• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis Tokoh Cerita Putri Merak Jingga ( Versi Rosmawati. R.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Psikologis Tokoh Cerita Putri Merak Jingga ( Versi Rosmawati. R.)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH

CERITA PUTRI MERAK JINGGA ( VERSI ROSMAWATI. R.)

SKRIPSI SARJANA

O L E H

NAMA : RAHMAD HIDAYAT

NIM : 040702011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA DAERAH

(2)

SKRIPSI

ANALASIS PSIKOLOGIS TERHADAP TOKOH CERITA PUTERI MERAK JINGGA

OLEH

RAHMAD HIDAYAT 040702011

Disetujui Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

DRS. SYAIFUDDIN, M.A.Ph.D DRS. BAHARUDDIN, M. Hum NIP. 132098531 NIP. 131785647

Ketua

Departemen Bahasa Dan Sastra Daerah

(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah

Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Kesusastraan Daerah Pada

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada :08.00-s/d selesai WIB. Tanggal :2-Agustus-2008 Hari :Sabtu

Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara Dekan

Drs.Syaifuddin,M.A.Ph.D. NIP.132098531

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Drs.Baharuddin,M.Hum. ………

2. Dra.Asriaty.R.Purba,M.Hum. ………....

3. Prof. Dr.Robert Sibarani,M.S. ………....

4. Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D. ………....

(4)

DISETUJUI OLEH

UNIERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

KETUA,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah. Karena atas limpahan rahmat

dan hidayahnya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah analisis psikologis terhadap tokoh cerita putri

merak jingga penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan sebagai dasar

penyusunan skripsi.

Untuk memudahkan akan isi yang akan dibahas dalam skripsi ini penulis

memaparkan rinciannya : yakni,

Bab 1 merupakan pendahuluan yang dibagi atas latar belakang masalah,

masalah, landasan teori, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab 2 akan dibahas tentang tinnjauan karya sastra dan psikologis, karya

sastra, bahasa sebagai media karya sastra, pengertian psikologis, pendekatan

psikologis, batasan masalah dan hubungan sastra dengan psikologis.

Bab 3 akan dibahas analisis struktur cerita Putri Merak Jingga. Terdiri dari

(6)

Bab 4 akan dibahas analisis psikologis watak Alang Jermal terdiri dari setia

dan gigih, pemberani, sabar dan jujur, psikologis tokoh / watak Putri Merak

Jingga, Raja Tua Sakti, Putra Bandar Sakti, Raja Hwa Loan.

Bab 5 terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dean banyak

kekuranganya,. Karena mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat

terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang brsifat

konstruktif dari semua pihak.

Medan, juni 2008

Penulis

Rahmad Hidayat

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D. selaku dekan fakultas sastra universitas sumatera utara. Sekaligus dosen pembimbing 1 yang telah banyak memberi bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Hum. selaku ketua jurusan Sekaligus dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberi bantuan dalam penyusunan proposal hingga skripsi.

3. Ibu Dra, Asriaty Purba, M,Hum sebagai dosen fakultas sastra yang telah bermurah hati meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis agar skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sejak

awal perkuliahaan sehingga akhirnya memperoleh gelar sarjana sastra.

5. Ucapan terima kasih ini tidaklah lengkap bila belum disampaikan buat

Keluarga, Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah bersusah payah

(8)

6. Mhd. Andy Syahputra Siregar. S.H. selaku teman dekat yang telah memberi

masukan dan memberi bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

7. Zahra selaku teman yang menemani penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

agar sempurna.

8. Teman – teman satu angkatan 2003 dan 2004 / Fuad S, Fauzi, Mustafa, Citra, Rina, Mira, Lia, dan stambuk 2005 di Sastra Daerah Universitas

Sumatera Utara atas kerja sama yang terbina selama ini dan memberikan dorongan bagi penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan.

9. Teman – teman Remaja Mesjid Husnul Hidayah, Remaja Komplek Tanjung Permai Yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan

perkuliahan agar kelak menjadi orang yang berguna bagi negara.

Akhirnya penulis mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak di kemudian hari, khusunya kepada diri pribadi.

Wassalam

Medan, 2008

Penulis

RAHMAD HIDAYAT

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Landasan Teori ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.7 Metode Pengumpulan Data ... 7

1.8 Metode Analisis Data ... 8

BAB II KARYA SASTRA DAN PSIKOLOGIS 2.1 Karya Sastra ... 9

2.2 Bahasa sebagai Media Karya Sastra ... 11

(10)

2.4 Pendekatan Psikologis ... 15

2.5 Hubungan Sastra dengan Psikologis ... 18

BAB III STRUKTUR CERITA PUTRI MERAK JINGGA 3.1 Sinopsis ... 22

3.2 Tema ... 23

3.3 Alur ... 26

3.4 Tokoh ... 28

3.5 Latar ... 31

3.6 Nilai Budaya ... 34

BAB IV ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK ALANG JERMAL 4.1 Setia ... 38

4.2 Gigih ... 38

4.3 Pembrani ... 41

4.4 Sabar dan Jujur ... 42

4.5 Psikologis Putri Merak Jingga ... 44

4.6 Psikologis Raja Tua Sakti ... 47

4.7 Psikologis Bandar Sakti ... 49

4.8 Psikologis Raja Hwa Loan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51

(11)

LAMPIRAN

SINOPSIS CERITA ... 55

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Masalah

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan salah satu hasil seni yang diciptakan oleh

pengarang, sementara pengarang itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.

Tentu saja yang disampaikan dalam setiap hasil karyanya adalah semua aspek

yang ada hubungannya dengan seluk beluk kehidupan manusia. Baik mengenai

lingkungan, sosial, politik, maupun masalah mengenai manusia pada saat

diciptakannya karya tersebut.

Penulis memilih cerita hikayat Putri Merak Jingga sebagai bahan

penelitian karena di dalamnya ada sesuatu yang sangat menarik dianalisis yaitu

mengenai karakter para tokoh. Yang berperan di dalam cerita. Salah satu di

antaranya adalah tentang nilai budaya seperti, rela berkorban demi cinta,

membela kebenaran dan harga diri, bertanggung jawab dalam melaksankan tugas

atau pekerjaan yang diberikan. di dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga.

menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian terhadap

hikayat ini, baik dalam bentuk makalah maupun skripsi yang secara khsuus

(13)

Manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang beragam. Bila ingin

melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi.

Terlebih lagi di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini. banyak manusia

yang mengalami konflik kejiwaan. Tidak sedikit jumlah manusia yang sukses

dalam kehidupan kebendaan masih berusaha keras untuk mencapai tingkat

kemakmuran yang lebih tinggi lagi tanpa ada batas, akhirnya kandas dan dirinya

terbenam ke dalam penyakit kejiwaan. Sejauh mana faktor lingkungan

mempengaruhi cara berpikir dan tingkah laku manusia. pada masa itulah yang

akan diteliti penulis dengan mengaitkannya kepada para tokoh yang ada dalam

cerita hikayat Putri Merak Jingga.

1.2 Masalah

Luasnya materi yang dicakup sastra mengakibatkan hasil karya sastra,

khususnya karya sastra melayu sukar di pahami. Di samping yang digunakan

sebagian media adalah bahasa melayu lama, juga banyak istilah yang sekarang

sudah tidak ada lagi padanan katanya.

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka masalah yang akan dibahas

adalah :

1.Bagaimana struktur intrinsik cerita Puteri Merak Jingga ?

(14)

1.3 Tujuan Penelitian

Suatu pekerjaan yang dilakukan agar mendapatkan suatu hasil yang baik

tentunya pekerjaan itu harus memiliki sasaran ataupun tujuan. Demikian pula

halnya dengan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun tujuan yang hendak

dicapai antara lain :

1. Mengungkapkan yang ada dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga.

2. Mengungkapkan aspek psikologis tokoh yang dapat mempengaruhi jalan

cerita Puteri Merak Jingga

1.4 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dapat dirasakan oleh

pembaca. Manfaaat tersebut di antaranya adalah :

1. Membantu pembaca untuk memahami unsur-unsur yang membangun hikayat

ini, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya;

2. Sebagai landasan atau titik tolak bagi penelitian yang akan dilakukan oleh

siapa saja untuk penelitian lebih lanjut;

3. Penelitian ini diharapkan mampu merangsang dan perhatian masyarakat

terhadap karya sastra daerah yang banyak menyimpan nilai-nilai kejiwaan

yang sangat besar manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Memelihara karya sastra lisan agar terhindar dari kemusnahan dan dapat

(15)

1.5 Landasan Teori

Sebagai landasan atau dasar melakukan analisis ini, penulis menggunakan

teori yang dikemukakan ahli sastra. Dalam menganalisis unsur instrinsik atau

struktur cerita hikayat Putri Merak Jingga. Penulis menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Teew (1988 : 135) sebagai berikut :

…..Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Penulis memilih teori struktural ini sebagai dasar kajian cerita. karena

menurut teori ini untuk memahami karya sastra secara keseluruhan tidak terlepas

dari unsur instrinsiknya seperti tema, tokoh,alur, latar, dan penggunaan gaya

bahasa.

Landasan untuk menganalisis unsur ekstrinsik yaitu analisa psikologis

terhadap tokoh cerita hikayat Putri Merak Jingga. penulis menggunkan

pendekatan tekstual dengan teori pendekatan psikolgois behavioral. Rokkhan

dalam Aminuddin (1990 : 94) mengemukakan sebagai berikut :

……..Pendekatan behavioral berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Pendekatan behavioral mengabaikan faktor pembawaan manusia yang dibawa sejak lahir, seperti perasaan, insting, kecerdasan, bakat, dan lain-lain. Dengan anggapan ini manusia dianggap sebagian produk lingkungan, sehingga manusia menjadi jahat, penurut, berpandangan kolot, dan ekstrim adalah dari bentukan lingkunganya.

Alasan penulis memilih teori pendekatan behavioral karena setiap tokoh

(16)

tokoh yang ada dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga mempunyai kekuatan

gaib dan sifat membela kebenaran dan harga diri, demi ketentraman di negeri

kerajaan tersebut. Itulah sebabnya pendekatan behavioral sangat sesuai

diterapkan pada penelitian ini.

Berdasarkan kedua pendapat ahli sastra di atas, penulis akan menganalisis cerita

hikayat Putri Merak Jingga.

1.6 Metode penelitian

Metode penelitian adalah upaya untuk menghimpun data yang diperlukan

dalam penelitian dengan kata lain. Metode penelitian akan meberikan petunjuk

terhadap pelaksanaan penelitian atau bagaimana penelitian ini dilaksanakan.

Penelitian ini dilakukan memperoleh kebenaran atau membuktikan kebenaran

terhadap suatu objek permasalahan metode yang digunakan dalam penelitian ini

ialah metode deskriptif. Yaitu penulis akan memaparkan sesuatu dengan keadaan

yang sebenarnya sehingga pembaca dapat merasakan apa yang penulis paparkan

sesuai dengan gambaran penulis tentang kajian yang dilakukan.

1. Metode dasar yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis deskriptif dengan cara mengumpulkan, memahami

teks dan memilih teks yang terdapat dalam cerita Putri Merak Jingga

sehingga dapat diketahui unsur – unsur pembentuk ceritanya dan dapat

(17)

2. Sumber data penulis melakukan kepustakaan ( library research ) yang

bertujuan untuk mencari bahan – bahan dari buku yang berhubungan

dengan masalah penelitian sehingga nantinya mendukung penulisan

skripsi ini.

Sumber data yang dikenal juga sebagai bahan analisis terbagi atas sumber

data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer disebut juga sumber

data mentah yaitu data data yang ditemukan di lapangan dan belum pernah

dianalisis sebelumnya. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang sudah

pernah diteliti dan dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dari sudut

pandang yang lain.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

sekunder yang berbentuk cerita hikayat.

Judul : Hikayat Putri Merak Jingga

Judul Asli : Musafir Anak Melayu / Putri Merak Jingga

Pransilitator : Rosmawati R.

Bentuk : Hikayat jenis rekaan

Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI

Tahun : 1990

Warna sampul : Dasar Putih Beronamen biru

Ukuran : 20.5 cm x 16 cm

(18)

1.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ditempuh lankah - langkah sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan yaitu untuk membaca teks hikayat cerita Putri

Merak Jingga dan untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan

dengan mengumpulkan bahan bacaan yang berhubungan dengan

pembahasan sebagai data sekunder.

2. Studi teks yaitu pengumpulan data melalui naskah yang telah diteliti

setelah terlebih dahulu membaca. Kemudian menganalisis psikologis

yang tekandung dalam naskah dan membuat ringkasan atau sinopsis,

tema, menentukan jenis alur, tokoh yang akan dianalisis. Kemudian

menafsirkan sifat psikologis yang tergantung dalam naskah.

1.8 Metode Analisis Data

1. Pendekatan intrinsik yaitu digunakan untuk mendeskripsikan. Unsur –

unsur yang membangun dalam cerita Putri Merak Jingga yang terdiri

atas tema, alur, latar, dan tokoh.

2. Pendekatan ekstrinsik yang digunakan untuk mendeskripsikan unsur –

unsur luar yang membangun cerita Putri Merak Jingga khusunya

(19)

BAB II

KARYA SASTRA DAN PSIKOLOGIS

2.1 Karya Sastra

Menurut suatu defenisi tidak mudah sebab defenisi selalu berusaha

mmberikan pengertian yang tepat dan sedekat mungkin terhadap sesuatu dalam

kalimat yang relatif singkat dan padat. Demikian juga dengan defenisi sastra,

tetapi bukan berarti sastra itu tidak dapat didefenisikan.

Secara etimologi dapat ditinjau bahwa kata sastra yang dalam kehidupan

sehari-hari disebut juga kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata dasar

kesusastraan ialah sastra yang berarti tulisan, karangan. Sastra mendapat awalan

sehingga maknanya menjadi tulisan atau karangan yang indah. Dalam bahasa

Indonesia sastra mendapat konfiks ke-an hingga menjadi kesusastraan yang

berarti kumpulan tulisan atau karangan yang indah.

Kata sastra dapat ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang

berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan

hanya sekedar istilah untuk menyebutkan fenomena yang sederhana. Sastra

merupakan istilah yang memiliki arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang

berbeda-beda.

Kita dapat membicarakan sastra secara umum misalnya bedasarkan

(20)

Karya sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati.

Orang-orang tertentu pada masyarakat dapat menghasilkan karya sastra, sedangkan

orang lain dalam jumlah yang besar dapat menikmati karya sastra itu dengan cara

mendengarkan atau membacanya. karena karya sastra dapat disajikan dalam

berbagai cara seperti, langsung diucapkan atau lisan, lewat radio, majalah, buku,

dan sebagainya.

Bahasa, baik lisan maupun tulisan, merupakan bahan pokok karya sastra.

Dengan perkataan lain, karya sastra mengandung kumpulan dari bentuk bahasa

yang digunakan dalam berbagai pola yang sistematis. untuk menyampaikan

segala ide atau gagasan. Jadi, karya sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil

pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya

menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dalam proses penciptaan suatu karya sastra, pengarang tidak hanya

mengekspresikan apa yang ada pada jiwa mereka ke dalam suatu karya sastra,

tetapi diperlukan kemampuan pendidikan yang mapan dan kejelian dalam

menganalisis serta memasukkan ilmu lainnya, seperti psikologi, filsafat,

antropologi, sosiologi, dan lain-lain. Dengan pendidikan yang mapan dan

kejelian menganalisis serta memasukkan pengetahuan lainnya ke dalam suatu

hasil karya sastra, karya sastra tersebut terasa bermanfaat di samping mempunyai

(21)

Hubungan sastra dengan psikologi, sosiologi, dan antropologi sangat

dekat. Hal ini karena sastra dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut

mempunyai objek yang sama yaitu manusia yang mencakup lingkungan dan

kehidupannya. Darma (1983 : 52) mengemukakan bahwa, “Sastra sebenarnya

pengungkapan masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Pengarang adalah ahli ilmu

jiwa dan filsafat yang mengungkapkan masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat

melalui tulisan sastra”.

Dari kutipan di atas dapat dilihat bagaimana eratnya hubungan jiwa

pengarang dalam melukiskan karya sastra sebagai dorongan dari jiwanya. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa karya sastra diperkaya atau berisikan nilai-nilai

kehidupan serta pengalaman manusia.

2.2 Bahasa sebagai Media Karya Sastra

Setiap karya seni mempunyai fungsi sosial, tetapi setiap karya seni itu

tidak sama nilai fungsi sosialnya. Di antara beberapa hasil karya seni, karya

sastralah yang mempunyai fungsi sosial yang lebih besar karena dengan

menggunakan medium bahasa, sastra dapat lebih banyak dan lebih leluasa

mengungkapkan atau mengekspresikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi

penyempurnaan kehidupan manusia.

Bahasa dalam kesusastraan seperti juga dalam bidang yang lain adalah

(22)

kebudayaan, tetapi gaya bahasa dalam kesusastraan berbeda dengan bahasa yang

digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sekalipun demikian, penggunaan

bahasa dalam sastra sendiri pun mempunyai perbedaan. Oleh karena itu, sastra

tidaknya sebuah hasil tulisan sangat tergantung pada kemampuan pengarang

menggunakan bahasa, tetapi bukan berarti isi dan pesan tidak diperhatikan.

Bahasa yang baik dan mampu membangun karya sastra adalah bahasa

yang matang, dan mempunyai makna. Kelenturan bahasa dieksploitasi oleh

pengarang sedemikian rupa dan seluas mungkin, seperti memilih kalimat, diksi,

dan ungkapan yang khusus, pemakaian bahasa kias seperti tamsil, metafora, dan

lain-lain untuk mencapai suatu kesan sensitif dan kehaluasan rasa.

Dasar penggunana bahasa dalam karya sastra bukan sekedar kata itu

mengusik dan meninggalkan kesan kepada pembaca. Nilai konotasi yang lebih

luas dari pengertian denotasi amat penting. Setiap karya yang dipilih boleh

diasosiasikan kepada berbagai daerah. Oleh sebab itulah, dalam karya sastra tidak

ada pengertian yang sama bila ditinjau dari sudut kesan sensitivitias, dari sudut

bunyi, lambang. Setiap pilihan kata mempunyai pengertian tersendiri, misalnya

kata cantik, molek, bagus, baik, anggun, indah, dari sudut denotasi mungkin

artinya sama, tetapi kesan kata-kata ini berbeda.

Sebagiamana telah dikemukakan di atas, cerita hikayat Putri Merak Jingga

(23)

ke dalam bahasa Indonesia. Secara umum keseluruhan hikayat ini dapat dipahami

isinya karena bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia,

.

2.3Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa latin, yaitu psyche berarti jiwa dan logos

artinya ilmu. Dengan demikian psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi ilmu jiwa.

Jiwa sebagai objek dari psikologi tidak dapat dilihat, diraba, atau disentuh.

Jiwa adalah sesuatu yang abstrak, hanya dapat diobservasi melalui hasil yang

ditimbulkannya. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku dan aktivitas lainnya

sebab tingkah laku mempunyai arti yang lebih nyata daripada jiwa karena itu

lebih mudah untuk dipelajari. Melalui tingkah laku, pribadi sesorang dapat

terungkap dengan mudah, cara makan, berjalan, berbicara, menangis, dan

sebagainya merupakan suatu perbuatan terbuka sedangkan perbuatan tertutup

dapat dilihat dari tingkah lakunya seperti berpikir, takut, dan lain-lain.

Tingkah laku dalam psikologi bukan hanya yang nyata tetapi meliputi eksistensi

yaitu perpanjangan tingkah laku nyata. Tanda – tanda akan tampak pada tubuh sebagai

akibat terlalu sering tingkah laku atau kebiasaan tersebut dilakukan. Seperti halnya

seorang periang dan sering tertawa akan meninggalkan tanda - tanda di wajahnya dan

kita dapat langsung menilai orang tersebut. Efek - efek permanen memungkinkan

seorang psikolog mampu mempelajari jiwa manusia melalui tingkah lakunya..Suatu

(24)

merupakan ekspresi dari jiwa. Karena itu ekspresi mempunyai peranan yang penting

dalam psikologi sekalipun patut diketahui bahwa tidak semua yang terdapat dalam jiwa

diekspresikan dalam tingkah laku.

Aminuddin ( 1990 : 49 ) menyatakan bahwa :

…….. ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan perbuatan individu semua berbentuk dorongan da ( impulsum : dorongan, tolakan, rangsangan, rasa ). Dalam diri manusia yang menyebabkan timbulnya macam – macam aktifitas fisik dan psikis dijelaskan oleh psikologis.

Secara umum psikologi mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan.

Dengan semakin kompleksnya masyarakat. Maka psikologi memegang peranan

yang penting dalam memecahkan masalah manusia. Para ahli psikologi para ahli

psikologi menaruh perhatian terhadap segala masalah yang beraneka ragam.

Namun yang jelas disiplin ilmu psikologi mempelajari tindak tanduk atau tingkah

laku manusia di mana pun berada. Tingkah laku tersebut merupakan hasil

perpadanan yang dipadatkan oleh tiap – tiap individu dengan lingkungan dan

keinginannya. Artinya tingkah laku itu lahir berdasarkan pertimbangan –

pertimbangan yang dialami dalam kehidupan, kemudian dicetuskan dalam sikap

– sikap yang sesuai dengan norma atau adat istiadat di mana individu tersebut

dilahirkan.

Psikologi pada pokoknya menyibukkan diri dalam masalah aktifitas phisikis

seperti membenci, mencintai, menanggapi, berbicara,dan penampilan diri, emosi

– emosi yang terdapat dalam bentuk tangis dan senyum. Misalnya jika seorang

mencintai orang lain tentu saja rasa itu diungkapkan dalam bentuk kasih sayang

(25)

lain hal tersebut juga dap[at kelihatan dari tingkah lakunya apakah rasa bencinya

itu disebabkan karena rasa iri, kurang senang, dan sebagai berikut.

Jadi psikologis menyelidiki kepribadian individu dalam bentuk tingkah laku

dan penyesuaian dirinya dengan linkungan, dan sekaligus hubungan timbal balik

dengan sesamanya, dengan perincian :

1. Ilmu pengetahuan yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis dan metode – metode tertentu yang bersifat ilmu. Sedangkan

psikologis disamping ilmu yang merupakn seni karna dalam penerapannya

dalam kehidupan manusia diperlukan keterampilan dan kreatifitas tersendiri.

2. Tingkah laku dan kegiatan mempunyai arti konkrit yang dapat diamati dengan

panca indra, sehingga tingkah laku mudah dikenal dan mudah dipelajari.

3. Lingkungan yaitu tempat manusia hidup, berinteraksi, menyesuaikan diri, dan

mengembangkan dirinya. Indvidu menerima pengaruh dari lingkungan,

memberi tanggapan, mencontoh dan belajar berbagai hal dari lingkungan.

Pendapat Aminuddin di atas menunjukkan bahwa mempelajari jiwa

manusia harus dilihat dari tingkah - laku dan perbuatan individu yang

berdasarkan tingkah lakunya sehari-hari.

2.4 Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi

(26)

ingin melihat dan mengenal manusia dalam hal ini tokoh-tokoh cerita hikayat

Putri Merak Jingga. lebih dalam diperlukan psikologi.

Penjelasan ke dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih lanjut

tentang seluk-beluk manusia yang unik merupakan sesuatu yang merangsang dan

sangat menarik. Banyak penulis dan peneliti sastra yang mendalami masalah

psikologi untuk dapat memahami karya sastra dengan bantuan psikologi.

Para tokoh psikologi memberikan inspirasi untuk pemecahan misteri

tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologi. Di antaranya adalah teori

psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud, Freudlah yang secara langsung

berbicara tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan

masalah di alam bawah sadar yang kemudian disublimasikan ke dalam bentuk

penciptaan karya seni.

Teori-teori mengenai psikologi sastra terus berkembang seiring dengan

berjalanya waktu Reokhan dalam Aminuddin (1990 : 89) mengatakan bahwa,

………Psikologi sastra sebagai salah satu disiplin ilmu ditopang oleh tiga pendekatan studi, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yang mengkaji asepek psikologis penulis dalam proses kreatif yang terproyeksi lewat karya ciptaanya, (2) pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra dan (3) pendekatan reseptif pragmatis yang mengkaji aspek psikologis pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatiknya serta proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks sastra tersebut.

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan tekstual yaitu

(27)

pendekatan dalam studi psikologis sastra pendekatan tekstual pada mulanya

hanya bertumpu pada pendekatan psikologi dalam atau psikologi analisis yang

dikembangkan Freud. Sekarang pendekatan tekstual tidak hanya bertumpu pada

pendekatan psikologi analisis, tetapi juga pendekatan-pendekatan psikologi yang

lain seperti pendekatan psikologi kognitif, behavioral dan pendekatan

eksistensial.

Pendekatan psikologis kognitif beranggapan kepribadian manusia

dibentuk oleh faktor agen internal atau pembawaan. Pendekatan psikologis

behavioral berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil

bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Pendekatan psikologis eksistensial

menegaskan bahwa manusia membentuk dirinya sendiri dalam pola jalan hidup

yang dipilihnya sendiri.

Jadi, dari uraian di atas dapat diketahui begitu luasnya materi psikologis

sastra. Dalam pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan tekstual

dengan teori behavioral. Pendekatan behavioral. mengabaikan faktor pembawaan

lahir seperti, kecerdasan, bakat, insting, dan lain-lain. Dengan kata lain manusia

dianggap sebagai produk lingkungan. Manusia menjadi jahat, beriman, penurut,

berpandangan luas atau kolot adalah hasil dari bentukan lingkunganya.

Berdasarkan hal ini, perilaku manusia disebut sebagai respon yang akan muncul

(28)

selalu dipandang dalam bentuk hubungan stimulus dan respon atau stimulus

respon. Mengenal pendekatan behavioral lebih lanjut Roekhan dalam

Aminuddin (1990 : 96) mengatakan bahwa :

……Untuk menerapkan pendekatan bahavioral dalam studi sastra, haruslah dilakukan dengan mengikuti tahapan berikut :

(1)Mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji

(2)Menelusuri perkembangan karakter sang tokoh yang dikaji. Penelusuran ini dapat dilakukan terhadap (a) lakukan sang tokoh (b) dialog sang tokoh (c) pemikiran sang tokoh.

(3)Mengidentifikasi perilaku sang tokoh dan mendeksripsikan serta mengklasifikasikanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui macam-macam perilaku yang telah ditujukan oleh sang tokoh sebagai landasan untuk mengindentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilakunya.

(4)Menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya.

2.5 Hubungan Sastra Dengan Psikologi

Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan

pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah atau subcooncius.

Setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam, bentuk tertentu secara

sadar dalam bentuk penciptaan karya sastra. Jadi, proses penciptaan karya sastra

terjadi dalam dua tahap, tahap pertama dalam bentuk meramu gagasan dalam

situasi imajinatif dan abstrak kemudian dipindahkan ke dalam tahap kedua yaitu

penulisan karya yang sifatnya mengongkritkan apa yang sebelumnya dalam

bentuk abstrak.

Freud dengan teori psikoanalisisnya menggambarkan bahwa pengarang

(29)

dinamakan neurosis. Bukan hanya itu saja, bahkan kadang-kadang sampai pada

tahap psikosis seperti sakit saraf dan mental yang membuatnya berada dalam

kondisi sebagai tertekan (bukan berarti gila), berkeluh kesah akibat ide dan

gagasan yang menggelora serta menghendaki agar disublimasikan atau

disalurkan dalam bentuk penciptaan yaitu karya sastra. Oleh karya sastra tidak

dapat dilepaskan dari masalah penciptaan yang diikuti oleh berbagai macam

masalah kejiwaan maka untuk menggunakan pendekatan psikologis ini harus

melalui dukungan psikolgi. Pengetahuan psikologi yang minim tentu saja akan

mempersulit pemahaman ataupun pemakaian pendekatan psikologis.

Sastra sebagai gejala kejiwaan di dalamya terkandung fenomena kejiwaan

yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra (teks

sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologis. Hal ini tentu

dapat kita terima karena antara sastra dengan psikologi memiliki hubungan lintas

yang bersifat tak langsung dan fungsional.

Tidak langsung artinya hubungan itu ada karena baik sastra maupun

psikologi kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama yaitu kejiwaan

manusia secara mendalam. Hasil penangkapan itu setelah mengalami proses

pengolahan diungkapkan dalam bentuk sebuah karya sastra. Perbedaanya adalah

pengarang mengemukakanya dalam bentuk formulasi penelitian psikologi.

Dengan demikian tidaklah mengada-ada kalau antara sastra dan psikologi dapat

(30)

Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni

sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain.

Perbedaanya gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala

kejiwaan dari manusia imajiner sedangkan dalam psikologis manusia dalam

dunia nyata. Sekalipun demikian kedunya dapat saling melengkapi dan saling

mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan

manusia karena mungkin saja apa yang teruangkap oleh pengarang tidak mampu

diamati oleh psikolog atau bahkan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa karya sastra sebenarnya

tidak dapat dilepaskan oleh penganut paham-paham strukturalisme tradisional.

Mereka menganggap bahwa karya sastra itu bersifat otonom lepas sama sekali

dari penulisnya, padahal antara keduanya terdapat hubungan kausalitas atau

sebab-akibat yaitu karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarangnya tidak

mungkin lahir tanpa ada penulis sebagai penuturnya. Itulah sebabnya keterangan

tentang psikologi pengaran sangat bermanfaat bagi kejiwaan psikologis sastra,

khususnya dalam kajian psikologis pengarang.

Dalam penelitian ini tidak menyinggung sedikit pun tentang apa dan siapa

pengarang cerita hikayat Putri Merak Jingga karena setiap hasil karya sastra lama

memang bersifat anonim maksudnya pengarang tidak mencantumkan namanya.

(31)

psikologi terhadap tokoh. Jadi, yang dianalisis tentu saja para tokoh yang

berperan di dalam karya sastra tersebut.

Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis

adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin

manusia karena hakekat kehidupan manusia itu adalah perjuangan menghadapi

kekalutan batinya sendiri. Perilaku yang tampak dalam kehidupan diri mereka

masing-masing. Apa yang diperhatikan belum tentu sama dengan apa yang

sesungguhnya terjadi dalam dirinya karena manusia sering berusaha

menutupinya. Kejujuran, kecintaan, kemunafikan, dan lain-lain berada dalam

batin masing-masing yang terkadang terlihat gejalanya dari luar dan

kadang-kadang tidak. Oleh sebab itu, kajian tentang dan tokoh harus ditekannya pada

(32)

BAB III

STRUKTUR CERITA

PUTRI MERAK JINGGA

3.1 Sinopsis

Alkisah, dikota teluk belanga terdapat saru kerajaan bernama kerajaan

petani. raja tersebut mempunyai dua orang putra bernama Putra Bandar Sakti

yang perkasa dan Putri Merak Jingga yang elok rupawan, kawan karib Putra

Bandar Sakti bernama Alang Jermal, pemuda itu dicintai oleh Putri Merak

Jingga.

Pada suatu hari Putra Bandar Sakti berkata kepada sahabatnya itu bahwa ia

menginginkan seekor ikan yang paling enak dan belum diketahui oleh siapapun.

Permintaan itu sebenarnya bersal dari adiknya, merak jingga. Sebagai kawan

yang setia kepada junjungannya, Alang Jermal segera pergi mencari ikan itu.

sebagai anak pawang ikan, ia mengetahui seluk beluk laut. Akhirnya, dengan

susah payah, ia berhasil menaklukan jin laut yang menjelma sebagai orang tua.

Berkat bantuan orang tua itu, Alang Jermal memperoleh ikan yang diidamkan

oleh merak jingga, kekasihnya.

Sementara itu, dikerajaan masyarakat heboh memperbincangkan kepergian

Alang Jermal, bahkan putri raja menjadi sakit karenanya. Ia berangsur sembuh

(33)

kepergiannya mecari ikan itu. Karena kebahagiannya itu, memancarlah sinar

terang dari paras putri merak jingga hingga ke negeri tiongkok. Maharaja Hwa

Loan. Untunglah merak jingga berhasil diselamatkan dari cengkraman raja

tiongkok yang menjelma menjadi seekor naga besar itu.

Akhirnya, Alang Jermal berhsil mempersunting Putri Merak Jingga. Sang

putri sangat terkejut ketika menyaksikan ikan yang didambakannya itu ternyata

mirip dengan wajah Alang Jermal, dia jatuh pingsan dan ternyata saat itu sang

putri sedang hamil. Ia melahirkan tujuh orang anak perempuan yang cantik –

cantik bernama (1) Putri Sri Kuning (2); Putri Sri Putih (3); Putri Biru Suci (4);

Putri Merah Lembayung (5); Putri Merah Hijau (6); Puti Sri Merah (7); Putri

Merak Hijau.

3.2 Tema dan Amanat

Tema adalah gagasan, ide atau pikiran yang mendasari suatu karya sastra.

Tema sebuah karya sastra bisa saja tentang kehidupan, alam sekitar, dan segala

hal yang mungkin terjadi di sekitar kita. Pengarang harus peka pada perubahan

yang terjadi di sekitarnya dan menanggapi perubahan tersebut. Selanjutnya hasil

pengamatannya itu dituangkan dalam sebuah karya sastra.

Setiap karya sastra mempunyai tema tersendiri. Tema merupakan unsur

yang terpenting dalam mewujudkan sebuah karya sastra karena mencari arti

(34)

karya sastra tersebut. Tema akan kita jumpai dalam bentuk tersurat, tetapi tidak

jarang juga dalam bentuk tersirat. Dalam hal ini pengarang tidak menyatakan

secara jelas tema karangannya, tetapi tema itu menyatu dalam unsur-unsur

karangan tersebut.

Setiap cerita dalam karya sastra mengandung satu tema untuk

dikemukakan atau ditonjolkan, baik itu mengenai lingkungan, falsafah hidup,

agama, dan pekerjaan si pengarang. Sumardjo (1991:56) mengatakan bahwa,

…. Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar tentang kehidupan ini.

Dari pendapat diatas kita ketahui bahwa pengarang bukan saja sekedar ingin

menyampaikan sebuah cerita dengan tujuan hendak bercerita saja. Ada sesuatu

yang disembunyikannya dalam suatu cerita atau ada suatu konsep sentral yang

dikembangkan dalam cerita itu. Pengarang menyajikan cerita itu karena ia

hendak mengemukakan suatu gagasan ataupun idenya. Gagasan atau ide yang

mendasari suatu cerita itu lebih penting daripada sekedar bacaan hiburan.

Tema cerita ”Putri Merak Jingga” di analisis oleh Rosmawati R. dkk. (

1990 : 10 ) adalah percintaan dua remaja yang penuh tantangan. Dikatakan

demikian karena tokoh merak jingga sangat setia kepada kekasihnya alang

jermal. demikian pula Alang Jermal. Dengan susah payah, ia memperoleh ikan

(35)

ketika kekasihnya Putri Merak Jingga akan dibawa lari oleh raja tiongkok yang

sakti. Pemuda itu mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk merebut kembali

kekasihnya. Demikian pula usaha Putri Merak Jingga yang dengan tabah dan

berani dan beruasaha meloloskan diri dari cengkraman raja tiongkok yang

menjelma lenjadi seekor naga besar. Kegigihan kedua tokoh yang berkasih

kasihan itu patut menjadi contoh, menyiratkan makna bahwa cinta memang

memerlukan pengorbanan yang cukup besar. Perhatikan kutipan berikut yang

menggambarkan perjuangan kedua tokoh itu dalam melawan kekejaman Raja

Hwa Loan.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal terpaksa membawa

keranda kaca itu terjun kedasar laut. Sesampainya di dasar laut alang

jermal berseru kepada jin laut, “ oh, nenek jiin laut bantulah kami

memusnahkan musuh kami itu. Seketika itu juga turunlah badai diiringi

petir dan gelombang laut yang besar melihat kejadian itu. Hwa loan sangat

marah dan berseru dengan hebatnya hai raja – raja diraja dewa dilangit,

jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas mendengar suara yang

menggeledek itu tiba – tiba Putri Merak Jingga teringat kepada ayahnya

dan minta tolong kepada alang jermal agar mencari ayahnya sampai dapat.

( Putri Merak Jingga, hlm.72 )

Demikianlah kisah petualangan dua muda – mudi dalam usaha

(36)

teringat keselamatan ayahnya. Ternyata raja menemui ajalnya dalam peperangan

melawan raja tiongkok itu. Akhirnya,alang jermal berhasil mempersunting Putri

Merak Jingga dan menggantikan kedudukan ayah mertuanya sebagai raja di kota

teluk belanga.

Setelah mengamati petualangan kedua tokoh dalam cerita itu tersirat bahwa

pengarang berusaha menyampaikan pesannya kepada pembaca tentang

perjuangan hidup dan usaha manusia dalam mencapai cita – cita yang harus

dijalani dengan penuh tanggung jawab. Barang siapa yang mau berjuang keras,

dialah yang berhak memperoleh kebahagian di masa mendatang.

3.3 Alur

Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur

bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu

peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh

digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu semuanya terikat dalam suatu

kesatuan waktu. Semi (1988:44) menjelaskan alur sebagai berikut :

… Pada umumnya alur cerita rekaan terdiri atas :

1. Alur buka, yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi permulaan

yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya

2. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bertindak ke arah kondisi yang mulai

(37)

3. Alur maju, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa

4. Alur tutup, yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan

pemecahan atau penyelesaian.

Cerita Putri Merak Jingga disampaikan dengan alur maju. Pengarang

menyampaikan beberapa klimaks pada alur tersebut sehingga cerita tampak

hidup. Pokok permasalahan yang disampaikan dalam alur dan beberapa

klimaksnya antara lain keajaiban alam yang dapat menjadikan cerita itu memiliki

alur cerita yang baik. Misalnya dalam peristiwa yang pertama ketika Alang

Jermal pergi mencari ikan yang di idamkan oleh Putri Merak Jingga. Pemuda itu

meninggalkan kekasihnya karena mendapat perintah dari bidadari laut yang

memberi ikan kepadanya itu agar tinggal di laut selama dua kali musim ikan

termenung. Kepergian Alang Jermal mengakibatkan Putri Merak Jingga sakit.

Pada alur berikutnya cerita mulai menegang, yakni ketika putri jatuh sakit.

Datuk Tapa yang menginginkan Merak Jingga sebagai istrinya mencoba

mengobati putri raja dengan menyamar sebagai dukun. Tetapi, hanya Alang

Jermal seorang yang berhasil menyembuhkan penyakit putri raja tersebut, yakni

dengan bercerita tentang perjalanannya ketika pemuda itu mencari ikan yang

diidamkan putri.

Kesembuhan dan kebahagiaan putri memancarkan sinar terang hingga ke

(38)

karena Raja Tiongkok yang bernama Hwa Loan itu ternyata jatuh cinta kepada

Merak Jingga.

Raja Tiongkok berhasil mendapatkan Merak Jingga berkat bantuan Datuk

Tapa. Raja Hwa Loan menjelma menjadi seekor naga ketika usahanya untuk

dapat membawa lari Merak Jingga hampir gagal. Merak Jingga pun masuk ke

perut naga tersebut. Dan Alang Jermal berhasil mengeluarkan Merak Jingga dari

keranda dan berhasil lolos dari tubuh ular tersebut.

Akhir cerita, sang putri dan Alang Jermal hidup berbahagia. Cerita

tersebut memiliki alur lurus yang tersusun maju dan berurutan, yakni dimulai

dari perkenalan dan pertautan para tokoh, kemudian memuncak dengan

menampilkan beberapa pertikaian, hingga sampai kepada klimaks cerita ketika

raja dan anak sulungnya, Putra Bandar Sakti, gugur dalam pertempuran dengan

Raja Tiongkok, dan akhirnya Putri Merak Jingga dan Alang Jermal bertemu

kembali.

3.4 Tokoh / Watak

Dalam cerita Putri Merak Jingga terdapat tokoh watak yang bernama

Alang Jermal, Putri Merak Jingga dan Raja Hwa Loan. Kedua tokoh Alang

Jermal dan Putri Merak Jingga saling mecintai. Namun, Putri Merak Jingga dan

Alang Jermal harus berjuang keras dalam mewujudkan cintanya. Karena Raja

(39)

terjadilah pertikaian antara Raja Hwa Loan dengan Alang Jermal dan

mengakibatkan korban. Kerajaan Petani hancur dan raja bersama kakak Putri

Merak Jingga tewas dibunuh Raja Tiongkok. Kisah yang tragis itu menyiratkan

betapa kuatnya jiwa kedua pemuda dan pemudi yang sedang jatuh cinta. Berkat

kebaikan masyarakat setempat, kerajaan dapat dibangun kembali oleh Alang

Jermal bersama istrinya Putri Merak Jingga.

1. Alang Jermal

Alang Jermal, sebagai kekasih putri raja, sangat setia dan gigih dalam

memperjuagkan cita-citanya. Sebagai seorang kesatria, ia berusaha keras

menyelamatkan kekasihnya, Putri Merak Jingga, dari tangan Raja Tiongkok.

2. Putri Merak Jingga

Putri Merak Jingga, sebagai putri raja yang cantik jelita, sangat setia dan

bersedia mengorbankan jiwa raganya demi cintanya kepada Alang Jermal. Hal

itu terjadi ketika seorang raja perkasa bernama Hwa Loan dari Kerajaan

Tiongkok mencoba melamar dirinya dengan cara yang baik-baik dan dengan

kekerasan. Berkat keteguhan hati putri raja, akhirnya Raja Hwa Loan mundur.

Ayahandanya, Raja Tua Sakti Perkasa, dan kakaknya, Tuanku Putra Bandar

Sakti, gugur dalam pertempuran melawan Raja Tiongkok tersebut. Kematian

keluarga Putri Merak Jingga merupakan pengorbanan yang mahabesar bagi putri

raja yang sedang dalam perjuangan mempertahankan cintanya kepada Alang

(40)

3. Raja Hwa loan

Tokoh ini juga seorang yang tamak dan kejam. Dia ingin mempersunting

dengan kekerasan.

Peristiwa demi peristiwa menyiratkan bahwa tokoh yang ada dalam

cerita mempunyai watak baik dan buruk. Tokoh baik Pada pihak Alang Jermal,

Sedangkan pada pihak tokoh Raja Hwa Loan, Merupakan tokoh buruk. Uraian

tersebut menunjukkan bahwa perwatakan tokoh sangat

jelas, yakni antara tokoh baik dan tokoh buruk yang bertikai memperebutkan

seorang putri bernama Merak Jingga.

4. Raja Tua Sakti

Raja tua Sakti adalah raja yang menguasai atau memimpin kerajaan

petani, Raja tua Sakti bersama permaisurinya adalah gambaran pribadi, pimpinan

yang disenangi rakyat, raja yang selalu memikirkan kesejahteraan negara dan

rakyatnya. Wajarlah jika semua rakyatnya dengan bangga dan giat bekerja

dengan pengharapan penuh akan hari yang lebih cerah.

Raja dan rakyat sama-sama manusia biasa, sama-sama punya jantung /

hati, punya rasa yang sama, yang tahu manusia dan pahit, yang mengerti senang

dan susah. Raja yang mulia ialah dia yang senantiasa lekat dihati rakyatnya, yang

rakyatnya sendiri rela mati berkalang-kalang tanah demi membela dan

mempertahankan rajanya dengan ikhlas rela menderma buktikan semua yang ada

(41)

5. Putra Bandar Sakti

Tuanku Bandar Sakti kakak dari Puteri Merak Jingga tokoh Tuanku

Bandar Sakti, tidak bertingkah sombong, walaupun dia anak seorang raja, bahkan

ia sangat disenangi oleh masyarakat kerajaan petani. Tuanku Bandar Sakti gugur

dalam pertempuran melawan raja Tiongkok, untuk menyelamatkan adiknya

Puteri Merak Jingga dan negerinya yang sangat ia cintai.

Tokoh ini mempunyai sifat yang rendah hati, tidak somobong, patuh

kepada kedua orang tuanya dan rela berkorban demi negerinya yang ia

banggakan

3.5 Latar

Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, menyaran kepada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya

pristiwa – pristiwa yang diceritakan ( Nurgiyantoro, 201:218 ). Latar

memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas, hal ini penting untuk

memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang

seolah – olah ada dan terjadi. Pembaca, ddengan demikian merasa diperlukan

untuk mengoperasikan daya imajinasi nya di samping memungkinkan untuk

berperan serta secara kritis sehubungan dengan tentang latar. Membaca dapat

merasakan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan

sehingga merasa lebih akrab. Pembaca seolah – olah merasa menemukan dalam

(42)

jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan

perwatakan dalam cerita.

Menurut Nurgiyantoro ( 2001 : 227 ) unsur latar dapat dibedakan kedalam

tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, sosial, ketiga unsur itu walau masing –

masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara

sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan

yang lainnya. Ketiga unsur latar tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1) Latar tempat, latar ini menyarankan pada lokasi terjadinya pristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur tempat yang dipergunkan

mungkin berupa tempat – tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu,

mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat - tempat yang bernama

adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata misalnya pantai, hutan,

desa, kota, kamar, ruangan, dan lain lain.

2) Latar waktu, latar ini berhubungan dengan masalah “ kapan” terjadinya

pristiwa – pristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra masalah,

“kapan’ tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang

ada kaitannya dengan pristiwa sejarah. Pengetahuan tentang persepsi

pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba

masuk kedalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan

(43)

3) Latar sosial, latar ini menyarankan pada hal – hal yang berhubungan dengan

prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam

karya sastra. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai

masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Dia dapat berupa kebiasaan

hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan

bersikap, dan lain lain.

Setelah penulis membaca dan memahami cerita Putri Merak Jingga. maka

latar yang terdapat dalam cerita tersebut adalah sebagai berikut :

1) Latar tempat : yang ada dalam cerita Putri Merak Jingga adalah laut, istana

dan khayangan. Latar tempat laut merupakan dimana Alang Jermal dan

Putra Bandar Sakti berada di laut. Putra Bandar Sakti meminta Alang

Jermal mencari ikan yang paling enak di dunia. Latar tempat istana

merupakan tempat tinggal Raja Tua Sakti dan kedua anaknya Putri Merak

Jingga dan Putra Bandar Sakti, sedangakan latar tempat khayangan

merupakan dimana Alang Jermal meminta ikan kepada Ratu Bidadari Laut

yang berada di khayangan.

2) Latar waktu : dalam cerita Putri Merak Jingga adalah suatu hari, setiap

(44)

3) Latar sosial : dalam cerita Putri Merak jingga menceritakan status sosial

tentang Raja Tua Sakti sebagai pemimpin yang bijaksana dan menjadikan

kerajaannya tentram dan damai.

3.6 Nilai Budaya

Berikut ini akan dipaparkan beberapa nilai budaya yang tersirat dalam

cerita Putri Merak Jingga.

(1) Rela Berkorban demi cinta

Nilai Budaya pengabdian atau rela berkorban kepada raja tampak

menonjol dalam cerita Putri Merak Jingga. Perilaku tersebut tercermin pada sikap

seorang pemuda bernama Alang Jermal, putra Panglima Kerajaan Petani.

Pemuda tersebut kebetulan menjadi kawan karib putra raja bernama Putra

Bandar Sakti, sekaligus kekasih putri raja bernama Putri Merak Jingga. Suatu

ketika, Alang Jermal mendapat perintah dari Putra Bandar Sakti untuk mencari

ikan yang paling enak di dasar laut. Karena patuh dan rela berkorban, ia

(45)

yang menginginkan ikan itu adalah kekasihnya Putri Merak Jingga. Sebagai

seorang pemuda, ia ingin mewujudkan cita-cita kekasihnya untuk mendapatkan

ikan yang paling enak di dunia. Perhatkan kutipan berikut ini yang menyiratkan

besarnya rasa pengabdian dan rasa cintanya kepada Putri Merak Jingga

Pada suatu hari ketika mereka bermain di tengah laut, Putra Bandar Sakti berkata kepada sahabatnya Alang Jermal agar mencarikan ikan yang paling enak di dunia tetapi yang belum pernah diketahui oang. Ratu Bidadari Laut memenuhi permintaan mereka tetapi dengan syarat Alang Jermal harus tinggal di gua itu selama dua kali musim ikan termenung (ikan gembung). (PMJ, hlm. 69-70).

Demikianlah pengabdian Alang Jermal kepada junjungannya. Ia tetap

melaksanakan tugasnya dengan senang hati meskipun pencarian ikan itu sangat

menyulitkan dirinya. Akhirnya, ia berhasil memperoleh ikan itu dan

mempersembahkan kepada putri raja.

(2) Kesetiaan

Kesetiaan Putri Merak Jingga terhadap kekasihnya, Alang Jermal,

menyulitkan dirinya bahkan seluruh keluarganya, hingga kerajaan itu hancur

diserang oleh Raja Tiongkok. Hal itu terlihat dalam adegan ketika Putri Merak

Jingga menolak pinangan Raja Hwa Loan yang juga menginginkan dirinya

sebagai istrinya. Akibat penolakan pinangannya itu, orang tua dan kakaknya

tewas dan kerajaan hancur oleh Hwa Loan. Untunglah Alang Jermal segera

datang menyelamatkan kekasihnya itu.

(46)

Kesetiaan dan pengorbanan seorang gadis mutlak diperlukan dalam

menjalin cinta. Akhirnya, berkat kesetiaan kedua tokoh itu berhasil meraih

cita-cita mereka. Kedua tokoh remaja itu menjadi suami istri dan berbahagia bersama

ketujuh orang putrinya.

(3) Membela Kebenaran dan Harga Diri

Nilai budaya membela kebenaran dan harga diri terlihat pada sikap dan

perilaku Putra Bandar Sakti sebagai anak raja dan kakak dari Putri Merak Jingga.

Sebagai pemuda, ia menuntut bela atas serangan Raja Hwa Loan yang

memporak-porandakan Kerajaan Petani ketika marah karena ditolak

pinangannya. Peperangan itu mengakibatkan Putra Bandar Sakti tewas, demikian

pula raja dan seluruh kerajaan hancur musnah. Kejadian itu menyiratkan adanya

kebesaran jiwa Putra Bandar Sakti serta harga diri yang tinggi untuk melindungi

keluarganya. Ia tewas di tangan Raja Hwa Loan ketika mencoba menghadang

pasukan Tiongkok memasuki istana kerajaan.

Mendengar bahwa lamarannya ditolak oleh Raja Tua Sakti Perkasa maka Maharaja Hwa Loan murka. Segera dikerahkan tentaranya menyerang kembali. Putra Bandar Sakti menghambat musuh yang berusaha memasuki tempat persembunyian Putri Merak Jingga, tetapi akhirnya Putra Bandar Sakti tewas juga. (PMJ, hlm. 72).

Pengorbanan Pemuda itu merupakan usaha seorang pria yang pemberani

(47)

musnah, tinggallah Putri Merak Jingga bersama kekasihnya. Mereka menikah

dan membangun kerajaannya kembali,

(4) Kebijaksanaan

Nilai budaya kebijaksanaan mutlak diperlukan bagi setiap pemimpin,

apalagi bagi seorang raja. Kecerobohan dan kesewenang-wenangan seperti

perilaku Raja Hwa Loan akan merugikan orang lain, yakni Kerajaan Petani di

kota Teluk Belanga. Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan

kemurkaan Raja Hwa Loan terhadap musuh yang menolak pinangannya.

Sesampainya didasar laut Alang Jermal berseru kepada jin laut. Bantulah

kami musnahkan musuh kami itu, seketika itu juga turunlah badai diiringi petir

dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu maharaja Hwa Loan sangat

marah dan berseru dengan hebatnya. Hai raja dewa di langit jadikanlah aku

seekor naga yang paling ganas. ( PMJ.hal.72 )

Alang Jermal berusaha bertahan dan melindungi putri merak jingga dari

serangan Raja Hwa Loan. Tapi kemarahan Hwa Loan tidak terkendali ia

menjelma menjadi naga yang paling ganas untuk menumpas musuh yang telah

menolak lamarannya itu. Akhirnya Hwa Loan kecewa karena kedua musuhnya

(48)

BAB IV

ANALISIS PSIKOLOGIS ALANG JERMAL

4.1 Setia

Badudu dan Aminuddin (1994 : 1309) mengartikan setia :

1. Tetap mempertahankan hubungan atau ikatan dengan baik

2. Tetap mempertahankan apa yang telah diucapkan

3. Tetap melaksanakan dengan baik

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 880) mengartikan bahwa :

Setia : 1. Patuh, taat

2. Tetap dan teguh (dalam persahabatan, dan sebagainya)

3. Berpegang teguh (alam pendirian, janji dan sebagainya)

4.2 Gigih

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 880) mengartikan

bahwa :

Gigih : sanggup dan kuat hati (dalam menghadapi bahaya berani)

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa setia dan

gigih ini adalah sifat-sifat yang tercermin dari lubuk hati yang paling dalam,

karena sifat ini tidak dapat dibuat-buat. Jika isfat setia dan gigih ini dibuat-buat

(49)

memang sudah menjadi sifatnya maka seberat dan sebesar apapun godaan dan

penderitaan yang datang dia akan tetap bertahan dan tabah.

Hal ini dapat kita lihat pada tokoh Alang Jermal sebagai kekasih putri raja,

sangat setia dan gigih dalam memperjuangkan cita-citanya. Sebagai seorang

kesatria, ia berusaha keras menyelamatkan kekasihnya, dan negeri petani, dari

tangan raja Tiongkok. Sedikitpun Alang Jermal tidak takut untuk melakukan

perlawanan kepada Raja Cina, Hwa Loan

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa ikan keyangan untuk Putri Merak Jingga. Ia sangat terkejut dan hera melihat istana telah berubah dan ia menjadi lebih terkejut dan heran melihat Putri Merak Jingga terkurung di dalam keranda kaca, tetapi tiba-tiba muncul Maharaja Hwa Loan dengan pedang terhurus. Alang Jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar Maharaja Hwa Loan ke luar istana yang kemudian jatuh ke laut.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal membawa keranda kaca itu terjun ke dasar laut. Sesampainya di dasar laut Alang jermal berseru kepada Jin laut, abntulah kami memusnakhkan musuh kami itu ” Seketika itu juag turunlah badai di iringi petir dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu Maharaja Hwan Loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya ”Hai raja di Raja Dewa di Langit jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas. ”Mendengar suara yang menggeledek itu tiba-tiba Putri Merak Jingga teraingat kepada ayahnya sampai dapat.

Alang Jermal berhasil menjumpai ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan jerlmaan Maharaja Hwa Loan. Dengan secepat kilat Alang Jermal berenang sehingga naga itu dapat dikejar, dan sebelum naga itu dibunuhnya ia membaca jampi-jampi dan tangkal Nenek Jin Laut agar ia dapat bergerak bebas tanpa diketahui Naga Hwa Loan. Ketika ia memasuki perut naga itu, dilihatnya Putri Merak Jingga masih terkurung di dalam keranda kaca. Dan sekonyong-konyong Putri Merak Jingga berteriak ketika diketahuinya Alang Jermal telah berada di situ untuk menolongnya.

(50)

dirinya ke dalam pelukan Alang Jermal. Mereka sangat bahagia sehingga lupa bahwa mereka berada di dalam perut Naga Hwa Loan.( PMJ.hlm.72 – 73 )

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan

pulang dengan membawa ikan khayangan untuk putri merak jingga. Ia sangat

terkejut dan heran melihat istana telah berubah dan ia lebih terkejut dan heran

melihat putri merak jingga terkurung dalam keranda kaca, tetapi tiba – tiba

muncul maharaja hwa loan dengan pedang terhunus. Alang jermal dengan tenaga

yang kuat luar biasa berhasil melempar raja hwa loan keluar istana yang

kemudian jatuh ke laut.

Untuk keselamatan putri merak jingga alang jermal terpaksa membawa

keranda kaca itu terjun ke dasar laut sesampainya di dasarlaut alang jermal

berseru kapada jin laut “ oh, nenek jiin laut bantulah kami memusnahkan musuh

kami itu. Seketika itu juga turunlah badai diiringi petir dan gelombang laut yang

besar melihat kejadian itu. Hwa loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya

hai raja – raja diraja dewa dilangit, jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas

mendengar suara yang menggeledek itu tiba – tiba putri merak jingga teringat

kepada ayahnya dan minta tolong kepada alang jermal agar mencari ayahnya

sampai dapat.

Alang jermal berhasil menjumpai ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika

kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan naga jelmaan Raja Hwa Loan dengan

(51)

sebelum naga itu dibunuhnya ia membaca jampi – jampi dan tangkal nenek jin

laut agar ia dapat bergerak bebas tanpa diketaui naga hwa loan ketika ia

memasuki perut naga itu dilihatnya Putri Merak Jingga terkurung didalam

keranda kaca dan sekonyong – konyong Putri Merak Jingga berteriak ketika

diketahuinya Alang Jermal telah berada disitu untuk menolongnya.

Alang Jermal berusaha membuka dinding keranda kaca itu dengan paksa

dan akhirnya setelah dengan cara paksa salah satu dindingnya terbuka. Lalu Putri

Merak Jingga menjatuhkan dirinya kepelukan alang jermal. Mereka sangat

bahagia sehingga lupa bahwa mereka berada dalam perut naga Hwa Loan. (

PMJ.hlm. 72 – 73 )

4.3 Pembrani

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 350)

Pembrani : 1. Sifat manusia, yang mana didalam diri manusia tersebut

mempunyai kesanggupan untuk berbuat, dalam menghadapi

halangan dan rintangan.

2. Tangguh dan tidak pernah menyerah

3. Melakukan tindakan dan mempunyai tujuan sehingga dapat

membela kebenaran.

Hal ini dapat kita lihat ketika Alang Jermal hendak memenuhi permintaan

(52)

ke dasar laut untuk mencari ikan yang dikehendaki kekasihnya. Dan Alang

Jermal pun berusaha untuk menyelamatkan kekasihnya dari Raja Tiongkok Hwa

Loan.

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Pada suatu hari, ketika mereka bermain ditengah laut, putra bandar sakti berkata kepada sahabatnya, alang jermal agar mencari ikan yang paling enak di dunia tetapi yang belum pernah diketahui orang mendengar permintaan temannya itu Alang Jermal pun terjun kedalam laut. Ketika ia sedang asyik mencari ikan tersebut tanpa disadari ia telah memasuki daerah larangan yang dihuni oleh jin laut. Ketika jin laut melihat ada orang yang telah berani memasuki daerahnya ia sangat marah dan berniat hendak membunuh orang tersebut.

Alang Jermal sebagai anak pawang laut segera teringat akan pesan ayahnya, yaitu bahwa jika bulu tengkuk jin laut dipegang maka ia akan lemah sperti cacing mati. Sewaktu Alang Jermal memegang bulu tengkuknya tiba – tiba jin laut berubah jadi orang tua yang sudah uzur. Malihat hal tersebut Alang Jermal lalu menyebutkan tiga macam permintaannya yaitu agar ia dapat bernapas di air, supaya tubuhnya kuat dan kebal, dan sebagai permintaan terakhir adalah ikan yang paling enak di dunia. Permintaan yang pertama dan yang kedua bisa dipenuhi jin laut, tetapi permintaannya yang ketiga tidak bisa dikabulkan karena ikan tersebut berda di dalam ghua bidadari. Alang Jermal dan jin laut tersebut lalu berangkat menuju gua tersebut sesampainya mereka di gua itu jin laut menjelaskan maksud kedatangan mereka kepada ratu bidadari laut. Ratu bidadari laut memenuhi permintaan mereka tetapi dengan syarat alang jermal harus tinggal di gua itu selama dua kali musim ikan termenung ( ikan gembung ). ( PMJ.hal.69 – 70 )

4.4 Sabar dan Jujur

Badudu dan Aminuddin (1994 : 1193)

Sabar : 1. Sifat tidak pemarah, tahan menderita, suka menurut dan menerima

saja.

(53)

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 880) mengartikan

bahwa , Sabar :

1. Tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak

lekas patah hati

2. Tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak terburu nafsu

Berdasarkan pendapat diatas dapatlah disimpulkan bahwa sabar

merupakan suatu sifat yang sangat bagus, seharusnya sifat seperti inilah yang

harus dimiliki oleh setiap orang. Sifat sabar dapat menopang hidup kearah yang

lebih baik. Semua kegiatan yang dilakukan dengan penuh kesabaran akan

menghasilkan buah yang baik.

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

(54)

Demikian pula Alang Jermal yang dengan sabar untuk mendapatkan ikan

dan menghadapi rintangan yang menghalanginya, agar mendapatkan hasil yang

baik.

Jujur : 1. Sifat yang selalu jujur dan tidak berbohong

2. Memberikan yang terbaik, untuk orang lain

Demikian pula dengan Alang Jermal, mempunyai sifat psikologis yang

baik.

Alang Jermal mempunyai sifat psikologis yang baik sabar dan memenuhi

janji. Tokoh ini mempunyai sifat jujur, keturunan orang biasa, ia seorang

pembrani, tanggung jawab, dan rela berkorban. Dan sebagai kekasih putri raja,

sangat setia dan gigih dalam memperjuangkan cita-citanya. Sebagai seorang

kesatria, ia berusaha keras menyelamatkan kekasihnya, Putri Merak Jingga dari

tangan raja Tiongkok. Dan pada akhirnya Alang Jermal hidup berbahagia dengan

kekasihnya Putri Merak Jingga.

4.5 Psikologis Putri Merak Jingga

Putri Merak Jingga, sebagai putri raja yang cantik jelita, ia tidak

mempunyai sifat yang tamak. Walaupun banyak godaan terhadap dirinya dan

tetap pada pendiriannya dan ia sangat setia dan bersedia mengorbankan jiwa

raganya demi cintanya kepada Alang Jermal. Hal itu terjadi, ketika seorang raja

perkasa bernama Hwa Loan dari kerajaan Tiongkok, mencoba melamar dirinya

(55)

Berkat keteguhan hati putri raja, akhirnya Raja Hwa Loan mundur.

Ayahandanya raja Sakti perkasa dan kakanya, Tuanku Putra Bandar Sakti gugur

dalam pertempuran melawan raja Tiongkok tersebut

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Sementara itu Alang Jermal dipanggil oleh Putri Merak Jingga untuk bercerita mengenai ikan kayangan tersebut. Alang Jermal menyembunyikan kejadian yang sebenarnya, tetapi titab-tiba ia berhenti bercerita ketika teringat akan pesan Ratu Bidadari laut yang menyuruhnya segera kembali dan akan membawa cerita yangjauh lebih indah lagi. Mendengar janji lang Jermal ia memancarkan ke negeri Tiongkok. Yang pertama sekali melihat cahaya Merak Jinga yang samapi ke negeri Tiongkok itu adalah Maha Raja Hwa Loan. Ia bercenggang dan hatinya tergugah ketika melihat cahaya yang bersinat gemilang-gemilan itu. malam itu juga dikerahkan semua tentara kerajaan untuk mencari dari mana asalnya cahaya tersebut.

Beberapa hari kemudian perwiranya melaprkan bahwa cahaya itu berasal dari wajah seorang putri yang sangat cantik. Mendengar itu timbul hasrat dihatinya untuk melamar putri yang cantik itu. lalu bertolaklah mereka ke arah selatan. Sewaktu mereka berda di Selat Karimata, cahaya itu kelihatan menyinari dari arah abrat lalu sehingga armada itu segera menukar arah haluannya ke tempat asal cahaya itu. tetapi, tiba-tiba awan tebal menutupi laut. Untuk menghindari bahaya taufan armada Hwa Loan berlabuh di Pulau Berhala di empat Datuk Tapa dan Wan tanjung bersembunyi. Tentara Hwa Loan mengatakan maksud pelayaran mereka itu kepada datuk Tapa.

Datuk Tapa yang banyak mengetahui tentang Putri Merak Jingga berjanji sanggup menyerahkan Putri Merak Jingga dengan syarat supaya Maharaja mengangkatnya menjadi raja yang sah di Kerajaan Petani. Dengan gembira Mahraja Hwa Kloan menyutujui usulnya tersebut dan dilantiklah Datuk Tapa dan Wan Tanjung menjadi bangsawan di Tiongkok dengan utama yang baru yaitu Panglima Ta Fa Panglima Tan Yung. Selesai pelantikan tersebut armada Hwa Loan segera bertolak menuju kota Teluk Belanda.

(56)

Dalam pertempuran yang dahsyat itu tewaslah Panglima Ta Fa dan Panglima Tan Yung. Akhirnya kota Teluk Belaga jatuh ke tangan Maharaja Hwa Loan tanpa mendapat serangan balasan.

Pada suatu hari Maharaja Hwa Loan mengupah seorang penduduk menghadap Raja Tua sakti perkasa untuk melamar Putri Merak Jinga, tetapi lamarannya ditolak raja. Mendengar bahwa lamarannya ditolak oleh raja Tua Sakti Perkasa maka Maharaja Hwa Loan menjadi Murka. Segera dikerahkan tentaranya menyerang kembali. Putra Bandar Sakti menghambat musuh yang beruaha memasuki tempat persembunyiannya Putri Merak Jingga, tetapi akhirnya Putra Bandar Sakti tewas juga. Melihat kejadian ini Mahraja Hwa Loan lalu menawan Putri Merak Hinga dan Raja Sakti Perkasa. Putri Merak Jingga dimasukkan ke dalam keranda kaca.

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa ikan keyangan untuk Putri Merak Jingga. Ia sangat terkejut dan hera melihat istana telah berubah dan ia menjadi lebih terkejut dan heran melihat Putri Merak Jingga terkurung di dalam keranda kaca, tetapi tiba-tiba muncul Maharaja Hwa Loan dengan pedang terhurus. Alang Jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar Maharaja Hwa Loan ke luar istana yang kemudian jatuh ke laut.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal membawa keranda kaca itu terjun ke dasar laut. Sesampainya di dasar laut Alang jermal berseru kepada Jin laut, abntulah kami memusnakhkan musuh kami itu ” Seketika itu juga turunlah badai di iringi petir dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu Maharaja Hwan Loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya ”Hai raja di Raja Dewa di Langit jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas. ”Mendengar suara yang menggeledek itu tiba-tiba Putri Merak Jingga teraingat kepada ayahnya sampai dapat.

Alang Jermal berhasil menjumpai ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan jerlmaan Maharaja Hwa Loan. Dengan secepat kilat Alang Jermal berenang sehingga naga itu dapat dikejar, dan sebelum naga itu dibunuhnya ia membaca jampi-jampi dan tangkal Nenek Jin Laut agar dapat bergerak bebas tanpa diketahui Naga Hwa Loan. Ketika ia memasuki perut naga itu, dilihatnya Putri Merak Jingga masih terkurunbg di dalam keranda kaca. Dan sekonyong-konyong Putri Merak Jingga berteriak ketika diketahuinya Alang Jermal telah berada di situ untuk menolongnya.

(57)

4.6 Psikologis Raja Tua Sakti

Raja tua Sakti adalah raja yang menguasai atau memimpin kerajaan

petani, Raja tua Sakti bersama permaisurinya adalah gambaran pribadi, pimpinan

yang disenangi rakyat, raja yang selalu memikirkan kesejahteraan negara dan

rakyatnya. Wajarlah jika semua rakyatnya dengan bangga dan giat bekerja

dengan pengharapan penuh akan hari yang lebih cerah.

Raja dan rakyat sama-sama manusia biasa, sama-sama punya jantung /

hati, punya rasa yang sama, yang tahu manusia dan pahit, yang mengerti senang

dan susah. Raja yang mulia ialah dia yang senantiasa lekat dihati rakyatnya, yang

rakyatnya sendiri rela mati berkalang-kalang tanah demi membela dan

mempertahankan rajanya dengan ikhlas rela menderma buktikan semua yang ada

padanya demi kesejahteraan negerinya.

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Tersebutlah di Pantai Timur Selatan Bagian Utara di sekitar Labuhan Deli sekarng ini, terdapat sebuah kerajaan yang masyhur bernama Kerajaan Petani. Kenapa kejadian itu bernama Petani penulis sendiri kurang maklum adanya. Mungkin juga sebagai mengho

Referensi

Dokumen terkait

Variable prestasi belajar matematika siswa merupakan skor kemampuan ranah kognitif yang dimiliki soeorang siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada waktu

Penelitian ini membuktikan dengan diberlakukannya IFRS, terdapat perbedaan tingkat pengungkapan antara perusahaan asing dan domestik.Selain itu, penelitian ini juga membuktikan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang dideskripsi dalam data pra tindakan, hasil pelaksanaan tindakan, dan perbandingan hasil tindakan antar siklus, maka

media tradisional adalah saluran komunikasi yang asli bahwa pengiklan telah menggunakan dan umumnya diklasifikasikan sebagai media cetak (surat kabar, majalah, billboard) dan

Keunikan dari The Roll Rainbow Cake ini sendiri adalah bolu gulung yang di dalamnya terdapat whip cream dengan potongan buah segar agar menambah ciri khas

Fokus utama masalah penelitian ini adalah mengenai latar belakang tari Lenyepan gaya Sumedang di Padepokan Sekar Pusaka yang diamati dari aspek struktur koreografi,

hasil Rapat Dinas Lintas Sektoral dilaporkan kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah, dengan tembusan Asisten, Kepala Bagian Tata Pemerintahan dan Satuan Kerja Perangkat

Pascaperlakuan, profil rerata persentase siswa yang mengetahui konsep, tidak mengetahui konsep, dan memiliki miskonsepsi pada materi rangkaian listrik untuk kelas eksperimen