• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rsud dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rsud dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III V"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

3.1 Sejarah RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

(2)

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas, dan beberapa subspesialis yang terletak di Jl. Prof. Haji Mohammad Yamin, SH No. 47 dan Jl. Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur. Kepegawaian RSUD dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis, dan tenaga non medis.

3.2 Struktur Organisasi

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang wakil direktur yaitu:

1. Wakil direktur bidang administrasi umum.

2. Wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan. 3. Wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.

(3)

3.3 Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu unit fungsional bersifat swakelola yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala rumah sakit melalui wakil direktur bidang administrasi umum rumah sakit. Motto instalasi farmasi adalah ”Obat yang Bermutu dan Terjangkau Adalah yang Utama”. Instalasi farmasi dibagi menjadi empat bagian subinstalasi, yaitu subinstalasi administrasi, subinstalasi perlengkapan, subinstalasi distribus dan subinstalasi farmasi klinis. Struktur Instalasi Farmasi dapat dilihat di lampiran 2 halaman 74.

3.3.1 Sub instalasi administrasi

Merupakan bagian dari instalasi farmasi rumah sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di instalasi farmasi. Kesekretariatan dipimpin oleh seorang apoteker yang disebut dengan sekretaris instalasi farmasi.

Dalam melaksanakan tugasnya sub instalasi administrasi dibagi dua bagian, yaitu:

1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga, tugasnya adalah:

a) Mencatat surat-surat yang masuk ke instalasi farmasi dan mengarsipkannya dengan rapi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat tanggal, asal surat, isi ringkas, nomor surat dan sebagainya

b) Mencatat surat-surat yang keluar dari instalasi farmasi dan menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggungjawaban yang jelas dan mengarsipkannya

(4)

d) Membalas surat yang masuk ke instalasi farmasi

e) Mengatur mutasi pegawai di lingkungan instalasi farmasi f) Mengarsipkan resep dan kuitansi penjualan resep

g) Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di instalasi farmasi misalnya alat tulis, dan mengurus kerusakan alat-alat rumah tangga

2. Akuntansi, laporan dan statistik, tugasnya adalah:

a) Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, dan alat kesehatan

b) Melakukan pemeriksaan silang (cross check) dengan gudang dan sub instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan kartu administrasi persediaan farmasi

c) Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui resep setiap bulan

d) Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, dan alat kesehatan yang dikeluarkan instalasi farmasi dalam bentuk laporan tahunan

e) Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep yang akan disetor ke bagian keuangan setiap hari

f) Membuat neraca rugi laba berdasarkan data dari semua bagian instalasi farmasi rumah sakit setiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun.

(5)

perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plester, dan lain-lain.

Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

a. Pasien rawat jalan

bulan

Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan berturut-turut kemudian dihitung rata-ratanya.

b. Pasien rawat inap

bulan

Biaya unit cost untuk pasien Askes, Jamkesmas, Medan sehat, Pempropsu dan umum besarnya adalah sama. Jumlah biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui sistem komputerisasi, dihitung jumlahnya oleh petugas instalasi farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh instalasi farmasi ke keuangan rumah sakit. Contoh rekapitulasi perhitungan unit cost dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 75.

(6)

Tabel 3.1 Perhitungan Unit cost Partus Normal Pasien Jamkesmas/ Medan Sehat/ Pempropsu

No Nama Perb. Farmasi Kemasan Harga Satuan Pemakaian Harga Pemakaian

1. Lidokain Amp Rp 863,- 2 amp Rp 1.726,-

2. Kapas 1 kg Rp 31.460,- 1 ons Rp 3.146,-

3. Iodin Povidon/ 60 cc Botol Rp 3.500,- ¼ botol Rp 875,- 4. Chromic 2/0 Sachet Rp 11.477,- 2 sachet Rp 22.954,- 5. Gelang bayi dan Ibu Pasang Rp 2.200 1 pasang Rp 2.200,-

Jumlah Rp 30.901,-

3.3.2 Sub instalasi perbekalan

Sub instalasi perbekalan farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal pemilihan, perencanaan, pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan dan administrasi perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit.

Sub instalasi perbekalan farmasi dibagi atas dua bagian, yaitu: 1. Unit perencanaan dan pengadaan, mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Merencanakan seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dan alat kesehatan di dalam rumah sakit. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data pemakaian periode yang lalu, sisa stok, dan pola penyakit, kemudian di tambahkan sebesar 10%

(7)

Bagian perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan bahan-bahan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan selama satu bulan berdasarkan permintaan dari gudang kecuali ada permintaan kebutuhan khusus yang mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai sesuai dengan formularium yang berlaku di rumah sakit tersebut

Proses pengadaan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut:

a. Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi) yang dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 76 . Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang) maka gudang akan membuat permohonan pembelian barang dengan menggunakan formulir P1(Permohonan Pembelian Barang Medis) (lampiran 5 halaman 77) dan menyerahkannya pada unit pengadaan. b. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat

pesanan/order pembelian (Lampiran 6 halaman 78) kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi. Untuk pemesanan obat-obat Askes harus sesuai dengan DPHO dan disetujui oleh petugas Askes. c. Untuk pengadaan obat golongan narkotika seperti; kodein, petidin, fenthanyl,

(8)

PBF lainnya selain PT. Kimia Farma. Contoh formulir pemesanan obat psikotropika dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 80.

d. Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa faktur penjualan dan diperiksa oleh petugas gudang. Sebelum jatuh tempo pihak PBF akan datang untuk penagihan. Pada saat penagihan, PBF membawa faktur asli beserta kuitansi, surat pesanan SSP PPh (lampiran 9 halaman 81), dan SSP PPN (lampiran 10 halaman 82). Pembayaran dilakukan apabila berkas penagihan telah disetujui oleh direktur.

2. Unit Gudang

Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi ke seluruh unit pelayanan yang ada di rumah sakit. Apabila ada perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis, pihak gudang akan mencatat dan memintanya ke unit pengadaan sebulan sekali yang ditulis dalam formulir P1(Permohonan Pembelian Barang Medis). Permintaan perbekalan farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam sebulan jika kebutuhan rumah sakit meningkat dibandingkan biasanya. Formulir P1(Permohonan Pembelian Barang Medis) dikirim ke pengadaan, maka pengadaan akan membuat order pembelian dan memesannya ke PBF.

(9)

buku barang masuk gudang sudah disesuaikan dengan HPP yaitu harga modal ditambah PPN 10%. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan faktur dan surat pesanan maka barang akan dikembalikan.

Perbekalan farmasi yang masuk ke gudang harus dicatat dalam buku barang masuk dan barang yang keluar dicatat dalam kartu stok gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub instalasi distribusi dengan menggunakan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terkunci. Obat-obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang.

Unit gudang dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Gudang obat-obatan

(10)

2. Gudang alat kesehatan

Bertugas membuat permohonan pembelian alat kesehatan, menerima, menyimpan, dan menyalurkan alat kesehatan habis pakai seperti kapas, infus set, adult diapers, plester, dan lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, dan hidrogen peroksida juga disimpan dan didistribusikan oleh gudang alat kesehatan habis pakai.

Setiap akhir bulan petugas melakukan stock opname yaitu menghitung jumlah dan kondisi (kadaluarsa) perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang dan membuat laporan sisa stok.

3.3.3 Sub instalasi distribusi

(11)

One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi di mana obat dikemas untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian perbekalan farmasi kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang rasional dan efektif.

Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:

1. Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dengan menggunakan formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi)

2. Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya berdasarkan permintaan melalui resep, dan kartu obat.

Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan sub instalasi administrasi setiap bulan.

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui: 1. Pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan

2. Pelayanan farmasi pasien Askes, Jamkesmas, Medan sehat, dan Pempropsu rawat inap

3. Pelayanan farmasi pasien Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pempropsu rawat jalan

(12)

3.3.3.1 Pelayanan farmasi rawat inap/jalan umum

Pelayanan farmasi rawat inap/jalan melayani pasien umum, pasien kredit (pasien yang berasal dari perusahaan yang bekerja sama dengan RSUD dr. Pirngadi seperti PJKA, PLN, dan lain-lain), dan pasien penderita HIV. Permintaan obat menggunakan resep/kartu obat. Untuk pasien penderita HIV harus disertai kartu pasien VCT (Voluntary Counseling and Testing). Pasien rawat jalan umum berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, gigi, mata, neurologi, obstetri dan ginekologi, nefrologi, gastrologi, kardiologi, dan lain-lain. Pasien umum yang rawat inap berasal dari ruang rawat inap seperti ruang VIP, Plus A, Plus B. Pasien HIV berasal dari poliklinik VCT .

1. Prosedur pelayanan rawat jalan a. Pasien umum

Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobat ke rumah sakit dan harus membayar pengobatannya sendiri karena tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun.

Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan:

1) Pasien memberikan resep kepada apoteker/asisten apoteker

2) Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju lalu membayar, maka obat segera disiapkan

(13)

4) Resep asli dan kuitansi disimpan di apotek yang akan diserahkan kepada bagian administrasi untuk diperiksa kembali dan diarsipkan. Nomor resep sama dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan disetorkan ke bagian keuangan.

b. Pasien kredit

Pasien kredit adalah pasien yang berasal dari perusahaan yang bekerja sama dengan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Prosedur pelayanan farmasi pasien kredit:

1) Pasien menyerahkan resep rangkap tiga disertai surat keterangan dari perusahaan yang sudah disetujui oleh bagian keuangan rumah sakit

2) Apoteker/asisten apoteker memeriksa kelengkapan resep, dan menyiapkan obat serta memberi etiket

3) Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi yang dibutuhkan 4) Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat

5) Penagihan biaya dilakukan ke perusahaan oleh bagian keuangan rumah sakit c. Pasien poliklinik VCT (Voluntary Counseling and Testing)

Prosedur pelayanan farmasi pasien VCT:

1) Pasien membawa resep asli yang telah diberi stempel dari poliklinik VCT disertai kartu pasien VCT lalu diserahkan kepada apoteker/asisten apoteker 2) Resep diperiksa kelengkapannya, lalu obat disiapkan

3) Obat-obat yang diambil dicatat di dalam kartu pasien VCT 4) Lalu obat diserahkan kepada pasien

5) Pasien menandatangani buku catatan pengambilan obat

(14)

2. Prosedur pelayanan farmasi rawat inap a. Pasien umum

1) Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat/resep ke apotek

2) Jika pasien membawa kartu obat, maka obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, jika pasien setuju lalu membayar, maka obat segera disiapkan

3) Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua). Lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek pelayanan farmasi rawat inap

4) Lembar copy resep dan kuitansi disimpan di apotek yang akan diserahkan kepada bagian administrasi untuk diperiksa kembali dan diarsipkan

b. Pasien kredit

1. Pasien menyerahkan resep rangkap tiga disertai surat keterangan dari perusahaan kepada apoteker/asisten apoteker. Resep sudah diperiksa dan disetujui oleh bagian keuangan rumah sakit

2. Apoteker/asisten apoteker memeriksa kelengkapan resep, dan menyiapkan obat serta memberi etiket

3. Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi yang dibutuhkan 4. Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat

5. Penagihan biaya dilakukan ke perusahaan oleh bagian keuangan rumah sakit 3.3.3.2 Pelayanan farmasi rawat inap Askes/ Jamkesmas/ Medan sehat/

Pempropsu

(15)

maksimum sampai umur 21 tahun (kecuali disertai surat aktif kuliah, jaminan sampai umur 25 tahun).

Pasien Jamkesmas adalah pasien yang termasuk dalam program pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Peserta Jamkesmas adalah semua anggota keluarga yang termasuk dalam kartu keluarga yang dinyatakan miskin oleh lurah setempat.

Untuk pasien Jamkesmas, pemberian obat berdasarkan formularium Jamkesmas. Penagihan biaya dilakukan satu bulan sekali ke bagian keuangan rumah sakit setelah semua berkas dan data-data terkumpul dan telah diperiksa oleh apoteker dan disetujui oleh kepala Instalasi Farmasi serta tim verifikasi.

Ada beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Jamkesmas diantaranya: 1) Kertas resep rangkap tiga

2) Membawa fotokopi kartu Jamkesmas

(16)

Beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Medan sehat diantaranya: a. Pasien membawa resep

b. Membawa fotokopi kartu peserta Medan sehat

c. Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan laboratorium Pasien Pempropsu adalah pasien yang termasuk dalam program pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Sumatera Utara yang tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun seperti Jamkesmas, Medan sehat, atau Askes. Setiap warga Sumatera Utara berhak menjadi peserta program ini, tetapi harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Pemberian obat pasien Pempropsu juga disesuaikan dengan formularium Jamkesmas. Penagihan biaya juga sama ketentuannya seperti pasien Jamkesmas.

Beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Pempropsu diantaranya: 1) Membawa fotokopi KTP

2) Membawa fotokopi Kartu Keluarga

3) Memiliki Surat permohonan bantuan pelayanan kesehatan dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

4) Memiliki surat keterangan kurang mampu dari kelurahan yang diketahui oleh Camat

5) Membawa surat rujukan dari puskesmas/dokter/spesialis/RS Daerah Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien Askes:

a. Perawat membawa kertas resep rangkap tiga beserta status pasien ke apotek b. Petugas Askes memeriksa kesesuaian resep dengan status pasien dan

(17)

c. Petugas Askes menyetujui jika syarat sudah terpenuhi dan resep diberikan kepada tim legalisasi untuk diperiksa rasionalisasi penggunaan obatnya

d. Untuk obat oral yang diresepkan harus sesuai dengan formularium dan jumlah maksimum 3 hari pemakaian

e. Untuk obat-obat tertentu harus disertai protokol terapi. Contoh formulir protokol terapi dari ruangan dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 83.

f. Resep dinomori dan dicatat

g. Lalu disiapkan obat-obat sesuai dengan resep

h. Dibuat catatan pemberian obat sesuai dengan obat yang diresepkan. Formulir catatan pemberian obat dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 84.

i. Obat diantar ke ruangan oleh petugas dan diperiksa oleh perawat

j. Penagihan biaya obat dilakukan dengan mengarsipkan CPO dan copy resep, untuk pengklaiman diserahkan keperusahaan yang bersangkutan (PT. Askes).

Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pempropsu:

1. Perawat membawa resep beserta status pasien ke apotek

2. Tim legalisasi mengkaji rasionalitas obat yang tertera pada resep

3. Untuk obat oral yang diresepkan harus sesuai dengan formularium dan jumlah maksimum 3 hari pemakaian

4. Untuk obat-obat tertentu harus disertai protokol terapi 5. Resep dinomori dan dicatat

6. Lalu disiapkan obat-obat sesuai dengan resep

(18)

3.3.3.3 Pelayanan farmasi pasien Jamkesmas/ Medan sehat/ Pempropsu rawat jalan

Pelayanan farmasi ini khusus melayani pasien Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu rawat jalan. Pasien Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu ini berasal dari berbagai poliklinik di rumah sakit.

Prosedur pelayanan farmasi pasien Jamkesmas/ Medan sehat/ Pempropsu rawat jalan:

1. Pasien datang membawa resep dari poliklinik disertai kartu peserta dan surat jaminan perawatan bagi pasien Jamkesmas, Medan sehat dan Pempropsu

2. Petugas farmasi mengambil kartu kendali obat pasien, dan mengembalikan kartu peserta Jamkesmas/Medan Sehat pasien beserta nomor antrian

3. Petugas farmasi mencatat nama dan nomor resep

4. Apoteker memeriksa rasionalitas penggunaan obat yang tertera pada resep 5. Obat disiapkan dan dibuat etiket

6. Obat yang diresepkan dicatat dalam kartu obat

7. Obat diserahkan kepada pasien beserta informasi mengenai obat 8. Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat

9. Resep diinput ke komputer dan dibuat penagihannya ke bagian verfikasi kemudian diklaim kebagian keuangan rumah sakit.

3.3.3.4Pelayanan farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

(19)

barang dan uang. Pengadaan barang dari unit gudang dengan menggunakan formulir B2 (Daftar permintaan dan pengeluaran farmasi).

Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi di IGD:

1) Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja dan hari libur. Melayani pasien umum, pasien Askes, pasien Jamkesmas, pasien Medan sehat, pasien Pempropsu, pasien kredit dan pasien yang tidak diketahui identitasnya (Mr./Mrs. X)

2) Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di KBE, yaitu tindakan bedah yang dilakukan 24 jam untuk yang tidak terjadwal 3) Pasien yang membutuhkan observasi ODC (One Day Care)

Fungsi ODC yaitu sebagai tempat observasi pasien yang memerlukan penanganan khusus seperti pasien jantung, hipertensi. Pemantauan keadaan pasien di ODC ini dilakukan 1 hari (12 jam). Jika pasien tidak diperbolehkan untuk pulang lebih dari 12 jam maka pasien dimasukkan ke ruang rawat inap, dan untuk terapi tambahan maka petugas ruangan mengambil perbekalan farmasi di pelayanan farmasi.

Prosedur pelayanan farmasi di IGD: a. Pasien Umum

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat dan di resep sementara.

(20)

3. Pembayaran langsung dipungut oleh juru pungut IGD untuk pasien PBJ. Sedangkan untuk pasien rawat inap dipungut oleh juru pungut ruangan. Selanjutnya juru pungut instalasi farmasi akan menghitung dan mengklaim jumlah biaya perbekalan farmasi yang dipakai ke pihak rumah sakit.

4. Pada resep bebas, petugas IGD memberi harga dan menginformasikan pada keluarga pasien. Bila keluarga pesien setuju maka petugas IGD menyiapkan perbekalan farmasi dan menginput ke komputer pada penjualan langsung dan mencetak kuitansi. Kuitansi asli diberikan pada keluarga pasien bersamaan dengan penyerahan perbekalan farmasi setelah pembayaran perbekalan farmasi.

b. Pasien Askes

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Askes yaitu pasien harus membawa kartu Askes. Perbekalan farmasi yang diberikan untuk pasien Askes harus sesuai dengan DPHO.

Prosedur pelayanan pasien Askes:

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara yang dibawa oleh petugas farmasi ke pelayanan farmasi IGD

(21)

4. Jika pasien tidak membawa kartu Askes, maka pasien dianggap pasien umum dan resep diinput di komputer pada pelayanan obat pasien umum. Apabila dikemudian harinya pasien menyerahkan fotokopi kartu Askes, maka petugas IGD merubah status pasien ke komputer menjadi pelayanan obat pasien Askes dan ditulis di buku perubahan status. Perubahan status maksimal 3x24 jam, selanjutnya melapor ke bagian pendaftaran IGD dan pelayanan farmasi IGD 5. Penagihan biaya obat dilakukan oleh bagian keuangan apotek dengan

mengarsipkan kuitansi dan copy resep, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan (PT. Askes).

c. Pasien Kredit

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien kredit yaitu pasien harus membawa kartu anggota perusahaan.

Prosedur pelayanan pasien kredit:

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara yang dibawa oleh petugas farmasi ke pelayanan farmasi IGD

2. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat 3. Jika pasien tidak membawa kartu anggota perusahaan, maka pasien dianggap

(22)

4. Penagihan biaya obat dilakukan oleh bagian keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi dan copy resep, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

d. Pasien Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu

Persyaratan yang dipenuhi oleh pasien Jamkesmas /Medan sehat/Pempropsu adalah pasien harus membawa kartu Jamkesmas/Medan Sehat/Pempropu. Perbekalan farmasi yang diberikan harus sesuai dengan formularium Jamkesmas.

Prosedur pelayanan pasien Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu:

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara yang dibawa oleh petugas farmasi ke pelayanan farmasi IGD.

2. Obat yang diresepkan harus sesuai formularium Jamkesmas. Jika diluar formularium Jamkesmas, maka menggunakan protokol terapi untuk dilaporkan ke komite medis, apakah penggunaan obat diluar formularium diterima atau ditolak.

3. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat 4. Jika pasien tidak membawa kartu Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu maka

(23)

e. Pasien Mr./Mrs. X

Untuk pasien Mr./Mrs. X perbekalan farmasi yang diberikan sama seperti pada pasien Jamkesmas. Biaya perbekalan farmasi dimasukkan ke komputer pada pelayanan obat pasien umum dan akan ditagih ke bagian keuangan rumah sakit setelah pasien meninggalkan rumah sakit. Jika pasien tidak mampu membayar, maka petugas IGD melaporkan ke bagian pelayanan medis agar membuat surat keterangan miskin yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit, sehingga pasien tersebut tidak perlu membayar biaya pengobatan dan perbekalan farmasi yang digunakan. Penagihan biaya dilakukan pada bagian keuangan rumah sakit.

f. Pasien Kamar Bedah Emergency (KBE) Prosedur pelayanan pasien KBE, adalah:

1. Petugas KBE akan mencatat semua kebutuhan operasi ke dalam lembar pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi

2. Obat dan alat kesehatan disiapkan, petugas IGD akan menghitung setiap pengeluaran. Jika operasi selesai maka petugas akan menginput total pengeluaran farmasi ke komputer pada pelayanan obat pasien (berdasarkan status pasien tersebut)

(24)

3.3.3.5 Pelayanan farmasi di Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Pelayanan farmasi di IBS melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk operasi yang terencana. Untuk pasien umum, pembiayaan obat dan alat kesehatan yang digunakan dalam operasi di tanggung sendiri. Untuk pasien Askes, biaya penggunaan obat-obat operasi ditanggung oleh PT. Askes dan obat yang digunakan harus sesuai DPHO. Sedangkan untuk pasien Jamkesmas/ Medan sehat/ Pempropsu, biaya penggunaan obat-obat ditanggung oleh pemerintah dan obat yang digunakan harus sesuai formularium Jamkesmas.

Persyaratan bagi pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pempropsu, yaitu:

a. Kartu Askes/ Jamkesmas/ Medan sehat dan Pempropsu b. Surat Jaminan Perawatan (SJP)

c. Protokol terapi d. Resep

Adapun alur pelayanan farmasi IBS yaitu:

1. Pasien Askes. Jamkesmas, Pemprovsu, Medan sehat a) Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah

b) Petugas/kamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di formulir pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi (lampiran 15 halaman 87). Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan yang ada di formulir tersebut

(25)

d) Setelah selesai operasi, perbekalan farmasi yang tidak digunakan dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di formulir tersebut

e) Setelah itu dokter yang mengoperasi dan dokter anestesi menandatangani formulir tersebut

f) Petugas farmasi menuliskan perbekalan farmasi yang digunakan kamar bedah ke resep sementara, kemudian membawa resep sementara itu kelantai tiga untuk diserahkan keperawat

g) Dokter di ruangan memindahkan resep sementara tersebut ke resep asli dan melampirkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan seperti yang telah disebutkan di atas

h) Petugas farmasi membawa resep asli tersebut beserta kelengkapannya ke pelayanan farmasi IBS dan petugas farmasi menginput perbekalan farmasi ke komputer

i) Petugas farmasi menyerahkan resep tersebut ke pelayanan Askes/Jamkesmas/Medan sehat dan Pempropsu rawat inap untuk diklaim

(26)

2. Pasien Umum

a. Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah

b. Petugas apotek meminta keluarga pasien untuk membayar biaya perbekalan farmasi sejumlah tertentu ke Bank Bukopin sebagai panjar

c. Petugas/kamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di formulir pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi

d. Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan yang ada di formulir tersebut

e. Perawat yang menerima perbekalan farmasi menandatangani formulir pemakaian obat-obat dan alat kesehatan untuk pasien operasi dan juga petugas farmasi yang menyerahkan

f. Setelah selesai operasi, perbekalan farmasi yang tidak digunakan dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di formulir tersebut

g. Setelah itu dokter yang mengoperasi dan dokter anestesi menandatangani formulir tersebut

h. Semua biaya perbekalan diinput ke komputer dan ditagih ke bendahara rumah sakit oleh petugas keuangan farmasi.

(27)

Pemakaian obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam formulir pemakaian obat golongan narkotika dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi. Ini akan memudahkan instalasi farmasi rumah sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian obat narkotika sehingga mudah untuk membuat laporan penggunaan obat-obat golongan narkotika.

Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam buku pemasukan dan pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan di cross check dengan sub instalasi administrasi setiap bulan. Setiap akhir bulan petugas apotek melakukan

stock opname.

3.3.3.6 Distribusi ruangan

Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik (rawat jalan) dan ruang perawatan (rawat inap). Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke poliklinik dan ruang perawatan adalah perbekalan farmasi yang termasuk ke dalam unit cost. Obat dan alat kesehatan yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti injeksi, betadin, salep, gelang ibu dan bayi, kapas, alkohol, plester, reagen dan gas medis.

(28)

Pengadaan barang berasal dari gudang instalasi farmasi yang biasanya diamprah seminggu dua kali dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar permintaan dan pengeluaran farmasi). Pemasukan barang dari gudang dan pengeluaran ke ruangan didokumentasikan dalam buku pemasukan dan pengeluaran, kemudian dipindahkan ke kartu apotek dengan sistem alfabet untuk tiap jenis barang. Semua perbekalan farmasi diinput kekomputer.

3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Klinis

Sub instalasi farmasi klinis RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang apoteker, yang merupakan koordinator farmasi klinis yang membawahi beberapa bidang, diantaranya Pelayanan Informasi Obat (PIO), pendidikan dan pengembangan serta konsultasi obat.

Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah: 1) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pemberian informasi obat (PIO) dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di unit pelayanan farmasi rawat jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek samping obat yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat pengobatan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai. PIO dilakukan di ruang konseling farmasi rawat jalan Jamkesmas/MedansSehat/Pempropsu.

Adapun PIO yang diberikan meliputi:

(29)

b. Memberikan informasi akan pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat c. Memberikan informasi tentang cara penggunaan obat

2) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

Instalasi farmasi rumah sakit juga melakukan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) yang pelaksanaannya dilakukan oleh apoteker. Penyuluhan diberikan kepada pasien yang menderita penyakit kronis seperti tuberkulosis, hipertensi, dan diabetes melitus di ruang tunggu pelayanan farmasi rawat jalan Jamkesmas/Medan Sehat/Pempropsu.

Adapun penyuluhan yang diberikan meliputi:

a. Penyakit hipertensi dan penggunaan obat hipertensi dengan benar. b. Penyakit diabetes dan penggunaan obat diabetes dengan benar. c. Penyakit asma dan penggunaan obat asma dengan benar. 3) Pencampuran Obat Sitostatika

Selain kegiatan PIO yang dilakukan pada pelayanan farmasi klinis, dilakukan juga pelayanan pencampuran obat sitostatika. Pelayanan farmasi di ruang sitostatika dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sebelumnya pencampuran obat sitostatika dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat yang non aseptis, sehingga tidak terjamin sterilitas dari produk akhir. Terjadinya perubahan pelayanan dari perawat ke apoteker pada pencampuran obat sitostatika di ruang aseptis memberikan hasil akhir yang terjamin sterilitasnya.

Prosedur kerja di ruang pencampuran sitostatika yaitu:

(30)

b. Lepaskan perhiasan, jam tangan serta barang lain yang melekat pada tangan, kemudian cuci tangan dengan sabun antiseptik sampai bersih

c. Petugas pencampuran obat kanker masuk ke dalam ruang steril dengan memakai alat pelindung khusus yaitu: baju pelindung, topi, masker, sarung tangan, masker, sarung tangan, sepatu khusus

d. Gunakan desinfektan untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan alkohol 70% ke seluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut, kemudian nyalakan Laminar Air Flow (LAF) sesuai dengan protap yang telah ditentukan

e. Pasang alas kemoterapi pada meja tempat mencampur obat kanker, pencampuran obat kanker dilakukan secara aseptis, setelah selesai mencampur, matikan Laminair Air Flow (LAF), kotak tersebut dibersihkan, lalu alas kemoterapi bekas dibersihkan dengan menyemprot alkohol 70%

f. Tuliskan jam selesainya obat tersebut dicampur pada etiket

g. Lepaskan alat pelindung diri, sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah yang dibagi dalam dua tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan sampah bekas obat sitostatika, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan sampah yang tidak berbahaya

h. Matikan exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan lampu UV

i. Tutup pintu antar obat yang telah dicampur keruangan pasien dan antar sampah yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk dibagi dalam incenerator.

(31)

Prosedur pelayanannya adalah sebagai berikut:

1. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kertas resep. Bagi pasien Askes pemilihan jenis obat berdasarkan standar DPHO, sedangkan pasien Jamkesmas pemilihan jenis obat berdasarkan formularium Jamkesmas 2. Perawat ruangan membawa status ke lantai tiga untuk diperiksa oleh apoteker,

kemudian apoteker menghitung dosis pemakaian obat kanker

3. Apoteker menuliskan kembali di lembar formulir nama obat-obat sitotoksik, kemudian asisten apoteker menyiapkan obat dan mencampur obat sitotoksik di lantai enam dengan diawasi oleh apoteker

4. Setelah selesai apoteker menyerahkan obat sitostatika ke perawat ruangan untuk diberikan pada pasien

5. Perawat ruangan menyerahkan kuitansi asli kepada keluarga pasien dan dilakukan penagihan biaya obat langsung bagi pasien umum. Sedangkan pasien Askes dan Jamkesmas tidak dipungut biaya

3.4 Central Steril Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat

(32)

Latar belakang berdirinya CSSD di rumah sakit adalah: d. Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial

e. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit

f. Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit akan peran dan fungsi CSSD sangat penting.

Tujuan dibentuknya CSSD di rumah sakit adalah:

4. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami penyortiran, pencucian dan sterilisasi yang sempurna

5. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit 6. Menyediakan dan menjamin kualitas sterilisasi produk yang dihasilkan

Fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

e. Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang medis

f. Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril g. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril

h. Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrumen atau jumlah bahan habis pakai yang disterilkan)

Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu: 3) Sistem titipan

(33)

4) Sistem distribusi

Memproses penyediaan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian. Melayani kebutuhan alat bedah steril untuk ruangan IBS, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.

Kegiatan sterilisasi yang dilakukan di instalasi CSSD pada autoklaf dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

a. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan larutan antiseptik lalu disikat dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat

b. Direndam dengan larutan antiseptik selama 30 menit c. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih

d. Direndam di ultrasonik dengan larutan antiseptik selama 30 menit e. Dibilas di alat ultrasonik dengan air panas

f. Dikeringkan di alat ultrasonic

g. Alat dikeluarkan dan disusun sesuai tindakan operasi h. Diberi tanda (biodict test)

(34)

Kegiatan sterilisasi yang dilakukan di instalasi CSSD pada oven dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan larutan antiseptik lalu disikat dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat

2. Direndam dengan larutan antiseptik selama 30 menit 3. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih

4. Direndam di ultrasonik dengan larutan antiseptik selama 30 menit 5. Dibilas di alat ultrasonik dengan air panas

6. Dikeringkan di alat ultrasonic

7. Alat dikeluarkan dan disusun sesuai tindakan operasi 8. Diberi tanda (indikator paper)

9. Sterilkan pada suhu 160oC selama 2 jam

(35)

BAB IV PEMBAHASAN

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan dan setelah beberapa kali mengalami perubahan akhirnya menerapkan status menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 wakil direktur yaitu; wakil direktur bidang administrasi umum, wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.

RSUD dr. Pirngadi Kota Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah Sakit disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi dibawah Komite Medis. Keanggotaan Komite Farmasi dan Terapi terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium ini direvisi setiap 3 tahun sekali dengan mempertimbangkan perkembangan pola penyakit di masyarakat serta kemajuan dibidang obat-obatan dan kedokteran.

(36)

Dalam mengelola perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit menggunakan sistem dana bergulir (Revolving Fund System), artinya pemerintah memberikan modal awal selanjutnya instalasi farmasi akan mengelola dana tersebut untuk pengembangan Instalasi Farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti penggunaan plester, antiseptik, kapas, dan alat/bahan habis pakai dibuat dalam sistem unit cost. Sistem ini diberlakukan pada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan lain-lain. Besarnya biaya unit cost yang ditentukan untuk tiap-tiap tindakan berbeda sesuai dengan surat keputusan dari direktur.

Hasil penghitungan unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca Rugi/Laba bulanan. Selanjutnya dari neraca Rugi/Laba bulanan akan dibuat neraca tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh. Apabila dari hasil penghitungan Rugi/Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan, maka sistem operasional yang sedang dijalankan dalam periode ini akan dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi dilakukan untuk mengantisipasi kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian perbekalan farmasi yang berlebihan.

(37)

faktur dengan surat pesanan dari gudang, pemeriksaan kuitansi pembayaran obat dan pemeriksaan kuitansi pengklaiman obat ke rumah sakit.

Pelayanan rawat inap untuk peserta Askes/Jamkesmas/Medan sehat/Pempropsu dan umum dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing) tetapi pada pasien umum sistem pelayanan ODDD belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan karena karena pasien harus setiap hari membayar perbekalan farmasi yang dipakainya.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap yang dikenal dengan sistem satu pintu. Tetapi di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu, hal ini dikarenakan adanya apotek lain.

Pada pelayanan resep Askes ada kalanya dokter menuliskan resep diluar DPHO, bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah pasien diberi informasi terlebih dahulu bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO. Sedangkan untuk pasien Jamkesmas jika obat diresepkan di luar Formularium Jamkesmas, harus dilaporkan terlebih dahulu ke bagian komite medik. Bila disetujui maka obat akan diberikan dan biayanya dapat ditagih ke bagian keuangan rumah sakit. Untuk pasien Askes dan Jamkesmas yang mendapat obat-obat khusus harus disertai protokol terapi, misalnya penggunaan albumin.

(38)

sitostatika dan pengkajian penggunaan obat. Namun pelaksanaan farmasi klinis lainnya seperti monitoring efek samping obat, penentuan kadar obat dalam darah, penyiapan total parenteral nutrisi, masih belum dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan.

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan kegiatan Praktik Kerja Profesi di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, maka dapat disimpulkan bahwa:

a) RSUD dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan yang telah termasuk kategori rumah sakit dan Instalasi Farmasi yang bersifat swakelola.

b) RSUD dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Formularium Rumah Sakit yang menjadi pedoman bagi dokter dalam menulis resep sehingga penggunaan obat di Rumah Sakit mudah dipantau.

c) Instalasi Farmasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan memiliki empat bagian instalasi yaitu distribusi, administrasi, perlengkapan dan farmasi klinis.

d) Pelayanan farmasi dilakukan bagi pasien Askes, Kredit, Jamkesmas, Medan sehat, Pempropsu, umum serta pasien tanpa identitas. Pelayanan farmasi dilakukan di unit rawat jalan, rawat inap, IGD, dan IBS.

e) Pelayanan farmasi klinis sudah dilaksanakan yaitu penanganan obat sitostatika, pengkajian kerasionalan obat, memberikan informasi mengenai obat dan melakukan konseling kepada pasien.

f) Sistem pelayanan satu pintu dalam hal pendistribusian perbekalan farmasi pada pasien rawat jalan dan rawat inap belum sepenuhnya terlaksana karena adanya apotek lain.

(40)

Sedangkan untuk pasien umum pelaksanaannya belum optimal karena pasien setiap hari harus membayar perbekalan farmasi yang dipakainya.

h) Sistem penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi di gudang menggunakan sistem FIFO dan FEFO dan digunakan kartu stok sebagai kontrol.

5.2 Saran

a) Diharapkan pelayanan farmasi klinis di rumah sakit dapat lebih dioptimalkan dengan cara meningkatkan kualitas SDM melalui penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang farmasi klinis serta penambahan tenaga farmasi klinis dan melengkapi sarana maupun prasarana yang mendukung program ini.

b) Diharapkan sistem ODDD dapat diterapkan bagi pasien umum rawat inap seperti yang telah diterapkan pada pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pempropsu rawat inap.

c) Sebaiknya semua kegiatan manajemen dan pelayanan yang ada di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan diharapkan mengoptimalkan sistem komputerisasi dalam operasionalnya.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang

Penggunaan Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan.

Depkes RI. (2003). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply

Department/CSSD) di Rumah Sakit.

Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Depkes RI. (2008). Peraturan Menkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang

Rekam Medis.

Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tentang Kesehatan.

Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit.

Depkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147. Perizinan Rumah Sakit.

ISFI. (2007). Medisina. Jakarta: Penerbit. PT. ISFI. Halaman 23.

(42)
(43)

Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD dr.Pirngadi Kota Medan

DIREKTUR

RSUD Dr. PIRNGADI KOTA

WAKIL DIREKTUR ADMINISTRASI UMUM RSUD Dr PIRNGADI KOTA

KEPALA INSTALASI Dra. PERI, Apt Pel. Farmasi IBS

(44)
(45)
(46)

Lampiran 5. Formulir P1 (Permohonan Pembelian Barang Medis) RUMAH SAKIT DR. PIRNGADI

MEDAN

HAL. PERMOHONAN PEMBELIAN BARANG MEDIS

No. ...

P. 1

DARI GUDANG : ...

No.

Urut NAMA BARANG SATUAN

DIISI KEPALA BAGIAN FARMASI KETERANGAN

KOREKSI

TAKSIRAN HARAGA

STOK GUDANG

STOK APOTIK

PEMAKAIAN BLN. TERAKHIR @ Rp. JUMLAH PED. B.F

Jumlah Rp.

Medan, ...20...

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

Lampiran 11. Formulir Protokol Terapi dari Ruangan

SURAT KETERANGAN PERMINTAAN OBAT KHUSUS Dengan Hormat,

Dengan ini kami mohon diberikan untuk penderita:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : No. KP Askes :

No. MR :

Alamat : Ruangan :

Diagnosa :

Memerlukan obat khusus yang menggunakan Protokol Terapi, antara lain: 1.

2. 3.

Alasanpemberian: ... ... ...

Disetujui oleh:

Petugas PT. Askes Dokter Yang Merawat

( ) ( )

Tim legalisasi

(53)
(54)
(55)

Lampiran 14. Formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotika

FORM. PEMAKAIAN OBAT GOLONGAN NARKOTIKA

Nama pasien : No. Rekam medik :

Ruang rawat : Alamat pasien : Nama Dokter :

No. Nama Obat Satuan Jumlah Aturan Pakai

Angka Huruf

Medan, ...

Tanda Tangan Dokter

(56)
(57)

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

di

RSUD dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

Studi Kasus

Hipertensi Stage II

Disusun Oleh:

Silvi Ferdana Sitepu, S.Farm. NIM 113202122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(58)

RINGKASAN

Telah dilakukan studi kasus pada Praktik Kerja Profesi (PKP) Rumah Sakit di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Pengamatan dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2012 s/d 01 November 2012. Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah untuk memantau rasionalitas penggunaan obat dan memberikan pelayanan informasi obat pada pasien SOM.

Studi kasus yang diambil pada pasien yaitu Hipertensi stage II. Kegiatan studi kasus meliputi visite (kunjungan) terhadap pasien, memberikan pemahaman dan motivasi kepada pasien untuk mematuhi terapi yang telah ditetapkan oleh dokter, memberikan informasi obat kepada pasien dan keluarga pasien serta melihat rasionalitas penggunaan obat terhadap pasien.

(59)

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ... i RINGKASAN ... ii DAFTAR ISI ... iii DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR LAMPIRAN ... vii BAB I PENDAHULUAN ... 1

(60)

2.2.7 Noverty ... 10 2.2.8 Omeprazol ... 10 BAB III PENATALAKSANAAN UMUM ... 11 3.1 Identitas Pasien ... 11 3.2 Ringkasan Pada Waktu Pasien

Masuk Rumah Sakit ... 11 3.3 Pemeriksaan ... 12 3.3.1 Pemeriksaan fisik pasien di IGD ... 12 3.3.2 Pemeriksaan laboratorium patologi klinik ... 12 3.4 Diagnosis Penyakit ... 14 3.5 Terapi ... 14 BAB IV PEMBAHASAN ... 16

4.1 Pembahasan Tanggal 27 Oktober 2012 ... 16 4.1.1 Pengkajian tepat pasien ... 17 4.1.2 Pengkajian tepat indikasi ... 17 4.1.3 Pengkajian tepat obat ... 18 4.1.4 Pengkajian tepat dosis ... 20 4.1.5 Waspada efek samping ... 21 4.1.6 Pelayanan konseling, informasi

dan edukasi pasien ... 22 4.2 Pembahasan Tanggal 28 Oktober 2012 ... 22

(61)

4.2.5 Waspada efek samping ... 28 4.2.6 Pelayanan konseling, informasi

dan edukasi pasien ... 29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(62)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC

(Joint National Commite)... 7 3.1 Hasil pemeriksaan fisik ... 12 3.2 Hasil pemeriksaan patologi klinik ... 13 3.3 Lanjutan hasil pemeriksaan patologi klinik ... 13 3.4 Daftar obat-obat yang digunakan

pasien di rumah sakit ... 15 4.1 Daftar obat yang digunakan tanggal 27 Oktober 2012 ... 17 4.2 Pengkajian tepat dosis tanggal 27 Oktober 2012 ... 20 4.3. Efek samping dan interaksi tanggal 27 Oktober 2012 ... 21 4.4 Konseling, informasi dan edukasi pasien

tanggal 27 Oktober 2012 ... 22 4.5 Daftar obat yang digunakan tanggal 28 Oktober 2012 ... 23 4.6 Pengkajian tepat dosis tanggal 28 Oktober 2012 ... 27 4.7 Efek samping dan interaksi obat tanggal 28 Oktober 2012 ... 29 4.8 Konseling, informasi dan edukasi pasien

(63)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(64)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kepmenkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan,yang merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

(65)

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya adalah menilai rasionalitas obat dengan cara pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien (Depkes RI, 2004).

Dalam rangka menerapkan praktik farmasi klinis di rumah sakit, maka mahasiswa calon apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk praktik kerja profesi di rumah sakit. Praktik kerja profesi di rumah sakit menerapkan salah satu praktik pelayanan kefarmasiaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan pasien. Masalah ketidakrasionalan penggunaaan obat menunjukkan bahwa peranan apoteker sangat besar dalam membantu keberhasilan terapi pasien. Adapun studi kasus yang diambil adalah pasien dengan kasus Hipertensi stage II.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah:

(66)

b. Memberikan pelayanan farmasi klinis seperti konseling dan pelayanan informasi obat kepada pasien untuk memberikan motivasi dan pemahaman mengenai terapi obat-obatan.

(67)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Defenisi hipertensi

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee (JNC) on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan darah sistolik

yang lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik yang lebih tinggi dari 90 mmHg (Dipiro, 2005).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal. Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik tetap yang lebih besar dari 140 mmHg disertai dengan kenaikan tekanan darah diastolik tetap yang lebih besar dari 90 mmHg (Mycek, 2001).

Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah dengan lancar beredar keseluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Gunawan, 2007).

2.1.2 Patofisiologi hipertensi

(68)

Kelompok lain dari populasi dengan persentase yang rendah mempunyai penyebab yang khusus, kelompok ini dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder, endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Depkes RI, 2006).

Lebih dari 90% pasien hipertensi merupakan hipertensi primer (esensial) dan kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah (Depkes RI, 2006).

Menurut Depkes RI (2006), banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi. Antara lain adalah: 1. Meningkatnya respon terhadap stress psikososial

2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor 3. Asupan natrium (garam) berlebihan

4. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron

5. Defisiensi vasodilator 6. Diabetes mellitus

(69)

diperoleh tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Ganiswarna, 1995).

2.1.3 Etiologi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat di bagi atas hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebab hipertensi primer (esensial) merupakan multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan dan terlihat adanya riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga. Hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Faktor genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriksi), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis dan obesitas.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, obat-obatan dan penyakit lain. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Prevalensi hipertensi sekunder ini hanya 5-8% dari seluruh penderita hipertensi (Depkes RI, 2006).

(70)

Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC (Joint National Commite) Kategori Tekana Darah Sistolik

(mmHg)

Tekanan Darah Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100

2.1.4 Diagnosis hipertensi

Hipertensi seringkali disebut sebagai “silent killer” karena pasien dengan hipertensi esensial biasanya tidak ada gejala (asimptomatik). Penemuan fisik yang utama adalah meningkatnya tekanan darah. Pengukuran rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol ditentukan untuk mendiagnosis hipertensi. Tekanan darah ini digunakan untuk mendiagnosis dan mengklasifikasikan sesuai dengan tingkatnya. Pemeriksaan laboratorium rutin yang direkomendasikan sebelum memulai terapi antihipertensi antara lain adalah kadar gula darah, hematokrit, profil lemak (setelah puasa 9–12 jam) termasuk HDL, LDL, dan trigliserida (Depkes RI, 2006).

2.2 Tinjauan Obat 2.2.1 Ranitidin

(71)

dibandingkan dengan simetidin, ranitidin mempunyai masa kerja lebih panjang dan lima sampai sepuluh kali lebih kuat (Mycek, 2001).

2.2.2 Furosemid

Furosemid merupakan diuretik kuat dan bekerja di lengkung henle. Furosemid menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma, banyak digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udem otak dan paru-paru. Furosemid mula kerjanya sangat cepat, pada pemberian oral 30-60 menit dan bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan bertahan 2,5 jam (Tjay dan Kirana, 2007).

Furosemid merupakan loop diuretic yang memiliki mekanisme kerja menghambat transport Na+/K+/Cl- oleh karena itu reabsorbsi Na+, K+ dan Cl -menurun. Diuretik kuat merupakan obat diuretik yang paling efektif, karena pars asendens bertanggung jawab untuk reabsorbsi 25-30% NaCl yang disaring. Diuretik ini diberikan per oral maupun parenteral. Efek samping yang terjadi antara lain ototoksisitas, hiperurisemia dan hipokalemia (Mycek, 2001).

2.2.3 Captopril

Captopril merupakan inhibitor ACE yang menghambat enzim yang berasal dari angiotensin I membentuk vasokonstriktor kuat angiotensin II. Inhibitor ACE menurunkan resistensi vascular, vena dan tekanan darah, menyebabkan peningkatan curah jantung. Penggunaan inhibitor ACE dalam pengobatan dapat menurunkan morbiditas atau mortalitas. Potensi hipotensi simtomatik dengan terapi inhibitor ACE memerlukan monitoring yang teliti (Mycek, 2001).

(72)

menurunkan absorbsinya sampai 45%. Resorpsi dari usus cepat dan efeknya sudah maksimal terlihat setelah 1,5 jam dan bertahan 12-24 jam tergantung pada dosisnya, dieksresikan lewat urin sebagai metabolit inaktif (Tjay dan Kirana, 2007).

2.2.4 Amdixal

Isi dari obat ini adalah Amlodipin. Merupakan obat penyekat kanal kalsium yang bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium kedalam sel-sel otot polos koroner jantung dan arterial sistemik, bersifat vasodilator yang menyebabkan penurunan tonus otot polos dan resistensi vascular. Amdixal diberikan secara oral dan mempunyai waktu paruh lebih pendek sehingga perlu dosis berulang. Amdixal dapat menyebabkan wajah merah, sakit kepala, edema, hipotensi sebagai aktivitas vasodilatasi (Mycek, 2001).

2.2.5 Valsartan

Valsartan merupakan senyawa penghambat reseptor angiotensin II dengan jalan melebarkan atau mendilatasi pembuluh darah. Efek maksimalnya baru nyata setelah beberapa minggu seperti antihipertensi lain. Keampuhannya sama dengan atenolol akan tetapi efek pelindung terhadap stroke dan infark jantung lebih ditingkatkan (Tjay dan Kirana, 2007).

2.2.6 Hidroklortiazid

(73)

2.2.7 Noverty

Isi dari obat ini adalah Betahistin mesilat. Diindikasikan untuk mengurangi vertigo yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan sirkulasi darah. Dosis Noverty yang direkomendasikan untuk pasien hipertensi adalah 18-36mg/hari (Anonim, 2010).

2.2.8 Omeprazol

Omeprazol termasuk kelas baru senyawa anti-sekresi yang menekan sekresi asam lambung melalui penghambatan spesifik terhadap sistem enzim H+/K+, ATP ase pada permukaan sekresi sel parietal lambung. Karena sistem enzim ini merupakan pompa asam (proton) dalam mukosa lambung, Omeprazol digambarkan sebagai penghambat pompa asam lambung yang menghambat tahap akhir pembentukan asam lambung (Tjay dan Kirana, 2007).

(74)

BAB III

PENATALAKSANAAN UMUM

3.1 Identitas Pasien

Nama : SOM

Umur : 80 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Lahir : 23 Februari 1932 Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Alamat : Medan Tuntungan Berat Badan : 55 kg

Status : Askes

Tanggal Masuk : 27 Oktober 2012 Tanggal Pulang : 1 November 2012

3.2 Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk Rumah Sakit

(75)

3.3 Pemeriksaan

Pada tanggal 28 Oktober 2012 pasien telah menjalani pemeriksaan yaitu pemeriksaan fisik dan untuk menunjang tepatnya diagnosis dilakukan pemeriksaan laboratorium patologi klinik.

3.3.1 Pemeriksaan fisik pasien di IGD

Hasil pemeriksaan fisik pasien di IGD, dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan fisik

No. Pemeriksaan Hasil

1 Sensorium Compos Mentis

2 Tekanan Darah (TD) 240/160 mmHg

3 Nadi (HR) 80 kali/menit

4 Pernafasan (RR) 24 kali/menit

5 Temperatur 36,8 0C

3.3.2 Pemeriksaan laboratorium patologi klinik

Hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik, dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3.

(76)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Tabel 3.3 Lanjutan hasil pemeriksaan patologi klinik

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

(77)

Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dokter mendiagnosis pasien menderita Hipertensi stage II.

3.5 Terapi

(78)

BAB IV PEMBAHASAN

Pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 27 Oktober 2012 pukul 21.54 WIB melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan keluhan pasien sakit kepala dan jika berjalan seperti melayang. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan tidak terkontrol. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil diagnosis dokter, pasien menderita hipertensi stage II.

Pemantauan terapi obat dilakukan untuk melihat apakah penggunaan obat untuk terapi pasien diberikan secara rasional. Rasionalitas penggunaan obat meliputi tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping. Pemantauan terapi obat dilakukan setiap hari sesuai dengan obat yang diberikan. Penyampaian informasi penting tentang obat disampaikan secara langsung kepada pasien atau keluarganya untuk meningkatkan pemahaman pasien mengenai obat.

4.1 Pembahasan Tanggal 27 Oktober 2012

Dari hasil pemeriksaan fisik diperoleh data sebagai berikut: Sensorium : Compus mentis (kesadaran penuh)

(79)

Nadi : 80 x/menit

Diagnosis : Hipertensi Stage II

Obat-obat yang digunakan pada tanggal 27 Oktober 2012, dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Daftar obat yang digunakan tanggal 27 Oktober 2012

Tanggal Nama Obat Bentuk Kekuatan Dosis Sehari Route 27 Oktober 4.1.1 Pengkajian tepat pasien

Berdasarkan pemeriksaan fisik pasien, diketahui bahwa tekanan darah pasien berada diatas normal yaitu 240/160 mm/Hg. Pasien mengeluh mengalami sakit kepala dan jika berjalan seperti melayang. Dokter mendiagnosis pasien menderita penyakit hipertensi stage II. Ini menunjukkan sudah tepat pasien. 4.1.2 Pengkajian tepat indikasi

(80)

Ranitidin merupakan senyawa furan yang mempunyai daya hambat terhadap sekresi asam. Ranitidin diindikasikan untuk mencegah terjadinya sekresi asam lambung (Tjay dan Kirana, 2007). Penggunaan obat ini sebagai penanganan efek samping obat yang dapat mengiritasi lambung sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Maka pemberiaan Ranitidin sudah tepat indikasi.

Furosemid merupakan turunan sulfonamid yang bekerja sebagai diuretik kuat dan bekerja di lengkung henle. Furosemid menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma, banyak digunakan pada keadaan akut. Furosemid mula kerjanya sangat cepat, pada pemberian oral 30-60 menit dan bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan bertahan 2,5 jam (Tjay dan Kirana, 2007). Jadi pemberian furosemid sudah tepat indikasi.

Pemberian Captopril diindikasikan untuk menurunkan tekanan darah. Bekerja dengan cara menghambat terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I. Dimana angiotensin II dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Dengan terhambatnya pembentukkan angiotensin II maka terjadi penurunan tekanan darah dengan jalan melebarkan atau mendilatasi pembuluh darah serta turunnya jumlah garam dan air. Captopril juga menurunkan jumlah natrium dan air (Mycek, 2001). Jadi pemberian Captopril sudah tepat indikasi.

4.1.3 Pengkajian tepat obat

(81)

menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit) dan terapi pemulihan (untuk menggantikan jumlah cairan yang hilang) (Dianne, 2005).

Ranitidin merupakan senyawa furan yang mempunyai daya hambat terhadap sekresi asam (Tjay dan Kirana, 2007). Penggunaan obat ini sebagai penanganan efek samping obat yang dapat mengiritasi lambung sehingga meningkatkan sekresi asam lambung. Maka pemberian Ranitidin sudah tepat obat.

Furosemid merupakan turunan sulfonamid yang bekerja sebagai diuretik kuat dan bekerja di lengkung henle. Furosemid menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma, banyak digunakan pada keadaan akut (Tjay dan Kirana, 2007).

Furosemid mempunyai efek natriuresis lebih kuat dibandingkan dengan tiazida, tetapi furosemid tidak mempunyai efek vasodilatasi arteriol langsung seperti tiazida. Furosemid hanya digunakan bila diuretik tiazida tidak efektif atau dikontraindikasikan untuk penderita dengan serum kreatinin > 2,5 mg/dL (Gunawan, 2007). Serum kreatinin pasien adalah 0,78 mg/dl, maka pemberian Furosemid sudah tepat obat.

(82)

4.1.4 Pengkajian tepat dosis

Sesuai dengan tanggung jawab untuk meningkatkan penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis.

Ketepatan dosis meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Pengkajian tepat dosis tangal 27 Oktober 2012

Ranitidin berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 50 mg/ ampul, diberikan secara iv kepada pasien dengan interval waktu pemberian 12 jam (Mehta, 2006). Penggunaan obat ini sebagai penanganan efek samping dari obat yang dapat mengiritasi lambung. Dosis Ranitidin yang diberikan kepada pasien adalah 50 mg/12 jam. Jadi pemberiaan ranitidin sudah tepat dosis.

Furosemid berbentuk injeksi dengan kekuatan sediaan 10 mg/ampul yang diberikan secara iv kepada pasien dengan interval waktu pemberian 12 jam. Dosis lazim Furosemid untuk mengatasi hipertensi adalah 20 mg/hari (maks. 80 mg/hari (Tjay dan Kirana, 2007). Pada pasien diberikan furosemid dengan dosis Jenis Obat/

Intravena 2 minggu Berikan perlahan, tidak

Gambar

Tabel 3.1 Perhitungan Unit cost Partus Normal Pasien Jamkesmas/ Medan Sehat/
Tabel     Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC (Joint National Commite)
Tabel 3.1  Hasil pemeriksaan fisik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh karakteristik siswa (jenis kelamin, tempat tinggal, teman intim), sumber informasi (peran orang tua, peran teman sebaya, peran

Tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Jaga Kawal (Ulp Non Organik/Jaga Fungsi) Polres Tabanan Tahun

Pada aplikasi sms terdapat beberapa menu yang dapat diakses antara lain Form Utama sebagai Form induk aplikasi sms, Menu Koneksi yang digunakan untuk mengkoneksikan antara

Kepada peserta Pelelangan yang keberatan, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan khususnya mengenai ketentuan dan prosedur yang telah ditentukan dalam dokumen

Multidisciplinary Design Optimization Methods (Metode MDO ) diterapkan pada perancangan ve s sel truck untuk mengatasi kompleksitas beberapa parameter perancangan yang

jarak kedua vortex mengalami perubahan yang kecil. Hal ini terjadi karena vortex masih dalam kestabilan sehingga kemiringan garis a/b pada proses difusi kecil. Hubungan

[r]

teroksidasi. Metoda pelapisan temperature tinggi yang sering diterapkan untuk keperluan ini adalah pack cementation. Studi ini membahas sebagian dari hasil pengujian oksidasi