• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Fisik Dan Laju Infiltrasi Tanah Pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi Kasus: Ptpn Viii Cimulang Bogor).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Fisik Dan Laju Infiltrasi Tanah Pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi Kasus: Ptpn Viii Cimulang Bogor)."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FISIK DAN LAJU INFILTRASI TANAH

PADA BLOK KEBUN KELAPA SAWIT

(Studi kasus : PTPN VIII CIMULANG BOGOR)

NIA PUSPITA SARI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Fisik dan Laju Infiltrasi Tanah Pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi kasus: PTPN VIII Cimulang Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Nia Puspita Sari

(4)

ABSTRAK

NIA PUSPITA SARI. Karakteristik Fisik dan Laju Infiltrasi Tanah pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi kasus: PTPN VIII Cimulang Bogor). Dibimbing oleh LATIEF M RACHMAN dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Suatu perkebunan kelapa sawit memiliki areal atau bagian yang berbeda yaitu piringan, non gawangan, gawangan hidup, dan gawangan mati. Bagian pada blok kebun kelapa sawit mendapatkan gangguan dan pengelolaan dengan intensitas yang berbeda sehingga menyebabkan karakteristik fisik dan laju infiltrasi tanah yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik fisik dan laju infiltrasi tanah pada beberapa bagian di blok kebun kelapa sawit yakni piringan, non gawangan, gawangan hidup, dan gawangan mati. Penelitian dilakukan di PTPN VIII Desa Cimulang, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada tanah Latosol dan kemiringan lereng 0-3%. Pengamatan dilakukan di lapangan dengan metode Double Ring Infiltrometer, sedangkan analisis sifat fisik dan kimia lainnya dilakukan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Parameter yang diamati pada penelitian adalah tekstur, bobot isi, porositas, bahan organik, permeabilitas, kemantapan agregat, dan laju infiltrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gawangan mati memiliki karakteristik fisik tanah yang baik dan laju infiltrasi tanah tertinggi yang ditunjukkan dengan bobot isi rendah (0.98 g/cm3), bahan organik tinggi (3.71%), porositas tinggi (63.13%), dan laju infiltrasi konstan yang tinggi (43.8 cm/jam) dan tergolong kelas sangat cepat. Piringan dan non gawangan memiliki karakteristik fisik lebih baik dan laju infiltrasi tanah lebih tinggi dibandingkan dengan gawangan hidup. Gawangan hidup memiliki karakteristik fisik tanah yang kurang baik dan laju infiltrasi rendah yang ditunjukkan dengan bobot isi tinggi (1.11 g/cm3), bahan organik rendah (2.94%), dan porositas rendah (57.92%) dan laju infiltrasi konstan yang rendah (0.03 cm/jam) dengan kelas sangat lambat.

(5)

ABSTRACT

NIA PUSPITA SARI. Physical Characteristic and Infiltration Rate of Soil at Block of Palm Oil Farm (Case Study at PTPN VIII Cimulang Bogor). Supervised by LATIEF M RACHMAN and DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Palm oil is one of plants requiring water in large amounts. A block of palm oil farm having four different areas namely: piringan, non gawangan, life gawangan, dead gawangan. Each of four different areas of obtains different kind and intensity of treatments, management and distruptiuon producing, different soil physical characteristic and soil infiltration rate. This study aims to assess physical characteristic of soil and soil infiltration rate in the different area of a block palm oil, namely: the piringan, non gawangan, life gawangan, and dead gawangan. The research was done in PTPN VIII Cimulang village, Rancabungur District, Bogor regency on the Latosol soil with slope of 0-3%. The field observation was done by using the Double Ring Infiltrometer method, while the analysis of the physical and chemical and other soil characteristics were done in the Laboratory of Soil and Water Conservation, Department of Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture. Parameters observed in research is soil texture, soil bulk density, soil porosity, soil organic matter, soil permeability, soil aggregate stability, and soil infiltration rate. The result shows that the dead gawangan having the best of physical characteristics of soil and soil infiltration rate as indicated by the lowest soil bulk density (0.98 g/cm3), highest soil organic matter (3.71%), highest total soil porosity (63.13%), and highest soil infiltration rate constant (43.8 cm/jam) that classified as very quickly. The piringan and non gawangan having the physical characteristics of physical soil and soil infiltration rate better than life gawangan. Life gawangan having the worst the soil physical characteristics and soil infiltration rate as indicated by the highest bulk soil density (1.11 g/cm3), lowest soil organic matter (2.94%), lowest total soil porosity (57.92%), and lowest soil infiltration rate constant (0.03 cm/jam) that is classified as class very slow.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

KARAKTERISTIK FISIK DAN LAJU INFILTRASI TANAH

PADA BLOK KEBUN KELAPA SAWIT

(Studi kasus : PTPN VIII CIMULANG BOGOR)

NIA PUSPITA SARI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian, dan penulisan skripsi ini. Skripsi yang dilaksanakan sejak Februari hingga Agustus 2015 ini berjudul Karakteristik Fisik dan Laju Infiltrasi Tanah pada Blok Kebun Kelapa Sawit (Studi kasus: PTPN VIII Cimulang Bogor).

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya ditujukan khususnya untuk :

1. Bapak Dr Ir Latief M Rachman, MSc. MBA selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang senantiasa memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama penelitian sampai penulisan skripsi.

2. Bapak Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku Dosen Pembimbing Skripsi II atas bimbingan dan berbagai saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr Ir Enni Dwi Wahjunie, Msi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan mamah atas doa, cinta, kasih sayang,semangat, dorongan, dan materiil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini. 5. Kakak-kakak ku (Elis, Herman,dan Wulan) atas doa, kasih sayang, dorongan,

dan materiil.

6. Seluruh staf Laboratorium dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

7. Vinni, Ariyanti, Rani, Rere, Rara, Ressa, Dieni, Sholichah, Diendra, Ade, Mirna, Regina, dan Soiler 48 atas kebersamaan dan dukungannya selama perkuliahan dan penelitian.

8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang membaca, khususnya bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

Bogor, September 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE 1

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan dan Alat 2

Pelaksanaan Penelitian 2

Analisis Sifat Tanah 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6

Karakteristik Tanah 9

Laju Infiltrasi Konstan 15

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

(13)

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi laju infiltrasi konstan menurut Kohnke (1968) 4 2 Metode yang digunakan untuk penetapan karakteristik tanah 5

3 Tekstur pada beberapa bagian kelapa sawit 9

4 Bahan organik di beberapa bagian dan kedalaman tanah 10 5 Bobot isi di beberapa bagian dan kedalaman tanah 11 6 Porositas total di beberapa bagian dan kedalaman tanah 12 7 Kemantapan agregat di beberapa bagian dan kedalaman tanah 13 8 Distribusi pori di berbagai bagian dan kedalaman tanah 14 9 Permeabilitas di beberapa bagian dan kedalaman tanah 15

10 Laju infiltrasi konstan di beberapa bagian 16

DAFTAR GAMBAR

1 Sketsa penelitian pada tiga lokasi di blok kebun kelapa sawit 3 2 Sketsa pengambilan sampel pada beberapa bagian di blok kebun kelapa

sawit 4

3 Bagian piringan 6

4 Bagian non gawangan 7

5 Bagian gawangan hidup 8

6 Lapisan keras pada gawangan hidup 8

7 Bagian gawangan mati 9

8 Kurva laju infiltrasi konstan pada beberapa bagian 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai tekstur tanah pada beberapa bagian 21

2 Nilai bobot isi, C-organik, stabilitas agregat, dan permeabilitas pada

beberapa bagian 22

3 Nilai porositas dan kadar air pF pada beberapa bagian 23

4 Nilai distribosi pori pada beberapa bagian 24

5 Sidik ragam sifat-sifat fisik tanah pada beberapa bagian 25

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang memerlukan air dalam jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau, kelapa sawit akan menyerap cadangan air bawah tanah dengan jumlah besar untuk memenuhi kebutuhannya agar bisa bertahan hidup.

Kebutuhan tanaman kelapa sawit akan air yang sangat banyak diindikasikan oleh nilai pemakaian konsumtif air (evapotranspirasi) tanaman kelapa sawit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai pemakaian konsumtif air tanaman kelapa sawit sebenarnya tidak terlalu tinggi. Menurut Siregar et al. (2006), nilai pemakaian konsumtif air kelapa sawit hanya sebesar 3-6 mm/hari. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai pemakaian konsumtif air tanaman sengon yang dibuktikan dalam penelitian Hudayana (2007) yaitu sebesar 7.41 mm/hari. Hal ini menunjukkan bahwa kerakusan tanaman kelapa sawit akan air bukan dikarenakan nilai pemakaian konsumtif air kelapa sawit melainkan oleh rendahnya jumlah air yang masuk ke dalam tanah akibat kapasitas infiltrasi tanah yang rendah. Kapasitas infiltrasi tanah yang rendah bisa terjadi karena pengelolaan yang kurang baik yang menyebabkan rusaknya sifat-sifat fisik tanah.

Pada suatu perkebunan kelapa sawit dapat dijumpai empat areal, yaitu: piringan, non gawangan, gawangan mati, dan gawangan hidup. Keempat areal ini mendapatkan pengelolaan atau gangguan dengan intensitas yang berbeda sehingga karakteristik tanahnya bisa berbeda. Gawangan hidup yang digunakan sebagai jalan pikul mendapatkan gangguan dengan intensitas yang paling tinggi dan menyebabkan kerusakan tanah juga paling tinggi. Gawangan mati digunakan sebagai tempat penumpukan pelepah yang mendapatkan gangguan dengan intensitas paling rendah sehingga kerusakan tanahnya juga rendah. Dengan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian di areal pada blok kebun kelapa sawit dengan melakukan karakterisasi sifat fisik tanah pada keempat jenis areal tersebut

Tujuan Penelitian

(16)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Februari sampai bulan Agustus 2015. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu : 1. Pengambilan sampel tanah pada areal penggunaan lahan kelapa sawit di PT Perkebunan Nusantara VIII Desa Cimulang, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. 2. Analisis tanah di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, Laboratorium Kimia dan Kesuburan tanah, serta Laboratorium Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan sampel tanah utuh, sampel tanah agregat utuh, dan sampel tanah terganggu. Alat yang digunakan adalah ring sampler, cangkul, golok, cutter, aluminium foil, kaleng, plastik, karung, timbangan digital, Pressure Plate Apparatus, Pressure Membrane Apparatus, satu set ayakan agregat kering, satu set ayakan agregat basah, cawan aluminium, cawan porselin, buret, corong, oven 1050 C, bak perendam, tabung sendimen, gelas ukur, gelas piala 1 L,

erlenmeyer, pengaduk, ayakan 2 mm, ayakan 0,5 mm, thermometer, piknometer, kompor, panci, buret, pipet volumetrik, double ring infiltrometer, gayung, ember,

stopwatch, penggaris, alat tulis, kalkulator, dan seperangkat komputer. Bahan yang digunakan adalah aquades, air AC, HCl, Ferroin 0.025 M, Natrium Pirophosphat, H2O2, FeSO4 0.5 N, K2Cr2O7 1N dan H2SO4.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam satu blok kebun kelapa sawit yang sama dengan jenis tanah latosol dan kemiringan lereng 0-3%. Satu blok kebun kelapa sawit dipilih tiga pohon secara acak yang dijadikan sebagai ulangan. Setiap pohon terdapat empat bagian yang berbeda dengan tiga kedalaman pada masing-masing bagian. Pada setiap bagian tersebut dilakukan pengambilan sampel tanah untuk diukur di laboratorium dan pengukuran langsung di lapang.

Sifat fisik tanah yang diukur dilaboratorium meliputi bobot isi, porositas, kadar air berbagai pF, permeabilitas, kemantapan agregat, tekstur, dan bahan organik. Jenis sampel tanah yang diambil adalah sampel tanah utuh, tanah agregat utuh, dan tanah terganggu. Sampel tanah tersebut diambil di tiga kedalaman yaitu 0-10 cm, 10-20 cm, dan 20-30 cm disetiap bagian kelapa sawit dengan 3 kali ulangan. Pengambilan sampel tanah utuh digunakan untuk analisis bobot isi, kadar air pF , dan permeabilitas. Pengambilan sampel tanah agergat utuh digunakan untuk analisis kemantapan agregat, sedangkan pengambilan sampel tanah terganggu digunakan untuk analisis tekstur dan kandungan bahan organik.

(17)

3

ring infiltrometer. Pengukuran laju infiltrasi tanah dilakukan di setiap bagian pada pohon yang telah ditentukan. Double ring infiltrometer terdiri dari dua metal silinder yang berbeda ukuran. Kedua silinder dipasang pada tanah dan diisi dengan air untuk kemudian diamati penurunan tinggi muka air pada tiap waktu tertentu (Brady dan Weil, 2008). Proses pengukuran infiltrasi dilapang yaitu dengan cara membenamkan ring sedalam 5 cm kedalam tanah pada areal yang telah ditetapkan, kemudian masukkan air kedalam ring hingga terjadi penurunan. Penurunan muka air dicatat setiap 1 menit, 3 menit, dan 5 menit hingga penurunan konstan. Pada saat pengukuran infiltrasi tanah, dilakukan juga pengambilan sampel tanah untuk pengukuran kadar air lapang di laboratorium. Sampel tanah yang diambil kemudian dibungkus dengan aluminium foil untuk menjaga agar kadar air menyerupai kondisi lapang. Penetapan nilai infiltrasi menggunakan nilai minimum atau nilai konstan untuk melihat laju infiltrasi konstan yang dimiliki masing-masing bagian kelapa sawit. Laju infiltrasi diklasifikasikan menjadi tujuh kelas oleh Kohnke (1968) berdasarkan nilai laju infiltrasi konstan (Tabel 1).

(18)

4

Keterangan : P: Piringan, NG : Non gawangan, GH: Gawangan hidup, dan GM : Gawangan mati.

Gambar 2 Sketsa pengambilan sampel pada beberapa bagian di blok kebun kelapa sawit

Tabel 1 Klasifikasi laju infiltrasi konstan menurut Kohnke Kelas Laju Infiltrasi Konstan

(cm/jam)

Sangat lambat < 0,1

Lambat 0,1 - 0,5

Lambat - Sedang 0,5 – 2

Sedang 2 - 6,5

Sedang – Cepat 6,5 - 12,5

Cepat 12,5 – 25

Sangat Cepat > 25

(Sumber : Kohnke H.1968 dalam Lee, 1980)

Analisis Sifat Tanah

(19)

5

Tabel 2 Metode yang digunakan untuk penetapan karakteristik tanah

No. Parameter Pengamatan Metode Analisis

1 Tekstur Pipet

2 Bahan Organik Walkley and Black

3 Bobot Isi Gravimetrik

4 5

Permeabilitas Porositas Total

Hukum Darcy Perhitungan 6 Kadar Air pada tekanan 10 cm,

100 cm, 1/3 atm, dan 15 atm

Pressure Plate dan Membrane Plate Apparatus

7 Kemantapan Agregat Pengayakan Kering dan Basah

Analisis Data

(20)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum LokasiPenelitian

Lahan perkebunan kelapa sawit yang menjadi tempat penelitian ini adalah bagian dari areal perkebunan kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nasional VIII (PTPN VIII) yang terletak di Desa Cimulang Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor. Areal ini memiliki jenis tanah latosol yang memiliki ciri fisik utama, seperti solum dalam (>100), warna coklat kemerahan, tekstur liat, struktur tanah remah, agregat stabil, drainase agak lambat, dan reaksi tanah tergolong masam.

Perkebunan kelapa sawit membagi empat bagian gawangan dan piringan. Bagian gawangan merupakan tempat untuk menaruh pelepah tanaman kelapa sawit (gawangan mati) (Gambar 7) dan tempat untuk berjalan para pekerja pada saat mengambil hasil panen (non gawangan) sehingga bagian ini masih ditanami oleh tanaman penutup tanah, sedangkan bagian piringan merupakan bagian untuk menaruh hasil panen dan bagian perakaran, sehingga areal ini selalu dibersihkan dari rumput atau tanaman penutup tanah lainnya (Gambar 3) (Mangoensoekarjo 2007). Pada penelitian ini terdapat gawangan hidup dan non gawangan. Non gawangan merupakan bagian yang masih banyak ditumbuhi rerumputan dan bagian ini tidak dibersihkan (Gambar 4) , sedangkan gawangan hidup yaitu bagian yang biasa digunakan sebagai jalan pikul atau pasar pikul (Gambar 5 dan Gambar 6).

Piringan

Piringan adalah bagian berbentuk lingkaran yang mengitari tanaman kelapa sawit. Diameter piringan pada masing-masing tanaman kelapa sawit berbeda. Piringan memiliki fungsi sebagai tempat pemupukan dan tempat untuk menaruh hasil panen kelapa sawit. Oleh karena itu, bagi ini selalu dibersihkan agar tidak terdapat gulma atau tanaman penutup lainnya yang akan mengganggu kegiatan pemupukan dan pemanenan. Piringan juga berfungsi sebagai tempat terpenting dalam kegiatan produksi dan perawatan tanaman kelapa sawit.

(21)

7 Non gawangan

Non gawangan merupakan bagian yang masih banyak ditumbuhi rerumputan. Bagian ini juga dapat berfungsi sebagai tempat untuk berjalan para pekerja. Namun bagian ini memiliki luasan yang cukup besar. Pada non gawangan ini terjadi aktivitas manusia yang tidak terlalu intensif sehingga rerumputan masih dapat tumbuh liar. Menurut Marieta (2011), adanya rerumputan menyebabkan banyaknya perakaran yang dapat meningkatkan porositas tanah, mengurangi energi tumbukan butiran hujan ke tanah sehingga agregat tanah dapat tetap terjaga.

Gambar 4 Bagian non gawangan Gawangan hidup

(22)

8

Gambar 5 Bagian gawangan hidup

Lapisan keras atau lapisan kedap air merupakan lapisan permukaan gawangan hidup yang sangat sulit dalam melalukan air sehingga air yang akan masuk ke dalam lapisan ini akan menjadi aliran permukaan. Jika dilihat dari permukaan, lapisan ini akan terlihat mengkilap. Hal ini disebabkan lapisan tipis ini ditumbuhi dengan lumut.

Gambar 6 Lapisan keras pada gawangan hidup Gawangan mati

Gawangan mati merupakan areal atau bagian yang berfungsi sebagai tempat untuk menaruh pelepah tanaman kelapa sawit. Gawangan mati tidak dapat digunakan sebagai jalan karena bagian ini tidak dibersihkan dari tumpukan pelepah atau kayu.

Jalan pikul Lapisan tipis

(23)

9

Gambar 7 Bagian gawangan mati Karakteristik Tanah

Tekstur

Karakteristik umum tekstur tanah pada penelitian ini baik di bagian piringan, gawangan mati, non gawangan dan gawangan hidup memiliki tekstur klei dengan kadar klei lebih dari 70% (Tabel 3).

Tabel 3 Tekstur pada beberapa bagian Bagian

Piringan Non

gawangan

Gawangan hidup

Gawangan mati

Pasir (%) 4.34 a 4.09 a 3.70 a 3.98 a

Debu (%) 20.78 a 21.24 a 12.22 a 13.42 a

Klei (%) 74.88 b 74.67 b 84.08 a 82.61 ab

Kelas Klei Klei Klei Klei

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

(24)

10

Bahan Organik

Menurut Hanafiah (2007), Bahan organik tanah merupakan kumpulan beragam senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi. Sumber utama bahan organik pada tanah adalah sisa-sisa tanaman berupa daun, batang, buah ataupun akar.

Bahan organik yang masih berbentuk serasah, seperti daun, ranting, dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat aliran permukaan, sehingga kecepatan alirannya lebih lambat dan relatif tidak merusak. Bahan organik yang sudah mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi, sampai dua-tiga kali berat keringnya. Akan tetapi, kemampuan menyerap air ini hanya merupakan faktor kecil dalam mempengaruhi kecepatan aliran permukaan. Pengaruh utama bahan organik adalah memperlambat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi, dan memantapkan agregat tanah (Arsyad 2010).

Bahan organik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi karakteristik tanah, diantaranya adalah bobot isi tanah dan porositas tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi cenderung memiliki bobot isi yang rendah dan porositas yang tinggi, dan sebaliknya tanah dengan kandungan bahan organik rendah cenderung memiliki bobot isi yang tinggi dan porositas yang rendah. Adapun nilai bahan organik di beberapa bagian pada blok kebun kelapa sawit disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Bahan organik di beberapa bagian dan kedalaman tanah Bagian

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

(25)

11 Tabel 4 juga menunjukkan bahwa secara umum bahan organik di kedalaman 0-10 cm lebih besar dibandingkan 10-20 cm dan 20-30 cm. Hal ini disebabkan karena pada kedalaman 0-10 cm terdapat tanaman penutup tanah dan banyak tumpukan sisa-sisa tanaman yang menyebabkan kadar bahan organik lebih tinggi. Selain itu, pada lapisan atas juga terjadi interaksi langsung antara sisa tanaman dengan mikroorganisme dibandingkan lapisan bawah, sehingga bahan organik akan semakin banyak dibanding lapisan bawah. Namun pada gawangan hidup menunjukkan hasil yang berbeda yaitu pada kedalaman 0-10 cm memiliki bahan organik yang lebih rendah dibandingkan kedalaman 10-20 cm. Hal ini dikarenakan pada lapisan atas gawangan hidup tidak terdapat tanaman penutup tanah sehingga bahan organik pada lapisan atas sangat sedikit.

Bobot Isi

Bobot isi atau bulk density merupakan petunjuk tidak langsung kepadatan tanahnya, kandungan udara dan air, dan kemampuan penerobosan akar tumbuhan ke dalam tubuh tanah. Keadaan tanah yang padat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman karena akar-akarnya tidak berkembang dengan baik (Baver et al. 1987 dalam Purwowidodo 2005). Bobot isi di beberapa bagian blok kebun kelapa sawit disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Bobot isi di beberapa bagian dan kedalaman tanah Bagian

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa gawangan hidup berbeda nyata dengan ketiga bagian lainnya. Secara umum bagian pada blok kebun kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot isi tanah. Gawangan hidup memiliki bobot isi tertinggi diikuti piringan, non gawangan dan yang terendah yaitu gawangan mati. Hal ini dikarenakan gawangan hidup tidak memiliki tanaman penutup tanah dan bahan organik yang rendah yang mengakibatkan butiran hujan yang turun langsung akan jatuh mengenai permukaan tanah sehingga mengakibatkan pemadatan tanah. Selain itu, aktivitas manusia lebih intensif terjadi pada bagian gawangan hidup sehingga terjadi nya peningkatan bobot isi tanah. Rendahnya bobot isi tanah dimiliki oleh areal gawangan mati dan areal non gawangan. Hal ini dikarenakan areal gawangan mati dan non gawangan memiliki bahan organik yang cukup tinggi. Selain itu areal gawangan mati dan non gawangan tidak terganggu oleh aktivitas manusia.

(26)

12

nya semakin tinggi dibandingkan lapisan bawah. Namun hal ini berbeda dengan bagian gawangan mati yang menunjukkan bobot isi di kedalaman 0-10 cm lebih rendah dibandingkan kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm. Hal ini berkaitan dengan kadar bahan organik pada gawangan mati di kedalaman 0-10 cm lebih tinggi dibandingkan 10-20 cm dan 20-30 cm. Selain itu, pada kedalaman 0-10 cm juga tidak mendapatkan gangguan sehingga tidak terjadi pemadatan tanah.

Porositas Tanah

Porositas adalah suatu indeks volume relatif, nilainya berkisar 30-60%. Tanah bertekstur kasar mempunyai persentase ruang pori total lebih rendah dari pada tanah bertekstur halus, meskipun rataan ukuran pori bertekstur kasar lebih besar dari pada ukuran pori tanah bertekstur halus (Arsyad 2010). Menurut Hardjowigeno (2007), Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur granuler/remah, mempunyai porositas yang tinggi dari pada tanah-tanah dengan struktur massive atau pejal. Porositas tanah dibeberapa bagian pada blok kebun kelapa sawit disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Porositas tanah di beberapa bagian dan kedalaman tanah Bagian

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

(27)

13 Berdasarkan data diatas juga terlihat, porositas tanah dikedalaman 0-10 cm lebih rendah dibandingkan kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm baik di piringan dan gawangan hidup. Hal ini berkaitan dengan bobot isi pada bagian tersebut di kedalaman 0-10 cm lebih tinggi dibandingkan kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm. Selain itu, bahan organik pada bagian piringan dan gawangan di kedalaman 0-10 cm lebih rendah dibandingkan 10-20 cm dan 20-30 cm yang menyebabkan porositas tanah rendah.

Kemantapan Agregat

Kemantapan agregat tanah didefinisikan sebagai ketahanan agregat tanah melawan perceraian oleh pukulan butir air hujan atau penggenangan air. Kemantapan agregat tanah tergantung pada ketahanan tanah melawan daya dispersi dan kekuatan sementasi atau pengikatan (Notohadiprawiro 1998). Kemantapan agregat dinyatakan ke dalam indeks stabilitas agregat yang merupakan selisih antara rata-rata bobot diameter agregat tanah pada pengayakan kering dengan rata-rata bobot diameter pada pengayakan basah (Sitorus et al. 1983). Baver et al (1972) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan stabilitas agregat adalah tekstur, kandungan klei, kadar bahan organik, dan jenis serta jumlah kation. Bahan organik bertanggungjawab dalam proses sementasi partikel-partikel utama sampai membentuk agregat stabil. Menurut Baskoro dan Henry (2005), kemantapan agregat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya jenis dan kadar klei, bahan organik, serta jenis dan kation yang dijerap. Nilai kemantapan agregat pada berbagai bagian disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kemantapan agregat di beberapa bagian dan kedalaman tanah

Bagian

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

(28)

14

Distribusi Ruang Pori

Pori tanah merupakan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah. Pori-pori tanah dapat terbentuk oleh susunan agregat tanah akibat aktivitas akar, cacing, dan aktivitas organisme tanah lainnya. Aktivitas perakaran tumbuhan tahunan sangat berperan dalam penbentukan saluran untuk pergerakan air dan udara. Saluran yang terbentuk umumnya berbentuk pipa yang kontinu dengan panjang yang dapat mencapai satu meter (Brady dan Weil 2008). Distribusi ukuran pori menunjukkan persentase sebaran ukuran pori yang didasarkan pada persen volume udara tanah pada berbagai nilai kurva pF, sedangkan porositas dihitung berdasarkan penetapan bobot isi dan bobot jenis partikel (Hillel 1971). Distribusi pori di beberapa bagian pada blok kebun kelapa sawit disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai distribusi pori pada beberapa areal kelapa sawit

Bagian Kedalaman Pori Drainase (% volume) PAT

PDSC PDC PDL

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

(29)

15 Permeabilitas

Kemampuan tanah untuk melalukan air pada media berpori (tanah) dalam keadaan jenuh disebut permeabilitas. Permeabilitas umumnya diukur dengan laju aliran air melalui tanah dalam suatu waktu dan umumnya dinyatakan dalam cm/jam (Foth 1988). Permeabilitas tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi porositas dan struktur tanah. Tanah dengan struktur mantap adalah yang memiliki permeabilitas dan drainase yang sempurna, serta tidak mudah didispersikan oleh air hujan. Permeabilitas di beberapa bagian pada blok kebun kelapa sawit disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Permeabilitas di beberapa bagian dan kedalaman tanah Bagian

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 9 piringan memiliki nilai permeabilitas yang paling tinggi dibandingkan dengan gawangan mati, non gawangan, dan gawangan hidup. Bagian piringan dan gawangan mati di kedalaman 0-10 cm memiliki permeabilitas tinggi dibandingkan kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm. Hal ini dikarenakan pada piringan dan gawangan mati di kedalaman 0-10 cm memiliki bahan organik yang tinggi dibandingkan dengan lapisan bawahnya, sehingga air akan mudah masuk pada lapisan atas. Selain itu, piringan berada tepat dibawah tanaman kelapa sawit sehingga banyak akar yang terdapat di bagian tersebut yang menyebabkan bagian ini dalam melalukan air menjadi besar. Menurut Stalling (1957) dan Baver et al. (1972) bahwa perakaran menyebabkan penyebaran pori-pori kontinu yang merata di dalam tanah. Kontinuitas pori-pori akan menentukan besarnya permeabilitas di dalam tanah. Namun pada gawangan hidup di kedalaman 0-10 cm memiliki permeabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan kedalaman 10-20 dan 20-30 cm. Hal ini disebabkan karena gawangan hidup di kedalaman 0-10 cm memiliki kadar bahan organik yang lebih rendah dibandingkan kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm, sehingga pori yang diciptakan oleh bahan organik juga sedikit dan menyebabkan permeabilitas rendah. Selain itu, pada lapisan atas gawangan hidup sering mendapatkan gangguan yang menyebabkan tanah menjadi padat, sehingga permeabilitasnya akan semakin kecil.

Laju Infiltrasi Konstan

(30)

16

infiltrasi dan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan intensitas hujan. Apabila intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka terjadilah aliran permukaan yang dapat menyebabkan terjadinya genangan air (Hanks & Ashcroft 1986).

Hillel (1997) mengemukakan bahwa laju infiltrasi tertinggi dijumpai pada tahap awal pengukuran, kemudian secara perlahan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya waktu dan akhirnya akan mencapai kecepatan yang hampir konstan. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kadar air tanah dan ketika tanah mulai dalam kondisi jenuh maka pergerakan air ke bawah profil tanah hanya dikendalikan oleh gaya gravitasi.

Laju infiltrasi minimum yang rendah akan menyebabkan sebagian besar curah hujan yang jatuh ke tanah menjadi aliran permukaan dan hanya sebagian kecil yang meresap kedalam tanah. Namun laju infiltrasi minimum yang tinggi dapat menyebabkan proses pencucian unsur hara yang tinggi, sehingga hal ini akan merugikan karena dapat menurunkan produktivitas pada lahan-lahan pertanian. Informasi terkait laju infiltrasi tanah sangat penting, karena dapat dijadikan sebagai suatu acuan untuk pelaksaan manajemen air dan tata guna lahan yang lebih efektif (Asdak 2004).

Tabel 10 Laju infiltrasi konstan di beberapa bagian dan kedalaman tanah Bagian Laju infiltrasi

konstan (cm /jam)

Klasifikasi laju infiltrasi Khonke (1968)

Piringan 7.56 Sedang-Cepat

Non gawangan 6.70 Sedang-Cepat

Gawangan hidup 0.03 Sangat Lambat

Gawangan mati 43.80 Sangat Cepat

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 10 hasil analisis laju infiltrasi konstan tertinggi dimiliki oleh gawangan mati diikuti dengan piringan, non gawangan dan yang terendah yaitu gawangan hidup. Menurut klasifikasi Kohnke (1968) pada gawangan mati laju infiltrasi konstan yang tergolong kelas sangat cepat yakni sebesar 43.8 cm/jam. Namun laju infiltrasi konstan gawangan hidup merupakan laju infiltrasi konstan terendah, yakni sebesar 0.03 cm/jam dan tergolong kelas sedang-lambat. Adapun data laju infiltrasi konstan pada setiap penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 10.

(31)

17 Rendahnya laju infiltrasi konstan pada gawangan hidup berkaitan dengan bobot isi yang tinggi dan bahan organik yang rendah. Hardjowigeno (2007) mengemukakan bahwa tanah yang mempunyai bobot isi besar akan sulit dalam meneruskan air. Selain itu, gawangan hidup sering digunakan sebagai jalan untuk kegiatan pemanenan dan pengelolaan tanaman yang mengakibatkan tanah menjadi padat dan hilangnya rerumputan yang menyebabkan lapisan tipis di permukaan ditumbuhi dengan lumut. Menurut Darmansyah (2004), lumut yang tumbuh mengakibatkan air sulit meresap kedalam tanah, sehingga menurunkan jumlah air yang masuk kedalam tanah dan meningkatkan jumlah air yang mengalir dipermukaan tanah. Laju infiltrasi konstan yang rendah juga dapat berkaitan dengan permeabilitas pada lapisan atas. Permeabilitas di lapisan atas pada gawangan hidup memiliki nilai permeabilitas paling rendah (Tabel 9). Hal ini dikarenakan lapisan atas memiliki bahan organik yang rendah.

Tabel 10 juga menunjukkan areal piringan dan non gawangan memiliki laju infiltrasi konstan yang lebih tinggi dibandingkan dengan gawangan hidup. Hal ini disebabkan karena piringan dan non gawangan memiliki nilai kemantapan agregat lebih tinggi dibandingkan dengan gawangan hidup. Rahmi (2015) mengemukakan bahwa semakin stabil agregat tanah akan menghasilkan kontinuitas pori yang stabil, sehingga pori tanah tidak mudah hancur dan tertutup oleh tanah yang menyebabkan kapasitas infiltrasi tanah menjadi lebih besar. Adapun kurva laju infiltrasi konstan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 8 Laju infiltrasi pada beberapa bagian 0

(32)

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Bagian pada blok kebun kelapa sawit yang berbeda menyebabkan karakteristik fisik tanah yang berbeda. Gawangan mati memiliki karakteristik fisik tanah yang baik yang ditunjukkan dengan bobot isi rendah, porositas tinggi, dan bahan organik yang tinggi. Namun gawangan hidup memiliki karakteristik fisik tanah yang kurang baik. 2. Bagian pada blok kebun kelapa sawit yang berbeda menyebabkan laju

infiltrasi tanah yang berbeda. Laju infiltrasi yang paling tinggi dijumpai pada gawangan mati diikuti dengan piringan, non gawangan dan yang paling rendah yaitu gawangan hidup. Laju infiltrasi konstan gawangan mati tergolong dalam kelas sangat cepat. Bagian piringan dan non gawangan menunjukkan laju infiltrasi konstan yang sedang-cepat. Namun laju infiltrasi konstan pada gawangan hidup termasuk kelas sangat lambat.

Saran

Gawangan mati memiliki karakteristik fisik tanah yang baik sehingga bagian ini perlu diperluas. Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memperlebar tumpukan pelepah tanaman kelapa sawit pada bagian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani W S. 2009. Laju Infiltrasi Tanah pada Tegakan Jati (Tectona grandis Lin F) di BKPH Subah KPH Kendal Unit Jawa Tengah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.

Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Baver LD Gardner WH, Gardner WR. 1972. Soil Physics. Canada: John Wiley & Sons.

Brady NC. dan Weil RR. 2008. The Nature and Properties of Soils, 14th ed. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Darmansyah A. 2004. Hantaran Hidrolik Jenuh Tanah Sebagai Akibat berbagai Pola Pengelolaan Lahan. Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Foth DH. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta(ID): Terjemahaan Gadjah Mada University Press.

Hanafiah, K A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hanks RJ. and G L Ashcroft. 1986. Applied Soil Physic. Spinger-Verlag.

Heidelberg. New york.

(33)

19 Haridjaja O, K Murtilaksono, Sudarmo, dan Rachman LM. 1990. Hidrologi Pertanian. Bogor: Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Hudayana Dian. 2007. Evapotranspirasi dan Pertumbuhan anakan Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, Swietenia macrophylla King DAN Shorea selanica BL pada Berbagai Kadar Air Tanah. Bogor: Skripsi Dept Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Hillel D. 1997. Pengantar Fisika Tanah. Susanto R H, Purnomo R H, penerjemah. Jury W A, and Horton R. 2004. Soil Physics. John Willey and Sons Inc. New

Jersey.

Kasry Adnan. 2011. Workshop Ekspedisi Kebudayaan 4 Sungai (Sungai Siak). Pekanbaru: Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Universitas Riau.

Kohnke H. 1968. Soil Physics. New York (USA): McGraw-Hill Inc.

Lee R. 1980. Forest Hidrology. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Mangoensoekarjo S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya

Perkebunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Notohadiprawiro T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pratiwi E.F. 2014. Karakteristik Fisik Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan di

Tanah Latosol Darmaga dan Podsolik Jasinga. Bogor: Skripsi Program Studi Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Purwowidodo. 2005. Mengenal Tanah. Laboratorium Pengaruh Hutan Dept Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rachman LM, Wahjunie ED, Brata KR, Purwakusuma W, Murtilaksono K. 2013.

Fisika Tanah Dasar. Bogor (ID): IPB Press.

Rahmi Laela. 2015. Keragaan Infiltrasi Tanah Latosol pada Beberapa Penggunaan Lahan di DAS Ciujung. Bogor: Skripsi Program Studi Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Sarief E.S. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: C.V. Pustaka Buana. Seyhan E. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Sentot Subagyo, penerjemah. Gajah

Mada University Press. Yogyakarta. 388 hal.

Sitorus S.R.P., O. Haridjaja, dan K. R. Brata. 1983. Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Siregar H H, Darlan N H, Hidayat T C, Darmosarkoro W, Harahap I Y. 2006. Hujan Sebagai Faktor Penting Untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

(34)

20

(35)

21 Lampiran 1 Nilai tekstur tanah pada beberapa bagian

(36)

22

Lampiran 2 Nilai bobot isi, C-organik, stabilitas agregat, dan permeabilitas pada beberapa bagian

(37)

23 Lampiran 3 Nilai porositas dan kadar air pF pada beberapa bagian

(38)

24

Lampiran 4 Nilai distribusi pori pada beberapa bagian

Lokasi Kedalaman Ulangan PDSC PDC PDL PAT

(39)

25 Lampiran 5 Sidik ragam pada beberapa bagian

(40)

26

PDL

Lokasi 3 64.65 21.55 2.31 0.10

Kedalaman 2 44.76 22.38 2.40 0.11

Interaksi 6 49.94 8.32 0.89 0.52

Galat 24 224.18 9.34

Total 35 383.53

PAT

Lokasi 3 172.58 57.53 2.97 0.05

Kedalaman 2 63.19 31.59 1.63 0.22

Interaksi 6 180.15 30.02 1.55 0.20

Galat 24 464.73 19.36

Total 35 880.66

Klei

Lokasi 3 670.52 223.51 3.05 0.05

Kedalaman 2 49.69 24.85 0.34 0.71

Interaksi 6 901.18 150.19 2.05 0.09

Galat 24 1760.09 73.34

Total 35 3381.49

Debu

Lokasi 3 610.92 203.64 2.71 0.07

Kedalaman 2 71.69 35.85 0.48 0.623

Interaksi 6 950.99 158.49 2.11 0.09

Galat 24 1805.65 75.24

Total 35 3439.26

Pasir

Lokasi 3 1.91 0.63 0.48 0.69

Kedalaman 2 4.31 2.15 1.64 0.22

Interaksi 6 1.13 0.189 0.14 0.98

Galat 24 31.61 1.32

Total 35 38.96

Laju Infiltrasi

Lokasi 3 345916.28 115305.42 5.28E15 <.0001

Galat 8 0.00 0.0000

(41)

27 Lampiran 6 Data infiltrasi lapang pada beberapa bagian

(42)

28

Gawangan Mati

1 1 1.95 1.95 117.0

3 2 5.17 3.62 108.6

5 2 8.57 3.30 99.0

7 2 11.82 3.35 100.5

10 3 17.27 5.05 101.0

15 5 24.12 6.85 82.2

30 15 38.61 14.49 57.96

60 30 61.40 22.79 45.58

90 30 87.46 26.06 52.12

120 30 109.79 22.33 44.66

150 30 131.87 22.08 44.16

180 30 153.77 21.90 43.80

(43)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 03 Juni 1994 dari pasangan Bapak M Yusup dengan Ibu Siti Zubaedah dan merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pinangsia 02 pada Stahun 2005 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2008 di SMPN 22 Jakarta. Tahun 2011 penulis lulus dari SMAN 1 Cibungbulang Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian di tahun yang sama.

Gambar

Gambar 1 Sketsa penelitian pada tiga lokasi di blok kebun kelapa sawit
Tabel 1  Klasifikasi laju infiltrasi konstan menurut Kohnke
Tabel 2 Metode yang digunakan untuk penetapan karakteristik tanah
Gambar 3 Bagian piringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Character Building : Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu Karakter Bangsa.. Kamus

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pengawasan Oleh Kepala UPT Ciawi Dinas Tata Bangunan dan Pemukiman Kabupaten Bogor telah dilaksanakan dengan baik,

Selamat pagi/ siang/ malam Bapak/ Ibu/ Saudara/ Teman sejawat, perkenalkan saya Lismawati Pertiwi Waruwu, mahasiswa dari Program Studi Magister/ S2 Keperawatan

Deskripsi kualitatif untuk menganalisis proses pelaksanaan model pembelajaran Auditory Intellectually Repentition (AIR), dan peningkatan pembelajaran Matematika siswa

Lee and Choi [12] divided the organisational mechanism in the context of knowledge enabler into six factors: collaboration level, trust level, learning level,

After a brief introduction to the factors associated with the incidence of cacao diseases, the irst part of this publication focuses on the two main diseases that affect cacao fruits:

Akan tetapi, nilai Ho akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai He jika identifikasi genetik tersebut dilakukan pada varietas komersial atau pada individu

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap