• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koefisien Tanaman Padi Dengan Teknologi System Of Rice Intensification (Sri) Dan Sistem Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Koefisien Tanaman Padi Dengan Teknologi System Of Rice Intensification (Sri) Dan Sistem Konvensional"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KOEFISIEN TANAMAN PADI DENGAN TEKNOLOGI

SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION

(SRI)

DAN SISTEM KONVENSIONAL

AULIA AZIZAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Koefisien Tanaman Padi dengan Teknologi System of Rice Intensification (SRI) dan Sistem Konvensional adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Aulia Azizah

(3)

ABSTRAK

AULIA AZIZAH. Koefisien Tanaman Padi dengan Teknologi System of Rice Intensification (SRI) dan Sistem Konvensional. Dibimbing oleh CHUSNUL ARIF.

Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan beras juga semakin meningkat, sedangkan di sisi lain peningkatan pemanasan global mengakibatkan ketersediaan air berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai koefisien tanaman (Kc) pada budidaya padi konvensional dan

System of Rice Intensification (SRI) dengan pendekatan keseimbangan air, hubungan nilai Kc dengan pertumbuhan tanaman, dan sistem pemberian air optimal. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2015 di desa Cikarawang, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan dengan tiga perlakuan rezim air yaitu tergenang (RT), basah (RB), dan kering (RK). Kc dihitung berdasarkan rasio evapotranspirasi tanaman (ETc) dan evapotranspirasi acuan (ETo) dengan metode Penman-Monteith. Pertumbuhan tanaman hingga panen menunjukkan bahwa RK yang terbaik dengan tinggi tanaman 86 cm, anakan 77 batang, dan malai 61 batang. Nilai Kc tiap fase pertumbuhan dengan RT adalah 1.09;1.16;1.20;1.13 untuk fase awal, pertumbuhan tanaman, reproduksi, dan fase akhir. Untuk fase yang sama nilai Kc 0.45;0.74;1.44;0.85 untuk RB dan 0.57;0.80;1.50;1.10 untuk RK. Produktivitas air pada tiga rezim adalah 0.79 untuk RT ; 1.17 untuk RB ; dan untuk RK 1.72 (kg/m3). Dengan demikian dapat disimpulkan sistem pertanian yang paling hemat air adalah RK.

Kata Kunci : koefisien tanaman, konvensional, padi, rezim air, SRI

ABSTRACT

AULIA AZIZAH. Crop Coeficient of Paddy with Technology System of Rice Intensifivation (SRI) and Conventional System. Supervised by CHUSNUL ARIF.

Along with population growth demand for rice is also increased, but the increasing of global warming reduced water availability. The purpose of this research is to determine the value of crop coefficient (Kc) for system conventional paddy cultivation and System of Rice Intensification (SRI) according to water balance, relationship of Kc and with plant growth, and water productivity. The research was conducted since March until July 2015 in Cikarawang village, Bogor Regency. The research used by three water regime treats i.e., continuously flooded (RT), wet regime (RB), and dry regime (RK). Kc was calculated based on ratio of crop evapotranspiration (ETc) and reference evapotranspiration (ETo) using Penman-Monteith method. Plant growth until harvest showed that dry water regime with plant height of 86 cm, tiller number 77 stems, and panicle number 61 stems. For system RT, Kc value of each phase growth were 1.09;1.16;1.20;1.13 for the initial phase, crop development, reproductive, and late season. For the same phase Kc value 0.45;0.74;1.44;0.85 for RB dan 0.57;0.80;1.50;1.10 for RK. The water productivity of three regimes was 0.79 for RT ; 1.17 for RB ; and for RK 1.72 (kg/m3). It meaned that dry regime (RK) was the lowest water use.

(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

KOEFISIEN TANAMAN PADI DENGAN TEKNOLOGI

SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION

(SRI)

DAN SISTEM KONVENSIONAL

AULIA AZIZAH

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Koefisien Tanaman Padi dengan Teknologi System of Rice Intensification (SRI) dan Sistem Konvensional

Nama : Aulia Azizah NIM : F44110086

Disetujui oleh

Dr. Chusnul Arif, STP, M.Si Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

dDr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah yang berjudul “Koefisien Tanaman Padi dengan Teknologi System of Rice Intensification (SRI) dan Sistem Konvensional” dapat diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 hingga Juli 2015 di blok sawah Patapaan Cikarawang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari penelitian yang sedang diselesaikan oleh Dr. Chusnul Arif, STP., M.Si.

Terima kasih diucapkan kepada Dr. Chusnul Arif, STP., M.Si selaku dosen pembimbing akademik, atas arahan, bimbingan, dan bantuan selama penelitian berlangsung. Terima kasih diucapkan kepada Dr. Satyanto K Saptomo, STP., M.Si dan Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M.Eng selaku dosen penguji, dan juga diucapkan kepada Dr. Rudiyanto, STP., M.Sc dan Ichtiar Dody Saputra, A. Md dari Laboratorium Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, atas ilmu, saran, dan bantuannya. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Mulyatullah, Bapak Pandi, Bapak Madhari, dan Bapak Enin atas jasa yang telah diberikan selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada PT Adaro Indonesia yang telah memberikan beasiswa melalui Beasiswa Utusan Daerah (BUD).

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Saudi dan Ibu Dahliannor, serta seluruh keluarga atas do’a dan kasih sayang yang telah diberikan. Penghargaan juga diberikan kepada M. Zainal Hakim, teman-teman satu bimbingan (Dyah Manggandari, Ulya Rufako, Briza Sibarani, Chau Abdul Cariem, Rilsan Malkhi, dan Nur Aini), teman-teman BUD Adaro Indonesia (Riskia Tri Meilanie, Ekha Rojiah, Ayu Listiana, dan Erni Widyaningsih), dan teman-teman SIL48 yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penelitian berlangsung.

Karya ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini tetap bermanfaat bagi akademisi dan bagi pembaca.

Bogor, September 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Koefisien Tanaman (Kc) 3

Neraca Air (water balance) 4

METODE PENELITIAN 4

Waktu dan Tempat 4

Alat dan Bahan 5

Perlakuan Uji Coba 8

Pengukuran Data 8

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hubungan Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman 10

Pengelolaan Air 11

Evapotranspirasi Tanaman 13

Hubungan Nilai Kc dengan Pertumbuhan Tanaman 13

Pemberian Air Optimal 17

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 21

RIWAYAT HIDUP 26

(8)

DAFTAR TABEL

1 Harga-harga koefisien tanaman padi 3

2 Nilai Kc metode SRI 3

3 Nilai Kc sistem irigasi hemat air 4

4 Perbandingan nilai Kc pada tiap perlakuan 16

5 Pemberian air irigasi pada tiap fase 17

6 Keseimbangan air di pot tanaman 17

7 Produktivitas air tiap sistem irigasi 18

DAFTAR GAMBAR

1 Prosedur penelitian 5

2 Sistem irigasi yang digunakan (a) RT (b) RB (c) RK 7

3 Skema keseimbangan air di pot 8

4 Kurva retensi air 10

5 Hubungan tinggi muka air dengan hujan 12

6 Panjang akar dari tiga rezim 12

7 Evapotranspirasi kumulatif 13

8 Grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada tiga rezim 13

9 Grafik jumlah anakan pada tiga rezim 14

10 Grafik jumlah malai pada tiga rezim 14

11 Perbandingan pertumbuhan tanaman padi 15

12 Nilai Kc pada tiap fase pertumbuhan 17

13 Hasil panen pada tiga rezim (a) RK (b) RB (c) RT 17 14 Produksi gabah pada tiga rezim 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Segitiga tekstur tanah penelitian 20

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan beras juga semakin meningkat. Dalam upaya peningkatan produksi padi, pemerintah telah mengeluarkan investasi yang sangat besar guna membangun sarana dan prasarana seperti saluran irigasi, bendungan, dan bendung. Pengelolaan air irigasi padi sawah sangat penting untuk pengembangan teknologi budidaya padi. Tanaman padi sawah memerlukan air cukup banyak dan membutuhkan genangan air untuk menekan pertumbuhan gulma dan sebagai usaha pengamanan apabila terjadi kekurangan air. Namun dengan berkembangnya teknologi dan semakin meningkatnya pemanasan global, ketersediaan untuk air pertanian juga berkurang. Dengan demikian teknologi System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu alternatif budidaya yang lebih hemat air tanpa mengurangi produksi. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa teknologi SRI dapat menghemat air hingga 30% dibandingkan dengan cara konvensional tanpa mengurangi hasil produksi (Sujono et al 2006). SRI adalah teknik budidaya padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Hal ini dibuktikan dengan berhasilnya peningkatan produktifitas padi sebesar 50%, bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin 2007). SRI dikembangkan oleh seorang pendeta bernama Henri de Laulanie pada tahun 1980-an di Madagaskar.

SRI merupakan aplikasi pertanian padi sawah dengan menerapkan prinsip intensifikasi yang bersifat efektif, efisien, alamiah, dan ramah lingkungan. Efektif dalam hal pemanfaatan lahan dan air. Efisien dalam hal kebutuhan bibit dan sarana produksi pertanian dan alamiah dalam arti pemakaian bahan-bahan alami untuk pemeliharaan tanaman (Rohmat 2007). Budidaya tanaman padi pada teknologi SRI pada beberapa aspek sangat berbeda dengan budidaya tanaman padi dengan sistem konvensinal. Perbedaan sangat mencolok pada aspek pembibitan/persemaian, penanaman, pemberian air, pemupukan, pengendalian hama, dan penyakit. Pengairan pada SRI menggunakan pola pengairan terputus (sawah tidak digenangai air), sedangkan konvensional selalu digenangi air setinggi 2-5 cm di atas permukaan tanah.

Nilai koefisien tanaman (Kc) dapat digunakan dalam perencanaan irigasi. Nilai Kc menunjukkan kemampuan relatif dari permukaan tanah-tanaman tertentu untuk memenuhi kebutuhan air (Allen et al 1998). Kc secara umum merupakan rasio empiris dari evapotranspirasi tanaman (ETc) untuk evapotranspirasi acuan (ETo) yang didapat dari data percobaan. Sejumlah penelitian tentang Kc tanaman padi di beberapa negara Asia telah diteliti (Tyagi et al 2000; Mohan dan Arumugam 1994). Namun, Allen et al (1998) telah menyarankan bahwa nilai Kc perlu diturunkan secara empiris untuk setiap tanaman berdasarkan kondisi iklim setempat.

(10)

pemberian air dengan teknologi SRI, maka studi tentang Kc diperlukan untuk membandingkan nilai Kc pada rezim air tergenang (RT) untuk sistem konvensional, dengan rezim air basah (RB) dan rezim air kering (RK) untuk budidaya padi dengan teknologi SRI.

Perumusan Masalah

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak petani adalah kesuburan tanah akibat menurunnya ketersediaan air. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti tanah cepat kering, retak-retak, lapisan olah dangkal, daun terbakar, anakan berkurang, dan tanaman kerdil. Sehingga menyebabkan produksi padi sulit meningkat bahkan cenderung menurun. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan air yang tepat.

Nilai Kc telah tersedia yang didasarkan sistem konvensional, tetapi belum banyak penelitian tentang nilai Kc dengan teknologi SRI. Oleh karena itu perlu adanya penelitian tentang nilai Kc dengan sistem konvensional dan SRI.

Tujuan Penelitian

1. Menentukan nilai Kc padi antara sistem konvensional dan SRI dengan pendekatan neraca air (water balance).

2. Menentukan hubungan antara nilai Kc dan pertumbuhan tanaman pada berbagai sistem irigasi.

3. Menentukan sistem pemberian air yang optimal pada setiap fase pertumbuhan. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk :

1. Pertanian di Indonesia khususnya desa Cikarawang Kabupaten Bogor agar lebih hemat air dan produksi padi meningkat.

2. Bahan informasi bagi para pengambil keputusan maupun petani untuk perbaikan dan peningkatan proses produksi padi dengan teknologi SRI.

3. Mendapatkan nilai Kc padi pada pot dengan teknologi SRI atau dengan irigasi yang lebih hemat dan perbandingannya dengan sistem konvensional.

4. Sebagai nilai Kc untuk penelitian padi SRI selanjutnya. Ruang Lingkup

(11)

TINJAUAN PUSTAKA

Koefisien Tanaman (Kc)

Nilai Kc merupakan merupakan gabungan antara pengaruh transpirasi tanaman dan penguapan lahan. Dengan demikian pada awal tanam nilai Kc didominasi oleh evapotranspirasi lahan dan setelah tajuk menutup lahan didominasi oleh transpirasi (Allen et al 1998).

Penggunaan nilai harga Kc berdasarkan Nedeco/Prosida menggunakan nilai varietas unggul karena penanaman pada musim tanam II yaitu Maret – Juli (musim kemarau). Nilai Kc padi menurut Kalsim et al (2007) yang disajikan pada Tabel 2 merupakan hasil penelitian pada teknologi SRI dengan pupuk organik. Penelitian dilakukan di rumah kaca pada bulan Februari – Juli 2006.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variasi nilai Kc pada setiap tahap pertumbuhan cukup besar seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Kc konvensional pada awal tanam relatif besar sedang pada masa produktif lebih kecil jika dibandingkan Kc pada SRI. Menurut Sujono (2011) penanaman di pot dapat dilakuan dengan 5 sistem irigasi, yaitu sistem

Tabel 1 Harga-harga koefisien tanaman padi Bulan

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum (1986) Ket : *varietas padi yang masa tumbuhnya lama **varietas padi yang masa tumbuhnya pendek

Tabel 2 Nilai Kc metode SRI

Tahap Pertumbuhan HST Koefisien Tanaman

(12)

tradisional (TRI), SRI, metode shallow water dept with wetting and drying

(SWD), metode alternate wetting and drying (AWD), dan metode semi dry cultivation (SDC). Nilai Kc untuk ke 5 sistem tersebut disajikan pada Tabel 3.

Neraca Air (Water Balance)

Neraca air merupakan keseimbangan air yang terjadi dalam sistem hidrologi, yaitu antara jumlah masukan, keluaran dan perubahan kandungan air yang terdapat dalam sistem. Parameter yang diperlukan dalam perhitungan neraca air meliputi jumlah curah hujan, evapotranspirasi aktual, limpasan air permukaan, dan jumlah air yang meresap ke dalam tanah.

Air meresap ke dalam tanah dan mengalir mengikuti gaya gravitasi bumi. Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air, menyebabkan pori-pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-beda. Setelah hujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air (zona aerasi). Sejumlah air beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Bila kapasitas retensi dari tanah pada zona aerasi telah habis, air akan bergerak ke bawah kedalam daerah dimana pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona jenuh air ini disebut air tanah yang tersimpan (Linsey dan Joseph 1989).

METODE

Penelitian ini merupakan percobaan langsung di lapangan setelah sebelumnya dilakukan survei lapang. Penelitian menggunakan tiga pot tanaman dengan pengelolaan air yang berbeda-beda pada tiap perlakuan.

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan dari tanggal 1 Maret sampai 5 Juli 2015 di blok Sawah Patapaan, Desa Cikarawang Kabupaten Bogor. Pengujian tekstur tanah dan pengujian kurva retensi tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.

Tabel 3 Nilai Kc sistem irigasi hemat air

15 harian Koefisien Tanaman (Kc)

(13)

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk pengujian tanah adalah falling head, apparatus, stopwatch¸termometer, buchner funnels, tabung mariot kecil, piston, dan tabung reaksi. Alat yang digunakan untuk pengukuran adalah EM50 data logger dan sensor (suhu, radiasi matahari, kecepatan angin, kelembaban relatif, dan hujan). Juga digunakan tabung mariot berkapasitas 20 liter, selang berwarna ¾” dan penggaris.

Bahan yang digunakan adalah pot tanaman dengan tinggi 45 cm dan diameter 30 cm, tanah sawah, dan benih padi varietas Ciherang. Adapun bahan penunjang untuk pemeliharaan adalah pupuk kandang, pupuk organik, NPK, urea, dan obat pembasmi hama. Adapun prosedur penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Prosedur penelitian

selesai

ETc Respon Tanaman :

- Tinggi Tanaman - Jumlah Anakan - Jumlah Malai - Panjang Akar Irigasi dan

Drainase Kecepatan Angin, Radiasi Matahari, Temperatur, Kelembaban

mulai

StudiLiteratur

Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Tanah

Pengumpulan Data

ETo

Nilai Kc

Hujan, Tinggi Muka Air,

(14)

Uji Konduktivitas Hidrolik

Tanah sampel tidak terganggu dijenuhkan selama 1 hari dengan silinder contoh. Diameter dalam dan luas penampang silinder contoh dan pipa gelas diukur. Setelah sumbat karet dengan lubang dari pipa gelas dipasang pada dasar silinder contoh, bola-bola gelas kecil diletakkan diatasnya.

Air dimasukkan pada pipa gelas dengan perbedaan head 10 cm. Jumlah air yang mengalir melewati silinder contoh diukur selama waktu tertentu (t detik). Pengukuran dilakukan dengan 5 kali ulangan. Ukur suhu air (oC) dan konduktivitas hidrolik dari silinder contoh dengan persamaan (1).

K 2,3x a

x t xlog10 h1

h2 ...(1) K adalah konduktivitas hidrolik (cm/dt), a adalah luas pipa gelas (cm2), A adalah luas penampang silinder contoh (cm2), t adalah rata-rata waktu selama 5 kali pengulangan (detik), h1 adalah tinggi total falling head (cm), dan h2 adalah

tinggi dari alas hingga silinder yang berisi sampel tanah (cm). Kurva Retensi Air dengan Hanging Method

Peralatan yang digunakan dalam pengujian terlebih dahulu divakum selama 1 jam. Tujuannya adalah untuk menghilangkan gelembung udara (buble)yang ada di dalam alat. Tutup lubang pada penutup buchner funnels dipasang di dalam air untuk menghilangkan dan memperkecil peluang masuknya gelembung udara pada penutup. Katup drip nomor 1 dan 2 dikondisikan dalam keadaan tertutup.

Pembuangan gelembung udara pada selang tabung mariot juga perlu dilakukan. Gelembung udara diamati dan selang dirunut ke arah atas agar gelembung udara dapat terbuang keluar dari selang. Pada saat perunutan tersebut, drip nomor 3 dan 4 dalam keadaan terbuka. Kemudian silinder contoh dipasang di atas buchner funnels dan air pada tanah dialirkan ke tabung reaksi. Ketinggian silinder contoh pada hanging dipindahkan setelah 24 jam dan air yang tertampung di tabung reaksi ditimbang terlebih dahulu. Ketinggian (head) yang digunakan 0, 10, 20, 30, 50, 70 dan 100 cm.

Pengujian Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah 2005). Tujuan dari uji tekstur tanah adalah untuk mengetahui dan menentukan kelas tekstur pada tanah. Dalam menetapkan tekstur tanah ada tiga metode yang digunakan yaitu metode lapang, hydrometer, dan pipet. Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah metode hydrometer mengacu pada Sapei et al (1990).

Persiapan Media

(15)

Penanaman

Jarak tanam pada pot tanaman 5 cm dengan 3 bibit dalam masing-masing pot selama 8 HST, setelah itu dilakukan penyulaman. Benih ditanam dangkal dan akar diletakkan horizontal seperti membentuk huruf L. Pada sistem konvensional ditanam 5 - 7 benih dalam satu lobang, sedangkan pada teknologi SRI ditanam 1 benih dalam 1 lobang. Dalam satu pot terdiri dari tiga lobang penanaman.

Pemeliharaan Tanaman 1. Penyulaman

Penyulaman dilakukan dengan memilih tanaman yang terbaik diantara tiga pada masing-masing pot pada HST 9. Hal tersebut bertujuan agar kondisi pertumbuhan tanaman tetap sama dengan yang lainnya.

2. Pengelolaan Air

Sumber : Sujono 2011

Sumber : Sujono 2011

Gambar 2 Sistem irigasi yang digunakan (a) RT ; (b) RB ; (c) RK

Pada rezim air tergenang (RT) kedalaman air di pot dipertahankan sebesar 20 mm hingga 80 HST dan selanjutnya lahan dipertahankan 0 cm hingga panen. Teknologi budidaya SRI terkenal dengan kondisi tanah yang macak-macak atau dalam keadaan jenuh mulai tanam hingga menjelang panen. Penelitian dilakukan dengan memberikan 10 mm air irigasi hingga 20 HST pada rezim air basah (RB), selanjutnya kondisi air dalam pot dipertahankan 0 mm hingga menjelang panen. Pada rezim air kering (RK) air dipertahankan 10 mm hingga 20 HST dan 0 mm

(16)

hingga 30 HST, dan selanjutnya kondisi tanah dipertahankan kering hingga 50 mm dibawah permukaan tanah hingga panen.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Dilakukan penyemprotan dengan berbagai obat tanaman seperti Reagen, Silika, dll. Serangan hama dapat diketahui dari karakteristik tanaman padi seperti daun kecoklatan, tanaman kerdil, dan matinya anakan.

4. Pemupukan

Pemberian pupuk dilakukan pada fase vegetatif dengan selang pemupukan 10 hari. Pupuk yang digunakan berupa organik dan nonorganik.

Perlakuan Uji Coba

Tiga jenis perlakuan pada pot tanaman yang diujicobakan pada penelitian ini yaitu rezim air tergenang (RT) untuk sistem konvensional dan rezim air basah (RB) serta rezim air kering (RK) untuk teknologi SRI. Perbedaan utama ketiga perlakuan ini terletak pada pola pemberian air setiap pot. Varietas yang digunakan adalah Ciherang yang memiliki umur tanaman 80-125 hari setelah tanam (HST).

Pengukuran Data

Pengukuran data dilakukan harian pada parameter tinggi muka air tanah, irigasi, dan drainase. Parameter pertumbuhan tanaman yang diukur adalah tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi, jumlah anakan, dan jumlah malai. Parameter klimatologi yang diukur adalah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari untuk menghitung evapotranspirasi acuan menggunakan metode Penman Monteith (Allen et al

1998).

Analisis Data

Neraca Air (Water balance)

Gambar 3 Skema keseimbangan air di pot tanaman

(17)

Perhitungan dilakukan setiap hari menggunakan persamaan (2) berdasarkan parameter pada Gambar 3.

i (i-1) t t - r t - t - c t)...(2) WL(i) adalah perubahan tinggi air dipermukaan tanah aktual (mm), WL(i-1)

adalah perubahan tinggi air hari sebelumnya (mm), P adalah hujan (mm), I adalah air irigasi (mm), Qr adalah runoff atau limpasan (mm), DP adalah kedalaman perkolasi (mm), ETc adalah evapotranspirasi tanaman (mm/hari), dan t adalah waktu (hari). Parameter yang diukur secara langsung adalah WL(i), WL(i-1), I dan

Qr. Nilai P didapatkan dari sensor dan DP dianggap 0 karena sistem pot tanaman tertutup. Nilai ETc digunakan untuk menentukan nilai Kc.

Evapotranspirasi Acuan (ETo)

Perhitungan nilai ETo didefinisikan sebagai laju evapotranspirasi dari tanaman acuan hipotesis dihitung berdasarkan persamaan Penman-Monteith (Allen et al. 1998) dengan menggunakan data iklim seperti radiasi matahari, kecepatan angin, suhu udara, dan kelembaban relatif seperti pada persamaan (3).

o 0,40 ( n- ) 2 3 00 u2 es-ea)

1 0,34 u2) ...(3) ETo adalah evapotranspirasi acuan (mm/hari), Rn adalah radiasi netto (radiasi bersih) pada tanaman permukaan (MJ/m2hari), G adalah densitas/kerapatan fluks panas tanah (MJ/m2hari), Tmean adalah suhu udara

rata-rata harian pada ketinggian 2 m (°C), u adalah kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/dt), es adalah tekanan uap saturasi (kPa), ea adalah tekanan uap aktual (kPa),

(es - ea) adalah pengurangan tekanan uap jenuh/saturasi k a), adalah kemiringan kurva tekanan uap k a/°C), adalah konstanta psychrometric

(kPa/°C).

Nilai Kc Tiap Fase

Perhitungan nilai Kc yang merupakan koefisien yang tidak memiliki dimensi diperoleh dari rasio evapotranspirasi tanaman (ETc) terhadap evapotranspirasi acuan (ETo) seperti pada persamaan (4).

Kc c o...(4) Kc adalah koefisien tanaman, ETc adalah evapotranspirasi tanaman (mm/hari), dan ETo adalah evapotranspirasi acuan (mm/hari). Menurut penelitian (Tyagi et al 2000; Mohan dan Arumugam 1994), data nilai Kc diperoleh setiap harinya. Namun, analisis setiap nilai tersebut dilakukan berdasarkan tahap pertumbuhan yang dibagi menjadi empat tahap, yaitu; tahap awal 1-15 HST (I), tahap pengembangan tanaman 16-40 HST (II), tahap pertengahan musim/reproduksi 41-70 HST (III) dan akhir musim 71-90 HST (IV).

(18)

lebih tinggi daripada FAO maupun penelitian Kalsim et al (2007) dan Sujono (2011), oleh sebab itu diestimasi dengan solver Ms. Excel agar meminimumkan selisih (error) yang terjadi antara nilai Kc hitung dengan nilai Kc penelitian sebelumnya. Input yang diestimasi adalah irigasi (Ir), drainase (Qr), dan nilai Kc. Fungsi tujuan berupa tinggi muka air aktual dengan tinggi muka air seharusnya, seperti pada persamaan (5) dan (6).

in rror i - model...(5)

model i model(i-1) estimasi - restimasi- c x Kckoreksi)...(6)

Pada persamaan (5), adalah jumlah selisih tinggi muka air, (i) adalah tinggi muka air aktual (mm) dan WLmodel(i) adalah tinggi muka air yang

seharusnya agar terjadi keseimbangan air yang akurat (mm). Pada Wlmodel tersebut

terdapat nilai input berupa WLmodel(i-1) adalah tinggi muka air pada hari

sebelumnya (mm), P adalah hujan (mm), Iestimasi adalah irigasi yang seharusnya

diberikan (mm), Qrestimasi adalah drainase yang seharusnya dibuang (mm), dan

Kckoreksi adalah nilai Kc yang berada pada range penelitian sebelumnya. Adapun

fungsi kendala pada program solver tersebut seperti pada persamaan (7), (8), dan (9). nilai Kc hitung dapat berada dalam range nilai Kc.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Hubungan antara tanah, air, dan tanaman dapat diketahui dengan konsep air tersedia bagi tanaman. Kondisi ini berkaitan erat dengan kemampuan tanah dalam menahan air atau disebut retensi tanah. Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap dan/atau menahan air didalam pori-pori tanah, atau melepaskannya dari dalam pori-pori tanah (Kurnia et al 2006).

(19)

Gambar 4 Kurva retensi air

Berdasarkan Gambar 4, tanah yang digunakan berjenis liat yang menggambarkan jumlah air yang dipertahankan dalam tanah di bawah ekuilibrium pada potensial matrik yang diberikan. Tanah dapat digolongkan sebagai liat harus mengandung paling sedikit 35 – 40 persen pisahan liat. Selama persentase liat lebih dari 40 persen sifat tanah ditentukan oleh liat tersebut dan dibedakan atas : liat berpasir, liat berdebu atau disebut liat (Supardi 1983). Berdasarkan uji tekstur tanah dengan 3 kali pengulangan, dihasilkan jenis tanah liat dengan menggunakan aplikasi TAL (Lampiran 2).

Keadaan tanah yang dominan liat, akar tanaman akan sulit untuk melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada saat kering. Tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 2010). Air pada tanah dominan liat ini tidak mudah hilang seperti terlihat pada kurva retensi bahwa pada ketinggian 100 cm air dapat tertahan sebesar 55 %.

Pengelolaan Air

Pengelolaan air berperan sangat penting untuk keberhasilan peningkatan produksi padi dilahan sawah maupun di pot tanaman. Produksi padi sawah akan menurun apabila tanaman menderita cekaman air. Pengelolaan air dilakukan setiap hari dengan mengontrol tinggi air setiap tahapan pertumbuhan. Kehilangan air akibat penguapan harus diganti dan air irigasi harus diberikan untuk mempertahankan kedalaman hingga 20 mm pada RT hingga 80 HST. Dengan kata lain pada sistem ini dilakukan penggenangan terus menerus dari tanam hingga menjelang panen atau hingga 80 HST. Berbeda pada RK, tinggi muka air pada 30 HST hingga panen lebih rendah dibandingkan kedua rezim air lainnya, karena lahan dipertahankan kering yaitu 50 mm di bawah permukaan air untuk mengetahui respon tanaman pada kondisi kering. Tinggi muka air aktual setiap perlakuan dan besarnya curah hujan disajikan pada Gambar 5.

(20)

Gambar 5 Hubungan tinggi muka air dengan hujan

Gambar 5 menunjukkan bahwa tinggi muka air dipengaruhi oleh jumlah air hujan. Tidak semua hari mengalami hujan hanya 30 hari dalam 88 hari pengukuran. Jumlah hujan bulanan per 30 HST 205 mm/bulan, 105 mm/bulan, dan 73 mm/bulan. Dibandingkan dengan kebutuhan rata-rata tanaman padi untuk pertumbuhan yaitu 200 mm/bulan, maka angka curah hujan pada lokasi penanaman lebih rendah pada 31-88 HST. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemberian irigasi untuk menjaga ketinggian air yang diinginkan. Perbandingkan panjang akar tanaman diperlihatan pada Gambar 6.

Gambar 6 Panjang akar dari tiga rezim

Pengairan berpengaruh terhadap perakaran pada tanaman padi. Sampel akar diambil dengan 8 anakan pada tiap pot tanaman. Panjang akar RT untuk konvensional 12 cm berat 23 gram, RB 18 cm berat 27 gram, dan RK 16 cm berat 31 gram untuk budidaya padi SRI.

(21)

Evapotranspirasi Tanaman

Besarnya evapotranspirasi tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air pada lahannya. Apabila di pot tanaman tersedia air yang cukup, maka besarnya penguapan akan lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan air pada tanah dalam kondisi kering seperti terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Evapotranspirasi kumulatif

Gambar 7 menunjukkan besarnya ETc pada RT lebih besar dibandingkan pada RB dan RK. Hal ini dikarenakan lahan/tanah pada RT selalu tergenang. Berbeda dengan RB dalam kondisi jenuh dan RK dalam kondisi kering. Garis hitam menunjukkan nilai ETo dengan metode Penman-Monteith yang dihitung berdasarkan iklim harian seperti radiasi matahari, kecepatan angin, suhu, dan kelembaban. Total evapotranspirasi tanaman dari tanam hingga panen adalah 494 mm/mm, 430 mm/mm, dan 412 mm/mm.

Evapotranspirasi adalah perpaduan dua istilah yakni evaporasi dan transpirasi. Evaporasi yaitu penguapan di atas permukaan tanah, sedangkan transpirasi yaitu penguapaan melalui permukaan dari air yang semula diserapa oleh tanaman. Atau dengan kata lain, evapotranspirasi adalah banyaknya air yang menguap dari lahan dan tanaman dalam suatu petakan karena panas matahari

(Asdak 1995).

Hubungan Nilai Kc dengan Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan ukuran baik dalam volume maupun dalam bobot. Gambar 8 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tumbuhan masing-masing tanaman pada setiap pot memiliki perbedaan walaupun nilai tersebut hampir mendekati antar tanaman.

Gambar 8 Grafik pertumbuhan tinggi tanaman pada tiga rezim

(22)

Gambar 8 menunjukkan grafik pertumbuhan padi RT pada pot 1 sampai dengan panen sepanjang 98 cm, RB pada pot 2 memiliki panjang 92 cm, sedangkan RK pada pot 3 memiliki panjang 86 cm. Gambar 8 menunjukkan pertumbuhan pada RT dan RB lebih cepat berkembang dibandingkan RK. Hal ini dipengaruhi oleh genangan air yang ada di dalam pot tanaman. Namun pengaruh pengelolaan air yang berbeda-beda berbanding terbalik terhadap jumlah anakan seperti yang disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Grafik jumlah anakan pada tiga rezim

Irigasi pada RT menghasilkan jumlah anakan tertinggi hingga tahap reproduksi awal atau hingga 50 HST. Namun pada 60 HST jumlah anakan menurun karena mengalami masa kritis terjadinya serangan hama. Peningkatan jumlah anakan meningkat kembali pada 70 HST setelah penyemprotan, sedangkan pada RB dan RK mengalami peningkatan dari tanam hingga panen. Jumlah anakan tertinggi pada RK dengan rata-rata sepuluh harian adalah 77 batang. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang kering.

Gambar 10 Grafik jumlah malai

Berdasarkan pengamatan di lapangan, malai mulai muncul pada 50 HST pada RT, 54 HST pada RB, dan 61 HST pada RK. Jumlah malai tertinggi pada RK dengan rata-rata 55 batang atau 82% jumlah malai dari jumlah anakan. Lahan kering menyebabkan jumlah anakan meningkat dan jumlah malai juga meningkat. Namun tinggi tanaman lebih rendah dibandingkan kedua sistem di lahan lainnya. Hal ini menyebabkan perbedaan nilai Kc pada tiap pertumbuhan karena adanya respon tanaman terhadap ketersediaan air pada tiap pot tanaman.

(23)

(a) 10 HST (b) 25 HST

(c) 60 HST (d) 80 HST Gambar 11 Perbandingan pertumbuhan tanaman padi

Pengolahan data nilai Kc menggunakan solver dengan meminimumkan selisih yang terjadi. Rezim air tergenang (RT) mengacu pada nilai Kc dari Nedeco/Prosida(varietas unggul) dan FAO karena menggunakan budidaya padi pada umumnya yaitu konvensional, sedangkan RB dan RK mengacu pada penelitian nilai Kc sebelumnya yang dilakukan oleh Kalsim et al (2007) dan Sujono (2011) yaitu penelitian padi dengan teknologi budidaya padi SRI. Data Kc tiap fase pertumbuhan disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Nilai Kc pada tiap fase pertumbuhan

Nilai Kc disajikan berdasarkan fase pertumbuhan yang dibagi menjadi empat tahap menurut Tyagi et al (2000); serta Mohan dan Arumugam (1994), yaitu : tahap awal untuk adaptasi tanaman, sedangkan tahap pengembangan

(24)

tanaman terjadi ketika tanaman terfokus pada tahap vegetatif ke tahap inisiasi rumpun dengan. Tahap reproduksi dan tahap akhir musim terjadi dari inisiasi rumpun sampai berbunga dan kemudian menjadi dewasa (benar-benar matang). Nilai Kc rata-rata pada tiap fase yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbandingan nilai Kc pada tiap perlakuan Periode peningkatan nilai Kc dan menurun pada fase akhir atau menjelang panen. Dengan demikian terjadi pemborosan air yang cukup besar pada masa awal dan pertumbuhan vegetatif tanaman (Sujono, 2011). Jumlah anakan yang relatif banyak seperti pada grafik jumlah anakan pada RK, maka kebutuhan airnya jauh lebih besar dan ETc juga semakin meningkat dibandingkan dengan jumlah anakan yang lebih sedikit. Pada fase reproduksi, nilai Kc dengan RK lebih besar dibandingkan lainya. Nilai Kc yang dihasilkan berdasarkan persamaan 4 yaitu rasio ETc dengan ETo sangat tinggi dan berbeda dengan penelitian sebelumnya, oleh karena itu dilakukan Kc koreksi dengan program solver (Lampiran 3). Pada fungsi kendala padaprogram tersebut nilai Kc tidak boleh lebih besar dari nilai Kc penelitian sebelumnya berdasarkan budidaya padinya.

(25)

Gambar 13 Hasil panen pada tiga rezim (a) RK (b) RB (c) RT Pemberian Air Optimal

Kebutuhan air irigasi merupakan jumlah air yang diberikan pada setiap pot sejak mulai tanam hingga panen. Pemberian air tersebut bervariasi tergantung dari perlakuan pengelolaan air seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Pemberian air irigasi pada tiap fase

Periode Pertumbuhan RT

(mm)

RB (mm)

RK (mm)

Tahap Awal (1 - 15 HST) 24 10 18

Tahap Pengembangan (16 - 40 HST) 116 84 83

Tahap Reproduksi (41 - 70 HST) 145 146 129

Tahap Akhir (71 - 88 HST) 31 41 33

Total 316 281 263

Tabel 5 menunjukkan bahwa sistem pemberian air pada RT paling banyak membutuhkan air. Berdasarkan fase pertumbuhan tanaman, pemberian air terbanyak terjadi pda tahap reproduksi karena pada tahap ini malai mulai muncul sehingga lebih banyak membutuhkan air untuk perkembangan tanaman. Metode pengukuran efisiensi pemberian air irigasi dilakukan dengan metode inflow-outflow yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Keseimbangan air di pot tanaman

Sistem Irigasi Inflow (mm) Outflow (mm) Selisih (mm) Hujan Irigasi ETc Drainase

RT 383 316 494 262 57

RB 383 281 430 289 55

RK 383 263 412 324 90

(26)

untuk meningkatkan nilai ekonomi air irigasi. Oleh karena itu, strategi yang dilakukan adalah mengubah paradigma nilai produktivitas lahan dari hasil produk per satuan luas lahan menjadi hasil per satuan volume air yang digunakan atau yang dikenal dengan produktivitas air (Prabowo dan Wiyono 2006). Produktivitas air pada tanaman adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan jumlah air yang diberikan terhadap tanaman, dengan satuan kg-hasil per m3 air yang digunakan seperti yang disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 Produktivitas air tiap sistem irigasi Sistem Irigasi

Pencapaian produktivitas air (kg/m3) tertinggi diperoleh pada RK yaitu 1.72 (kg/m3) 40% dibandingkan kedua rezim air lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dihasilkan 1.72 kg gabah per m3 air sedangkan pada RT 0.79 kg/m3 dan pada RB 1.17 kg/m3. Jumlah air yang diperlukan merupakan irgasi pada tiap pot dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Pada sistem irigasi RT air masuk sebesar 699 mm, pada RB sebesar 664 mm, sedangkan pada RK 646 mm. Semakin kering lahan maka air yang dibutuhkan juga semakin sedikit dan produktivitas air semakin tinggi.

Pemberian air yang lebih sedikit atau kondisi tanah kering berpengaruh terhadap produksi gabah seperti terlihat pada Tabel 7. Seluruh malai pada RK mengering karena kondisi lahan juga kering. Berbeda pada RT, saat panen kondisi malai masih ada dalam masa pertumbuhan sehingga produksi gabah lebih rendah yaitu 0.05 kg. Hal ini merupakan pengaruh dari pengelolaan air, semakin kering lahan maka anakan semakin meningkat dan malai juga meningkat sehingga produksi gabah juga meningkat seperti terlihat pada Gambar 14.

(27)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Neraca air (water balance) dipengaruhi oleh curah hujan dan ETa serta nilai Kc. Untuk RT nilai Kc tiap fase 1.09 ; 1.16 ; 1.20 ; 1.13 untuk fase awal, pertumbuhan tanaman, reproduksi, dan fase akhir. Untuk fase yang sama nilai Kc 0.45 ; 0.74 ; 1.44 ; 0.85 untuk RB dan untuk RK sebesar 0.57 ; 0.80 ; 1.50 ; 1.10.

2. Semakin kering lahan maka nilai ETc lebih kecil, namun tidak berpengaruh terhadap nilai Kc. Pada tahap reproduksi mengalami peningkatan nilai Kc karena pada tahap ini sangat banyak membuuhkan air untuk pertumbuhan. Berdasarkan respon tanaman, semakin kering kondisi lahan maka anakan dan malai semakin meningkat pada RK, namun tanaman lebih tinggi pada kondisi tergenang (RT) dan basah (RB).

3. Pemberian air optimal pada rezim air kering dengan indikator produktivitas air dan lahan yang tinggi sebesar 40% lebih tinggi dibandingkan rezim air lainnya. Produktivitas air yang dihasilkan adalah untuk RT 0.79 kg/m3 ; RB 1.17 kg/m3 ; dan RK 1.72 kg/m3.

Saran

Perlu dilakukan penentuan nilai Kc lebih banyak lagi khususnya di daerah Bogor karena nilai Kc tergantung pada iklim setempat. Pengukuran kehilangan air pada tanaman padi di pot lebih efektif dilakukan dengan penimbangan daripada pengukuran langsung dengan alat ukur. Apabila melalukan penanaman padi di pot lebih baik di greenhouse agar terhindar dari serangan hama.

DAFTAR PUSTAKA

Allen RG, Pereira LS, Raes D, Smith M. 1998. Crop Evapotranspiration (guidelines for computing crop water requirements). FAO Irrigation and Drainage Paper No. 56.

Arif C, Setiawan BI, Sofiyuddin HA, Martief IM, Mizoguchi M, Doi R. 2012. Estimating crop coefficient in intermittent irrigation paddy fields using Excel Solver. Rice Science, 19 (2) : 143-152.

Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

(28)

[DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP-01. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. Jakarta (ID): DPU

Doorenbos J, Pruitt WO. 1997. Crop water requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper No. 24. Rome: Food and Agriculture Organizer of the U.N. Hanafiah AK. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Raja Grafindo

Persada.

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Kalsim DK, Yushar, Subari, Deon M, Sofiyuddin HA. 2007. Rancangan Operasional Irigasi untuk Pengembangan SRI (Irrigation Operational Design for SRI Development), Paper disajikan dalam seminar KNIICID,

Mutakin J. 2007. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode SRI (System of RiceIntensification). Bandung (ID): Universitas Padjajaran Press.

Prabowo A, Wiyono J. 2006. Pengelolaan Sistem Irigasi Mikro untuk Tanaman Hortikultura dan Palawija. Jurnal Enjiniring Pertanian Vol. IV No.2. Oktober 2006 hal. 89.

Rohmat D. 2007. Kajian Aspek Pemberian Air dan Mekanisme Penyediaan Hara pada Budidaya Tanaman Padi Pola SRI. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Sapei A, Dhalhar MA, Fujii K, Miyauchi S, Sudou S. 1990. Pengukuran Sifat-Sifat Fisik dan Mekanik Tanah. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Siregar H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta (ID): Rineka. Sujono J. 2011. Koefisien Tanaman Padi Sawah Pada Sistem Irigasi Hemat Air.

Agritech, 31 (4), Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sujono J, Nurrochmad F, Jayadi R. 2006. Growing more paddy with less water. Research Report, Departement of Civil and Enviromental Engineering, Faculty of Engineering. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Supardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Bogor Agricultural University Press.

(29)

Lampiran 1 Segitiga Tekstur Tanah

Sumber : Sapei et al (1990)

Lampiran 2 Kandungan Tekstur Tanah Liat dengan Aplikasi TAL

Keterangan :

United States Departement of Agricultural (USDA)

1. Clay 2. Silty clay 3. Silty clya loam 4. Sandy clay 5. Sandy clay loam 6. Clay loam 7. Silt 8. Silt loam 9. Loam 10. Sand 11. Loamy sand 12. Sandy loam

Clay Silt

Silt

(30)

Lampiran 3 Nilai koefisien tanaman, Kc koreksi dan rata-rata Kc per fase

Tanggal HST

Evapotranspirasi Tanaman (mm/hari)

Evapotranspirasi Acuan (mm/hari)

Koefisien Tanaman Kc Koreksi Rata-rata Kc per fase

RT RB RK RT RB RK RT RB RK RT RB RK

28/03/2015 2 3.00 1.00 1.00 4.95 0.61 0.20 0.20 0.61 0.20 0.20 1.09 0.45 0.57

29/03/2015 3 5.00 2.00 2.00 6.31 0.79 0.32 0.32 1.10 0.32 0.46 1.09 0.45 0.57

30/03/2015 4 6.00 5.00 4.00 3.92 1.53 1.27 1.02 1.10 0.67 1.20 1.09 0.45 0.57

31/03/2015 5 7.00 7.00 2.00 3.00 2.33 2.33 0.67 1.15 0.85 0.64 1.09 0.45 0.57

01/04/2015 6 5.00 2.00 3.00 3.10 1.61 0.64 0.97 1.15 0.67 0.95 1.09 0.45 0.57

02/04/2015 7 5.00 5.00 3.00 2.60 1.93 1.93 1.16 1.12 1.14 0.87 1.09 0.45 0.57

03/04/2015 8 5.00 2.00 5.00 3.74 1.34 0.53 1.34 1.15 0.54 1.15 1.09 0.45 0.57

04/04/2015 9 6.00 2.00 3.00 2.82 2.13 0.71 1.06 1.12 0.60 0.67 1.09 0.45 0.57

05/04/2015 10 5.00 3.00 3.00 3.25 1.54 0.92 0.92 1.10 0.68 0.63 1.09 0.45 0.57

06/04/2015 11 5.00 2.00 5.00 4.38 1.14 0.46 1.14 1.10 0.52 1.17 1.09 0.45 0.57

07/04/2015 12 7.00 7.00 2.00 3.07 2.28 2.28 0.65 1.10 1.11 0.70 1.09 0.45 0.57

08/04/2015 13 4.00 4.00 4.00 4.02 1.00 1.00 1.00 1.15 0.92 0.97 1.09 0.45 0.57

09/04/2015 14 6.00 4.00 5.00 5.00 1.20 0.80 1.00 1.10 0.71 0.98 1.09 0.45 0.57

10/04/2015 15 8.00 5.00 5.00 4.48 1.78 1.11 1.11 1.15 0.32 0.66 1.09 0.45 0.57

11/04/2015 16 7.00 5.00 3.00 3.89 1.80 1.28 0.77 1.13 1.29 0.71 1.16 0.74 0.80

12/04/2015 17 5.00 3.00 5.00 3.55 1.41 0.84 1.41 1.10 0.91 0.79 1.16 0.74 0.80

13/04/2015 18 4.00 3.00 2.00 2.79 1.43 1.07 0.72 1.10 1.16 0.71 1.16 0.74 0.80

14/04/2015 19 6.00 6.00 6.00 4.23 1.42 1.42 1.42 1.10 1.31 1.04 1.16 0.74 0.80

15/04/2015 20 6.00 5.00 6.00 3.82 1.57 1.31 1.57 1.10 1.28 0.96 1.16 0.74 0.80

(31)

Tanggal HST

Evapotranspirasi Tanaman

(mm/hari) Evapotranspirasi

Acuan (mm/hari) Koefisien Tanaman Kc Koreksi

Rata-rata Kc per fase

RT RB RK RT RB RK RT RB RK RT RB RK

17/04/2015 22 3.00 5.00 3.00 2.52 1.19 1.98 1.19 1.11 1.32 1.11 1.16 0.74 0.80

18/04/2015 23 4.00 2.00 5.00 3.36 1.19 0.60 1.49 1.15 0.71 1.31 1.16 0.74 0.80

19/04/2015 24 6.00 6.00 6.00 4.08 1.47 1.47 1.47 1.15 1.19 1.21 1.16 0.74 0.80

20/04/2015 25 5.00 4.00 8.00 3.36 1.49 1.19 2.38 1.10 1.07 1.32 1.16 0.74 0.80

21/04/2015 26 7.00 4.00 7.00 3.91 1.79 1.02 1.79 1.10 0.98 1.23 1.16 0.74 0.80

22/04/2015 27 4.00 8.00 5.00 3.78 1.06 2.12 1.32 1.10 1.29 1.19 1.16 0.74 0.80

23/04/2015 28 4.00 3.00 2.00 3.46 1.15 0.87 0.58 1.10 0.87 0.71 1.16 0.74 0.80

24/04/2015 29 3.00 3.00 2.00 2.51 1.19 1.19 0.80 1.10 1.20 0.77 1.16 0.74 0.80

25/04/2015 30 6.00 3.00 6.00 3.59 1.67 0.84 1.67 1.15 0.83 1.32 1.16 0.74 0.80

26/04/2015 31 5.00 5.00 7.00 3.84 1.30 1.30 1.82 1.15 1.23 1.32 1.16 0.74 0.80

27/04/2015 32 1.00 7.00 7.00 6.35 1.89 1.10 1.10 1.15 1.04 1.32 1.16 0.74 0.80

28/04/2015 33 2.00 5.00 3.00 3.95 0.51 1.27 0.76 1.15 1.30 0.81 1.16 0.74 0.80

29/04/2015 34 1.00 7.00 5.00 4.46 2.69 1.57 1.12 1.10 1.23 1.12 1.16 0.74 0.80

30/04/2015 35 6.00 6.00 7.00 5.16 1.16 1.16 1.36 1.10 1.06 1.15 1.16 0.74 0.80

01/05/2015 36 4.00 5.00 5.00 4.15 0.96 1.20 1.20 1.10 1.19 0.99 1.16 0.74 0.80

02/05/2015 37 5.00 5.00 3.00 3.52 1.42 1.42 0.85 1.15 1.26 0.82 1.16 0.74 0.80

03/05/2015 38 3.00 4.00 3.00 2.44 1.23 1.64 1.23 1.15 1.32 1.25 1.16 0.74 0.80

04/05/2015 39 3.00 3.00 3.00 2.75 1.09 1.09 1.09 1.15 1.14 1.12 1.16 0.74 0.80

05/05/2015 40 9.00 7.00 5.00 5.81 1.55 1.20 0.86 1.15 1.25 0.96 1.16 0.74 0.80

06/05/2015 41 1.00 4.00 5.00 7.67 1.95 1.82 0.65 1.30 1.54 1.84 1.20 1.44 1.50

07/05/2015 42 4.00 4.00 5.00 4.06 0.99 0.99 1.23 1.30 1.24 1.84 1.20 1.44 1.50

08/05/2015 43 4.00 4.00 4.00 3.25 1.23 1.23 1.23 1.30 1.25 1.84 1.20 1.44 1.50

(32)

Tanggal HST

Evapotranspirasi Tanaman

(mm/hari) Evapotranspirasi

Acuan Koefisien Tanaman Kc Koreksi

Rata-rata Kc per fase

RT RB RK RT RB RK RT RB RK RT RB RK

09/05/2015 44 4.00 5.00 5.00 3.34 1.20 1.50 1.50 1.20 1.25 1.84 1.20 1.44 1.50

10/05/2015 45 5.00 8.00 5.00 4.04 1.24 1.98 1.24 1.10 1.53 1.84 1.20 1.44 1.50

11/05/2015 46 3.00 4.00 5.00 3.70 0.81 1.08 1.35 1.11 1.84 1.84 1.20 1.44 1.50

12/05/2015 47 5.00 4.00 5.00 3.41 1.46 1.17 1.46 1.10 1.24 1.84 1.20 1.44 1.50

13/05/2015 48 6.00 4.00 6.00 2.99 2.00 1.34 2.00 1.16 1.25 1.84 1.20 1.44 1.50

14/05/2015 49 3.00 6.00 2.00 3.01 1.00 1.99 0.66 1.10 1.36 1.84 1.20 1.44 1.50

15/05/2015 50 5.00 3.00 5.00 3.89 1.29 0.77 1.29 1.10 1.84 1.84 1.20 1.44 1.50

16/05/2015 51 4.00 4.00 7.00 3.88 1.03 1.03 1.81 1.10 1.25 1.84 1.20 1.44 1.50

17/05/2015 52 6.00 5.00 5.00 3.25 1.84 1.54 1.54 1.10 1.25 1.84 1.20 1.44 1.50

18/05/2015 53 4.00 7.00 6.00 3.49 1.15 2.01 1.72 1.17 1.57 1.84 1.20 1.44 1.50

19/05/2015 54 4.00 5.00 5.00 3.07 1.30 1.63 1.63 1.10 1.84 1.84 1.20 1.44 1.50

20/05/2015 55 5.00 8.00 3.00 3.50 1.43 2.28 0.86 1.30 1.66 1.73 1.20 1.44 1.50

21/05/2015 56 1.,00 5.00 5.00 3.96 2.53 1.26 1.26 1.21 1.83 1.37 1.20 1.44 1.50

22/05/2015 57 1.,00 8.00 1.00 4.26 2.35 1.88 2.35 1.30 1.29 1.47 1.20 1.44 1.50

23/05/2015 58 5.00 5.00 5.00 3.51 1.43 1.43 1.43 1.30 1.82 1.79 1.20 1.44 1.50

24/05/2015 59 1.00 8.00 1.00 4.76 2.10 1.68 2.10 1.30 1.41 1.33 1.20 1.44 1.50

25/05/2015 60 8.00 6.00 9.00 4.43 1.80 1.35 2.03 1.30 1.70 1.72 1.20 1.44 1.50

26/05/2015 61 5.00 7.00 8.00 3.92 1,.27 1.78 2.04 1.30 1.34 1.50 1.20 1.44 1.50

27/05/2015 62 1.00 9.00 8.00 4.32 2.32 2.09 1.85 1.25 1.80 1.58 1.20 1.44 1.50

28/05/2015 63 1.00 1.00 7.00 5.86 1.71 1.71 1.20 1.30 1.78 1.68 1.20 1.44 1.50

29/05/2015 64 7.00 2.00 7.00 3.84 1.82 0.52 1.82 1.26 1.74 1.26 1.20 1.44 1.50

(33)

Tanggal HST

Evapotranspirasi Tanaman (mm/hari)

Evapotranspirasi Acuan (mm/hari)

Koefisien Tanaman Kc Koreksi Rata-rata Kc per fase

RT RB RK RT RB RK RT RB RK RT RB RK

31/05/2015 66 4.00 3.00 5.00 3.68 1.09 0.82 1.36 1.30 1.24 1.55 1.20 1.44 1.50

01/06/2015 67 7.00 5.00 1.00 4.19 1.67 1.19 2.39 1.30 1.27 1.84 1.20 1.44 1.50

02/06/2015 68 4.00 4.00 9.00 3.40 1.17 1.17 2.64 1.10 1.27 1.76 1.20 1.44 1.50

03/06/2015 69 7.00 7.00 7.00 4.16 1.68 1.68 1.68 1.30 1.73 1.68 1.20 1.44 1.50

04/06/2015 70 8.00 6.00 6.00 3.79 2.11 1.58 1.58 1.30 1.59 1.59 1.20 1.44 1.50

05/06/2015 71 3.00 5.00 5.00 3.24 0.93 1.54 1.54 0.95 1.23 1.23 1.13 0.85 1.10

06/06/2015 72 4.00 7.00 1.00 3.70 1.08 1.89 2.71 1.05 1.22 1.23 1.13 0.85 1.10

07/06/2015 73 4.00 5.00 5.00 2.94 1.36 1.70 1.70 1.05 1.22 1.24 1.13 0.85 1.10

08/06/2015 74 5.00 4.00 3.00 2.97 1.68 1.35 1.01 1.05 1.24 1.19 1.13 0.85 1.10

09/06/2015 75 8.00 6.00 3.00 3.21 2.49 1.87 0.93 1.05 1.23 1.19 1.13 0.85 1.10

10/06/2015 76 2.00 5.00 2.00 2.44 0.82 2.05 0.82 1.05 1.23 1.19 1.13 0.85 1.10

11/06/2015 77 7.00 7.00 5.00 3.40 2.06 2.06 1.47 1.05 1.24 1.24 1.13 0.85 1.10

12/06/2015 78 4.00 5.00 2.00 3.51 1.14 1.42 0.57 1.05 1.23 1.19 1.13 0.85 1.10

13/06/2015 79 7.00 2.00 4.00 3.69 1.90 0.54 1.08 1.05 1.19 1.19 1.13 0.85 1.10

14/06/2015 80 7.00 5.00 4.00 3.85 1.82 1.30 1.04 1.05 1.23 1.19 1.13 0.85 1.10

15/06/2015 81 5.00 7.00 5.00 3.72 1.35 1.88 1.35 0.95 1.23 1.24 1.13 0.85 1.10

16/06/2015 82 8.00 8.00 2.00 3.50 2.29 2.29 0.57 0.96 1.24 1.19 1.13 0.85 1.10

17/06/2015 83 7.00 3.00 1.00 3.22 2.17 0.93 0.31 0.95 1.19 1.19 1.13 0.85 1.10

18/06/2015 84 8.00 2.00 2.00 3.38 2.37 0.59 0.59 0.96 1.19 1.19 1.13 0.85 1.10

19/06/2015 85 2.00 5.00 2.00 3.48 0.57 1.44 0.57 0.95 1.22 1.19 1.13 0.85 1.10

20/06/2015 86 3.00 2.00 3.00 3.49 0.86 0.57 0.86 0.96 1.15 1.19 1.13 0.85 1.10

21/06/2015 87 2.00 3.00 2.00 3.30 0.61 0.91 0.61 0.95 1.12 1.19 1.13 0.85 1.10

(34)
(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Barabai, Kalimatan Selatan pada tanggal 12 Desember 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Saudi dan Ibu Dahliannor. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Paringin, Kalimantan Selatan, tahun 2008 menyelesaikan pendidikan di SMPN 1 Paringin, Kalimantan Selatan, dan tahun 2011 lulus dari SMAN 1 Paringin, Kalimantan Selatan. Tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1 Harga-harga koefisien tanaman padi
Gambar 1 Prosedur penelitian
Gambar 4 Kurva retensi air
Gambar 5 Hubungan tinggi muka air dengan hujan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode penanaman bibit leter L dapat meningkatkan hasil tanaman padi dan varietas Cisokan dapat menghasilkan jumlah

semi-organik nyata meningkatkan populasi Azotobacter dan mikroba pelarut fosfat dibandingkan budidaya padi konvensional.

BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L) DENGAN METODE SRI (the System of Rice Intensification )” dari mata kuliah Budidaya Tanaman Pangan ini dapat diselesaikan,

Karena pada bahagian atas lahan penelitian ada kegiatan bercocok tanam padi, terjadi rembersan air pada lahan percobaan sehingga plot masing-masing

Input apa yang berpengaruh terhadap pendapatan petani pada usahatani padi. sawah sistem SRI dan

Tujuan dari penelitian adalah (1) Untuk medeskripsikan metode budidaya padi sawah metode SRI di Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi, (2) Membandingkan struktur biaya

Penelitian telah dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui respons penggerek batang padi kuning terhadap varietas padi dan takaran komposjerami padi pada budidaya

Tujuan dari penelitian adalah (1) Untuk medeskripsikan metode budidaya padi sawah metode SRI di Kecamatan Gerih Kabupaten Ngawi, (2) Membandingkan struktur biaya