• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN KECEMASAN PASIEN

PREOPERASI

DI RSU dr. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

Bambang Permadi

101101061

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr.Pirngadi Medan

Nama : Bambang Permadi

Nim : 101101061

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Tahun : 2014

Abstrak

Spiritualitas dan kecemasan merupakan dua hal yang sering dialami oleh pasien preoperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian asosiatif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien preoperasi yang berjumlah 33 responden. Sampel yang bersedia diteliti adalah 30 responden. Alat pengumpulan data berupa pernyataan dalam bentuk kuesioner. Teknik pengambilan sampling adalah teknik total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dengan taraf signifikan (p<0,05). Hasil penelitian terhadap pasien preoperasi ditinjau dari spiritualitas mayoritas responden memiliki spiritualitas tinggi dengan jumlah responden sebanyak 15 orang (50%). Hasil penelitian ditinjau dari kecemasan, mayoritas responden dengan kecemasan sedang sebanyak 16 orang (53,3) dan terdapat hubungan yang signifikan antara spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi nilai p=0,001 (p<(0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan semakin tinggi spiritualitas pasien preoperasi maka semakin rendah tingkat kecemasannya.

(4)

Title : The relation of spirituality with pre- operation Anxity patient in dr. Pirngadi Hospital Medan

Name : Bambang Permadi

Student. No : 101101061

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Spirituality and anxiety are two things often experienced by a pre- operation patient. The purpose of this research is two know the relation between spirituality with anxiety patient preo- peration in RSU dr. Pirngadi Medan. This research using design research associative. Population on this research is patient pre-operation which totaled 33 respondents. Sample willing researchedis 30 respondents. Data instrument in from of statement in the from of aquestionnaire. Adoption of sampling techniques is a technique total sampling. Test statistics used is test correlation spearman standard with significant ( p<0.05). The result of researching on the patient pre- operation review of spirituality most of the respondents having spirituality high with the number of respondents as many as 15 poeple (50%). An research result of anxiety, will be reviewed the majority of respondents with anxiety was as many as 16 poeple (53,3), and there is a significant relation exists between spirituality with anxiety patient pre- operation value p= 0,01 (p<0.05). Based on this research result can be summed up the higher spirituality of the pre- operation patient the lower their anxiety.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul

“Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi”. Salawat beserta salam

penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW atas semangat perjuangan dan suri teladan

bagi umatnya.

Proposal skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Terima kasih kepada bapak Mula Tarigan, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing

proposal dan skripsi, yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan

dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Terima kasih kepada ibu Erniyati S.Kp, MNS dan ibu Wardiah Daulay S.Kep Ns M.Kep

sebagai penguji 1 dan penguji 2.

4. Terima kasih kepada pihak Rumah Sakit Umum dr.Pirngadi Medan yang telah

memberikan izin dan membantu dalam proses pengambilan data pada saat penelitian.

5. Terima kasih kepada seluruh staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberi ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi saya.

6. Teristimewa kepada Ayahanda Sukardi Darmo dan Ibunda Siti Hamsah yang selalu

memotivasi, memberi dukungan moral dan moril, memberi do’a untuk kelancaran dalam

kuliah dan menyelesaikan proposal skripsi ini, terima kasih juga kepada seluruh keluarga

(6)

7. Sahabat spesial dan teman seperjuangan penulis yang telah memberikan saran dan

masukan bagi penulis: Febby Syara Munte, Adelya Sitorus, Anindiah Widyaningrum,

Mekar, Ma’wah Iqbal Tanjung, M. Syawal Harahap, Ilham Fahri, Devi Cordi Asdo,

Pangihutan Situmorang, Benny Sutana Situmorang, Agus Irwandi, Febri Wibowo, dan

teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang tak bisa saya sebut namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh karena

itu, Penulis mengharapkan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak khususnya

dosen pembimbing skripsi dan dosen peguji demi perbaikan dan kualitas yang lebih baik di

masa mendatang.

Medan, Juli 2014

(7)

DAFTAR ISI

1.3 Karakteristik Spiritualitas ... 9

1.4 Hubungan Spiritual, sehat, dan sakit... 10

1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Spiritual ... 11

1.6 Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual ... 12

(8)

2.4.3 Teori Prilaku ... 19

5.1.1 Karakteristik Responden ... ... 31

5.1.2 Spiritualitas Pasien Preoperasi ... ... 33

5.1.3 Kecemasan Pasien Preoperasi ... ... 34

5.1.4 Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi ... 34

5.2 Pembahasan ... ... 35

5.2.1 Spiritualitas Pada Pasien Preoperasi ... ... 35

(9)

5.2.3 Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien

Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan ... ... 38

BAB 6 Kesimpulan Dan Saran... ... 40

6.1 Kesimpulan ... ... 40

6.2 Saran ... ... 40

Daftar Pustaka ... Lampiran-lampiran ...

Jadwal Taksasi Dana

Daftar Riwayat Hidup

Jadwal Tentatif Penelitian

Lembar Penjelasan Penelitian

Lembar Persetujuan Responden

Instrumen Penelitian

(10)

Judul : Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr.Pirngadi Medan

Nama : Bambang Permadi

Nim : 101101061

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Tahun : 2014

Abstrak

Spiritualitas dan kecemasan merupakan dua hal yang sering dialami oleh pasien preoperasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian asosiatif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien preoperasi yang berjumlah 33 responden. Sampel yang bersedia diteliti adalah 30 responden. Alat pengumpulan data berupa pernyataan dalam bentuk kuesioner. Teknik pengambilan sampling adalah teknik total sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman dengan taraf signifikan (p<0,05). Hasil penelitian terhadap pasien preoperasi ditinjau dari spiritualitas mayoritas responden memiliki spiritualitas tinggi dengan jumlah responden sebanyak 15 orang (50%). Hasil penelitian ditinjau dari kecemasan, mayoritas responden dengan kecemasan sedang sebanyak 16 orang (53,3) dan terdapat hubungan yang signifikan antara spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi nilai p=0,001 (p<(0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan semakin tinggi spiritualitas pasien preoperasi maka semakin rendah tingkat kecemasannya.

(11)

Title : The relation of spirituality with pre- operation Anxity patient in dr. Pirngadi Hospital Medan

Name : Bambang Permadi

Student. No : 101101061

Major : Bachelor of Nursing

Year : 2014

Abstract

Spirituality and anxiety are two things often experienced by a pre- operation patient. The purpose of this research is two know the relation between spirituality with anxiety patient preo- peration in RSU dr. Pirngadi Medan. This research using design research associative. Population on this research is patient pre-operation which totaled 33 respondents. Sample willing researchedis 30 respondents. Data instrument in from of statement in the from of aquestionnaire. Adoption of sampling techniques is a technique total sampling. Test statistics used is test correlation spearman standard with significant ( p<0.05). The result of researching on the patient pre- operation review of spirituality most of the respondents having spirituality high with the number of respondents as many as 15 poeple (50%). An research result of anxiety, will be reviewed the majority of respondents with anxiety was as many as 16 poeple (53,3), and there is a significant relation exists between spirituality with anxiety patient pre- operation value p= 0,01 (p<0.05). Based on this research result can be summed up the higher spirituality of the pre- operation patient the lower their anxiety.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Preoperasi merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai

sejak ditentukannya persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah

(Hidayat, 2006). Selanjutnya Taylor (1997) dalam Setiawan dan Tanjung (2005) menyatakan

bahwa operasi merupakan masa kritis dan menghasilkan kecemasan. Tindakan operasi sering

menyebabkan kecemasan pada pasien. Menanggulangi atau menurunkan kecemasan pasien

adalah tugas perawat. Segala bentuk prosedur pembedahan selalu didahului dengan suatu

reaksi emosional tertentu oleh pasien. Ansietas praoperatif kemungkinan merupakan suatu

respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien sebagai suatu

ancaman terhadap perannya dalam hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu

sendiri. Sudah diketahui bahwa pikiran yang bermasalah secara langsung mempengaruhi

fungsi tubuh. Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama

oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif

seperti pembedahan. Dilaporkan bahwa pasien mengalami cemas karena hospitalisasi,

pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman

(Rawling, 1984; Setiawan dan Tanjung, 2005).

Kecemasan merupakan sesuatu hal yang wajar oleh karena setiap orang menginginkan

segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala marabahaya atau

kegagalan. Kecemasan melibatkan persepsi tentang perasaan yang tidak menyenangkan dan

reaksi fisiologis, dengan kata lain kecemasan adalah reaksi atas situasi yang dianggap

berbahaya (Trismiati, 2004; dalam Purba, Wahyuni, Daulay, Nasution, 2008). Sedangkan

Corey (1995 Purba dkk, 2008) mengartikan ansietas sebagai suatu keadaan tegang yang

(13)

berlangsung dapat menyebabkan keadaan yang panik dimana seseorang tidak dapat lagi

melihat segala sesuatu dengan pikiran jernih karena lahan persepsinya sangat menyempit.

Oleh karena itu, di perlukan pemberian asuhan keperawatan untuk mengurangi perasaan

cemas pada klien.

Tingkat kecemasan pasien preoperasi yang relatif tinggi (berat atau panik) disebabkan

operasi yang dilakukan adalah operasi elektif atau direncanakan dan pasien sudah terlebih

dahulu diberitahu oleh tim medis bahwa akan operasi. Selain itu rendahnya tingkat

kecemasan pasien preoperasi ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: pasien umumnya

merasa pasrah terhadap prosedur medis yang dihadapinya, pasien dengan penyakit kronis

yang akan melalui prosedur pembedahan merasa operasi adalah hal yang wajar, selain itu

juga aspek spiritual pasien preoperasi meningkat sehingga lebih tenang menjalani operasi dan

menganggap operasi sebagai cara terbaik dan pasien yakin kepada Tuhan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Atkinson (1992) dalam Setiawan dan Tanjung (2005) yang mengatakan

bahwa kemampuan seseorang berbeda dalam menghadapi situasi krisis dan dipengaruhi oleh

berbagai faktor, diantaranya faktor budaya, agama, dan sosial ekonomi. Praoperatif dapat

mengalami berbagai ketakutan. Takut terhadap anestesia, takut terhadap nyeri atau kematian,

takut tentang ketidaktahuan atau takut tentang deformitas atau ancaman lain terhadap citra

tubuh dapat menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas (Brunner dan Suddarth, 2001).

Kepercayaan spiritual memainkan peranan penting dalam menghadapi ketakutan dan

kecemasan. Tanpa memandang anutan keagamaan pasien, kepercayaan spiritual dapat

menjadi medikasi teraupetik. Segala upaya harus dibuat untuk membantu pasien mendapat

bantuan spiritual yang pasien inginkan. Keyakinan mempunyai kekuatan yang sangat besar;

dengan begitu, kepercayaan yang dimiliki oleh setiap individu pasien harus dihargai dan

(14)

Konsep yang menggambarkan kesehatan spiritual begitu beragam. Untuk

menyelenggarakan pelayanan spiritual yang suportif dan penuh arti, penting bagi perawat

untuk memahami konsep-konsep spiritualitas, kesejahteraan spiritualitas, kepercayaan,

agama, dan harapan. Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk

menemukan diri mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit, dan untuk memelihara

kesehatan. Energi yang berasal dari spiritualitas membantu klien merasa sehat dan membantu

membuat pilihan sepanjang kehidupan (Chiu et al., 2004; dalam Potter dan Perry, 2010).

Jiwa manusia adalah kekuatan, spiritualitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap

individu. Oleh karena itu, perawat memerlukan kesadaran terhadap spiritualitas diri mereka

agar dapat menyediakan pelayanan spiritual yang relevan dan sesuai. Perawat perlu melayani

individu secara keseluruhan dan menerima kepercayaan serta pengalaman klien ketika

menyelenggarakan pelayanan spiritual (Bash, 2004; Potter dan Perry, 2010). Spiritualitas

merupakan faktor penting yang membantu individu yang mencapai keseimbangan yang

diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta untuk beradaptasi dengan

penyakit. Penelitian menunjukan bahwa spiritualitas yang positif mempengaruhi dan

meningkatkan kesehatan, kualitas hidup, perilaku yang meningkatkan kesehatan, dan

kegiatan pencegahan penyakit (Aaron et al., 2003; Figueroa et al., 2006; Gibson dan

Hendricks, 2006; Grey et al., 2004; Grimsley, 2006; dalam Potter dan Perry, 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti akan meneliti hubungan spiritualitas terhadap

kecemasan pasien yang akan menjalani operasi di Rumah Sakit Umum Pirngadi.

2. Rumusan masalah

Bagaimana hubungan spiritualitas dengan kecemasan pasien yang akan menjalani

operasi?

3. Tujuan penelitian

(15)

Mengetahui hubungan spiritualitas dengan kecemasan pasien yang akan menjalani

operasi.

3.2 Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui spiritualitas pasien preoperasi.

2. Untuk mengetahui kecemasan pasien preoperasi.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada bidang keperawatan, masyarakat,

dan penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut :

4.1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat tentang

pentingnya penerapan spiritualitas dalam asuhan keperawatan.

4.2. Praktik Keperawatan

Sebagai bahan informasi bagi perawat yang melakukan intervensi keperawatan pada

proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien preoperasi.

4.3. Penelitian Selanjutnya

Sebagai bahan rujukan untuk peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep spiritualitas

1.1. Pengertian Spiritualitas

Kata spiritualitas berasal dari bahasa Latin Spiritus, yang berarti bernafas atau angin.

Jiwa memberikan kehidupan bagi seseorang. Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat

semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005; Potter dan Perry, 2010). Menurut

Florence Nightingale, spiritual adalah suatu dorongan yang menyediakan energi yang

dibutuhkan untuk mempromosikan lingkungan rumah sakit yang sehat dan melayani

kebutuhan spiritual sama pentingnya dengan melayani kebutuhan fisik (Delgado, 2005;

Kelly, 2004; Potter dan Perry, 2010). Saat ini, spiritualitas sering didefinisikan sebagai

kesadaran dalam diri seseorang dan rasa terhubung dengan sesuatu yang lebih tinggi, alami,

atau kepada beberapa tujuan yang lebih besar dari diri sendiri (Mauk dan Schmidt, 2004;

Potter dan Perry, 2010).

1.2. Dimensi Spiritual

Spiritualitas mencakup seluruh aspek peribadi manusia dan merupakan sarana

menjalani hidup. Dalam perspektif perawatan kesehatan holistik, jiwa, tubuh dan roh/spirit

saling berhubungan dan berinteraksi dengan cara sangat dinamis di dalam seluruh “pribadi

manusia”. Maka sangatlah sulit dan terkesan dibuat-buat apabila kita mencoba memisahkan

ketiga dimensi ini. Akan tetapi, sangat bergunalah bagi penyedia perawatan kesehatan untuk

membedakan ketiganya agar mereka dapat menilai dan memperlakukan pasien dengan tepat.

Salah satu cara membedakan ketiga dimensi itu adalah sebagai berikut (Mansen, 1993;

Taylor, 2002; dalam Young dan Koopsen, 2005):

1. Dimensi psikologis (jiwa) mencakup kesadaran diri (self consciousness) dan identitas diri

(17)

antarmanusia (dan berkaitan dengan emosi seperti rasa duka cita, rasa kehilangan, dan rasa

bersalah) dan dialami jauh di lubuk jiwa.

2. Dimensi fisik (tubuh) merupakan kesadaran akan alam (world conscious). Aspek inilah

yang memungkinkan seseorang merasa, melihat, mendengar, membau, meraba, dan

disentuh orang lain.

3. Dimensi rohani (spirit) dideskripsikan sebagai daya yang menyatukan dalam diri manusia,

mengintegrasikan, dan mengatasi dimensi lainnya. Dimensi ini juga diberikan sebagai

kesadaran akan Tuhan (God-consciousness) atau berkaitan dengan kedewataan atau

nilai-nilai mutlak. Dimensi ini menyangkut makna hidup, pemahaman manusia akan iman, dan

hubungan intim pribadi manusia dengan Tuhan.

Salah satu masalah dari saling bertukaran antara spiritualitas dengan religi adalah di

mana perawat mungkin menyatukan dimensi spiritual dengan dimensi psikososial. Hal ini

dapat mengakibatkan pihak perawat tidak mampu mengenali harapan, kebutuhan, atau

masalah spiritual yang disamarkan oleh emosi (Stoll, 1979; dalam Perry dan Potter, 2005).

Seorang perawat mungkin mendiagnosa kebutuhan klien sebagai kebutuhan psikososial,

ketika seharusnya kebutuhan tersebut berhubungan dengan kesehatan atau fungsi spiritual.

Menyamakan spiritualitas dengan religi akan menghilangkan persfektif holistik klien dengan

membatasi pandangan perawat tentang aspek dinamis kehidupan. Juga ketika dimensi

spiritualitas dikurangi untuk mencakup hanya religi, intervensi keperawatan dapat

distandardisasi dan tidak akan mengetengahkan kebutuhan aktual klien (Mensen, 1993).

Sosiologis 

Fisiologis  Psikologi

(18)

Skema 1. Dimensi spritual: pendekatan terintegrasi.

Farran et al. (1989) dalam Perry dan Potter (2005) lebih jauh mendefinisikan model

penyatuan spiritualitas mereka dengan meringkaskan berbagai pandangan teoretis tentang

spiritulitas.

Skema 2. Dimensi Spiritual: pendekatan penyataan

Selain itu, model penyatuan mencakup aspek perkembangan spiritualitas. Pertumbuhan

spiritualitas terjadi hampir pada seluruh rentang kehidupan (Farran et al. 1989; dalam Perry

dan Potter, 2005).

1.3.Karakteristik Spiritualitas

Menurut Hamid (2008) dalam upaya memudahkan pemberian asuhan keperawatan

memperhatikan kebutuhan spiritual penerima pelayanan keperawatan, perawat mutlak perlu

memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengenal karakteristik spiritualitas yang

disajikan sebagai berikut.

1. Hubungan dengan diri sendiri. Kekuatan dalam atau/dan self reliance:

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya).

Spiritual

Fisiologis 

Sosiologis

(19)

b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan

pikiran, harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).

2. Hubungan dengan alam harmonis:

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim.

b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki), mengabadikan, dan

melindungi alam.

3. Hubungan dengan orang lain harmonis/suportif:

a. Berbagai waktu, pengetahuan, dan sumber secara timbal balik.

b. Mengasuh anak, orang tua, dan orang sakit.

c. Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dan lain-lain).

Bila tidak harmonis akan terjadi:

a. Konflik dengan orang lain.

b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

4. Hubungan dengan ketuhanan. Agamais atau tidak agamais

a. Sembahyang/berdo’a/meditasi.

b. Perlengkapan keagamaan.

c. Bersatu dalam alam.

Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya

jika mampu:

1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan.

2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau

penderitaan.

3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dan cinta.

4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.

(20)

6. Mengembangkan hubungan antar-manusia yang positif.

1.4. Hubungan spiritual, sehat, dan sakit

Agama merupakan petunjuk prilaku karena di dalam agama terdapat ajaran baik dan

larangan yang dapat berdampak pada kehidupan dan kesehatan seseorang, contohnya

minuman beralkohol sesuatu yang dilarang agama dan akan berdampak pada kesehatan bila

dikonsumsi manusia. Agama sebagai sumber dukungan bagi seseorang yang mengalami

kelemahan (dalam keadaan sakit) untuk membangkitkan semangat untuk sehat, atau juga

dapat mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai contoh, orang sakit

dapat memperoleh kekuatan dengan menyerahkan diri atau memohon pertolongan dari

Tuhannya.

1.5.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual

Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual menurut hidayat (2006),

antara lain:

1. Perkembangan

Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan kebutuhan spiritual, karena

setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan.

2. Keluarga

Keluarga memiliki peran penting yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan

spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Ras/suku

Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga proses pemenuhan

kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang dimiliki.

(21)

Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki oleh seseorang dapat menentukan arti

pentingnya kebutuhan spiritual.

5. Kegiatan keagamaan

Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan dirinya dengan

Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.

1.6. Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual

Beberapa orang yang membutuhkan bantuan spiritual menurut Hidayat (2009) antara

lain:

1. Pasien kesepian

Pasien dalam keadaan sepi dan tidak ada yang menemani akan membutuhkan bantuan

spiritual karena mereka merasakan tidak ada kekuatan selain kekuatan Tuhan, tidak ada yang

menyertainya selain Tuhan.

2. Pasien ketakutan dan cemas

Adanya ketakutan atau kecemasan dapat menimbulkan perasaan kacau, yang dapat

membuat pasien membutuhkan ketenangan pada dirinya, dan ketenangan yang paling besar

adalah bersama Tuhan.

3. Pasien yang menghadapi pembedahan

Menghadapi pembedahan adalah sesuatu yang sangat menghawatirkan karena akan

timbul perasaan antara hidup dan mati. Pada saat itulah keberadaan pencipta dalam hal ini

adalah Tuhan sangat penting sehingga pasien selalu membutuhkan bantuan spiritual.

4. Pasien yang harus mengubah gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat membuat seseorang lebih membutuhkan keberadaan

Tuhan (kebutuhan spiritual). Pola gaya hidup dapat membuat kekacauan keyakinan bila ke

arah yang lebih buruk. Akan tetapi bila perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik, maka

(22)

1.7. Masalah Kebutuhan Spiritual

Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distres

spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau

beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya

kekuaatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan

spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang

berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan

sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda

seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian didukung dengan tanda fisik

seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2009).

Distres spiritual terdiri atas:

1. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang dicintai atau

dari penderitaan yang berat.

2. Spritual yang khawatir, yaitu terjadi pertentangan kepercayaan dan sistem nilai seperti

adanya aborsi.

3. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam kegiatan

keagamaan.

2. Konsep Kecemasan 2.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara

langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan

(23)

dalam usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, Payapo, Maruhawa, Sianturi,

Sumijatun, 2004).

May menyatakan dalam Stuard dan Laraia (2001); dalam Suliswati dkk (2004) bahwa

aspek positif individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan

dan pengalaman mengatasi kecemasan. Pengalaman yang memicu terjadinya kecemasan

dimulai sejak bayi dan berlangsung terus sepanjang kehidupan.

2.2. Tingkat Kecemasan

Peplau (1963 dikutip dari Stuart dan Sundeen, 1998; Purba dkk, 2008)

mengidentifikasikan ansietas dalam 4 tingkatan. Setiap tingkatan memiliki karakteristik lahan

persepsi yang berbeda tergantung pada kemampuan individu dalam menerima

informasi/pengetahuan mengenai kondisi yang ada dari dalam diri lingkungannya. Tingkatan

ansietas itu adalah sebagai berikut:

1. Ansitas ringan

Cemas yang normal yang menjadi bagian kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2. Ansietas sedang

Cemas yang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun

dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

3. Ansietas berat

Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk

memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tenang hal yang

lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Individu ini memerlukan

(24)

4. Panik

Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan

teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalamai kehilangan kendali, orang yang

mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik

melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

Rentang Respon kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sementara itu, Hall dan Lindzey (1993) dalam Purba dkk (2008) membagi ansietas atas

tiga yaitu:

1. Ansietas realita, neurotik, dan moral adalah rasa khawatir akan bahaya yang datang dari

dunia luar dan derajat ansietasnya sangat tergantung kepada ancaman nyata.

2. Ansietas neurotik adalah rasa khawatir kalau-kalau instink akan keluar jalur dan

menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum.

3. Ansietas moral adalah rasa khawatir terhadap hati nuraninya sendiri. Individu yang hati

nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang

(25)

Sue dkk. (dikutip dari Kartika, 1995; dalam Purba dkk, 2008) menyebutkan bahwa

manifestasi ansietas terwujud dalam empat hal berikut ini:

1. Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, sering kali memikirkan

tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.

2. Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti

gemetar.

3. Perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare,

sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah, dan lain-lain. Hampir semua

pasien ansietas menunjukan peningkatan detak jantung, respirasi, ketegangan otot, dan

tegangan darah.

4. Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah dan perasaan tegang yang berlebihan.

2.3. Tanda dan Gejala

2.3.1 Respon fisik

Respon fisik yang mungkin ditemukan antara lain:

1. Sering nafas pendek

2. Nadi dan tekanan darah naik

3. Mulut kering

4. Anoreksia

5. Diare/konstipasi

6. Gelisah

7. Berkeringat

8. Tremor

(26)

2.3.2 Respon kognitif:

1. Lapangan persepsi menyempit

2. Tidak mampu menerima rangsangan luar

3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

2.3.3 Respon prilaku dan emosi:

1. Perasaan tidak aman

2. Bicara berlebihan

3. Gerakan tersentak-sentak

2.4. Teori Kecemasan 2.4.1. Teori Psikoanalitik

Menurut Freud dalam Suliswati dkk (2004) kecemasan timbul akibat reaksi psikologis

individu terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual. Energi

seksual yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat timbul

secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan. Akibat stimulus

(internal dan eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan untuk

menanganinya. Ada dua tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan subsekuen.

2.4.1.1Kecemasan Primer

Kejadian traumatik yang diawali sejak bayi akibat adanya stimulus tiba-tiba dan trauma

pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas

akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau

dorongan yang diakibatkan oleh faktor eksternal.

2.4.1.2Kecemasan subsekuen

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis kecemasan lain

(27)

menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego sebagai pengembang id dan superego

berada pada kondisi bahaya.

2.4.2. Teori Interpersonal

Silivan dalam Suliswati dkk (2004) mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat

ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat penolakan. Kecemasan

bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan lingkungan. Kecemasan pertama kali

ditentukan oleh hubungan ibu dan anak pada awal kehidupannya, bayi berespons seolah-olah

ia dan ibunya adalah satu unit. Dengan bertambahnya usia, anak melihat ketidaknyamanan

yang timbul akibat tindakannya sendiri dan diyakini bahwa ibunya setuju atau tidak setuju

dengan prilaku itu.

Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau kehilangan dapat

menyebabkan kecemasan pada individu. Kecemasan yang timbul pada masa berikutnya

muncul saat individu mempersepsikan bahwa ia akan kehilangan orang yang dicintainya.

Harga diri seseorang merupakan faktor penting yang berhubungan dengan kecemasan. Orang

yang mempunyai prediposisi mengalami kecemasan adalah orang yang mudah terancam,

mempunyai opini negatif terhadap dirinya atau meragukan kemampuannya.

2.4.3. Teori Prilaku

Teori prilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai

hal yang mempengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan misalnya

memperoleh pekerjaan, berkeluarga, kesuksesan dalam sekolah. Prilaku merupakan hasil

belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik

antara dua pilihan yang saling berlawanan dan individu harus memilih salah satu. Konflik

menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi terhadap konflik

(28)

Konflik muncul dari dua kecenderungan yaitu “approach” dan “avoidance”. Approach

merupakan kecenderungan untuk melakukan atau menggerakan sesuatu. Avoidance adalah

kebalikannya yaitu tidak melakukan atau menggerakan sesuatu melalui sesuatu.

2.4.4. Teori Keluarga

Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan selalu ada

pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.

2.4.5. Teori Biologik

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor tersebut berfungsi

membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan aktivitas

neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di

bagian otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor GABA pada

membran post-sinaps akan membuka saluran/pintu reseptor sehingga terjadi perpindahan ion.

Perubahan ini akan mengakibatkan eksitasi sel dan memperlambat aktivitas sel. Teori ini

menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan mempunyai masalah dengan

proses neurotransmiter ini. Mekanisme koping juga dapat terganggu karena pengaruh toksik,

defisiensi nutrisi, menurunnya suplai darah, perubahan hormon dan sebab fisik lainnya.

Kelelahan dapat meningkatkan iritabilitas dan perasaan cemas.

3. Konsep Preoperasi 3.1.Pengertian Preoperasi

Preoperasi merupakan tahap dalam proses pembedahan yang dimulai dari prabedah

(preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pascabedah (postoperatif). Prabedah atau praoprasi

merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak

ditentukannya persiapan pembedahan dan barakhir sampai pasien berada di meja bedah.

(29)

ditransfer ke meja bedah dan berakhir saat pasien dibawa ruang pemulihan. Pascabedah atau

pascaoperasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien

memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Hidayat, 2009).

3.2 Jenis Pembedahan

3.2.1 Jenis pembedahan berdasarkan lokasi

Menurut Hidayat (2009) Berdasarkan lokasinya, pembedahan dapat dibagi menjadi

bedah thorak kardiovaskuler, bedah neurologi, bedah ortopedi, bedah urologi, bedah kepala

leher, bedah digesif, dan lain-lain.

3.2.2 Jenis pembedahan berdasarkan tujuan

Berdasarkan tujuannya, pembedahan dapat dibagi menjadi:

1. Pembedahan diagnostik, ditujukan untuk menentukan sebab terjadinya gejala dari

penyakit, seperti biopsi, eksplorasi, dan laparatomi.

2. Pembedahan kuratif, dilakukan untuk mengambil bagian dari penyakit, misalnya

pembedahan apendiktomi.

3. Pembedahan restoratif, dilakukan untuk memperbaiki deformitas atau menyambung

daerah yang terpisah.

4. Pembedahan paliatif, dilakukan untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan penyakit.

5. Pembedahan kosmetik, dilakukan untuk memperbaiki bentuk bagian tubuh seperti

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan

spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi. Kerangka konseptual pada penelitian ini

menggambarkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen, dimana

spiritualitas mempengaruhi kecemasan pasien preoperasi. Sasaran penelitian ini adalah pada

pasien yang akan menjalani operasi.

Skema 1 Kerangka Konsep

2. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Spiritualitas Spiritualitas dedefenisikan

sebagai kesadaran dalam

diri seseorang dan rasa

terhubung dengan sesuatu

yang lebih tinggi, alami,

(31)

2 Kecemasan

atau kepada tujuan yang

lebih tinggi dari diri

sendiri.

 

Kecemasan merupakan

pengalaman subjektif dari

individu dan tidak dapat

diobservasi secara

langsung serta merupakan

suatu keadaan emosi tanpa

objek yang spesifik.  

Kuasioner Ordinal 76).

Rendah = (20 -

34).

Sedang = (35 -

49).

Berat = (50 -

64).

Panik = (65 -

80).

3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha) yaitu ada hubungan spiritualitas

(32)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif yang bertujuan

mengidentifikasi hubungan spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi.

4.2Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah 33 orang pasien yang ada di ruang kenanga

satu preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan. Populasi yang diperoleh peneliti pada saat

penelitian adalah sebanyak 33 orang.

2. Sampel

Sampel dipilih dengan menggunakan teknik “total sampling”, yaitu jika populasi

berjumlah <100 maka dilakukan pengambilan sampel dengan keseluruhan jumlah populasi

(Arikunto, 2006). Sampel yang diperoleh dan bersedia diteliti pada saat penelitian pasien

preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan sebanyak 30 responden.

4.3Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi. Adapun rumah sakit ini

dipilih oleh peneliti dengan pertimbangan bahwa lokasinya yang berada di pusat kota dan

mencakup/menjangkau pasien yang mewakili populasi dari berbagai tingkat sosial dan

ekonomi. Penelitian tentang hubungan spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi

belum pernah dilakukan dirumah sakit ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April

sampai dengan Mei 2014.

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan

(33)

dilakukan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian

tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden

bersedia, maka calon responden dipersilahkan menandatangani informed consent. Tetapi jika

calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak atau

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak

menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden baik faktor fisik maupum psikis.

Kerahasiaan catatan data responden dijaga dan tidak menuliskan nama responden pada

instrumen penelitian setelah proses penelitian selesai. Data-data yang diperoleh dari

responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5Instrumen Penelitian 4.5.1 Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh data dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data

berupa kuesioner. Kuesioner ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah data

demografi meliputi (nama inisial), umur, pendidikan terakhir, suku, agama, pekerjaan,

penghasilan keluarga. Bagian kedua mengukur kecemasan pasien preoperasi yang

menggunakan modifikasi kuesioner spielberger. Bagian ketiga memperlihatkan spiritualitas

pasien preoperasi dengan menggunakan kuesioner hasil peneliti terdahulu yang di modifikasi.

Kuesioner kecemasan ini terdiri dari 20 pernyataan, 11 pernyataan positif dan 9 pernyataan

negatif. Pernyataan positif terdapat pada nomor 1,2,3,4,6,8,9,11,15,16,18 dan pernyataan

negatif terdapat pada nomor 5,7,10,12,13,14,17,19,20. Kuesioner kecemasan terhadap pasien

dalam menjalani operasi ini menggunakan skala Likert dalam 4 alternatif jawaban yaitu tidak

pernah (TP), kadang-kadang (K), sering (SR), dan selalu (SL). Bobot nilai yang diberikan

bagi pernyataan positif untuk jawaban TP = 4, KK = 3, SR = 2, SL = 1. Bobot nilai yang

diberikan bagi pernyataan negatif TP = 1, KK = 2, SR = 3, SL = 4. Hasil pengukuran dari

(34)

skor (20-34), sedang dengan rentang skor (35-49), berat dengan rentang skor (50-64), dan

panik dengan rentang skor (65-80). Kuesioner spritualitas pasien dalam menjalani operasi

terdiri dari 19 pernyataan, dengan 16 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pernyataan

positif terdiri dari nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,9,11,12,13,15,16,18,19 dan pernyataan negatif terdiri

dari nomor 10, 14 dan 17. Kuesioner spiritualitas pasien operasi ini menggunakan skala

Likert dalam 4 alternatif jawaban yaitu tidak pernah (TP),kadang-kadang (KK), sering (SR)

dan selalu (SL). Untuk pernyataan positif bobot nilai yang diberikan TP = 1, KK = 2, SR = 3,

SL = 4, sedangkan untuk pernyataan negatif nilai yang diberikan TP = 4, KK = 3, SR = 2, SL

= 1. Hasil pengukuran dari kuesioner spiritualitas ini adalah rendah, sedang, dan tinggi.

Spiritualitas rendah dengan rentang skor (19-37), spiritualitas sedang dengan rentang skor

(38-56), spiritualitas tinggi dengan rentang skor (57-76).

4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Untuk menguji validitas instrumen, maka dilakukan pengujian terhadap instrumen

penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi (content validity). Uji validitas

dilakukan kepada pakar yang dalam hal ini adalah dosen dari Fakultas Keperawatan USU.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan alat ukur untuk mendapatkan

hasil yang konsisten saat dipakai ulang. Uji reabilitas direncanakan akan dilakukan pada 30

orang responden. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji Cronbach Alpha

dengan menggunakan program komputerisasi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai

alpha (α) lebih besar atau sama dengan 0,70 sesuai dengan Arikunto (2006). Nilai reliabilitas

yang diperoleh peneliti di RSU dr. R.M Djoelham kota Binjai terhadap 30 orang responden

(35)

4.6Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah seminar proposal penelitian dan

mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan, peneliti selanjutnya akan membawa

surat izin penelitian dan ethical clereance ke rumah sakit dr. Pirngadi. Setelah mendapat izin

dari direktur rumah sakit dr. Pirngadi, peneliti melakukan pengumpulan data. Pada saat

pengumpulan data, peneliti menjelaskan waktu, tujuan, dan prosedur pelaksanaan penelitian

kepada calon responden, dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani

informed consent. Setelah menandatangani informed consent, peneliti menjelaskan prosedur

pengisian kuesioner dan memberikan kuesioner kepada responden yang akan diisi sendiri

oleh responden. Penelitian ini dilakukan di ruangan kenanga 1 RSU dr. Pirngadi Medan,

dengan cara menghampiri responden satu persatu dengan terlebih dahulu meminta kesediaan

pasien dan keluarga. Peneliti sering melakukan penelitian kepada responden pada jam makan

siang. Jumlah pasien preoperasi yang ada selama peneliti melakukan penelitian berjumlah 33

orang responden, namun 3 responden tidak bersedia karena perlu istirahat total sebelum

operasi dilakukan.

4.7Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis dan melalui beberapa

tahap, pertama editing, yaitu memeriksa kelengkapan data responden serta memastikan

semua jawaban sudah diisi. Tahap kedua coding, yaitu memberikan kode angka tertentu pada

kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam memasukkan data kedalam komputer (entry).

Setelah itu melakukan tabulating data dengan memasukkan data ke dalam bentuk distribusi

frekuensi. Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan uji korelasi Spearman. Nilai

(36)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan

Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan yang telah

dilaksanakan mulai dari 15 April sampai 15 Mei 2014 dengan jumlah responden sebanyak 30

orang.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup

umur, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penghasilan perbulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan karakteristik data

demografi responden, yaitu diperoleh mayoritas usia responden yaitu usia 41-60 dengan

jumlah 16 orang dengan persentase 53,3%. Mayoritas responden adalah laki-laki sebanyak

18 orang dan persentase 60,0%. Mayoritas responden bersuku batak dengan jumlah

responden sebanyak 10 orang dengan persentase 33,3%. Dilihat berdasarkan agama

mayoritas responden beragama islam dengan jumlah responden sebanyak 24 orang dengan

persentase 80,0%. Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden memiliki tingkat

pendidikan SMA dengan jumlah 18 orang dan persentase 60,0%. Berdasarkan pekerjaan

mayoritas responden bekerja sebagai Wiraswasta dengan jumlah 11 dan persentase 36,7%.

Berdasarkan penghasilan dengan mayoritas jumlah pendapatan perbulan > Rp 1.000.000,-

dengan jumlah 17 orang dan persentase 56,7%.

Tabel 5.1.1 Frekuensi karakteristik Responden di RSU dr. Pirngadi Medan

Data Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

(37)
(38)

Penghasilan

5.1.2 Spiritualitas Pasien Preoperasi

Hasil penelitian terhadap pasien preoperasi ditinjau dari spiritualitas mayoritas

responden memiliki spiritualitas tinggi dengan jumlah responden sebanyak 15 orang dengan

persentase (50,0%), spiritualitas sedang dengan jumlah responden sebanyak 14 orang dengan

persentase (46,7%), spiritualitas rendah dengan jumlah responden sebanyak 1 orang dengan

persentase (3,3%).

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Spiritualitas Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan.

No Spiritualitas Frekuensi (n) Persentase (%)

5.1.3 Kecemasan Pasien Preoperasi

Hasil penelitian terhadap pasien preoperasi ditinjau dari kecemasan mayoritas

responden mengalami kecemasan sedang dengan jumlah responden sebanyak 16 orang

dengan persentase (53,3%). Sedangkan responden mengalami kecemasan berat dengan

jumlah responden sebanyak 14 orang dengan persentase (46,7%).

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan.

No Kecemasan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Ringan 0 0

(39)

3

5.1.4 Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi

Analisa hubungan spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi di rumah sakit dr.

Pirngadi Medan diukur dengan menggunakan uji korelasi spearman. Analisa data dilakukan

dengan uji korelasi spearman didapat koefisien korelasi (r=h0) antara hubungan spiritualitas

dengan kecemasan pasien preoperasi di rumah sakit dr. Pirngadi Medan yaitu -0,535 dengan

tingkat signifikan (p) 0,001 (< 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi di rumah sakit dr. Pirngadi

Medan dengan kekuatan hubungannya kuat dan positif.

Tabel 5.1.5 Hasil analisa hubungan spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi

Variabel

r

P

-0,535 0,001

α=0,01(2-tailed)

5.2 PEMBAHASAN

5.2.1 Spiritualitas pada Pasien Preoperasi

Spiritualitas mencakup seluruh aspek peribadi manusia dan merupakan sarana

menjalani hidup. Dalam perspektif perawatan kesehatan holistik, jiwa, tubuh dan roh/spirit

saling berhubungan dan berinteraksi dengan cara sangat dinamis di dalam seluruh “pribadi

manusia”.

Hasil analisa data mengenai spiritualitas diperoleh bahwa spiritualitas tinggi dengan jumlah

responden sebanyak 15 orang dengan persentase (50,0%), spiritualitas sedang dengan jumlah

(40)

responden sebanyak 1 orang dengan persentase (3,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Rangkuti (2005) mengenai spiritualitas pasien preoperasi di Rindu

B2 RSUP H. Adam Malik Medan. Dari 48 responden yang diperoleh mayoritas responden

(79,2%) tingkat spiritualitasnya tinggi dalam menghadapi tindakan operasi. Hasil penelitian

ini sejalan dengan pendapat Roper (2002) dan Aldridge (2001) yang menyatakan spiritual

memiliki peran penting dalam menghadapi ketakutan dan kecemasan pada pasien preoperasi,

karena keyakinan spiritual dapat menjadi medikasi teraupetik bagi individu sehingga dapat

meningkatkan kopingnya, dukungan sosial/emosianal, optimismedan harapan

mempromosikan hidup sehat (Rangkuti 2005).

Selanjutnya Bukhart (1993) dan Pulchalski (2004) dalam Rangkuti (2005) menyatakan

bahwa tingkat spiritualitas pasien yang tinggi juga memiliki keterkaitan dengan dimensi

spiritualitas pasien yang lain meliputi dimensi vertikal dan dimensi horizontal, yang terdiri

dari aspek hubungan dengan Tuhan, seperti berdo’a setiap hari sebelum tindakan operasi,

sembahyang, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, pasrah, merasa bahwa tindakan operasi

adalah cara terbaik dan pasien yakin kepada Tuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hawari

(2001) dalam Rangkuti (2005) yang menjelaskan bahwa komitmen agama mampu mencegah

dan melindungi seseorang dari penyakit, atau mempertinggi kemampuan seseorang dalam

mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan. Sedangkan aspek hubungan

dengan diri sendiri yang mencari kenyamanan batin dari pada fisik, memiliki harapan akan

lebih baik setelah dioperasi, meminta informasi tentang kondisinya, menerima atau

menggunakan penderitaan sebagai cara untuk memahami diri sendiri, mengerti arti atau

tujuan hidup. Aspek hubungan dengan orang lain yang mendapatkan cinta kasih atau

dukungan sosial dari orang-orang terdekat, menjalin hubungan dengan orang lain,

memaafkan diri sendiri dan orang lain, memandang penyakit sebagai sesuatu yang nyata serta

(41)

jasmania dan rohaniah sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasan, merasa bersyukur

dan berterima kasih atas apa yang telah diberikan Tuhan.

5.2.2 Kecemasan pada Pasien preoperasi

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara

langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Kecemasan

individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting

dalam usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, Payapo, Maruhawa, Sianturi,

Sumijatun, 2004).

Hasil analisa data mengenai kecemasan sedang diperoleh bahwa sebanyak 16 orang

responden (53,3%), dan 14 orang responden (46,7%) mengalami kecemasan berat. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rangkuti (2005) di Rindu B2 RSUP H.

Adam Malik Medan. Dari 48 responden yang didapat maka diperoleh 100% responden

mengalami kecemasan dalam menghadapi operasi dengan 38 orang (79,2%) pada tingkat

kecemasan ringan dan 8 orang (16,7%) pada tingkat kecemasan sedang, serta 2 orang (4,2%)

pada tingkat kecemasan berat.

Keadaan cemas yang yang relatif tidak tinggi dimungkinkan oleh operasi yang

dilakukan merupakan operasi elektif atau operasi dengan perencanaan, dimana pasien sudah

terlebih dahulu diinformasikan oleh tim medis khususnya dokter yang merawat tentang

rencana dan prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi (Torrance & Serginson, 1997

(42)

5.2.3 Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa spiritualitas memiliki hubungan yang sedang (r

= -0,535 dan p = 0,001) hasil nilai signifikan dapat diterima dimana nilai p<0,05. Arah

korelasi yang negatif menunjukan jika spiritualitas pasien tinggi maka tingkat kecemasan

pasien rendah. Sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan spiritualitas dengan kecemasan

pasien preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan.

Spiritualitas merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau

beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya

kekuaatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan

spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang

berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian yang lebih pada kematian dan

sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda-tanda

seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah, kemudian didukung dengan tanda fisik

seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2009).

Tingkat kecemasan pasien preoperasi ini dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya pasien pasrah terhadap prosedur medis yang dihadapinya, pasien dengan

penyakit kronis yang akan melalui prosedur pembedahan memahami sepenuhnya bahwa

operasi adalah terapi dan prosedur yang harus dijalani untuk kesembuhan penyakitnya. Selain

itu peningkatan aspek spiritual pasien preoperasi memungkinkan secara emosional pasien

menjadi tenang dalam menjalani operasi dan menerima tindakan operasi sebagai cara terbaik

untuk kesembuhannya dan pasien juga memiliki keyakinan terhadap Tuhan. Pandangan ini

sesuai dengan pendapat Atkinson (1992) dalam Rangkuti (2005), namun dalam penjabaranya

(43)

situasi termasuk kondisi krisis karena penyakit. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor budaya,

agama, sosial ekonomi dan lingkungan dimana individu berada.

Selanjutnya kecemasan pasien preoperasi ini juga dapat dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan pasien itu sendiri khususnya terhadap prosedur operasi dan kelanjutan

pengobatan. Umumnya pasien mencemaskan tindakan operasi karena kurangnya informasi

tentang persiapan operasi, prosedur operasi, pemulihan, pengobatan dan biaya operasi yang

dianggap mahal (Elkin, Potter & Perry, 2000; Rangkuti 2005).

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa spiritualitas pasien preoperasi

di RSU dr. Pirngadi Medan berada pada tingkat tinggi karena pasien memiliki keyakinan

yang tinggi kepada Tuhan sang pencipta, mempunyai harapan yang positif dan mendapat

dukungan dari keluarga, dan mengalami kecemasan sedang pasien preoperasi di RSU dr.

Pirngadi Medan. Karena operasi yang dilakukan adalah operasi yang elektif (direncanakan)

ataupun dimungkinkan kecemasan yang sesungguhnya dari faktor lain tidak dapat

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSU dr. Pirngadi dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1. Mayoritas pasien berusia 41-60 tahun yang berada pada usia, bersuku batak dan

berpendidikan SMA atau yang lebih tinggi. Semua pasien preoperasi memiliki agama,

mayoritas agamanya adalah Islam. Sebagian besar pasien preoperasi bekerja sebagai

Wiraswasta dan berpenghasilan > Rp. 1.000.000,- perbulan.

6.1.2. Mayoritas pasien preoperasi memiliki tingkat spiritualitas tinggi.

6.1.3. Mayoritas pasien preoperasi mengalami kecemasan sedang.

6.1.4. Terdapat hubungan yang kuat antara spiritualitas dan kecemasan pasien preoperasi di

RSU dr. Pirngadi Medan.

6.2Saran

6.2.1. Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perawat agar

mengikutsertakan spiritualitas pada pasien preoperasi yang mengalami kecemasan dan dapat

memberikan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan pasien preoperasi.

6.2.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bacaan dan informasi tambahan serta

masukan bagi pendidikan keperawatan mengenai perlunya penerapan spiritualitas pada

(45)

6.2.3. Peneliti Selanjutnya

Pada penelitian ini tidak diketahui spesifik spiritualitas yang berpengaruh terhadap

kecemasan pasien preoperasi. Peneliti berharap untuk penelitina selanjutnya agar diteliti

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Brunner, Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Hamid.S. (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Hawari, D. (2001). Dimensi religi dalam praktek psikiatri dan psikologi. Jakarta: Gaya Baru.

Hidayat,A.A.A. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. Buku 2 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Potter, Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC.

Puchalski, C. (2004). Spirituality and health. Diambil dari http://www.s spirituality health.com/gr/drop down.cgi? url: % 2 frewsh % 2 fit ems 5 2 fblank/ % 2 fitem 215. html & x = 22 & y=10 pada 20 September 2013.

Purba dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Edisi 1. Medan: USU Press.

Purba dkk. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan gangguan Jiwa. Edisi 2. Medan: USU Press.

Rangkuti S. F. (2005). Spiritualitas dan Kecemasan pada Pasien Preoperasi di Rindu B2 RSUP H.Adam Malik Medan.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Spielberger, C. D. (1997). State-trait anxiety inventory for adults. Redwood City: Mind Garden.

Suliswati dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Setiawan dan Tanjung. (2005). Efek Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kemasan Pasien Preoperasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Juranal Keperawatan Rufaidah. The Journal of Nursing – University of Sumatera Utara.

(47)

Lampiran 1

No. Kode Responden

( )

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Judul : Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi

Nama peneliti : Bambang Permadi

Nim : 101101061

Saya adalah mahasiswa program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi Hubungan Spiritualitas Dengan Kecemasan Pasien Preoperasi. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi bapak/ibu dalam memberikan jawaban atas kuesioner ini sesuai dengan fakta bapak/ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban bapak/ibu, informasi yang bapak/ibu berikan hanya akan digunakan untuk proses penelitian.

Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika bapak/ibu bersedia menjadi responden, silahkan menanda tangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti bapak/ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Terimakasih atas perhatian bapak/ibu untuk penelitian ini.

(48)

Lampiran 2

KUESIONER HUBUNGAN SPIRITUALITAS DENGAN KECEMASAN PASIEN PREOPERASI

Petunjuk Pengisian:

a. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab pertanyaan yang ada

b. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√) pada

tempat yang disediakan.

c. Bila ada yang tidak dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

(49)

B. Kuesioner Kecemasan Pasien Preoperasi

Petunjuk pengisian :

• Berilah tanda checklist ( √ ) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai dengan

situasi dan kondisi yang anda alami

• Keterangan:

TP = Tidak pernah

K = Kadang-kadang

SR = Sering

SL = Selalu

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang kecemasan pasien preoperasi:

No. Pernyataan TP K SR SL

1 Saya merasa senang dengan operasi yang akan saya jalani

saat ini

2 Saya merasa operasi yang akan saya jalani berjalan baik

3 Saya merasa siap fisik menjalani operasi ini

4 Saya merasa siap mental menjalani operasi ini

5 Saya merasa khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi pada

proses operasi saya

6 Saya merasa aman-aman saja menghadapi operasi ini

7 Saya merasa tersiksa menjalani operasi ini

8 Saya merasa puas dengan dukungan keluarga sehingga saya

bisa menjalani operasi saat ini

9 Saya merasa mampu menjalani proses operasi ini

10 Saya merasa khawatir yang berlebihan sebentar lagi akan

opeasi

11 Saya merasa tenang sekali sebentar lagi akan operasi

12 Saya merasa bimbang apakah operasi yang saya jalani nanti berjalan baik

(50)

14 Saya merasa kehilangan semangat dalam menjalani operasi

15 Saya merasa percaya diri selama operasi ini keluarga peduli dengan keadaan saya

16 Saya merasa kuat selama menjalani operasi ini karena

mendapat dukungan dari keluarga

17 Saya merasa menyusahkan keluarga besar saya selama

menjalani operasi ini

18 Saya merasa senang bila operasi saya baik-baik saja

19 Saya merasa khawatir berlebihan terhadap sesuatu yang

belum tentu terjadi seperti takut menghadapi operasi

(51)

C. Kuesioner Spiritualitas Pasien Preoperasi Petunjuk pengisian :

• Berilah tanda checklist ( √ ) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai dengan

situasi dan kondisi yang anda alami

• Keterangan:

TP = Tidak pernah

KK = Kadang-kadang

SR = Sering

SL = Selalu

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang Spiritualitas pasien sebelum operasi:

No Pernyataan TP KK SR SL

1 Saya meyakini bahwa Tuhan memberikan yang terbaik saat operasi

2 Saya lebih meningkatkan ibadah agar Tuhan selalu mendengar do’a saya untuk kelancaran operasi nanti

3 Saya berupaya menerapkan tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari

4 Saya menyisihkan rezeki yang saya miliki untuk bersedekah sebelum operasi dilakukan

5 Saya merasa bahwa do’a akan membantu mengatasi kecemasan mengenai operasi yang akan saya jalani 6 Saya merasa tenang setelah saya menjalankan

ibadah sehari-hari

7 Saya selalu berdoa terlebih dahulu sebelum

melakukan setiap tindakan

8 Saya merasa medekatkan diri kepada Tuhan adalah cara untuk menghilangkan ketegangan selama operasi berjalan

(52)

operasi nanti akan membuahkan hasil yang baik 10 Saya merasa bersalah dengan operasi yang akan

saya jalani nanti

11 Saya mengambil hikmah dari setiap kesulitan yang saya alami sebelum operasi

12 Saya percaya bahwa Tuhan melihat dan memudahkan proses operasi saya nanti

13 Saya merasa operasi ini suatu cobaan yang harus saya jalani

14 Saya merasa operasi ini menghalangi aktivitas keseharian saya

15 Saya yakin bahwa do’a suatu penenang saat operasi nanti

16 Saya menjaga hubungan baik dengan orang lain sebelum operasi

17 Saya merasa khawatir karena tidak mendapat perhatian dari sekeliling saya sebelum operasi

18 Saya mencari tahu informasi mengenai operasi dengan teman maupun keluarga sendiri

19 Saya percaya bahwa Tuhan akan memberikan

(53)

Tabel 5.1.3. Distribusi Frekuensi Spiritualitas Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi

NO PERNYATAAN TP KK SR SL

f (%) F (%) F (%) F (%)

Hubungan Dengan Tuhan

1 Saya meyakini bahwa

Tuhan memberikan yang terbaik saat operasi

0 (0) 7 (23,3) 9 (30) 14 (46,7)

2 Saya lebih meningkatkan

ibadah agar Tuhan selalu mendengar do’a saya

4 Saya menyisihkan rezeki

yang saya miliki untuk bersedekah sebelum

setelah saya menjalankan ibadah sehari-hari

0 (0) 4 (13,3) 24 (80) 2 (6,7)

7 Saya selalu berdoa terlebih

dahulu sebelum melakukan setiap tindakan

0 (0) 8 (26,7) 10 (33,3) 12 (40)

8 Saya merasa mendekatkan

diri kepada Tuhan adalah cara untuk menghilangkan ketegangan selama operasi

(54)

berjalan

9 Saya menganggap

kesulitan yang saya jalani saat operasi nanti akan membuahkan hasil yang baik

0 (0) 6 (20) 17 (57,7) 7 (23,3)

10 Saya merasa bersalah

dengan operasi yang akan saya jalani nanti

8 (26,7) 15 (50) 3 (10) 4 (13,3)

11 Saya mengambil hikmah

setiap kesulitan yang saya alami sebelum operasi

0 (0) 4 (13,3) 18 (60) 8 (26,7)

12 Saya percaya bahwa

Tuhan melihat dan memudahkan proses operasi saya nanti

0 (0) 12 (40) 5 (16,7) 13 (43,3)

13 Saya merasa operasi ini

suatu cobaan yang harus saya jalani

0 (0) 7 (23,3) 14 (46,7) 9 (30)

14 Saya merasa operasi ini

menghalangi aktivitas

16 Saya menjaga hubungan baik dengan orang lain sebelum operasi

0 (0) 11 (36,7) 11 (36,7) 8 (26,7)

17 Saya merasa khawatir

karena tidak mendapat perhatian dari sekeliling saya sebelum operasi

(55)

18 Saya mencari tahu

informasi mengenai operasi dengan teman maupun keluarga sendiri

2 (6,7) 16 (53,3) 9 (30) 3 (10)

19 Saya percaya bahwa

Tuhan akan memberikan kemudahan saat operasi

(56)

Tabel 5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Hasil Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi

NO PERNYATAAN TP KK SR SL

f (%) f (%) F (%) f (%)

1 Saya merasa senang dengan

operasi yang akan saya

jalani saat ini

6 (20) 18 (60) 6 (20) 0 (0)

2 Saya merasa operasi yang

akan saya jalani berjalan

baik

10 (33,3) 11 (36,7) 8 (26,7) 1 (3,3)

3 Saya merasa siap fisik

menjalani operasi ini

0 (0) 18 (60) 12 (40) 0 (0)

4 Saya merasa siap mental

menjalani operasi ini

7 (23,3) 15 (50) 7 (23,3) 1 (3,3)

5 Saya merasa khawatir

sesuatu buruk terjadi pada

saat operasi

0 (0) 14 (46,7) 11 (36,7) 5 (16,7)

6 Saya merasa aman-aman

saja menghadapi operasi ini

7 (23,3) 13 (43,3) 10 (33,3) 0 (0)

7 Saya merasa tersiksa

menjalani operasi ini

0 (0) 10 (33,3) 19 (63,3) 1 (3,3)

8 Saya merasa puas dengan

dukungan keluarga

sehingga saya bisa

menjalani operasi saat ini

0 (0) 13 (43,3) 8 (26,7) 9 (30)

9 Saya merasa mampu

menjalani proses operasi ini

0 (0) 15 (50) 11 (36,7) 4 (13,3)

10 Saya merasa khawatir yang

berlebihan sebentar lagi

akan opeasi

0 (0) 8 (26,7) 19 (63,3) 3 (10)

11 Saya merasa tenang sekali

sebentar lagi akan operasi

10 (33,3) 9 (30) 11 (36,7) 0 (0)

12 Saya merasa bimbang

apakah operasi yang saya

jalani nanti berjalan baik

3 (10) 18 (60) 9 (30) 0 (0)

Gambar

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Spiritualitas Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi Medan
Tabel 5.1.5 Hasil analisa hubungan spiritualitas dengan kecemasan pasien preoperasi
Tabel 5.1.3. Distribusi Frekuensi Spiritualitas Pasien Preoperasi  di RSU dr. Pirngadi
Tabel 5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Hasil  Kecemasan Pasien Preoperasi di RSU dr. Pirngadi

Referensi

Dokumen terkait

Dukungan keluarga berhubungan negatif dengan interpretasi lemah dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi ( r = -0,280) dengan nilai signifikan yang dapat diterima dimana p = 0,009

Pirngadi kota Medan memiliki hubungan yang signifikan dilihat dari nilai p = 0,015 yang berada dibawah level of signifikan α = 0,05 dengan arah hubungan positif

Analisa data dengan uji Pearson Chi Square Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat kecemasan sedang 22 orang (68,8 %), dan mayoritas mekanisme koping

Dan mayoritas responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 orang (32,1%) dan mengalami kecemasan sedang sebanyak

Pirngadi Medan Tahun 2014 yaitu sebanyak 80 pasien.Berdasarkan hasil penelitian penilaian responden terhadap penerpan MPKP yang dilaksanakan perawat mayoritas cukup sebanyak

terhadap tingkat Kecemasan pada pasien Prabedah Mayor di bangsal. Orthopedi RSUI

5 Saya merasa bahwa do’a akan membantu mengatasi kecemasan mengenai operasi yang akan saya jalani 6 Saya merasa tenang setelah saya menjalankan.

Kemudian pada kategori spiritualitas sedang sebanyak 20 lansia (47,6%) dan pada kategori lansia dengan spiritualitas kurang sebanyak 15 (35,7%).Hasil penelitian