• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN III POKOH KIDUL WONOGIRI TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN III POKOH KIDUL WONOGIRI TAHUN 2011"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGGUNAAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN PADA

SISWA KELAS II SDN III POKOH KIDUL WONOGIRI

TAHUN 2011

Disusun Oleh:

NINDYA WULAN CAHYONINGRUM NIM. X7109077

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENGGUNAAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN PADA

SISWA KELAS II SDN III POKOH KIDUL WONOGIRI

TAHUN 2011

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

Oleh:

NINDYA WULAN CAHYONINGRUM

X7109077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Nindya Wulan Cahyoningrum, PENGGUNAAN PENDEKATAN

MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN PADA SISWA KELAS II SDN III POKOH KIDUL WONOGIRI TAHUN 2011, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan pemahaman konsep perkalian melalui penggunaan Pendekatan Matematika Realistik pada siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri, (2) meningkatkan keaktifan siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri dalam pembelajaran perkalian matematika melalui penggunaan Pendekatan Matematika Realistik

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri. Teknik analisis menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, (1) ada peningkatan pemahaman konsep perkalian melalui penggunaan Pendekatan Matematika Realistik melalui nilai rata-rata kelas , dari tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh data 58,12: 73,75: 80,63 dan 86,87. (2) ada peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa dari tes awal, siklus I, II dan III diperoleh data 37,5 %; 68,75 %; 81,25 % dan 100 %. Dengan demikian direkomendasikan bahwa pembelajaran matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik dapat menigkatkan pemahaman konsep perkalian pada siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri Tahun 2011.

(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Nindya Wulan Cahyoningrum, THE USE OF REALISTIC

MATHEMATICS APPROACH TO IMPROVE THE COMPREHENSION

OF MULTIPLICATION CONCEPT TO THE 2ND GRADE STUDENTS OF

SD N II POKOH KIDUL WONOGIRI ACADEMIC YEAR 2010/2011, Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, January 2011.

The research aims are: (1) to improve the comprehension of multiplication concept through the use of Realistic Mathematics Approach towards the 2nd grade students of SD N II Pokoh Kidul Wonogiri, (2) to improve

the students’ activity of 2nd

grade students of SD N II Pokoh Kidul Wonogiri in learning mathematics multiplication through the use of Realistic Mathematics Approach.

The form of this research is Classroom Action Research with three cycles. The subject of this research is the 2nd grade students of SD N II Pokoh Kidul Wonogiri. The technique of analyzing the data uses Interactive Model Analysis which consists of three analysis components that are data reduction, data presentation, and data conclusion or verification.

Based on the research result, it can be concluded, (1) there is a comprehension improvement of multiplication concept through the use of realistic mathematics approach through the class average score, from the early test, cycle I, cycle II, cycle III, gained data 58,12: 73, 75: 80,63: and 86,87. (2) there is a

percentage improvement of student’s learning achievement from the early test,

cycle I, II and III, gained data 37,5%; 68,75%; 81,25%; and 100 %. Therefore, it is recommended that mathematics learning using Realistic Mathematics Approach can improve the comprehension of multiplication concept to the 2nd grade students of SD N II Pokoh Kidul Wonogiri Year 2011.

(7)

commit to user

vii

MOTTO

Percayalah bahwa di dunia ini tidak ada yang sia-sia. Membiarkan hidup dengan

caranya sendiri, menggiring kita menuju kebaikan

( Q.S. Al Baqarah 2 : 216 )

Hasil hanya dapat berubah jika Anda merubah tindakan dan kebiasaan Anda.

(Billy Cox)

Seseorang yang tidak pernah berbuat kesalahan, tidak pernah mencoba sesuatu

yang baru.

(Albert Einstein)

Anda tidak pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya sampai Anda menyukai

apa yang sedang Anda kerjakan

(Dale Carnegie)

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu membimbing dan

mengiringi setiap langkahku dengan doa.

2. Kakakku yang baik hati.

3. Doubel Ipung & Mb’ Nanik sahabat sedia setiap

saat dari subuh hingga magrib.

4. Traveling Erna’s ( Mb’ Riska, Ipung, Singgih,

Iwan, Mas Aji, Mas Dondot, Tika, Choirul, Rasya )

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik Untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Pada Siswa Kelas II SDN III

Pokoh Kidul Wonogiri Tahun 2011” ini diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun

skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang sangat tulus kepada semua pihak, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

ijin penulisan skripsi.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang

telah memberikan persetujuan skripsi.

3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd, Ketua Program Studi PGSD yang telah

memberikan izin penulisan skripsi.

4. Dra. Rukayah, M. Hum, pembimbing I, dan Drs. Djaelani, M. Pd,

Pembimbing II yang telah memberikan arahan, dorongan, dan bimbingan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

lancar.

5. Sularmi, M. Pd., Pembimbing Akademik yang memberikan arahan dan

bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi PGSD.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi PGSD yang telah memberikan ilmu

(10)

commit to user

x

7. Rekan-rekan PGSD yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang

telah membantu dan memberi warna selama menjadi mahasiwa dan

dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kepala sekolah, guru, staf, dan murid-murid SDN III Pokoh Kidul

Wonogiri terima kasih atas kerja sama dan bantuannya.

9. Semua pihak yang telah member bantuan dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan

kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga

skripsi ini dapat member manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca

umumnya.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Tinjauan tentang Matematika... ... 7

2. Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar... 10

3. Pemahaman Konsep Perkalian ... 13

4. Hakikat Pendekatan Matematika Realistik ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24

(12)

commit to user

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian...………..28

B. Subjek Penelitian ………. 28

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ……… 29

D. Sumber Data….………30

E. Teknik Pengumpulan Data……..………30

F. Validitas Data……….. 32

G. Teknik Analisis Data………... 33

H. Indikator Kinerja …..………. 34

I. Prosedur Penelitian ……….. 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 88

B. Implikasi ... 88

C. Saran .... ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Nilai Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II

SDN III Pokoh Kidul Pada Kondisi Awal/ Pra tindakan ... 47

2 Frekuensi Data Nilai Matematika Materi Perkalian Siswa Kelas II

SDN III Pokoh Kidul Pada Kondisi Awal/ Pra tindakan ... 48

3. Daftar Nilai Matematika Perkalian Siswa Kelas II SDN III Pokoh

Kidul Tahun 2011 pada Siklus I ... 71

4. Daftar Nilai Matematika Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas II

SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 72

5. Daftar Nilai Matematika Siklus II Siswa Kelas II SDN III Pokoh

Kidul Tahun 2011 ... 74

6. Perbandingan Hasil Tes Awal sebelum dilaksanakan tindakan dan

Tes Akhir Siklus I dan II Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

Tahun 2011 ... 75

7. Daftar Nilai Matematika Siklus III Siswa Kelas II SDN III Pokoh

Kidul Tahun 2011 ... 77

8. Perbandingan Hasil Tes Awal sebelum dilaksanakan tindakan dan

Tes Akhir Siklus I, II,III Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

Tahun 2011 ... 78

9. Skor Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus I pada mata pelajaran

Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 80

10. Skor Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus II pada mata pelajaran

Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 80

11. Skor Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus III pada mata

pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

Tahun 2011 ... 81

12. Skor Keaktifan Siswa Aspek Afektif Siklus I, II, III pada mata

pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

(14)

commit to user

xiv

13. Skor Keaktifan Siswa Aspek Psikomotorik Siklus I pada mata

pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

Tahun 2011 ... 83

14. Skor Keaktifan Siswa Aspek Psikomotorik Siklus II pada mata

pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

Tahun 2011 ... 83

15. Skor Keaktifan Siswa Aspek Psikomotorik Siklus III pada mata

pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

Tahun 2011 ... 84

16. Skor Keaktifan Siswa Aspek Psikomotorik Siklus I, II, III pada

mata pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul

Tahun 2011 ... 84

17. Skor Aktivitas guru dalam pembelajaran siklius I,II dan III

pada mata pelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN III Pokoh

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar Halaman

1. Matematika Konseptual ... 12

2. Organisasi Kegiatan Matematika di Kelas ... 23

3. Kerangka Berfikir ... 26

4. Model PTK ... 29

5. Proses Analisis Interaktif ... 33

. 6. Siklus Penelitian Tindakan ... 33

7. Grafik Data Nilai Matematika Perkalian Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 Pada Kondisi Awal ... 48

8. Grafik Daftar Nilai Matematika Siklus I Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 72

9. Grafik Hasil Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 73

10. Grafik Data Nilai Tes Matematika Siklus II Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 75

11 Grafik Perbandingan Nilai Tes Matematika dari Tes Awal, Tes Siklus I dan Tes Siklus II Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 78

18. Grafik Daftar Nilai Tes Matematika Siklus III Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011... 77

19. Grafik Perbandingan Nilai Tes Matematika dari tes awal, tes siklus I, tes siklus II dan tes siklus III Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011... 78

(16)

commit to user

xvi

21. Grafik Perbandingan rata-rata Skor Keaktifan Siswa Aspek

Psikomotorik pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III Siswa

Kelas II SDN III Pokoh Kidul Tahun 2011 ... 81

22. Grafik Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Matematika

Siklus I, Siklus II dan Siklus III Siswa Kelas II SDN III

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)... 91

2 Silabus ... 92

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 93

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 102

5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 112

6 Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 118

7 Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Siklus II ... 122

8 Hasil Observasi Aspek Afektif Siswa Siklus III ... 126

9 Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I ... 128

10 Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus II ... 132

11 Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siswa Siklus III ... 136

12 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 138

13 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 144

14 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 150

15 Lembar Kerja Siswa I Untuk Siklus I Pertemuan 1 ... 153

16 Lembar Kerja Siswa 2 Untuk Siklus I Pertemuan 2 ... 155

17 Lembar Kerja Siswa 3 Untuk Siklus II Pertemuan 1 ... 156

18 Lembar Kerja Siswa 4 Untuk Siklus II Pertemuan 2 ... 157

19 Lembar Kerja Siswa 5 Untuk Siklus III ... 158

20 Lembar Soal Pertemuan 1 Siklus I ... 166

21 Lembar Soal Pertemuan 2 Siklus I ... 168

22 Lembar Soal Pertemuan 1 Siklus II ... 169

23 Lembar Soal Pertemuan 2 Siklus II ... 171

24 Lembar Soal Siklus III ... 172

25 Daftar Nama Siswa Kelas II SDN III Pokoh Kidul Tahun Pelajaran 2010/ 2011 ... 173

(18)

commit to user

xviii

27 Tabel Data Tes Siklus I Pertemuan I dan II ... 176

28 Tabel Data Tes Siklus I ... 177

29 Tabel Data Tes Siklus II Pertemuan I dan II ... 178

30 Tabel Data Tes Siklus II ... 179

31 Tabel Data Tes Siklus III ... 180

32 Dokumentasi ... 181

24 Surat Izin Penyusunan Skripsi ... 182

25 Surat Izin Penelitian ... 183

(19)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang berkenaan

dengan ide-ide abstrak beserta simbol-simbol yang tersusun secara hirarki dan

memerlukan penalaran deduktif, sehingga belajar matematika merupakan kegiatan

mental yang tinggi. Hal ini dijelaskan di dalam kurikulum matematika SD

(Depdiknas, 2003:2) bahwa Matematika merupakan suatau bahan kajian yang

memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu

kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya

sudah diterima, sehingga keterkaitan antarkonsep dalam matematika bersifat

sangat kuat dan jelas.

Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, mengacu pada

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2007 ( Depdiknas, 2007: 64 ) adalah “ agar

siswa sanggup menghadapi perubahan keadaaan di dalam kehidupan dan di dunia

yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara

logis, rasional, kritis, cermat, efektif dan efisien”. Sehingga tujuan yang ingin

dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan sasaran

yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut.

Sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila siswanya

telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang

dipelajarinya.

Dengan mengetahui tujuan pembelajaran matematika tersebut diharapkan

sebagai guru dapat memahami adanya hubungan antara matematika dengan

berbagai ilmu lain atau kehidupan.Sebagai tindak lanjutnya sangat diharapkan

agar para siswa diberikan penjelasan untuk melihat berbagai contoh penggunaan

Matematika sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari.Namun tentunya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa,

(20)

commit to user

Sampai sekarang banyak orang beranggapan bahwa pelajaran matematika

adalah pelajaran yang sulit, karena membutuhkan nalar yang tinggi dari

pembelajarannya, begitu pula bagi sebagian guru yang mengajar matematika

beranggapan bahwa matematika sulit karena membutuhkan metode mengajar

yang susah dilaksanakan oleh guru, juga harus menyediakan berbagai alat peraga

sesuai dengan materi dan akhirnya guru hanya menggunakan metode ceramah

dalam pembelajaran. Hal tersebut di atas sering dirasakan oleh guru disebabkan

guru yang mengajar matematika tersebut tidak memiliki bekal dan kemampuan

yang sangat dibutuhkan oleh seorang pengajar .

Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan

tempat mengaplikasikan konsep. Akibatnya, siswa kurang menghayati atau

memahami konsep-konsep matematika, dan siswa mengalami kesulitan untuk

mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, tidak

sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang

sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Banyak siswa yang

berusaha menghindari mata pelajaran tersebut.

Dengan adanya hal seperti itu sangat berakibat buruk bagi perkembangan

pendidikan matematika ke depan, pemahaman konsep pembelajaranpun menjadi

rendah sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan.Hal tersebut juga

dialami siswa SDN III Pokoh Kidul Wonogiri. Sebagaimana dapat dilihat dari

hasil belajar matematika siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri pada

Kompetensi Dasar Perkalian Dua Bilangan dan dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang harus dicapai adalah 65 dari skor skala 100. Pada

kenyataannya hasil belajar pekalian yang dicapai rata-rata masih dibawah Kriteria

Ketuntasan Minimal ( KKM ).Persentasi siswa yang memperoleh nilai tuntas

hanya 37,5 % dari 16 siswa ( lampiran 26 halaman 174 ). Temuan ini yang

kemudian mendasari penulis untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman konsep

perkalian pada siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri.

Untuk mengatasi pemahaman konsep perkalian dalam matematika tersebut

(21)

commit to user

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan memberikan dorongan pada

guru dalam menyampaikan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan

bukan menyeramkan sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran. Maka pada penelitian ini ditekankan upaya

untuk melihat hasil penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk

meningkatkan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya

pemahaman konsep khususnya operasi hitung perkalian matematikanya akan

meningkat.

Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam pembentukan

konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa dikatakan suatu

pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal nyata atau real bagi

siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial. Pendekatan pembelajaran

matematika ini berdasarkan pandangan konstruktivistik, yaitu proses belajar

matematika yang memberi keleluasaan kepada siswa yang mengkonstruksi

konsep-konsep matematika melalui konteks (contextual problem). Konteks yang

diterjemahkan siswa ke dalam model-model matematika sebagai jembatan untuk

menghantarkan siswa sampai memahami konsep-konsep formal.Dengan

Pendekatan Matematika Realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan kembali dan mengkonstruksi berbagai konsep-konsep matematika,

sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep matematika.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, agar siswa mempunyai

pemahaman konsep perkalian yang optimal, maka akan digunakan model

Pendekatan Matematika Realistik dalam Penelitian Tindakan Kelas yang akan

dilaksanakan dengan judul “Penggunaan Pendekatan Matematika Realistik untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Pada Siswa Kelas II SDN III Pokoh

(22)

commit to user

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa permasalah sebagai berikut :

1. Pemahaman konsep perkalian dalam pembelajaran matematika masih belum

mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ).

2. Adanya anggapan siswa, pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling

sulit, menakutkan, menjemukan dan membosankan sehingga hasil belajar

matematika rendah.

3. Banyaknya guru yang menyampaikan pembelajaran matematika masih

menggunakan pendekatan teaching center, sehingga siswa cenderung pasif.

4. Banyaknya guru yang belum menggunakan alat peraga dalam menyampaikan

materi pelajaran matematika.

5. Banyaknya guru yang masih menggunakan metode ceramah dalam

pembelajaran.

6. Pendekatan Matematika Realistik merupakan jalan yang strategis bagi

peningkatan pemahaman konsep perkalian.

C.Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, agar permasalahan

yang dikaji terarah, maka penulis membatasi masalah- masalah tersebut sebagai

berikut:

1. Pemahaman konsep perkalian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

materi operasi hitung perkalian pada mata pelajaran matematika kelas II SD

Negeri III Pokoh Kidul Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

2. Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah sehari- hari sebagai sumber inspirasi dalam

pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep tersebut atau bisa

dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan pada hal- hal

(23)

commit to user

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat ditampilkan rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan penggunaan Pendekatan Matematika Realistik dapat

meningkatkan pemahaman konsep perkalian pada siswa kelas II SDN III

Pokoh Kidul Wonogiri Tahun 2011 ?

2. Apakah Pendekatan Matematika Realistik dapat meningkatkan keaktifan siswa

kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri dalam pembelajaran perkalian

Matematika ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian

sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep perkalian melalui penggunaan

Pendekatan Matematika Realistik pada siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul

Wonogiri.

2. Untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas II SDN III Pokoh Kidul Wonogiri

dalam pembelajaran perkalian matematika melalui penggunaan Pendekatan

Matematika Realistik

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan sumbangan dalam keilmuan untuk memperbaiki dan

mengembangkan kualitas pendidikan / pembelajaran, khususnya yang

bersangkutan dengan Pendekatan Matematika Realistik.

b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian

lain.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Meningkatnya kemampuan pemahaman konsep perkalian siswa kelas II

(24)

commit to user

2) Siswa mendapat pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi

bermakna.

b. Bagi Guru

1) Memberikan pengalaman dan wawasan bagi guru bahwa dalam

pembelajaran, khususnya bagi siswa kelas rendah membutuhkan

pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan rasa nyaman dan

rasa senang pada siswa, sehingga dapat meningkatkan minat dan

motivasi siswa pada pembelajaran Matematika.

2) Meningkatkan keterampilan guru untuk mengatasi kesulitan

pembelajaran dalam bidang Matematika khususnya dalam menghitung

perkalian dengan menggunakan pendekatan realistic, sehingga tercipta

suatua proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan untuk

membantu perkembangan siswa yang optimal.

c. Bagi Sekolah

Dengan penerapan pendekatan pembelajaran yang inovatif, sekolah

(25)

commit to user

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Matematika

a. Pengertian Matematika

Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Matematika berasal

dari bahasa latin manthanien atau mathema yang berarti belajar atau hal yang

dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti

,Depdiknas, 2001 (dalam ipotes.wordpress.com/p.realistik)

Namun arti atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat

diterapkan secara pasti dan singkat.Definisi dari matematika makin lama

makin sukar untuk dibuat karena cabang-cabang matematika semakin lama

makin bertambah dan makin bercampur satu sama lainnya. Ada beberapa ahli

yang mencoba berpendapat tentang matematika. Menurut Andi Hakim

Nasution dalam Karso (2009: 1.39),istilah matematika berasal dari bahasa

Yunani “ matheint” atau “manthein” artinya “mempelajari”, namun diduga kata itu ada hubungannya dengan kata Sansekerta “medha” atau “widya” yang artinya “kepandaian”, “ketahuan” atau “intelegensi”

James dan James dalam Ruseffendi ( 1997 : 42 ) mengatakan bahwa

matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran

dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan

jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,analisis

dan geometri. Selanjutnya menurut Johson dan Rising dalam Karso

(2009:1.39) adalah pola berfikir,pola mengorganisasikan pembuktian logic;

Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau

teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak

didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya.Menurut Reys dalam Karso (2009:1.40) mengatakan bahwa

matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola

(26)

commit to user

dalam Karso (2009:1.40) bahwa matematika itu bukan pengetahuan

menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya

untuk membantu manusia memahami, menguasai permasalahan sosial,

ekonomi dan alam.

Taylor dan Francis Group (2008) dalam International Journal of Education in Science and Tecnology : Mathematics is pervading every study and technique in our modern world, bringing ever more sharply into focus the responsibilities laid upon those whose task it is to teach it. Most prominent among these is the difficulty of presenting an interdisciplinary approach so that one professional group may benefit from the experience

of others.(http:// www. tandf.co.uk/ journals/titles /0020739X .asp/

International +Journal+ of +Mathematical +Education+in +Science+and+ Technology.Acces 1/03/2011).

Matematika adalah meresapi setiap studi dan teknik dalam dunia modern kita, membawa semakin tajam ke dalam fokus tanggung jawab yang dibebankan pada orang-orang yang bertugas itu adalah untuk mengajarkannya. Paling menonjol di antaranya adalah sulitnya menyajikan pendekatan interdisipliner sehingga satu kelompok profesional dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain.

Berdasarkan pendapat dari para ahli matematika di atas dapat dikatakan

bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan

penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan

diantara hal-hal itu. Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar konsep

dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta

mencari hubungan diantara konsep dan struktur.

b. Pembelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemapuan

berfikir logis , analitis,sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja

sama.Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dan kemampuan berfikir

logis , analitis,sistematis, kritis, dan kreatif di masa depan, maka diperlukan

penguasaan matematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang

(27)

commit to user

Secara umum Gagne dan Briggs dalam Nyimas Aisyah (2007:1.3)

melukiskan pembelajaran sebagai upaya orang yang tujuannya adalah

membantu orang belajar. Secara lebih terinci Gange mendefinisikan

pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang

untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal.

Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey dalam Nyimas

Aisyah (2007:1.3) bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut

serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi

tertentu.

Menurut Badudu Zain dalam kamus Bahasa Indonesia (2001:19)

menyatakan kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai

proses, cara,menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.Kata ini berasal

dari kata kerja belajar yang berarti “ berusaha untuk memperoleh kepandaian

atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman”.

Dari pengertian di atas menunjukkan bahwa hakikatnya

pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan

tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan

seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut

tidak hanya berpusat pada guru, tetapi berpusat pada kegiatan siswa dalam

belajar sehingga memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan

mencari pengalaman tentang matematika.

c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi, mata pelajaran

matematika dalam Mumun Syaban (EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan

Budaya) menyebutkan bahwa peran dan fungsi matematika terutama sebagai

sarana mengembangkan kemampuan bernalar dalam memecahkan masalah

baik pada bidang matematika maupun dalam bidang lainnya. Oleh karena itu,

(28)

commit to user

Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam

memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang

berkaitan dengan kehidupan nyata,(2) kemampuan menggunakan matematika

sebagai alat komunikasi, (3)Kemampuan menggunakan matematika sebagai

cara bernalar yang dapat dialih gunakan pada setiap keadaan seperti berpikir

kritis,berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur,

bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

Adapun tujuan pengajaran Matematika di Sekolah Dasar yang

dijabarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2007:91) adalah

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,secara luwes, akurat ,efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah;

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh;

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table ,diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan , yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

d. Pemahaman Konsep Perkalian

1) Pemahaman

Pemahaman menurut Badudu Zain dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia (2001:976) berasal dari kata paham yang artinya 1) pengertian;

pengetahuan yang banyak, 2) pendapat, pikiran, 3) aliran; pandangan, 4)

mengerti benar (akan); tahu benar (akan); 5) pandai dan mengerti benar.

Apabila mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : 1) mengerti

benar (akan); mengetahui benar, 2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan

pe-an menjadi pemahaman, artinya 1) proses, 2) perbuatan, 3) cara memahami

(29)

commit to user

diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara

mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.

Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension. Purwainata

menyatakan bahwa artinya “mengerti benar “, sehingga pemahaman konsep

artinya mengerti benar tentang konsep. Menurut Driver pemahaman adalah

kemampuan untuk menjelasakan suatu situasi / suatu tindakan.

(http://matematika.upi.edu./penerapan pendidikan matematika)

Dari pengertian di atas ada tiga aspek pemahaman yaitu : 1)

Kemampuan mengenal, 2) Kemampuan menjelaskan, 3) Kemampuan

mengintrepasi atau menarik kesimpulan

2) Konsep

a) Pengertian Konsep

Menurut Flavell yang dikutip Dahar dalam Mulyati (2005: 53),

menyebutkan bahwa konsep memiliki tujuh dimensi yang berbeda-beda,

yakni atribut, struktur, keabstrakan, keinklusifan,generalisasi atau

keumuman,ketepatan dan kekuatan. Dahar menyimpulkan bahwa konsep

adalah suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus.

Menurut Chaplin dalam Mulyati (2005: 53) menyebutkan bahwa

pengertian konsep meliputi :

(1) Satu idea tau pengertian umum yang disusun dengan kata, symbol

dan tanda.

(2) Satu ide yang mengombinasikan beberapa unsure sumber-sumber

berbeda ke dalam satu gagasan tunggal.

b) Beberapa Teori Belajar Konsep

Teori Belajar Konsep Menurut Retno Wilis Dahar dalam Mulyati (

2005:58-59) :

(1) Pendekatan Perilaku

Teori berdasarkan pada asosiasi stimulus dan respon, yakni memberikan

(30)

commit to user

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan perilaku : (a) Pola

reinformacement dan umpan balik (b) contoh-contoh positif dan

negative, (c) banyaknya atribut.

(2) Teori atau Pendekatan Kognitif

Belajar konsep dengan pendekatan kognitif mempunyai sifat menarik,

yaitu konsep-konsep disjungtif atau relasional dan belajar akan lebih

mudah dengan menggunakan pola selektif daripada pola reseptif.

c) Karakteristik atau ciri umum konsep

Menurut Schuncke dalam Faqih Samiawi (2001:12)

mengemukakan beberapa karakteristik atau ciri umum konsep, yaitu : (1)

merupakan suatu abstrak ,(2) mencerminkan pengelompokkan,(3) bersifat

pribadi, (4) dipelajari melalui pengalaman, (5) bukan sekedar kata-kata.

3) Pengertian Perkalian

Dalam operasi hitung bilangan kita mengenal operasi perkalian.

Banyak para ahli yang menjelaskan konsep perkalian, diantaranya pendapat

Sutawidjaja dalam Wirasto (1991:74) yang menjelaskan bahwa: Perkalian

adalah penjumlahan berganda dengan suku-suku yang sama.

Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara

berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa

sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.

Lambang perkalian adalah “×”.

Definisi Pekalian:

Penjumlahan berganda dengan suku-suku yang sama, misalnya

2 + 2 + 2 + 2 + 2

Disebut penjumlahan berulang.

Di sini terdapat lima suku yang sama yaitu 2. Penjumlahan ini disajikan pula

dalam bentuk : 5 x 2 dan disebut perkalian 5 dan 2.

Jika bilangan-bilangannya a dan b, maka :

a x b adalah penjumlahan berulang yang mempumyai a suku , dan tiap-tiap suku

(31)

commit to user Dengan rumus :

a x b = b + b + b + b + b ( a suku )

Jika a x b dinamakan c, maka terdapat :

a x b = c

yang dibaca : “ a kali b sama dengan c “

a dinamakan pengali,

b dinamakan bilangan yang dikalikan, atau untuk singkatnya terkalikan ; a x

b dan c dinamakan hasil kali.

Pada operasi perkalian pada bilangan cacah berlaku sifat komutatif dan

asosiatif, yaitu bilangan yang saling ditukar tempatnya, hasilnya tetap sama.

2. Hakikat Pendekatan Matematika Realistik

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang di antaranya

adalah pendekatan pembelajaran. Menurut Syaiful Sagala dalam Ruminiati

(2007:1-15), pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas pembelajaran yang

dipilih guru dalam rangka mempermudah siswa mempelajari bahan ajar yang

telah ditetapkan oleh guru dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Pendekatan Pembelajaran menurut Akhmad Sudrajat (http :// akhmad

sudrajat.wordpress.com) bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan

sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang

merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih

sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan

melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran

adalah suatu siasat dalam mengajar yang digunakan untuk memaksimalkan

hasil pembelajaran dengan arah atau hal yang kita ambil untuk menuju suatu

sasaran.Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan

(32)

commit to user

pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam

perencanaan pembelajaran.

b. Pengertian Pendekatan Matematika Realistik

Realistic mathematics education, yang diterjemahkan sebagai pendidikan

matematika realistik (PMR), adalah sebuah pendekatan belajar matematika

yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari

Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri Belanda. Pendekatan ini

didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal ( 1905 – 1990 ) bahwa

matematika adalah kegiatan manusia yang bermula dari pemecahan masalah

yang berhubungan dengan masalah aljabar,analisis dan geometri. ( Aisyah dkk

(207:7.3) )

Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen dalam Aisyah dkk

(2007: 7.3) , RME ini adalah pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis

sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika. Pembelajaran matematika

tidak dapat dipisahkan dari sifat matematika seseorang memecahkan masalah,

mencari masalah, dan mengorganisasi atau matematisasi materi

pelajaran.Siswa tidak dipandang sebagai penerima pasif, tetapi harus diberi

kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika di bawah

bimbingan guru. Proses penemuan ini dikembangkan melalui penjelajahan

berbagai persoalan dunia nyata.Dunia nyata digunakan sebagai titik awal

pembelajaran matematika.Untuk menekankan bahwa proses lebih penting

daripada hasil, dalam pendekatan matematika realistik digunakan istilah

matematisasi yaitu proses matematikakan dunia nyata. Proses ini digambarkan

oleh de Lange dalam Aisyah (2007:7.3) , Proses ini digambarkan sebagai

(33)

commit to user Dunia nyata

Matematisasi Matematisasi

dalam aplikasi dalam refleksi

Abstraksi dan

formalisasi

[image:33.595.139.510.140.478.2]

Gambar 1.

Matematisasi Konseptual

( De Lange dalam Aisyah dkk 2007:7.4)

Selanjutnya pengertian pendekatan matematika realistik menurut

Sudarman Benu ( http : // Zahra-blogspot.com / 2010 ) adalah pendekatan yang

menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak

dalam belajar matematika.

Hayle Barnes dalam African Journal of Research in SMT Education, Volume 8(1), 2004, pp. 53-64 : RME has played a role in eliciting and addressing alternative conceptions of learners in this intervention. This has been done firstly through the application of the

principle of guided reinvention in the design of contextual problems. (

http ://p4mristkipgarut.files. wordpress. com /2010/11/realistic-

mathematics-education-eliciting-alternative-mathematical-conceptions-of-learners-hayley-barnes).

RME telah memainkan peran dalam memunculkan dan menangani konsepsi alternatif pelajar dalam intervensi ini. Ini telah dilakukan terlebih dahulu melalui penerapan prinsip penciptaan kembali dipandu dalam perancangan kontekstual masalah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika

(34)

commit to user

memanfaatkan pengetahuan siswa sebagai jembatan untuk memehami

konsep-konsep matematika. Siswa tidak belajar konsep-konsep matematika dengan cara

langsung dari guru atau orang lain melalui penjelasan, tetapi siswa membangun

sendiri sesuatu yang diketahui oleh siswa itu sendiri. Matematika itu sendiri

memberi kesempatan kepada siswa mengkonstruksi sendiri konsep-konsep

matematika melalui sesuatu yang diketahuinya.

c. Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik

Suryanto dalam Aisyah (2007:7.7) mengemukakan beberapa karakteristik

Pendekatan Matematika Realistik adalah sebagai berikut :

1) Masalah konstektual yang realistic digunakan untuk memperkenalkan

ide dan konsep matematika kepada siswa.

2) Siswa menemukan kembali ide, konsep dan prinsip atau model

matematika melalui pemecahan masalah konstektual yang realistic dengan

bantuan guru atau temannya;

3) Siswa diarahkan untuk mendiskusikan penyelesaian terhadap masalah

yang mereka temukan ( yang biasanya ada yang berbeda , baik cara

menemukannya maupun hasilnya );

4) Siswa merefleksikan (memikirkan kembali) apa yang telah dikerjakan dan

apa yang telah dihasilkan, baik hasil kerja mandiri maupun hasil diskusi;

5) Siswa dibantu untuk mengaitkan beberapa isi pelajaran matematika yang

memang ada hubungannya;

6) Siswa diajak mengembangkan, memperluas, atau meningkatkan hasil-hasil

dari pekerjaannya agar menemukan konsep atau prinsip matematika yang

lebih rumit;

7) Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau

hasil yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling

cocok dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan )

Sedangkan menurut Grafemeijer (dalam Zahra-abcd. blogspot.

com/2010/03/04 mengajar matematika-dengan-pendekatan), ada 5 karakteristik

pembelajaran matematika realistik, yaitu sebagai berikut: (1)Menggunakan

(35)

commit to user

kontribusi siswa,(4) Interaktivitas, (5) Terintegrasi dengan topik pembelajaran

lainnya(bersifat holistik).

d. Prinsip Pendekatan Matematika Realistik

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan RME kita harus tahu prinsip-prinsip yang digunakannya. Ada tiga

prinsip kunci RME (Gravemeijer dalam http:// www.3+prinsip+ kunci +RME+

(+Graveimejer+) diunduh tanggal 27 Januari 2011, 20.15)

1) Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang.

Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan matematisasi

dengan masalah kontekstual yang realistik bagi siswa dengan bantuan dari

guru.

2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik.

Topik-topik matematika disajikan atas dasar aplikasinya dan kontribusinya

bagi perkembangan matematika. Pembelajaran matematika yang

cenderung berorientasi kepada memberi informasi atau memberitahu siswa

dan memakai matematika yang sudah siap pakai untuk memecahkan

masalah, diubah dengan menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk

mengawali pembelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya

sendiri mencoba memecahkannya.Dengan masalah kontekstual yang

diberikan pada awal pembelajaran seperti tersebut di atas, dimungkinkan

banyak/beraneka ragam cara yang digunakan atau ditemukan siswa dalam

menyelesaikan masalah.

3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa.

Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa mengembangkan

suatu model. Model ini diharapkan dibangun sendiri oleh siswa, baik

dalam proses matematisasi horizontal ataupun vertikal.

Menurut De Langue dalam Aisyah ( 2007:7.3) Pembelajaran

matematika dengan pendekatan PMR meliputi beberapa prinsip yaitu (a)

Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” (kontekstual)

bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga

(36)

commit to user

diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

pelajaran tersebut. (c) Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model

simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan, (d)

Pengajaran berlangsung secara interaktif: siswa menjelaskan dan memberikan

alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya

(siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan,

mencari alternatif penyelesaian yang lain; dan melakukan refleksi terhadap

setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

e. Konsepsi Pendekatan Matematika Realistik

Dikemukakan oleh Sutarto Hadi dalam Aisyah dkk (2007: 7.5) bahwa:

“teori Pendekatan Matematika Realistik sejalan dengan teori belajar yang

berkembang saat ini, seperti konstruktivisme dan pembelajaran kontekstual

(CTL)”. Siswa dipandang sebagai individu (subjek) yang memiliki

pengetahuan dan pengalaman sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan.

Dalam pendekatan ini diyakini pula bahwa siswa memiliki potensi untuk

mengembangkan sendiri pengetahuannya dan bila diberi kesempatan mereka

dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman mereka tentang

matematika. Melalui eksplorasi berbagai masalah, baik masalah kehidupan

sehari-hari maupun masalah matematika, siswa dapat merekonstruksi kembali

temua-temuan dalam bidang matematika. Jadi berdasarkan pemikiran ini

Sutarto Hadi mengemukakan konsepsi siswa dalam pendekatan ini adalah

sebagai berikut :

1) Konsepsi RME tentang siswa adalah sebagai berikut: a) Siswa memiliki

seperangkat konsep alternatif tentang ide-ide matematika yang

mempengaruhi belajar selanjutnya, b) Siswa memperoleh pengetahuan baru

dengan membentuk pengetahuan itu untuk dirinya sendiri, c) Pembentukan

pengetahuan merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan,

kreasi, modifikasi, penghalusan, penyusunan dan penolakan, d)

Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal

dari seperangkat ragam pengalaman,e) Setiap siswa tanpa memandang ras,

(37)

commit to user

2) Konsepsi RME tentang guru adalah sebagai berikut: a) Guru hanya sebagai

fasilitator dalam pembelajaran, b) Guru harus mampu membangun

pembelajaran yang interaktif, c) Guru harus memberikan kesempatan

kepada siswa untuk secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dan

secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan riil, d) Guru

tidak terpancang pada materi yang ada di dalam kurikulum,tetapi aktif

mengaitkan kurikulum dengan dunia riil, baik fisik maupun sosial.

3) Konsepsi RME tentang pembelajaran Matematika meliputi aspek-aspek

berikut: (a) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal)

yang ’riil’ bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat

pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara

bermakna,(b)Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut (c) Siswa

mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal

terhadap persoalan/permasalahan yang diajukan,(d) Pembelajaran

berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan

terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa

lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan,

mencari alternatif penyelesaian yang lain, dan melakukan refleksi terhadap

setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran.

f. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik

Menurut Zulkardi dalam Aisyah dkk ( 2007:7.20) langkah-langkah

pembelajaran matematika realistic dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Persiapan

Selain menyiapkan masalah konstektual, guru harus benar-benar memahami

masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan

ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.

2) Pembukaan

Siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang dipakai dan

diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata .Kemudian siswa diminta

(38)

commit to user 3) Proses Pembelajaran

Siswa mencoba berbagai srategi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan

pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara

kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya didepan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain

memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru

mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil

mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan

aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.

4) Penutup

Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi kelas,

siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.Pada akhir

pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk

matematika formal.

g. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik

1) Beberapa keunggulan dari pembelajaran metematika realistik dalam

(Zahra - abcd. blogspot .com/ 2011 /03/04 mengajar matematika dengan

pendekatan) antara lain:

a) Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang

tidak tampak.

b) Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.

c) Guru ditantang untuk mempelajari bahan.

d) Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga. Alat peraga adalah

benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.

e) Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

2) Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:

a) Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar( 40- 45 orang).

b)Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.

c) Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang

(39)

commit to user

h. Pendekatan Matematika Realistik dalam Pembelajaran Matematika

Secara garis besar Pendekatan Matematika Realistik adalah suatu

pendekatan belajar matematika yang dikembangkan untuk mendekatkan

matematika kepada siswa.Masalah masalah nyata dari kehidupan sehari-hari

digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan

bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Benda-benda nyata yang akrab dengan kehidupan keseharian siswa dijadikan sebagai

alat peraga dalam pembelajaran matematika.Siswa menjadi lebih tertarik dan

senang belajar matematika serta menunjukkan peningkatan hasil belajar yang

cukup memuaskan ( Hadi dalam Aisyah dkk, 2007:7-1).

Dalam pengertian yang lainnya, Pendekatan matematika realistik adalah

pendekatan pembelajaran matematika yang berdasarkan pandangan

konstruktivistik, yaitu proses belajar matematika yang memberi keleluasaan

kepada siswa yang mengkonstruk konsep-konsep matematika melalui konteks

(contextual problem). Konteks yang diterjemahkan siswa ke dalam

model-model matematika sebagai jembatan untuk menghantarkan siswa sampai

memahami konsep-konsep formal.

i. Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar

Piaget dalam Karso dkk, (2009:1.6) menyatakan bahwa setiap anak

memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan

lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak

memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang

ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam

lingkungannya.

Piaget dalam Karso dkk, (2009:1.6) dengan Teori Tingkat

Perkembangan Berfikir Anak telah membagi tahapan kemampuan berfikir

anak menjadi empat tahapan yaitu :

1) Tahap sensori motorik ( dari lahir sampai usia 2 tahun )

2) Tahap operasional awal/pra operasi ( usia 2 sampai 7 tahun)

3) Tahap opersional/operasi konkret ( usia 7 sampai 11 atau 12 tahun)

(40)

commit to user

Anak usia SD pada umumnya berada pada tahap berfikir operasional

konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar

sebagai berikut: 1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari

satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur

secara serentak, 2) Mulai berpikir secara operasional,3) Mempergunakan cara

berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, 4) Membentuk

dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,prinsip ilmiah sederhana,

dan mempergunakan hubungan sebab akibat, 5) Memahami konsep substansi,

volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, Piaget

dalam Karso dkk, (2009:1.6) menyatakan bahwa kecenderungan belajar anak

usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1) Konkrit

Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang

konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar,dibaui, diraba, dan diotak atik,

dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar

yanglebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan denganperistiwa

dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami,sehingga lebih nyata,

lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat

dipertanggungjawabkan.

2) Integratif

Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari

sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari

berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif

yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3) Hierarkis

Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara

bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan

(41)

commit to user

Benda-benda atau kejadian-kejadian yang tidak dapat dibayangkan siswa

masih sulit untuk dipikirkan.

Susento (2004) dalam http://Wordpress.com./p.realistik.ipotes ,

mengorganisasikan pembelajaran matematika sebagai suatu alur seperti

nampak pada gambar 2.

[image:41.595.139.515.233.490.2]

Gambar 2. Organisasi Kegiatan Matematika di Kelas

Rangkaian kegiatan pembelajaran ini memuat tahap-tahap seperti

yang dikemukakan Bruner dalam Karso (2009:1.12-1.13) yang harus dilewati

anak dalam proses belajarnya. Tahap-tahap tersebut yaitu ; (a) tahap enaktif,

dimana dalam tahap ini anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi

(mengotak-atik) objek. (b) tahap ikonik, dimana dalam tahap ini kegiatan

yang dilakukan anak berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran

dari objek yang dimanipulasinya. (c) tahap simbolik, dimana dalam tahap ini

anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.

Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya.

Apabila pada diri anak telah terbentuk pengetahuan formal melalui

kegiatan pembelajaran matematika tersebut, anak akan mampu

mengembangkan ide dan konsep matematika yang dimulai dari dunia nyata

untuk memecahkan suatu permasalahan.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang

hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan

substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada

dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut peneliti, ada beberap penelitian

(42)

commit to user

Ai Nani Nurhayati ( 2009 ) yang mengadakan penelitian tentang

pengaruh pendekatan matematika realistic dalam penanaman konsep perkalian

dan pembagian bilangan bulat pada kelas IV. Dari penelitian ini terbukti bahwa

dengan pendekatan Matematika realistic dapat meningkatkan pemahaman konsep

perkalian dan pembagian bilangan bulat pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri

Cipanas Kec. Tanjungkerta Kab. Sumedang.

Cahyaning Fitria Prihutami ( 2009 ) yang mengadakan penelitian tentang

pengaruh model pembelajaran konstektual ( Contextual Teaching Learning )

dalam pemecahan masalah matematika terhadap kemampuan belajar perkalian

siswa dengan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar Perkalian Matematika Dengan

Pendekatan Contextual Teaching And Learning Pada Siswa Kelas II SDN III

Wonoboyo Wonogiri..Dari penelitian ini terbukti bahwa dengan model

pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching Learning )maka prestasi belajar

siswa mengalami peningkatan.

Penelitian di atas menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran sangat

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa sedangkan metode yang sesuai dapat

membantu siswa untuk keberhasilan belajarnya. Sehubungan dengan hal tersebut

di atas , peneliti merasa perlu untuk mengembangkan supaya kemampuan

menghitung siswa meningkat menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi

siswa.

Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan peningkatan pemahaman

konsep perkalian melalui pendekatan matematika realistic pada siswa kelas II SD

N III Pokoh Kidul Wonogiri tahun 2011.

C. Kerangka Berfikir

Materi perkalian dianggap para siswa kelas II SD N III Pokoh Kidul

Wonogiri sebagai pokok bahasan yang sulit. Terbukti dari kemampuan

pemahaman konsep pembelajaran pun menjadi rendah sehingga hasil belajar

siswa menjadi kurang memuaskan.Hal ini disebabkan antara lain karena guru

yang mengajar matematika tersebut tidak memiliki bekal dan kemampuan yang

(43)

commit to user

Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan

tempat mengaplikasikan konsep. Siswa mengalami kesulitan matematika di kelas.

Akibatnya, siswa kurang menghayati atau memahami konsep-konsep Matematika,

dan siswa mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan Matematika dalam

kehidupan sehari-hari. Sementara itu, tidak sedikit siswa yang memandang

matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan,

menyeramkan, bahkan menakutkan. Banyak siswa yang berusaha menghindari

mata pelajaran tersebut.

Upaya yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan pemahaman konsep

perkalian dalam Matematika adalah dengan menggunakan Pendekatan Matematika

Realistik. Pendekatan Matematika Realistik adalah pendekatan pembelajaran

matematika yang berdasarkan pandangan konstruktivistik, yaitu proses belajar

matematika yang memberi keleluasaan kepada siswa yang mengkonstruksi

konsep-konsep Matematika melalui konteks (contextual problem). Konteks yang

diterjemahkan siswa ke dalam model-model Matematika sebagai jembatan untuk

menghantarkan siswa sampai memahami konsep-konsep formal. Dengan

Pendekatan Matematika Realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan kembali dan mengkonstruksi berbagai konsep-konsep matematika,

sehingga siswa kelas II mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep

perkalian dalam matematika.

Berdasarkan kajian teori yang telah diperoleh sebelumnya maka

diperoleh alur kerangka pikir dalam penelitian ini yang dapat divisualkan pada

(44)

commit to user

Kerangka Berfikir PTK sebagai berikut :

Guru dalam pelaksanaan Kemampuan

Pembelajaran masih pemahaman konsep

Kondisi awal tradisional yakni berpusat perkalian rendah

pada guru sedangkan siswa

pasif

Siklus I

Dalam pembelajaran

Matematika ( KD) : 1. Perencanaan

Melakukan perkalian 2. Tindakan

yang hasilnya dua 3. Observasi

angka melalui pende 4. Refleksi

katan realistic

Siklus II

Dalam pembelajaran Dalam pembelajaran

Tindakan Guru menggunakan Matematika (KD) : 1. Perencanaan

Pendekatan matematika Melakukan perkalian 2. Tindakan

realistik yang hasilny dua 3. Observasi

angka melalui pende- 4. Refleksi

katan realistic

Siklus III

Dalam pembelajaran

Matematika (KD) : : 1. Perencanaan

Melakukan perkalian 2. Tindakan

Yang hasilny dua 3. Observasi

angka melalui pende 4. Refleksi

Kondisi Akhir katan realistik

Melalui pendekatan

matematika realistic

kemampuan pemahaman

[image:44.595.104.514.109.721.2]

konsep perkalian meningkat

(45)

commit to user

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “Penggunaan

Pendekatan Matematika Realistik dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep

(46)

commit to user

28 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri III Pokoh Kidul Kecamatan

Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Adapun pemilihan tempat didasarkan pada

pertimbangan :

a) Sekolah Dasar Negeri III Pokoh Kidul Kecamatan Wonogiri Kabupaten

Wonogiri dipilih sebagai tempat penelitian karena peneliti adalah guru

di sekolah tersebut, sehingga sekolah tersebut merupakan tempat yang

paling tepat untuk melakukan penelitian karena penelti dapat meneliti

lebih spesifik tanpa meninggalkan tanggung jawabnya.

b) Kurangnya pemahaman konsep perkalian di siswa kelas II SDN III

Pokoh Kidul Wonogiri

2. Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester II

tahun pelajaran 2010/2011 yang dimulai pada bulan Januari sampai bulan

Mei tahun 2011.Pada bulan Januari 2011 penulis dalam tahap pengajuan

judul dan penyusunan proposal. Dilanjutkan bulan Februari 2011 sampai

minggu kedua bulan Maret penulis mengajukan proposal penelitian. Pada

minggu ketiga bulan Maret sampai dengan minggu pertama bulan April

2011, penulis mengurus ijin untuk melakukan penelitian. Minggu kedua

bulan April 2011 sampai akhir bulan Mei 2011 melaksanakan penelitian dan

penyusunan laporan.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri III

Pokoh Kidul Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Dengan jumlah

siswa sebanyak 16, yang terdiri 8 siswa putri dan 8 siswa putra. Pada

(47)

commit to user

sehingga dalam kesehariannya mereka mempunyai sikap dan perilaku yang

bermacam-macam juga.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berasal dari

istilah Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan

pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada

suatu subyek penelitian di kelas tersebut. IGAK Wardhani, dkk ( 2008: 1.3

). Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action

Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui

empat tahap, yaitu perencanaan ( planning), tindakan ( acting ),

pengamatan ( observasing), dan refleksi ( reflecting). Secara jelas

langkah-langkah tersebut divisualkan pada gambar 3.

dst

Plan Plan

Reflec Siklus I Act Reflec Siklus II Act

Observe Observe

Siklus I Siklus II

Gambar 4 : Model PTK ( pengembangan )

( Sarwiji Suwandi, 2010 : 28 )

Secara rinci prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas diuraikan sebagai

berikut :

(48)

commit to user a. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan.

b. Melakukan tindakan sesuai yang direncanakan.

c. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan dan

mengidentifikasi masalah.

d.Melakukan refleksi oleh peneliti.

2. Siklus pertama ( II)

a. Merencanakan tindakan berdasarkan siklus pertama untuk perb

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman
Grafik Daftar Nilai Matematika Siklus I Siswa Kelas II
Tabel Data Tes Siklus I Pertemuan I dan II ...........................  176
         Gambar 1.  Matematisasi Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di Indoesia, presiden bertindak sebagai kepala negara juga kepala pemerintahan, sedangkan di Australia, raja atau ratu sebagai kepala negara, yang diwakili oleh

Penyelesaian pertidaksamaan linear dengan cara substitusi agak sulit dilakukan karena kita harus main terka terhadap bilangan yang akan kita masukan. Kita tahu

PROGRAM BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu.. Nurihsan,

1) Melakukan kerjasama antara DPPKA dan pengusaha berupa pemberian hak pengelolaan titik reklame untuk jangka waktu tertentu dengan cara menyewakan lokasi strategis

loneliness mereka sebagai tempat berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari. sebelumnya, khususnya

Tujuannya, untuk mengetahui Karakteristik Pasien Bakterial Vaginosis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Periode 2009 – 2012 berdasarkan usia, agama, ras atau

[r]

Dengan ini memberitahukan bahwa setelah diadakan Penetapan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Pesawaran maka diberitahukan