• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Karkas dan Profil Asam Lemak Daging Entok (Cairina moschata) Umur 8 Minggu pada Peternakan Tradisional di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Karkas dan Profil Asam Lemak Daging Entok (Cairina moschata) Umur 8 Minggu pada Peternakan Tradisional di Kabupaten Bogor"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA KARKAS DAN PROFIL ASAM LEMAK DAGING

ENTOK (

CAIRINA MOSCHATA

) UMUR 8 MINGGU PADA

PETERNAKAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BOGOR

ZURRAHMI FITRIA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Karkas dan Profil Asam Lemak Daging Entok (Cairina mochata) Umur 8 Minggu pada Peternakan Tradisional di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Zurrahmi Fitria

(4)

ABSTRAK

ZURRAHMI FITRIA.Performa Karkas dan Profil Asam Lemak Daging Entok (Cairina moschata) Umur 8 Minggu Pada Peternakan Tradisional di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DWI MARGI SUCI dan RITA MUTIA.

Entok (Cairina moschata) merupakan unggas pedaging yang memiliki bobot badannya dapat mencapai 3 kg sampai 6 kg. Akan tetapi pemanfaatan dan budidayanya belum optimal, karena kurangnya informasi nutrisi yang dibutuhkan dan kandungan gizi dari daging entok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan nutrisi dari pakan yang umum diberikan oleh peternak entok tradisional, performa karkas dan karakteristik asam lemak pada daging entok umur 8 minggu. Penelitian ini dilakukan dengan penyebaran quesionaer ke peternak-peternak tradisional di Kabupaten Bogor, pengambilan sampel pakan dan entok, dan analisis di laboratorium. Dari analisis yang dilakukan, pakan yang diberikan ke entok memiliki kandungan protein kasar yang rendah yaitu 9.03% - 11%. Sehingga menyebabkan bobot badan yang dihasilkan rendah. Entok jantan memiliki bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan entok betina. Daging entok mengandung beberapa asam lemak saturated dan asam lemak

unsaturated baik MUFA dan PUFA yang kandungannya cukup tinggi. UFA atau asam lemak tak jenuh yang dikandung lebih tinggi dibandingkan SFA atau asam lemak jenuh. Asam lemak palmitat dan stearat merupakan asam lemak jenuh, asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh tunggal, dan asam linoleat yang merupakan asam lemak tak jenuh jamak merupakan beberapa asam lemak dengan konsentrasi yang tinggi yang menyusun daging dada dan paha entok jantan. Kandungan asam lemak-asam lemak tersebut berturut-turut mencapai 16.62%, 6.26%, 30.30%, dan 11.98%. Konsentrasi asam lemak pada daging paha cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi asam lemak pada daging dada.

Kata kunci : Cairina moschata, pakan, karkas, jantan dan betina, asam lemak

ABSTRACT

ZURRAHMI FITRIA.Carcass Performance and Fatty Acid Profile in Muscovy Duck (Cairina moschata) Meat at 8 Week of Age in Traditional Farming of Bogor Regency. Dibimbing oleh DWI MARGI SUCI dan RITA MUTIA.

(5)

the muscovy in 6 traditional breeders have a low content of crude protein ranged between 9.03% - 11%. The low nutrient content of feed cause a low weight body in muscovy duck. Male duck has a higher weight than the female duck. Muscovy meat contains some saturated and unsaturated fatty acids (MUFA and PUFA) are both fairly high abortion. UFA concentration are higher more than SFA concentration. Palmitic acid and Steraic acid which is a saturated fatty acid, Oleic acid is a monounsaturated fatty acid, and Linoleic acid is an unsaturated fatty acid are some fatty acids in highly concentrations produced muscovy breast meat and thigh male. The amount of fatty acids respectively reached 16.62%, 6.26%, 30.30%, and 11.98%. The concentration of fatty acids in thigh meat tended to be higher than the concentration of fatty acids in breast meat.

(6)
(7)

PERFORMA KARKAS DAN PROFIL ASAM LEMAK DAGING

ENTOK (

CAIRINA MOSCHATA

) UMUR 8 MINGGU PADA

PETERNAKAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BOGOR

ZURRAHMI FITRIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Performa Karkas dan Profil Asam Lemak Daging Entok (Cairina moschata) Umur 8 Minggu pada Peternakan Tradisional di Kabupaten Bogor

Nama : Zurrahmi Fitria NIM : D24100040

Disetujui oleh

Ir Dwi Margi Suci, MS Pembimbing I

Dr Ir Rita Mutia, MAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Performa Karkas dan Profil Asam Lemak Daging Entok (Cairina moschata) Umur 8 Minggu pada Peternakan Tradisional di Kabupaten Bogor. Penelitian ini terlaksana dengan adanya penelitian unggulan perguruan tinggi lintas fakultas dengan dana BOPTN 2013 yang mendanai penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan nutrisi dari pakan yang diberikan untuk entok umur 8 minggu, mengamati perbedaan kualitas karkas entok jantan dan betina, dan menganalisis karakteristik asam lemak daging entok jantan dari 6 peternak tradisional di kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan quisionaer pada peternak tradisional di 6 kecamatan di Kabupaten Bogor. Quisioner berisi tentang manajemen pemeliharaan, pakan yang diberikan dan biosecurity yang dilakukan oleh peternak. Sebanyak 12 sampel entok dianalisis bobot karkasnya dan kandungan asam lemak daging.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

PENDAHULUAN 1

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Metode dan Pengumpulan Data 2

Peubah 3

Kandungan Nutrisi Pakan 3 Bobot Hidup, Bobot Potong, Persentase Karkas 3 Analisis Asam Lemak 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Karakteristik Peternak Entok 4 Kondisi Pemeliharaan Entok 5

Perkandangan 6

Pemberian Pakan dan Nutrisi Pakan 6 Karkas Entok Umur 8 Minggu 7 Profil Asam Lemak Daging Entok Jantan 8 Minggu 8

SIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

RIWAYAT HIDUP 17

UCAPAN TERIMA KASIH 17

DAFTAR TABEL

1 Identitas umur peternak 4 2 Identitas pekerjaan utama peternak 4 3 Tingkat pendidikan peternak 5

4 Kandungan nutrisi pakan 6

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak sekali peminat hasil dari hewan ternak. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengkonsumsi daging unggas contohnya ayam dan itik sebagai sumber protein hewani. Unggas adalah salah satu hewan ternak yang paling diminati. Istilah unggas mencakup ayam, itik, kalkun, entok dan burung (burung unta, burung puyuh, dan burung dara). Daging unggas merupakan sumber protein hewani yang baik, karena kandungan asam amino esensialnya yang lengkap. Serat dagingnya juga pendek dan lunak, sehingga mudah dicerna. Banyaknya kalori yang dihasilkan daging unggas lebih rendah dibandingkan dengan nilai kalori daging sapi atau babi. Entok merupakan ternak unggas penghasil daging yang sudah lama dikenal dan dipelihara oleh petani di Indonesia. Akan tetapi berbeda dengan ayam dan itik yang sudah umum digunakan sebagai salah satu komoditas unggas konsumsi, entok yang merupakan unggas pedaging masih jarang dikonsumsi. Entok atau muscovy duck adalah unggas air yang termasuk dalam keluarga atau genus Cairina (Cairina moschata) berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Berikut merupakan taksonomi entok menurut Rose (1997):

(16)

2

untuk mengurangi risiko pengyakit jantung koroner, hipertensi dan diabetes (Simopoulus 2000). Daging yang baik mengandung komposisi omega 6 dan omega 3 dalam asam lemak yang seimbang (Wood et al. 2003). Sedangkan di Indonesia sendiri belum diketahui bagaimana pakan yang diberi dan dampaknya terhadap performa dan status asam lemak dari daging entok yang dipelihara pada peternakan tradisional. Oleh karena, itu perlu diadakan penelitian terhadap performa karkas dan bagaimana profil asam lemak entok dalam hal ini status asam lemaknya pada peternakan entok tradisional yang ada di kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan nutrisi dari pakan yang diberikan untuk entok umur delapan minggu, mengamati perbedaan kualitas karkas entok jantan dan betina, dan menganalisis karakteristik asam lemak daging entok jantan dari enam peternakan tradisional di kabupaten Bogor.

MATERI DAN METODE

Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 6 sampel pakan yaitu dedak dan nasi kering dari 6 peternakan, dua belas ekor entok yang masing-masing dua sampel entok yaitu jantan dan betina dari enam peternakan dan 6 sampel daging entok jantan bagian dada dan paha untuk dianalisis profil asam lemak. Alat-alat yang digunakan adalah timbangan, cawan, oven 1050 dan chromatography gas.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 hingga Januari 2014. Wawancara kuisioner dan pengambilan sampel entok dan pakan dilakukan di enam peternakan tradisional di Kabupaten Bogor. Enam peternakan yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan. Perhitungan performa karkas dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Unggas, analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium PAU IPB Bogor dan analisis kandungan asam lemak daging entok dilakukan di Laboratorium Terpadu IPB Pasca Baranangsiang.

Prosedur

(17)

3

Metode dan Pengumpulan Data

Informasi-informasi karakteristik peternak dan sistem pemeliharaan diperoleh dengan wawancara langsung pada peternak entok melalui kuisioner. Penyebaran kuisioner dilakukan pada enam peternak entok yang berada di daerah Bogor. Keenam peternak ini berlokasi di Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan.

Kedua belas sampel entok ditimbang bobot hidupnya kemudian dipotong diLaboratorium unggas Fakultas Peternakan, kampus IPB Dramaga. Entok yang sudah dipotong kemudian dibului dan ditimbang untuk mengetahui bobot karkasnya. Setelah itu dilakukan pemisahan daging dengan tulang untuk dilakukan analisis profil asam lemak daging.

Peubah

1. Kandungan nutrisi sampel pakan dari 6 peternak tradisional entok yang terdiri dari 6 sampel dedak halus dan 6 sampel nasi sisa.

2. Bobot hidup

Bobot hidup merupakan bobot entok sebelum dilakukan penyembelihan. Bobot hidup dinyatakan dalam gram per ekor.

3. Bobot Potong

Bobot potong merupakan bobot atau berat entok setelah dipotong dan dikeluarkan darahnya.

4. Bobot karkas

Bobot karkas diperoleh dengan cara menimbang entok setelah tanpa bulu, kepala dan kaki.

5. Analisis Asam Lemak (AOAC 2005)

(18)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peternak Entok

Karakteristik peternak entok pada enam kecamatan dikelompokan berdasarkan umur, mata pencaharian dan tingkat pendidikan. Peternak yang dipilih sebagai responden merupakan peternak yang memiliki peternakan tradisional disekitar rumahnya dan memelihara beberapa entok. Identitas responden peternak entok di Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan berdasarkan umur disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Identitas responden peternak di Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan berdasarkan umur

Kecamatan

Angka tersebut menunjukkan sebagian besar responden dikeenam lokasi penelitian termasuk dalam kategori usia produktif sehingga memiliki kemampuan kerja berdasarkan kondisi fisiknya untuk beternak entok. Dari wawancara yang dilakukan terhadap responden dapat diketahui bahwa kegiatan beternak entok sebagai hobi dan tambahan penghasilan apabila sewaktu-waktu peternak membutuhkan uang dan untuk dikonsumsi sendiri. Selain itu, hasil dari wawancara petani peternak di enam kecamatan penelitian ini menganggap bahwa usaha ternak yang dilakukan hanya sebagai usaha sambilan untuk menambah pengasilan. Hasil survey di keenam kecamatan tersebut menyebutkan pemeliharaan yang dilakukan hanya dalam skala kecil, untuk mengisi waktu luang setelah bertani atau bekerja lainnya. Tidak ditemukan peternak dari keenam kecamatan yang memelihara unggas ini sebagai pekerjaan utama.

(19)

5

Tabel 2 Identitas responden petani peternak di Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan berdasarkan pekerjaan utama

Kecamatan

Mata Pencaharian

Sektor Pertanian Di luar Sektor Pertanian

Jumlah Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan berdasarkan tingkat pendidikan

Mayoritas tingkat pendidikan responden di keenam kecamatan adalah lulusan sekolah dasar. Persentase dari keenam kecamatan peternak yang merupakan tamatan atau berhenti disekolah dasar lebih dari 60%. Pendidikan merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam mengadopsi teknologi dan pengetahuan dan menjadi faktor penentu keberhasilan usaha ternak entok. Rendahnya tingkat pendidikan responden merupakan suatu hambatan bagi pengembangan usaha ternak entok di enam kecamatan penelitian ini.

Kondisi Pemeliharaan Entok

(20)

6

dikandangkan. Ternak entok dibiarkan berkeliaran sepanjang hari di sekitar pekarangan kandang. Ternak entok yang dimiliki tiap peternak umumnya berumur 8 minggu, sedangkan entok afkir atau dewasa hanya dimiliki paling banyak 1 sampai 2 ekor tiap peternak. Sistem pemeliharaan entok yang demikian sesuai seperti laporan Bambang dan Khairul (1998) tentang pemeliharaan entok di pedesaan yang masih bersifat tradisional dengan cara ternak digembalakan.

Perkandangan

Tujuan peternak menyediakan kandang hanya untuk tempat berteduh apabila hujan. Keadaan kandang pada responden di enam kecamatan sangat sederhana dengan bahan dari bambu dan kayu. Kandang dibangun di pekarangan rumah peternak. Peternak tidak membuat kandang entok secara khusus, entok biasanya dikandangkan di bawah kandang ayam. Penggunaan kandang kolong ini tidak baik dilakukan karena tidak ada pertukaran udara dari dan ke dalam kandang, kandang kolong juga cenderung sulit untuk dibersihkan, selain itu sangat sedikit mendapatkan cahaya. Untuk itu perlu adanya usaha peningkatan pengetahuan beternak entok yang baik yang dapat dilaksanakan melalui penyuluhan.

Pemberian Pakan dan Nutrisi Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak. Pakan yang diberikan ke ternak harus memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Pakan yang baik adalah pakan yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup ternak, baik untuk aktivitas, pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Pakan harus mengandung protein sebagai zat pembangun sel tubuh. Ternak yang kekurangan protein tidak akan tumbuh dengan baik. Ternak entok yang dipelihara oleh responden di enam kecamatan diberi pakan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi sekitar pukul 09:00 WIB dan 16:00 WIB. Pakan yang umum diberikan ke entok adalah dedak padi. Pemberian dedak padi dilakukan dengan cara mencampur dedak dengan air dan ditambah sisa nasi dari peternak. Dari wawancara yang dilakukan dengan responden di enam kecamatan ditemukan bahwa tidak ada ternak entok yang diberi pakan komersil. Dalam pemberian pakannya pun peternak tidak menggunakan takaran sehingga sangat sulit untuk menghitung jumlah dan biaya pakan yang dikeluarkan oleh peternak entok, tetapi dapat dikatakan bahwa pemberian pakan dedak lebih dominan dibandingkan nasi.

(21)

7

ransum. Rendahnya nutrisi pakan yang diberikan tentu akan berpengaruh terhadap performa karkas yang dihasilkan oleh entok baik jantan maupun betina.

Tabel 4 Kandungan nutrisi pakan pada 6 peternakan tradisional

Pakan KA

Keterangan: Hasil analisis diperoleh dari 1)Lab.PAU IPB dan 2)Lab. PBMT Fapet IPB

Karkas Entok Umur 8 Minggu

Bobot karkas merupakan produk yang diharapkan dari pemeliharaan entok. Menurut Ensminger (1980) entok merupakan unggas pedaging yang paling besar dan bobotnya bisa mencapai 3.5 kg sampai 6 kg. Hal ini tidak terlihat pada hasil perhitungan dari bobot entok yang dijadikan sampel pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5 Performa karkas entok betina umur 8 minggu

Peubah N Entok Bobot Badan

Tabel 6 Performa karkas entok jantan umur 8 minggu

Peubah N Entok

(22)

8

Bobot hidup entok pada penelitian ini berkisar antara 913-1085 gram pada entok jantan dan 836-994 gram pada entok betina. Rendahnya bobot hidup dari entok lokal di daerah penelitian ini disebabkan karena rendahnya nutrisi pakan yang diberikan. Menurut Anggorodi (1995) tingkat protein ransum berpengaruh sangat nyata terhadap bobot badan. Hal ini terjadi karena protein merupakan zat pembangun sel-sel tubuh.

Data pada Tabel 5 menunjukan bobot hidup, bobot potong, karkas, daging dada, dan daging paha pada entok jantan lebih tinggi dibandingkan pada entok betina Hal ini artinya ukuran tubuh entok jantan lebih besar dibandingkan dengan entok betina pada 6 peternak tradisional di Kabupaten Bogor. Ogah (2009) melaporkan bahwa entok jantan memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh entok betina. Oleh karena itu, Yakubu (2011) menyatakan bahwa entok jantan dapat dimanfaatkan sebagai penghasil daging sedangkan entok betina digunakan untuk program pemuliaan. Penelitian yang dilakukan Raji et al. (2009) menyatakan bahwa bobot badan dan ukuran tubuh yang berbeda antara jantan dan betina disebabkan karena efisiensi dan konversi pakan yang berbeda antara keduanya. Konversi pakan entok jantan umur 8 minggu mencapai 2.83 hal ini sama seperti itik komersil yang memiliki nilai konversi pakan sebesar 2.9-2.77 (Wu et al. 2012). Pada umur 8 minggu bobot daging dada pada entok lebih besar dibandingkan bobot daging paha entok. Hal ini dikarenakan deposisi lemak entok pada masa pertumbuhan terjadi pada bagian dada. Akan tetapi entok afkir akan memiliki bobot daging paha yang lebih besar dibandingkan pada bobot daging dada karena deposisi lemak terjadi pada bagian paha. Keadaan seperti ini berbanding terbalik dengan itik afkir yang akan memiliki bobot daging bagian dada lebih besar dibandingkan bobot daging pada bagian paha.

Bobot hidup, bobot karkas dan bobot daging dada pada penelitian Schiavone et al. (2010) jauh lebih tinggi. Perbedaan bobot yang jauh ini disebabkan karena sistem pemeliharaan dan pakan yang diberikan pada penelitian mengandung nutrisi yang rendah. Penelitian Schiavone et al. (2010) pemeliharaan entok bersifat intensif dengan menggunakan fish oil sebanyak 20 g kg-1 tiap pemberiannya.

Profil Asam Lemak

Walaupun keduanya merupakan unggas tetapi konsentrasi asam lemak yang dikandung oleh entok berbeda dengan itik. Hal ini dikarenakan secara genetik itik dan entok merupakan spesies yang berbeda. Haqiqi (2008) menjelaskan bahwa itik merupakan filum dari chordate, subfilum vertebrata, kelas aves, subkelas neornites, famili anatidae, dan genus anas. Terdapat beberapa asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh rantai tunggal juga asam lemak tak jenuh rantai jamak yang terkandung dalam daging dada dan paha pada entok jantan.

(23)

9

terkadang dicampur oleh nasi dengan kandungan lemak pakan yang rendah mengandung beberapa asam lemak.

Cis-11-Elicosenoic Acid (C20:1) 0.28 ± 0.062 0.37 ± 0.056

Polyunsaturated Fatty Acid

Linolenic Acid (C18:3n3) 0.36 ± 0.084 0.36 ± 0.02

Linoleic Acid (C18:2n6) 8.91 ± 1.359 11.98 ± 3.38

Gama-Linoleic Acid (C18:3n6) 0.02 ± 0.008 0.02 ± 0.0154

Arachidonic Acid (C20:4n6) 2.60 ± 1.911 1.18 ± 0.337

Cis-11,14-Elicosedienoic Acid (C20:2) 0.12 ± 0.014 0.16 ± 0.037

Cis-8,11,14-Elicosetrionic Acid (C20:3n6) 0.24 ± 0.136 0.09 ± 0.052

Cis-5,8,11,14,17-Elicosapentaenoic Acid (C22:6) 0.14 ± 0.107 0.05 ± 0.027

Cis-4,7,10,13,16,19-Docosahexaenoic Acid

(C22:6) 0.55 ± 0.479 0.20 ± 0.154

Keterangan: *) kadar lemak daging hasil analisis didapat dari Lab. IPB Terpadu

(24)

10

lemak tak jenuh jamak. Besarnya asam lemak-asam lemak tersebut berturut-turut mencapai 16.62%, 6.26%, 30.30%, dan 11.98%. Hasil analisis asam lemak daging entok disajikan pada Tabel 7. Asam lemak merupakan suatu asam monokarboksilat dengan rantai yang panjang. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon 4-24, memiliki gugus karboksil tunggal dan ujung hidrokarbon. Konsentrasi asam lemak tak jenuh Oleic acid dalam daging entok sangat tinggi. Kandungan lemak dan konsentrasi dari asam lemak yang terkandung pada daging dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pakan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kandungan asam lemak daging selain genetik. Kandungan lemak dari pakan yang dikonsumsi sangat memepengaruhi profil asam lemak pada daging entok. Parrado et al. konsentrasi oleic acid juga mencapai 30.20% pada daging entok yang diberi pakan soybean meal. Entok dalam penelitian ini dipelihara dengan sistem semi intensif dengan pemberian pakan yang rendah nutrisi sedangkan entok pada penelitian Ahmed et al. (1997) dipelihara secara intensif dengan susunan ransum yang berbeda. Hasil pada penelitian Aronal et al. (2012) didapati konsentrasi oleic acid 40%. Konsentrasi asam lemak daging yang tinggi dapat dipengaruhi oleh umur entok. Penelitian Aronal et al. (2012) menggunakan entok yang berumur 16 minggu sehingga kadar lemak dagingnya lebih tinggi. Oleic acid adalah asam lemak tak jenuh rantai tunggal yang merupakan asam lemak yang baik karena bekerja menurunkan LDL tanpa menurunkan kadar HDL darah, berbeda dengan asam lemak tak jenuh rantai jamak contohnya Linoleic acid yang lebih sensitif dan mudah teroksidasi sehingga dapat berubah menjadi asam lemak trans dan asam lemak jenuh yang kurang baik bagi kesehatan. Konsentrasi linoleic acid yang merupakan asam lemak tak jenuh rantai jamak tidak terlalu berbeda dengan penelitian yang dilakukan Aronal et al. (2012) sebesar 12.69% dan pada penelitian ini 11.98%.

Asam lemak jenuh bekerja menurunkan kadar HDL darah dan menaikkan kadar LDL darah, contohnya saja asam lemak stearic yang nantinya akan menyebabkan trombogenik atau pembekuan darah, hipertensi, kanker dan obesitas (Grundy 1997). Akan tetapi hal ini bisa dihindari dengan menurunkan kadar stearic dalam daging entok yaitu dengan menggorengnya sehingga akan terjadi oksidasi asam lemak. Umumnya kerusakan akibat oksidasi terjadi pada asam lemak tak jenuh, tetapi bila minyak dipanaskan pada suhu 100°C atau lebih, asam lemak jenuh pun dapat teroksidasi (Jacobsen 2004). Palmitic acid yang dikandung masih termasuk rendah apabila dibandingkan dengan penelitian mengenai daging entok yang konsentrasi palmitic acidnya mencapai 21.38%─22.61% dan untuk

pekin antara 20%─24% (Aronal 2012).

(25)

11

kasar yang terkandung dalam daging paha lebih besar dibandingkan lemak kasar pada daging bagian dada.

Daging Dada Daging Paha Daging Dada Daging Paha

Asam lemak jenuh (SFA) 22.7 23.5 34.40 -

Keterangan : Sumber konsentrasi asam lemak pemeliharaan intensif dengan menggunakan fish oil pada Schiavone et al. (2010)

SFA, MUFA, PUFA, Omega-3 dan Omega-6

Entok mengandung asam lemak tak jenuh (SFA) yang lebih tinggi dibanding itik yang mengandug asam lemak jenuh yang lebih bervariasi. Salma et al. (2007) menyatakan kardiovaskular dapat dihindari dengan menurunkan konsumsi dari asam lemak jenuh dan meningkatkan konsumsi dari asam lemak tak jenuh (UFA). Konsentrasi SFA pada daging entok jantan lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi UFA (Tabel 8), hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aronal et al. (2012). SFA pada daging entok jantan bagian paha lebih tinggi konsentrasinya dibandingkan dengan SFA yang dikandung daging ayam broiler dimana SFA pada bagian dada lebih tinggi konsentrasinya dibandingkan pada bagian paha (Ahn et al. 1995). SFA dapat meningkatkan risiko kardiovaskuler, sehingga saat ini masyarakat mulai memperbaikii nutrisi makanan yang dikonsumsi dengan mengurangi makanan yang mengandung SFA yang terlalu tinggi (Krauss et al. 2000).

(26)

12

lemak tak jenuh rantai tunggal yang terkandung pada daging ayam, yaitu 30.30% untuk daging entok dan 30.47% untuk daging ayam (Leonel et al. 2007).

Jumlah konsentrasi baik SFA, MUFA, PUFA, omega-3 dan omega 6 dari daging entok jantan pada penelitian ini adalah rendah. Apabila dibandingkan konsentrasi asam lemak daging entok pada penelitian yang dilakukan Schiavone

et al. (2010) lebih tinggi, bahkan konsentrasi MUFA dapat mencapai 40.87%. perbedaan ini dapat disebabkan karena sistem pemeliharaan intensif yang dilakukan dengan pemberian pakan yang tinggi nutrisi. Pakan yang dipakai pada penelitian Schiavone et al. (2010) menggunakan fish oil sebanyak 20 g kg-1. Fish oil yang diberikan mengandung asam lemak oleic acid sebesar 52%. Hasil ini menjelaskan bahwa sistem pemeliharaan dan pakan yang diberikan sangat mempengaruhi konsentrasi dari asam lemak yang dikandung daging entok. Konsentrasi asam lemak pada entok yang dipelihara secara intensif akan lebih tinggi, dengan pemberian pakan yang tinggi akan asam lemak tak jenuh.

Omega-3 sangat baik bagi tubuh dan merupakan bagian penting yang dibutuhkan baik untuk masa pertumbuhan dan orang dewasa (Simopoulus 1991). Telah banyak dilakukan penelitian untuk mempertahankan dan meningkatkan konsentrasi Linolenic acid (omega-3) dalam daging seperti memperbaiki pakan yang diberikan. Konsumsi omega-3 harus dipadukan dengan mengkonsumsi Linoleic acid atau omega-6 (Simopoulus 2000). Rasio atau perbandingan yang baik dari omega-6 dan omega-3 ini menurut Simopoulus (1991) adalah 4:1 sampai 5:1 dapat menurunkan mortalitas karena cardiovascular sebesar 70%. Rasio omega-6 dan omega-3 pada penelitian ini adalah 10:1. Untuk memperbaiki dan meingkatkan konsentrasi asam lemak tak jenuh dapat dilakukan perbaikan pakan. salah satunya adalah dengan pemberian pakan yang mengandung asam lemak yang baik contohnya fish meal dan fish oil. Ahmed et al. (1997) menyatakan dengan pemberian fish meal dapat meningkatkan omega-3 hingga 10%.

SIMPULAN

(27)

13

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed AE, Mona OB, Youssef AA, Ashraf SE. 1997. Effect of feeding Muscovy

ducklings different protein sources: performance, ∞-3 fatty acids content,

and acceptability of their tissues. JAOCS. 74: 999-1009.

Ahn DUFH, Wolfe, Sim JS. 1995. Dietary T-linolenic acid and mixed tocopherols and packaging influences on lipid stability in broiler chicken breast and leg muscle. J Food Sci. 60: 1013-1018.

Anggorodi HR. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of Analysis. Washington DC (US): Association of Official Analytical Chemists.

Aronal AP, Huda N, Ahmad R. 2012. Amino acid and fatty acid profiles of peking and Muscovy duck meat. Int J Poult Sci. 11(3):229-236.

Bambang S, Amri K. 1998. Beternak Itik Secara Intensif. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Dean. 2001. Nutrient Requirements of meat - Type ducks dalam Duck Production Science and world Practice. England (GB): University of New England

Grundy SM. 1997. What is the desirable ratio of saturated, polyunsaturated and monounsaturated fatty acids in the diet?. Am J Nutr. 66: 988-990.

Haqiqi SH. 2008. Mengenal Beberapa Jenis Itik Petelur Lokal. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Hu FB, Manson JE, Willet WC. 2001. Types of dietary fat and risk of coronary heart disease: a critical review. J Am Coll Nutr. 20: 5-19.

Jacobsen C. 2004. Developing Polyunsaturated Fatty Acids as Functional Ingredients. Arnoldi A, editor. Boca raton (US): CRC Pr.

Krauss RM, Eckel RH, Howard B,Appel LJ, Daniels SR, Deckelbaum RJ, Edman JW, Kris-Etherton P, Goldberg IJ, Kotchen TA. 2000. A statement for healthcare professionals from the nutrition committee of the American Health Association. 102:2284-2299.

Leonel FR, Oba A, Pelicano ERL, Zola NMBL, Boiago MM, Scatolini AM, Lima TMA, Souza PA, Souza HBA. 2007. Performance, carcass yield and qualitative characterictics of berast and leg muscles of broilers fed diets supplemented with vit E at different ages. Braz Poult Sci. 9:91-97.

Mohammed KB, Leclercq AA, El-Alaily H, Solaiman H. 1984. A comparative study of metabolisable energy in ducklings and domestic chicks. Austr J Agric. 33:857.

(28)

14

Ogah DM. 2009. Analysis of morphological traits of geographically separated population of indigenous muscovy duck (Cairina moschata). Int J Poult Sci. 8(2): 179-182.

Parrado J, Miramontes E, Jover M, Gutierrez JF, de Teran LC, Bautista J. 2006. Preparation of a rice bran enzymatic extract with potential use as functional food. Food Chemistry. 98: 742-748.

Raji AO, Igwebuike JU, Usman MT. 2009. Zoometrical body measurements and their relation with live weight in matured local muscovy ducks in Borno state Nigeria. J Agr Bio Sci. 4(3): 58-62.

Rose SP, 1997. Principles of Poultry Science. Inggris (GB): Cab International. Salma U, Miah AG, Maki T, Nishimura M, Tsuiji H. 2007. Effect of dietary

rhodobacter capsulatus on cholesterol concentration and fatty acid composition in broiler meat. Poult Sci. 86:1920-1926.

Schiavone A, Charini R, Marzoni M, Castillo A, Tassone S, Romboli I. 2007. Breast meat traits of Muscovy ducks fed on a microalga (Crypthecodinium cohnii) meal supplemented diet. Br Poult Sci. 48: 573-579.

Schiavone A, Marzoni M, Castillo A, Nery J, Romboli I. 2010. Dietary lipid sources and vitamin E affect fatty acid composition or lipid stability of breast meat from muscovy duck. Can J Anim Sci. 90: 371-378.

Simopoulos AP. 1991. Omega-3 fatty acids in health and disease and in growth and development. Am J Clin Nutr. 54: 438-463.

Simopoulos AP. 2000. Human requirement for n-3 polyunsaturated fatty acids.

Poult Sci. 79: 961-970.

Siregar AP, Coming RB dan Farrel DJ. 1982. The nutrition of meat type duck.

Austr J Agric. 33: 857-864.

Suksombat W, Boonmee T, Lounglawan T. 2007 Effects of various levels of conjugated linoleic acid supplementation on fatty acid content and carcass composition of broilers. Poult Sci. 86:318-324.

Wood JD, Richardson RI, Nute CR, Fisher AV, Campo MM, Kasapidou E, Sheard PR, Enser M. 2003. Effects of fatty acids on meat quality: A review. Meat Sci. 66: 21-32.

Wu L, Guo X, Fang Y. 2012. Effect of diet dilution ratio at early age on growth performance, carcass characteristics and hepatic lipogenesis of pekin ducks. Braz Poult Sci. 14: 43-49.

(29)

15

QUISIONER PENELITIAN PEMELIHARAAN ENTOK (Muscovy duck)

No Pertanyaan Jawaban

A KARAKTERISTIK USAHA

1 Apakah pemeliharaan entok merupakan usaha :

2 Berapa lama Anda sudah melakukan usaha peternakan?

3 Apa kendala dalam pemeliharaan ternak?

4 Apa ketertarikan saudara dalam memelihara entok?

5 Berapa umur entok yang dipasarkan

B KARAKTERISTIK TERNAK

6 Ada berapa jenis ternak yang dipelihara?

7 Berapa jumlah dan umur ternak yang dipunyai?

8 Warna dominan entok yang dipelihara

C PAKAN

9 Pakan entok 10 Bentuk pakan

11 Jenis bahan pakan tambahan dan jumlah pemberian

12 Bagaimana mendapatkan bahan pakan tambahan

13 Berapa jumlah pakan utama (komersil) yang diberikan dalam satu kali

pemberian/ekor?

14 Frekuensi pemberian pakan per hari 15 Kapan saja pemberian pakan dilakukan

dalam satu hari?

16 Diberikan pakan tambahan dalam bentuk

17 Berapa kira-kira biaya yang dikeluarkan untuk pakan per hari 18 Apakah jumlah pakan tambahan

dibedakan antara anak entok dan entok dewasa

E AIR MINUM

19 Bagaimana cara pemberian air minum?

(Ad libitumatauterbatas)?

20 Darimana sumber air minum ternak didapatkan?

21 Berapa jumlah air yang diberikan dalam satu kali pemberian/ekor? 22 Kapan saja tempat air minum

(30)

16

23 Apakah diberikan vitamin tambahan

F MANAJEMEN PEMELIHARAAN

24 Bagaimana pemeliharaan anak entok ? 25 Bagaimana pemeliharaan entok

dewasa ?

26 Apakah entok divaksin ? 27 Jumlah kematian anak entok ?

Jumlah kematian entok dewasa ? Apakah menetaskan entok sendiri ? Bagaimana caranya

G KARAKTERISTIK KANDANG

28 Apakah entok dikandangkan ? 29 Bagaimana kondisi kandang (lihat dan

ukur)

30 Apakah dibedakan / dicampur kandang untuk anak entok dan entok dewasa 31 Berapa jarak dari kandang kerumah? 32 Bagaimana penanganan limbah dari

peternakan Anda?

33 Apakah kandang dibersihkan?

H PENYAKIT

34 Apa penyakit entok yang sering terjadi ?

35 Bagaimana caramen cegah ternak Anda terserang penyakit?

36 Bagaimana cara menangani ketika ternak Anda terserang penyakit? 37 Apa jenis obat yang sering digunakan

untuk mengobati penyakit? 38 Bagaimana penanganan terhadap

ternak mati?

I PEMASARAN

39 Yang disukai masyarakat entok jantan atau entok betina dewasa, kenapa ... 40 Berapa umur entok yang biasanya

Dijual

41 Berapa bobot badan entok yang dijual dijual?

42 Berapa harga entok yang dijual

(31)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 23 April 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Bambang Rukyanto dan Ibu Siti Yuliah. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Semeru VII pada tahun 1998-2004. Pendidikan dilanjutkan di SMPN 6 Bogor pada tahun 2004-2007 kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Bogor pada tahun 2007-2010.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian

Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama kuliah penulis pernah menjadi anggota dalam Lembaga kemahasiswaan BEM Fapet dan HIMASITER . Kemudian menjadi bagian kepanitiaan di beberapa kegiatan Fakultas Peternakan diantaranya Fapet Show Time 2011, Dekan Cup 2012,MPF 2012 dan lain-lain.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Dwi Margi Suci, MS dan Dr Ir Rita Mutia, MAgr selaku pembimbing skripsi atas segala bimbingan, kesabaran, dukungan, sumbangan ide dan materi yang telah diberikan. Kepada Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku dosen pembahas seminar dan panitia seminar pada tanggal 18 Juli 2014. Terima kasih juga pada penelitian unggulan perguruan tinggi lintas fakultas dengan dana BOPTN 2013 yang telah mendanai penelitian ini.

Gambar

Tabel 1  Identitas responden peternak di Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan berdasarkan umur
Tabel 2  Identitas responden petani peternak di Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Cigombong, Kecamatan Tenjolaya, dan Kecamatan Pamijahan berdasarkan pekerjaan utama
Tabel 4  Kandungan nutrisi pakan pada 6 peternakan tradisional
Tabel 7  Kandungan asam lemak daging dada dan paha entok jantan umur 8 minggu dari 6 sampel peternak
+2

Referensi

Dokumen terkait

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

[r]

Ibnu Taimiyyah menguraikan, “Mencaci adalah penghinaan dan pelecehan sementara tunduk kepada perintah berarti memuliakan dan menghargai, maka mustahil qalbu menghina

Berdasarkan karakteristik fisik (pH, daya sebar, viskositas), aseptabilitas dan efektivitas sediaan cream perasan jeruk nipis dari ketiga formula yang dibuat,

Tenaga kerja yang ada di dalam setiap rumahtangga merupakan tenaga kerja potensial yang sebelum adanya proyek LNG Tangguh bekerja di sektor informal seperti kegiatan

responden dalam penelitian ini 13 orang 5,2 persen memiliki pengetahuan baik dan 4 orang 1,6 persen memiliki pengetahuan sangat baik, dan 23 orang 9,2 persen

Tidak hanya berperan sebagai dosen dan pembimbing yang baik, namun dapat memposisikan diri sebagai kawan yang baik karena senantiasa membukakan pintu sewaktu penulis

Pembimbing penulisan skripsi saudari Ninik Nirma Zunita, NIM 07210062, Mahasiswa Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana