• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

OLEH:

DAVID GINTING, S.Farm 073202115

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat sntuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh:

DAVID GINTING, S.Farm 073202115

Disetujui Oleh Pembimbing

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. Dra. Azwinar, Apt. Dosen Fakultas Farmasi Ka. Instalasi Farmasi USU Medan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Diketahui Oleh:

Dra. Azwinar, Apt. Ka. Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja

Profesi di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Kota

Medan dan penyusunan laporan ini.

Praktek Kerja Profesi ini merupakan salah satu program pendidikan di

tingkat Apoteker Fakultas Farmasi USU Medan dalam menyelesaikan studinya.

Selesainya Praktek Kerja Profesi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Dr. Sjahrial R.Anas, MHA sebagai Kepala BPK RSU Dr.Pirngadi

Kota Medan yang telah berkenan memberikan fasilitas kepada penulis

untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

2. Ibu Dra. Azwinar, Apt sebagai Kepala Instalsi Farmasi BPK RSU Dr.

Pirngadi Kota Medan sekaligus sebagai pembimbing dari BPK RSU Dr.

Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi dan proses

penyusunan laporan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt sebagai pembimbing dari Fakultas

Farmasi USU yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi dan proses penyusunan

laporan ini.

4. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt sebagai Dekan Fakultas

Farmasi USU Medan dan Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt sebagai

koordinator Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi USU

Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk

melaksanakan Praktek Kerja Profesi.

5. Bapak dan Ibu Apoteker, Staf, dan Karyawan Badan Pelayanan Kesehatan

RSU Dr. Pirngadi Kota Medan yang telah memberikan petunjuk dan

(4)

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas budi baik Bapak dan Ibu

serta harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita

semua.

Medan, Oktober 2008

(5)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULAN... 1

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT... 3

2.1 Defenisi Rumah Sakit... 3

2.2 Tugas Rumah Sakit... 3

2.3 Fungsi Rumah Sakit... 3

2.4 Klasifikasi Rumah Sakit... 5

2.5 Rekam Medik... 7

2.6 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)... 8

2.7 Sistem Formularium... 9

2.8 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)... 10

2.8.1. Pelayanan Farmasi Minimal... 10

2.8.2. Pelayanan Farmasi Klinis... 14

2.9 Central Sterilization Supply Department... 15

BAB III TINJAUAN KHUSUS BPK RSU Dr. PIRNGADI... 17

3.1Sarana Dan Prasarana Fisisk... 17

3.2Struktur Organisasi... 17

3.3Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan... 18

3.3.1 Sub Instalasi Perbekalan... 18

3.3.2 Sub Instalasi Distribusi... 22

3.3.2.1 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan... 23

3.3.2.2 Pelayanan Farmasi Rawat Inap... 23

3.3.2.3 Pelayanan Farmasi Rawat Inap Askes/Jamkes... 25

3.3.2.4 Pelayanan Farmasi IGD... 27

3.3.2.5 Pelayanan Farmasi COT... 32

(6)

3.3.3 Sub Instalasi Administrasi... 33

3.3.4 Farmasi Klinik... 36

3.4 Instalasi CSSD... 39

BAB IV PEMBAHASAN... 44

BAB V STUDI KASUS... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 66

5.1 Kesimpulan... 66

5.2 Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(8)

BAB I PENDAHULUAN

Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka

pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan hal ini secara optimal,

diselenggarakan upaya kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah

adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang antara

lain dapat dicapai dengan penggunaan obat-obatan yang rasional di rumah sakit

yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan

terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Siregar, 2004).

Mengingat pentingnya pelayanan farmasi rumah sakit, maka calon apoteker

perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya pada

Instalasi Farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan

Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit. Dengan pertimbangan ini,

Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Badan Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Medan mengadakan Praktek Kerja Profesi bagi

calon apoteker.

Pelayanan farmasi rumah sakit yang dikelola oleh Instalasi Farmasi Badan

Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan berkewajiban

untuk mengadakan, menyiapkan, meracik, mendistribusikan obat yang aman dan

rasional di rumah sakit, di bawah pimpinan seorang apoteker, yang bertanggung

jawab kepada Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr.

(9)

Praktek Kerja Profesi ini meliputi:

1. Pemberian materi tentang Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan.

2. Melihat langsung aktivitas dan peranan apoteker secara umum di BPK RSU

Dr. Pirngadi Medan, khususnya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

3. Diskusi dengan Kepala dan Staf Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi

Kota Medan.

4. Melakukan pemberian obat dan informasi terhadap pasien di pelayanan

farmasi rawat inap dan rawat jalan.

Tujuan Praktek Kerja Profesi ini adalah agar para calon apoteker dapat

melihat secara langsung pelaksanaan tugas dan fungsi apoteker di rumah sakit

sehingga diharapkan kelak mampu mengelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan

(10)

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan

terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan

pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (Siregar, 2004).

2.2 Tugas Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 983/Menkes/SK/XI/1992,

tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya

guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan

pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya

peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).

(11)

Rumah sakit memiliki empat fungsi dasar, yaitu: pelayanan penderita,

pendidikan, penelitian, dan kesehatan masyarakat. Keempat fungsi tersebut dapat

diperinci menjadi pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik,

pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan

keuangan.

Pelayanan Penderita

Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis,

pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan penderita melibatkan

pemeriksaan dan diagnosa, pengobatan penyakit atau luka, pencegahan,

rehabilitasi, perawatan dan pemulihan kesehatan.

Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan sebagai suatu fungsi rumah sakit terdiri atas 2 bentuk utama:

1. Pendidikan dan/atau pelatihan profesi kesehatan.

Yang mencakup dokter, apoteker, perawat, personel rekam medik, ahli gizi,

teknisi sinar-x, laboran dan administrator rumah sakit.

2. Pendidikan dan/atau pelatihan penderita.

Merupakan fungsi rumah sakit yang sangat penting dalam suatu lingkup yang

jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini mencakup:

• Pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi, psikiatri sosial dan fisik.

• Pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya: mendidik

penderita diabetes, atau penderita kelainan jantung untuk merawat

(12)

• Pendidikan tentang obat untuk meningkatkan kepatuhan, mencegah

penyalahgunaan obat dan salah penggunaan obat, dan untuk meningkatkan

hasil terapi yang optimal dengan penggunaan obat yang sesuai dan tepat.

Penelitian

Rumah sakit melakukan penelitian sebagai suatu fungsi dengan maksud utama,

yaitu:

• Memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan

peningkatan/perbaikan pelayanan rumah sakit.

• Ditujukan pada tujuan dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi

penderita. Misalnya: pengembangan dan penyempurnaan prosedur

pembedahan yang baru.

Kesehatan Masyarakat

Tujuan utama dari fungsi rumah sakit sebagai sarana kesehatan masyarakat adalah

membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan dan meningkatkan

kesehatan umum penduduk.

Apoteker rumah sakit mempunyai peluang memberi kontribusi pada fungsi ini

dengan mengadakan brosur informasi kesehatan, pelayanan pada penderita rawat

jalan dengan memberi konseling tentang penggunaan obat yang aman dan

tindakan pencegahan keracunan.

Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan

Yaitu suatu upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

(13)

kepada pihak yang mempunyai fasilitas lebih lengkap dan mempunyai

kemampuan lebih tinggi (Siregar, 2004).

2.4 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai

berikut:

1. Berdasarkan kepemilikan

a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:

• Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan

• Rumah sakit pemerintah daerah

• Rumah sakit militer

• Rumah sakit BUMN

b. Rumah sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat.

2. Berdasarkan jenis pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas:

a. Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam

jenis penyakit.

b. Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan untuk pasien

dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh:

rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

3. Berdasarkan afiliasi pendidikan

(14)

a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan

program latihan untuk berbagai profesi.

b. Rumah sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki

hubungan kerjasama dengan universitas.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah Sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi

Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur

pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.

1. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

2. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas

spesialistik dan subspesialistik terbatas.

3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.5 Rekam Medik

Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan

(15)

dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari

setiap pasien, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologi,

sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan khusus, seperti konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan

sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan medik atau bedah,

patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut,

dan temuan otopsi (Siregar, 2004).

Kegunaan rekam medik;

• Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita.

• Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang

berkontribusi pada perawatan penderita.

• Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan

penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit.

• Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang

diberikan kepada penderita.

• Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi

yang bertanggung jawab.

• Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.

• Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian

keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita

(Siregar, 2004).

(16)

PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang

diketuai oleh dokter dan dibantu seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS.

Anggota PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) dan

apoteker yang mewakili farmasi serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit.

PFT rumah sakit bertugas membantu direktur rumah sakit dalam

menentukan kebijakan pengobatan dan penggunaan obat.

Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah:

• Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter

dalam memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke

dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi,

keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk

obat yang sama. PFT berdasarkan kesepakatan dapat menyetujui atau menolak

produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh SMF.

• Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit

• Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan meneliti

rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.

• Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.

• Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis

dan perawat.

• Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun

(17)

2.7 Sistem Formularium

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik di

suatu rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat dianggap

paling berguna dalam perawatan penderita. Obat yang ditetapkan dalam

formularium harus tersedia di IFRS (Siregar, 2004).

Sistem formularium merupakan sarana penting dalam memastikan mutu

penggunaan obat dan pelegalisasian harganya. Sistem formularium menetapkan

pengadaan, penulisan, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat

dengan nama generik apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut.

Kegunaan sistem formularium di rumah sakit:

• Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah

sakit.

• Sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar.

• Memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal

Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di

bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang

memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas

seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian (Siregar, 2004).

Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pelayanan farmasi

minimal dan pelayanan farmasi klinis.

(18)

Dalam pelaksanaannya, pelayanan farmasi minimal dibagi atas:

a. Produksi

Instalasi Farmasi Rumah sakit memproduksi produk steril dan non steril serta

pengemasan kembali. Produk steril yang dibuat terdiri dari Total Parenteral

Nutrisi (TPN), injeksi dan pencampuran obat suntik, sedangkan produk non steril

terdiri dari pembuatan pulvis, pulveres, pengenceran alkohol, formalin, H2O2 dan

pengemasan kembali.

Produksi Instalasi Farmasi perlu diadakan karena obat-obat yang dikehendaki

dalam bentuk tertentu atau obat-obat dengan formulasi dan konsentrasi yang

khusus, misalnya: pembuatan pulvis dan pulveres untuk anak-anak.

b. Perbekalan

Perbekalan dilaksanakan oleh unit pelaksana Instalasi Farmasi Rumah

sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan

merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan

farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan

kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat.

Pedoman perencanaan berdasarkan:

• Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) / formularium, standar terapi

rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku.

• Data catatan medik.

• Anggaran yang tersedia.

(19)

• Siklus penyakit.

• Sisa stok.

• Data pemakaian periode lalu.

• Perencanaan pengembangan.

Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan.

Pembelian perbekalan farmasi berpedoman pada:

• Surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker.

• Barang harus berasal dari sumber dan jalur distribusi yang resmi.

• Perjanjian pembayaran.

• Kualitas barang.

Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan

farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk:

• Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan

dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu, kelembaban.

• Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad.

• Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu

disusun berdasarkan FIFO (First In First Out).

• Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

c. Distribusi

Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran

obat-obatan dan alat kesehatan.

(20)

1. Pasien rawat jalan

Pasien/keluarga pasien langsung menerima obat dari Instalasi Farmasi sesuai

dengan resep yang ditulis oleh dokter. Keadaan ini memungkinkan

diadakannya konseling pada pasien/keluarga pasien.

2. Pasien rawat inap

Ada 3 sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu:

a.Resep perorangan (Individual Prescription)

Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung

oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan

pasien.

Keuntungan sistem ini adalah:

• Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker

• Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat

• Adanya legalisasian persediaan

Kelemahan sistem ini adalah:

• Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya

• Obat dapat terlambat ke pasien

b.Floor stock

Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit

perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan

farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat

emergensi.

(21)

• Obat yang dibutuhkan cepat tersedia.

• Meniadakan obat yang return.

• Pasien tidak harus membayar obat yang lebih.

• Tidak perlu tenaga yang banyak.

Kelemahan sistem ini adalah:

• Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat

atau adanya kesalahan penulisan etiket.

• Persediaan obat di ruangan harus banyak.

• Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.

c.Unit dose

Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan

dibayar dalam unit dosis tunggal, yang berisi obat dalam jumlah yang telah

ditetapkan untuk satu kali pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama

antara dokter, apoteker dan perawat.

Keuntungan sistem ini adalah:

• Pasien hanya membayar obat yang dipakai.

• Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan

perawat.

• Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat.

• Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada.

d. Kombinasi dari beberapa sistem pendistribusian di atas.

Semua sistem diatas dapat dilakukan dengan cara:

(22)

2. Desentralisasi : adanya pelayanan farmasi/depo farmasi

Sistem distribusi obat harus menjamin:

1. Obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat

2. Dosis yang tepat dan jumlah yang tepat

3. Kemasan yang menjamin mutu obat

d. Administrasi

Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya

sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu tugas administrasi di Instalasi

Farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada

kepala Instalasi Farmasi Rumah sakit.

2.8.2 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada

pasien lebih dari orientasi kepada produk, dengan penerapan pengetahuan dan

keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan

toksisitas bagi pasien secara individual.

Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi

obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat

karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan

kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat.

Menurut SK MenKes No.436/MenKes/SK/VI/1993 pelayanan farmasi

klinis meliputi:

• Melakukan konseling

(23)

• Pencampuran obat suntik secara aseptik

• Menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi

• Penentuan kadar obat dalam darah

• Penanganan obat sitostatika

• Penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN)

• Pemantauan dan pengkajian penggunaan obat

• Pendidikan dan penelitian (Aslam, 2002).

2.9 Central Sterilization Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat

Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang

menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat

atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril.

Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh:

• Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial

• Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi

manusia di lingkungan rumah sakit.

• Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit,

maka peran dan fungsi CSSD sangat penting.

CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah

sakit yang membutuhkan. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan:

• Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah

mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna.

(24)

• Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang

dihasilkan.

Adapun fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

• Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan

penunjang medis.

• Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai

steril serts mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril.

• Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrument atau jumlah

(25)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

3.1 Kilas Sejarah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan tanggal 11

Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA

ZIEKEN HUIS yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang bocah

berumur 10 tahun bernama Maria Constanta Macky anak dari Walikota Medan

saat itu dan diangkat sebagai Direktur Dr. W. Bays.

Selanjutnya dengan masuknya Jepang Ke Indonesia Rumah Sakit ini

diambil dan berganti nama dengan SYURITSU BYUSONO INCE dan sebagai

direktur dipercayakan kepada putra Indonesia Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putra

yang akhirnya ditabalkan menjadi nama rumah sakit ini.

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas

dan beberapa subspesialis.

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin, kelurahan

Perintis kecamatan Medan Timur. Kepegawaian BPK RSU Dr. Pirngadi Medan

meliputi tenaga medis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga non

medis dan tenaga umum.

(26)

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh seorang Kepala Badan

Pelayanan Kesehatan (Ka. BPK) yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

1 orang sekretaris dan 5 orang Kepala Bidang (Kabid) yaitu:

• Kepala Bidang Perencanaan dan Rekam Medik

• Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis

• Kepala Bidang Keperawatan

• Kepala Bidang Pendidikan dan Penelitian

• Kepala Bidang Pemeliharaan

Selain itu ada juga Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Staf

Medik Fungsional dan Instalasi yang bertanggung jawab kepada Kepala BPK

RSU Dr. Pirngadi Medan. Salah satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi

yang bertugas mengatur dan menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di

rumah sakit.

3.3 Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu

unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan

tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala BPK RSU Dr.

Pirngadi Medan.

3.3.1 Sub Instalasi Perbekalan

Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker

dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah

sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi

(27)

perbekalan farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dilakukan secara swakelola,

yaitu melalui Surat Keputusan Walikota Medan No. 440/1319K/2002.

Sub Instalasi Perbekalan dibagi 2 bagian, yaitu :

a. Unit Perencanaan dan Pengadaan

Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas yaitu:

• Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit akan perbekalan farmasi

dan alat kesehatan yang didasarkan atas data pemakaian periode yang lalu,

sisa stok, siklus penyakit dan kemudian ditambahkan sebesar 10%.

• Memesan dan menyediakan permintaan perbekalan farmasi untuk

kebutuhan rumah sakit.

Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan

perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan

kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut:

• Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan

formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran farmasi). Jika

barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan

daftar permohonan pembelian dari gudang) maka gudang membuat

Permohonan Pembelian Barang dan menyerahkannya pada unit

pengadaan.

• Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat

pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani

oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala BPK Rumah sakit. Untuk obat

(28)

disetujui oleh Kepala BPK Rumah sakit dan PT. Askes. Pemesanan

obat-obat Askes sesuai dengan yang ada di DPHO (Daftar Plafon Harga Obat)

dan kepada PBF yang telah ditentukan.

• Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, pethidin) dan

psikotropika (seperti diazepam, luminal) dilakukan oleh unit pengadaan

menggunakan form N-9 kepada Kimia Farma.

b. Unit Gudang

Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan

farmasi. Ada dua jenis gudang yaitu:

1. Gudang obat-obatan

Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi

misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain.

Gudang obat-obatan terbagi dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat

umum. Penyusunan obat-obatan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan

dan diurutkan berdasarkan abjad.

2. Gudang alat kesehatan habis pakai.

Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dan

alat-alat kesehatan habis pakai seperti plester, kapas, infuse set, dan

lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, H2O2, juga disimpan di

gudang alat kesehatan habis pakai.

Pihak gudang mencatat dan meminta perbekalan farmasi yang

persediaannya hampir habis ke pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam

(29)

tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat

dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian

Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan membuat order pembelian.

PBF mengantar barang yang diorder disertai faktur rangkap 7, yang ditujukan

untuk:

- Satu lembar untuk gudang

- Satu lembar untuk pengadaan, faktur untuk pengadaan harus mendapat

stempel dari gudang.

- Lima lembar untuk pembayaran.

Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan

surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, kondisi

barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang

masuk disertai potongan harga jika ada, kemudian dicatat di kartu gudang. Harga

di kartu gudang adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yaitu harga modal ditambah

PPN 10%.

Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang dicatat dalam Buku

Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu gudang.

Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub instalasi distribusi

dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dan alat kesehatan

berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).

(30)

alat kesehatan. Obat-obat yang penyimpanannya memerlukan suhu tertentu seperti

serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan

menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang.

3.3.2 Sub Instalasi Distribusi

Sub Instalasi Distribusi di BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin

oleh seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi)

merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang

harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada

pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat. Sistem

distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan umum dan Jamkesmas serta

pasien rawat inap umum dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual

Prescription), sedangkan untuk pasien rawat inap ASKES dan Jamkesmas

dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD). Sedangkan untuk

memenuhi permintaan perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency)

dilakukan sistem floor stock.

One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi dimana

jumlah yang dikemas dan diberikan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini

melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi

kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.

Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada

(31)

• Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan

besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu

melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

• Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke

ruang rawat, ruang bedah, ruang rawat intensif, poliklinik, pasien dan pasien

ambulatori (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi, kartu obat, resep).

Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan

dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub

instalasi administrasi setiap bulan.

Pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui

pelayanan farmasi rawat jalan dan pelayanan farmasi rawat inap, pelayanan

farmasi di IGD, pelayanan farmasi di COT dan distribusi ruangan.

3.3.2.1 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan

Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum. Permintaan obat

dengan menggunakan resep. Pasien umum ini berasal dari poliklinik seperti

poliklinik paru, mata, gigi, neurology, obgyn, dan lain-lain.

Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan:

1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker.

2. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju

maka obat segera disiapkan.

3. Obat diserahkan beserta kuitansi yang dibuat rangkap dua, lembar pertama

kuitansi diberikan pada pasien dan lembar kedua sebagai pertinggal di

(32)

4. Resep asli dan kuitansi diserahkan ke bagian administrasi agar diperiksa

kembali dan diarsipkan. Nomor resep sesuai dengan nomor kuitansi. Uang

yang diterima akan diambil oleh juru pungut keesokan harinya.

3.3.2.2 Pelayanan Farmasi Rawat Inap

Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien

umum, pasien kredit/perusahaan, dengan menggunakan kartu obat. Sistem

pendistribusian obat untuk pasien umum dan kredit menggunakan sistem

individual prescription.

Pasien Umum

• Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat

inap

• Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep.

Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien,

disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke

kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua).

• Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan

diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya

obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien. Sedangkan lembar

keduakuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat

diserahkan kepada perawat kembali dan setelah pasien pulang disimpan ke

bagian administrasi. Jika pasien belum memiliki dana yang cukup, maka

biaya obat atau resep dimasukkan ke opname brief untuk ditagih sewaktu

(33)

b. Pasien Kredit

• Perawat/Keluarga pasien membawa kartu obat dan keterangan dari

perusahaan yang menjamin pasien ke pelayanan farmasi rawat inap.

• Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep.

Obat tersebut diberi harga, disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket,

dikemas lalu diserahkan ke kasir untuk dibuatkan kuitansi.

• Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan

diantar ke ruangan beserta kuitansi. Kartu obat diserahkan kepada

perawat/keluarga pasien.

Penagihan biaya obat dilakukan petugas keuangan Instalasi Farmasi ke bagian

keuangan rumah sakit dengan melampirkan kuitansi, copy resep dan surat resmi

dari perusahaan. Petugas keuangan rumah sakit akan melakukan pengklaiman ke

perusahaan yang bersangkutan.

Pemakaian obat golongan narkotika untuk pasien rawat inap dicatat ke

Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika yang ditandatangani oleh dokter

yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan maka

ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi

(untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotika). Dimana pada Formulir

Pemakaian Golongan Obat Narkotika tertera nama pasien, alamat pasien, nomor

rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotika yang

digunakan.

Obat dipesan dari gudang dengan menggunakan formulir B2 (Daftar

(34)

dicatat di Buku Sisa Stok, kemudian dicatat dalam kartu stok dan di cross check

setiap bulan dengan sub instalasi administrasi.

3.3.2.3 Pelayanan Farmasi Rawat Inap Askes

Yang menjadi peserta Askes yaitu semua PNS (Pegawai Negeri Sipil)

beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak maksimum

sampai umur 21 tahun, kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan

adanya surat keterangan masih aktif kuliah sedangkan yang menjadi peserta

Jamkesmas adalah pasien yang terdaftar di data base.

Pelayanan Askes rawat inap melayani pasien disemua unit pelayanan dan

ruang rawat. Khusus untuk pasien Jamkesmas hanya ruang rawat kelas 3.

Pelayanan obat yang diberikan kepada pasien Askes sesuai dengan yang

tercantum dalam DPHO (Daftar Plafon Harga Obat).

Pelayanan obat Askes rawat inap menggunakan sistem ODDD (One Day

Dose Dispensing), obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari

dan pelayanan ke pasien diberikan untuk pemakaian setiap hari. Untuk obat

injeksi, resep ditulis dan diberikan ke pasien per hari. Untuk resep alat kesehatan

ditulis terpisah dari resep obat dan resep alat kesehatan langsung dilayani, namun

resep obat harus disetujui oleh Tim Legalisasi Askes terlebih dahulu. Setiap obat

yang diberikan kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat

(CPO). Resep untuk hari Minggu disiapkan sekaligus pada hari Sabtu. Sistem

floor stock diberlakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya pada

waktu sore dan malam hari.

(35)

1. Kertas resep rangkap tiga.

2. Periksa status pasien.

3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga resep.

4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan.

5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes.

6. Ada jaminan rawatan.

7. Bila anak sudah berumur 21-25 tahun harus ada surat keterangan masih

aktif kuliah.

8. Sesuai dengan DPHO.

9. Jumlah obat yang diberikan.

10.Obat-obat yang memerlukan protokol terapi.

11.Pasien yang baru masuk pada sore dan malam hari dilayani di pelayanan

farmasi IGD dengan menggunakan resep dan kartu obat hanya untuk satu

kali pemakaian, kemudian pada hari kerja berikutnya dibuat CPO (Catatan

Pemberian Obat) dan obat diambil ke pelayanan farmasi Askes rawat inap.

Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya

belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat pasien

tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan

Pengklaiman diajukan ke PT. Askes pada akhir bulan berdasarkan jumlah

pemakaian obat per pasien yang dapat dilihat pada CPO dengan melampirkan:

• Resep pasien, protokol terapi, hasil lab (jika perlu).

• Catatan Pemberian Obat (CPO) pasien

(36)

3.3.2.4 Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pelayanan farmasi di IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan

farmasi IGD buka 24 jam, dilayani oleh petugas yang dibagi atas 3 shift yaitu

pagi, siang dan malam hari serta dilakukan serah terima barang dan uang setiap

pergantian shift.

Pengadaan barang dari unit gudang dengan membawa Formulir B2

(Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi IGD :

1. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD, yaitu pasien

umum, pasien Askes, pasien kredit dan pasien yang tidak diketahui

identitasnya (Mr/Ms.X) .

Prosedur pelayanan farmasi di IGD:

a. Pasien Umum

• Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu

obat.

• Perawat IGD membawa kartu tersebut ke pelayanan farmasi IGD.

• Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang

diminta dan menagih pembayarannya kepada keluarga pasien. Pembayaran

langsung di apotek IGD, dibuat kuitansi rangkap dua, kuitansi asli

diberikan kepada pasien dan lembar kedua pertinggal.

• Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian

(37)

dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran

perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan.

b. Pasien Askes

• Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep

• Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut.

• Setelah pasien diberi perbekalan farmasi tersebut, dokter menulisnya di

blanko resep Askes rangkap tiga dan ditandatangani oleh dokter,

kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus

dipenuhi yaitu membawa kartu Askes.

c. Pasien Mr/Ms.X

Untuk pasien Mr/Ms.X dilakukan pelayanan seperti pada pasien

Askes. Petugas IGD melaporkan kepada bagian pelayanan medis agar

membuat surat keterangan bahwa pasien tersebut pasien Askes apabila

tidak ada sanak saudaranya.

d. Pasien Kredit/Perusahaan

Untuk pasien kredit/perusahaan dilakukan pelayanan seperti pada

pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan keuangan apotek dengan

mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk

diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah

sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien umum, pasien kredit, pasien Askes,

dan Mr/Ms.X dari ruangan rawat inap pada waktu diluar jam kerja dan pada

(38)

3. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah

di KBE (Kamar Bedah Emergensi).

Prosedur melayani perbekalan farmasi untuk pasien di KBE :

a. Pasien Umum

• Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan termasuk obat

anastesi dan obat narkotika seperti petidina di kartu obat.

• Petugas farmasi memberikan obat yang diminta tersebut.

• Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke

buku formulir pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter,

nama pasien dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk

keperluan pelaporan narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan

seluruh narkotika yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh

bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah sakit BPK RSU Dr.

Pirngadi Medan.

• Perbekalan farmasi yang dipakai untuk keperluan tindakan bedah

ditagih oleh petugas apotek pada keluarga pasien. Pembayaran

langsung di Apotek IGD, dibuat kuitansi, lembar pertama kuitansi

diberikan kepada pasien dan lembar kedua sebagai pertinggal di

apotek.

• Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian

perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB

dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran

(39)

b. Pasien Askes

• Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada kartu

obat.

• Pada keesokan harinya, dokter menulisnya di blanko resep Askes

rangkap tiga dengan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan

oleh Tim legalisasi.

Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes.

c. Pasien Kredit/Perusahaan

Untuk pasien kredit/perusahaan dilakukan pelayanan seperti pada

pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan bagian keuangan apotek

dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi,

untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara

rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

4. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi.

Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi

emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi

dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus.

Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang

bersangkutan sedangkan untuk KBE dilakukan oleh petugas farmasi IGD.

Setiap obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera

mungkin.

Contoh Daftar Stok Obat-obat Emergensi

(40)

Aminofilin Magnesium sulfat Lanatosid (Cadilarid)

Atropin sulfat Methergin Forgesic/tramadol

Cyclocapron Na-bicarbonat/meylon Pethidin*

Dexamethason Nacl 0,9% Transamin 500 mg

Dextrose 5% Oxytocin/synthocinon ampul Xylomidon

Dopamin Papaverin HCl ampul Dobujek 500 mg*

Furoemid/lasix Phenobarbital ampul Bic-nat

Calcium glukonat Ringer lactate Klorfenon/delladryl

Klorpromazin HCl Ringer dextrose

Lidocain 2% Kalium klorida

*obat-obat yang hanya disediakan di ruang khusus seperti ICU, ICCU, STROKE.

Daftar Stok Alat-alat Kesehatan Emergensi

Spuit 3 cc Catheter no.14 Abbocat 22

Spuit 5 cc Catheter no.16 Infusset mikro

Spuit 10 cc Catheter no.18 Infusset dewasa

Spuit 60 cc NGT 16

Abbocat 24 NGT 19

Jenis obat dan alat emergensi yang disediakan di setiap ruangan

berbeda-beda untuk masing-masing ruang sesuai dengan kebutuhan dan jenis penyakit.

3.3.2.5 Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre (COT) – Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Pelayanan farmasi COT/IBS bertugas melayani Central Operation Theatre

(COT). Pengelolaan obat-obat di COT atau pembedahan yang direncanakan

(41)

mengambil obat membayar secara tunai yang kemudian akan disetor ke bagian

keuangan sedangkan untuk pasien Askes pengobatan ditanggung oleh PT. Askes.

Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi COT adalah

obat-obatan sediaan injeksi terutama obat anestesi dan alat kesehatan habis pakai untuk

keperluan bedah. Pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan berasal dari unit

gudang instalasi farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan

formulir B2. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Demikian juga dengan

pengadaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran

Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan

dan Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan dicross check dengan sub

instalasi administrasi setiap bulan.

Untuk pengadaan obat anestesi dan perlengkapannya di kamar bedah,

petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Daftar Permintaan Obat

Anastesi dan Perlengkapannya. Dosis pemakaian obat anastesi dimonitor oleh

petugas COT dalam kamar bedah yang dicatat dalam Daftar Dosis Pemakaian

Obat/Alat Anestesi sebagai bukti pengeluaran bagi pasien.

Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah contohnya pethidin,

dicatat dalam formulir pemakaian pethidin di kamar bedah yang ditandatangani

oleh dokter yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi

distribusi sebagai pengganti kartu obat.

3.3.2.6 Distribusi Ruangan

Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan

(42)

yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan

merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, plester, perban, alkohol, saplon.

Perbekalan farmasi yang dibutuhkan didistribusikan ke ruangan/poliklinik

adalah berdasarkan permintaan pemakai dengan memakai formulir Daftar

Permintaan dan Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan

dan dokter ruangan.

3.3.3 Sub Instalasi Administrasi

Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah sakit yang bertugas

melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi.

Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi dua yaitu:

1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga

Tugasnya antara lain:

- Mengarsipkan surat-surat yang masuk ke Instalasi Farmasi. Pada buku

agenda, surat-surat yang masuk dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan

sebagainya.

- Mencatat dan mengarsipkan surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi

dan menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban

yang jelas.

- Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi.

- Membalas surat yang masuk ke Instalasi Farmasi.

- Mengatur mutasi pegawai di Instalasi Farmasi bekerja sama dengan staf

yang lain.

(43)

- Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi

misalnya meja, alat-alat tulis.

2. Akuntansi, Laporan dan Statistik

Tugasnya antara lain :

- Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, alat

kesehatan dalam suatu pola administrasi yang sesuai dengan kebutuhan

Instalasi Farmasi.

- Melakukan pemeriksaan silang (cross chek) dengan gudang dan sub

instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu

Administrasi Persediaan Farmasi yang dapat dilihat pada lampiran.

- Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui

resep setiap bulan.

- Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, alat kesehatan yang

dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan.

- Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan

resep yang akan disetor ke Bagian Keuangan Rumah sakit setiap hari.

- Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian

tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat

diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok

Penjualan (HPP) dapat dihitung dengan menambahkan persediaan awal

tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu dikurangi dengan

(44)

Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari hasil tersebut dilakukan

evaluasi.

Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi

perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang

didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, melalui prinsip unitcost.

Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan

pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam

penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas,

plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unitcost untuk pasien rawat jalan,

operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

a. Pasien rawat jalan/operasi

Unitcost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan Jumlah pasien yang berkunjung setiap bulan

Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-ratanya.

b. Pasien rawat inap

Unitcost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah hari rawatan setiap bulan

Biaya unitcost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah

biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui opname brief, dihitung

jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim

oleh Instalasi Farmasi ke RSUPM.

Setiap bulan diperhitungkan Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat

dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan

(45)

Contoh biaya yang termasuk unit cost serta tindakannya:

Perhitungan Besarnya Unit Cost untuk Instalasi Farmasi pada pasien Askes dan Jamkesmas untuk Partus Normal

Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut:

No. Nama Perbekalan Farmasi

Kemasan Harga Satuan

Pemakaian Harga Pemakaian

1. Lidocain Amp Rp. 863,- 2 amp Rp.

1.726,-2. Kapas 1 kg Rp. 31.460,- 1 ons Rp.

3.146,-3. Iodin Povidon / 60 cc Botol Rp. 3.500,- ¼ botol Rp.

875,-4. Chromic 2/0 Sachet Rp. 11.477,- 2 bh Rp.

Jumlah Rp.

28.801,-3.3.4 Farmasi Klinik

Instalasi Farmasi BPK RSU Dr.Pirngadi Medan memilik Sub Instalasi

Farmasi Klinik yang dipimpin oleh seorang Apoteker, bertanggung jawab dalam

melaksanakan pelayanan dibidang farmasi klinik.

Farmasi klinik merupakan suatu keahlian profesional dalam bidang

kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan, kerasionalan,

dan ketepatan penggunaan terapi obat oleh pasien melalui penerapan pengetahuan

dan fungsi terspesialisasi dari apoteker dalam pelayanan pasien.

Pelayanan farmasi klinis yang baik akan memberikan manfaat bagi pasien

maupun pihak rumah sakit, namun hingga saat ini belum banyak pelayanan

farmasi klinis yang dilakukan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan adanya

kendala-kendala seperti kurangnya sumber daya manusia dan sarana rumah sakit yang

belum mendukung.

Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah pemberian

(46)

dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di Unit Pelayanan Farmasi

Rawat Jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang tata

cara penggunaan obat sehingga tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai,

mewaspadai efek yang tidak diinginkan yang mungkin muncul atas pemakaian

obat, mengerti manfaat dari obat yang telah diberikan.

Contoh pelayanan informasi obat yang dilakukan pada Instalasi Farmasi

Rawat Jalan:

Pelayanan informasi:

1. Rifampisin

a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 450 mg rifampisin

b. Indikasi : sebagai antituberkulosis

c. Bentuk obat : kapsul

d.Cara Pemakaian : 1 kali sehari 1 tablet

(47)

- Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi

badan telah membaik.

- Jika urin, air liur, air mata, keringat dan cairan tubuh lainnya bewarna

merah, tidak perlu dikhawatirkan karena ini merupakan efek dari obat

tersebut.

- Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun.

- Obat digunakan sebelum makan tiap pagi.

2. INH

a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 400 mg Isoniazid

b. Indikasi : sebagai antituberkulosis

c. Bentuk obat : Kapsul

d. Cara pemakaian : 1 kali sehari 1 kapsul

e. Hal-hal yang perlu diinformasikan

- Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi

badan telah membaik.

- Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun.

- Obat digunakan sebelum makan tiap pagi.

3. Ethambutol

a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 500 mg Ethambutol

b. Indikasi : sebagai antituberkulosis

c. Bentuk obat : Kapsul

d. Cara pemakaian : 1 kali sehari 2 kapsul

(48)

- Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi

badan telah membaik.

- Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun.

- Obat digunakan sebelum makan tiap pagi.

- Bila pemakaian terlalu lama dapat menyebabkan gangguan penglihatan,

hati-hati bila berkendaraan.

4. Livolin Forte

a. Komposisi : tiap kapsul mengandung Phosphatidyl Choline Vitamin B1,

B2, B12, E dan Nicotinamide.

b. Indikasi :Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan hepatotonic.

c. Bentuk obat : Kapsul

d.Cara Pemakaian : 1 kali sehari 1 kapsul

e. hal-hal yang perlu diinformasikan :

- Obat dimakan dengan teratur setelah makan.

3.4 Instalasi Central Sterilization Supply Department (CSSD)

CSSD dikelola terpisah dari Instalasi Farmasi dan merupakan instalasi

sendiri yang dipimpin oleh kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung

kepada kepala BPK RSU Dr.Pirngadi Medan.

Pelayanan steril adalah suatu kegiatan yang memproses bahan , peralatan

dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelayanan medis, mulai dari pencucian

pengadaan, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan

(49)

pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang

membutuhkan.

Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu:

1. Sterilisasi alat kesehatan dari ruangan.

Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan

di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan

yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah poliklinik atau ruangan

perawatan yang membutuhkan.

2. Sterilisasi kebutuhan operasi

Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah

dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi, penyimpanan dan

pendistribusian. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah

THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.

Contoh alat-alat untuk operasi Myoma Uteri:

1. Alat dasar (Basic):

• Hak otot 2 buah

• Hak garuk 2 buah

• Joderen 1 buah

• Spatel 1 buah

• Suction 1 buah

• Nald Poeder 1 buah

• Gagang pisau 1 buah

(50)

• Mosquito bengkok 5 buah

• Gunting lurus 1 buah

• Gunting bengkok 1 buah

• Pinset lurus 1 buah

• Pinset bergigi 1 buah

27 buah

2. Alat khusus:

• Hak otomatis 2 buah

• Spatel 1 buah

• Mosteus tang 2 buah

• Hak kecil 2 buah

• Klem 8 buah

• Klem gigi 4 buah

• Gunting 3 buah

• Pinset 4 buah

• Klem pean panjang 3 buah

• Joderen 3 buah

• Klem lurus panjang 2 buah

• Klem gigi panjang 2 buah

• Nald Poeder 1 buah

• Doek klem 4 buah

• Mosquito 5 buah

(51)

• Klem 90 2 buah

49 buah

Alat-alat dasar untuk semua jenis operasi adalah sama, sedangkan alat-alat

khusus tergantung jenis operasi.

Kegiatan sterilisasi dibagi dalam lima tahap yaitu :

1. Penerimaan barang yang akan disterilkan.

2. Proses pencucian, pengeringan, pengemasan basic dan khusus dan

penempelan label.

3. Sterilisasi

4. Penyimpanan

5. Pendistribusian

Jenis bahan yang akan disterilkan yaitu:

1. Metal : alat – alat bedah.

2. Linen/katun/dressing: pakaian, masker, tutup kepala.

3. rubber : sarung tangan

Tahapan Proses Sterilisasi :

1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan air

mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat.

2. Rendam dengan larutan klorin 0,5% selama 5 menit.

3. Cuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih

4. Rendam dengan larutan saflon selama 30 menit, cuci dan dibilas lalu

direndam dengan air panas kemudian dikeringkan di washing mechine

(52)

5. Alat dikeluarkan dan disusun (setting) sesuai tindakan operasi standar

6. Beri tanda (indikator paper)

7. Sterilkan di autoclave selama 15 menit, 1320C

8. Dipacking dan didistribusikan.

Contoh perlengkapan untuk operasi :

1. Baju operasi 4 buah

2. Doek besar operasi 1 buah

3. Doek kecil 5 buah

4. Alat – alat dasar/basic set 27 buah

(53)

BAB IV PEMBAHASAN

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah

sakit milik pemerintah Medan memiliki wewenang untuk menggunakan

penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit.

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan termasuk Rumah sakit Umum Kelas B

Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan

pimpinannya disebut dengan Kepala Badan Pelayanan Kesehatan yang dalam

melaksanakan tugasnya tidak dibantu oleh Wakil Direktur melainkan oleh 5

Kepala Bidang dan 1 orang Sekretaris.

Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan memiliki 4 Sub Instalasi

yaitu: Perbekalan, Distribusi, Administrasi dan Farmasi Klinis. Setiap Sub

Instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu

sama lainnya.

Instalasi Farmasi Rumah sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di

rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta

menyajikan informasi obat kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem

pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Pada kenyataannya

di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem

pelayanan farmasi satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia

(54)

Pelayanan Askes dan Jamkesmas rawat inap menggunakan sistem

pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien umum rawat inap,

sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik hal ini karena belum

adanya penagihan secara sentral.

Untuk percepatan pelayanan pasien Askes dan Jamkesmas rawat inap

maka pelayanan farmasi dibantu oleh dua depo yaitu depo farmasi lantai 5 dan

lantai 7. Pada pelayanan resep Askes, ada kalanya dokter meresepkan obat-obatan

yang terdapat di luar DPHO. Bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes

harus membayar harga obat tersebut setelah menerima informasi bahwa obat yang

diresepkan diluar DPHO, sedangkan untuk pasien Jamkesmas, dokter semestinya

meresepkan obat yang tercantum di Formularium Jamkesmas.

Farmasi Klinis di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan

terbatas pada pemberian informasi, pemantauan penggunaan obat dan konseling

obat. Namun pelaksanaan Farmasi Klinis lainnya seperti monitoring efek samping

obat, pencampuran obat suntik secara aseptis, analisis efektivitas biaya, penentuan

kadar obat dalam darah, penanganan obat sitostatika, penyiapan total parenteral

nutrisi, dan pengkajian penggunaan obat belum terlaksana.

Pengelolaan administrasi di Istalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi

Medan telah dilaksanakan dengan baik sebagai pengelola pembukuan dan

pelaksana fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pada setiap sub

Instalasi Farmasi.

Dari neraca Rugi/Laba yang dibuat setiap tahun dapat dilakukan evaluasi

(55)

Rugi/Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan maka

sistem operasional yang dijalankan dalam periode ini dipertahankan untuk periode

selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka dilakukan evaluasi pada bagian

mana yang mengalami kerugian dan dilakukan pembenahan di bagian tersebut.

Instalasi CSSD melakukan sterilisasi alat-alat untuk operasi yang

disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis

pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat

pesanan yang disetujui oleh Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah sakit

kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah

(56)

BAB V STUDI KASUS

5.1 Studi Kasus

Efisiensi Biaya Penggunaan Insulin Pada Pasien Jamkesmas Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Bulan Juni Sampai Agustus 2008

5.1.1 PENDAHULUAN 5.1.1.1 Latar Belakang

Biaya pelayanan kesehatan dalam beberapa tahun terakhir semakin

meningkat sebagai akibat dari berbagai faktor, yaitu perubahan pola penyakit dan

pola pengobatan, peningkatan penggunaan teknologi canggih, meningkatnya

permintaan masyarakat dan perubahan ekonomi secara global. Dilain pihak biaya

yang tersedia untuk kesehatan belum dapat ditingkatkan, di mana kemampuan

pemerintah masih terbatas dan peran masyarakat masih belum maksimal.

Sementara itu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah kita diharapkan untuk

dapat lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Upaya mengatasi berbagai tantangan tersebut diperlukan

tindakan-tindakan khusus dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih

rasional. Ekonomi kesehatan sebagai suatu alat untuk menemukan cara dalam

peningkatan efisiensi dan memobilisasi sumber dana dapat digunakan untuk

membantu mengembangkan upaya-upaya khusus tanpa mengabaikan aspek-aspek

(57)

Organisasi Kesehatan Sedunia yang menyebutkan diabetes sebagai

epidemi global yang besar melaporkan bahwa terdapat 120 juta orang penderita

diabetes mellitus seluruh dunia dan junlah ini akan naik melebihi 250 juta orang

pada tahun 2025 (Johnson,1998).

Diabetes mellitus di kenal juga sebagai penyakit kencing manis,

merupakan penyakit keturunan yang menyebabkan gangguan produksi hormon

insulin, yaitu suatu zat yang bekerja sebagai petugas pengelola gula

(Kusuma, 1987).

Terapi pengobatan penyakit diabetes mellitus yang baik dan benar akan

sangat menguntungkan bagi pasien, baik dari segi kesehatan atau kesembuhan

penyakit yang diderita, biaya yang harus dikeluarkan, dan kepatuhan pasien dalam

mengkonsumsi obat dalam waktu lama, bahkan seumur hidupnya, oleh karena itu

efisiensi dan efektivitas penggunaan obat dan biayanya merupakan faktor yang

penting diperhatikan.

5.1.1.2 Tujuan

Adapun tujuan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui biaya

penggunaan sediaan insulin pada pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Umum

(58)

5.1.2 TINJAUAN PUSTAKA 5.1.2.1 DIABETES MELLITUS 5.1.2.1.1 Pengertin

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau

gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan

tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,

lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi

insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh

sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya

sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes RI, 2005).

Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolik yaitu gangguan

metabolisme lemak, karbohidrat dan protein yang diakibatkan penurunan sekresi

insulin, kerja/sensitifitas insulin atau keduanya (Dipyro, 2005).

5.1.2.1.2 Patofisiologi

Ibarat mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan

mengganti sel yang rusak. Di samping itu tubuh juga memerlukan energi supaya

sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan

bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar berasal dari bahan makanan yang

kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat (gula dan tepung-tepungan),

protein (asam amino), dan lemak (asam lemak) (Waspadji, 2002).

Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian ke lambung dan

(59)

bahan dasar makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam

amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh

usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh

untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Agar

dapat berfungsi sebagai bahan bakar, makanan itu harus masuk dulu ke dalam sel

supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makanan terutama glukosa dibakar melalui

proses metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang

sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel untuk

selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat atau

hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas (Waspadji, 2002).

Penyakit diabetes disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya

pro

Gambar

Gambar 5.1 Struktur Kimia Insulin
Tabel 5.1 Biaya Penggunaan Insulin Selama Bulan Juni 2008
Tabel 5.2 Biaya Penggunaan Insulin Selama Bulan Juli 2008
Tabel 5.3 Biaya Penggunaan Insulin Selama Bulan Juli 2008

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada penyimpanan di suhu dingin, hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama simpan dan formula starter BAL nyata (P<0,05) mempengaruhi nilai ketahanan BAL terhadap

Multidisciplinary Design Optimization Methods (Metode MDO ) diterapkan pada perancangan ve s sel truck untuk mengatasi kompleksitas beberapa parameter perancangan yang

Franchise adalah sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk ( franchisor ) memberikan kepada individu atau perusahaan lain ( franchisee )

Dari hasil penelitian Harahap (1997), menunjukkan bahwa penderita kanker leher rahim 7,9% adalah ibu dengan kelompok multipara dan 51% pada grandemultipara dimana

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengujian secara simultan pada tahun 2009 variabel bebas perputaran modal kerja (WCT), perputaran kas (CT) dan perputaran piutang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungi dan tanaman Rhizophora mucronata tidak memberikan pengaruh yang nyata sehingga tidak terdapat jenis fungi yang mempunyai potensi