• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Teknik Cross-line terhadap Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Perkalian Kelas III SDN Cempaka Putih 01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Teknik Cross-line terhadap Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Perkalian Kelas III SDN Cempaka Putih 01"

Copied!
270
0
0

Teks penuh

(1)

(Kuasi Eksperimen di SDN Cempaka Putih 01 Ciputat Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh : Nur Hidayah NIM. 1112018300060

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Nama : Nur Hidayah

NIM : 1112018300060

Jurusan : PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah)

Angkatan tahun : 2012

Alamat : Perum. Graha Indah Pamulang B3/14 Bambu Apus

Pamulang Tangerang Selatan 15415

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Teknik Cross-Line Terhadap Pemahamn Konsep Matematika pada Materi Perkalian Kelas III SDN Cempaka

Putih 01 Ciputat”. Adalah benar karya sendiri dibawah bimbingan dosen : 1. Dosen Pembimbing I

Nama : Dr. Tita Khalis Maryati, S.Si, M.Kom

NIP : 09690924 199903 2 003

2. Dosen Pembimbing II

Nama : Feri Muhamad Firdaus,M.Pd

NIP :

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Ciputat, ……….. 2016

Yang menyatakan

Nur Hidayah

(5)

i

Siswa Kelas III SDN Cempaka Putih 01 Ciputat, Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik

cross-line terhadap pemahaman konsep matematika pada materi perkalian. Penelitian ini dilakukan di SDN Cempaka Putih 01 Ciputat Tangerang Selatan pada kelas III-B sebagai kelas eksperimen dan kelas III-A sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan selama tujuh kali pertemuan ditambah pretest dan

posttest, dimulai tanggal 07 Agustus sampai 28 Agustus 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain Pretest-Posttest Control Group. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematika berbentuk uraian. Data hasil tes dianalisis dengan uji analisis statistik berupa uji pada hasil akhir (pottest).

Berdasarkan analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep yang signifikan antara kedua kelas tersebut yang didasarkan pada hasil pengujian hipotesis uji Independent Sample T-Test data posttest. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan teknik cross-line terhadap pemahaman konsep matematika pada materi perkalian dengan besar pengaruh 97,1% (tinggi).

(6)

ii

student of SDN Cempaka Putih 01 Ciputat. Thesis, Departement of PGMI (Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education) Faculty of Tarbiyah and Teaching Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2016.

The purpose of the research was to deterrmine influence of using cross-line technique to the math multiplication conseptual understanding. The reseach was done in SDN Cempaka Putih 01 Ciputat South Tangerang in class III B as an experimental class and class III A as an control class. The reseach was for seven session plus a pretest and posttest, sratring on 07th to 28th August 2016. The methode of reseach used quasi experimental design with pretest-posttest control group. Instrumen is used in this reseach such us mathematical conceptual ability written essay test. Data were analyzied with the test result in form of statistical analysis of the result of the learn physics student (posttest).

Based on the analysis of the reseach data it is concluded that there are significant differences in learning outcomes between the two classes. The conclusion is based on the result of testing hypotesis test Independent Sample Test Data. Therefore it can be concluded that there are significant using cross-line technique to the math multiplication conceptual understanding with effect size 97% (large).

(7)

iii

semesta yang telah mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum

diketahuinya. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

keluarganya, para sahabatnya dan para umatnya yang selalu setia mengikuti

petunjuknya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, bukan

semata-mata atas kemampuan penleliti saja. Atas ridha Allah SWT serta ilham dari-Nya

yang membuat penulis mendapatksn ide untuk menulis skripsi yang berjudul

“Pengaruh Penggunaan Teknik Cross-Line terhadap Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Perkalian Kelas III SDN Cempaka Putih 01 Ciputat

Tangerang Selatan”.

Apresiasi dan ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang

telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas

oleh Allah SWT denganbalasan yang lebih baik. Secara khusus apresiasi dan

terimakasih tersebut disampaikan kepada :

1. Prof. Dr Ahmad Thib Raya, M.A selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah

3. Dr. Fauzan M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa

pendidikan guru madrasah ibtidaiyah

4. Dr. Tita Khalis Maryati, S,Si, M.Kom selaku dosen pembimbing satu yang

telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Fery Muhamad Firdaus, M.Pd selaku dosen pembimbing dua yang telah

memberikan ilmu, dorongan semangat dan waktu luang untuk membimbing

(8)

iv

Sanuri, S.Pd, yang telah mengizinkan dan memberikan masukan selama

proses penelitian di sekolah tersebut.

8. Teruntuk kedua orang tercinta Ayahanda Zarqoni dan Ibunda Sutiyem serta

keluarga yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang, semangat dan

dukungan, baik moral maupun material yang tiada henti-hentinya kepada

penulis.

9. Para sahabat N2R2 (Nur Atikah, Rohayatun, Rosi Lestari), Yuhana, Nurhas,

Iik, Lina, Meka, Fitri, Fenita, dan lilik, dengan adanya kalian penulis

termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2012

khususnya kelas B, yang selalu memberikan semangat, bantuan dan motivasi

yang luar biasa. Teman-teman seperjuangan yang tidak bisa peneliti sebutkan

satu persatu namun tidak mengurangi rasa persaudaraan kita. Semoga kita

semua dapat menggapai kesuksesan bersama.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini

semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah

membantu terselesainya skripsi ini. Semoga semua kebaikannya dijadikan

amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Aamiin.

Akhir kata peneliti mohon maaf atas segala kekurangan dan

ketidaksempurnaan tulisan ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi

peneliti khususnya dan pembaca umumnya. Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin

Jakarta, 01 November 2016

Peneliti

(9)

v DAFTAR ISI

ABRTAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 6

E.Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretik ... 8

1. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 8

a. Belajar dan Pembelajaran ... 8

b. Pembelajaran Matematika SD/ MI ... 9

c. Pemahaman Konsep Matematika ... 12

d. Konsep Perkalian pada Matematika ... 18

2. Teknik Cross-Line pada Perkalian ... 19

a. Pengertian Teknik Cross-Line... 19

b. Langkah-langkah Teknik Cross-Line ... 20

c. Syarat dalam Penggunaan Teknik Cross-Line ... 25

3. Teknik Perkalian Bersusun ... 26

a. Pengertian dan Langkah-langkah Teknik bersusun ... 28

b. Syarat dalam Penggunaan Teknik Bersusun ... 28

(10)

vi

C. Kerangka Berpikir ... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 33

D.Instrumen Penelitan ... 34

E.Anlisis Instrumen ... 35

F.Teknik Analisis Data ... 40

1. Uji Prasayarat ... 40

a. Uji Normalitas Data ... 40

b. Uji Homogenitas Data ... 42

G.Hipotesis Statistik ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Data ... 47

1. Hasil Pretest ... 47

2. Hasil Posttest ... 52

B. Pengujian Prasyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56

1. Pengujian Prasyaratan Analisis ... 56

a. Uji Normalitas Data ... 57

b. Uji Homogenitas Data ... 57

2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 58

C.Hasil dan Pembahasan Temuan Penelitian... 60

D.Keterbatasan Masalah ... 71

BAB V PENUTUP ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B.Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi InstrumenTes Pemahaman Konsep Perkalian... 34

Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 38

Tabel 3.3 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 38

Tabel 3.5 Indeks Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.6 Hasil Analisis Daya Pembeda ... 40

Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Cohen’s ... 46

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Pemahaman Konsep Perkaian Kelas Eksperimen ... 48

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Pemahaman Konsep Perkaian Kelas Kontrol ... 50

Tabel 4.3 Ukuran Pemusatan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 51

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Eksperimen ... 52

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Kontrol ... 54

Tabel 4.6 Statistik Hasil Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 57

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 58

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 59

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkalian Cross-line Stuan dengan Satuan... 21

Gambar 2.2 Perkalian Cross-line Satuan dengan Puluhan... 22

Gambar 2.3 Perkalian Cross-line Puluhan denganPuluhan ... 24

Gambar 2.4 Perkalian Cross-line Ratusan dengan Satuan ... 26

Gambar 4.1 Grafik Frekuensi Hasil Pretest Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Eksperimen ... 49

Gambar 4.2 Grafik Frekuensi Hasil Pretest Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Kontrol ... 51

Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Hasil Posttest Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Eksperimen ... 53

Gambar 4.4 Grafik Frekuensi Hasil Posttest Pemahaman Konsep Perkalian Kelas Kontrol ... 55

Gambar 4.5 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Indikator Translation ... 64

Gambar 4.6 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Indikator Interpretation ... 65

Gambar 4.7 Perbandingan Jawaban Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen pada Indikator Ekstrapolation ... 67

Gambar 4.8 Kegiatan Pembelajaran Siswa pada Kelas Kontrol ... 69

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ... 76

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol... 111

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 146

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 172

Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Perkalian ... 191

Lampiran 6 Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika pada Materi Perkalian ... 193

Lampiran 7 Instrumen Pretest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 201

Lampiran 8 Instrumen Pretest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 203

Lampiran 9 Instrumen Posttest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 205

Lampiran 10 Instrumen Posttest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen ... 211

Lampiran 11 Perhitungan Uji Validitas, Realibilitas, Daya Pembeda dan Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 217

Lampiran 12 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 222

Lampiran 13 Perhitungan Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen ... 223

Lampiran 14 Perhitungan Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol ... 226

Lampiran 15 Perhitungan Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen ... 219

Lampiran 16 Perhitungan Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol ... 232

Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 235

Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 237

Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 239

Lampiran 20 Perhitungan Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 240

(14)

x

Lampiran 22 Nilai Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator

Pemahaman Konsep Perkalian ... 244

Lampiran 20 Nilai Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep Perkalian ... 246

Lampiran 21 Lembar Uji Referensi ... 248

Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 254

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Dengan adanya pendidikan seseorang akan mendapatkan ilmu

pengetahuan, dan menjadikan manusia lebih bermartabat dari makhluk lain.

Mengenai pentingnya pendidikan, berbagai upaya dilakukan seseorang

untuk mencapai pendidikan.

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiriitual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut, maka pendidikan yang

berkualitas sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dan kemajuan

suatu negara. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat dilihat

kualitas pembelajarannya yang dapat dilihat dari segi proses dan hasil.

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila dalam proses

pembelajarannya seluruh atau sebagian besar siswa terlibat secara aktif, baik

fisik, mental ataupun sosial, dan terjadi perubahan tingkah laku ke arah

positif dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.2

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi,

dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima

pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi/materi pelajaran yang

dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun

nonverbal.3 Dalam proses pembelajaran, kompetensi sebagai tujuan

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2013), cet.10, h.2

2

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:Prenada Group, 2015), cet 3, h. 188

3

(16)

pembelajaran diharapkan dapat tercapai dengan baik. Kompetensi tersebut

meliputi beberapa aspek yaitu pengetahuan (knowladge), pemahaman

(understanding), kemahiran (skill), nilai (value), sikap (atitude), dan minat

(interest).4

Permasalahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran dalam

kelas, siswa lebih diarahkan kepada penghafalan informasi. Otak siswa

dipaksa untuk memahami informasi yang diingatnya tanpa dituntut untuk

memahami informasi yang diingatnya tersebut untuk menghubungkannya

dengan kehidupan sehari-hari.5

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang diajarkan dari

jenjang pendidikaan dasar sampai pendidikan tinggi. Akan tetapi dalam

pemberian konsep-konsep matematika harus disesuaian dengan jenjang

pendidikan tersebut. Hal tersebut dikarenakan jalan pikiran siswa pada

jenjang pendidikan dasar berbeda dengan siswa pada jenjang pendidikan

tinggi dalam hal manemahami konsep-konsep matematika. Sesuatu yang

dianggap mudah menurut logika orang dewasa dapat dianggap sulit

dimengerti oleh seorang anak. Sehingga pembelajaran matematika di

SD/MI, konsep matematika yang abstrak yang dianggap mudah dan

sederhana menurut orang dewasa dapat menjadi hal yang sulit dimengerti

oleh anak.6

Berdasarkan hal tersebut Russeffendi mengemukakan bahwa “terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana

pun banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang yang dipahami

secara keliru”.7 Salah satu penyebab dari hal tersebut ialah pemberian konsep-konsep terhadap siswa SD/MI menurut jalan pikiran guru itu sendiri tanpa

memperhatikan tahap berpikir siswa SD/MI, kurangnya kreativitas dan

keaktifan seorang guru dalam membelajarkan matematika yang lebih menarik

4

Wina Sanjaya, op. cit., h.70 5

Ibid, h.1 6

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 15

7

(17)

dan menyenangkan, sehingga peserta didik memiliki ketertarikan dan merasa

senang untuk mempelajari matematika.

Di sisi lain matematika merupakan pelajaran yang sangat penting

dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami ilmu matematika manusia

dapat berpikir logis, melatih ketelitian dan kecermatan. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Hudojo bahwa matematika merupakan suatu alat untuk

mengembangkan cara berpikir.8 Dengan berpikir manusia dapat menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju saat ini,

sehingga manusia dapat memahami ayat-ayat kauniyah Allah SWT.

Sebagaimana dalam fiirmanNya dalam quran surat Shaad ayat 29 :



“ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya

mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”

Pada hakikatnya, matematika tidak terlepas dari kehidupan

sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang dikatakan belajar

matematika apabila pada diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku

yang berkaitan dengan matematika.9

Dengan proses pembelajaran yang kurang menarik dan siswa sudah

menganggap terlebih dahulu bahwa matematika merupakan pelajaran yang

sulit tetapi belum mencoba. Sehingga siswa mengalami kesulitan dan

konsep yang dipelajari tidak dapat dipahami peserta didik.

Pentingnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru

dalam proses pembelajaran, menjadikan pembelajaran tersebut akan lebih

bermakna. Apabila proses pembelajaran lebih bermakna maka tujuan dari

keberhasilan pendidikan dapat tercapai dengan baik yaitu menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas.

8

Esti Yuli Widayati, Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya: Aprinta, 2009), h. 1.8 9

(18)

Proses pembelajaran yang bermakna ialah proses pembelajaran

dimana siswa dapat memahami konsep yang disampaikan guru. Dalam

meningkatkan pemahaman peserta didik, maka peningkatan komunikasi

sangat penting. Sehingga guru tidak terpacu pada pengajaran model

konvensional yang sering diterapkan guru dalam mengajar. Salah satu

peningkatan komunikasi dalam proses pembelajaran ialah dengan

menggunakan teknik pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SDN Cempaka Putih

01 Ciputat Tangerang Selatan pada tanggal 08 Oktober 2015, pemahaman

siswa terhadap pelajaran matematika masih kurang terutama dalam materi

perkalian. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dari beberapa guru yang

mengatakan dalam pembelajaran matematika siswa masih perlu penjelasan

atau pemberian materi secara berulang terutama dalam materi perkalian.

siswa masih mengalami kesulitan dalam hal menghitung perkalian. Selain

wawancara, dari hasil observasi yang dilakukan menyatakan hasil belajar

matematika kelas III masih rendah. Hal ini dilihat dari pengamatan yang

dilakukan saat pembelajaran berlangsung dan hasil nilai ulangan harian yang

masih banyak di bawah KKM. Dari 40 siswa yang mengerjakan soal hanya

36% yang nilainya di atas KKM sedangkan 64% lainnya masih berada di

bawah KKM.

Jika dilihat dari proses pembelajarannya, siswa yang lebih asyik

bermain dan bercanda dengan teman yang berada di sampingnya ketika guru

menyampaikan materi dan rendahnya kemampuan dalam menyelesaikan

soal-soal yang berkaitan dengan pemahaman konsep. Pemahaman konsep peserta

didik terhadap matematika dapat dilihat dari bagaimana guru dalam

menyampaikan sebuah informasi atau materi.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka cara yang ditempuh untuk

mengatasinya yaitu adanya kreativitas dan inovasi seorang guru dalam

pembelajaran. Dalam hal ini, penggunaan metode pembelajaran dapat

dijadikan sebagai alternatif dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan

(19)

metode pembelajaran yang menarik, siswa lebih mudah dalam menerima

materi yang diajarkan oleh guru.

Selama ini metode pembelajaran tentang perkalian dengan metode

hafalan untuk perkalian rendah dan teknik perkalian bersusun untuk perkalian

lebih dari 10. Metode tersebut merupakan metode yang mudah, akan tetapi

masih banyak peserta didik pada jenjang Sekolah SD/MI yang mengalami

kesulitan dalam melakukan perhitungan dengan teknik terebut. Karena

dengan teknik bersusun siswa juga dituntut untuk menghafal perkalian.

Teknik cross-line merupakan salah satu teknik alternatif dalam

pembelajaran konsep perkalian. Melalui teknik cross-line siswa dapat

memahami konsep dari perkalian serta dapat menghitung operasi perkalian

tanpa menggunakan memori ingatan dari hafalan bentuk perkalian. Menurut

Auliya teknik cross-line yaitu teknik dengan menghitung titik persilangan

pada garis, seperti menggambar garis mendatar dan garis tegak yang nantinya

disilangkan, lalu berikan tanda titik pada persilangan garis tersebut lalu hitung

banyak titik sebagai hasil perkaliannya.10

Berdasarkan uraian tersebut, telah diketahui bahwa teknik cross-line

memiliki daya tarik tersendiri dalam proses pembelajaran yang digunakan

sebagai teknik pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman konsep

peserta didik terhadap matematika, maka penulis melakukan penelitian

tentang “PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK CROSS-LINE

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA MATERI PERKALIAN”

B. Identifikasi Masalah

10

(20)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, beberapa masalah dapat

diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Siswa memerlukan hafalan perkalian dalam menyelesaiakn perhitungan

perkalian

2. Siswa sulit memahami dalam pengerjaan perhitungan perkalian

C. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, maka penulis membatasi

masalah-masalah yang diteliti yaitu:

1. Melakukan penelitian dengan mengukur pemahaman konsep matematika

pada materi perkalian dengan pemahaman konsep menurut Bloom

2. Teknik pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah teknik

cross-line pada materi perkalian

D. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan teknik

cross-line terhadap pemahaman konsep matematika pada materi perkalian di kelas

III SDN Cempaka Putih 01 Ciputat?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

penggunaan teknik cross-line terhadap pemahaman konsep matematika pada

materi perkalian di kelas III SDN Cempaka Putih 01 Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Peneliti dapat mengatahui pengaruh Penggunakan teknik cross-line

terhadap pemahaman konsep matematika pada materi perkalian.

2. Guru

Dengan adanya penelitian ini, teknik cross-line dapat dijadikan sebagai

(21)

melaksanakan pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan

pemahaman konsep matematika materi perkalian.

3. Peserta didik

Siswa dapat merasakan perbedaan suasana pembelajaran dengan

menggunakan teknik cross-line pada meteri perkalian. Selain itu dapat

menumbuhkan motivasi dan kreativitasnya dalam belajar.

4. Sekolah

Dengan adanya penelitian ini, sekolah dapat meningkatkan mutu

(22)

8 1. Konsep Belajar dan Pembelajaran

a. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu perubahan pada diri manuasia akibat dari suatu

proses yang dialaminya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh

Fontana bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif tetap

dari perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.1

Menurut Mouly belajar pada dasarnya adalah proses perubahan

tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Begitu juga dengan

Kimble & Germezi menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.2

Dalam pendidikan, belajar merupakan suatu proses perubahan dari

dari aspek kogniitif, afektif maupun psikomotorik. Menurut Bell Getler

belajar adalah proses yang dilakaukan manusia dalam upaya mendapatkan

aneka ragam kompetensi, skill, dan sikap.3 Sedangkan Whiterington berpendapat bahwa belajar adalah perubahan dalam kepribadian, yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. 4

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai belajar, maka dapat

dipahami bahwa belajar merupakan perubahan yang diperoleh dari proses

interaksi aktif antara individu dengan lingkunganya, yaitu perubahan dalam

aspek kognitif, psikomotorik maupun dalam aspek afektif.

1

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), cet 1, h. 18 2

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.9

3

Hamzah , op. cit., h. 11 4

(23)

Sedangkan pembelajaran merupakan seperangkat interaksi antara

peserta didik dan pendidik untuk melakukan belajar melalui rancangan yang

telah dibuat dalam mendukung tercapainya hasil belajar yang baik.

b. Pembelajaran Matematika SD/ MI

Dalam Depdiknas, matematika berasal dari bahasa latin “manthanein” atau “mathema” yang berati belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan dalam bahasa belanda matematika disebut “wiskunde”atau ilmu pasti,yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.5

Dalam kamus Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai ilmu

tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.6 James dan James mendefinisikan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika,

mengenai bentuk, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu

dengan yang lainnya.7 Sedangkan menurut Ismail dkk dalam Ali Hamzah dan Muhlisrarini dikatakan bahwa matematika adalah ilmu yang membahas

angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik,

mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan

struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat.8

Selain pengertian tersebut, Soedjadi memberikan enam definisi atau

pengertian tentang matematika, yaitu: (1) matematika adalah cabang ilmu

pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, (2) matematika adalah

pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, (3) matematika adalah

pengatahuan tentang penalaran logik dan berhubungan erat dengan bilangan,

(4) matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah

tentang ruang dan bentuk, (5) matematika adalah pengetahuan tentang

5

Susanto, op. cit., h.184 6

Suharso, op.cit., h. 313 7

Erna Suwangsih,dkk, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung:UPI Press, 2006), h. 4 8

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(24)

struktur–struktur yang logik dan (6) matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.9

Dari penjelasan mengenai pengertian matematika menurut para ahli

tersebut, maka matematika dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan

yang mempelajari hubungan pola melalui simbol-simbol dan bahasa

numerik serta konsep-konsep yang dipelajari dengan menyertakan berpikir

logis dalam penyelesaian masalah dalam matematika.

Adapun karakertistik matematika menurut Sumardyono dalam

bukunya yang berjudul “Karakterisitik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran” antara lain:10

1) Memiliki objek kajian yang abstrak

2) Bertumpu pada kesepakatan

3) Memiliki simbol yang kosong dari arti

4) Memperlihatkan semesta pembicaraan (universal)

5) Konsisten dalam sistemnya

Pembelajaran matematika merupakan sebuah proses yang sengaja

dirancang oleh guru dengan tujuan menciptakan suasana kelas yang dapat

memunginkan siswa dapat belajar matematika.

Dari pengertian pembelajaran dan matematika tersebut, maka

pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan

tujuan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan seseorang

lekasanakan kegiatan belajar matematika.11 Pembelajaran matematika berorientasi pada matematika formal dengan beberapa pengertian seperti

hubungan, fungsi, kelompok, vektor, diperkenalkan dan dimasukan dengan

definisi dan dihubungkan satu dengan yang lain dalam satu sistem yang

disusun secara deduktif.

9

Nahrowi Adji dan Maulana, Pemecahan Masalah Matematik, (Bandung:UPI PRESS. 2006) , h.34

10

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 92 11

(25)

Pada jenjang persekolahan pembelajaran matematika mempunyai

tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Maka sebagai

perancang proses pembelajaran, guru harus dapat mengorganisir semua

komponen dengan sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu

dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.

Seperti yang telah jelaskan pada latar belakang, pembelajaran

matematika untuk tingkat SD/MI berbeda dengan pembelajaran tingkat

SMP, SMA, atau perguruan tinggi yaitu dalam hal penyajian, pola pikir,

keterbatasan semestanya dan tingkat keabstrakannya disesuaikan dengan

perkembangan kognitif dan emosional siswa tingkat dasar. Berdasarkan

perkembangan kognitif Piaget, perkembangan anak tingkat SD/MI yang

berada pada tahap usia 7 sampai 12 tahun berbasis pada tahap operasi

konkrit. Pada umumnya pada tahap ini siswa telah memahami operasi logis

dengan bantuan benda-benda konkrit. Karena pembelajar pada jenjang

SD/MI merupakan anak-anak yang pada umumnya masih dalam tahap

berpikir operasional konkrit, artinya bahwa siswa SD/MI belum bisa

berpikir formal dan abstrak, maka pembelajaran matematika SD/MI dapat

dikatakan sebagai usaha yang dilakukan oleh guru kepada siswa-siswi

SD/MI untuk membangun pemahaman terhadap matematika.12

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam

membelajarkan atau memberikan konsep-konsep matematika pada siswa

SD/MI harus disesuaikan dengan hakikat siswa SD/MI. Adapun ciri-ciri

pembelajaran matematika SD/MI, yaitu:

1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral

2) Pembelajaran matematika bertahap

3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif

4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi

5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna13

12

Esti Yuli Widayati,dkk, Pembelajaran Matematika MI LAPIS PGMI ,(Surabaya: Aprinta, 2009), h. 1.9

13

(26)

Materi matematika tingkat dasar meliputi pengenalan tentang

bilangan, operasi hitung, pengenalan tentang titik garis dan bidang,

pengenalan tentang bangun ruang dan bagaimana cara pengukuran,

menimbang, menghitung, mencatat data dan sebagainya. Karakteristik mata

pelajaran matematika yang khas, menuntut adanya metodologi pembelajaran

khusus yang memberikan peluang lebih besar untuk efektivitas

pembelajaran matematika MI/SD.

c. Pemahaman Konsep Matematika

Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau

memahamkan. Menurut Bloom pemahaman (comprehension) merupakan

kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan

mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkan dengan ide lain,

dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam.14 Selain itu Bloom juga mengatakan bahwa pemahaman dirumuskan sebagai abitet untuk

menguasai pengertian atau makna bahan.15

Menurut Yulaelawaty pemahaman merupakan perangkat standar

program pendidikan yang merefleksikan kompetensi sehingga dapat

mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam berbagai bidang

kehidupan.16

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam memahami suatu konsep tidak

hanya menghafal konsep-konsep, tetapi memahami dalam artian mengingat,

menerapkan, menganalisis, memadukan serta menilai dari konsep-konsep

yang dipelajari sehingga konsep tersebut mudah untuk dipahami dan mudah

diingat. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, kreatifitas seorang guru

dalam mengajar sangat penting dalam menentukan pemahaman konsep

peserta didik terhadap materi yang disampaikannya.

14

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet 4, h. 67

15

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Akasara, 2011), cet 11, h. 121

16

(27)

Pemahaman merupakan bagian yang sangat penting, siswa dikatakan

dapat memahami suatu konsep apabila ia dapat menunjukan unjuk kerja

pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi. Dengan

begitu, pemahaman konsep matematika merupakan bagian dari hasil belajar.

Pemahaman konsep matematik merupakan landasan penting untuk berpikir

dalam menyelesaikan permasalahan matematika maupun permasalahan

sehari-hari.

Schoenfeld mengemukakan berpikir secara secara matematik berarti

1) mengembangkan suatu pandangan matematik, nilai proses dari

matematisasi dan abstraksi, dan memiliki kesenangan untuk

menerapkannya, 2) mengembangkan kompetensi, dan menggunakannya

dalam pemahaman matematik.17

Sedangkan pengertian konsep merupakan merupakan ide abstrak

yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan

sekumpulan objek-objek atau peristiwa-peristiwa.18 Konsep merupakan gambaran mental dari gejala alam yang mempunyai lingkup yang luas

mengenai keteraturan kejadian atau objek yang dinyatakan dalam suatu

label. Hal tersebut sesuai dengan pengertian konsep yang dikemukakan

Rosser bahwa konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili satu kelas

objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang

sama.19 Sedangkan menurut Hamalik, konsep pada dasarnya adalah suatu kelas stimuli yang memiliki sifat-sifat (atribut-atribut) umum.20

Dari pengertian tersebut, maka mempelajari suatu konsep berarti

kemampuan dalam mengklasifikasikan sekumpulan objek atau peristiwa

yang yang memiliki keterkaitan. Dalam penyajiannya, konsep yang lebih

17

Nila Kusumawati, pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika,

Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, h. 2 233. 2016.

http//journal.unp.semnasmatematikadanpendidikanmtk.pdf 18

Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dam Strategi Pembelajaran Matematika,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 92 19

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 63

20

(28)

umum disajikan terlebih dahulu sebelum penjelasan yang lebih rumit

mengenai konsep yang baru yang memiliki keterkaitan.

Belajar konsep sebagai hasil belajar mempunyai ciri khas yaitu adanya

skema konseptual. Skema konseptual merupakan suatu keseluruhan kognitif

yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.21 Dalam pendidikan siswa, belajar mengenai suatu konsep sangat

diperlukan paling tidak mempunyai pengaruh tertentu yang berkembang

melalui satu seri tingkatan yang berawal hanya mampu menyebutkan contoh

suatu konsep sampai dapat menjelaskan atribut-atribut konsep. Klausmeier

mengemukakan empat tingkatan dalam pencapaian konsep yaitu:

1) Tingkat konkret, seseorang dapat mencapai konsep pada tingkat konkret

apabila orang itu dapat mengenal benda yang telah dihadapinya.

2) Tingkat identitas, pada tingkat ini seseorang akan mengenal suatu objek

sesudah selang suatu waktu, mempunyai orientasi ruang yang berbeda

terhadap objek tersebut, bilaobjek tersebut ditemukan melalui indera

yang berbeda.

3) Tingkat klasifikasi, pada tingkat ini siswa mengenal persamaan dari dua

contoh yang berbeda dari kelas yang sama.

4) Tingkat formal, pada tingkat ini siswa harus dapat menentukan

atribut-atribut yang membatasi konsep.22

Menurut Hamalik konsep dalam pengaruhya terhadap pendidikan siswa

memiliki kegunaan, antara lain sebagai berikut:

1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan. Lingkungan adalah

sangat kompleks. Untuk mempelajarinya tentu saja sulit jika tidak dirinci

menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana. Dengan menjabarkan dalam

sejumlah konsep, maka lingungan yang luas dam rumit dapat dikurangi

kerumitannya.

2) Konsep-konsep dapat membantu mengidentifikasi objek-objek yang ada

di sekitar kita. Konsep berguna untuk mengidentifikasi oobjek-objek

21

Syaiful Bahri Jamharah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 31 22

(29)

yang ada di dunia sekitar kita dengan cara mengenali ciri-ciri masing

objek.

3) Konsep membantu mmpelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan lebih

maju. Dengan menggunakan konsep-konsep yang dimilikinya, siswa

tidak harus belajar secara konstan dalam mempelajari sesuatu yang baru.

4) Konsep mengarahkan kepada kegiatan innstrumental. Berdasarkan

konsep yang telah diketahui, seseorang dapat menentukan

tindakan-tindakan apa yang selanjutnya perlu dikerjakan/ dilakukan.

5) Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran. Dengan memiliki

konsep-konsep mata pelajaran yang telah diberikan pada jenjang dasar,

siswa dapat meningkatkan pembelajaran pada jenjang berikutnya.23

Matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian

peserta didik. Dalam hal ini karena peserta didik kurang memahami

konsep-konsep dalam matematika secara mendalam. Definisi pemahaman tidak

hanya sekedar hafal terhadap materi-materi yang diajarkan melainkan

peserta didik mampu menangkap makna konsep dari materi tersebut.

Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditujukan siswa dalam

memahami konsep dalam prosedur secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.

Menurut Killpatrick et al, pemahaman konseptual merupakan

pemahaman konsep-konsep matematika, operasi dan relasi dalam

matematika.24 Dari pengertian pemahaman konseptual yang dijelaskan oleh Kilpatrick maka terdapat beberapa indikator dari kompetensi tersebut antara

lain: 1) dapat mengidentifikasi dan menerapkan konsep secara algoritma,

2) dapat membandingkan, membedakan, dan memberikan contoh dan

contoh kontra dari suatu konsep, 3) dapat mengintegrasikan konsep dan

prinsip yang saling berhubungan.25

Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika mempunyai

beberapa tingkat kedalaman atau indikator yang berbeda-beda. Menurut

23

Hamalik,op. cit., h. 164-165 24

Jeremy Killpatrick, et al, Add It Up: Helping Childern Learn Mathematics, (Washington DC: National Academy Press, 2001), h. 116

25

(30)

Skemp dan Pollatsek yang dikutip dalam Sumarmo, pemahaman terbagi

menjadi dua jenis yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman rasional.

Pemahaman instrumental dapat diartikan sebagai pemahaman atas konsep

yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam melakukan

perhitungan sederhana, sedangkan pemahaman rasional termuat dalam satu

skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang

lebih luas. Suatu ide, fakta, atau prosedur matematika dapat dipahami

sepenuhnya jika dikaitkan dengan jaringan dari sejumlah kekuatan

koneksi.26 Sedangkan Bloom dalam Russefendi mengemukakan bahwa pemahaman terdiri dari tiga macam, yaitu “translation, interpretation, dan extrapolation”27

Untuk lebih jelasnya, akan diuraian sebagai berikut :

1) Translation (terjemahan) digunakan untuk meyampaikan informasi dengan bahasa dan bentuk yang lain dan menyangkut pemberian makna

dari suatu informasi yang bervariasi.

2) Interpretation (Penjelasan), digunakan untuk menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan frase, tetapi juga mencakup

pemahaman suatu informasi dari sebuah ide.

3) Extrapolation (perluasan), mencakup etimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran dari suatu informasi, juga

mencakup pembuatan kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai

dengan informasi jenjang kognitif serta penerapan yang menggunakan

atau menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi

baru, yaitu berupa ide, teori atau petunjuk teknis.

Poyla mengemukakan empat tingkat pemahaman matematik yaitu

pemahaman mekanikal, pemahaman induktif, pemahaman rasional, dan

pemahaman intuitif. Pemahaman mekanikal, apabila peserta didik dapat

mengingat, menerapkan rumus secara rutin dan menghitung secara

26

Nila Kusumawati, Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika,Semnas Matematika Dan Pendidikan Matematika,, h.2-231, 2016, (http//journal.unp.semnasmatematikadanpendidikanmtk.pdf)

27

(31)

sederhana. Pemahaman induktif, apabila peserta didik dapat menerapkan

rumus atau konsep dalam kasus sederhana atau dalam kasus serupa.

Pemahaman rasional, apabila peserta didik dapat membuktikan kebenaran

sutau rumus dan teorama. Pemahaman intuitif, apabila peserta didik dapat

memperkirakan kebenaran dengan pasti sebelum mmenganalisis lebih

lanjut.28

Pada kurikulu KTSP 2006, pemahaman terhadap suatu konsep dapat

dikatakan sebagai berikut :

1) Menyatakan ulang sebuah konsep

2) Mengklarifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

konsepnya)

3) Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep

4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis

5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep

6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi

tertentu

7) Mengaplikasikan konsep atau alogaritma pemecahan masalah29

Berdasarkan indikator pemahaman matematika yang telah dipaparkan

di atas, pemahaman matematika yang dimaksudkan oleh peneliti adalah

pemahaman yang dipaparkan oleh Bloom, yaitu penerjemahan (translation),

penjelasan (interpretasion), dan ekstrapolasi (extrapolation). Dengan

translasi, siswa dapat menerjemahkan masalah yang masih abstrak yang

diberikan guru menjadi lebih konkret. Dalam interpretasi, siswa dapat

menafsirkan atau menjelaskan suatu konsep secara rinci, sehingga dapat

membandingkan atau membedakan dengan konsep lain. Sedangkan dalam

ekstrapolasi, siswa dapat menarik kesimpualan suatu konsep, sehingga

28

Ety Mukhlesi Yeni, Pemanfaatan Benda-Benda Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Geometri dan Kemampuan Tilikan Ruang Kelas V Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan, Edisi Khusus No. 1, 2016, (http://jurnal.upi.edu/file/7-Ety_Mukhlesi_Yeni.pdf.).

29

(32)

siswa mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi

yang baru atau berbeda.

d. Konsep perkalian pada Matematika

Perkalian merupakan salah satu pembelajaran operasi hitung bilangan

cacah yang mulai diajarkan pada jenjang SD/MI. Di mana dalam

pembelajarannya, konsep perkalian diajarkan setelah siswa mempelajari

operasi tambahan dan pengurangan. Perkalian adalah operasi matematika

dengan penskalaan satu bilangan dengan bilangan lainnya. Operasi

perkalian dapat didefinisikan sebagai hasil penjumlahan secara berulang.

Sebagai contoh, jika , maka dapat didefinisikan sebagai

sebanyak . Contoh:

5 4 = 20, hal ini berarti 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 20

Sifat-sifat perkalian dalam bilangan bulat, asli maupun dalam pecahan yaitu:

1) Sifat identitas

Sifat identitas dari suatu perkalian ialah apabila terdapat perkalian

1 (satu), maka hasilnya bilangan itu sendiri. Sifat identitas pada perkalian

diberlakukan . Sebagai contoh yaitu perkalian

2) Sifat Pertukaran (komutatif)

Sifat pertukaran terjadi apabila terdapat dua bilangan cacah yang

dikalikan hasilnya tidak akan berubah jika letak kedua bilangan perkalian

tersebut dipertukarkan. Sifat komunikatif pada perkalian diberlakukan . Sebagai contoh yaitu , maka hasilnya sama-sama 8.

3) Sifat Pengelompokan (Asosiatif )

Sifat pengelompokan terjadi apabila hasil dari perkalian sama

meskipun dikerjakan dari mana saja. Dalam sifat pengelompokan

perkalian dan berlaku Misalkan nilai

(33)

(1 2) 3 = 1 (2 3)

2 3 = 1 6

6 = 6

4) Sifat Penyebaran (Distributif)

Sifat penyebaran dalam perkalian dapat dinyatakan

atau Sebagai

contoh nilai beturut-turut adalah 4, 3 dan 2, maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

=

=

=

=

2. Teknik Cross-line pada Perkalian a. Pengertian Teknik Cross-line

Sebagai seorang guru dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dengan

melaksanakan pembelajaran harus menentukan metode yang akan

digunakan. Agar dalam proses pembelajaran, siswa dapat belajar dengan

efektif, efisien dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, maka

seorang guru harus mempunyai strategi dalam memilih model, metode, dan

teknik yang tepat.

Teknik merupakan penjabaran dari sebuah metode pembelajaran.

Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode.30

Menurut tim KBBI, teknik adalah metode atau sistem mengerjakan

sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu.31 Sedangkan menurut Iwan, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

30

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), cet 10, h. 127

31

(34)

ditempuh/dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode

dengan spesifik.32

Penggunaan teknik dalam kegiatan pembelajaran memiliki fungsi

untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan bagi siswa

memperoleh kemudahan dalam mempelajari materi atau konsep yang

disampaikan oleh guru. Mengajar pelajaran matematika pada anak sekolah

dasar ini perlu dibutuhkan kesabaran, penggunaan metode dan seni

tersendiri dalam menarik minat siswa dalam belajar.

Salah satu teknik pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru dalam

pembelajaran matematika yaitu pada materi perkalian adalah teknik

cross-line. Dalam pembelajaran konsep perkalian dengan menggunakan teknik

cross-line merupakan salah satu cara yang efektif dalam menghitung

perkalian dengan jumlah bilangan yang lebih dari dua. Teknik cross-line

mampu mengembangkan otak secara seimbang. Dengan penggunaan

garis-garis yang disilangkan memudahkan siswa dalam menghitung perkalian

daripada dengan metode menghafal.

Teknik cross-line adalah suatu teknik dengan menghitung titik

persilangan pada garis, seperti menggambar garism mendatar dan garis

tegak yang nantinya disilangkan, lalu diberikan tanda titik pada persilangan

garis tersebut dan dihitung banyak titik sebagai hasil perkaliannya.33 Metode perkalian cross-line pada dasarnya adalah “mewakilkan” angka yang akan

dikalikan dengan garis.

b. Langkah-langkah Teknik Cross-line

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa teknik cross-line pada dasarnya adalah “mewakilkan”. Yaitu mewakilkan angka yang akan dikalikan melalui garis. Satu satuan angka akan diwakilkan dengan satu garis.

32

Iwan Purwanto, Modul Pembelajaran Ilmu Sosial, (Jakarta:FITK UIN Syarif Hidayatullah,2014), h.97.

33

(35)

Adapun langkah-langkah dalam penggunaan teknik cross-line yaitu:

1) Perkalian satuan dengan satuan

Perkalian satuan dengan satuan dalam penggunaan teknik

cross-line, hasil perkalian dapat diketahui dari jumlah persilangan garis

horizontal (mendatar) dan vertikal (tegak). Garis horizontal mewakilkan

perkalian pertama dan garis vertikal mewakilkan perkalian kedua.

Sebagai contoh perkalian 5 4. Angka 5 diwakilkan dengan garis

horizontal dan angka 4 diwakilkan dengan garis vetikal, dari persilangan

garis horizontal dan vertikal tersebut dapat diketahui hasil perkalian

[image:35.595.105.520.155.624.2]

dari 4 5 = 20.

Gambar 2.1.

Perkalian Satuan dengan Satuan

keterangan :

= mewakilkan angka 5

= mewakilkan angka 4

= hasil persilangan garis

2) Perkalian satuan dengan puluhan

Untuk menentukan nilai tempat pada persilangan pertama dapat

diketahui bahwa hasil pertama berupa puluhan. Sebagai contoh yaitu

perkalian 63 8 = … langkah :

(36)

b) 3 garis horizontaal dibagian bawah dengan sedikit terpisah pada garis

sebelumnya

c) Buat 8 garis vertikal dengan menyilang garis horizontal yang telah

dibuat.

d) Setelah dibuat garis horizontal dan vertikal dapat diketahui bahwa

hasil perkalian dari 93 8 yaitu sebagai berikut :

 60 (puluhan) 8 (satuan), hasil persilangan berjumlah 48, karena

perkalian tersebut perkalian puluhan dengan satuan maka hasil

yang didapat berupa puluhan, dari hasil tersebut dapat dikali

dengan 10 (mendapat imbuhan angka 0)

 3 (satuan) 8 (satuan), hasil persilangan dari 3 dan 8 berjumlah 24.

Hal ini berarti 20 (puluhan) + 4 satuan

 Maka hasil dari persilangan tersebut adalah :

[image:36.595.106.519.93.651.2]

Gambar 2.2

Perkalian Satuan dengan Puluhan

3) Perkalian puluhan dengan puluhan

Dalam menentukan hasil perkalian puluhan dengan puluhan,

sebagai contoh yaitu perkalian 26 32. Langkah dalam membuat garis

(37)

a) Untuk angka 26 dibuat 2 garis horizontal dibagian atas dan 6 garis

horizontal dibagian bawah dengan sedikit terpisah.

b) Untuk angka 32 dibuat 3 garis vertikal dengan menyilang garis

horizontal 2 dan 6 di bagian kiri dan 2 garis vertikal di sebelah kanan

dengan sedikit terpisah.

c) Untuk menentukan nilai tempat dalam hasil perkalian 26 32 yaitu

sebagai berikut :

 Perkalian 20 (puluhan) 30 (puluhan) = ratusan.

Nilai ratusan diwakili dengan kumpulan persilangan dibagian kiri

atas yaitu berjumlah 6, maka 6 dalam nilai ratusan 6 100 = 600.

Karena nilai tempat pertama ratusan maka nilai tempat selanjutnya

puluhan dan satuan.

 Perkalian 20 (puluhan) 2 (satuan) = puluhan

Nilai puluhan 20 2 diwakili dengan kumpulan persilangan

bagian kanan atas yaitu berjumlah 4, dalam nilai puluhan berarti

4 10 = 40

 Perkalian 6 (satuan) 30 (puluhan) = puluhan

Nilai puluhan 6 30 diwakili dengan kumpulan persilangan

bagian kiri bawah yaitu berjumlah 18, dalam nilai puluhan, berarti

18 10 = 180

 Perkalian 6 (satuan) 2 (satuan) = satuan

Nilai satuan 6 2 dapat dilihat dari kumpulan persilangan

bagian kanan bawah yaitu berjumlah 12. Angka 12 berarti 10

(puluhan) + 2 (satuan)

d) Maka hasil perkalian 26 32 dengan metode cross-line garis yaitu:

(38)
[image:38.595.108.521.112.588.2]

Gambar 2.3

Perkalian Puluhan dengan Puluhan

4) Perkalian ratusan dengan satuan

Pada perkalian ratusan dengan satuan, sebagai contoh adalah

perkalian 132 6. Sama seperti perkalian sebelumnya,

langkah-langkahnya yaitu:

a) Untuk mewakili angka 132, dibuat 1 garis horizontal dibagian atas, 3

garis horizontal di bagian bawah garis 1dengan sedikit terpisah, dan 2

garis horizontal dibawah garis 3 dengan sedikit terpisah.

b) Untuk mewakili angka 6, dibuat 6 garis vertikal dengan menyilang

garis horizontal.

c) Untuk menentukan nilai tempat pada perkalian 132 6 = (100 + 30 +

2) (6) yaitu sebagai berikut :

 100 (ratusan) 6 (satuan) = ratusan

Nilai ratusan diwakili dengan kumpulan persilangan pada garis

horizontal dan vertikal paling atas, yaitu berjumlah 6. Nilai ratusan

6 berarti 6 100 = 600

 30 (puluhan) 6 (satuan) = puluhan

Nilai puluhan diwakili dengan kumpulan persilangan garis

horizontal dan vertikal pada bagian dalam (tengan), yaitu

berjumlah 18. Nilai puluhan 18 berarti 18 10 = 180

(39)

Nilai satuan diwakili dengan kumpulan persilangan garis

horizontal dan vertikal terakhir (bagian bawah) yang berjumlah 12.

Nilai satuan dari 12 berarti 10 + 2

d) Maka hasil perkalian dari 132 6 dengan metode cross-line yaitu:

[image:39.595.108.520.137.515.2]

Gambar 2.4

Perkalian Ratusan dengan Satuan

c. Syarat dalam Penggunaan Teknik Cross-line

Suatu model, metode, ataupun teknik dalam suatu pembelajaran

mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan teknik

cross-line. Menurut Auliya, teknik cross-line dapat digunakan kapan saja, dimana

saja, dan untuk siapa saja, teknik ini menarik karena ada unsur menggambar

garis dan titik, sederhana dan mudah (tidak rumit), dan teknik ini dapat

menarik minat anak dalam belajar matematika karena penggunaannya

sambil bermain, serta mengembirakan anak saat digunakan.34 Dalam penggunaan teknik cross-line ini tidak bisa atau sulit digunakan bagi anak

yang belum bisa berhitung dengan baik.

Untuk lebih terperinci, maka kelebihan dari penggunaan teknik

cross-line antara lain:

34

(40)

1) Siswa tidak perlu menghafal dalam menyelesaikan perhitungan

perkalian, meskipun dalam perkalian dasar sekalipun

2) Metode cross-line mengunakan cara visual dalam pengerjaannya,

sehingga dapat mudah dilihat dan difahami oleh siswa

3) Metode cross-line hanya mengharuskan siswa untuk menghitung saja.

Dalam menghitung dengan teknik cross-line ketika dalam menghitung

bilangan yang lebih besar penyusunan garis akan semakin banyak, sehingga

mengakibatkan proses perhitungannya juga menjadi lebih lama dan sedikit

membingungkan

3. Teknik Bersusun pada Perkalian

a. Pengertian dan Langkah-langkah Teknik Bersusun

Selama ini pembelajaran matematika menggunakan metode

konvensional dalam memahami dan menguasai matematika konsep

perkalian pada khususnya, terutama perkalian pada bilangan dasar antara 1

sampai 10 dilakukan dengan metode menghafal/hafalan. Sedangkan teknik

yang digunakan pada angka yang lebih tinggi menggunakan teknik

perkalian bersusun. Adapun perkalian dengan teknik perkalian bersusun

yaitu :

1) Perkalian dengan satu bilangan

Langkah pertama perkalian dengan satu bilangan pada teknik

bersusun yaitu mengalikan bilangan pengali yang nilai tempat

bilangannya paling kecil terlebih dahulu dengan angka yang dikalikan.

Selanjutnya mengalikan angka yang dikali dengan angka pengali yang

nilai bilangannya lebih besar.

Contoh perkalian dengan satu bilangan pada teknik bersusun yaitu:

Dari contoh tersebut, dalam pengerjaannya terlebih dahulu

mengalikan , hasinya ditulis dibawah garis kali yaitu angka 3,

(41)

. Hasil perkalian dari yaitu 45 ditambahkan dengan angka 6 yang disimpan sebelumnya, hasilnya menjadi 51 dan ditulis di

depan angka 3 hasil perkalian 7 , sehingga menjadi 513. Jadi hasil

dari perkalian 57 adalah 513.

2) Perkalian puluhan dengan puluhan

Contoh perkalian dengan dua bilangan yaitu:

Dari contoh tersebut, langakah pengerjaanya yaitu:

Perkalian angka 5

Perkalian dengan angka 5, pertama perkalian , dari

hasil yang diperoleh ditulis nilai bilangan satuannya yaitu 0, ditulis di

bawah garis kali, lurus dengan angka 5. Untuk hasil yang bernilai

puluhan disimpan.

Selanjutnya perkalian , hasil dari , yaitu 10

ditambahkan dengan hasil yang benilai puluhan dari perklalian ,

yaitu 4, jadi hasilnya 14. Tulis angka 14 di depan angka 0, sehingga

menjadi 140.

Perkalian angka 3

Hasil pada perkalian angka 3 Pertama, perkalian , dari

hasil yang diperoleh ditulis bilangan satuannya dahulu yaitu 4

ditempatkan pada baris kedua lurus dengan angka 3. Sedangkan hasil

dengan nilai puluhan yaitu angka 2 disimpan.

Selanjutnya perkalian , hasil dari perkalian tersebut

karena berupa nilai satuan maka ditambahkan dengan hasil dari

perkalian perkalian yang disimpan yaitu angka 2, maka hasilnya

menjadi 8 ditulis didepan angka 4, sehingga angkanya menjadi 84.

Setelah selesai perkalian buat garis penjumahan dibawahnya yaitu:

(42)

Dari contoh di atas, maka dapat diketahui hasil perkalian dari

adalah 980.

b. Syarat dalam Penggunaan Teknik Bersusun

Jika dilihat dari langkah-langkah perkalian bersusun di atas, meskipun

metode konvensional dengan teknik perkalian bersusun cukup sederhana

dan mudah, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa sekolah

dasar yang masih mengalami kesulitan dalam melakukannya. Dengan

penggunaan teknik bersusun berarti siswa harus hafal perkalian 1 sampai 10

atau menguasai daftar perkalian. Sehingga dengan penggunaan teknik

bersusun ini dapat dikatakan hanya menekankan tuntutan kurikulum dengan

tidak menumbuhkembangkan aspek kemampuan peserta didik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para

peneliti tentang penggunaan metode pembelajaran terhadap pemahaman

konsep matematika diantaranya :

1. Elisa Arisandi dengan penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian untuk Anak Diskalkulia Melalui Metode

Garismatika pada Kelas IV SD Negeri 09 Kota Luar Kecamatan Pauh Padang”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kemampuan operasi perkalian yang hasil bilangannya dua angka untuk anak diskalukia setelah

anak diberikan perkalukan dengan menggunkan metode garismatika

(43)

dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan operasi

perkalian untuk dislakulia dengan menggunakan garismatika.35

2. Wahyu Amrullah dengan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Metode Tipot (Titik Potong) dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV

SDN 2 Paniis dan SDN 1 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan”. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata pretes dan postes pada kelas eksperimen dengan hasil

dimana dan .

Sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa

metode Tipot dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IV pada materi

perkalian secara signifikan.36

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti

tersebut, dapat diketahui bahwa teknik cross-line memiliki definisi yang sama

dengan garismatika dan tipot (titik potong) dengan istilah yang berbeda. Pada

penelitian ini, teknik cross-line tidak hanya digunakan untuk mengetahui

peningkatkan operasi perhitungan pada perkalian saja akan tetapi untuk

meneliti terhadap pemahaman matematika pada materi perkalian dengan

pembelajaran yang lebih variasi sehingga menarik minat belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat

digambarkan dengan bentuk diagram sebagai berikut:

35

Elisa Arisandi, Meningkatkan Kemampuan Operasi Perkalian untuk Anak Diskalkulia Melalui Metode Garismatika, 2016, (ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/articl.3106

36

(44)

D. E.

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir Pemahaman Konsep Pada Pembelajaran Perkalian

Pemahaman konsep merupakan kemampuan mengklasifikasikan konsep

dan mengimplementasikan konsep tersebut dalam contoh lain dengan ide atau

pikiran sendiri disertai dengan alasannya. Dalam pembelajaran matematika,

pembelajaran yang lebih ditekankan adalah pemahaman konsep. Agar konsep

matematika yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh siswa, maka

guru matematika harus memiliki metode yang tepat dalam menyampaikan

konsep matematika.

Permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran yaitu siswa hafal

dengan suatu konsep akan tetapi siswa tidak dapat menerapkan suatu konsep

dalam contoh lain terutama dalam hal perkalian. Begitu pula kebiasaan guru

yang memberikan pembelajaran sacara baku tanpa menjelaskan pembentukan

konsep tersebut.

Salah satu metode yang mempermudah dalam meyampaikan konsep

matematika ialah dengan menggunakan teknik cross-line (garis silang).

Dengan menggunakan teknik cross-line, siswa lebih mudah dalam memahami

materi atau konsep yang diberikan. Selain itu mempermudah dalam

penyeleseaian soal perkalian.

Pembelajaran perkalian

Menggunakan teknik

cross-line

Menggunakan perkalian bersusun

Pengaruh terhadap pemahaman konsep

(45)

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian teori dan

kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan hipotesis

terhadap masalah yang dikaji yaitu terdapat pengaruh penggunaan teknik

cross-line terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada materi

(46)

32 BAB III

METODOLOGI PENENLITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitan

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SDN Cempaka Putih 01 Kecamatan

Ciputat Tangerang Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, bulan

Agustus tahun ajaran 2016-2017

B.Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dan rancangan

yang digunakan adalah The Pretest-Posttest Control Group Design. Kelas yang

diteliti dibagi menjadi menjadi dua kelompok. kelas eksperimen yang diberi

perlakuan dengan teknik cross-line dan kelas kontrol dengan metode

konvensional yaitu dengan teknik perkalian bersusun. Sebelum diberikan

perlakuan, kedua kelas dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan pemahaman dasar siswa pada konsep yang bersangkutan yaitu

konsep perkalian. Kemudian masing-masing kelas diberikan perlakuan. Setelah

itu dilakukan kembali posttest untuk mengetahui kemampuan pemahaman

siswa terhadap konsep perkalian. Adapun rancangan penelitian tersebut

[image:46.595.126.505.674.740.2]

dinyatakan dalam tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

The Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

E Y1 XE Y2

(47)

Keterangan :

E : Kelas eksperimen

K : Kelas kontrol

Y1 : Tes awal (pre test) untuk kelas eksperimen dan kontrol Y2 : Tes akhir (post test) untuk kelas eksperimen dan kontrol XE : Perlakuan teknik cross-line pada kelas eksperimen XK : Perlakuan teknik besusun pada kelas kontrol

C.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.1 Jadi populasi merupakan keseluruhan objek yang menjadi sumber data dalam

pelaksanaan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III

SDN yang terdapat di kelurahan Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur

Tangerang Selatan pada semester ganjil tahun aja

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.2
Gambar 2.3 Perkalian Puluhan dengan Puluhan
Gambar 2.4 Perkalian Ratusan dengan Satuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pendekatan Realistik Matematika Terhadap Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Matematika Siswa ...86. BAB VI PENUTUP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa tentang materi himpunan berdasarkan taksonomi SOLO, siswa yang memperoleh skor diatas KKM telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa tentang materi himpunan berdasarkan taksonomi SOLO: (1) Siswa yang memperoleh skor diatas KKM telah

Berdasarkan analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa media Computer Asisted Instruction (CAI) pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pokok Perkalian Kelas II di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan contoh soal dan penyelesaiannya dalam materi induksi matematika terhadap pemahaman konsep

Hasil penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran menggunakan teknik peta konsep dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika pada siswa kelas XI MA Madani

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MATERI HIMPUNAN Buyung1 STKIP Singkawang, Singkawang, Indonesia1

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa: 1 rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajar menggunakan