerdasan spiritual adalah

(36)

melalui langkah-langkah dan pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip

“hanya karena Allah SWT”.

2.1.2.2 Ciri Khas Manusia yang Memiliki Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar dan Marshall (2005 : 211), inilah dua belas kriteria seseorang atau

organisasi yang memiliki SQ tinggi.

1. Kesadaran diri. Mengetahui apa yang saya yakini dan mengetahui nilai

serta hal apa yang sungguh-sungguh memotivasi saya. Kesadaran akan

tujun hidup saya yang paling dalam.

2. Spontanitas. Menghayati dan merespons momen dan semua yang

dikandungnya.

3. Terbimbing oleh visi dan nilai. Bertindak berdasarkan prinsip dan

keyakinan yang dalam,dan hidup sesuai dengannya.

4. Holisme (kesadaran akan sistem, atau konektivitas). Kesanggupan untuk

melihat pola-pola, hubungan-hubungan, dan keterkaitan-keterkaitan yang

lebih luas.

5. Kepedulian. Sifat “ikut merasakan” dan empati yang dalam.

6. Merayakan keragaman. Menghargai perbedaan orang lain dan

situasi-situasi yang asing, dan tidak mencercanya.

7. Independensi-terhadap lingkungan (Field independence). Kesanggupan

untuk berbeda dan mempertahankan keyakinan saya sendiri.

8. Kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental: Mengapa?

(37)

9. Kemampuan untuk membingkai-ulang. Berpijak pada problem atau situasi

yang ada untuk mencari gambaran lebih besar, konteks lebih luas.

10.Memanfaatkan kemalangan secara positif. Kemampuan untuk

menghadapi belajar dari kesalahan-kesalahan, untuk melihat

problem-problem sebagai kesempatan.

11.Rendah hati. Perasaan menjadi pemain dalam sebuah drama besar,

mengetahui tempat saya yang sesungguhnya di dunia ini.

12.Rasa keterpanggilan. “Terpanggil” untuk melayani sesuatu yang lebih

besar dibanding diri saya.

2.1.2.3 Nilai-nilai Kecerdasan Spiritual

Sukidi (2002) menjelaskan tentang nilai-nilai kecerdasan spiritual

berdasarkan dimensi-dimensi kecerdasan spiritual Zohar dan Marsyal, yang

banyak dibutuhkan dalam dunia bisnis, yaitu:

1. Mutlak jujur

Kata kunci pertama untuk sukses di dunia bisnis adalah mutlak jujur, yaitu

berkata benar dan konsisten akan kebenaran. Ini merupakan hukum

spiritual dalam dunia usaha.

2. Keterbukaan

Keterbukaan merupakan sebuah hukum alam di dunia bisnis, maka

logikanya apabila seseorang bersikap fair atau terbuka maka ia telah

berpartisipasi di jalan menuju dunia yang baik.

(38)

Pengetahuan diri menjadi elemen utama dan sangat dibutuhkan dalam

kesuksesan sebuah usaha karena dunia usaha sangat memperhatikan dalam

lingkungan belajar yang baik.

4. Fokus pada kontribusi

Dalam dunia usaha terdapat hukum yang lebih mengutamakan memberi

daripada menerima. Hal ini penting berhadapan dengan kecenderungan

manusia untuk menuntut hak ketimbang memenuhi kewajiban. Untuk

itulah orang harus pandai membangun kesadaran diri untuk lebih terfokuas

pada kontribusi.

5. Spiritual non dogmatis

Komponen ini merupakan nilai kecerdasan spiritual dimana di dalamnya

terdapat kemampuan untuk bersikap fleksibel, memiliki tingkat kesadaran

yang tinggi, serta kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan

penderitaan, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa indikator kecerdasan spiritual

adalah sebagai berikut

1) kejujuran

2) keterbukaan

3) pengetahuan diri

4) fokus pada kontribusi dan

(39)

2.1.3 Kinerja

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu

maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja

organisasi (Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2002:78).

2.1.3.1 Konsep Kinerja

Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam As

ad, 2001:47) sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu

pekerjaan. Lebih tegas lagi Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah

succesfull role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatanperbuatannya

(As ad, 2001:46-47). Berdasarkan batasan tersebut As ad menyimpulkan bahwa

kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk

pekerjaan yang bersangkutan. Sedangkan Suprihanto (dalam Srimulyo, 2009:33)

mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang karyawan pada dasarnya

adalah hasil kerja seseorang karyawan selama perioode tertentu dibandingkan

dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kinerja yang telah

ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Menurut Vroom (dalam As ad 2001:48), tingkat sejauh mana keberhasilan

seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut level of performance .

(40)

produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan

sebagai tidak produktif atau berpenampilan rendah.

2.1.3.2 Metode Penilaian Kinerja

Menurut T. Hani Handoko (dalam Thoyib, 2008:21-22) ada enam metode

penilaian kinerja karyawan:

1. Rating Scale, evaluasi hanya didasarkan pada pendapat penilai, yang

membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan kriteria yang dianggap

penting bagi pelaksanaan kerja.

2. Checklist, yang dimaksudkan dengan metode ini adalah untuk beban penilai.

Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang

menggambarkan kinerja karyawan. Penilai biasanya atasan langsung.

Pemberian bobot sehingga dapat dinilai. Metode ini dapat memberikan

suatu gambaran prestasi kerja secara akurat, bila daftar penilaian berisi

item-item yang memadai.

3. Metode peristiwa kritis (critical incident method), penilaian yang

berdasarkan catatan-catatan penilai yang menggambarkan perilaku

karyawan sangat baik atau jelek dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja.

Catatan-catatan ini disebut peristiwa kritis. Metode ini sangat berguna

dalam memberikan umpan balik kepada karyawan, dan mengurangi

kesalahan kesan terakhiir.

4. Metode peninjauan lapangan (field review method), seseorang ahli

(41)

Spesialis personalia mendapatkan informasi khusus dari atasan langsung

tentang kinerja karyawan. Kemudian ahli itu mempersiapkan evaluasi atas

dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada penyelia untuk di-review,

perubahan, persetujuan dan serubahan dengan karyawan yang dinilai.

Spesialis personalia bisa mencatat penilaian pada tipe formulir penilaian

apapun yang digunakan perusahaan.

5. Tes dan observasi prestasi kerja, bila jumlah pekerja terbatas, penilaian

prestasi kerja bisa didasarkan pada tes pengetahuan dan ketrampilan. Tes

mungkin tertulis atau peragaan ketrampilan. Agar berguna tes harus reliable

dan valid. Metode evaluasi kelompok ada tiga: ranking, grading, point

allocation method.

6. Metode ranking, penilai membandingkan satu dengan karyawan lain siapa

yang paling baik dan menempatkan setiap karyawan dalam urutan terbaik

sampai terjelek. Kelemahan metode ini adalah kesulitan untuk menentukan

faktor-faktor pembanding, subyek kesalahan kesan terakhir dan halo effect,

kebaikannya menyangkut kemudahan administrasi dan

penjelasannya.Grading, metode penilaian ini memisah-misahkan atau

menyortir para karyawan dalam berbagai klasifikasi yang berbeda, biasanya

suatu proposi tertentu harus diletakkan pada setiap kategori. Point location,

merupakan bentuk lain dari grading. Penilai diberikan sejumlah nilai total

dialokasikan di antara para karyawan dalam kelompok. Para karyawan

diberi nilai lebih besar dan pada karyawan dengan kinerja lebih jelek.

(42)

antara para karyawan, meskipun kelemahan-kelemahan efek halo (halo

effect) dan bias kesan terakhir masih ada.

2.1.3.3 Penilaian Kinerja

Lebih lanjut Bernardin dan Russell (2003: 383) mengungkapkan 6 (enam)

kriteria utama kinerja yang dapat dinilai sebagai berikut:

a. Quality: The degree to which the process or result of carrying out an activity approaches perfection, in terms of either conforming to some

ideal way of performing the activity or fulfilling the activity s intended

purpose.

b. Quantity: The amoung produced, expressed in such term as dollar value, number of units, or number completed activity cycles.

c. Timelines: The degree to which an activity is completed, or a result produced, at the earliest time desirable from the standpoint of both

coordinating with the outputs of others and maximizing the time

available for other activities.

d. Cost effectiveness: The degree to which the use of the organization sresources (e. g. human monetary, technological, material) is

maximized in the sense of getting the highest gain or reduction in loss

from each unit or instance or use of resource.

e. Need for supevision: The degree to which a performer can carry out a job function without either having to request supervisory assistance or

(43)

f. interpersonal impact: The degree to which a performer promoted feeling of self esteem, goodwill, and cooperation, among coworker and

subordinates.

2.1.3.4 Manfaat Penilaian Kinerja

Mengenai manfaat penilaian kinerja, Handoko (dalam Srimulyo,

2009:435) mengemukakan:

1. Perbaikan prestasi kerja atau kinerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan

departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk

meningkatkan prestasi.

2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi.

Evalluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam

menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi

lainnya.

3. Keputusan-keputusan penempatan.

Promosi dan transfer biasanya didasarkan atas prestasi kerja atau kinerja

masa lalu atau antisipasinya.

4. Perencanaan kebutuhan latihan dan pengembangan.

Prestasi kerja atau kinerja yang jelek mungkin menunjukkan perlunya

latihan. Demikian pula sebaliknya, kinerja yang baik mungkin

mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.

(44)

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu

tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti.

6. Mendeteksi penyimpangan proses staffing.

Prestasi kerjaa yang baik atau buruk adalah mencerminkan kekuatan atau

kelemahan prosedur staffing departemen personalia.

7. Melihat ketidakakuratan informasional.

Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan

dalam informasi analisis jabatan, rencana sumber daya manusia, atau

komponen-komponen lain dari sistem informasi manajemen personalia.

Menggantungkan pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan

keputusan-keputusan personalia tidak tepat.

8. Mendeteksi kesalahan-kesalahan desain pekerjaan.

Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan tanda kesalahan dalam

desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu mendiagnosa

kesalahankesalahan tersebut.

9. Menjamin kesempatan kerja yang adil.

Penilaian prestasi kerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

10.Melihat tantangan-tantangan eksternal.

Kadang-kadang prestasi seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar

lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, dan masalah-masalah

(45)

2.1.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja.

Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja

antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada di bawah

pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama

namun produktivitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja

ini disebabkan oleh dua faktor (As ad, 2001:49), yaitu: individu dan situasi kerja.

Menurut Gibson et al (dalam Srimulyo, 2009:39), ada tiga perangkat

variabel

yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:

1. Variabel individual, terdiri dari:

a. Kemampuan dan ketrampilan: mental dan fisik

b. Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian

c. Demografis: umur, asal-usul, jenis kelamin

2. Variabel organisasional, terdiri dari:

a. Sumber daya

b. Kepemimpinan

c. Imbalan

d. Struktur

e. Desain pekerjaan

3. Variabel psikologis, terdiri dari:

a. Persepsi

b. Sikap

(46)

d. Belajar

e. Motivasi

2.1.3.6 Indikator Kinerja

Kriteria Bernandin dan Russell sebagaimana dikutip oleh Gomes (2003 :

135) merupakan kriteria yang akan penulis jadikan indikator pengukuran kinerja

pegawai dalam penelitian ini yang bahwa indikator pengukuran kinerja pegawai

adalah sebagai berikut :

1. Quantity of work : jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang

ditentukan.

2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat

kesesuaian dan kesiapanya.

3. Job Knowledge : luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan

keterampilannya.

4. Creativeness : keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperation : kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain atau sesama

anggota organisasi.

6. Dependability : kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan

penyelesaian kerja.

7. Initiative : semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

(47)

8. Personal Qualities : menyangkut kepribadian, kepemimpinan,

keramahtamahan dan integritas pribadi.

2.1.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu telah banyak dilakukan yang bekaitan dengan

pengaruh variabel kecerdasan emosional,spiritual dan motivasi terhadap

(48)
(49)
(50)
(51)

2.2 Kerangka Pemikiran

Kinerja sumber daya manusia dewasa ini dituntut untuk terus ditingkatkan

di dunia usaha. Hal ini dikarenakan adanya persaingan usaha yang sangat ketat,

tuntutan pemenuhan kepuasan konsumen, dan adanya tuntutan target yang harus

tercapai. Untuk meningkatkan kinerja SDM, maka salah satu usaha yang dapat

dilakukan adalah meningkatkan kemampuan atau keahlian para karyawan itu

sendiri.

Secara umum keahlian seorang karyawan terbagi menjadi dua, yaitu

keahlian teknis dan keahlian mental. Keahlian teknis sering disebut job skill atau

hard skill, adalah pengetahuan dan keterampilan fisik seorang karyawan untuk

melaksanakan sebuah pekerjaan sesuai kompetensi ilmunya. Sedangkah keahlian

mental atau soft skill menunjukkan instuisi, kepekaan, dan ketahanan mental

karyawan.

Kemampuan soft skill yang dijelaskan di atas merupakan kecerdasan

manusia yang dinamakan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.

Goleman (2003) menyatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia

kerja, seorang karyawan bukan hanya membutuhkan kecerdasan kognitif saja,

tetapi membutuhkan kecerdasan emosional. Dari hasil penelitiannya ditemukan

bahwa 15% dari kesuksesan karier seseorang disebabkan oleh keahlian teknis

sementara sisanya yang 85% disebabkan oleh kecerdasan emosional atau sikap

mental. Sejalan dengan itu Agustian (2001) menjelaskan bahwa berdasarkan

(52)

kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang baik akan membuat seorang

karyawan memiliki kinerja yang lebih baik.

2.2.1. Keterkaitan antara Kecerdasan Emosional dengan Kinerja karyawan.

Dalam konteks pekerjaan, Kecerdasan Emosional (EQ) adalah

kemampuan untuk mengetahui apa yang kita dan orang lain rasakan, termasuk

cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa

meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan

Edwar Gordon (Psikologi.com, 2004) mengungkapkan bahwa EQ

merupakan faktor yang sama pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis

dan analisis untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Salah satu aspek dalam EQ

adalah motivasi. Seperti dijelaskan oleh Salovey (dalam Goleman, 2000)

memotivasi diri sendiri merupakan landasan keberhasilan dan terwujudnya kinerja

yang tinggi di segala bidang.

Agustian (2001: 56) mengatakan bahwa orang yang memiliki kecerdasan

otak saja (IQ), atau banyak memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses

berkiprah di dunia pekerjaan, atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya

kecerdasan emosi dan hati mereka. Agustian menyimpulkan bahwa kecerdasan

emosilah yang merupakan kunci utama keberhasilan seseorang.

Daniel Goleman seorang psikolog ternama, pernah mengatakan bahwa

untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukan hanya cognitive intelligence

saja yang dibutuhkan tetapi juga emotional intelligence/emotional quotient

(53)

2.2.2 Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dan Kinerja Karyawan

Karyawan dengan SQ yang tinggi biasanya akan lebih cepat mengalami

pemulihan dari suatu penyakit, baik secara fisik maupun mental. Ia lebih mudah

bangkit dari suatu kejatuhan atau penderitaan, lebih tahan menghadapi stres, lebih

mudah melihat peluang karena memiliki sikap mental positif, serta lebih ceria,

bahagia dan merasa puas dalam menjalani kehidupan. Berbeda dengan karyawan

yang memiliki SQ rendah. Pada orang dengan SQ rendah, keberhasilan dalam hal

karir, pekerjaan, penghasilan, status dan masih banyak lagi hal-hal yang bersifat

materi ternyata tidak selalu mampu membuatnya bahagia

Tischler, et al. (2002) yang menyatakan bahwa SQ mempunyai hubungan

dengan kinerja. Hasil penelitian juga mendukung pendapat Flee dan Earles (dalam

Behling, 1998), yang menyatakan bahwa pada dasarnya kecerdasan secara

konsisten mampu memprediksi kinerja dengan baik. Demikian juga dengan

pendapat dari Harlos (dalam Harrington, et al., 2002), menyatakan bahwa

kecerdasan spiritual mampu mengatur tingkah laku dan kinerja seseorang.

Zohar dan Marshall (2007), yang mengatakan bahwa makna yang paling

tinggi dan paling bernilai, dimana manusia akan merasa bahagia, justru terletak

pada aspek spiritualitasnya. Semakin tinggi tingkat spiritualitasnya, maka

(54)

2.2.3 Hubungan antara kecerdasan emosional dan Kecerdasan Spiritual

Fakta menyatakan bahwa otak menyediakan komponen anatomisnya untuk

aspek rasional (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ). Ini artinya secara kodrati,

manusia telah disiapkan dengan tiga aspek tersebut (Pasiak, 2002). Kecerdasan

emosional ada di sistem limbik, alias otak dalam, yang terdiri dari thalamus,

hypothalamus dan hippocampus. Kecerdasan intelektual ada di korteks serebrum

atau otak besar. Sedangkan kecerdasan spiritual mempunyai dasar neurofisiologis

pada osilasi frekuensi gamma 40 Hertz yang bersumber pada integrasi

sensasi-sensasi menjadi persepsi obyek-obyek dalam pikiran manusia (Zohar dan

Marshall, 2000).

2.2.4 Keterkaitan antara Kecerdasan Emosional, spiritual dengan Kinerja karyawan.

Agustian (2001) menggambarkan kecerdasan emosional dan kecerdasan

berfungsi secara horizontal, yakni berperan hanya kepada hubungan manusia dan

manusia, sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan vertikal berupa

hubungan kepada Maha Pencipta. Penggabungan ketiga hal ini akan menghasilkan

manusia-manusia paripurna yang siap menghadapi hidup dan menghasilkan efek

kesuksesan atas apa yang dilakukannya.

Goleman (2000, dalam Sufnawan, 2006) kinerja seseorang tidak dapat

dinilai dengan kemampuan intelektualnya saja. Seseorang yang tidak memiliki

(55)

emosi dan spiritual yang baik, yang dapat membangun kharakter pribadi yang

kompeten, bekerja keras, sabar, dan termotivasi.

Dari uraian tersebut di atas, maka kerangka pemikiran teoritis yang

dikembangkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

(56)

2.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dibutuhkan suatu pengujian

hipotesis untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel independent

terhadap variabel dependent. Menurut Sugiyono (2000:161) “Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.”

Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai

hubungan variabel yang akan diuji sebenarnya. Karena sifatnya dugaan, maka

hipotesis hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian

hubungan yang dinyatakan.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran diatas, maka penulis berasumsi

mengambil keputusan sementara (hipotesis) dalam penelitian ini bahwa:

1. Kecerdasan Emosional karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Surapati

Bandung cukup stabil dan Kecerdasan Spiritual cukup stabil.

2. Kinerja Karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung cukup

tinggi

3. Kecerdasan Emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan

Kecerdasan Spiritual

4. Kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

pada Bank Syariah Mandiri KCP Surapati Bandung.

5. Kecerdasan spiritual berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan

(57)

6. Kecerdasan Emosional dan Spiritual secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Syariah Mandiri KCP

(58)

3.1 Objek Penelitian

Objek dari penelitian yang dilakukan ini yaitu kecerdasan emosional dan

spiritual dan kinerja karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Surapti Bandung.

Metode yang digunakan adalah metode survei eksplanatori (Rusidi, 2003:45).

Adapun jenis penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif dengan

teknik survei dan metode verifikatif.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

metode verifikatif. Menurut Nazir (2005:54), Metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode verifikatif Menurut Sugiyono (2001:16), adalah metode yang

digunakan untuk memilih metode penelitian, menyusun instrument penelitian,

(59)

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai

pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi

semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.

Menurut Sugiyono (2008:13) proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori

sebagai berikut:

1. Sumber masalah

Peneliti melakukan survey awal untuk menentukan fenomena yang terjadi

untuk dijadikan sebagai sumber masalah sebagai dasar penelitian.

Sumber masalah yang terjadi di Bank Syariah Mandiri KCP Surapti

BandungBandung adalah beban kerja yang berlebihan, keterbatasan waktu, adanya

konflik peran, hubungan yang kurang harmonis dengan rekan kerja, perubahan gaya

manajerial yang kurang sesuai, kurangnya pemahaman perusahaan terhadap

kebutuhan-kebutuhan karyawan.

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari

jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan

tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab

masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik

jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah dalam

penelitian ini telah disebutkan dalam latar belakang penelitian dan diperinci dalam

identifikasi masalah dan perumusan masalah. Masalah-masalah atau fenomena

Gambar

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.6
Gambar 4.1
Tabel 4.1 Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitiаn ini bertujuаn untuk dаpаt menguji pengаruh аntаrа tingkаt suku bungа, current r а tio, debt to equity r а tio, dаn return on

Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunkan purposive sampel (sampel bersyarat) yang mana informan tersebut kita tentukan yang disesuaikan dengan

- Mengidentifikasi tokoh- tokoh yang berperan dalam perkembangan kebudayaan/ peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. - Mendiskusikan Ibrah dari perkembangan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Eksistensi Tari Mulie Bekipas di Metro, Lampung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di

Karena interval Bonferroni tidak memuat nol, maka rata-rata Y1 pada group tersebut berbeda. Hal ini berarti, ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara minat

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a dan huruf b di atas, perlu ditetapkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta