• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketersediaan Nitrogen Akibat Pemberian Kombinasi Berbagai Bahan Organik Terhadap Tiga Jenis Tanah Dan Efeknya Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ketersediaan Nitrogen Akibat Pemberian Kombinasi Berbagai Bahan Organik Terhadap Tiga Jenis Tanah Dan Efeknya Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

KETERSEDIAAN NITROGEN AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BERBAGAI BAHAN ORGANIK TERHADAP TIGA JENIS TANAH DAN EFEKNYA

PADA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

S K R I P S I

Oleh:

NOVALINDA BARUS 080303045

AGROEKOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KETERSEDIAAN NITROGEN AKIBAT PEMBERIAN KOMBINASI BERBAGAI BAHAN ORGANIK TERHADAP TIGA JENIS TANAH DAN EFEKNYA

PADA PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

S K R I P S I

Oleh:

NOVALINDA BARUS 080303045

AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Di Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Ketersediaan Nitrogen Akibat Pemberian Kombinasi Berbagai Bahan Organik Terhadap Tiga Jenis Tanah dan Efeknya Pada Pertumbuhan Tanaman Jagung

Nama : Novalinda Barus

NIM : 080303045

Departemen : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. M. M. B. Damanik, MSc) (

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing Ir. Supriadi, MS)

Mengetahui,

Ketua Departemen Agroekoteknlogi Fakultas Pertanian

(

(4)

ABSTRAK

NOVALINDA BARUS: Ketersediaan Nitrogen Akibat Pemberian Kombinasi Berbagai Bahan Organik terhadap Tiga Jenis Tanah dan Efeknya pada Pertumbuhan Tanaman Jagung, dibimbing oleh M. M. B. DAMANIK dan SUPRIADI.

Nitrogen merupakan unsur hara esensial dengan sumber utama berasal dari bahan organik yang dibutuhkan jagung dengan kadar tinggi pada umur empat minggu untuk berproduksi secara optimum pada tanah-tanah yang berkadar nitrogen rendah. Untuk itu telah dilakukan penelitian di lahan rumah kasa Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Juni – Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu jenis tanah (entisol, inceptisol dan ultisol) dan bahan organik (kontrol, kompos jerami + pupuk kandang ayam, kompos jerami + kompos kulit kakao, kompos kulit kakao + pupuk kandang ayam). Parameter yang diukur adalah pH tanah, C-organik tanah, N-total tanah, rasio C/N tanah, tinggi tanaman, bobot kering tanaman dan N tanaman dan serapan N.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi berbagai bahan organik pada tiga jenis tanah berpengaruh nyata terhadap C-organik, N-total tanah, tinggi tanaman, bobot kering tanaman dan serapan N-tanaman.

(5)

ABSTRACT

NOVALINDA BARUS: Availability of Nitrogen Result by Giving Various Organic Matter Combinations for Three Types of Soil and The Effect in Plant Growth Corn, leading by M. M. B. DAMANIK and SUPRIADI

Nitrogen is an essential nutrient by the main source of organic material from corn required with high levels at the age of four weeks to optimum product in soils low levels of nitrogen. For it has done a research in the field screen Agriculture Faculty USU (± 25 m asl) in June-August 2012 by using a factorial randomized block design in two factors: types of soils (entisols, Inceptisol and Ultisol) and organic materials (control, straw compost + chicken manure, straw compost + cocoa bark compost, cocoa bark compost + chicken manure). Parameters measured were soil pH, soil C-organic, soil N-total, ratio of C/N soil, plant height, plant dry weight, N plant level and N-plant uptake.

.

The results showed that the combination of various organic matter on the three soil types significantly affect to the C-organic, N-total soil, plant height, plant dry weight and N-plant uptake.

(6)

RIWAYAT PENULIS

Penulis dilahirkan di Cimahi, Jawa Barat pada tanggal 28 November 1990 dari ayah Sahabat Barus dan ibu Loiyester Br. Lumban Gaol. Penulis merupakan putrid ketiga dari lima bersaudara.

Pada tahun 2008 Penulis lulus dari SMA Swasta Primbana Medan dan pada tahun yang sama melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara (USU) di Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Masuk Bersama Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (UMB-SPMB). Penulis memilih program studi Agroekoteknologi dengan minat Ilmu Tanah.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA) menjadi Sek. Sub bidang Kerohanian (2012-2013), Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK), Kegiatan Fokus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (2010), Seminar dan Lokakarya Nasional Keseimbangan Hara dan Pengelolaan Kesuburan Tanah Berkelanjutan pada Kopi Arabika di Sumatera Utara dan Aceh, Seminar Nasional Pekan Ilmiah dan Reuni Akbar IMILTA USU sebagai bendahara umum (2012), serta beberapa kali ikut serta dalam seminar pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Ketersediaan Nitrogen Akibat Pemberian Kombinasi Berbagai Bahan Organik terhadap Tiga Jenis Tanah dan Efeknya pada Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.)” yang bertujuan untuk melaksanakan penelitian tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan yang sama penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. M. M. B. Damanik, MSc. selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Supriadi, MS. selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ungkapan terima kasih yang tiada henti penulis ucapkan kepada kedua orang tua tersayang, ayahanda Sahabat Barus dan ibunda Loiyester Br. Lbn Gaol yang telah banyak berkorban baik moril maupun materil serta doa dan dukungan yang tiada henti demi kesuksesan penulis, kepada keempat saudaraku, juga kepada rekan, sahabat dan semua orang terdekat yang turut membantu selama penelitian berlangsung dan terkhusus untuk Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) dan Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA), Pak Hengky, Pak Deni, Pak Christian serta keluarga paguyuban KSE USU dan seluruh keluarga nusantara KSE dan BISMA untuk Sharing, Networking and Developing. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Medan, November 2012

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Entisol ... 6

Sifat dan Ciri Tanah Inceptisol ... 7

Sifat dan Ciri Tanah Ultisol ... 8

Unsur Nitrogen ... 10

Bahan Organik ... 12

Pupuk Kandang Ayam ... 13

Kompos Kulit Kakao ... 14

Kompos Jerami Padi ... 16

Tanaman Jagung ... 17

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

Bahan dan Alat ... 19

Rancangan Penelitian ... 19

Metode Analisis ... 20

Pelaksanaan Penelitian ... 21

Peubah Amatan ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Pengaruh pemberian bahan organik dan jenis tanah terhadap

pH……….. 24

2. Pengaruh pemberian bahan organik dan jenis tanah terhadap C-organik (%) tanah………... 25

3. Pengaruh pemberian bahan organik dan jenis tanah terhadap kadar

N-total (%) tanah……….. 25

4. Pengaruh pemberian bahan organik dan jenis tanah terhadap rasio

C/N tanah……….. 26

5. Pengaruh pemberian bahan organik dan jenis tanah terhadap

tinggi tanaman (cm)……… 27

6. Pengaruh pemberian bahan organik dan jenis tanah terhadap bobot kering tajuk tanaman (g)……….. 28

7. Pengaruh pemberian bahan organik dan jenis tanah terhadap

N-tanaman (%)………. 28

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Penelitian……… 36

2. Hasil Analisa Contoh Tanah Awal………... 37

3. Hasil Analisa Kompos………... 38

4. Data pH Tanah Metode H2 5. Daftar Sidik Ragam pH Tanah Metode H O……….. 39

2 6. Data C-Organik Tanah Metode Walkley and Black (%)…………... 40

O………. 39

7. Daftar Sidik Ragam Data C-Organik Tanah Metode Walkley and Black (%)………... 40

8. Data N-total Tanah Metode Kjedhal (%)………... 41

9. Data Sidik Ragam N-total Tanah Metode Kjedhal (%)………. 41

10. Data C/N Tanah………. 42

11. Data Sidik Ragam C/N Tanah………... 42

12. Data Tinggi Tanaman (cm)……… 43

13. Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm)……… 43

14. Data Bobot Kering Tanaman (g)………... 44

15. Data Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman (g)……….. 44

16. Data N-tanaman Metode Destruksi Basah (%)……….. 45

17. Data Sidik Ragam N-tanaman Metode Destruksi Basah (%)……… 45

18. Data Serapan N-tanaman (mg N/tanaman)………... 46

19. Sidik Ragam Serapan N-tanaman (mg N/tanaman)………... 46

(12)

ABSTRAK

NOVALINDA BARUS: Ketersediaan Nitrogen Akibat Pemberian Kombinasi Berbagai Bahan Organik terhadap Tiga Jenis Tanah dan Efeknya pada Pertumbuhan Tanaman Jagung, dibimbing oleh M. M. B. DAMANIK dan SUPRIADI.

Nitrogen merupakan unsur hara esensial dengan sumber utama berasal dari bahan organik yang dibutuhkan jagung dengan kadar tinggi pada umur empat minggu untuk berproduksi secara optimum pada tanah-tanah yang berkadar nitrogen rendah. Untuk itu telah dilakukan penelitian di lahan rumah kasa Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Juni – Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu jenis tanah (entisol, inceptisol dan ultisol) dan bahan organik (kontrol, kompos jerami + pupuk kandang ayam, kompos jerami + kompos kulit kakao, kompos kulit kakao + pupuk kandang ayam). Parameter yang diukur adalah pH tanah, C-organik tanah, N-total tanah, rasio C/N tanah, tinggi tanaman, bobot kering tanaman dan N tanaman dan serapan N.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi berbagai bahan organik pada tiga jenis tanah berpengaruh nyata terhadap C-organik, N-total tanah, tinggi tanaman, bobot kering tanaman dan serapan N-tanaman.

(13)

ABSTRACT

NOVALINDA BARUS: Availability of Nitrogen Result by Giving Various Organic Matter Combinations for Three Types of Soil and The Effect in Plant Growth Corn, leading by M. M. B. DAMANIK and SUPRIADI

Nitrogen is an essential nutrient by the main source of organic material from corn required with high levels at the age of four weeks to optimum product in soils low levels of nitrogen. For it has done a research in the field screen Agriculture Faculty USU (± 25 m asl) in June-August 2012 by using a factorial randomized block design in two factors: types of soils (entisols, Inceptisol and Ultisol) and organic materials (control, straw compost + chicken manure, straw compost + cocoa bark compost, cocoa bark compost + chicken manure). Parameters measured were soil pH, soil C-organic, soil N-total, ratio of C/N soil, plant height, plant dry weight, N plant level and N-plant uptake.

.

The results showed that the combination of various organic matter on the three soil types significantly affect to the C-organic, N-total soil, plant height, plant dry weight and N-plant uptake.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, saat ini alih fungsi lahan di tanah air hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan luas lahan pertanian tahun 2002 yang masih mencapai ± 7.748.840 Ha dengan jumlah penduduk mencapai 237 juta dan tahun 2011 yang tinggal ± 6.758.840 Ha dengan jumlah penduduk 341 juta jiwa, dimana terjadi peningkatan penduduk 1,4% dan pengurangan lahan 1,1%. Sebahagian besar tanah-tanah pertanian yang banyak digunakan di Indonesia seperti Inceptisol, Entisol, Vertisol, Andisol, Alfisol.

Menurut data Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (2006) luas tanah

Entisol ± 3 juta Ha (2,1%), luas tanah Inceptisol ± 70,5 juta Ha (37,5%)

dimana 5,2 juta Ha (7,4%) diantaranya bersifat masam dan luas tanah Ultisol ± 45,8 juta Ha (24,3%) dari total luas tanah di Indonesia. Berkaitan dengan

meningkatnya penduduk menyebabkan kebutuhan pangan semakin meningkat pula sedangkan di satu sisi terjadi penurunan lahan. Hal ini menyebabkan banyak petani yang menggunakan pupuk kimia dengan konsentrasi dan dosis tinggi secara terus menerus dalam waktu yang panjang, dimana dapat menurunkan kualitas kesuburan tanah sekitar 75% dari lahan pertanian menjadi tidak produktif atau lahan kritis.

(15)

untuk memperbaiki sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah seperti memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Selain itu, bahan organik juga mengandung asam-asam organik yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat sehingga mudah diserap oleh tanaman. Jika tanah tersebut dapat produktif kembali, tentu produksi hasil pertanian juga dapat meningkat.

Bahan organik merupakan penimbunan dari sisa-sisa makhluk hidup yang sebagian telah mengalami pelapukan dimana didaur ulang atau dirombak oleh organisme tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Dalam penelitian ini digunakan bahan organik yang merupakan limbah-limbah pertanian dimana dalam pengelolaannya kerap kali kurang mendapat perhatian sehingga terbuang sia-sia, seperti jerami padi, kotoran ayam dan kulit kakao. Sedangkan bila dimanfaatkan dengan melakukan pengelolaan yang tepat akan bernilai positif bagi tanah diantaranya dalam

penyediaan unsur hara bagi tanah, terutama sebagai tambahan unsur hara nitrogen (N) bagi tanah yang tidak diperoleh dari hasil pelapukan batuan.

Nitrogen adalah salah satu unsur makro yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+ dan NO3-.

N merupakan salah satu hara yang banyak mendapat perhatian. Ini dikarenakan jumlah N yang terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan dalam kebutuhan tanaman dan kehilangan N pada tanah cukup besar. Menurut Damanik dkk, (2010) menyatakan bahwa kehilangan N dari tanah dapat dalam bentuk gas yang terjadi

(16)

kehilangan akibat pencucian yang diakibatkan oleh lahan gundul/ tanpa tanaman,

dan kehilangan bersama panen.

Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti bahan dasar atau bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin, aseton, gliserol, perekat, tekstil dan asam organik bahan bakar nabati, sayuran dan bahan kertas serta pembuatan pupuk kompos dan kayu bakar. Jagung merupakan tanaman indikator yang selama pertumbuhannya membutuhkan kadar hara N yang tinggi, dimana awal pertumbuhan akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan tanaman berumur 4 minggu akumulasi N sangat cepat.

(17)

yang kurang ekonomis dan residu bagi tanaman serta menyokong lahan yang tidak produktif menjadi lebih produktif dan berkelanjutan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

Hipotesis Penelitian

− Adanya pengaruh penanaman pada jenis tanah Entisol, Inceptisol dan Ultisol

pada pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

− Adanya pengaruh pemberian bahan organik pupuk kandang ayam, kompos

kulit kakao dan kompos jerami dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

− Adanya pengaruh interaksi antara jenis tanah Entisol, Inceptisol dan Ultisol

dengan bahan organik pupuk kandang ayam, kompos kulit kakao dan

kompos jerami dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

Kegunaan Penelitian

− Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam mengurangi

kebutuhan pupuk kimia yang kurang ekonomis menjadi pupuk organik yang lebih ekonomis penggunaannya

− Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam

(18)

dapat berpotensi sebagai sumber unsur hara nitrogen pada tiga jenis tanah yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) − Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Tanah Entisol

Entisol adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada tanah dengan bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Beberapa contoh entisol antara lain berupa tanah yang berkembang dari bahan alluvial muda berlapis-lapis tipis, tanah yang berkembang di atas batuan beku dengan solum dangkal atau tanah yang bekembang pada kondisi yang sangat basah atau sangat kering (Munir, 1995).

Dalam Hardjowigeno (1985) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan entisol adalah sebagai berikut:

− Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan

sangat lambat

− Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih

banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng curam

− Pengendapan terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih lambat

dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir disekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi, bukit pasir pantai

− Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi

bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain

(20)

partikel terdapat daya ikat dan bahan organik yang rendah sehingga unsur haranya juga rendah (Brady, 1984).

Menurut Soepardi (1983) bahwa ciri umum Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata. Entisol memiliki kejenuhan basa bervariasi dari asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar berkadar bahan organik dan N lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air yang rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik dari pada tanah yang lebih halus. Meskipun tanah ini kaya akan unsur hara kecuali N akan tetapi unsur ini belum mengalami pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan diperlukan pemupukan bahan organik, pupuk kandang dan pupuk hijau.

Sifat dan Ciri Tanah Inceptisol

Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada entisol (inceptum, permulaan). Umumnya mempunyai horson kambik, karena tanah belum berkembang lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah ini dulu termasuk alluvial, regosol, gleihumus, latosol dan lain-lain.Penyebaran liat ke dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C-organik dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk hampir disemua tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub hingga tropika (Hardjowigeno, 2003).

(21)

menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk (Smith et al, 1973).

Reaksi tanah ada yang masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) dan agak masam sampai netral (pH 5,6 – 6,8). Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi sedang sampai tinggi. Kandungan bahan organik paling atas selalu lebih tinggi daripada lapisan bawah dengan ratio C/N tergolong rendah (5 - 10) sampai sedang (10 - 18). Kandungan P potensial rendah sampai tinggi dan K potensial sangat rendah sampai sedang. Kandungan P potensial umumnya lebih tinggi dari pada K potensial, baik lapisan atas maupun lapisan bawah (Damanik dkk, 2010).

Jumlah basa-basa dapat tukar diseluruh lapisan tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks absorbs didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif rendah. Tanah Inceptisol didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada

larutan tanah berkurang. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi disemua lapisan. Kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi. Secara umum disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi dari rendah sampai tinggi (Damanik dkk, 2010).

Sifat dan Ciri Tanah Ultisol

Kata Ultisol berasal dari bahasa Latin Ultimus yang berarti terakhir atau dalam hal tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian terakhir (Foth, 1994).

(22)

mempunyai kendala dalam pemanfaatannya seperti kemasaman tanah, kejenuhan Aldd yang tinggi, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa-basa yang rendah serta kadar mineral lapuknya yang sangat rendah. Hal ini dikarenakan tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-daerah beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi. Sehingga tanah mengalami proses pencucian yang sangat intensif (sangat peka terhadap erosi) (Munir, 1995).

Ultisol termasuk lahan marginal dengan produktivitas rendah karena sifat

fisik dan kimianya kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman, antara lain pH masam, kelarutan Al dan Fe, Mn relatif tinggi yang dapat mengikat unsur P

menjadi tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Makin tinggi kandungan Oksida besi dan Oksida Al maka makin besar daya tambat P tanah tersebut. Begitu pula dengan kandungan Alddnya yang semakin tinggi dapat menambat P semakin besar. Oleh karena itu ultisol sangat masam dan umumnya mempunyai daya tambat P yang tinggi (Hakim dkk, 1986).

Dari data analisis tanah Ultisol dari berbagai wilayah di Indonesia,

menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki ciri reaksi tanah sangat masam (pH 4.1 – 4.8). Kandungan bahan organik lapisan atas tipis (8 - 12 cm), umumnya

rendah sampai sedang. Rasio C/N tergolong rendah (5 - 10). Selain kandungan P, kandungan N juga relatif rendah (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian

basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Pada tanah Ultisol

(23)

bahan organik di lapisan atas. Dominasi kaolinit pada tanah ini tidak memberi

kontribusi pada kapasitas tukar kation tanah, sehingga kapasitas tukar kation

hanya bergantung pada kandungan bahan organik dan fraksi liat. Oleh karena itu,

peningkatan produktivitas tanah Ultisol dapat dilakukan melalui perbaikan tanah

(ameliorasi), pemupukan dan pemberian bahan organik (Munir, 1995).

Unsur Hara Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara esensil (keberadaannya mutlak ada untuk kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman) dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak sehingga disebut unsur hara makro. Tanah mengandung N total sekitar 0.02% (sub soil) hingga 2.5% (tanah organik). Tiga sumber utama N tanah berasal dari: (1) bahan organik tanah, (2) fiksasi N2 biologis, dan (3) pupuk

anorganik. Sumber N terbesar adalah gas N2

Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO

yang dijumpai sekitar 78% dari komposisi gas diudara (Hanafiah dkk, 2009).

3- atau NH4+ dari

tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2% - 4% berat kering. Tanaman di lahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih

besar dari NH4+

Secara umum, tanaman tidak dapat melakukan metabolisme bila kahat nitrogen untuk membentuk bahan seperti asam amino, protein, enzim-enzim serta bahan penghasil energi seperti ADP, ATP dan khlorofil. Selain itu pertumbuhan tanaman harus cukup mengandung N untuk membangun sel-sel baru. Proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat, namun proses tersebut tidak dapat berlangsung untuk menghasilkan protein, asam nukleat dan sebagainya bila N tidak tersedia di dalam tubuh tanaman (Damanik dkk, 2010).

(24)

Kekurangan nitrogen dapat menyebabkan seluruh tanaman berwarna pucat kekuningan, pertumbuhan lambat dan kerdil, perkembangan buah tidak sempurna dan masak sebelum waktunya. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dari daun bagian bawah ke bagian atas (Suriatna, 1992).

Selain itu, kelebihan N juga akan meningkatkan masa vegetatif dan memperpendek masa generatif yang justru menurunkan kualitas produksi. Tanaman yang kelebihan N akan menunjukan warna hijau gelap, peka hama penyakit dan mudah roboh (Winarso, 2005).

Kadar N anorganik pada tanah ditambah bahan organik lebih besar dibandingkan dengan tanah tanpa penambahan bahan organik. Hal ini menunjukkan adanya proses mineralisasi atau pelapukan (Winarso, 2005).

Pelapukan bahan organik didaerah tropik sangat cepat mengakibatkan N juga cepat terlepas dalam bentuk N anorganik yang mudah tersedia bagi tanaman dan mudah tercuci (Hanafiah dkk, 2009).

N dalam tanah dan tanaman bersifat sangat mobil sehingga keberadaan N dalam tanah cepat berubah bahkan hilang. Kehilangan N akan lebih kecil apabila tekstur tanah makin halus, yaitu dengan urutan pasir, pasir berdebu, liat (Winarso, 2005).

Kehilangan hara Nitrogen dari dalam tanah dalam bentuk gas (N2, N2O,

NO, dan NH3

Semua bentuk N dalam tanah akan dikonveksikan atau dioksidasi menjadi NO

), akibat pencucian dan panen. Dalam bentuk gas, N hilang dalam reaksi denitrifikasi dan volatilisasi amonium (Damanik dkk, 2010).

3- yang selanjutnya menjadi subjek reaksi denitrifikasi, erosi dan pencucian.

(25)

terbentuk jika N dalam bentuk ion NH4+. Ion NH4+ lebih stabil dari NO3

-Bahan Organik

, sebab dapat terikat dalam tapak jerapan pada liat organik dan anorganik (Winarso, 2005).

Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang/ dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman, binatang dan juga manusia yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi sumber makanan bagi jasad mikro. Jasad mikro akan mendekomposisi bahan organik jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut sehingga senyawa kompleks akan menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka akan semakin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah (Agrica, 2008).

(26)

Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah, meliputi:

− Meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organik

yang mudah terurai

− Menghasilkan humus tanah yang berperanan secara koloidal dari senyawa sisa

mineralisasi dan senyawa sulit terurai dalam proses humifikasi

− Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar daripada

koloid anorganik

− Menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkhelatan tterhadap

mineral oksida dan kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan fiksasi P tanah

− Meningkatkan ketersediaan dan efisiensi pemupukan serta melalui

peningkatan N dan pelarutan P oleh asam-asam organik hasil dekomposisi bahan organik (Madjid, 2007).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang didefinisikan sebagai buangan dari hasil limbah binatang peliharaan seperti ayam, sapi, kerbau dan kuda yang dapat menambah unsur hara bagi tanah dana tanaman, serta memperbaiki sifat fisik dan biologi tanaman. Pupuk kandang padatan yaitu kotoran ternak baik yang telah dikomposkan maupun belum dikomposkan mengandung unsur hara yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah terutama unsur nitrogen.

Menurut hasil penelitian Sastrosupadi dan Santoso (2005) pupuk kandang ayam memiliki kandungan N yang cukup tinggi dibandingkan dengan kotoran

(27)

kotoran yang sama mengandung 22 kg/ ton N, 2,6 kg/ton P dan 13,7 kg/ton K. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Sutedjo (2002) yang mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam mengandung nitrogen tiga kali lebih besar dari pada pupuk kandang yang lainnya. Lebih lanjut dikemukakan kandungan unsur hara dari pupuk kandang ayam lebih tinggi karena bagian cair (urine) bercampur dengan bagian padat.

Menurut Sarief (1985) yang menyatakan bahwa kotoran ayam selain dapat menyumbangkan hara makro yang tinggi (terutama N dan K) juga dapat menyumbangkan hara mikro seperti Fe, Zn dan Mo serta kotoran ayam mengandung kadar air dan nisbah C/N yang rendah, sehingga akan mempercepat proses mineralisasi dan memperkecil tekanan nitrat di dalam tanah. Dengan demikian ketersediaan unsur hara yang diperoleh dari kotoran ayam lebih cepat. Selain itu, penggunaan pupuk kandang dapat menaikkan kandungan humus, menggemburkan tanah, mempercepat pembentukan agregat, menaikkan kapasitas menahan air, mempermudah pergerakan udara dan mendorong kehidupan jasad-jasad renik di dalam tanah.

Kompos Kulit Kakao

Kompos adalah bahan organik mentah yang telah mengalami proses dekomposisi secara alami. Proses pengomposan memerlukan waktu yang panjang tergantung pada jenis biomassanya. Percepatan waktu pengomposan dapat ditempuh melalui kombinasi pencacahan bahan baku dan pemberian aktivator dekomposisi (Goenadi, 1997).

(28)

senyawa yang sangat potensial sebagai medium tumbuh tanaman. Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya hara kalium dan nitrogen. Penelitian yang dilakukan oleh Goenadi dan Away (2004) yang menemukan bahwa kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81% N, 26,61% Corganik, 0,31% P2O5, 6,8% K2

Kulit buah kakao (shel fod husk) merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao. Berdasarkan penelitian, kulit kakao atau biasa kita sebut kulit cokelat mempunyai kandungan gizi yaitu 22% protein, 3 – 9 % lemak,

bahan kering (BK) 88%, protein kasar (PK) 8%, serat kasar (SK) 40,15 dan TDN 50,8%, metabolisme energi (Kkal) 2,1 dengan pH 6,8. Dari penjelasan

tentang kandungan gizi dapat disimpulkan bahwa kulit kakao ini memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan dapat diolah menjadi limbah yang bernilai jual tinggi. Sehingga kita dapat membahas tentang pendayagunaan limbah kulit kakao menjadi pupuk yang diolah terlebih dahulu menjadi kompos.

O, 1,22% CaO, 1,37% MgO dan 44,85 cmol/kg KTK (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

(29)

Tanaman yang diberikan pupuk dari limbah kulit kakao sangat baik pertumbuhannya. Biasanya para petani menggunakannya untuk memupuk tanaman kakaonya kembali atau digunakan untuk memupuk tanaman lainnya.Dengan pemberian pupuk yang terbuat dari limbah kulit kakao itu dapat meningkatkan produktivitas tanaman kakao dan tanaman tanaman-tanaman lainnya. Dengan demikian petani tidak perlu lagi terlalu tergantung dengan pupuk yang terbuat dari bahan kimia yang dijual dipasaran (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2004).

Kompos Jerami

Badan Litbang Pertanian (2010) telah melakukan serangkaian penelitian untuk mengetahui sejauh mana potensi pemanfaatan jerami padi. Sebagai sumber hara tanaman, jerami ternyata mengandung N, P, K, S, Si, Ca, dan Mg. Disamping itu jerami juga sebagai sumber bahan organik dan pembenah tanah, bahan kompos, konservasi lahan, media jamur merang, bahan bakar dan biogas, pelengkap pemeliharaan ikan/udang, bahan baku industri, bahan penyerap logam berat dalam air dan pakan ternak. Salah kelola jerami padi seperti membakar, menyebarkan jerami mentah pada lahan sawah, pemberian pakan ternak langsung, dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat pembakaran jerami dan juga kurang menyehatkan ternak.

(30)

Sumbangan hara jerami padi ke tanah bergantung pada bobot, komposisi hara jerami, pengelolaan dan rejim air tanah (Ponnamperuma, 1984). Bobot biomass jerami juga bergantung pada rejim air, musim, kultivar, kesuburan tanah dan nisbah gabah/ jerami. Misalnya, jumlah jerami padi gogo jauh lebih rendah dibandingkan jerami padi sawah irigasi. Penggunaan jerami sebagai bahan organik dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N, memperbaiki kesuburan tanah dengan menyediakan unsur hara terutama K, selain itu dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Adiningsih et al. 1999). Rata-rata kadar hara jerami padi adalah 0,4% N, 0,02% P, 1,4% K dan 5,0% Si.

Jerami padi mengandung 40% - 43% C. Senyawa C - N merupakan substrat bagi metabolism mikroorganisme meliputi, gula, pati, selulosa, hemiselulosa, pectin, lignin, lemak dan protein. Pengomposan jerami padi sudah lama dikenal di Indonesia dan banyak diteliti di berbagai negara. Tujuan pengomposan adalah menurunkan nilai rasio C/N sehingga meningkatkan kualitas kompos. Salah satu syarat pengomposan adalah tersedianya N dalam jumlah yang cukup. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan kompos adalah pH, aerasi, suplai air dan suhu. Suhu 30 - 400 merupakan kondisi yang ideal untuk pengurai dan pelapuk jerami (Litbang Departemen Pertanian, 2010).

Tanaman Jagung

(31)

gembur dan kaya akan humus dan dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 1300 mdpl (Daniarti, 1999).

Hal-hal yang harus diperhatikan tentang tanah sebagai syarat yang baik untuk pertanaman jagung adalah pH tanah netral atau mendekati netral diperlukan

untuk pertumbuhan optimal pada tanaman jagung yakni berkisar antara pH 5,5 – 6,5 tanah dan tempat pertanaman hendaknya memperoleh sinar matahari

dan udara yang cukup, drainase yang baik akan membantu usaha pengendalian

pencucian tanah, pada tanah yang tinggi akan membantu dalam penyediaan hara (Purwo dan Hartono, 2005).

Menurut Novizan (2005) yang menyatakan bahwa adsorbsi N oleh tanaman jagung berlangsung selama pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhan akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan tanaman berumur 4 minggu akumulasi N sangat cepat, pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah banyak mengadsorsi N sebanyak 50% dari seluruh kebutuhan. Tanaman jagung mengadsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit daripada adsorbsi hara N dan K.

(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2012 – November 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah Entisol dan

Inceptisol Kuala Bekala, tanah Ultisol Kebun Percobaan USU Tambunan, Benih jagung, Pupuk Kandang Ayam, Kulit Kakao yang telah dikomposkan,

Jerami yang telah dikomposkan, pupuk Urea, SP36 dan KCl sebagai pupuk dasar, Air untuk memenuhi kebutuhan tanaman serta bahan-bahan kimia untuk keperluan analisis tanah dan tanaman

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, pisau, ayakan, karung, polibag, timbangan, ember, meteran, alat tulis dan buku untuk penulisan data serta Alat-alat laboratorium lainnya yang digunakan untuk keperluan analisis tanah dan tanaman

Rancangan Penelitian

(33)

percobaan 3 x 3 x 4 = 36 unit percobaan. Bagan penelitian tertera pada Lampiran 1.

Faktor Perlakuan Jenis Tanah (T) : Ta

T

= Entisol

b

T

= Inceptisol

c

Faktor Perlakuan Bahan Organik (B) : = Ultisol

Bo

B

= Kontrol

a

B

= Kompos Kulit Kakao + Pupuk Kandang Ayam

b

B

= Kompos Jerami + Pupuk Kandang Ayam

c

Kombinasi Perlakuannya adalah :

= Kompos Jerami + Kompos Kulit Kakao

TaBa TbBo TcB

T

c

aBc TbBb TcB

T

a

aBo TbBa TcB

T

b

aBb TbBc TcBo

Metode Analisis

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Linear Rancangan Acak Kelompok Faktorial:

Yijk = µ + βi + Tj + Bk + (TB)jk+ E

Y

ijk

ijk = Respon pengaruh ulangan taraf ke-i, jenis tanah ke-j dan kombinasi

(34)

µ = Rataan pengaruh ulangan taraf ke-i, jenis tanah ke-j dan kombinasi bahan organik ke-k

βi

T

= Pengaruh ulangan ke-i

j

B

= Pengaruh berbagai jenis tanah ke-j

k

(TB)

= Pengaruh pemberian bahan organik ke-k

jk

E

= Pengaruh Interaksi antara berbagai jenis tanah ke-j dengan pemberian bahan organik ke-k

ijk

Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan di uji dengan uji Duncan (DMRT) pada taraf 5%

= Galat Perlakuan

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Tanah dan Media Tanam

Diambil tanah dengan menentukan berbagai titik yang mewakili daerah tersebut, kemudian tanah dikompositkan. Tanah dikering udarakan, diayak, kemudian dilakukan analisis awal tanah (Lampiran 2) serta dilakukan pengukuran kadar air tanah (%KA) dan kapasitas lapang (KL) untuk selanjutnya dimasukkan kedalam polybag setara dengan 5 kg tanah kering oven.

Aplikasi Perlakuan dan Inkubasi

(35)

analisis kompos (Lampiran 3). Diinkubasi selama 3 minggu dan dilakukan penanaman benih jagung.

Penanaman

Ditanam pada masing - masing polybag 2 biji benih jagung, Penjarangan dilakukan pada 1 MST dengan memotong bagian pangkal bibit yang pertumbuhannya kurang baik dan meninggalkan bibit terbaik.

Pemeliharaan Tanaman

Dilakukan pemeliharaan dengan penyiraman setiap hari dalam keadaan kapasitas lapang dan pembersihan gulma - gulma yang tumbuh dalam polybag dengan cara mencabut gulma dengan menggunakan tangan.

Pemanenan

Sebelum dilakukan pemanenan pada akhir masa vegetatif (6 MST), dilakukan pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi. Kemudian tanaman jagung dipanen dengan memisahkan tanaman bagian atas dan bawah. Bagian yang akan dianalisis dimasukkan kedalam amplop yang selanjutnya akan di oven. Selain tanaman, panen yang dimaksud adalah pengambilan contoh tanah (diambil pada daerah dekat perakaran) untuk dilakukan analisis

Parameter yang Diukur 1. Analisis Tanah: − pH H2

− C-organik (%) menggunakan metode Walkley & Black O menggunakan metode elektrometri

(36)

2. Analisis Tanaman:

− Tinggi tanaman (cm) dengan pengukuran pada saat pemanenan

− Bobot kering tanaman (g) dengan pengovenan selama 48 jam pada suhu 70o

− N daun (%) dengan metode dekstruksi basah

C kemudian ditimbang

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pH Tanah

[image:37.595.110.528.293.423.2]

Dari data hasil dan analisis sidik ragam pH tanah pada Lampiran 4 dan 5, terlihat bahwa pemberian bahan organik dan jenis tanah serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap pH

Kombinasi Bahan Organik Tanah

Kontrol Kakao + Ayam Jerami + AAyam Jerami + Kakao Rataan Entisol 5.24 5.21 5.36 5.20 5.25 Inceptisol 5.31 5.29 5.27 5.42 5.32 Ultisol 4.84 5.10 5.41 5.23 5.15 Rataan 5.13 5.20 5.35 5.29

C-Organik Tanah

(38)
[image:38.595.113.523.131.254.2]

Tabel 2. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap Kadar C-organik (%) Tanah

Kombinasi Bahan Organik Tanah

Kontrol Kakao + Ayam Jerami + AAyam Jerami + Kakao Rataan Entisol 1.53 1.54 1.81 1.67 1.64 A Inceptisol 1.38 1.47 1.47 1.46 1.45 B Ultisol 0.38 0.54 0.60 0.65 0.54 C Rataan 1.10 d 1.19 c 1.29 a 1.26 b

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemberian bahan organik berbeda nyata dengan perlakuan tanpa bahan organik dan semua pemberian bahan organik terhadap kadar C-organik, sedangkan jenis tanah berbeda sangat nyata terhadap kadar C-organik tanah pada semua perlakuan

N-total Tanah

Dari data hasil dan analisis sidik ragam pada Lampiran 8 dan 9, terlihat bahwa jenis tanah berpengaruh sangat nyata terhadap N-total tanah, namun pemberian bahan organik serta interaksi pemberian bahan organik dan jenis tanah berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap Kadar N-total (%) Tanah

Kombinasi Bahan Organik Tanah

[image:38.595.113.525.572.702.2]
(39)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa jenis tanah ultisol berbeda nyata dengan tanah entisol dan inceptisol terhadap kadar N-total tanah, namun antara tanah entisol dan inceptisol kadar N-total tanah berbeda tidak nyata.

Rasio C/N tanah

[image:39.595.112.531.371.492.2]

Dari data dan hasil analisis sidik ragam C/N tanah pada Lampiran 10 dan 11 dapat ditunjukkan bahwa pemberian bahan organik, jenis tanah dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap rasio C/N tanah yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap Rasio C/N Tanah

Kombinasi Bahan Organik Tanah

Kontrol Kakao + Ayam Jerami + AAyam Jerami + Kakao Rataan Entisol 20.67 9.33 9.00 11.33 12.58 Inceptisol 8.67 9.00 8.67 8.00 8.58 Ultisol 10.33 9.33 7.00 10.67 9.33 Rataan 13.22 9.22 8.22 10.00

Tinggi Tanaman

(40)

Tabel 5. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap Tinggi Tanaman (cm)

Kombinasi Bahan Organik Tanah

Kontrol Kakao + Ayam Jerami + Ayam Jerami + Kakao Rataan Entisol 95.97 133.93 132.17 116.17 119.56 B Inceptisol 105.10 138.93 165.10 114.20 130.83 B Ultisol 115.43 158.57 176.50 171.27 155.44A Rataan 105.50 C 143.81 B 157.92 A 133.88 B

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pemberian bahan organik berbeda tidak nyata dengan tanpa bahan organik terhadap tinggi tanaman, sedangkan antara pemberian bahan organik kompos kulit kakao dan pupuk kandang ayam tinggi tanaman berbeda tidak nyata dengan pemberian kompos jerami dan kulit kakao, namun berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada pemberian kompos jerami dan pupuk kandang ayam.

Bobot Kering Tajuk Tanaman

(41)

Tabel 6. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)

Kombinasi Bahan Organik Tanah

Kontrol Kakao + Ayam Jerami + Ayam Jerami + Kakao Rataan Entisol 7.83 26.07 26.27 15.23 18.85 b Inceptisol 11.93 29.27 43.00 21.17 26.34 b Ultisol 18.30 46.50 34.67 44.90 36.09 a Rataan 12.69 b 33.94 a 34.64 a 27.10 a

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pemberian bahan organik berbeda nyata dengan pemberian tanpa bahan organik terhadap bobot kering tajuk tanaman, namun pada semua pemberian bahan organik berbeda tidak nyata dengan sesamanya, sedangkan pada perlakuan jenis tanah, tanah entisol dan inceptisol berbeda tidak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman namun berbeda nyata dengan tanah ultisol.

N-tanaman

Dari data hasil dan anlisis sidik ragam pada Lampiran 16 dan 17, terlihat bahwa bahan organik dan jenis tanah serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap N-tanaman seperti pada tabel di bawah ini

Tabel 7. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap N-tanaman (%)

Kombinasi Bahan Organik Tanah

[image:41.595.112.521.128.253.2]
(42)

Serapan N-tanaman

Dari data hasil dan anlisis sidik ragam pada Lampiran 18 dan 19, terlihat bahwa jenis tanah berpengaruh nyata terhadap serapan N-tanamanan namun pada pemberian bahan organik dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap serapan N-tanaman yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 8. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan Jenis Tanah terhadap Serapan N-tanaman (mg N/ tanaman)

Kombinasi Bahan Organik Tanah

Kontrol Kakao + Ayam Jerami + Ayam Jerami + Kakao Rataan Entisol 10.07 29.37 31.17 21.15 22.94 b Inceptisol 14.70 39.31 14.17 19.51 46.92 a Ultisol 26.73 72.64 44.85 87.44 57.91 a Rataan 17.17 47.10 63.40 42.70

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis tanah inceptisol dan ultisol berbeda tidak nyata terhadap serapan N-tanaman, namun berbeda nyata dengan tanah entisol.

Pembahasan

Pengaruh bahan organik

(43)

dengan pernyataan Hanafiah dkk (2009) menyatakan bahwa kadar C dalam bahan organik dapat mencapai sekitar 48%-58% dari berat total bahan organik. Bahan organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot kering tanaman karena bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah mengandung karbon yang tinggi dimana pengaturan jumlah karbon berhubungan dengan nutrisi lain di dalam tanah, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan penggunaan hara secara efisien bagi tanaman.

Bahan organik berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, N-total tanah, rasio C/N, N-tanaman dan serapan N-tanaman. Bahan organik berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah dikarenakan taraf dosis yang diberikan pada tanah masih sangat sedikit sehingga asam-asam organik hasil dekomposisi belum dapat meningkatkan pH tanah pada tanah masam. Selain itu bahan organik berpengaruh tidak nyata terhadap N-total tanah, N-tanaman dan serapan N karena protein dan asam-asam amino yang dihasilkan bahan organik terurai menjadi ammonium (NH4+) atau nitrat (NO3

-Pengaruh jenis tanah

) yang tersedia bagi tanaman dan dapat digunakan tanaman secara langsung dan dibutuhkan dalam jumlah yang banyak pada masa vegetatif. Bahan organik berpengaruh tidak nyata terhadap rasio C/N tanah dikarenakan bahan organik yang diaplikasikan pada tanah sudah terdekomposisi sempurna artinya rasio C/N bahan organik kurang lebih sama dengan C/N tanah sehingga tidak memberi pengaruh nyata terhadap C/N tanah.

Jenis tanah berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah, N-total tanah, serapan N-tanaman, tinggi tanaman dan bobot kering tajuk tanaman, namun

(44)

analisis tanah awal dan analisis kompos dapat dilihat bahwa peningkatan kadar C-organik tanah disebabkan oleh pengaplikasian bahan organik dengan kadar C-organik sangat tinggi sehingga mampu menyuplai kadar C-organik bagi tanah

dengan kadar C-organik rendah. Jenis tanah berpengaruh nyata terhadap kadar N-total tanah dikarenakan adanya perbedaan tekstur tanah dalam menyuplai

kadar C-organik yang mempengaruhi ketersediaan N-total tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Damanik dkk (2010) yang menyatakan bahwa tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menentukan ketersediaan hara, dimana pada tanah dengan tekstur kasar memiliki tingkat pencucian hara tinggi sehingga kadar N-total tanah rendah begitu juga pada tanah dengan tekstur halus dan kandungan liat tinggi kadar N-total tanah rendah karena adanya daya jerap tanah yang tinggi. Jenis tanah berpengaruh nyata terhadap serapan N-tanaman dikarenakan adanya perbedaan serapan N pada tanaman yang berbeda tingkat kesuburan tanahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Damanik dkk (2010) yang mengemukakan bahwa serapan nitrogen selama pertumbuhan tanaman tidak selalu sama pada tingkat kesuburan yang sama dimana banyaknya nitrogen yang diserap tanaman setiap hari per satuan berat tanaman adalah maksimum pada saat tanaman masih muda dan berangsur menurun dengan bertambahnya umur tanaman. Jenis tanah berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot kering tajuk tanaman dikarenakan jenis tanah memiliki tingkat serapan N yang berbeda sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti tinggi tanaman dan bobot kering tajuk tanaman.

(45)

tanah dikarenakan tanah yang digunakan seperti entisol, inceptisol dan ultisol memiliki tingkat pH yang sama yaitu masam dan rasio C/N yang rendah, sedangkan jenis tanah berpengaruh tidak nyata terhadap N-tanaman dikarenakan N-total tanah yang tersedia bagi tanaman digunakan secara langsung untuk proses fotosintesis.

Pengaruh interaksi bahan organik dan jenis tanah

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Bahan organik berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah, tinggi tanaman dan bobot kering tajuk tanaman, namun berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, N-total tanah, rasio C/N, N-tanaman dan serapan N pada tanaman jagung

2. Jenis tanah berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah, N-total tanah, tinggi tanaman, bobot kering tajuk tanaman dan serapan N-tanaman, namun

berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, rasio C/N dan N-tanaman pada tanaman jagung

3. Interaksi bahan organik dan jenis tanah berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah, C-organik tanah, N-total tanah, rasio C/N, tinggi tanaman, bobot kering tanaman, N-tanaman dan serapan N pada tanaman jagung

Saran

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agrica, 2008. Bahan Organik. Diakses melalui tanggal 28 Januari 2012. Medan

Brady, N. C. 1984. The Nature and Properties of Soils, 8th Editions. Mac Millan Publishing Co. Inc. New York

Badan Litbang Pertanian. 2010. Jerami Padi; Pengelolaan dan Pemanfaatan Pada tanggal 10 Februari 2012

Damanik, M. M. B., Hasibuan, B, E., Fauzi., Sarifuddin dan Hanum, H. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan

Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan. V (1). : 33-38

Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Terjemahan S. Adisoemarto. Erlangga. Jakarta

Goenadi, 1997. Penebaran Kulit Buah Kakao Sebagai Sumber Bahan Organik Tanah dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Kakao. Pelita Perkebunan Hakim, L. dan M. Sediyarsa. 1986. Percobaan Perbandingan Beberapa Sumber

Pupuk Fosfat Alam di Daerah Lampung Utara. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Pusat Penelitian Tanah. Bogor

Hanafiah, A. S., T. Sabrina dan H. Guchi. 2010. Biologi dan Ekologi Tanah. FP - USU. Medan

Hardjowigeno, S. 1985. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta Hasibuan, B. E. 2009. Ilmu Tanah. USU Press. Medan

Litbang Departemen Pertanian. 2010. potensi pemanfaatn jerami padi: Diakses

melalui

Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fak Pertanian. Univ Sriwijaya. Sumatera Selatan

Munir, M. 1995. Tanah – Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta

(48)

Purwono, M. S., dan Hartono, R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2006. Lahan Pertanian di Indonesia. Diakses melalui Prasetyo, B. H. N. dan Suriadikarta, H. 2006. Karakteristik dan Sebaran Ultisol di

Daerah Pametikarata. Jurnal Tanah dan Iklim

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Sarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung

Sastrosupadi dan Santoso. 2005. Limbah Peternakan. Jurnal Penelitian Ilmiah Smith, G. D. 1973. Discusses Soil Taxonomy. Soil Survey Horizons. Agriculture

Philippine

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Suriatna, S. 1992. Pupuk Dan Pemupukan. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan  Jenis Tanah terhadap pH
Tabel 2. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan  Jenis Tanah terhadap Kadar                 C-organik (%) Tanah
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan  Jenis Tanah terhadap Rasio                  C/N Tanah
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Bahan Organik dan  Jenis Tanah terhadap Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)

Referensi

Dokumen terkait

Kehadiran A.W yang kini telah pulih telah kembali berkumpul dengan Ibu dan kedua adik kandungnya dalam keluarga diterima oleh semua anggota keluarga dengan saling

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebiasaan makan, status gizi dan kesehatan pekerja anak di Pasar Badung Kota

Samarinda, peneliti menggabungkan teori penetapan harga yang dikemukakan oleh Zeithaml &amp; Bitner, Ismail Nawawi dan penemuan hasil penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pola sidik bibir berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa ras Papua Melanesoid di Universitas Sriwijaya.. Untuk mengetahui

Setelah manusia melampaui tahap teologi dan intelektual (Hati dan Akal), adalah ada tahap jasmani, karena tidak dapat disangkal bahwa manusia adalah makhluk yang berdemensi

Hal ini sesuai dengan penelitian Djamhuri dan Soekotjo (1986) dalam penelitian Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Anakan Shorea pinanga, Shorea

Infrastruktur laboratorium meliputi Gedung Laboratorium dan Sarana Penunjang, unit Laboratorium Karantina Tumbuhan, Ruang penunjang laboratorium, fasilitas sumber tenaga dan