• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecemasan Pasien Preoperasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kecemasan Pasien Preoperasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

INFORMED CONSENT

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Citra Nasrani Natalia Simbolon

Nim : 111101119

Instansi Peneliti : Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian : Kecemasan pasien preoperasi di RSUD Dr. Pirngadi

Medan

Peneliti adalah mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Bapak/Ibu telah diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Partisipasi ini sepenuhnya bersifat sukarela. Bapak/Ibu boleh memutuskan untuk

berpartisipasi atau mengajukan keberatan atas penelitian ini kapanpun Bapak/Ibu

inginkan tanpa ada konsekuensi dan dampak tertentu. Sebelum bapak/ibu

memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan

untuk ikut serta dalam penelitian ini, sebagai berikut:

Penelitian ini adalah salah satu kegiatan dalam meyelesaikan proses

belajar-mengajar di program studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kecemasan pasien

(2)

1. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengembangan pelayanan

keperawatan.

2. Jika Bapak/Ibu bersedia ikut dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan

kuesioner kepada Bapak/Ibu pada waktu yang sama.

3. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko. Apabila Bapak/Ibu merasa tidak

aman saat mengisi kuesioner, Bapak/Ibu boleh tidak menjawab atau

mengundurkan diri dari penelitian ini.

4. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin

kerahasiaannya. Peneliti akan memberikan hasil penelitian ini kepada

Bapak/Ibu jika Bapak/Ibu menginginkannya. Hasil penelitian ini akan

diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dan pelayanan kesehatan

setempat dengan tetap menjaga kerahasiaan identitas.

5. Jika ada yang belum jelas, silahkan Bapak/Ibu tanyakan pada peneliti.

6. Jika Bapak/Ibu sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini, silahkan Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan yang

akan dilampirkan.

Peneliti,

(3)

LAMPIRAN 2

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul

“Kecemasan pasien pre-operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan”, maka saya dengan

sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam

penelitian tersebut.

Medan, Juli 2015

Responden

(4)

LAMPIRAN 3

1. Menjawab semua pernyataan yang ada dengan dengan memberi tanda checklist (√ ) pada tempat yang disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab

2. Semua pernyataan diisi dengan satu jawaban

3. Jawablah pertanyaan ini dengan sejujurnya dan saya akan menjamin kerahasiaan atas jawaban yang Bapak/Ibu berikan

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

(5)

2. Kuesioner Kecemasan Pasien Preoperasi

Berikut di bawah ini adalah 25 pernyataan yang memuat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien preoperasi. Bapak/Ibu dimohon memberikan tanda centang (√) pada salah satu kolom dibawah ini, yaitu Ya atau Tidak untuk setiap pernyataan berdasarkan yang Bapak/Ibu rasakan.

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya cemas karena saya tidak mampu mengambil keputusan sendiri

2 Saya cemas karena tidak ada keluarga yang mengurus segala persiapan operasi

3 Saya cemas ketika keluarga mengkhawatirkan kondisi saya

4 Saya takut sendirian di rumah sakit

5 Saya takut jika keluarga tidak menemani saya selama persiapan menjelang operasi

6 Saya cemas ketika perawat tidak memperhatikan kondisi saya

7 Saya khawatir karena kurangnya informasi dan penjelasan tentang operasi oleh petugas kesehatan

8 Saya cemas karena petugas kesehatan ragu-ragu menjawab pertanyaan saya

9 Saya takut ketika ada kunjungan dokter / perawat

10 Saya cemas karena petugas kesehatan tidak mengerti benar kebutuhan saya

(6)

12 Saya gelisah karena saya tidak tahu prosedur tindakan yang akan dilakukan

13 Saya cemas karena saya saya tidak tahu alur/rute ruangan yang akan saya jalani nanti

14 Saya khawatir karena saya tidak tahu kapan dan berapa lama saya akan dioperasi

15 Saya cemas karena tidak mendapat penjelasan tentang dampak operasi yang akan saya jalani

16 Saya takut disuntik

17 Saya cemas suntikan anastesi memiliki dampak setelah operasi

18 Saya takut nyeri bertambah parah selesai operasi

19 Saya takut anastesi tidak bekerja pada saat operasi

20 Saya takut ketika operasi saya bisa merasakan nyeri

21 Saya sangat takut mati

22 Saya sangat takut apabila setelah operasi , saya tidak dapat beraktivitas secara normal.

23 Saya sangat takut operasi ini gagal

24 Saya takut setelah operasi ini saya cacat

(7)

LAMPIRAN 4 Tabel uji Reliabilitas K-R 20

(8)

LAMPIRAN 5

Hasil Penelitian

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(9)

Pengalaman operasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(10)

Jawaban Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 19 63.3 63.3 63.3

Ya 11 36.7 36.7 100.0

(11)

Pernyataan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 22 73.3 73.3 73.3

Ya 8 26.7 26.7 100.0

(12)

Pernyataan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 26 86.7 86.7 86.7

Ya 4 13.3 13.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pernyataan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 28 93.3 93.3 93.3

Ya 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pernyataan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 26 86.7 86.7 86.7

Ya 4 13.3 13.3 100.0

(13)

Pernyataan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 30 100.0 100.0 100.0

Pernyataan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 26 86.7 86.7 86.7

Ya 4 13.3 13.3 100.0

(14)

Pernyataan 14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 28 93.3 93.3 93.3

Ya 2 6.7 6.7 100.0

(15)

Pernyataan 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 23 76.7 76.7 76.7

Ya 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pernyataan 19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 24 80.0 80.0 80.0

Ya 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pernyataan 20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 22 73.3 73.3 73.3

Ya 8 26.7 26.7 100.0

(16)

Pernyataan 21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 27 90.0 90.0 90.0

Ya 3 10.0 10.0 100.0

(17)

Pernyataan 25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak 25 83.3 83.3 83.3

Ya 5 16.7 16.7 100.0

(18)

LAMPIRAN 6

TAKSASI DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1. PROPOSAL

 Biaya internet dan membeli buku  Kertas A4 80 gr @ 2 rim

2. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

Ethical clearancedarifakultaskeperawatan

Fotocopyinformed consent dan kuesioner Cendramata

Rp. 150.000,-

Rp. 30.000,-

Rp. 200.000,-

3. PENGUMPULAN LAPORAN SKRIPSI

 Kertas A4 80 gr @ 1 rim

4. Biayatakterduga Rp. 124.000,-

(19)
(20)

LAMPIRAN 8

Tabel distribusi frekuensi jawaban kecemasan pasien preoperasi di RSUD Dr Pirngadi Medan

No Pernyataan Ya Tidak

n % n %

1 Saya cemas karena saya tidak mampu mengambil keputusan sendiri

9 30 21 70

2 Saya cemas karena tidak ada keluarga yang mengurus segala persiapan operasi

11 36,7 19 63,3

3 Saya cemas ketika keluarga mengkhawatirkan kondisi saya

9 30 21 70

4 Saya takut sendirian di rumah sakit 16 53,3 14 46,7

5 Saya takut jika keluarga tidak menemani saya selama persiapan menjelang operasi

13 43,3 17 56,7

6 Saya cemas ketika perawat tidak memperhatikan kondisi saya

8 26,7 22 73,3

7 Saya khawatir karena kurangnya informasi dan penjelasan tentang operasi oleh petugas kesehatan

4 13,3 26 86,7

8 Saya cemas karena petugas kesehatan ragu-ragu menjawab pertanyaan saya

2 6,7 28 93,3

9 Saya takut ketika ada kunjungan dokter / perawat

4 13,3 26 86,7

10 Saya cemas karena petugas kesehatan tidak mengerti benar kebutuhan saya

3 10 27 90

11 Saya cemas karena tidak mengetahui alasan dioperasi

0 0 30 100

12 Saya gelisah karena saya tidak tahu prosedur tindakan yang akan dilakukan

(21)

13 Saya cemas karena saya saya tidak tahu alur/rute ruangan yang akan saya jalani nanti

4 13,3 26 86,7

14 Saya khawatir karena saya tidak tahu kapan dan berapa lama saya akan dioperasi

6 20 24 80

15 Saya cemas karena tidak mendapat penjelasan tentang dampak operasi yang akan saya jalani

6 20 24 80

16 Saya takut disuntik 9 30 21 70

17 Saya cemas suntikan anastesi memiliki dampak setelah operasi

2 6,7 28 93,3

18 Saya takut nyeri bertambah parah selesai operasi

7 23,3 23 76,7

19 Saya takut anastesi tidak bekerja pada saat operasi

6 20 24 80

20 Saya takut ketika operasi saya bisa merasakan nyeri

8 26,7 22 73,3

21 Saya sangat takut mati 7 23,3 23 76,7

22 Saya sangat takut apabila setelah operasi , saya tidak dapat beraktivitas secara normal.

10 33,3 20 66,7

23 Saya sangat takut operasi ini gagal 4 13,3 26 86,7

24 Saya takut setelah operasi ini saya cacat 3 10 27 90

25 Saya cemas petugas kesehatan melakukan kesalahan pada saat operasi

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

LAMPIRAN 16

Riwayat Hidup

Nama : Citra Nasrani Natalia Simbolon

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 20 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Bahagia, Gg Mustafa No. 191, Padang

Bulan Medan

Pendidikan :

Tahun 1999 – 2005SD RK Xaverius 3 Kabanjahe

Tahun 2005 – 2008SMP Negeri 1 Kabanjahe

Tahun 2008– 2011 SMA ST. Thomas 2 Medan

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bailey, L. (2010). Strategies for Decreasing Patient Anxiety in the Perioperative Setting. AORN Journal.Vol 92, No. 4

Banjarnahor, J. (2014). Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit umum Dr. Pirngadi Medan. Skripsi, Fakultas Keperawatan Univesitas

Sumatera Utara.

Baihaqi, et al. (2007). Psikiatri Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan. Bandung: PT Revika Aditama

Bare, B, G. & Smeltzer, S, C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Erawan., Opod., & Pali. 2013. Perbedaaan tingkat kecemasan antara pasien laki-laki dan perempuan pada preoperasi laparatomi di RSUP. PROF.Dr.R.D.

Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM). Volume 1, No 1, hlm. 642-645.

Fyfe, A, D. (1999). Anxiety and the preoperative patient . British Journal of Theatre Nursing, Vol 9, No 10.

Gruendemann, B, J. & Fernsebner, B. (2006). Buku Ajar Keperawatn Perioperatif. Vol II. Jakarta: EGC

Hadjam, M & Nuralita, A. (2002). Kecemasan Pasien rawat inap ditinjau dari Persepsi tentang Layanan Keperawatan di Rumah sakit . Psychological

Journal, Vol 17. No. 2, 150- 160.

Hawari, D. (2013). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Cetakan IV, Edisi II. Jakarta: FK UI

Kaplan, H, I., Sadock, B, J., & Grebb, J, A. (2010). Sinopsis Pskiatri Jilid II. Jakarta: Binarupa Aksara.

(32)

Larasati. (2009). Efektivitas Preoperative Teaching terhadap penurunan Tingkat kecemasan pasien preoperasi di Ruang Rawat Inap RSUD Paranganyar.

Thesis FK UNDIP

Long, B, C. (1996). Perawatan Medikal Bedah.cetakan I. Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan

Maryunani. (2014). Asuhan Keperawatan Perioperatif – Preoperasi (Menjelang Pembedahan). Jakarta: Trans Info Media

Jane, H. (2009). Complementary Theraphies Before and After Surgery. Alternative And Complementary Therapies. Ohio : Marry Ann Liebert

Mulyani. (2008). Komunikasi dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien terhadap kecemasan prabedah mayor. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No.

3151 – 155

Notoadmojo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Pieter, H Z., Janiwarti., & Saragih, M. (2010). Pengantar Psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta: Kencana

Potter, P, A & Perry, A, G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses, dan Praktik edisi IV,Vol II. Jakarta: EGC

Ramaiah, S. (2003). Kecemasan : Bagaimana mengatasi penyebabnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar.(2013). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Sawitri, E & Sudaryanto, A. (2008). Pengaruh Pemberian Informasi Prabedah

terhadap tingkat Kecemasan pada pasien Prabedah Mayor di bangsal

Orthopedi RSUI Kustati Surakarta. Jurnal News in Nursing, 13-18

Sovia, A, K & Rahmi, F, L. (2007). Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Operasi Katarak Pasien Katarak Senilis RSUP Dr. Kariadi Semarang. The

(33)

Stuart, G. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa ed 5. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Utami, D., Andriani, A., & Fatmawati, S. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan Kemoterapi pada pasien kanker Serviks di

RSUD Dr. Moewardi

Videback, L, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Yunita, L & Mahpolah. (2013). Hubungan Umur Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primipara pada Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Kertak Hanyar.

(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan landasan berfikir tentang konsep yang akan

dilakukan dalam suatu penelitian. Menurut Notoatmodjo (2010), kerangka konsep

penelitian mengatakan suatu uraian dan gambaran hubungan atau keterkaitan antar

varabel yang bersangkutan dari masalah yang ingin diteliti. Berdasarkan tinjauan

pustaka pada bab 2, maka peneliti ingin melihat gambaran kecemasan pasien

preoperasi.

Dengan demikian kerangka konseptual tentang gambaran kecemasan pasien

preoperasi di RSUD Dr Pirngadi Medan adalah sebagai berikut:

1. Kecemasan Ringan 2. Kecemasan Sedang 3. Kecemasan Berat

Skema 3.1 Kerangka konsep Kecemasan

(35)

2. Definisi operasional

Variabel Definisi Alat

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan

untuk menggambarkan kecemasan pasien pre-operasi di RSUD Dr Pirngadi Medan.

Pendekatan yang digunakan adalah penelitian yang hanya dilakukan satu kali dalam

mengukur data variabel.

2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pre-operatif di RSUD Dr.

Pirngadi Medan. Berdasarkan hasil survey pendahuluan, populasi pasien

pre-operasi bedah minor di RSUD Dr Pirngadi yaitu 139 orang pada tahun 2013.

b. Sampel

Arikunto (2006) mengatakan bahwa penentuan jumlah sampel dapat

didasarkan pada persentase dari besarnya subjek penelitian. Bila subjeknya kurang

dari 100 sebaiknya diambil semua, tetapi bila jumlah subjek besar dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25 % tergantung kemampuan peneliti dilihat dari waktu,

tenaga, dana serta luas wilayah pengamatan. Jumlah sampel yang akan diambil

yakni 21 % dari populasi, yaitu 30 responden. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling, dengan kriteria : pasien yang menjalani jenis

(37)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr Pirngadi Medan. Waktu penelitian

dilakukan pada bulan 24 Juli-24 Agustus 2015.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui, dan setelah itu

proposal penelitian diperiksa oleh Komisi Etik Penelitian Keperawatan untuk

mendapatkan ethical clearance. Setelah itu peneliti mengajukan surat permohonan

izin kepada Pimpinan RSUD dr Pirngadi untuk melakukan penelitian di rumah sakit

tersebut. Peneliti memulai untuk pengumpulan data dengan memberikan lembar

persetujuan (informed consent). Sebelum responden menandatangani informed

consent, peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu tujuan dan manfaat prosedur

penelitian. Apabila responden tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini maka peneliti akan menghargai keputusan responden dan tidak memaksa. Dan

apabila bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka responden akan

menandatangani lembar informed consent.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti tetap mempertimbangkan etika dalam

prosesnya, khususnya penelitian ini berhubungan dengan manusia sebagai

responden penelitian. Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan etik adalah sebagai berikut:

a. Anonimity berupa jaminan yang diberikan kepada responden dengan cara

tidak mencantumkan nama responden pada alat ukur tetapi dapat berupa

(38)

b. Confidentiality merupakan pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian

baik informasi atau masalah lainnya.

c. Veracity merupakan pemberian informasi mengenai manfaat, efek,

prosedur penelitian pada responden secara jujur.

d. Otonomi berupa penentuan keputusan untuk ikut berpartisipasi dalam

penelitian hanya pada responden. Peneliti tidak boleh memaksakan

keikutsertaan calon responden tersebut.

5. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket. Kuesioner ini

disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan tinjauan pustaka. Kuesioner ini terdiri dari

luesioner data demografi dan kuesioner kecemasan.

a. Kuesioner Data Demografi Responden

Kuesioner ini berisi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, operasi yang

ke berapa dan suku. Data demografi digunakan hanya untuk menggambarkan

karakteristik responden.

b. Kuesioner kecemasan pasien preoperasi

Kuesioner ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan oleh peneliti

sendiri untuk mengukur kecemasan pasien preoperasi. Kuesioner ini terdiri dari

25 pernyataan yang menggunakan skala Guttman dengan jawaban ya (1), dan

tidak (0), dengan hasil kecemasan ringan (0-7), kecemasan sedang (8-16), dan

kecemasan berat (17-25).

Untuk menentukan panjang kelas (interval), menggunakan rumus sebagai

(39)

p = �� ��� ��

p = panjang kelas interval

rentang = nilai tertinggi – nilai terendah

banyak kelas = jumlah kategori

Dimana nilai tertinggi adalah 25 dan terendah adalah 0. Maka rentangnya

adalah 25. Banyak kelasnya ialah 3 yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, dan

kecemasan berat ,jadi panjang kelasnya ialah 8.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas

Validitas atau kesahihan merupakan sejauh mana suatu alat ukur yang

digunakan mampu mengukur apa yang akan diukur (Siregar,2013). Uji

validitas terbagi atas 4, yaitu validitas rupa, validitas isi, validitas kriteria, dan

validitas konstruksi. Kuesioner penelitian ini hanya dilakukan uji validitas isi

dan akan divalidasi oleh 1 orang pakar keperawatan tentang kesesuaian isi

kuesioner dengan konsep dan budaya di kota Medan. Kuesioner ini sudah

dilakukan uji validitas dengan nilai CVI 0,83 . Menurut Siregar,S (2013)

kuesioner dinyatakan valid apabila nilai>0,6.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunujukkan hasil pengkuran tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran beberapa kali terhadap kasus yang sama

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo,2010). Rumus yang

(40)

Uji reliabilitas telah dilakukan terhadap 25 pasien preoperasi RSU Haji

Medan. Instrumen yang diuji yaitu kuesioner kecemasan pasien preoperasi

yang berjumlah 25 pernyataan, dengan hasil 0,8 dan dengan demikian

kuesioner tersebut dinyatakan reliabel karena memiliki nilai reliabilitas > 0,7.

7. Pengambilan data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat izin dari RSUD Dr Pirngadi

Medan . Peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

oleh peneliti. Peneliti mencari responden dengan mendatangi poliklinik bedah

untuk mendapatkan data pasien yang akan operasi. Kemudian peneliti mendatangi

setiap ruangan dimana pasien tersebut dirawat. Peneliti meminta izin kepada kepala

ruangan untuk melakukan penelitian ini. Setelah mendapat izin, peneliti menemui

pasien preoperasi dan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Apabila

calon responden bersedia untuk diteliti maka peneliti akan memberikan informed

consent untuk dibaca dan untuk ditandatangani. Kemudian responden yang

menandatangani informed consent akan diberikan kuesioner kecemasan pasien

preoperasi untuk mengetahui kecemasan pasien preoperasi.

Pada saat pengisian kuesioner peneliti mendampingi pasien preoperasi dalam

menjawab kuesioner. Beberapa pasien meminta tolong kepada peneliti untuk

membacakan kuesioner karena keterbatasan penglihatan dan pergerakan tubuh.

Apabila calon responden tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memaksa dan

(41)

8. Analisis Data

Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data terlebih dahulu yang

meliputi editing, coding dan entry. Tahap editing dilakukan untuk mengecek atau

memeriksa kelengkapan dan mengoreksi kesalahan data yang telah diperoleh.

Kemudian akan diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan

tabulasi dan analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke dalam komputer (entry)

untuk diolah menggunakan teknik komputerisasi. Kemudian peneliti memastikan

tidak ada kesalahan pada data dan dilanjutkan untuk menganalisa data. Adapun

penelitian ini melakukan uji univariat.

8.1. Uji univariat

Dalam penelitian ini, analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi

frekuensi dan persentasi. Uji ini menggambarkan data demografi meliputi usia,

tingkat pendidikan, jenis kelamin dan kecemasan pasien preoperasi di RSUD

(42)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian

mengenai Kecemasan Pasien Preoperasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan melalui

proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 24 Juli 2015 hingga 24 Agustus

2015 di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jumlah pasien dalam penelitian ini adalah 30

orang, yakni pasien preoperasi, mampu berbahasa Indonesia dan bersedia menjadi

responden.

1.1 Karakteristik Data Demografi

Karakteristik pasien dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah

pasien berjenis kelamin perempuan 17 orang (56,7%) dan berjenis kelamin

laki-laki 13 orang (43,4%). Jumlah pasien yang berusia 45-55 tahun sebanyak 10

orang (33,3%) dan jumlah pasien yang memiliki pendidikan terakhir SMP 11

orang (36,7%), pasien dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 12 orang

(40%). Ada 13 orang (43,3%) pasien yang menjalani operasi untuk ke-2 kalinya.

Jumlah pasien yang berpenghasilan < Rp 1.650.000,- sebanyak 16 orang

(53,3%), sedangkan yang berpenghasilan Rp 1.650.000-Rp 3.000.000,-

sebanyak 10 orang (33,3%), dan yang berpenghasilan >Rp 3.000.000,- sebanyak

4 orang (13,33%). Pasien dengan suku batak ada 18 orang (60,0%).

(43)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Demografi Pasien (n=30)

(44)

1.2 Kecemasan Pasien Preoperasi

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas pasien (80%) mengalami

kecemasan ringan. Hasil analisa data mengenai kecemasan pasien preoperasi

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.2

Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang kecemasan pasien preoperasi di

RSUD dr Pirngadi Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien

preoperasi mengalami kecemasan ringan yakni 24 orang (80%)

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor namun tergantung pada

kematangan kepribadian seseorang, pengalaman terhadap tantangan, harga diri dan

mekanisme koping (Stuart&Laraia,1998). Mekanisme pertahanan diri juga

digunakan untuk mengatasi kecemasan antara lain dengan menekan konflik,

impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan sadar dan tak mau memikirkan

hal-hal yang menyenangkan (Stuart,2007).

Hal ini dipengaruhi juga oleh kepribadian seseorang yang dapat dilihat dari

usianya. Dari data demografi didapati bahwa seluruh pasien berusia 23-67 tahun

(45)

kepribadiannya dan lebih sukar mengalami stress karena memiliki daya adaptasi

yang lebih tinggi ketika menghadapi suatu masalah (Nurwansyah&Amatria,2013).

Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien preoperasi, salah

satunya yakni tipe operasi yang akan dijalaninya. Menurut Long(1996), bedah

minor merupakan pembedahan yang sederhana dan sedikit menimbulkan faktor

resiko dan dilakukan pada bagian kecil pada tubuh. Bedah minor ini menimbulkan

trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim. Penelitian oleh

Wardhani (2012) menunjukkan bahwa kecemasan lebih tinggi pada pasien

preoperasi mayor daripada pasien preoperasi minor.

Menurut Gruendemann & Fernsebner (2006) faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan pasien preoperasi yaitu: pertama, dukungan keluarga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien preoperasi merasakan dukungan

keluarga yang mempengaruhi kecemasannya menjelang operasi. Hal ini dapat

dilihat dari jawaban pasien yang mengatakan cemas karena tidak ada keluarga yang

mengurus persiapan operasi (36,7%), takut karena sendirian di rumah sakit (53,3%)

dan pasien yang mengatakan takut jika tidak ada yang menemani selama persiapan

menjelang operasi (43,3%).

Dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam membuat individu

membagikan kecemasan yang ia alami dan mendapatkan solusi alternatif yang akan

mempengaruhi pola fikirnya (Gruendemann & Fernsebner,2006). Conel (2005)

juga menyatakan bahwa kecemasan akan rendah apabila individu memiliki

dukungan sosial yang baik, dukungan sosial tersebut diperoleh dari keluarga, teman

(46)

Hal ini sesuai dengan penelitian Utami,dkk (2013) bahwa dukungan keluarga

mempengaruhi kecemasan pasien kemoterapi sehingga membuat pasien

kemoterapi lebih tenang dan nyaman dalam menjalani masa kemoterapi. Penelitian

oleh Nurpeni,dkk (2014) juga mengatakan adanya peningkatan dukungan keluarga

menurunkan kecemasan pasien kemoterapi.

Kedua, dukungan petugas kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan sedikit

pasien yang mengalami cemas karena faktor dukungan petugas kesehatan. Hal ini

dapat dilihat dari jawaban pasien yang mengatakan bahwa pasien menyatakan

cemas karena perawat tidak memperhatikan kondisi pasien (26,7%), dan pasien

khawatir karena kurangnya informasi dan penjelasan tentang operasi oleh petugas

kesehatan (13,3%). Hal ini menunjukkan pentingnya dukungan dari petugas

kesehatan terhadap pasien preoperasi. Potter (2005) mengatakan bahwa komunikasi

terapeutik dapat menurunkan kecemasan pasien, karena pasien merasa bahwa

interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan,

perasaan, informasi dalam mempersiapkan pelaksanaan operasi.

Nuralita &Hadjam (2002) mengatakan bahwa layanan keperawatan yang

dipersepsikan pasien adalah sebagai pelayanan yang ramah, tanggap terhadap

kebutuhan pasien cepat dan tepat serta didasarkan pada pengetahuan dan

keterampilan akan menimbulkan respon yang baik dari pasien karena menimbulkan

rasa tenang selama menjalani proses di rumah sakit. Sebaliknya bila perawat tidak

ramah dan kurang tanggap dengan kondisi pasien selama berada di rumah sakit, hal

(47)

tidak senang dan tertekan sehingga berakibat terhadap peningkatan kecemasan

pasien di rumah sakit.

Ketiga, tingkat pengetahuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien

preoperasi memiliki pengetahuan yang baik. Pengetahuan mempengaruhi sikap dan

perilaku terhadap suatu objek.

Pemberian informasi diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan, dimana

pengetahuan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang karena

pengetahuan akan mempersiapkan seseorang dalam menghadapi sesuatu yang

dianggap bahaya. Penelitian oleh Hartoyo (2008) mengatakan bahwa adanya

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan seorang perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap penderita penyakit flu burung.

Hal ini sesuai juga dengan Sawitri&Sudaryanto (2008) juga menyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian informasi pra bedah dengan

penurunan tingkat kecemasan pada pasien pra bedah mayor. Akibat kurangnya

informasi dan pengetahuan pasien preoperasi fraktur femur sehingga membuat

beberapa pasien menunda untuk operasi, serta menyatakan pemberian informasi

terhadap pasien preoperasi efektif untuk mengurangi kecemasan pasien preoperasi.

Kebutuhan persiapan preoperasi seharusnya diutamakan pada individu dan

level kecemasan yang mereka alami. Perawat sebaiknya mengingat bahwa

kecemasan berdampak pada kemampuan untuk memahami atau mengingat

informasi dan oleh karena itu mereka sebaiknya mengulang informasi tersebut

(48)

Hasil penelitian menunjukkan jumlah pasien preoperasi dengan pendidikan

terakhir SMA ada 12 orang (40%). Stuart&Sundeen (1999) menyatakan pasien

yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman mereka dalam

merespon kejadian fraktur secara adaptif dibandingkan kelompok pasien yang

berpendidikan rendah. Kondisi ini menunjukkan respon cemas berat cenderung

dapat ditemukan pada pasien yang berpendidikan rendah karena rendahnya

pemahaman mereka terhadap kejadian fraktur sehingga membentuk persepsi yang

menakutkan bagi mereka dalam merespon kejadian fraktur.

Keempat, kekhawatiran akan nyeri. Nyeri merupakan pemindahan energi dari

kecemasan, semakin cemas seorang semakin besar pemindahan energi tersebut

sehingga nyerinya semakin meningkat. Ansietas sering kali meningkatkan persepsi

nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan satu perasaan ansietas (Kaplan dkk, 2010).

Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa sedikit pasien preoperasi bedah minor

yang khawatir akan nyeri sehingga mempengaruhi tingkat kecemasan yang dialami.

Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang mengatakan takut disuntik (30%),

takut nyeri bertambah parah setelah selesai operasi (23,3%), dan takut ketika

operasi bisa merasakan nyeri (26,7%).

Apabila nyeri semakin kronis akan menimbulkan kecemasan dan dengan

demikian nyeri juga akan terasa lebih meningkat. Syaputra, Jumaini&Novayelinda

(2012) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara nyeri dan

kecemasan pada pasien fraktur tulang panjang.

Hal ini juga dipengaruhi oleh 43,3% pasien preoperasi menjalani operasi

(49)

yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan akan lebih mampu

untuk menyesuaikan diri atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar.

Kelima, persepsi akan hasil bedah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pasien preoperasi memiliki persepsi terhadap hasil bedah yang realistik. Hal ini

dipengaruhi oleh kepercayaan spiritual yang memiliki peranan penting dalam

menghadapi ketakutan dan kecemasan karena ketika spiritual seseorang baik maka

kecemasan berkurang (Bare, 2001). Permadi (2014) menunjukkan bahwa semakin

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan hasil yang

diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan berisi rangkuman hasil penelitian yang

berdasarkan analisa. Pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat

berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.

6.1 Kesimpulan

Karakteristik responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah

responden berjenis kelamin perempuan 17 orang (56,7%) dan berjenis kelamin

laki-laki 13 orang (43,4%). Mayoritas responden berusia 45-55 tahun sebanyak 10

orang (33,3%) dan jumlah responden memiliki pendidikan terakhir SMP 11 orang

(36,7%), responden dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 12 orang (40%).

Mayoritas responden dengan pengalaman operasi 1x sebanyak 13 orang (43,3%),

berpenghasilan < Rp 1.650.000,- sebanyak 16 orang (53,3%) dan bersuku batak

dengan jumlah 18 orang (60,0%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan pasien preoperasi mengalami

kecemasan ringan sebanyak 24 orang (80%), kecemasan sedang 6 orang (20%) dan

kecemasan berat 0 orang (0%).

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan jiwa perlu diberikan materi

(51)

memberikan pendidikan dan penyuluhan pada pasien preoperasi dan keluarga tentang

kecemasan tersebut sehingga dapat menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi.

6.2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan kecemasan pada pasien

preoperasi, disarankan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien preoperasi dan

hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien preoperasi.

6.2.3 Untuk Pihak Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan tetap meningkatkan pelayanan profesionalitasnya

khususnya terhadap pasien preoperasi dalam mengkaji kecemasan pasien

preoperasi dan tetap memberikan informasi dan penjelasan tentang operasi yang

akan dijalani oleh pasien.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Jumlah sampel yang sedikit karena mayoritas pasien preoperasi melakukan

(52)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kecemasan

1.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak jelas, yang tidak pasti dan

menyebar serta tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang

spesifik (Stuart , 2007). Kecemasan yaitu jawaban emosi yang sifatnya antisipatif,

jawaban awal sebelum ada pertanyaan (Baihaqi et al., 2007) . Kecemasan adalah

istilah yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menggambarkan

keadaan kekhawatiran, kegelisahan yang tidak jelas, atau reaksi ketakutan dan tidak

tentram yang terkadang diikuti dengan keluhan fisik. Gangguan kecemasan adalah

gangguan yang berkaitan dengan perasaan khawatir yang tidak nyata, tidak masuk

akal, tidak sesuai antara yang berlangsung terus atas prinsip yang terjadi

(manifestasi) dan kenyataan yang dirasakan (Pieter,2010).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup. Kecemasan adalah

pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang jelas atau spesifik sehingga

individu merasakan perasaan was-was atau khawatir seolah-olah ada sesuatu buruk

akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung

(53)

Menurut Asmadi (2008), kecemasan adalah reaksi emosi seseorang yang

berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme pertahanan dirinya

dalam menghadapi masalah.

1.2 Penyebab kecemasan

Menurut Savitri Ramaiah (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan mengenai pola dasar yang menunjukkan reaksi kecemasan tersebut,

yakni:

1.2.1 Lingkungan

Lingkungan maupun tempat tinggal mempengaruhi bagaimana

seseorang berfikir tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini bisa terjadi

karena pengalaman bersama mereka ataupun kegiatan yang dilalui bersama

keluara, sahabat dan tetangga. Kecemasan juga dapat muncul ketika

seseorang tidak nyaman dengan lingkungannya.

1.2.2 Emosi yang ditekan

Kecemasan dapat terjadi apabila ketika seseorang menghadapi masalah

dan tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut dalam hubungan personal.

Kecemasan juga dapat muncul apabila reaksi atau respon stres, marah

dipendam dalam jangka waktu yang lama.

1.2.3 Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh saling berintegrasi dan dapat menimbulkan

kecemasan. Hal ini terjadi biasanya kondisi tubuh sedang mengalami sesuatu,

seperti dalam kondisi hamil, mengalami suatu penyakit dan lain-lain.

(54)

Gangguan emosi dapat diturunkan secara genetik, tetapi dalam hal

keturunan ini tidak terlalu mempengaruhi tentang terjadinya kecemasan.

1.3 Karakteristik dan Tingkat Kecemasan

Ada beberapa gejala yang menjelaskan tentang munculnya respon emosi ini,

yakni pertama gejala psikis: perasaan gundah, khawatir, gugup, tegang, cemas, tak

aman, lekas terkejut, emosi labil (perubahan rasa hati berganti-ganti), mudah

tersinggung, apatis, perasaan salah tidak pada tempatnya. Kedua, gejala somatik:

keringat dingin, sulit bernafas, gangguan lambung, berdebar-debar, tekanan darah

meningkat, dan sebagainya. Bentuk kecemasan juga dapat berupa:

a. Free floating anxiety (kecemasan yang mengambang), adalah

kecemasan yang tidak jelas dan tidak ada hubungan dengan suatu

pemikiran.

b. Agitasi: kecemasan yang disertai kegelisahan motorik yang hebat.

c. Panik: serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan,

kebingungan, dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.

Peplau (1952) dalam Sheila L Videbeck (2008) menjelaskan tingkatan

kecemasan ada 4 , yaitu: ringan, sedang, berat, panik. Tiap tingkatan ini memiliki

perbedaan baik dalam perilaku, kemampuan kognitif, respon emosional ketika

mengalami kecemasan. Pada kecemasan ringan dan sedang , individu mampu

memproses informasi, belajar, dan mengatasi masalahnya sendiri. Pada tingkat ini,

kecemasan memotivasi pembelajaran dan perubahan perilaku. Pada kecemasan

(55)

respon defensif terjadi, dan keterampilan kognitif menurun secara signifikan.

Individu yang mengalami kecemasan berat sulit berfikir dan melakukan

pertimbangan, otot-ototnya menjadi tegang, tanda-tanda vital meningkat,

mondar-mandir, menunjukkan kegelisahaan, irritabilitas dan kemarahan atau menggunakan

cara psikomotor emosional lainnya yang sama untuk melepas ketegangan yang

dialaminya. Dan pada tingkatan panik, psikomotor-emosional yang mendominasi,

disertai dengan respon fight, flight, atau freeze dan juga hanya keterampilan

kognitif yang bertahan.

Kemampuan satu individu dengan individu lainnya dalam menghadapi suatu

hal hal berbeda. Hal ini tentu berpengaruh terhadap reaksi emosional kecemasan

pada tiap individu. Tiap tingkatan memiliki karakteristik atau manifestasi yang

berbeda satu sama lain. Karakteristik kecemasan bergantung pada kematangan

individu, pemahaman mengatasi masalah, harga diri, mekanisme koping yang

digunakannya (Asmadi, 2008).

Tabel Tingkat Kecemasan dan Karakteristik

Tingkat Kecemasan

Karakteristik

Ringan  Berhubungan dengan kejadian sehari-hari  Kewaspadaan meningkat

 Persepsi terhadap lingkungan meningkat  Memotivasi dan berkreasi

 Respon fisologis: sesekali nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir bergetar

(56)

 Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

Sedang  Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih.  Respon kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima

 Respon perilaku emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, bicara lebih banyak dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman.

Berat  Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lainnya.

 Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, tampak tegang, penglihatan berkabut.

 Respon kognitif: tidak mampu berfikir berat, membutuhkan banyak tuntunan atau bimbingan, lapang persepsi menyempit.

 Respon perilaku dan emosi: perasaan terancam dan komunikasi verbal terganggu (verbalisasi cepat).

Panik  Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada dan pucat, hipotensi serta rendahnya koordinasi motorik

 Respon kognitif : gangguan realitas, tidak dapt berfikir logis persepsi mengenai lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi

 Respon prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, , ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atas diri, perasaan terancam, serta dapat berbuat suatu hal yang membahayakan bagi diri sendiri ataupun orang lain disekitarnya .

Sumber : Asmadi (2008)

Keluhan yang sering dikemukakan oleh individu yang mengalami kecemasan

menurut Hawari (2013) yaitu: cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya

sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut,

(57)

mengalami mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya

ingat, keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot tulang, pendengaran

berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan

perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.

1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pasien Pre-operasi

Kecemasan merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan sangat

tidak nyaman dimana sebagian besar orang mencoba untuk menghindar. Mereka

sering mencoba untuk mengganti kecemasan dengan perasaan yang masih dapat

ditolerasi seperti marah, bosan, depresi, kesedihan, merasa tidak berharga dan

lain-lain. Kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni usia, sistem ego, persepsi

diri mengenai situasi yang tidak baik/ kehilangan seseorang yang dikasihi, harga

diri, pengalaman (Stuart&Laraia,1998).

Menurut Hawari (2013), mekanisme terjadinya cemas berhubungan dengan

proses imunologi atau endokrinolog. Proses

psiko-neuro-imunologi atau psiko-neuro-endokrinolog merupakan proses yang berhubungan

dengan susunan saraf pusat (otak, sistem limbik , sistem transmisi

saraf/neurotransmitter) serta kelenjar endokrin (sistem hormonal,

kekebalan/immunitiy). Setiap individu yang mengalami stresor psikososial belum

tentu akan mengalami kecemasan, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya

yaitu usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dukungan sosial dari keluarga, teman,

(58)

pembedahan/operasi kepada pasien merupakan langkah penting untuk kesiapan

pasien dalam pembedahan.

1.4.1 Menurut Stuart & Laraia (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan antara lain :

1.4.1.1 Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi kecemasan meliputi

pandangan psikoanalitik, pandangan interpersonal, pandangan perilaku,

kajian keluarga dan kajian biologis.

Pandangan psikoanalitik mengatakan kecemasan adalah

pertentangan reaksi emosi yang terjadi antara dua elemen kepribadian

yaitu id dan superego. Id merupakan dorongan impuls primitif dan

insting seseorang sedangkan superego menjelaskan tentang hati nurani

seseorang yang dikontrol oleh aturan ataupun norma-norma yang

berlaku. Ego berfungsi untuk menengahi id dan superego tersebut.

Kecemasan muncul sebagai pertanda bahaya bagi ego.

Teori interpersonal menyatakan bahwa kecemasan muncul

dari perasaan takut terhadap penolakan dalam hubungan diri dengan

orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pengalaman masa

lalu seperti kehilangan dan perpisahan seseorang. Penolakan yang

dilakukan orang lain atau masyarakat terhadap eksistensi diri akan

menimbulkan respon cemas (anxiety).

Berdasarkan teori perilaku, kecemasan adalah hasil dari

(59)

yang diinginkan menimbulkan keputusasaan, sehingga menyebabkan

seseorang mengalami cemas. Sedangkan berdasarkan kajian keluarga,

kecemasan terjadi akibat pola interaksi antar anggota keluarga yang

tidak baik. Berdasarkan kajian biologis, kecemasan terjadi akibat

adanya penyakit/masalah individu mempengaruhi kondisi psikisnya.

1.4.1.2 Faktor presipitasi

Krisis maturasi, situasioal dan adventif dapat menyebabkan

respon kecemasan maladaptif.

Perkembangan psikologi merupakan rangkaian tahap-tahap

yang diperlukan dalam pertumbuhan terhadap maturitas. Pada periode

transisi dapat terjadi gangguan kesimbangan psikologis. Krisis

maturitas merupakan peristiwa perkembangan yang membutuhkan

perubahan peran misalnya, perkembangan maturitas yang berhasil dari

anak usia dini sampai anak usia tengah membutuhkan anak untuk

berinteraksi dengan orang-orang diluar keluarga. Pada masa transisi

dari remaja sampai dewasa diharapkan bertanggung jawab dalam hal

finansial. Kedua tekanan sosial dan biologi yang berubah-ubah tersebut

dapat memicu krisis. Adapun sifat dan tingkat dari krisis maturasi

dipengaruhi oleh role model, interpersonal dan kemudahan dalam

menerima peran baru. Role model yang positif menunjukkan

bagaimana individu berperilaku di dalam peran yang baru. Sumber

interpersonal mendorong seseorang berusaha untuk menerima

(60)

juga penting karena semakin besar penolakan dari orang lain maka

individu akan semakin stres dalam menghadapi suatu perubahan.

Periode transisi sejak remaja, orang tua, pernikahan, paruh baya dan

pensiun merupakan masa yang penting untuk terjadinya krisis

maturasional.

Krisis situasional terjadi ketika keseimbangan psikologi

individual atau group mengalami gangguan misalnya, kehilangan

pekerjaan, kehilangan seseorang yang dicintai, kehamilan yang tidak

diinginkan, timbulnya penyakit atau penyakit yang semakin memburuk,

perceraian, masalah sekolah dan menyaksikan kejahatan. Kehilangan

pekerjaan dapat mengakibatkan stres finansial, merasa tidak mampu

sebagai pencari nafkah, dan konflik pernikahan. Kehilangan seseorang

yang dicintai dapat juga membuat stres finansial, perubahan peran

anggota keluarga dan kehilangan dukungan emosional. Timbulnya atau

memburuknya penyakit menyebabkan kesedihan antisipatif dan takut

kehilangan orang yang dicintai. Perceraian sama dengan stres akibat

kehilangan orang yang dicintai dan juga krisis tersebut dapat kambuh

jika berurusan dengan mantan pasangan. Kehamilan yang tidak

diinginkan menyebabkan stres karena itu berhubungan dengan

membuat keputusan yang penting yaitu apakah melahirkan atau aborsi,

serta apakah merawat bayi atau memberikannya untuk diadopsi. Bila

kehamilan diaborsi atau anak diadopsi maka membutuhkan penanganan

(61)

mengharuskan terjadinya perubahan gaya hidup. Masalah disekolah

juga dapat menyebabkan perasaan tidak mampu. Orang tua sering

menyalahkan mereka atau orang lain dan akibat yang terburuk adalah

terjadinya konflik keluarga. Terakhir, menjadi seorang korban atau

saksi dari sebuah kejahatan dapat menyebabkan perasaan

ketidakberdayaan terhadap diri sendiri dan orang lain, ketakutan, mimpi

buruk, dan perasaan bersalah menyebabkan atau tidak menghentikan

terjadinya kejahatan.

Krisis adventif merupakan peristiwa yang tidak disengaja,

luar biasa dan tidak terduga, seperti: kebakaran, gempa bumi, badai dan

banjir yang mengganggu seluruh masyarakat. Tragedi yang terjadi

belakangan ini juga merupakan krisis adventif, yaitu: penyanderaan,

pembunuhan ditempat kerja, kecelakaan pesawat, kerusuhan dan

pemboman didaerah ramai.Berbeda dengan krisis maturasi dan

situasional, krisis adventif tidak terjadi pada setiap orang. Namun,

apabila krisis adventif terjadi, krisis ini tidak dapat terselesaikan hanya

oleh mekanisme koping akibat beratnya masalah. Bencana sering

menimbulkan masalah-masalah emosional berminggu-minggu bahkan

sampai berbulan-bulan setelah peristiwa bencana. Ada lima fase respon

individu terhadap bencana, yaitu:

Dampak (impact) : ditandai oleh: syok, panik, atau ketakutan yang

ekstrim; penilaian seseorang terhadap kenyataan seperti: sangat

(62)

Heroic : adanya semangat kerjasama antara teman, tetangga dan tim

gawat darurat; kegiatan yang berguna pada waktu bencana dapat

menolong mengatasi perasaan cemas dan depresi, tetapi kegiatan yang

berlebihan mengarah kepada kelelahan (burn out).

Honeymoon : mulai muncul satu minggu sampai beberapa bulan

setelah bencana; kebutuhan untuk menolong orang lain secara

terus-menerus, uang, dan penerimaan dukungan dari berbagai instansi yang

menyediakan kebutuhan untuk memulai kembali didalam komunitas,

masalah psikologi dan perilaku yang mungkin diabaikan.

Kekecewaan (disillusionment) : sekitar dua bulan sampai dengan satu

tahun; waktu kekecewaan, kebencian, frustasi dan marah; korban

sering membandingkan keburukan tetangga mereka dengan mereka

sendiri dan mungkin untuk benci, iri, atau menunjukkan sikap

bermusuhan terhadap orang lain.

 Rekonstruksi dan reorganisasi : individu mulai sadar bahwa mereka

harus memahami masalah mereka sendiri; mereka mulai membangun

rumah , bisnis mereka. Periode ini dapat berlangsung selama bertahun

– tahun setelah bencana terjadi.

Jika tahap rekonstruktif tidak dimulai sejak enam bulan

setelah terjadinya bencana maka kemungkinan masalah psikologis akan

(63)

Menurut Stuart & Laraia (1998), faktor pencetus berasal dari sumber

internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu

ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri.

Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme

fisiologis seperti jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan

biologis yang normal seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal dapat

berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, luka trauma. Kecemasan dapat

timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi

integritas tubuh secara keseluruhan.

Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga

diri dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan

melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di

masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan, orangtua,

teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul dari aspek

religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya. Ancaman

terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan dilakukan sehingga

(64)

1.4.2Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien preoperasi

menurut Gruendemann & Fernsebner (2006) yaitu:

1.4.2.1 Dukungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang secara

langsung mempengaruhi individu. Keluarga merupakan lingkungan

mikrosistem, yang menentukan kepribadian dan kesehatan mental

anggota keluarga yang ada didalamnya. Jadi, keluarga merupakan

lingkungan yang sangat penting yang dibutuhkan anggota keluarga

lainnya.

Dukungan keluarga terhadap seseorang yang akan

menjalani operasi sangat berpengaruh pada tingkat kecemasan yang

dialaminya. Sebagian keluarga atau sahabat dapat meningkatkan rasa

cemas pasien karena terjadi transmisi cemas dari mereka yamg

merangkul pasien, sehingga terjadi penayangan perilaku cemas atau

menyumbangkan jaminan palsu. Pendampingan ataupun kehadiran

oleh keluarga atau sahabat dapat mengurangi rasa cemas pasien.

Individu dengan kondisi kecemasan tingkat tinggi tidak

mampu berkonsentrasi terhadap informasi yang diberikan perawat

selama perawatan ataupun prosedur. Dukungan terhadap seseorang

dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan ataupun

mengatasi stresor yang ia hadapi. Dukungan tersebut sangat bermanfaat

dalam membuat individu membagikan kecemasan yang ia alami dan

(65)

1.4.2.2 Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan support sistem

yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap pasien properasi mulai

dari masuk rumah sakit sampai ke ruang operasi. Dukungan ini dapat

berupa komunikasi terapeutik, dukungan emosional/perhatian dari

petugas kesehatan, dan penjelasan mengenai pembedahan yang akan

dijalani.

Petugas kesehatan seharusnya menumbuhkan kepercayaan

/keyakinan klien dan keluarganya dalam rangka pemenuhan kebutuhan

fisik/fisiologis klien sehingga klien percaya bahwa para profesional

yang terlibat dalam perawatannya benar-benar memahami kebutuhan

spesifiknya. Apabila klien percaya terhadap petugas kesehatan yang

merawatnya, maka klien akan lebih tenang dan kooperatif terhadap

rencana keperawatan maupun tindakan pembedahan. Perawat yang

mampu mengekspresikan kekhawatiran dan kasih sayang kepada

pasien dan keluarga dan menunjukkan ketulusan mereka mungkin

diterima sebagai pendukung.

Dukungan ini juga dapat berupa jawaban yang pasti dan

jujur dengan penuh percaya diri dan perhatian dari tenaga kesehatan

tentang apa yang ditanyakan oleh pasien maupun keluarga dan juga

pemberitahuan tentang tindakan apa yang akan dlilaksanakan, apa saja

yang perlu dipersiapkan ataupun dimana keluarga akan menunggu

(66)

Dengan demikian, keluarga dan pasien akan merasa dihargai dan

menciptakan persepsi positif terhadap tenaga kesehatan.

1.4.2.3 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan pasien mengenai informasi operasi.

Takut terhadap hal yang tidak diketahui ataupun kecemasan, dapat

berkurang dengan cara memberikan informasi tentang pembedahan

yang akan dikerjakan. Strategi keperawatan yang utama pada masa

pre-operasi ini adalah memberikan informasi yang bertujuan untuk

mencegah yang potensial menjadi komplikasi. Takut terhadap yang

tidak diketahui dapat berkurang karena pengetahuan tentang peristiwa

yang akan berlangsung. Jumlah informasi yang harus diberikan

sebelum operasi tergantung kepada latar belakang, minat dan derajat

stres dari pasien dan keluarganya. Cara yang terbaik adalah bertanya

kepada pasien apa yang mereka ingin ketahui mengenai operasi yang

akan berlangsung.

Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya

sebelum operasi yaitu pemeriksaan –pemeriksaan sebelum operasi serta

alasannya, hal-hal yang rutin sebelum operasi, alat-alat khusus yang

diperlukan, pengiriman ke kamar bedah (waktu, mengecek

prosedur-prosedur), ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-pengobatan

setelah operasi (long,1996).

Pengetahuan pasien dan keluarga mengenai hal-hal

(67)

Dengan mengetahui prosedur pembedahannya, mengetahui situasi yang

akan terjadi saat mereka tiba di tempat pembedahan, dan mengetahui

cara untuk berfungsi kembali pada masyarakat ataupun komunitasnya

maka pasien akan memperoleh hasil pembedahaan yang terbaik. Salah

satu keuntungan dari pemberiaan informasi preoperasi ini adalah rasa

cemas klien akan berkurang terhadap proses bedah yang akan

dijalaninya. Ahli bedah dan perawat bertanggung-jawab dalam

mempersiapkan klien dan keluarganya dalam melakukan aktivitas

perawatan diri setelah operasi misalnya, arah/rute ke fasilitas, ataupun

penjelasan mengenai apa yang dimaksud bedah yang akan dijalaninya

dan alasannya, dan lain-lain.

1.4.2.4 Kekhawatiran akan nyeri

Kekhawatiran akan nyeri mempengaruhi pasien dalam

menjalani operasi. Nyeri merupakan perasaan yang tidak

menyenangkan dan bersifat subjektif. Pasien memerlukan penjelasan

mengenai nyeri yang akan dirasakannya setelah operasi. Perawat

bertugas menjelaskan nyeri yang akan dirasakan pasien baik pada saat

pembedahan maupun pasca pembedahan. Apabila klien mencapai

harapan yang realistik terhadap nyeri dan mengetahui cara

mengatasinya maka rasa cemas akan berkurang.

1.4.2.5 Persepsi pasien terhadap hasil bedah

Persepsi hasil bedah ialah pasien memiliki gambaran

(68)

Pasien mungkin memikirkan aktifitasnya akan terganggu, terjadi

kecacatan, terjadi kegagalan terhadap operasi, terjadi kesalahan oleh

petugas kesehatan, kematian dan lain-lain. Semakin sering pasien

memikirkan kemungkinan hasil pembedahan maka semakin tinggi

tingkat kecemasan. Perawat bertugas membantu klien dan keluarga

untuk mencapai harapan yang realistik terhadap pembedahan.

1.5 Respon Tubuh terhadap Kecemasan

Kecemasan yang dialami seseorang berdampak pada sistem fisiologinya,

yakni (1) kardiovaskular seperti nadi meningkat/menurun, tekanan darah

meningkat/menurun, jantung berdebar-debar, pingsan (2) Respiratory seperti nafas

cepat, nafas pendek dan dangkal, sesak (3) Gastrointestinal seperti kurang selera

makan, nyeri pada perut, diare (4) Neuromuscular seperti insomnia, tremor, gerakan

yang tidak terarah, mudah terkejut (5)Kulit seperti mudah berkeringat dilokasi

tertentu, wajah yang memerah, gatal.

Tubuh juga memberikan respon terhadap kecemasan seperti gelisah, tegang,

bicara cepat, hiperventilasi, menghindar, tremor, tidak tenang. Selain itu individu

yang mengalami cemas akan susah konsentrasi, susah mengambil keputusan,

pemikiran mudah terblok, bingung, dan sering mimpin buruk.

2. Pre-Operatif

(69)

Pembedahan merupakan salah satu cara utama pengobatan medis. Menurut

R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong (2005) dalam Maryunani (2014) menyatakan

pembedahan atau operasi merupakan semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

akan ditangani.

Preoperasi merupakan tahap awal dari perawatan perioperatif yang dimulai

sejak pasien diterima di ruang pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke

meja operasi untuk dilakukan tindakan operasi atau pembedahan

(Maryunani,2014).

2.2 Tipe-tipe Pembedahan

2.2.1 Tipe-tipe Pembedahan Menurut Long (1996)

Klasifikasi menurut operasi /pembedahan eksternal dan internal:

Pembedahan eksternal/luar dilakukan pada kulit atau jaringan yang berada

dibawahnya. Pembedahan ini memiliki beberapa dampak ataupun kerugian,

seperti adanya jaringan parut/ tampak bekas luka, dan menimbulkan stres bagi

pasien. Contoh pembedahan eksternal ini yaitu bedah plastik, yang bertujuan

untuk perbaikan dan rekonstruksi jaringan yang rusak.

Pembedahan internal/dalam ini berhubungan dengan penetrasi tubuh.

Dampak dari jenis pembedahan ini dapat tidak menimbulkan jaringan parut.

Tetapi resikonya bisa menyebabkan komplikasi, seperti perlengketan

(adhesi). Pembedahan pada organ-organ dalam tubuh dapat menyebabkan

(70)

Klasifikasi berdasarkan lokasi bagian tubuh atau sistem tubuh, yaitu :

pembedahan/operasi dada, operasi jantung/ bedah kardiovaskuler, operasi /

bedah syaraf / neurologis.

Berdasarkan luas pembedahan yaitu: (1)bedah minor merupakan

pembedahan yang sederhana dan sedikit menimbulkan faktor resiko dan

dilakukan pada bagian kecil pada tubuh. Bedah minor ini menimbulkan

trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim. Meskipun

operasi ini dianggap minor/ kecil, bagi pasien tetap menimbulkan ketakutan

dan kecemasan bagi pasien. (2)Bedah mayor adalah pembedahan yang

melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi

terhadap kelangsungan hidup pasien. Contoh: total abdominal histerektomi,

reseksi kolon dll.

Berdasarkan tujuan pembedahan , yaitu: (1)Bedah diagnostik adalah

untuk menentukan penyebab dari gejala. Contoh: biopsi/ laparatomi.

(2)Bedah kuratif/ ablatif untuk mengangkat bagian tubuh yang bemasalah/

mempunyai penyakit. (3)Bedah restoratif adalah menguatkan area-area yang

lemah dan memperbaiki deformitas. Contoh: herniorrhapy. (4)Bedah

reparatif adalah untuk memperbaiki luka yang multipel. Contoh: mengobati

luka pasien diabetes. (5) Bedah rekonstruktif atau kosmetik adalah untuk

memperbaiki penampilan. (6)Bedah paliatif adalah untuk meringankan gejala

tanpa menyembuhkan penyakit. (7)Bedah transplantif adalah penanaman

organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur yang malfungsi.

(71)

Berdasarkan urgensinya dilakukan tindakan pembedahan, yaitu

(1)Bedah kedaruratan/emergensi: kondisi pasien membutuhkan perhatian dan

tindakan sesegera mungkin, karena gangguan yang dapat muncul kalau tidak

ditangani segera dapat mengancam jiwa (kematian atau kecacatan fisik).

(2)Bedah urgensi :Pasien membutuhkan perhatian segera.Contoh; infeksi

kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra. (3)Bedah diperlukan:

kondisi pasien harus menjalani pembedahan , namun direncanakan dalam

beberapa minggu atau bulan. (4)Bedah elektif: bedah yang harus dioperasi

ketika diperlukan , tidak terlalu membahayakan jika tidak dilakukan.

(5)Bedah pilihan: keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan

sepenuhnya kepada pasien.

2.3 Faktor-Faktor Resiko terhadap Bedah

2.3.1 Usia

Bedah dapat dilakukan pada setiap usia individu, mulai dari masa bayi,

masa remaja, sampai lanjut usia. Namun pada masa seorang individu sudah

lanjut usia sekali, kemampuan untuk mentolerir stres tidak berfungsi dengan

baik, seperti trauma jaringan bedah, atau infeksi.

2.3.2 Nutrisi

Pengaruh pembedahan terhadap individu yang malnutrisi (kelebihan

ataupun kekurangan) dengan individu yang lebih baik kondisi nutrisinya akan

sangat berbeda, karena individu yang malnutrisi lebih berisiko menderita

komplikasi. Pada individu yang memiliki kekurangan nutrisi, proses

Gambar

Tabel uji Reliabilitas K-R 20
Tabel distribusi  frekuensi jawaban kecemasan pasien preoperasi di RSUD Dr
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik
Tabel 5.2  Distribusi kecemasan pasien preoperasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian: Angka kejadian kecemasanpada pasien preoperasi bedah elektif yang terbanyak mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 orang (47,4%), laki-laki dan perempuan

Hasil penelitian terhadap ibu primigravida ditinjau dari tingkat kecemasan, mayoritas responden memiliki tingkat kecemasan ringan dengan persentase 61,3% dengan jumlah

Dalam penelitian Chandra (2014), mengatakan bahwa hampir sebagian besar pasien yang akan menjalani operasi mengalami kecemasan karena menganggap tindakan operasi merupakan

Dan mayoritas responden tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 34 orang (60,7%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 orang (32,1%) dan mengalami kecemasan sedang sebanyak

keperawatan pada pasien preoperasi yang mengalami kecemasan, sehingga. perawat dalam bekerja dapat ditingkatkan dan operasi

 Respon prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, , ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atas diri, perasaan terancam, serta dapat berbuat suatu hal

Hasil penelitian: Angka kejadian kecemasanpada pasien preoperasi bedah elektif yang terbanyak mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 orang (47,4%), laki-laki dan perempuan

Ho diterima yang berarti tidak terdapat hubungan pemberian informasi dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi di RSUD dr.. Disarankan untuk peneliti selanjutnya diharapkan