• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAA PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAA PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia menganut asas hubungan industrial pancasila yang merupakan prinsip dasar dalam pelaksanaan hubungan hukum ketenagakerjaan. Dalam pemerintahan orde baru, hubungan industrial indonesia harus didasarkan pada ideologi negara pancasila yang sesuai dengan spirit kebudayaan indonesia dan cara pandang orang-orang indonesia1. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 19452.

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja3. Ketenagakerjaan bagi kaum muda merupakan prioritas utama bagi pemerintah indonesia, para pengusaha, dan pekerja. Pemagangan yang berkualitas merupakan hal yang paling penting dalam mempersiapkan tenaga kerja muda. Sistem magang yang mengkombinasikan antara pekerjaan yang berbasis di lingkungan kantor dan pelatihan diluar pekerjaan terbukti dapat mempromosikan pembelajaran dan pembentukan keterampilan, termasuk juga dapat memfasilitasi ketenagakerjaan dengan menjalin hubungan antara dunia

1

Susetiawan, konflik sosial kajian sosiologis hubungan buruh perusahaan dan negara di Indonesia,. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000, hlm 176

2

Maimun Hukum, Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, Jakarta, pt.paradnya pramita, 2007, hlm 119

3

(13)

pendidikan dan pekerjaan. Sistem magang juga memfasilitasi industri baru yang menggunakan teknologi dan inovasi lainnya. Ini menunjukan bahwa sistem magang dapat menyediakan sumber daya manusia yang tinggi untuk pertumbuhan ekonomi.

Pelaksanaan hubungan industrial dalam praktik melalui hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah4. Alternatif perjanjian dalam hubungan kerja yang ditentukan peraturan perundang-undangan diantaranya perjanjian kerja waktu tertentu untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling lama tiga tahun. Untuk pekerjaan yang bersifat musiman, untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, perjanjian kerja harian lepas dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu5.

Angka pengangguran di kalangan kaum muda, terutama laki-laki berada di antara urutan tertinggi di wilayah asia dengan kisaran 20%6. Dalam kaitan itu, pemerintah indonesia telah menempatkan penciptaan lapangan kerja yang berkualitas dalam prioritas di rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2015-2019. Walaupun tidak ada solusi yang dapat memecahkan masalah pengangguran sepenuhnya, pemagangan merupakan cara yang menjanjikan untuk mengurangi kesenjangan antara permintaan dan penyediaan pekerja-pekerja muda, terutama mereka yang berusia 15-24 tahun dan tidak mengukur kepada tingkat pendidikan.

4

Soedarjadi, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2008, hlm 05

5

Keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia nomor: KEP.100/MEN/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian kerja waktu tertentu.

6 Artikel “youth unemployment in indonesia: A demograpic bonus or disaster?” oleh indones ia investment tanggal 17 mei 2014 berdasarkan laporan the world bank “east asia pasific at work: employment, enterprise, and well-being”

(14)

Pemagangan pada dasarnya merupakan pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan kepada calon tenaga kerja di lokasi kerja untuk mendapatkan keterampilan tertentu. Bagi perusahaan, tujuan pemagangan adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan oleh perusahaan.

Peserta pemagangan mengikutinya untuk mendapatkan keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang didapatkannya dalam pemagangan. Maka pemagangan bukan merupakan relasi pemberi kerja dan pencari kerja, namun relasi antara pencari keterampilan dengan penyedia keterampilan yang dilakukan di lingkungan pekerjaan. Pemagangan juga bukan merupakan pelatihan yang diberikan perusahaan kepada siswa sekolah sebagai prasyarat untuk mendapat keterampilan tertentu sebagai salah satu prasyarat kurikulum pendidikan.

Realitas kondisi kerja dengan hak-hak legalnya yang umumnya belum terpenuhi memang masih memprihatinkan. Jika selama ini perhatian kita lebih terfokus pada pekerja permanen (buruh pabrik, karyawan prusahaan, dan sebagainya), tetapi lalai dalam memperhatikan hak-hak pekerja magang. Di hotel-hotel berbintang di jakarta sebagai contohnya, para pekerja magang bekerja dan menjalankan tugas berikut tanggung jawab layaknya karyawan. mereka tidak mendapatkan upah, kecuali mendapatkan jatah makan sekali sehari7.

Magang merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya magang dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir atau siswa menengah sekolah kejuruan sebagai salah satu syarat utama untuk menyelesaikan proses pendidikan. Masalah magang juga

7

(15)

sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Pasal 21-30. Lebih spesifiknya diatur didalam Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No Per-22/Men/IX/2009 tentang penyelenggaraan pemagangan didalam negeri. Dalam peraturan menteri tersebut, pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.

Kegiatan magang kedua belah pihak saling mendapatkan keuntungan, kedua belah pihak tersebut disini yakni pemagang dan juga perusahaan, para peserta magang mendapat keuntungan dengan memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua ilmu yang telah dipelajari saat menjalankan pendidikan, dan kemudian pengalaman ini dapat menjadi bekal dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Pengusaha sebagai salah satu pihak yang diuntungkan dengan adanya pemagang yang dapat lebih meringankan kerja kariawan yang ada tentunya harus tetap menjaga hak-hak yang perlu diperoleh peserta magang agar terjamin haknya.

(16)

berakibat buruk pada peserta magang, kesalahan dalam hal penempatan juga berakibat buruk terhadap perusahaan. Perusahaan dapat mengalami kerugian keuangan maupun dapat memperburuk citra perusahaan dimata konsumen. Oleh karena itu seleksi penerimaan peserta magang menjadi hal yang perlu dilakukan.

Kedua belah pihak dari peserta magang dan juga perusahaan juga perlu membuat perjanjian pemagangan agar terjaga setiap hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, agar tidak hanya pekerja tetap yang di prioritaskan namun juga menjaga kesejahteraan peserta magang. Peserta magang dan perusahaan perlu melakukan perjanjian tertulis, Pasal 22 Undang-Undang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa dalam hal pemagangan dilakukan tidak melalui perjanjian tertulis, maka pemagangan tersebut dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan. Hal ini diperjelas dalam Pasal 12 peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI NO.PER.22/MEN/IX/2009 tahun 2009 tentang penyelenggaraan pemagangan dalam negeri (Permennakertrans No.22/2009). Didalam perjanjian pemagangan, harus jelas diatur mengenai hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. Dalam hal pemagangan dilakukan didalam wilayah indonesia, perjanjian pemagangan tersebut harus diketahui dan disahkan oleh dinas kabupaten/kota setempat.

(17)

“PELAKSANAAN PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pemagangan pada perusahaan di Kota Yogyakarta? 2. Bagaimana upaya pemerintah dalam perlindungan hukum pemagangan? C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemagangan pada perusahaan di Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam perlindungan hukum pemagangan. D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan Hukum Administrasi Negara khususnya berkaitan dengan pelaksanaan pemagangan pada perusahaan di Kota Yogyakarta.

2. Praktis

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PEMAGANGAN PADA PERUSAHAAN DI KOTA YOGYAKARTA

A. Pengertian Pemagangan

Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan kerja di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu.

Menurut sudjana, magang adalah cara penyebaran informasi yang dilakukan secara terorganisasi. Menurut rusidi, magang merupakan salah satu mata kuliah yang harus diselesaikan setiap mahasiswa sebagai cara mempersiapkan diri untuk menjadi SDM yang siap kerja. Magang adalah proses belajar dari seorang ahli melalui kegiatan dunia nyata. Selain itu magang adalah proses mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan untuk menyelesaikan problem nyata di sekitar1. Dari pengertian para pakar diatas dapat disimpulkan bahwa magang merupakan pelatihan atau praktik untuk menguasai keahlian tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur yang berpengalaman.

Berdasarkan peraturan Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

No.22/2009: “bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu

antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah

1

(19)

bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan dalam rangka menguasai

keterampilan atau keahlian tertentu”2

Pemagangan di indonesia di atur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya disebutkan dalam Pasal 21-30. Dan lebih spesifiknya diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.22/Men/IX/2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di dalam Negeri. Peraturan Menteri tersebut, pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Konteks Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pemagangan merupakan sub-sistem dari pelatihan kerja. Pemagangan dalam rangka pelatihan kerja tersebut dapat dibedakan lagi berdasarkan wilayahnya, yakni pemagangan luar negeri (permenaketrans No.Per-08/Men/V/2008) dan pemagangan dalam negeri (permenketrans No. Per-22/Men/IX/2009).

Pemagangan menurut Pasal 1 angaka 11 Undang-Undang Ketenagakerjaan

adalah “bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara

pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu”.

2

(20)

Pemagangan dalam Undang-Undang ketenagakerjaan dimaksudkan untuk pelatihan kerja dan peningkatan kompetensi kerja, bukan untuk tujuan akademis, pemenuhan kurikulum/persyaratan suatu profesi tertentu. Pemagangan untuk tujuan akademis, pemenuhan kurikulum atau persyaratan suatu profesi tertentu, contohnya adalah :

1. Ketentuan pendidikan dan pelatihan praktik kedokteran (koas/magang) dalam rangka uji kompetensi dokter indonesia,

2. Pemagangan untuk memenuhi persyaratan menjadi seorang advokat yang dilakukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.

3.

Persyaratan magang bagi calon notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut.3

Menurut Undang-undang ketenagakerjaan, pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatih di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian terntentu. Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di tempat penyelenggara pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar wilayah indonesia4. Untuk pemagangan yang dilakukan di luar wilayah indonesia, harus memperoleh izin dari menteri. Selain itu, penyelenggara pemagangan di luar wilayah indonesia tersebut harus berbentuk badan hukum indonesia5.

3

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt4c6cb635d9527/esensi-perjanjian-pemagangan-agar-tidak-menyalahi-aturan

4

Pasal 24 Undang-undang Ketenagakerjaan

5

(21)

Pemagangan dilakukan dengan perjanjian tertulis antara peserta magang dan perusahaan. Dalam hal pemagangan dilakukan tidak melalui perjanjian pemagangan, maka pemagangan tersebut dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan6. Lebih lanjut, di dalam pemagangan, harus jelas diatur mengenai hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah indonesia, perjanjian pemagangan tersebut harus diketahui dan disahkan oleh dinas kabupaten/kota setempat7. Mengenai jangka waktu pemagangan, dalam hal pemagangan yang dilakukan diwilayah indonesia, jangka waktunya paling lama 1 (satu) tahun. Dalam hal untuk mencapai kualifikasi kompetensi tertentu akan memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) tahun, maka harus dituangkan dalam perjanjian pemagangan baru dan dilaporkan kepada dinas kabupaten/kota setempat8. Mengenai hal-hal yang didapat oleh peserta magang dalam suatu perusahaan, yaitu :

1. Pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi (Pasal 23 uu ketenagakerjaan);

2. Uang saku dan/atau uang transportasi (penjelasan Pasal 22 uu ketenagakerjaan);

3. Jaminan sosial tenaga kerja (penjelasan Pasal 22 uu ketenagakerjaan). Mengenai hal ini, khusus untuk tenaga kerja yang magang, berdasarkan Pasal 8 ayat (2) huruf a UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja hanya diwajibkan ikut jamsostek untuk program jaminan

6

Pasal 22 Undang-undang Ketenagakerjaan

7

Pasal 13, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI NO.PER.08/MEN/V/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan dan Penyelenggaraan Pemagangan di Luar Negeri.

8

(22)

kecelakaan kerja (jkk) saja. Artinya, tidak wajib ikut program jaminan kematian (jk) dan jaminan hari tua (jht) serta jaminan pelayanan kesehatan (jpk).

Menurut Rusidi, selama magang mahasiswa ataupun peserta magang bekerja sebagai tenaga kerja di instansi/perusahaan sehingga mampu menyerap berbagai pengalaman kerja yang sesungguhnya. Magang dilaksanakan untuk memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa dengan cara ikut bekerja sehari-hari pada suatu instansi atau perusahan pemerintah maupun swasta, secara khusus tujuan magang adalah :

1. Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki;

2. Meningkatkan pengetahuan dalam kerja baik dalam hal keilmuwan maupun pengalaman kerja;

3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dengan kalangan masyarakat di perusahaan:

4. Memacu motivasi mahasiswa yang berminat menjadi calon tenaga kerja yang handal dan siap kerja;

5. Membuka peluang untuk memperoleh pengalaman praktis dalam kerja bagi mahasiswa;

6. Menciptakan keterkaitan dan kesepadanan antara perguruan tinggi dengan dunia kerja;

7. Menciptakan kerja sama antara perguruan tinggi dan dunia usaha dan industri;

(23)

Magang merupakan syarat utama untuk melalui proses pendidikan. Magang merupakan bagian dari pelatihan kerja, biasanya magang dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir atau siswa kelas 3 SMK sebagai salah satu syarat utama untuk menyelesaikan proses pendidikan. Sedangkan pelatihan kerja biasanya diikuti oleh pekerja yang sudah menandatangani kontrak dengan perusahaan dalam rangka untuk mengembangkan kompetensi kerja dan produktifitas sang karyawan.

Kegiatan magang dapat memiliki kesempatam untuk mengaplikasikan semua ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dan mempelajari detail tentang seluk beluk standar kerja yang profesional. Pengalaman ini kemudian menjadi bekal dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Kegiatan magang juga dapat menambah wawasan mengenai dunia industri dan perkantoran juga meningkatkan keterampilan serta keahlian praktik kerja.

(24)

Selain menguasai keterampilan teknis, manfaat pemagangan juga membentuk keterampilan non-teknis (soft-skill) peserta pemagangan. Dan menumbuhkan suasana kerja yang mendorong terciptanya inovasi dari peserta magang atau pekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Berikut merupakan beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan program pemagangan di perusahaan :

1. Pemahaman peraturan perundang-undangan tentang pemagangan; 2. Kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi; 3. Menyusun program pemagangan;

4. Kesepakatan antara perusahaan dengan pemagang yang dituangkan dalam perjanjian pemagangan;

5. Berkoordinasi dengan pihak pemerintah yang membidangi ketenagakerjaan;

6. Memanfaatkan sumber pengetahuan dan informasi yang ada, diantaranya didapat dari forum pemagangan dan lainnya.

Pemagangan terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan, kelebihan magang antara lain :

1. Biaya murah, ditinjau dari segi pembiayaan, magang merupakan cara melatih dengan biaya yang sangat murah bahkan mungkin tanpa biaya. Peserta magang yang mengikuti progam pemagangan ini mau tidak dibayar atau dibayar sangat rendah karena tujuan utamanya untuk belajar; 2. Memerlukan manajemen sederhana, dari segi pengelolaan, magang

(25)

3. Lebih matang, para peserta melalui pengalaman magang ini akan lebih matang dalam menjalankan tugasnya. Hal ini disebabkan mereka langsung menghadapi pekerjaan yang ditangani sehingga lebih dapat menghayati dan menekuni pekerjaan tersebut;

4. Loyalitas, bila perusahaan pada akhirnya ingin menggunakan peserta sebagai karyawan tetap perusahaan, para peserta akan memiliki loyalitas yang tinggi karena sudah banyak mengenal lebih banyak perusahaan tempat mereka magang tersebut;

Kelemahan magang sebagai berikut :

1. Terlalu lambat, untuk menjadi ahli melalui proses magang memerlukan waktu cukup lama apalagi bila peserta magang ingin segera memperoleh pekerjaan yang diinginkan dengan segera;

2. Statis dan pengaruh lingkungan, tuntutan zaman yang lebh cepat menuntut para peserta magang untuk mengikuti perkembangan zaman. Bila dalam mengikuti kegiatan magang aspek lingkungan kurang kondusif, sikap pemagang akan memperoleh pengalaman belajar dan bekerja yang kurang baik;

Untuk mempersiapkan tenaga kerja indonesia yang mampu bersaing di pasar kerja, maka pelatihan pemagangan sangat dibutuhkan. Pelatihan pemagangan diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan.

(26)

kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Pelatihan pemagangan adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etis kerja pada tingkat keterampilan, dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Pelatihan pemagangan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja dan dunia usaha, baik di dalam maupun diluar hubungan kerja. Pelatihan pemagangan diselenggarakan berdasarkan progam pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja, dan dilakukan secara berjenjang. Jenjang pelatihan pemagangan pada umumnya terdiri atas tingkat dasar, terampil, dan ahli. Untuk itu menteri harus menerbitkan keputusan menteri yang mengatur mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja dengan mengikut sertakan sektor terkait.

(27)

Setiap pekerja atau buruh memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan pemagangan sesuai dengan bidang tugasnya. Pelaksanaan pelatihan pemagangan disesuaikan dengan kebutuhan serta kesempatan yang ada di perusahaan agar tidak menggangu kelancaran kegiatan perusahaan. Pelatihan pemagangan diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan atau lembaga pelatihan kerja swasta (juga termasuk lembaga pelatihan kerja perusahaan) dan dapat dilakukan kerja sama antara lembaga pelatihan kerja pemerintah dengan lembaga pelatihan kerja swasta. Pelatihan pemagangan dapat diselenggarakan ditempat pelatihan atau tempat kerja. Lembaga pelatihan kerja swasta dapat berbentuk badan hukum indonesia atau perorangan, namun harus mendapat izin atau mendaftar ke instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dikabupaten/kota.

Pelanggaran atas ketentuan ini (mendapat izin atau mendaftar ke instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan) dan dapat dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit Rp.5.000.000 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah), dan tindak pidana tersebut tergolong pelanggaran (vide Pasal 188 UU No.13 Tahun 2003).

Demikian pula lembaga pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah harus mendaftarkan kegiatannya kepada instansi yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota. Ketentuan mengenai tata cara perizinan dan pendaftaran lembaga pelatihan kerja diatur dengan keputusan menteri. Penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi persyaratan :

1. Tersedianya tenaga pelatihan;

(28)

4. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggaraan latihan kerja;

Pelanggaran atas ketentuan di atas ( mengenai persyaratan ) dapat dikenakan sanksi administratif berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 beserta peraturan pelaksanaannya berupa (vide Pasal 190 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003) sanksi tersebut berupa :

1. Teguran;

2. Peringatan tertulis;

3. Pembatasan kegiatan usaha; 4. Pembekuan kegiatan usaha; 5. Pembatalan perjanjian; 6. Pembatalan pendaftaran;

7. Penghentian sementara, sebagian, atau seluruh alat produksi; 8. Pencabutan izin usaha;

Ketentuan mengenai sanksi administratif diatur lebih lanjut oleh menteri. Lembaga pelatihan kerja swatsa yang telah terdaftar dapat memperoleh akreditasi dari lembaga akreditasi. Lembaga akreditasi tersebut harus bersifat independen, dan terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah yang ditetapkan dengan keputusan menteri.

(29)

1. Tidak sesuai dengan arah pelatihan yaitu membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan produktifitas dan kesejahteraan;

2. Tidak memenuhi persyaratan yang dimaksud tentang : a. Tersedianya tenaga pelatihan;

b. Adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan; c. Tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja; dan

d. Tersedianya dana bagi kelangsungan kegiatan penyelenggara pelatihan kerja;

Penghentian sementara pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan kerja harus disertai alasan dan saran perbaikan dan berlaku paling lama 6 bulan. Manakala dalam 6 bulan tidak memperbaiki apa yang disyaratkan dapat dikenakan sanksi penghentian progam pelatihan. Penyelenggara pelatihan yang tetap membandel walaupun progam pelatihan kerjanya telah dihentikan, maka kepadanya dapat dicabut izin dan pembatalan pendaftaran. Ketentuan mengenai tata cara penghentian sementara, penghentian, pencabutan izin, dan pembatalan pendaftaran diatur dengan keputusan menteri.

(30)

sertifikasi kompetensi tersebut, harus dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang independen dengan peraturan pemerintah.

Khusus pelatihan kerja bagi tenaga kerja penyandang cacat dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan kemampuan tenaga kerja penyandang cacat yang bersangkutan.

Untuk mendukung peningkatan pelatihan kerja dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan dikembangkan suatu sistem pelatihan kerja nasional yang merupakan acuan pelaksanaan pelatihan kerja di semua bidang dan atau sektor. Sistem pelatihan kerja nasional adalah berkaitan dan keterpaduan berbagai unsur pelatihan kerja yang antara lain meliputi peserta, biaya, sarana, prasarana, tenaga kepelatihan, progam, dan metode, serta lulusan. Dengan adanya sistem pelatihan kerja nasional, semua unsur dan sumber daya pelatihan kerja nasional yang tersebar di instansi pemerintah, swasta, dan perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal.

Pelatihan kerja dapat dilakukan dengan sistem pemagangan. Pemagangan adalah sistem dari pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu. Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta dan pengusaha yang dibuat secara tertulis, yang sekurang-kurangnya memuat ketentuan hak dan kewajiban peserta pemagangan dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan.

(31)

lulus akhir progam. Hak pengusaha antara lain berhak atas hasil kerja atau jasa peserta pemagangan, merekrut pemagangan sebagai pekerja atau buruh bila memenuhi persyaratan.

Kewajiban peserta pemagangan antara lain mentaati perjanjian pemagangan, mengikuti tata tertib program pemagangan, dan mengikuti tata tertib perusahaan. Adapun kewajiban pengusaha antara lain menyediakan uang saku dan atau uang transportasi bagi peserta pemagangan, menyediakan fasilitas pelatihan, instruktur, dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Jangka waktu pemagangan bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program pelatihan pemagangan. Pemagangan yang disertakan tidak melalui perjanjian pemagangan, dianggap tidak sah, dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan. Dengan status pekerja atau buruh diperusahaan yang bersangkutan, maka berhak atas segala hal yang diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja sama.

Tenaga kerja yang telah mengikuti program pelatihan pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi. Sertifikasi dapat dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang dibentuk dan atau diakreditasi oleh pemerintah bila programnya bersifat khusus.

(32)

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku semua ini diatur dengan keputusan menteri. Untuk melakukan pemagangan diluar wilayah indonesia hal-hal ini harus diperhatikan :

1. Harkat dan martabak bangsa indonesia; 2. Penguasaan kompetensi yang lebih tinggi; 3. Perlindungan dan kesejahteraan peserta;

Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat menghentikan pelaksanaan pemagangan diluar wilayah indonesia apabila didalam pelaksanaannya ternyata tidak sesuai dengan apa yang tertulis diatas. Menteri dapat mewajibkan kepada perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan progam pemagangan.

Pemerintah pusat dan atau pemerintah daerah melakukan pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan. Pembinaan pelatihan kerja dan pemagangan ditunjukan kearah peningkatan relevansi, kualitas, dan efisiensi penyelenggaraan pelatihan kerja dan produktivitas. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pengembangan budaya produktif, etis kerja, teknologi, dan efisiensi kegiatan ekonomi, menuju terwujudnya produktifitas nasional. Untuk meningkatkan produktifitas nasional, melalui kepperes dibentuk suatu lembaga produktifitas yang bersifat nasional yang berbentuk jejaring kelembagaan pelayanan peningkatan produktifitas, yang bersifat lintas sektoral.

C. Pihak-pihak yang terlibat dalam pemagangan 1. Perusahaan

(33)

b. Usaha sosial/lainnya yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar imbalan dalam bentuk lain;

Pasal 1 angka 20 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yang dimaksud dengan peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.

Pasal 1 angka 1 Permenakertrnskop Nomor 02/MEN/1978 yang dimaksud dengan peraturan perusahaan adalah suatu peraturan yang dibuat secara tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan tentang syarta-syarat kerja serta tata tertib perusahaan.

Peraturan pengusaha atau peraturan perusahaan atau yang oleh Prof Imam Soepomo,SH disebut sebagai peraturan perburuhan-majikan9, dibuat sendiri oleh majikan atau pengusaha secara sepihak. Dengan demikian maka majikan atau pengusaha memasukan apa saja yang dikehendakinya dalam suatu peraturan pengusaha/majikan asalkan tidak melanggar Undang-undang atau peraturan, ketertiban umum, dan melanggar tata asusila yang telah dibuat sebelumnya.

Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah tidak boleh lebih rendah kualitas maupun kuantitasnya dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan apabila ternyata bertentangan, maka yang berlaku adalah peraturan perundang-undangan.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 2 ayat (1) keputusan Menteri

9

(34)

Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi Nomor 02/MEN/1978 yang berbunyi bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan sejumlah dua puluh lima orang atau lebih wajib membuat peraturan perusahaan. Pada dasarnya kewajiban untuk memiliki peraturan perusahaan diberlakukan untuk semua perusahaan. Mengingat kondisi tiap perusahaan tidak sama, maka kewajiban ini perlu dilaksanakan secara bertahap.

Peraturan perusahaan disusun dan menjadi tanggungjawab dari pengusaha yang bersangkutan. Peraturan perusahaan disusun dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal diperusahaan yang bersangkutan telah terbentuk serikat/buruh maka wakil pekerja/buruh sebagaimana dimaksud adalah pengurus sertifikat pekerja/buruh. Manakala diperusahaan yang bersangkutan belum berbentuk serikat pekerja/buruh, maka wakil pekerja atau buruh yang dimaksud adalah pekerja/buruh yang dipilih secara demokratis untuk mewakili kepentingan pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan.

Pembuatan peraturan perusahaan, pengusaha mengadakan konsultasi terlebih dahulu dengan buruh/buruhnya atau serikat buruh, disamping itu dapat pula berkonsultasi dengan pegawai dari dektorat jenderal perlindungan dan perawatan tenaga kerja. Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat :

a. Hak dan kewajiban pengusaha; b. Hak dan kewajiban pekerja; c. Syarat kerja;

d. Tata tertib perusahaan;

(35)

Yang dimaksud dengan syarat kerja pada point ke tiga adalah hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja yang belum diatur oleh peraturan perundang-undangan.

Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan peraturan perusahaan kepada pekerja perusahaan yang bersangkutan. Pemberitahuan dilakukan dengan cara membagikan salinan peraturan perusahaan kepada setiap pekerja, menempelkan peraturan perusahaan ditempat tempat yang mudah dibaca oleh para pekerja, dan memberikan penjelasan langsung kepada pekerja.

Disamping itu pengusaha dilarang mengganti PKB dengan peraturan perusahaan, sepanjang diperusahaan yang bersangkutan masih ada sertifikat pekerja/buruh. Dalam hal di perusahaan tidak ada lagi serikat pekerja dan PKB diganti dengan peraturan perusahaan, maka ketentuan yang ada dalam peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah dari ketentuan yang ada didalam PKB.

Pengesahan peraturan perusahaan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk harus sudah diberikan dalam waktu 30 hari kerja sejak naskah peraturan perusahaan diterima apabila waktu 30 hari kerja sudah terlampawi dan peraturan perusahaan belum disahkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuknya, maka peraturan perusahaan tersebut dapat langsung diberlakukan dan dianggap telah mendapat pengesahan.

(36)

atau pejabat yang ditunjuk harus memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha mengenai perbaikan peraturan perusahaan.

Yang dimaksud dengan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah peraturan perusahaan tidak boleh lebih rendah kualitas dan kuantitasnya dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan apabila bertentangan maka yang berlaku adalah ketentuan perundang-undangan.

Waktu paling lama 14 hari kerja sejak tanggal pemberitahuan diterima oleh pengusaha, pengusaha wajib menyampaikan kembali peraturan perusahaan yang telah diperbaiki kepada menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Perubahan peraturan perusahaan sebelum berakhirnya jangka waktu berlakunya hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan wakil pekerja/buruh. Peraturan perusahaan hasil perubahan harus mendapat pengesahan dari menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh. Pemberitahuan dilakukan dengan cara membagikan salinan peraturan perusahaan kepada setiap pekerja/buruh, menempelkan ditempat yang mudah dibaca oleh para pekerja/buruh, atau memberikan penjelasan langsung kepada pekerja/buruh. Ketentuan mengenai tata cara pembuatan dan pengesahan peraturan perusahaan diatur dengan keputusan menteri.

2. Pemagang

(37)

a. Usia minimal 18 tahun;

b. Memiliki bakat, minat, dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan program pemagangan;

c. Menandatangangi perjanjian pemagangan; 3. Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK)

Instansi pemerintah, badan hukum, atau perseorangan yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja. “Bagi perusahaan yang memiliki

departemen/ divisi pelatihan, dapat melaksanakan program pelatihan sendiri tanpa bekerjasama dengan LPK”.

Pemagangan dalam Hukum Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merupakan sub-sistem dari pelatihan kerja. Pemagangan dalam rangka pelatihan kerja tersebut dapat dibedakan lagi berdasarkan wilayahnya, yakni pemagangan luar negeri (Permenekertrans No. 08/Men/V/2008) dan pemagangan dalam Negeri (Permenekertrans No. Per-22/Men/IX/2009).

Pemagangan menurut Pasal 1 angka 11 UU Ketenagakerjaan adalah “bagian

dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan

atau keahlian tertentu”. Jadi pemagangan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan

(38)

pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi”.

Kontrak magang dalam rangka pelatihan kerja, diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan jo permenkertrans No. Per-22/Men/IX/2009, berikut penjelasan dari Undang-Undang Ketenagakerjaan :

1. Hak peserta pemagangan antara lain memperoleh uang saku dan/atau uang transpor, memperoleh jaminan sosial tenaga kerja, memperoleh sertifikat apabila lulus di akhir program.

2. Hak pengusaha antara lain berhak atas hasil kerja/jasa peserta pemagangan, merekrut pemagang sebagai pekerja/buruh bila memenuhi persyaratan.

3. Kewajiban peserta pemagangan antara lain mentaati perjanjian pemagangan, mengikuti tata tertib program pemagangan, dan mengikuti tata tertib perusahaan.

4. Kewajiban pengusaha antara lain menyediakan uang saku dan/atau uang transpor bagi peserta pemagangan, menyediakan fasilitas pelatihan, menyediakan instruktur, dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

5. Jangka waktu pemagang bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program pelatihan pemagangan.

(39)

menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan dan penjelasannya ayat (3) dengan status sebagai pekerja/atau buruh di perusahaan yang bersangkutan, maka berhak atas segala hal yang diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja sama. Hak dan kewajiban peserta magang dan perusahaan.

1. Hak peserta magang :

a. Memperoleh fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja selama mengikuti pemagangan;

b. Memperoleh uang saku dan/ atau uang transportasi;

c. Memperoleh perlindungan dalam bentuk jaminan kecelakaan kerja dan kematian;

d. Memperoleh sertifikat pemagangan apabila dinyatakan lulus;

2.Kewajiban peserta magang :

a. Mentaati perjanjian pemagangan;

b. Mengikuti program pemagangan sampai selesai;

c. Mantaati tata tertib yang berlaku diperusahaan penyelenggara pemagangan; d. Menjaga nama baik perusahaan penyelenggara pemagangan;

3. Hak perusahaan dalam hal pemagangan antara lain :

a. Memanfaatkan hasil kerja peserta pemagangan;

b. Memberlakukan tata tertib dan perjanjian pemagangan;

4. Kewajiban perusahaan dalam hal pemagangan antara lain :

(40)

c. Menyediakan alat pelindung diri sesuai dengan persyaratan keselamatan (k3);

d. Memberikan perlindungan dalam bentuk asuransi kecelakaan kerja kepada peserta magang;

e. Memberikan uang saku dan/atau uang transportasi peserta magang; f. Mengevaluasi peserta pemagangan;

g.

Memberikan sertifikat pemagangan bagi peserta magang yang dinyatakan lulus;10

Mengenai magang atau pemagangan diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”) serta beberapa

peraturan pelaksananya. Di dalam UU Ketenagakerjaan, pemagangan diartikan sebagai bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan atau keahlian tertentu (Pasal 1 angka 11 UU Ketenagakerjaan). Pemagangan dapat dilaksanakan di perusahaan sendiri atau di tempat penyelenggaraan pelatihan kerja, atau perusahaan lain, baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia (Pasal 24 UU Ketenagakerjaan). Untuk pemagangan yang dilakukan di luar wilayah Indonesia, harus memperoleh izin dari Menteri. Selain itu, penyelenggaraan pemagangan di luar wilayah Indonesia tersebut harus berbentuk badan hukum Indonesia (Pasal 25 UU Ketenagakerjaan).

10

(41)

Pemagangan dilakukan dengan perjanjian tertulis antara peserta magang dan perusahaan. Dalam hal pemagangan dilakukan tidak melalui perjanjian pemagangan, maka pemagangan tersebut dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan (Pasal 22 UU Ketenagakerjaan). Lebih lanjut, menurut Pasal 12 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 22/MEN/IX/2009 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri(“Permennakertrans No. 22/2009”), di dalam perjanjian pemagangan, harus jelas diatur mengenai hak dan kewajiban peserta dan pengusaha serta jangka waktu pemagangan. Dalam hal pemagangan dilakukan di dalam wilayah Indonesia, perjanjian pemagangan tersebut harus diketahui dan disahkan oleh dinas kabupaten/kota setempat. Dalam hal pemagangan dilakukan di luar negeri, menurut Pasal 13 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 08/MEN/V/2008 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan dan Penyelenggaraan Pemagangan di Luar Negeri (“Permennakertrans No. 8/2008”), perjanjian pemagangan tidak hanya antara peserta magang dengan perusahaan, tetapi juga antara perusahaan tersebut dengan lembaga penerima pemagang di luar negeri. Penyelenggara pemagangan tersebut harus mendaftarkan secara tertulis pemagangan tersebut dengan disertai dokumen-dokumen yang dipersyaratkan sebagaimana dalam Pasal 13 Permennakertrans No. 8/2008, yang salah satunya adalah melampirkan salinan perjanjian pemagangan serta perjanjian antara perusahaan dan lembaga penerima pemagang di luar negeri tersebut kepada Direktorat Jenderal yang bertanggung jawab di bidang pelatihan kerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

(42)

untuk mencapai kualifikasi kompetensi tertentu akan memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) tahun, maka harus dituangkan dalam perjanjian pemagangan baru dan dilaporkan kepada dinas kabupaten/kota setempat (Pasal 7 ayat (4) dan ayat (5) Pemennakertrans No. 22/2009). Sedangkan, dalam hal pemagangan di luar negeri tidak ada ketentuan mengenai jangka waktu pemagangan. UU Ketenagakerjaan sendiri dalam Penjelasan Pasal 22 UU Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa jangka waktu pemagangan bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program pelatihan pemagangan. Mengenai hal-hal yang didapat oleh peserta magang dalam suatu perusahaan, yaitu:

a. Pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi (Pasal 23 UU Ketenagakerjaan);

b. Uang saku dan/atau uang transport (Penjelasan Pasal 22 UU Ketenagakerjaan);

c. Jaminan sosial tenaga kerja (Penjelasan Pasal 22 UU Ketenagakerjaan). Mengenai hal ini, khusus untuk tenaga kerja yang magang, berdasarkan Pasal 8 ayat (2) huruf a UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Empiris, yaitu merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan narasumber dan responden untuk memperoleh data atau informasi dalam masalah yang akan diteliti. Jenis data ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang dikumpulkan langsung dari narasumber dan juga responden.

B. Jenis Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber hukum pertama atau objek penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan metode wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung terhadap narasumber dan responden untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, data akan diambil dari dokumen yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi pemagangan.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara mendapatkan data dengan pengajukan pertanyaan secara langsung atau lisan kepada subjek penelitian, yaitu pihak dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, pengusaha, serta peserta pemagangan.

(44)

Studi kepustakaan adalah suatu cara memperoleh data dengan cara mengkaji peraturan perundanag-undangan, buku-buku, literatur, arsip-arsip, laporan-laporan yang berkaitan dengan objek penelitian.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dalam penelitian kali ini adalah di wilayah Kota Yogyakarta.

E. Narasumber dan Responden

1. Narasumber merupakan seseorang yang memberikan pendapat atas obyek penelitian. Narasumber dalam penelian ini adalah Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta.

2. Responden merupakan seseorang atau individu yang memberikan informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti mengenai suatu informasi fakta atau pendapat yang dilakukan dalam bentuk lisan atau wawancara langsung terhadap pihak yang terkait langsung dengan penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah pemilik perusahaan yang berjumlah 2 orang dan 3 orang peserta magang.

F. Metode Penentuan Sampel

Metode penelitian ini menggunakan random sampling yaitu merupakan metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil. Yang menjadi populasi disini adalah perusahaan-perusahaan di Kota Yogyakarta.

G. Teknik Analisis Data

(45)
(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pemagangan Pada Perusahaan di Kota Yogyakarta

PT.Angkasa Pura merupakan salah satu badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandaraudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. PT Angkasa Pura memiliki tujuan sebagai perusahaan yang menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandaraudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yag bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan masyarakat.

Sumber daya yang dimiliki yang dimaksudkan tujuan dari Angkasa Pura adalah para pekerja baik karyawan tetap , maunpun non staff yang bekerja guna kemajuan PT Angkasa Pura. PT Angkasa Pura tidak hanya mempekerjakan karyawan namun juga memberika kesempatan kepada baik siswi magang atau mahasiswi yang ingin belajar bekerja di perusahaan ini.

Peserta magang di Angkasa Pura dari berbagai kalangan universitas di indonesia dan mereka melakukan kegiatan magang di angkasa pura sebagai batu loncatan untuk mempunyai sebuah pengalaman bekerja di perusahaan yang bisa mengasah kemampuan mereka dan menguatkan mental dalam bekerja.

(47)

sebagai bekal di masa depan, pekerjaan di PT PLN yogyakarta seluruhnya hanya untuk mempelajari apa yang peserta magang lakukan disaat bekerja disebuah perusahaan , peserta magang juga mengatakan bahwa semua ilmu yang di dapat pada waktu study ternyata berlaku juga di PLN semua ilmu yang didapat dari teori di PT PLN juga dipraktikkan dengan nyata.

Peserta magang di PT PLN Yogyakarta juga dilindungi hak-haknya terutama kesehatan dan keselamatan kerja karena memang disana seluruh pekerjaan hanya bisa dilakukan oleh pihak pihak yang memang sudah ahli di bidangnya, jadi tidak sembarang peserta magang boleh melakukan pekerjaan itu, tugas dari peserta magang hanya pure seluruhnya untuk belajar tanpa menyentuh bagian tegangan listrik atau ambil alih dari tugas itu, sudah menjadi tugas pegawai yang ahlinya saja.

Dalam konteks Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(“UU Ketenagakerjaan”), pemagangan merupakan sub-sistem dari pelatihan kerja.

Pemagangan dalam rangka pelatihan kerja tersebut dapat dibedakan lagi berdasarkan wilayahnya, yakni pemagangan luar negeri (Permenakertrans No. 08/Men/V/2008) dan pemagangan dalam negeri (Permenakertrans No. Per-22/Men/IX/2009).

Pemagangan menurut Pasal 1 angka 11 UU Ketenagakerjaan adalah, “bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja/buruh yang lebih berpengalaman, dalam proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai keterampilan

atau keahlian tertentu.”Jadi, pemagangan dalam UU Ketenagakerjaan dimaksudkan

(48)

Produk akhir dari pemagangan dalam rangka pelatihan kerja adalah sertifikasi kompetensi kerja. Hal ini diakui dalam Pasal 23 UU Ketenagakerjaan “Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga sertifikasi.”

Kontrak magang dalam rangka pelatihan kerja, diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan jo Permenakertrans No. Per-22/Men/IX/2009, Kutipan dari

Penjelasan UU Ketenagakerjaan “Hak peserta pemagangan antara lain memperoleh

uang saku dan/atau uang transpor, memperoleh jaminan sosial tenaga kerja, memperoleh sertifikat apabila lulus di akhir program.

(49)

Hak pengusaha antara lain berhak atas hasil kerja/jasa peserta pemagangan, merekrut pemagang sebagai pekerja/buruh bila memenuhi persyaratan. Kewajiban peserta pemagangan antara lain mentaati perjanjian pemagangan, mengikuti tata tertib program pemagangan, dan mengikuti tata tertib perusahaan.

Adapun kewajiban pengusaha antara lain menyediakan uang saku dan/atau uang transpor bagi peserta pemagangan, menyediakan fasilitas pelatihan, menyediakan instruktur, dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Jangka waktu pemagangan bervariasi sesuai dengan jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam program

pelatihan pemagangan”. Yang perlu diingat, bahwa peserta pemagangan bukan lah

pekerja/buruh pada perusahaan tempat pemagangan dilakukan. hal ini tercantum dalam Pasal 22 ayat (3) Pemagangan yang diselenggarakan tidak melalui perjanjian pemagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dianggap tidak sah dan status peserta berubah menjadi pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan. Penjelasannya ayat (3) dengan status sebagai pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan, maka berhak atas segala hal yang diatur dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

Penyelenggaraan pemagangan dalam negeri antara peserta dengan perusahaan

wajib diikat dengan perjanjian pemagangan. Perjanjian Pemagangan

sekurang-kurangnya memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak yaitu peserta dan

perusahaan, serta jangka waktu pelaksanaan magang. Perjanjian pemagangan

diketahui oleh dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempat. Peserta

pemagangan yang tidak dilengkapi dengan perjanjian pemagangan akan dianggap

(50)

Ketenagakerjaan. Berikut beberapa data mengenai perjanjian pemagangan pada

perusahaan di Kota Yogyakarta berdasarkan hasil Penelitian.

1. PT Angkasa Pura Airports

Pelatihan pemagangan di PT Angkasa Pura bagi mahasiswa atau pun pemagang lainnya diberikan kewajiban yang juga sekaligus merupakan perjanjian pemagangan antara pengusaha dengan para peserta magang. Pelatihan pemagangan di Angkasa Pura setiap pesertanya diberikan upah perhari dan disediakan juga absen untuk menghitung jumlah upah mereka, upah perhari nya Rp.5.000 , jika salah satu peserta pemagangan memiliki izin sakit upah tersebut tetap dibayarkan, namun apabila tidak ada ijinnya maka dianggap tidak ada kabar dan dipotong upah. Setelah selesai pelatihan pemagangan para peserta magang juga diwajibkan membuat laporan sebagai dokumen untuk Angkasa Pura. Berikut beberapa Kewajiban dan Hak yang merupakan isi dari perjanjian yang diberikan PT Angkasa Pura bagi peserta magang :

a. Datang tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal dinas yang ditentukan; b. Apabila tidak hadir karena ada kepentingan akademik maupun

kepentingan pribadi agar izin ke unit terkait dan apabila sakit agar menyertakan surat keterangan sakit dari dokter;

c. Mengenakan jas almamater atau seragam sebagai identitas lembaga/sekolah atau universitas selama mengikuti pelatihan pemagangan; d. Mengenakan tanda pengenal yang diberikan oleh PT.Angkasa Pura 1

(Persero) Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta;

e. Pelaksanaan pelatihan pemagangan minimal 1 bulan dan maksimal 2 bulan;

(51)

g. Menjaga nama baik perusahaan PT.Angkasa Pura 1 (Persero) Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta;

h. Dilarang merokok, minum-minuman keras, dan obat-obatan terlarang; i. Menyerahkan absensi yang sudah ditandatangani oleh Section Head unit

terkait dan diserahkan ke Human Capital maksimal tanggal 3 setiap bulannya;

j. Membuat laporan pelatihan pemagangan dan diserahkan ke Human Capital Section di akhir pertemuan;

k. Mendapatkan bimbingan dan arahan dalam melaksanakan pelatihan pemagangan di PT.Angkasa Pura 1 (Persero) Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta;

l. Mendapatkan sertifikat pelatihan pemagangan, setelah penyerahan laporan kegiatan pelatihan pemagangan;

m. Mendapatkan uang saku sesuai kehadiran data absensi; 2. Pelaksanaan pemagangan di PT.PLN (Persero)

(52)

listrik karena ditakutkan membahayakan nyawa para peserta magang, setelah selesai pelatihan pemagangan juga para peserta diwajibkan membuat laporan selama pemagangan. Berikut beberapa perjanjian pemagangan yang diterapkan di PT.PLN :

a. Pelaksanaan pemagangan sesuai dengan tanggal yang telah disepakati dan ditentukan;

b. Pelaksanaan pemagangan dilakukan maksimal 3 bulan tanpa terputus-putus;

c. PL.PLN (Persero) tidak menyediakan transportasi ataupun penginapan; d. PT.PLN (Persero) tidak menyediakan honorarium dalam bentuk apapun; e. Menepati jam kerja yang berlaku yaitu :

Senin – kamis pada pukul 07.30-16.30 , dan Jum’at pada pukul 07.30 – 15.00

f. Bersedia menanggung segala akibat dari tindakan-tindakan yang peserta magang lakukan berupa kecelakaan-kecelakaan yang menimpa diri peserta magang ataupun pihak lain atau pun kerusakan-kerusakan alat-alat PT.PLN;

g. Bersedia melakukan semua perintah dan petunjuk Pegawai PT.PLN area Yogyakarta yang ditugaskan untuk membimbing;

h. Telah memahami ketentuan-ketetuan bekerja dalam ruangan dan atau instansi mesin;

(53)

j. Membuat laporan akhir bulan dalam rangkap 3 tentang hal-hal yang telah dikerjakan pada hari-hari lalu, yang ditandatangani oleh atasan/ pejabat pembimbing setempat. Laporan tersebut kemudian diteruskan kepada PT.PLN area yogyakarta untuk disetujui;

k. Data-data dan infromasi yang diperoleh hanya digunakan untuk kepentingan dilingkungan sekolah/akademi/universitas;

l. Membuat 1 buku hasil riset kepada PT.PLN area yogyakarta; 3. Pelaksanaan

a. Persiapan Panitia Daerah

1) Bagi daerah yang sudah membentuk Forum Komunikasi Jejaring Pemagangan : Kegiatan di daerah diawali dengan rapat persiapan di masing-masing lokasi yang dihadiri oleh seluruh pengurus Forum Jejaring Pemagangan dan beberapa oaring anggota, Pengelola LPK, Unsur Dinas Tenaga Kerja di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota. Melalui rapat tersebut agar segera dibentuk panitia daerah yang diketuai oleh salah satu pengurus forum. Berikutnya segera disusun jadwal dari seluruh rangkaian kegiatan berdasarkan penjadwalan umum yang sudah disiapkan oleh tim teknis di pusat. Panitia Daerah selanjutnya melakukan survey perusahaan terutama dalam rangka menyiapkan perusahaan tempat magang peserta. Berdasarkan kebutuhan perusahaan, kemudian disusun program pelatihan pemagangan yang meliputi kurikulum dan silabus yang dalam proses pelaksanaannya dapat dilakukan bersama dengan LPK.

(54)

membentuk tim yang mirip dengan Forum Komunikasi jejaring Pemagangan. Selanjutnya tim tersebut mendapatkan penjelasan mengenai penyelenggaraan pemagangan berbasis pengguna oleh tenaga ahli / pejabat (dari Direktorat Bina Pemagangan) yang diundang oleh Disnaker provinsi. 3) Untuk kelancaran pelaksanaan pemagangan berbasis pengguna ini perlu

dibentuk kepanitiaan (jumlah personalnya menyesuaikan dengan POK tahun berjalan) yang meliputi:

a) Panitia / Tim daerah

b) Panitia / Tim Rekrut peserta

c) Pembimbing teknis dari masing-masing perusahaan tempat magang d) Instruktur di LPK

4. Program Pelatihan

(55)

pengalaman nyata di perusahaan. Hal ini akan mendorong penyerapan atau penempatan lulusan.

Program pelatihan pemagangan harus mengacu pada bidang kerja di perusahaan sebagai standar yang berbasis pengguna (standar khusus) sesuai dengan kondisi yang ada di perusahaan tempat magang

5. Rekrutmen dan Seleksi Peserta

Pada dasarnya Pelatihan Pemagangan berbasis pengguna diikuti oleh pencari kerja maupun pekerja. Namun pada kegiatan ini yang ditetapkan menjadi peserta adalah para pencari kerja. Adapun persyaratan umum peserta adalah sebagai berikut :

a. Usia minimal 15 tahun;

b. Minimal tamatan SLTP atau sederajat; c. Pencari kerja;

d. Berkelakuan baik; e. Lulus tes masuk

Persyaratan khusus dapat ditentukan kemudian sesuai kebutuhan program bersangkutan. Pendaftaran calon peserta dilaksanakan oleh Panitia Daerah. Untuk mendapatkan peserta pelatihan yang memenuhi persayaratan sebagaimana disebutkan diatas, dilakukan seleksi secara objektif. Rasio pendaftar dengan jumlah peserta yang dibutuhkan sedapat-dapatnya 3 : 1. Rekrut dan seleksi peserta dapat dilakukan oleh perusahaan bersama dengan lembaga pelatihan kerja di bawah koordinasi panitia daerah. Penyiapan materi dan mekanisme seleksi dilakukan oleh panitia daerah. Penetapan kelulusan calon peserta oleh panitia daerah dilakukan berdasarkan ranking.

(56)

Pelatihan di lembaga pelatihan kerja dilakukan dalam rangka persiapan pelaksanaan magang di perusahaan. Lamanya pelatihan disesuaikan dengan petunjuk operasional kegiatan (POK) yaitu 150 jam pelatihan setara 1 bulan pelatihan. Pelatihan persiapan ini dapat juga diselenggarakan di perusahaan tempat pemagangan apabila telah memiliki unit pelatihan, Lembaga pelatihan Kerja swasta maupun Lembaga pelatihan kerja Pemerintah. Pelatihan di lembaga meliputi pelatihan teori dan praktek.

Sebelum pelatihan dimulai terlebih dahulu disiapkan kurikulum silabus berikut jadwal pelatihan secara menyeluruh. Kemudian disiapkan sumber daya pelatihan lainnya, yaitu bahan praktek, instruktur dan pembimbing teknis serta peralatan. 7. Instruktur dan Pembimbing Teknis

Dalam penyelenggaraan pelatihan di lembaga pelatihan kerja dilatih oleh instruktur yang kompeten sesuai dengan kejuruannya. Selama para peserta menjalani magang di perusahaan dibimbing oleh pembimbing teknis yang ditunjuk yaitu karyawan yang berpengalaman dari lingkungan perusahaan bersangkutan. Dalam kurun waktu tertentu (misal setiap 2 bulan) dilakukan workshop laboratory yang dilaksanakan di LPK ataupun di perusahaan sebagai upaya memperdalam pengetahuan atas dasar temuan/masalah praktis di lini produksi.

8. Peralatan Pelatihan

Agar pelatihan pemagangan berjalan lancar dan dapat mencapai sasaran secara optimal harus didukung peralatan pelatihan yang memadai sesuai kejuruan masing-masing baik oleh lembaga pelatihan kerja maupun oleh perusahaan sesuai keperluan.

(57)

Sejak awal kegiatan sudah harus disiapkan perusahaan tempat magang peserta. Jumlah perusahaan yang disiapkan harus mampu menampung seluruh peserta pemagangan. Magang diperusahaan merupakan lanjutan pelatihan di lembaga pelatihan kerja dan bahkan merupakan sasaran utama kegiatan ini sehingga wajib diikuti oleh setiap peserta. Lamanya magang di perusahaan sekurang-kurangnya 5 (lima) bulan sehingga bila dihitung dengan lamanya kegiatan di lembaga pelatihan kerja maka total waktu pelaksanaan kegiatan seluruhnya menjadi 6 (enam) bulan. Penyeliaan terhadap peserta dilakukan bersama antara petugas panitia dengan pembimbing teknis dari perusahaan bersangkutan.

Selama peserta melaksanakan magang di perusahaan sangat diperlukan kontribusi dari perusahaan bagi suksesnya kegiatan ini antara lain berupa uang saku/uang transport/uang makan serta alat perlengkapan kerja bagi peserta, yang kesemuanya harus tertuang dalam perjanjian pemagangan.

10.Pembiayaan

Untuk mendukung kegiatan Pemagangan berbasis pengguna, disediakan dana APBN dengan struktur penganggaran berupa :

11.Belanja Uang Honor Tidak Tetap

Digunakan untuk membayar honor petugas di daerah, yaitu : Panitia Daerah, Pembimbing Teknis, Instruktur, Petugas Rekrut Peserta, dan Rapat-Rapat. Rincian dana seperti yang tercantum dalam POK.

a. Jumlah calon peserta yang akan diseleksi untuk setiap kejuruan agar lebih besar dari jumlah yang akan diterima. Honor rekrutmen dan seleksi harus dibayarkan sesuai peruntukannya untuk satu paket.

(58)

pelatihan terdiri dari 16 orang peserta. Perubahan atas jumlah peserta pelatihan dalam satu paket kejuruan tidak mengakibatkan perubahan honor instruktur;

c. Honor Pembimbing Teknis dibayarkan kepada petugas yang melakukan bimbingan kepada peserta pada saat magang di perusahaan. Petugas Pembimbing Teknis berasal dari perusahaan tempat magang atau dari lembaga pelatihan. Rinciannya 2 orang per paket x 5 bulan (bila lebih dari 1 perusahaan maka pembagiannya harus sesuai dengan administrasi keuangan yang hanya 2 orang selama 5 bulan)

d. Honor panitia daerah 2 orang per paket kegiatan. Panitia daerah

bertanggungjawab atas kelancaran kegiatan dari persiapan sampai

dengan peserta selesai mengikuti magang di perusahaan.

e. Selain itu peserta juga mendapat uang saku untuk waktu 6 (enam)

bulan.

12.Belanja Barang Operasional Lainnya

Belanja barang operasional lainnya di daerah digunakan untuk biaya konsumsi

rapat di daerah. Rapat-rapat koordinasi terutama dengan perusahaan dilakukan

secara berkala dan teratur oleh tim daerah.

13.Belanja Bahan

Belanja bahan di daerah digunakan untuk asuransi. Selama mengikuti

pelatihan (sekurang-kurangnya 6 bulan penuh) setiap peserta harus dilindungi

asuransi. Biaya untuk itu menggunakan dana yang tersedia dalam anggaran ini.

a. Belanja barang digunakan untuk penyiapan bahan praktek dan teori dalam

pelaksanaan pelatihan baik selama di lembaga pelatihan maupun di

(59)

b. Pembuatan sertifikat

c. Pelaporan, baik secara berkala maupun paripurna kegiatan harus

disampaikan dari masing-masing lokasi pada kesempatan pertama secara

tertib dan teratur. Materi laporan sekurang-kurangnya memuat rencana dan

realisasi kegiatan termasuk permasalahan yang dihadapi beserta alternative

pemecahannya.

14.Belanja Perjalanan Lainnya

Untuk melakukan monitoring dan evaluasi diberikan uang transport lokal.

Setiap pembayaran belanja uang honor tidak tetap dan belanja barang lainnya

dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

a. Perjanjian Pemagangan

Dalam penyelenggaraan Pelatihan Pemagangan berbasis pengguna

wajib adanya perjanjian pemagangan antara peserta dengan perusahaan

tempat magang. Perjanjian Pemagangan sekurang-kurangnya memuat hak

dan kewajiban kedua belah pihak yaitu peserta dan perusahaan, serta

jangka waktu pelaksanaan magang. Perjanjian pemagangan diketahui oleh

dinas ketenagakerjaan setempat.

b. Sertifikasi

Bagi peserta yang telah memenuhi persyaratan diberikan sertifikat

pelatihan pemagangan dan dapat mengikuti uji kompetensi. Uji

kompetensi dapat menggunakan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja

Nasional Indonesia) atau standar khusus perusahaan.

c. Pasca Magang

Setelah selesai magang di perusahaan, terutama bagi peserta yang

(60)

perusahaan tempat magang atau di perusahaan lain yang membutuhkan,

setidaknya dapat digunakan sebagai data pencari kerja kompeten yang

sewaktu-waktu dapat direkrut. Realisasi dari penempatan lulusan ini agar

dilaporkan oleh Panitia Daerah kepada Direktorat Bina Pemagangan, guna

dijadikan sebagai bahan perumusan kebijakan untuk masa yang akan

datang.

15.Evaluasi, Monitoring, dan Pelaporan

a. Evaluasi

Kuasa Pengguna Anggaran maupun Penanggungjawab Kegiatan wajib

melakukan evaluasi atas keseluruhan aspek-aspek kegiatan sejak persiapan

sampai pada masa akhir kegiatan. Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan

koreksi serta untuk penyempurnaan kegiatan yang akan datang.

b. Monitoring

Monitoring harus dilakukan secara berkala sepanjang kegiatan ini

berlangsung, terutama pada saat para peserta sedang melakukan magang di

perusahaan. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan masukan evaluasi serta

mengetahui secara dini adanya kendala dan permasalahan yang terjadi

untuk dapat diatasi pada kesempatan pertama. Monitoring dapat dilakukan

secara berjenjang, bahwa monitoring peserta di perusahaan dilakukan oleh

Panitia Daerah bersama dengan Pembimbing Teknis, sementara

monitoring penyelenggaraan di daerah dilakukan oleh petugas dari pusat.

c. Pelaporan

Secara berkala Panitia Daerah harus menyampaikan laporan secara

hierarkhis kepada Dirjen Binalattas. Laporan berkala maupun laporan

(61)

masing-masing lokasi secara tertib, tepat waktu dan teratur. Materi laporan

sekurang-kurangnya memuat rencana dan realisasi kegiatan termasuk

permasalahan yang dihadapi beserta alternatif pemecahannya. Pelaporan

yang dimaksud meliputi :

1) Pelaporan persiapan (Daftar Tim daerah, Tim rekrut, Program,

Kurikulum – silabus, Daftar Pendaftar, Hasil Seleksi, Laporan

Rapat-rapat)

2) Pelaporan Administrasi pelatihan (Daftar hadir peserta dan instruktur,

Daftar penerimaan bahan, Daftar penerimaan ATK)

3) Pelaporan Administrasi pemagangan (Perjanjian Pemagangan, Daftar

hadir peserta dan penyelia, Daftar nilai peserta)

4) Pelaporan Administrasi keuangan (Asuransi, Uang saku Peserta,

Transport Lokal, Daftar penerimaan honor-honor tim daerah)

5) Pelaporan Akhir penyelenggaraan (Sertifikat, Resume akhir,

penempatan)

Setiap pelaporan ditulis sesuai dengan blanko sesuai contoh dan untuk

pelaporan keuangan disertai bukti pengeluaran dan tanda terima uang .

Contoh dan format pelaporan seperti dalam lampiran petunjuk teknis ini,

Pelaporan dilakukan setiap bulan (laporan bulanan) dan laporan akhir

(62)

B. Upaya Pemerintah Dalam Perlindungan Pemagangan di Kota Yogyakarta.

1. Gambaran Umum

Kota yogyakarta memiliki luas wilayah 32,5 km2 atau 1,02% dari luas wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari utara ke selatan kurang lebih 7,5 km dan dari barat ke timur kurang lebih 5,6 km Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0-2 % dan berada pada ketinggian rata-rata 114 meter dari permukaan air laut (dpa).

Terdapat tiga sungai yang mengalir dari arah utara ke selatan yaitu sungai gajah wong yang mengalir di bagian timur kota, sungai code dibagian tengah dan sungai winongo di bagian barat kota. Secara administratif Kota Yogyakarta terdiri dari 14 Kecamatan dan 45 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kabupaten Sleman

b. Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman c. Sebelah selatan : Kabupaten Bantul

d. Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan sleman 2. Visi Misi dan Struktur Organisasi

Visi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta adalah Terwujudnya kesejahteraan sosial menuju kemandirian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia seutuhnya, penanganan ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang mandiri serta berkelanjutan.

Misi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta adalah : a. Mewujudkan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik ransum yang disuplementasi kulit buah kopi yang telah difermentasi

Hasil pengujian organoleptik (Tabel 4), menunjukkan bahwa produk mi yang diformulasi dengan rasio subtitusi tepung jagung modifikasi 50% memiliki kekenyalan, warna,

Seperti yang dijelaskan bahwa kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik, khususnya kekuatan otot lengan, begitu juga sebaliknya, tanpa memiliki kekuatan otot

Hasil peng- amatan karakteristik morfologi dengan dua (2) variabel pengamatan, yaitu warna dan bentuk koloni menunjukkan bahwa semua isolat termasuk dalam Foc ras 4.. Uji Virulensi

Dengan sistem integrasi vertikal untuk mengkontrol produksi dari bahan baku hingga produk akhir, kami dapat memproduksi produk terbaik yang memiliki performa dengan kualitas

Terdapat perbedaan waktu yang bermakna dari hasil waktu transport mukosiliar pada kelompok perlakuan dengan rata-rata waktu sebelum adalah 10,57 menit dan waktu

Dalam kegiatan Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat ini faktor keahlian dan pengalaman atas pekerjaan sejenis akan sangat dominan untuk

o Anak laki-laki usia 5 tahun dengan keluhan warna urinenya gelap, bengkak pada mata dan nafas pendek diduga menderita glomerulonefritis akut pasca Streptokokus