• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbaikan Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. melalui Pemupukan dengan Teknik Semprot di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbaikan Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. melalui Pemupukan dengan Teknik Semprot di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, DKI Jakarta"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN PERTUMBUHAN

Rhizophora mucronata

Lamk.

MELALUI PEMUPUKAN DENGAN TEKNIK SEMPROT DI

KAWASAN JALUR HIJAU TOL SEDYATMO ANGKE

KAPUK, DKI JAKARTA

TRI SUSANTI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbaikan Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. melalui Pemupukan dengan Teknik Semprot di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Tri Susanti

NIM E44100024

(4)
(5)

ABSTRAK

TRI SUSANTI. Perbaikan Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. melalui Pemupukan dengan Teknik Semprot di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, DKI Jakarta. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA dan SRI WILARSO BUDI R.

Pemupukan merupakan salah satu perlakuan silvikultur untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemberian pupuk daun dengan teknik semprot terhadap pertumbuhan tanaman bakau (R. mucronata Lamk.). Pemberian pupuk dan pengukuran parameter dilakukan satu kali dalam satu minggu dengan lama pengamatan 12 minggu. Parameter yang digunakan yaitu pertambahan dimensi diameter batang dan tinggi tanaman, serta kandungan unsur hara sebelum dan sesudah pemupukan. Perlakuan yang diberikan digolongkan berdasarkan perbedaan konsentrasi pupuk dan kontrol. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan diameter batang dan tinggi tanaman bakau. Secara umum kandungan unsur hara daun tidak jauh berbeda baik sebelum maupun sesudah pemupukan. Hal tersebut menggambarkan bahwa pemberian pupuk daun selama 12 minggu pada berbagai konsentrasi yang dicobakan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman bakau.

Kata Kunci: pupuk daun, rehabilitasi, Rhizophora mucornata, teknik semprot

ABSTRACT

TRI SUSANTI. Improving growth of Rhizophora mucronata Lamk. by Leaves Fertilizer with Spray Technique at Green Belt Area of Sedyatmo Highway Angke Kapuk, Province of DKI Jakarta. Supervised by CECEP KUSMANA and SRI WILARSO BUDI R.

Fertilization is one of silvicultural treatments to improve plant growth. The purpose of this research is to study the effect of leaves fertilizer with spray technique on the growth of mangrove plant (R. mucronata Lamk.). Fertilization and parameter measurement were done weekly for 12 weeks. Observed parameters were stem diameter and plant height, as well as leaf nutrient content before and after treatments. Treatments were classified based on differences in the concentration of fertilizer. The result of analysis of variance showed that the leaves fertilizer application did not significantly affect to the growth of stem diameter and plant height. Moreover the nutrient content before and after treatments were not different among concentration of fertilizers. This results showed that the application of fertilizers for 12 weeks at any concentration did not significantly affect the growth of mangrove plants.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERBAIKAN PERTUMBUHAN

Rhizophora mucronata

Lamk.

MELALUI PEMUPUKAN DENGAN TEKNIK SEMPROT DI

KAWASAN JALUR HIJAU TOL SEDYATMO ANGKE

KAPUK, DKI JAKARTA

TRI SUSANTI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Perbaikan Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. melalui Pemupukan dengan Teknik Semprot di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, DKI Jakarta

Nama : Tri Susanti NIM : E44100024

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS Pembimbing I

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R., MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian dengan judul “Perbaikan Pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. melalui Pemupukan dengan Metode Semprot di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, Jakarta” dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Juli 2014. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji pengaruh perlakuan pemupukan dengan konsentrasi yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan R. mucronata Lamk. dengan Teknik semprot.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS dan Bapak Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R., MS selaku pembimbing. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Dinas Kelautan dan Pertanian, Provinsi DKI Jakarta, Bapak Karsa beserta staf atas perizinan dan fasilitas yang telah diberikan dalam pelaksanaan penelitian, serta Faridah Lestari yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, dan adik-adik (Sri Wulandari dan Amelia Azzahrah), atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar Departemen Silvikultur, BKIM (Badan Kerohanian Islam Mahasiswa), dan teman-teman Silvikultur 47.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Hipotesis 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 7

Waktu dan Tempat 7

Bahan dan Alat 7

Prosedur Kerja 8

Analisis Data 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Pembahasan 13

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18

(14)

DAFTAR TABEL

1 Deskripsi umum kenampakan gejala-gejala kekahatan sejumlah hara 5 2 Hasil analisis kandungan hara tanah di lokasi penelitian 10 3 Besar riap diameter batang tanaman bakau berikut hasil ANOVA-nya 11 4 Besar pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman bakau berikut hasil

ANOVA-nya 12

5 Hasil analisis kandungan hara pada daun tanaman bakau 13

DAFTAR GAMBAR

1 Denah lokasi penelitian di Kawasan Hutan Angke Kapuk, DKI Jakarta 7

2 Objek penelitian 8

3 Laju pertambahan diameter batang rata-rata tanaman bakau 11 4 Laju pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman bakau 12

5 Perubahan fisiologis tanaman P4 15

6 Gangguan hama pada tanaman bakau 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji normalitas data diameter batang tanaman bakau 18

2 Hasil uji normalitas data tinggi tanaman bakau 19

3 Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan diameter 20 4 Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi 20

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mangrove merupakan salah satu tipe ekosistem hutan dengan karakteristik khas berupa keberadaannya yang langsung dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan hampir selalu digenangi air laut. Kondisi tersebut menjadikan mangrove sebagai ekosistem yang memiliki beragam peranan penting, salah satunya yaitu menjaga kestabilan ekosistem laut dan daratan.

Peranan penting tersebut baru disadari setelah berbagai dampak merugikan dirasakan di berbagai tempat akibat hilangnya mangrove. Menurut Aksornkoae (1993) dalam Noor et al. (2006), pemanfaatan tidak berkelanjutan serta pengalihan peruntukan menjadi penyebab terjadinya peningkatan hilangnya sumberdaya mangrove hampir di seluruh dunia. Menurut laporan Kementrian Kelautan dan Perikanan (2012), sekitar 60% dari total hutan mangrove di wilayah pesisir di Indonesia yang luasnya sekitar 4.3 juta hektare mengalami kerusakan.

Peranan mangrove yang sangat penting dan mulai disadari pada akhir-akhir ini mendorong berbagai pihak untuk melakukan rehabilitasi mangrove. Upaya rehabilitasi mangrove telah dilakukan oleh banyak pihak dan salah satunya yaitu kerjasama antara PT United Tractors Tbk (AHEME Groups), Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, dan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove yang berlokasi di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, DKI Jakarta.

Jenis mangrove yang ditanam dalam upaya rehabilitasi kali ini berupa bakau (Rhizophora mucronata), api-api (Avicennia marina), dan pedada (Sonneratia caseolaris) yang ditanam dalam guludan. Setiap guludan menunjukkan adanya pertumbuhan yang tidak normal termasuk di antaranya bakau, bahkan untuk jenis pedada sudah mengalami kematian total dan hanya menyisakan guludan kosong. Gejala-gejala kekahatan yang muncul pada jenis bakau di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, Jakarta yaitu daun menguning, mengkerut, klorosis, dan beberapa tanaman mengalami kematian.

(16)

2

Penelitian ini mengamati respon pertumbuhan tanaman mangrove R. mucronata Lamk. di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, Jakarta dengan pemberian pupuk melalui teknik semprot.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pemberian pupuk daun organik dan anorganik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anakan bakau?

2. Berapakah jumlah konsentrasi pupuk terbaik yang dapat memberikan hasil optimal dalam pertumbuhan anakan bakau?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pupuk daun organik dan anorganik dengan konsentrasi berbeda melalui teknik semprot terhadap pertumbuhan R. mucronata Lamk.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengetahui jenis pupuk dan konsentrasinya yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan semai bakau.

Hipotesis

Adanya signifikansi pertumbuhan anakan R. mucronata Lamk. akibat pemberian pupuk.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengukuran diameter batang dan tinggi anakan bakau serta analisis unsur hara daun anakan bakau tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem hutan mangrove. Ekosistem mangrove adalah kesatuan antara komunitas vegetasi mangrove yang berasosiasi dengan fauna dan mikro organisme sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang pantai terutama di daerah pasang surut, laguna, muara sungai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir dalam membentuk keseimbangan lingkungan hidup yang berkelanjutan (Peraturan Presiden RI 2012). Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara ekosistem daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai fungsi spesifik yang keberlangsungannya bergantung pada dinamika yang terjadi di ekosistem daratan dan lautan (Kusmana 2009).

(17)

3 abiotik. Faktor biotik meliputi flora dan fauna serta hubungan yang terjadi di dalamnya. Faktor abiotik merupakan syarat utama terbentuknya hutan mangrove yaitu suhu udara, substrat lumpur, daerah payau, arus air laut, perlindungan, air garam, dan tepi laut yang dangkal.

Karakteristik ekosistem mangrove yang khas menjadikan jenis-jenis yang tumbuh di dalamnya melakukan adaptasi yang juga khas. Secara umum, adaptasi vegetasi mangrove adalah sebagai berikut (Kustanti 2011):

1. Terhadap kadar oksigen rendah, yaitu dengan perakaran yang khas. Akar mangrove berbentuk cakar ayam yang mempunyai pneumatofora untuk mengambil oksigen dari udara, serta akar bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel.

2. Terhadap kadar garam tinggi, yaitu dengan memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam, berdaun tebal dan kuat untuk mengatur keseimbangan garam, serta daun yang memiliki stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

3. Terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut, yaitu dengan mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar untuk memperkokoh pohon dan mengambil unsur hara serta sedimen.

Mangrove sendiri merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan (renewable resources) yang menyediakan berbagai jenis produk (produk langsung dan produk tidak langsung) dan pelayanan lindungan lingkungan seperti proteksi terhadap abrasi, pengendali intrusi air laut, mengurangi tiupan angin kencang, mengurangi tinggi dan kecepatan arus gelombang, rekreasi, dan pembersih air dari polutan (Kusmana 2009).

Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.). Tanaman jenis ini merupakan salah satu jenis mangrove yang tergolong ke dalam kelompok mayor (vegetasi dominan). Kelompok mayor merupakan komponen yang memperlihatkan karakter morfologi, seperti mangrove yang memiliki sistem perakaran udara dan mekanisme fisiologi khusus untuk mengeluarkan garam agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan (Kustanti 2011).

Berikut taksonomi dari tanaman bakau ini secara lengkap: Divisi : Spermatophyta

Spesies : Rhizophora mucronata

(18)

4

Tanaman jenis ini juga dikenal dengan nama lain yaitu bangka itam, dongoh korap, bakau hitam, bakau merah, jankar, lenggayong, belukap, dan lolaro. Adapun penyebarannya di dunia yaitu Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Manfaat yang dapat diperoleh dari R. mucronata Lamk. berupa kayu yang digunakan untuk bahan bakar dan arang, tannin dari kulit kayu yang biasa digunakan untuk pewarnaan dan terkadang digunakan juga untuk obat hematuria (Noor et al. 1999).

Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. Tanah didefinisikan sebagai tubuh alam yang memiliki sisitem tiga fase yang mengandung air, udara, bahan-bahan mineral dan bahan organik serta jasad-jasad hidup, yang diakibatkan oleh pengaruh berbagai faktor lingkungan terhadap permukaan bumi dan kurun waktu yang lama membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri khas sehingga berperan sebagai tempat tumbuh bermacam-macam tanaman. Tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui beberapa faktor yaitu suhu, air, udara, dan unsur-unsur hara. Keempat faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan sesamanya (Hakim et al. 1986).

Kapasitas tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman relatif terbatas dan sangat tergantung dari sifat dan ciri tanah tersebut. Hal ini menunjukkan eratnya kaitan antara pertumbuhan tanaman dengan kondisi kesuburan tanah sebagai media tumbuh (Munawar 2011).

Menurut Foth dan Ellis (1997) dalam Munawar (2011) kesuburan tanah didefinisikan sebagai status suatu tanah yang menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi racun dari unsur manapun. Tanaman akan mengabsorpsi unsur hara dalam bentuk ion yang terdapat di sekitar daerah perakaran. Unsur-unsur ini harus berada dalam bentuk tersedia dan dalam konsentrasi optimum bagi pertumbuhan.

Berdasarkan kebutuhannya bagi tanaman, unsur hara dapat digolongkan menjadi unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar (0.1%-5%) yang meliputi C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg. Unsur hara mikro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah lebih kecil yakni kurang dari 0.025% meliputi Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, B, dan Cl. Pengecualian terhadap Cl yang tergolong dalam unsur mikro namun konsentrasinya dalam jaringan tanaman sebesar unsur hara makro (Munawar 2011).

Selain faktor tempat tumbuh, pertumbuhan sebuah tanaman juga dipengaruhi oleh kemampuan tanaman itu sendiri untuk menyerap hara. Hal tersebut juga biasa disebut nutrisi tanaman. Menurut Munawar (2011) nutrisi tanaman mengacu kepada bagaimana tanaman mendapatkan, menyebarkan, dan menggunakan unsur-unsur hara dalam berbagai proses dan reaksi yang berlangsung di dalam tanaman bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(19)

5 unsur hara esensial yang jumlahnya paling sedikit, meskipun unsur-unsur lainnya berada dalam jumlah yang cukup. Jika unsur hara yang kahat tersebut ditambahkan, pertumbuhan tanaman dapat meningkat sampai dengan pasokan unsur tersebut tidak menjadi faktor pembatas. Penambahan unsur di atas titik batas tersebut tidak dapat membantu, karena unsur yang lain menjadi minimum dan menjadi faktor pembatas” (Munawar 2011).

Menurut Tisdale et al. (1990) dalam Munawar (2011) gejala kekahatan hara dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) gagal pada tahap pembibitan, (b) pertumbuhan kerdil, (c) gejala daun spesifik yang tampak berkali-kali sepanjang musim, (d) abnormalitas internal, (e) kemasakan tertunda, (f) perbedaan hasil yang sangat nyata dengan atau tanpa gejala daun, (g) kualitas tanaman jelek, dan (h) perbedaan hasil yang terdeteksi dengan percobaan hati-hati.

Beberapa ciri kekahatan sejumlah unsur hara menurut Jones (1998) dalam Munawar (2011) disajikan pada Tabel 1.

Tabe1 1 Deskripsi umum kenampakan gejala-gejala kekahatan sejumlah hara Hara Kenampakan gejala-gejala kekahatan

Nitrogen (N) Klorosis seluruh tanaman; dimulai dari daun-daun tua yang akhirnya berubah menjadi warna coklat dan mati. Pertumbuhan tanaman lambat, tanaman akan kerdil, dan akan masak lebih awal.

Fosforus (P) Daun berwarna hijau tua, daun atau tangkai berwarna kemerahan atau keunguan yang dimulai dari daun-daun tua, terutama sisi bawah daun.

Kalium (K) Daun-daun tua klorotik dan nekrotik di dekat pinggiran daun atau terbakar atau menunjukkan klorosis di antara tulang-tulang daun. Tanaman akan mudah rebah dan peka terhadap serangan

Kalsium (Ca) Titik-titik tumbuh tanaman gagal tumbuh, daun berubah menjadi coklat dan mati. Pada buah-buahan ditandai dengan buah yang tidak normal.

Magnesium (Mg) Adanya klorosis di pinggiran atau antar tulang daun tua, daerah hijau pada tanaman berkayu berkembang seperti kenampakan anak panah; biasanya dimulai dari daun tua.

Tembaga (Cu) Pertumbuhan akan lambat dan tanaman kerdil dengan kerusakan pada daun-daun muda dan kematian titik-titik tumbuh; daun-daun sempit dan tergulung.

Besi (Fe) Klorosis antar tulang daun akan terjadi pada daun-daun yang sedang mekar dan daun-daun muda dengan akhir berwarna daun keputihan pada pertumbuhan baru.

(20)

6

Molibdenum (Mo) Gejalanya sering kali mirip dengan kekahatan N. Daun-daun tua dan setengah tua menjadi klorosis terlebih dahulu, dan dalam kondisi tertentu pinggiran daun menggulung dan pertumbuhan serta pembentukan bunga terhambat.

Seng (Zn) Daun-daun bagian atas menunjukkan klorosis dan akhirnya memutih. Daun-daunnya kecil dan bergerombol tidak normal. Klorin (Cl) Daun-daun mengalami klorosis dan bahkan nekrosis.

Perbaikan pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan adalah suatu perkembangan yang progresif dari suatu organisme. Adapun pengukuran terhadap pertumbuhan dapat dinyatakan dalam berat kering, panjang, tinggi ataupun diameter batang. Ketika terdapat kekahatan hara pada sebuah tanaman maka pertumbuhan dari tanaman tersebut tidak akan normal, sehingga dibutuhkan perlakuan lebih untuk mendukung pertumbuhan dari tanaman tersebut. Salah satu upaya perbaikan pertumbuhan tanaman dapat ditempuh melalui penambahan hara yang menjadi faktor pembatas dari tanaman tersebut yaitu melalui pemupukan.

Pada umumnya terdapat tiga cara penggunaan pupuk baik pupuk padat maupun pupuk cair, yaitu (1) ditaburkan secara merata di atas permukaan tanah, (2) ditempatkan di dalam lubang atau secara larikan, (3) diberikan melalui daun, dalam hal ini pemupukan dilakukan dengan cara penyemprotan larutan hara melalui daun (Hakim et al. 1986).

Mekanisme serapan unsur hara melalui daun dan pupuk daun. Sel-sel yang berperan di dalam mekanisme serapan unsur hara melalui daun adalah epidermis, sel penjaga, stomata, mesofil, dan seludang pembuluh. Apabila pupuk disemprotkan ke daun maka timbul lapisan kutikula yang melapisi epidermis dan bulu daun. Kutikula adalah lapisan kutin dan berlemak. Lapisan ini membuat epidermis menjadi tebal dan sangat tidak permiabel terhadap air. Pupuk yang disemprotkan masuk ke dalam stomata melakukan proses difusi dan selanjutnya masuk ke dalam sel-sel penjaga, mesofil maupun seludang pembuluh dan selanjutnya berperan dalam fotosintesis. Mekanisme serapan terjadi secara aktif. Di samping itu, pupuk yang disemprotkan ke daun diduga dapat pula langsung masuk ke dalam sel epidermis melalui ektodesmata (Agustina 2004).

Kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Keuntungan menggunakan pupuk daun antara lain respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar. Besarnya konsentrasi pupuk daun dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan ke dalam volume air (Novizan 2007).

(21)

7

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo Angke Kapuk, DKI Jakarta selama empat bulan (April sampai Juli 2014). Kegiatan survey informasi awal dilakukan pada bulan Oktober 2013, untuk mengetahui kondisi tanaman yang akan digunakan dalam penelitian dan pengambilan sampel tanah dalam rangka analisis ketersediaan unsur hara. Denah lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Denah lokasi penelitian di Kawasan Hutan Angke Kapuk, DKI Jakarta

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk daun anorganik dengan merek dagang Bayfolan, pupuk daun organik dengan merek dagang Nutrizim, dan tanaman bakau (R. mucronata Lamk.) berumur 2 tahun dengan kondisi tanaman yang menunjukkan adanya kekurangan unsur hara seperti daun menguning, dan klorosis (Gambar 2). Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur 1 L, meteran 100 m, pipet ukur, sprayer, benang, label, tally sheet, alat tulis, caliper, kamera, software Ms. Excel 2013 dan

Minitab 16.

Kawasan Jalur Hijau Tol Sedyatmo (Lokasi Penelitian)

U

(22)

8

Gambar 2 Tanaman bakau, (a) Papan info terkait penanaman bakau dan (b) Tanaman bakau dengan daun yang menguning

Prosedur Kerja

Pemilihan dan pengambilan sampel tanah pada lokasi penelitian. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan ketersediaan tanaman yang menunjukkan adanya kekurangan unsur hara seperti daun menguning dan klorosis. Setelah ditetapkan lokasi dan tanaman yang akan dijadikan objek penelitian, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel tanah secara komposit dengan kedalaman tanah 15-20 cm.

Analisis ketersediaan unsur hara dalam daun. Pada penelitian ini dilakukan analisis kandungan hara daun sebelum dan setelah diberikan pemupukan.

Pemberian perlakuan. Pemberian pupuk sesuai label perlakuan dengan cara menyemprotkan pupuk langsung ke permukaan daun bagian bawah yang memiliki jumlah stomata lebih banyak dibandingkan permukaan atas daun, secara keseluruhan dengan frekuensi satu minggu satu kali. Pemberian pupuk dilakukan secara berulang dengan konsentrasi yang berbeda sesuai konsentrasi yang telah ditentukan.

Parameter yang diamati. Paramater yang diamati dalam penelitian ini berupa diameter batang, tinggi tanaman, dan kandungan hara dalam daun. Pengukuran diameter batang dan tinggi tanaman diamati satu minggu sekali setelah pemberian perlakuan. Adapun analisis kandungan hara dalam daun dilakukan di akhir pengamatan.

Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan kaliper di atas batas antara propagul dengan batang semai R. mucronata Lamk. Kekonsistenan pengukuran diameter batang ditandai dengan goresan permanent

marker pada batas pengukuran diameter batang yang telah ditentukan. Adapun untuk pengukuran tinggi tanaman, pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran mulai dari batas antara propagul hingga titik tumbuh pucuk tanaman (dominansi apikal).

Rancangan Percobaan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor perlakuan adalah konsentrasi pupuk. Intensitas Sampling (IS) yang dipakai pada penelitian ini adalah sebesar 10% dari total populasi sebanyak 600 tanaman. Dengan demikian contoh anakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 tanaman dan ditambah dengan kontrol sebanyak 10 tanaman. Perlakuan dilakukan pada 10 tanaman masing-masing dengan konsentrasi yang berbeda. Desain plot didasarkan pada jumlah perlakuan dan

(23)

9 pemberian label perlakuan dilakukan secara acak dengan jumlah pengulangan sepuluh kali.

Jenis pupuk yang diujikan dalam penelitian ini berupa pupuk jenis organik dan anorganik. Adapun konsentrasi pupuk yang digunakan berbeda antar pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik menggunakan konsentrasi 2 ml L-1,

4 ml L-1, dan 6 ml L-1. Sedangkan untuk pupuk anorganik digunakan konsentrasi sebesar 3 ml L-1, 6 ml L-1, dan 9 ml L-1. Masing-masing tanaman menerima pupuk daun sebanyak 10 kali semprot dengan pengaturan nozle yang kencang sehingga butiran cairan pupuk yang keluar cukup halus.

Analisis Data

Uji Normalitas Data. Uji normalitas data merupakan langkah pertama yang dilakukan sebelum dilanjutkan dengan sidik ragam terhadap data yang didapat. Uji normalitas dilakukan untuk mengtahui sebaran normal data penelitian. Menurut Nugiantoro et al. (2009), keadaan data berdistribusi normal merupakan sebuah persyaratan yang harus terpenuhi. Apabila data tidak berdistribusi normal, sebagai konsekuensinya, tidak dapat digarap dengan rumus statistik. Kepastian terpenuhinya syarat normalitas akan menjamin dapat dipertanggungkannya langkah-langkah analisis statistik selanjutnya sehingga kesimpulan yang diambil juga dapat dipertanggungjawabkan. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan Software Minitab 16 pada taraf kepercayaan 95%. Apabila data yang didapat tidak berdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan transformasi data terlebih dahulu untuk menormalkan data. Metode yang digunakan untuk penormalan data yaitu SQRT (x) atau akar kuadrat.

Sidik Ragam. Analisis data untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan diameter batang dan tinggi tanaman bakau dilakukan dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) pada taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2013 dan Software Minitab 16. Apabila terdapat perbedaan nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95%. Model Percobaan Satu Faktor dalam Rancangan Acak Lengkap yang digunakan untuk penelitian ini yaitu:

Yij = μ + τi + ij dengan:

Yij = pengamatan pada perlakuan konsentrasi pupuk ke-i, dan ulangan

ke-j;

μ = nilai rata-rata umum;

τi = pengaruh perlakuan ke-i;

εij = pengaruh galat yang timbul dari taraf perlakuan ke-I pada ulangan

(24)

10 Kandungan Unsur Hara Tanah di Guludan

Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi ketersediaan unsur hara dalam tanah pada guludan yang merupakan tempat tumbuh tanaman bakau. Hasil analisis tanah pada guludan ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil analisis kandungan unsur hara dalam tanah guludan

Kejenuhan Basa 100.00 Sangat Tinggi

N KCl (me/100g) Al tr Sangat Tinggi

Keterangan: Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.

*Sumber: Hardjowigeno (1995).

(25)

11 dapat dilihat pada Lampiran 5. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab harus dilakukannya penambahan unsur hara guna mendukung pertumbuhan anakan bakau.

Pertumbuhan Diameter Batang

Uji normalitas data yang dilakukan menunjukkan bahwa data diameter batang yang didapatkan dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal, sehingga perlu dilakukan transformasi data untuk mendapatkan data normal. Hasil penormalan data dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil sidik ragam dari pertumbuhan diameter batang tanaman bakau dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Besar riap diameter batang tanaman bakau berikut hasil ANOVA-nya

No Perlakuan

Rata-rata Pertumbuhan Riap Diameter Batang

(mm/ 12 minggu)

P-value dengan ANOVA

1 P0 1.18

0.160tn

2 P1 1.58

3 P2 1.12

4 P3 0.86

5 P4 0.91

6 P5 0.81

7 P6 1.39

tn = Tidak berpengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemupukan melalui daun yang dilakukan dalam beberapa macam konsentrasi tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman bakau. Data sidik ragam secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun laju pertumbuhan diameter batang tanaman bakau dapat dilihat pada Gambar 3.

(26)

12

Gambar 3 menunjukkan laju pertambahan diameter dari minggu ke minggu mengalami peningkatan. Peningkatan dialami oleh semua perlakuan termasuk kontrol dan tidak menunjukkan sebuah perbedaan yang nyata.

Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Sama seperti data diameter batang, data tinggi tanaman bakau yang didapatkan pada penelitian ini juga tidak berdistribusi normal, sehingga dilakukan transformasi data untuk mendapatkan data normal. Hasil penormalan data tinggi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil sidik ragam dari pertumbuhan tinggi tanaman bakau dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Besar pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman bakau berikut hasil ANOVA-nya

No Perlakuan

Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm/ 12 minggu)

PV dengan ANOVA

1 P0 5.59

0.652tn

2 P1 5.78

3 P2 5.21

4 P3 6.62

5 P4 3.78

6 P5 5.41

7 P6 5.83

tn = tidak berpengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%.

Sama seperti pertumbuhan diameter batang, Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa pemupukan melalui daun yang dilakukan dalam beberapa macam konsentrasi tidak juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bakau. Data sidik ragam secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Adapun laju pertumbuhan tinggi tanaman bakau dapat dilihat pada Gambar 4.

(27)

13 Gambar 4 menunjukkan laju pertumbuhan tinggi rata-rata tanaman bakau dari minggu ke minggu selama 12 minggu dan menunjukkan adanya pertumbuhan tinggi pada semua perlakuan konsentrasi pupuk termasuk pada perlakuan kontrol. Gambar 4 juga menunjukkan bahwa peningkatan pertumbuhan antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya tidak jauh berbeda kecuali pada perlakuan pupuk daun anorganik dengan konsentrasi 9 ml L-1, dimana peningkatan yang terjadi cukup jauh dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan kondisi terbalik terdapat pada perlakuan pupuk daun organik dengan konsentrasi 2 ml L-1. Pada

Gambar 4 juga dapat terlihat peningkatan secara teratur dimulai pada minggu ke 9 untuk P3.

Kandungan Hara Daun Sebelum dan Sesudah Pemupukan

Selain diameter batang dan tinggi tanaman bakau, dilakukan analisis kandungan beberapa jenis unsur hara sebelum dan sesudah pemupukan dengan tujuan melihat perubahan unsur hara yang terkandung dalam daun tanaman bakau. Pemilihan jenis unsur hara didasarkan pada jenis-jenis hara yang terkandung dalam pupuk yang diberikan ke tanaman. Hasil analisis kandungan beberapa jenis unsur hara tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kandungan unsur hara pada daun sebelum dan sesudah pemupukan Jenis

**Berdasarkan Hasil Uji Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas

Pertanian IPB.

Tabel 5 menunjukkan hasil analisis kandungan beberapa hara yang terkandung dalam pupuk daun yang diberikan dalam daun pada masing-masing sampel daun per pelakuan. Dalam Tabel 5 tersebut terlihat kandungan beberapa unsur hara yang menurun setelah diberikan perlakuan seperti N, K, Fe, dan Zn. Namun untuk beberapa lainnya seperti Mn kandungannya dalam daun meningkat berkali-kali lipat dari sebelum perlakuan. Baik hasil sebelum maupun sesudah perlakuan tetaplah tinggi jika dibandingkan dengan kriteria pada penelitian yang pernah juga dilakukan sebelumnya untuk jenis N, P, dan K.

Pembahasan

(28)

14

Ketersediaan unsur hara dalam tanah sebagai bahan makanan bagi tanaman merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Ketika ketersediaan unsur hara itu sedikit maka akan menghambat perkembangan tanaman. Kurangnya pasokan bahan makanan tersebut dapat di atasi dengan menambahkan pupuk sebagai pengganti bahan makanan yang kurang tersebut. Pemberian pupuk dapat dilakukan melalui tanah untuk kemudian diserap oleh akar atau bisa juga melalui cairan yang langsung diberikan melalui daun.

Daun sebagai salah satu organ penting dalam tanaman, di dalamnya terjadi proses pengolahan bahan makanan mentah yang kemudian diubah menjadi makanan bagi tanaman tersebut guna mendukung proses pertumbuhan tanaman. Penambahan unsur hara melalui daun dapat dilakukan dengan hara dalam bentuk cairan yang disemprotkan ke permukaan daun. Unsur hara yang masuk melalui stomata pada permukaan daun akan langsung digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis.

Pada penelitian ini, pupuk yang digunakan yaitu pupuk cair organik dan anorganik. Pada prinsipnya perbedaan terdapat pada proses pembuatannya, pupuk cair organik dibuat dari bahan-bahan alami sedangkan pupuk cair anorganik dibuat dari sintesa senyawa kimia. Pupuk cair organik yang digunakan mengandung Karbon Organik 8.28%, Nitrogen (N) 3.02%, P2O5 (P) 3.48%, K2O

(K) 3.17%, dan beberapa unsur mikro. Pupuk cair anorganik yang digunakan mengandung Nitrogen (N) 11%, P2O5 (P) 8%, K2O (K) 6% dan beberapa

kandungan unsur mikro. Terlihat dari komposisi pada masing-masing pupuk, pupuk cair anorganik memiliki unsur makro berupa N, P, dan K yang cukup tinggi namun tidak mengandung Karbon Organik, berbeda dengan pupuk cair organik yang justru memiliki kandungan unsur makro yang relatif rendah tetapi memiliki kandungan karbon organik. Selain perbedaan dasar pada saat pembuatannya, pemilihan jenis pupuk juga didasarkan pada prinsip ramah lingkungan. Hal ini seiring dengan gencarnya isu pertanian organik yang sedang diangkat, masyarakat didorong untuk ikut berkontribusi dalam perbaikan lingkungan khususnya pada kualitas tanah dan salah satunya yaitu dengan mengunakan pupuk organik baik padat maupun cair.

Khusus daun bakau terdapat perbedaan jika dibandingkan dengan daun pada umumnya. Bakau memiliki daun dengan kandungan air yang tinggi dan stomata yang khusus pada beberapa jenisnya. Hal tersebut merupakan bentuk adaptasi terhadap air yang mengandung kadar garam yang tinggi (Onrizal 2005). Pemupukan melalui daun ini dirasa tepat untuk diaplikasikan pada ekosistem mangrove yang memiliki permukaan tanah yang selalu tergenang dan dalam kasus ini sangat mudah ditemui pada tanaman-tanaman bakau yang ditanam dengan menggunakan metode penanaman dalam guludan.

(29)

15

a b

Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman yang jauh hanya terjadi pada minggu pertama, sehingga menghasilkan garis yang lebih rendah namun dengan pola sama dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi kekahatan hara yang cukup parah pada contoh tanaman P4. Kekahatan hara yang cukup parah tersebut nampak pada daun-daun muda. Menurut Marschner (1995) dalam Liferdi dan Poerwanto (2011), daun muda berfungsi sebagai source untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhannya, sehingga hara yang diterima oleh tanaman diduga akan terlebih dulu digunakan oleh daun muda tersebut untuk melakukan perbaikan. Contoh tanaman tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 yang menunjukkan perubahan secara fisiologis tanaman bakau yang terjadi setelah tanaman diberikan perlakuan. Perubahan fisiologis terjadi pada daun muda dan hal tersebut sesuai dengan teori yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini diduga menjadi faktor pengalihan hara yang seharusnya didapatkan untuk pertambahan diameter batang dan tinggi tanaman.

Gambar 5 Perubahan fisiologis tanaman P4: (a) Kondisi daun sebelum diberi pemupukan dan (b) setelah diberi pemupukan

Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan konsentrasi pupuk tidak berpengaruh nyata baik pada parameter diameter batang maupun tinggi tanaman bakau. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberikan pupuk daun sampai konsentrasi tertinggi dalam penelitian ini yaitu 9 ml L-1 pada pupuk daun anorganik dan 6 ml L-1 pada pupuk daun organik belum menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan kontrol. Perbedaan yang juga tidak signifikan antara kontrol dan perlakuan dapat dilihat dari kandungan unsur hara pada daun (Tabel 5) baik sebelum maupun sesudah pemupukan.

Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi hasil tersebut yaitu sifat pupuk, lingkungan sekitar tempat tumbuh, internal tanaman dan gangguan hama, faktor-faktor tersebut akan saling mempengaruhi terhadap pertumbuhan tanaman bakau. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini diduga masih relatif kecil dan ditambah dengan interval waktu pemberian pupuk yang terlalu lama sehingga respon tanaman yang didapat tidak berbeda nyata satu sama lain. Menurut Tisdale dan Nelson (1965) dalam Paishal (2005), pemupukan lewat daun harus diulang beberapa kali dengan interval waktu yang pendek untuk mendapatkan hasil yang efektif.

(30)

16

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses buka tutup stomata pada tanaman. Proses penyerapan pupuk daun sangat dipengaruhi oleh terbuka dan tertutupnya stomata. Menurut Onrizal (2005), jenis tanaman pada ekosistem mangrove pada umumnya menyerupai tipe tanaman Crassulacean Acid Metabolism (CAM) yang melakukan proses fotosintesis pada malam hari, sehingga stomata akan terbuka pada malam hari. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemupukan akan lebih efektif jika dilakukan pada malam hari karena didukung oleh kondisi stomata yang sedang terbuka.

Hal terakhir yang diduga mempengaruhi perlakuan terhadap hasil respon tanaman adalah gangguan hama. Gangguan hama dapat dilihat pada Gambar 6. Bagian tanaman yang diserang hama pada tanaman bakau ini adalah bagian batang. Ketika sebuah tanaman terserang oleh hama tertentu yang mengakibatkan sebuah kerusakan maka makanan yang mampu dihasilkan oleh tanaman tersebut akan diprioritaskan pada perbaikan organ yang rusak sehingga menghambat perkembangan tanaman.

Gambar 6 Gangguan hama penggerek batang: (a) tanda yang ditinggalkan; (b) gejala berupa pembengkakan pada bagian batang; dan (c) dampaknya sampai mematikan tanaman bakau

Adapun jenis hama yang menyerang tanaman bakau ini merupakan jenis hama penggerek batang, namun jenisnya belum dapat dideteksi karena tanda berupa hama itu sendiri tidak terlihat. Pencegahan terhadap kematian tanaman yang dilakukan pada penelitian ini adalah penyemprotan pupuk pada bagian batang yang diserang dengan gejala berupa pembengkakan. Penyemprotan dilakukan bertujuan untuk menghentikan aktivitas hama tersebut. Selain menghambat perkembangan tanaman, serangan hama ini juga menimbulkan pembengkakan pada batang anakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada periode pemupukan selama 12 minggu (Mei sampai Juli 2014), pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan diameter batang dan tinggi tanaman bakau (R. mucronata) serta kandungan hara pada daun anakan tersebut.

c b

(31)

17 Saran

Perlu dilakukan penelitian serupa dengan jangka waktu pengamatan lebih lama untuk memperoleh hasil percobaan yang lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

Arief A. 2003. Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Agustina L. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha A, Hong GB, Bailey. 1986.

Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung (ID): Universitas Lampung.

Hanafiah KA. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

[Kemendagri] Kementrian Dalam Negeri. 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Jakarta (ID): Kemendagri.

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Kerusakan hutan mangrove kian parah. [internet]. [diunduh 2013 Juli 23]. Tersedia pada:

http://www.kkp.go.id/index.php/mobile/arsip/c/7273/Kerusakan-Hutan-Mangrove-Kian-Parah/?category_id=.

Kusmana C. 2009. Pengelolaan sistem mangrove secara terpadu. [internet].

[diunduh 2013 Oktober 4]. Tersedia pada:

http://cecep_kusmana.staff.ipb.ac.id/files/2011/01/2009-PENGELOLAAN-SISTEM-MANGROVE-SECARA-TERPADU.pdf.

Kustanti A. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. Bogor (ID): IPB Press.

Liferdi L, Poerwanto R. 2011. Korelasi konsentrasi hara nitrogen daun dengan sifat kimia tanah dan produksi manggis. J. Hort. 21(1):14-23.

Munawar A. 2011. Kesuburan tanah dan nutrisi tanaman. Bogor (ID): IPB Press. Noor YR, Khazali M, Suryadiputra INN. 1999. Panduan pengenalan mangrove di

Indonesia. Bogor (ID): Wetlands Indonesia-Indonesia Programme.

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Tanggerang (ID): AgroMedia Pustaka.

Nurgiyantoro B, Gunawan, Marzuki. 2009. Statistik Terapan. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University Press.

Nurtya A. 2012. Perbaikan pertumbuhan Rhizophora mucronata Lamk. dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Muara Angke, Jakarta Utara [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Onrizal. 2005. Adaptasi tumbuhan mangrove pada lingkungan salin dan jenuh air. [internet]. [diunduh 2014 September 23]. Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1039/1/hutan-onrizal9.pdf. Paishal R. 2005. Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan

(32)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji normalitas data diameter batang tanaman bakau: (a) Data asli dan (b) Data transformasi

(33)

19 Lampiran 2 Hasil uji normalitas data tinggi tanaman bakau: (a) Data asli dan (b)

Data transformasi

(34)

20

Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman bakau

Sumber Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung P-value

Perlakuan 6 0.0964 0.0161 1.61 0.160

Galat 63 0.6303 0.0100

Total 69 0.7267

Lampiran 4 Sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bakau

Sumber Db Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F hitung P-value

Perlakuan 6 1.664 0.277 0.700 0.652

Galat 63 25.006 0.397

Total 69 26.670

Lampiran 5 Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Kimia Tanah Sifat Tanah Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

(35)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Agustus 1992 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Bahrudin dan Ibu Aminah. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA PGRI 4 Bogor dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota (2012–2013) dan Ketua (2013-2014) Departemen Keputrian, Badan Kerohanian Islam Mahasiswa. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Pengaruh Hutan (2013) dan Mata Kuliah Silvikultur Hutan Alam (2014).

Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosisitem Hutan (PPEH) di Pangandaran dan Gunung Sawal, Jawa Barat pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi dan KPH Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2013 dan Praktek Kerja Profesi (PKP) di Kawasan Hutan Angke Kapuk, DKI Jakarta pada tahun 2014.

Gambar

Gambar 1 Denah lokasi penelitian di Kawasan Hutan Angke Kapuk, DKI Jakarta
Gambar 2 Tanaman bakau, (a) Papan info terkait penanaman
Tabel 2 Hasil analisis kandungan unsur hara dalam tanah guludan tempat tanaman bakau tumbuh
Gambar 3 Laju pertambahan diameter rata-rata batang bakau pada berbagai perlakuan konsentrasi pupuk
+5

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan tabel 4.3 bahwa guru dan muid kelas VII dan VIII SMP Muhammadiyah 23 Kemalang Keputran Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten mengenai persepsi tentang

Studi aliran beban adalah penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif, faktor daya dan daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik dalam suatu

Pada bidang interdisipliner, program yang kami rancang yaitu “ Mengembangkan hasil IMAP terkait dengan tata ruang pemukiman untuk memenuhi kebutuhan dalam

Dasar penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif adalah supaya penelitian ini mampu memberikan gambaran yang jelas, terinci, mendalam dan ilmiah mengenai alih

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di peroleh Daya Ledak Otot Lengan Atlet Bulutangkis Club Gempars Bhayangkara Bagan Siapi Api, berada kategori sedang

Berdasarkan hasil analisis dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar Matematika siswa yang diajarkan

Sebaiknya dilakukan penimbunan tempat-tempat yang berpotensi sebagai habitat perkembangbiakan Anopheles spp., pemberian ikan pemakan larva pada habitat perkembangbiakan

Salah satu cara untuk membungkus hadiah yang telah disiapkan tentu saja, membuat sendiri GiftBox dengan ukuran yang diinginkan, dan tentu saja yang dengan bungkus yang bisa