2008-2015
Oleh
Satriawan Budi Kusuma 20120430196
FAKULTAS EKONOMI
xi
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Landasan Teori ... 8
1. Pengertian Investasi ... 8
2. Kompoen Investasi ... 10
3. Peranan dan Motif Investasi ... 11
4. Fungsi Investasi ... 13
5. Faktor Pendorong dan Penghambat Investasi ... 14
6. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 15
7. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Investasi ... 17
8. Pengaruh Antara Variabel-variable Dalam Penelitian ... 27
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 31
xii
B. Jenis dan Sumber Data ... 37
C. Teknik Pengumpulan Data ... 37
D. Definisi Operasional Variabel ... 38
E. Analisis Data ... 39
A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia ... 50
B. Perkembangan Inflasi Nasional Indonesia ... 51
C. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ... 53
D. Perkembangan Ekspor Indonesia ... 54
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 31
Tabel 5.1 Hasil Augmented Dickey Fullar Pada Tingkat Level ... 56
Tabel 5.2 Hasil Augmented Dickey Fuller Pada Tingkat First Difference ... 57
Tabel 5.3 Hasil Uji Engle Granger Cointegration Test ... 58
Tabel 5.4 Hasil Augmented Dickey Fuller Pada Persamaan Residual ... 61
Tabel 5.5 Hasil Uji Error Correction Model ... 63
Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas... 67
Tabel 5.7 Hasil Uji Autokorelasi ... 68
Tabel 5.8 Hasil Uji Linearitas ... 68
Tabel 5.9 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 69
xiv
Gambar 1.1 Realisasi PMDN di Indonesia ... 4
Gambar 2.1 Kurva Fungsi Investasi ... 13
Gambar 2.2 Kurva Demand Pull Inflation ... 21
Gambar 2.3 Kurva Cosh Pull Inflation ... 21
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 35
Gambar 4.1 Realisasi PMDN di Indonesia ... 50
Gamabr 4.2 Perubahan Tingkat Inflasi di Indonesia ... 53
Gambar 4.3 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika (US$) ... 54
vii
sekunder yang diperoleh dari Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik.
Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka panjang variabel ekspor dan kurs, berpengaruh positif dan signifikan terhadap PMDN, sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PMDN. Dalam jangka pendek variabel inflasi dan ekspor berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PMDN, sedangkan kurs berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PMDN.
viii
ABSTRACK
This research is aimed at recognizing the influence of wariables of inflation, exchange rate, and export toward domestic investment in Indonesia in the first quarter of 2008 untul the third quarter of 2015 by aoolying the method of error correlation model (ECM). The research data used in this research ware secondary data gathered from Capital Investment Coordinating Board, Bank Indonesia, and Central Bureau of Statistic.
The research indicates that in a long term the variables of export and exchange rate give positive and significant influence toward domestic investment, whilsh inflation give negative and significant influence toward domestic investment. In a short term, the variable of inflation and export give positive and significant influence toward domestic investment, whilst exchange rate givesnegative and significant influence toward domestic investment.
1 A. Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan
tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan
sebagai pembentukan modal tetap domestik. Investasi merupakan salah satu
komponen penting dari permintaan aggregat yang merupakan faktor krusial
bagi suatu proses pembangunan. Oleh karena itu, setiap negara berusaha untuk
menciptakan iklim perekonomian dalam rangka mendorong terciptanya
akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.
Investasi dalam negeri merupakan komponen penting dalam
pendapatan nasional selain konsumsi dan pengeluaran pemerintah. Komponen
pendapatan nasional yang tidak stabil diakibatkan karena faktor yang
mempengaruhinya bersifat tidak stabil yaitu kepercayaan untuk berusaha yang
berubah – ubah, kemajuan teknologi yang terjadi bersifat teratur dan sifat
tahan lama dari barang-barang kapital, disamping itu juga tingkat keuntungan
yang diharapkan manjadi pertimbangan yang penting dalam mengambil
keputusan berinvestasi.
Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses
pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan
produksi barang dan jasa di semua sektor-sektor ekonomi. Terciptanya
dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang selanjutnya meningkatkan
permintaan di pasar. Terjadinya perkembangan pasar menunjukkan bahwa
volume kegiatan produksi juga berkembang, kesempatan kerja dan pendapatan
di dalam negeri akan meningkat sehingga dapat menciptakan pertumbuhan
ekonomi.
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki keterbatasan dana
untuk mencukupi upaya pembangunan ekonominya. Melihat kondisi
Indonesia yang sedemikian rupa, maka peningkatan modal sangat berperan
penting untuk meningkatkan perekonomian. Oleh karena itu pemerintah dan
swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penghimpunan
dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan
menggenjot investasi, baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
maupun Penanaman Modal Asing (PMA). Berdasarkan hal tersebut, suatu
negara dengan sistem ekonomi terbuka seperti Indonesia sudah pasti menjadi
ajang gabungan investasi domestik dan asing.
Selain pentingnya peningkatan investasi domestik, penyerapan modal
asing juga memiliki peran yang tak kalah pentingnya dalam upaya
penghimpunan dana untuk pembangunan. Arus masuk modal asing (capital
inflows) berperan dalam menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit
pada transaksi berjalan. Selain itu, masuknya modal asing juga mampu
menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal bagi
pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai
industrialisasi dan modernisasi. Akan tetapi apabila modal asing tersebut tidak
dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang besar, terutama
apabila terjadinya capital flows reversal.
Adanya penanaman modal asing pada jangka panjang nantinya justru
akan memberikan kerugian terhadap pembangunan ekonomi. Karena
penanaman modal asing pada jangka panjang nantinya dapat mematikan
perusahaan-perusahaan nasional yang ada di dalam negeri, sehingga dapat
menciptakan pengangguran dan menghambat pembangunan pada beberapa
sektor ekonomi. Hal tersebut bertendensi bahwa penanaman modal asing tidak
memberikan pendapatan yang berarti bagi pemerintah.
Agar investasi di Indonesia tidak dikuasai oleh investasi asing maka
salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan pemberdayaan investasi dalam
negeri di Indonesia. Karena investasi dalam negeri merupakan salah satu
faktor yang krusial bagi suatu proses pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi. Selain itu investasi dalam negeri juga merupakan komponen yang
sangat penting dalam menyumbang pendapatan nasional.
PMDN dapat diartikan kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Penanam
modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara indonesia, badan usaha
Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan
Sumber: BKPM, 2016
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Realisasi PMDN di Indonesia tahun 2008-2015 dalam
miliar rupiah
Dilihat dari Gambar 4.1 diatas realisasi PMDN ada kenaikan di setiap
tahunnya. Pada tahun 2008 mencapai 20.632 miliar rupiah. Realisasi PMDN
tahun 2008 ini menurun dikarenakan adanya krisis finansial global. Pada
tahun 2009 realisasi PMDN meningkat menjadi 38.935 miliar rupiah. Pada
tahun 2009 realisasi PMDN justru naik pesat 85,6 persen di bandingkan
dengan tahun sebelumnya. Selama kurun waktu 2009-2011, dana dari investor
domestik tumbuh 57,1 persen pertahun. Pada tahun 2010 realisasi PMDN
meningkat mencapai 47.342 miliar rupiah. Pada tahun 2011 realisasi PMDN
meningkat mencapai 55.628 miliar rupiah, peningkatan ini dikarenakan
adanya perbaikan peringkat oleh lembaga pemeringkat internasional yang
menempatkan Indonesia pada posisi layak investasi. Pada tahun 2012-2015
terus meningkat. Peningkatan realisasi PMDN yang meningkat setiap
20632
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
tahunnya di karenakan meningkatnya kepercayaan penanam modal terhadap
perekonomian indonesia, antara lain ditopang dengan meningkatnya peringkat
utang indonesia oleh lembaga-lembaga pemeringkat utang (BKPM, 2015).
Meningkatknya investasi ternyata menimbulkan kompensasi bagi
faktor ekonomi yang lain. Salah satunya ikut mempengaruhi tingginya laju
inflasi. Solusi yang paling tepat untuk menanggulangi tingginya inflasi yaitu
dengan meningkatkan tingkat suku bunga. Namun dengan terjadinya tingginya
suku bunga berdampak dengan mahalnya cost of capital, sehingga tingkat
investasi menjadi turun.
Selain itu terapresiasinya nilai mata uang domestik (kurs domestik)
terhadap mata uang asing juga dapat menambah kegairahan investasi di dalam
negeri. Hal ini terjadi karena menguatnya kurs diikuti dengan tingginya nilai
bahan baku dalam negeri, oleh karena itu para investor memilih untuk
menanamkan modalnya di dalam negeri dengan ekspektasi para investor
memperoleh keuntungan di masa mendatang.
Selain itu, ekspor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
iklim investasi di Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena apabila semakin
besar kemampuan total ekspor suatu negara, maka akan semakin tinggi pula
potensi untuk menanamkan modal pada sektor yang bersangkutan, sehingga
nilai investasi, khususnya investasi domestik diharapkan juga akan ikut
bergerak semakin tinggi dan nilainya semakin besar.
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas,
perekonomian dan pembangunan di Indonesia. Sehubungan dengan itu, maka
penyusun dalam penulisan skripsi ini mengambil judul “FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PMDN DI INDONESIA TAHUN 2008-2015.”
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis menitikberatkan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi PMDN pada tahun 2008-2015, yaitu tingkat inflasi, nilai tukar
mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan nilai total ekspor.
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah tingkat inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
PMDN?
2. Apakah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap PMDN?
3. Apakah nilai total ekspor Indonesia mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap PMDN?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap PMDN.
b. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat terhadap PMDN
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis penelitian ini digunakan untuk mengimplementasikan/
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku
perkuliahan.
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melaksanakan
penelitian serupa maupun lanjutan di bidang Investasi.
c. Sebagai tambahan wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
8 A. Landasan Teori
1. Pengertian Investasi
Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal pada berbagai
kegiatan ekonomi dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang
akan datang, yang terdiri dari investasi finansial dan investasi
non-finansial. Investasi juga didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran
atau pembelanjaan penanaman modal. Perusahaan membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan produksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mendefinisikan investasi
sebagai “bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam
negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia” (BKPM, 2010 : 4).
Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan
produksi dengan tujuan untuk menggantikan dan terutama menambah
barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa di masa depan. Dengan kata lain, dalam
teori ekonomi investasi berarti kegiatan pembelanjaan untuk
untuk mengembangkan pabrik pembuatan kertas, atau pengeluaran untuk
mendirikan perkebunan kelapa sawit merupakan penggunaan dana yang
dalam teori ekonomi diartikan sebagai investasi (Sadono, 2005).
Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus (1998)
investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal
yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung,
peralatan produksi dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang
diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi tersebut. Kekuatan
ekonomi utama yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi
yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan
mengenai masa depan.
Dalam ekonomi makro investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran masyarakat untuk memperoleh alat-alat kapital baru. oleh
karena itu investasi total yang terjadi di suatu perekonomian sebagian
berupa pembelian alat-alat baru untuk menggantikan alat-alat kapital yang
tidak ekonomis untuk dipakai lagi dan sebagian lain berupa pembelian
alat-alat kapital yang baru untuk memperbesar stock kapital. Di sisi lain
investasi diartikan sebagai pengeluaran dari sektor produsen (swasta)
untuk pembelian barang atau jasa untuk menambah stock barang dan
perluasan perusahaan.
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam
GNP. Investasi memiliki peran penting dalam permintaan aggregat.
dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi
dapat menyebabkan resesi. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja.
Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan jumlah
stock kapital (Eni Setyowati dan Siti Fatimah N., 2007).
Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun
sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif,
maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan
ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. Jelas dengan demikian
bahwa investasi memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah
output dan pendapatan.
Adam Smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para
pemilik modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan
bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata.
Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan
ekonomi. Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang
meningkat antar pemilik modal akan menaikkan upah dan sebaliknya
menurunkan keuntungan.
2. Komponen Investasi
Sukirno (2006) menguraikan empat komponen investasi sebagai
a. Investasi perusahaan swasta
Pengusaha melakukan investasi berupa pendirian bangunan
industri, pembelian mesin-mesin dan peralatan produksi, pembelian
bahan mentah yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
produksi yang akan mereka lakukan di masa depan.
b. Pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal
Pembangunan rumah memiliki sifat yang mendekati peralatan
produksi yaitu memakan waktu lama sebelum nilainya susut dan
secara terus-menerus menghasilkan jasa.
c. Perubahan dalam inventaris perusahaan
Stok barang simpanan perusahaan meliputi bahan mentah,
barang setengah jadi, dan barang yang siap dijual di pasaran tetapi
masih disimpan oleh perusahaan.
d. Investasi yang dilakukan oleh pemerintah
Pemerintah melakukan investasi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat seperti pembuatan jalan raya, rumah sakit,
sekolah dan sebagainya.
3. Peranan dan Motif Investasi
Investasi mempunyai peranan yang penting di dalam
perekonomian, yaitu (Jhingan, 2000):
a. Investasi membawa perubahan dalam permintaan agregat
Investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar
dihasilkan semakin meningkat dan hal iniakan menyerap tenaga kerja
lebih banyak selanjutnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
nasional meningkat.
b. Mempengaruhi siklus bisnis
Investasi berperan dalam mempengaruhi output jangka pendek
dan jangka panjang. Dalam jangka pendek mempengaruhi permintaan
agregat dan dalam jangkapanjang mempengaruhi output jangka
panjang melalui pembentukan modal.
Seorang investor memiliki motif-motif tertentu dalam menjalankan
investasi, antara lain (Dornbusch dan Fischer, 1998):
a. Profit motive
Investasi yang dilakukan berdasarkan profit motive merupakan
investasi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Investor
berusaha untuk mendapatkan keuntungan maksimal demi kemajuan
dan perkembangan usahanya. Investor harus mempertimbangkan
tingkat revenue (pendapatan), biaya dan resiko yang akan
mempengaruhi profit dan return dari pelaksanaan investasi. Sebuah
perusahaan dalam memutuskan untuk melakukan investasi baru harus
mempertimbangkan dan memahami dalam membuat keputusan
investasi. Adanya motif laba tersebut akan mempengaruhi perilaku
b. Technological motive
Dalam hal ini, investasi dilakukan untuk meningkatkan
teknologi yang ada, di mana dengan adanya peningkatan tingkat
teknologi akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
c. Marketing motive
Investasi yang didasari dengan marketing motive dilakukan
untuk tujuan ekspansi pasar, di mana dengan investasi baru akan
dibuka pasar baru bagi produk yang dihasilkan dan hal ini mendorong
untuk meningkatkan kekuatan dalam persaingan usaha.
4. Fungsi Investasi
Mankiw (2007) menyebutkan bahwa fungsi investasi
meningkatkan jumlah investasi atau pada tingkat bunga rill. Investasi
bergantung pada tingkat bunga rill, karena tingkat bunga rill adalah
biaya pinjaman. Fungsi investasi miring ke bawah : ketika tingkat
bunga naik, semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan,
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sumber : Mankiw, 2007
Gambar 2.1
Gambar 2.1 menunjukkan kurva fungsi investasi dengan
persamaan yang mengaitkan investasi (I) pada tingkat bunga rill (r),
I=I(r). Fungsi investasi ditunjukkan pada garis biru yang melengkung
dari atas kebawah, karena kuantitas investasi dipengaruhi oleh tengkat
bunga yang menunjukkan hunumgan negatif.
5. Faktor Pendorong dan Penghambat Investasi
Dumairy (1996) menganalisis beberapa faktor yang dapat
mendorong dan menghambat investasi sebagai berikut:
a. Faktor pendorong investasi:
1) Pelayanan dan penyelesaian kelembagaan investasi berjalan cepat
dan efektif.
2) Kelembagaan dan keleluasaan peran daerah yang kuat sesuai
prinsip otonomi daerah dan desentralisasi.
3) Fasilitias menarik bagi investor, seperti imigrasi yang lancar agar
proses mobilisasi tenaga kerja dan modal berjalan lancar.
4) Fasilitas fiskal seperti pembebasan atau pengurangan pajak bagi
usaha yang memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi.
5) Ramalan perekonomian di masa depan yang baik
6) Perubahan dan perkembangan teknologi.
7) Keuntungan perusahaan yang besar.
b. Faktor penghambat investasi antara lain:
1) Ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan di tingkat pusat
maupun daerah.
2) Kondisi infrastruktur yang tidak memadai seperti sarana
transportasi, listrik, air, dan lain-lain.
3) Ketidakstabilan mata uang atau nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing.
4) Fungsi kelembagaan investasi dan birokrasi yang rumit.
6. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga
negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau
daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik
Indonesia.
Sedangkan modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh
negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau
badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan
usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk
(Undang-Undang No. 25 Tahun 2007):
1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional
2) Menciptakan lapangan kerja
3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional
5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional
6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan
7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri
8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa
pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman
modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria
kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan
keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Pemerintah
menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan
kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,
perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,
pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi,
partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang
Bentuk fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada
penanaman modal dapat berupa (Undang-Undang No. 25 Tahun 2007) :
1) Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai
tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan
dalam waktu tertentu.
2) Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,
mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri.
3) Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan
penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan
persyaratan tertentu.
4) Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor
barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang
belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu.
5) Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat.
6) Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha
tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.
7. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Investasi
a. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan kenaikkan harga secara umum
dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut sebagai inflasi, kecuali apabila kenaikan tersebut meluas
perekonomian besarnya tingkat inflasi di bawah 10% per tahun, inflasi
ini tergolong inflasi ringan. Besarnya tingkat berkisar antara 10 sampai
30 persen per tahun dikategorikan inflasi sedang. Dan apabila tingkat
inflasi berada dikisaran 30 sampai 100 persen per tahun dikategorikan
inflasi berat. Dalam kisaran tertentu inflasi juga dapat mencapai
ratusan bahkan ribuan persen per tahun, sebagai akibat dari resesi
ekonomi maupun sebab-sebab lain, inflasi ini tergolong dalam
hiperinflasi (Boediono, 2001).
Bodiono (2005) menjelaskan tentang konsep teori inflasi
sebagai berikut ini:
1. Teori Inflasi Klasik
Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama
ditentukan oleh jumlah uang beredar, yang dapat dijelaskan
melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang, serta nilai
uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari
pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama
dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu
banyak uang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan
dengan volume transaksi maka obatnya adalah membatasi jumlah
uang beredar dan kredit.
2. Teori Inflasi Keynes
Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah
uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total, karena
suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat
kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka
harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan
bertambahnya permintaan uang untuk transaksi, dengan demikian
akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan mencegah pertambahan
permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan
berdasarkan konsepinflationary gap. Menurut Keynes, inflasi
permintaan yang benar-benar penting adalah yang ditimbulkan
oleh pengeluran pemerintah, terutama yang berkaitan dengan
peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital
sosial.
3. Teori Inflasi Moneterisme
Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh
kebijaksanaan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah
uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan uang
beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan
permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan
moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan
menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter
peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas nilai
tukar valuta asing.
4. Teori Ekspektasi
Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk
ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan
ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal
mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang
ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk
mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada.
Berdasarkan faktor-faktor yang menimbulkannya, inflasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis (Sukirno, 2006) yaitu:
1) Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi akibat dari tingkat perekonomian yang
mencapai tingkat pengggunaan tenaga kerja penuh (full
employment) dan pertumbuhan ekonomi berjalan pesat. Hal ini
mengakibatkan permintaan masyarakat bertambah dengan pesat
dan perusahaan-perusahaan pada umumnya akan beroperasi pada
kapasitas yang maksimal. Kelebihan-kelebihan yang terwujud akan
Sumber : Sukirno, 2006
Gambar 2.2
GrafikInflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
2) Inflasi Desakan Biaya (Cosh Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi akibat adanya kenaikan terhadap biaya
produksi. Penambahan biaya produksi akan mendorong
peningkatan harga, walaupun akan menghadapi resiko
pengurangan terhadap permintaan barang yang diproduksinya.
Inflasi ini akan berakibat pada kenaikan harga serta turunnya
produksi yang akan menimbulkan adanya resesi perekonomian.
Sumber : Sukirno, 2006
Gambar 2.3
b. Kurs (Nilai Tukar)
Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata uang satu negara
terhadap harga mata uang negara lain. Menurut Sadono (2006)
mengartikan nilai tukar mata uang asing adalah berapa banyak jumlah
mata uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit
mata uang asing. Nilai tukar mata uang dapat didefinisikan sebagai
harga relatif dari mata uang terhadap mata uang Negara lainnya.
Pergerakan nilai tukar di pasar dapat dipengaruhi oleh faktor
fundamental dan non fundamental. Faktor fundamental ini tercermin
dari variable-variabel ekonomi makro.
Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan
nilai tukar, yaitu (Madura Jeff, 1993):
1) Faktor fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi
seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar
negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.
2) Faktor teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan
penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan
permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing
akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan,
sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan
3) Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau
berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga
valuta asing naik atau atau turun secara tajam dalam jangka
pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar
akan kembali normal.
Beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian
internasional yaitu (Mudrajad Kuncoro,2007):
1) Sistem kurs mengambang (floating exchange rate)
Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan
atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem
kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu:
a) Mengambang bebas (murni), dimana kurs mata uang
ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada
campur tangan bank sentral/otoritas moneter. Sistem ini sering
disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini
cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak
berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs.
b) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange
rate), dimana otoritas moneter berperan aktif dalam
menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu,
perlu membeli atau menjual valuta asing untuk mempengaruhi
pergerakan kurs.
2) Sistem kurs tertambat (pegged exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai ukar mata
uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok
mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner
dagang yang utama menambatkan ke suatu mata uang berarti nilai
tukar mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang
menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang
ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi
terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi
tambatannya.
3) Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs).
Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit
perubahan dalam nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan
tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu
tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat
mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama
dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat
menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat
4) Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies).
Banyak negara terutama negara sedang berkembang
menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang
mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan
stabilitas mata uang suatu Negara karena pergerakan mata uang
disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang
dimasukkan dalam “keranjang” umumnya ditentukan oleh
peranannya dalam membiayai perdagangan Negara tertentu. Mata
uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran
relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang
bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang
berbeda dengan bobot yang berbeda.
5) Sistem kurs tetap (fixed exchange rate).
Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs
tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan
menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak
terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan
berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.
c. Ekspor
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku. Fungsi penting komponen ekspor dari
pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output
dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi
lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi
dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000).
Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di
dalam negeri lalu dijual di luar negeri (Mankiw, 2009). Ditinjau dari sudut
pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross
Nasional Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka
pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan.
Di lain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan
perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap
keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun
di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003).
Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain
apabila barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat
memproduksi barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi
keperluan dalam negeri. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan
dari negara tersebut untuk mengeluarkan barang-barang yang dapat
bersaing dalam pasaran luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang
yang diekspor tersebut haruslah paling sedikit sama baiknya dengan yang
diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Cita rasa masyarakat di luar
negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara sangat penting
dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai
keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara,
semakin banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sukirno, 2006).
Menurut Mankiw (2009), berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:
a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan
luar negeri.
b. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.
c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan
untuk membeli mata uang asing.
d. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri.
e. Ongkos angkutan barang antarnegara.
f. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
8. Pengaruh Antara Variabel-variabel Dalam Penelitian
a. Pengaruh antara Inflasi terhadap PMDN
Inflasi merupakan masalah serius yang sering dijumpai pada
setiap negara. Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga yang
terjadi secara terus menerus. Kenaikan harga ini tidak hanya terdapat
pada satu, dua atau beberapa barang saja, namun diikuti oleh hampir
seluruh barang yang ada di suatu negara (Bank Indonesia, 2016)
Tingginya inflasi disuatu negara, mengakibatkan menurunnya
investasi. Hal ini dikarenakan biaya yang terus menerus naik
pemilik modal biasanya lebih suka mengunakan uangnya untuk tujuan
spekulasi. Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk dalam
perdagangan, dengan kata lain penurunan ekspor. Sebaliknya,
harga-harga produksi dalam negri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi
menyebabkan barang-barang impor menjadi relatif murah, maka lebih
banyak barang impor dalam suatu negara tersebut (Sukirno, 2008)
Tingkat inflasi dapat di jadikan sebagai indikator untuk
mengetahui kondisi perekonomian disuatu negara, bila inflasi terjadi
maka akan terjadi kenaikan biaya produksi barang sehingga akan
mempengaruhi iklim investasi dan penanaman modal (Mankiw, 1999).
b. Pengaruh antara Kurs terhadap PMDN
Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata uang satu negara
terhadap harga mata uang negara lain / harga sebuah mata uang dari
sebuah negara yang diukur dan dinyatakan dengan mata uang lain
(Mankiw, 2006).
Kurs memiliki hubungan positif dengan investasi, apabila nilai
mata uang domestik (kurs domestik) menguat/terapresiasi terhadap mata
uang asing dapat menambah kegairahan investasi di dalam negeri. Hal ini
terjadi karena menguatnya kurs diikuti dengan tingginya nilai bahan baku
dalam negeri, oleh karena itu para investor memilih untuk menanamkan
modalnya di dalam negeri dengan ekspektasi para investor memperoleh
keuntungan di masa mendatang. Begitu pula sebaliknya, penurunan nilai
melalui dampak negatifnya atau yang dikenal dengan istilah expenditure
reducing effect. Penurunan tingkat kurs rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat akan menyebabkan rendahnya nilai bahan baku dalam negeri, yang
selanjutnya akan menurunkan permintaan dalam negeri. Penurunan
permintaan ini akan mendorong pengusaha untuk mengurangi pengeluaran
investasinya (Sukirno, 2008)
c. Pengaruh antara Ekspor terhadap PMDN
Penawaran ekspor dipengaruhi oleh adanya investasi. Peningkatan
investasi baik asing maupun domestic secara langsung akan meningkatkan
industrialisasi. Sebagai akibatnya, jumlah barang yang diproduksi akan
meningkat. Hubungan yang positif ini memang masih menjadi perdebatan
oleh sebagian pengamat.
Hubungn ekspor dengan terjadinya investasi dinyatakan juga oleh
Mankiw (2007) dalam bukunya menjelaskan dengan identitas perhitungan
pendapatan nasional dalam bentuk tabungan investasi, yaitu:
Y = C + I + G + NX
Dimana dapat diubah menjadi:
Y – C – G = I + NX
Dalam pendekatan Y – C – G = S, maka persamaan sebelumnya dapat
diubah menjadi:
S = I + NX
Lalu menjadi:
NX merupakan ekspor neto yang terdapat dalam neraca
pembayaran, sedangkan I merupakan investasi. Maka dapat diketahui
besar kecilnya nilai ekspor akan mempengaruhi investasi di suatu negara.
Mankiw (2009) menyatakan bahwa jika suatu negara yang
menganut perekonomian terbuka memiliki arus modal neto positif yaitu
dimana jumlah tabungan domestik lebih besar dari jumlah investasi
domestik maka kelebihan dana dalam perekonomian akan keluar dari
perekonomian, dengan kata lain maka arus modal akan keluar dari dalam
negeri. Tetapi jika suatu negara dengan perekonomian terbuka memiliki
arus modal neto negatif, maka perekonomian mengalami arus modal
masuk, atau dalam kata lain investasi melebihi tabungan, dan
perekonomian membiayai investasi ekstra ini dengan meminjam dari luar
negeri atau mengharapkan adanya investasi yang masuk.
Sehingga keterkaitan keterbukan ekonomi dengan investasi adalah
bahwa semakin tinggi tingkat keterbukaan ekonomi suatu negara semakin
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan kumpulan dari penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, dimana penelitian
ini mempunyai kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Alat
Lanjutan Tabel 2.1
Peneliti Judul Variabel Alat
Lanjutan Tabel 2.1
Peneliti Judul Variabel Alat
Lanjutan Tabel 2.1
Peneliti Judul Variabel Alat
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu,
maka disusun suatu kerangka pemikiran mengenai penelitian yang akan
dilakukan. Kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam sebuah iklim investasi di suatu negara, banyak factor-faktor
yang dapat mempengaruhi besarnya investasi, baik investasi domestik
(PMDN) maupun investasi asing (PMA). Dalam penelitian ini ada beberapa
faktor yang mempengaruhi investasi, khususnya investasi domestik dalam hal
ini adalah penanaman modal dalam negeri, yaitu diantaranya adalah tingkat
inflasi, kurs (nilai tukar) rupiah terhadap USD dan ekspor. Inflasi
Kurs
Ekspor
D. Hipotesis
Berdasarkan teori ekonomi dan penelitian terdahulu tentang investasi
maka hipotesa yang diajukan untuk diteliti adalah:
1. Inflasi diduga mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap
PMDN di Indonesia, sehingga peningkatan inflasi akan menurunkan
PMDN di Indonesia.
2. Kurs diduga mempunyai hubungan positif terhadap PMDN di Indonesia,
sehingga peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
akan meningkatkan PMDN di Indonesia.
3. Ekspor diduga mempunyai hubungan positif terhadap PMDN di Indonesia,
sehingga peningkatan nilai total ekspor akan meningkatkan PMDN di
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek yang akan diteliti adalah Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) di Indonesia, untuk melihat apakah inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap Dollar Amerika (US$), dan ekspor besar berpengaruh sekaligus
sebagai penarik PMDN dengan menggunakan data triwulan 2008:1-2015:3.
B. Jenis Data dan Sumber Data
Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Data yang
digunakan adalah data sekunder runtun waktu time series berupa data triwulan
pada tahun 2008:1-2015:3. Data sekunder adalah data yang diperolah dalam
bentuk jadi, sudah diolah, dikumpulkan dan diterbitkan secara resmi oleh
pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. Adapun data-data tersebut
didapat dari instansi-instansi pemerintah yaitu :
1. Badan Koordinasi Penanaman Modal.
2. Bank Indonesia.
3. Badan Pusat Statistik.
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
dengan cara melakukan studi pustaka dari berbagai laporan, literatur,
Penanaman Modal, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik yang berkaitan
dengan penelitian.
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari varabel
dependen dan variabel indepanden. Variabel dependen adalah variabel yang
dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, dimana pengaruhnya
dapat positif maupun negatif.
Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN) merupakan variabel
dependen dalam penelitian ini, sedangkan variabel independen nya adalah
inflasi, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika (US$), dan ekspor.
Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal
untuk melakukan usaa di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan mengunakan modal
dalam negeri.
Data Penanaman Modal Dalam Negeri yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai realisasi PMDN triwulan yang terdiri dari
realisasi PMDN pada semua sektor perekonomian di indonesia yang
2. Inflasi
Inflasi adalah kecenderuangan kenaikan harga secara umum dan
terus-menerus. Data tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data tingkat inflasi triwulan di Indonesisa yang dinyatakan dalam
satuan persen selama periode 2008: 1-2015: 3.
3. Kurs
Kurs yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai tukar rupiah
terhadap Dollar Amerika (USD). Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kurs rupiah terhadap dollar Amerika serikat selama periode
2008: 1-2015: 3 yang dinyatakan dalam rupiah.
4. Ekspor
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah
negara ke negara lain termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan
jasa-jasa pada suatu taun tertentu. Data yang digunakan dalam variabel ini
adalah total ekspor triwulan indonesia pada tahun 2008: 1-2015: 3
dinyatakan dalam miliar rupiah.
E. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode error correction model (ECM)
sebagai alat ekonometrika perhitungannya serta digunakan juga model analisis
deskriptif bertujuan untuk mengidetifikasi hubungan jangka panjang dan
jangka pendek yang terjadi karena adanya kointegrasi diantara variabel
penelitian. Sebelum melakukan estimasi ECM dan analisis deskriptif, harus
lag dan uji drajat kointegrasi. Setelah data diestimasi menggunakan ECM,
analisis dapat dilakukan menggunakan metode IRF dan variance
decomposition (Basuki, 2015). Langkah dalam merumuskan model ECM
adalah sebagai berikut :
1) Melakukan spesifikasi hubungan yang diharapkan dalam model yang
diteliti.
PMDNt= α0+ α1INFt+ α2KURSt+ α3EKSPt ... (1)
Keterangan :
PMDNt : Penanaman Modal Dalam Negeri periode t.
INFt : Inflasi periode t.
KURSt : Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika periode t.
EKSPt : Ekspor periode t.
α0α1α2α3 : Koefisien Jangka Pendek.
2) Membentuk fungsi biaya tunggal dalam metode koreksi kesalahan :
Ct = b1(PMDNt-PMDNt*) + b2{(PMDNt-PMDNNt-1) – ft(Zt-Zt-1)}2 ... (2)
Berdasarkan data di atas Ct adalah fungsi biaya kuadrat, PMDNt adalah
Penanaman Modal Dalam Negeri pada periode t, sedangkan Zt merupakan
faktor variabel yang mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negeri dan
dianggap dipengaruhi secara linier oleh Inflasi, Kurs dan Ekspor. b1 dan b2
merupakan faktor baris yang memberikan bobot kepada Zt-Zt-1.
Komponen utama fungsi biaya tunggal diatas merupakan biaya
penyesuaian. Sedangkan b adalah operasi kelambanan waktu. Zt adalah faktor
variabel yang mempengaruhi Penanaman Modal Dalam Negerit.
1) Meminimumkan fungsi biaya persamaan terhadap Rt, maka akan diperoleh
PMDNt = εPMDNt + (1-e) PMDNt-1 – (1-e) ft(1-B) Zt ... (3)
2) Mensubtitusikan PMDNt – PMDN-1 sehingga diperoleh :
LnPMDNt= β0+ β1LnINFt+ β2KURSt+ β3EKSPt………..(4)
Keterangan :
PMDNt : Penanaman Modal Dalam Negeri pada periode t.
INFt : Inflasi periode t.
KURSt : Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika periode t.
EKSPt : Ekspor periode t.
β1β2β3 : Koefisien Jangka Panjang.
Sementara jangka pendek dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
DLnPMDNt = α1DLnINFt+ α2LnKURSt +α3LnEKSPt ... (5)
DLnPMDNt = EKSPt–α(LnPMDNt-1-β0-β1LnINFt-1 + β2LnKURSt-1
+ β3LnEKSPt-1) + t ... (6)
Dari hasil parameterisasi persamaan jangka pendek dapat
menghasilkan bentuk persamaan baru, persamaan tersebut dikembangkan dari
persamaan yang sebelumnya untuk mengukur parameter jangka panjang
dengan menggunakan regresi ekonometri dengan menggunakan model ECM:
DLnPMDNt = β0 + β1DLnINFt + β2DLnKURSt + β3DLnEKSPt +β4DLnINF
+ β5DLnKURSt-1 + β6DLnEKSPt-1 + ECT + t ... (7)
ECT = LnINFt-1 + LnKURSt-1 + LnEKSPt-1 ... (8)
Keterangan:
DLnPMDNt : Penanaman Modal Dalam Negeri per triwulan (miliyar
rupiah).
DLnINFt : Inflasi per triwulan (persen).
DLnKURSt : Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika.
DLnEKSPt : Ekspor (miiliyar rupiah).
DLnINFt-1 : Kelambanan Inflasi.
DLnKURSt-1 : Kelambanan Nilai Tukar Rupiah Trehadap US$.
DLnEKSPt-1 : Kelambanan Ekspor.
t : Residual.
D : Perubahan.
t : Periode Waktu.
ECT : Error Correction Term.
1. Uji Akar Unit (Unit Root Test).
Konsep yang dipakai untuk menguji stasioner suatu data runtun
waktu adalah uji akar unit. Apabila suatu data runtun waktu bersifat tidak
stasioner, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tengah mengalami
Keberadaan unit root problem bisa terlihat dengan cara
membandingkan nilai T-statistik hasil regresi dengan nilai Test Augmented
Dickey Fuller.
Model persamaannya adalah sebagai berikut :
ΔPMDNt = a1 + a2T + ΔPMDNt-1 + ai∑�� = 1ΔPMDNt-1 + et ... (9)
Dimana ΔPMDNt-1 = (ΔPMDNt-1-ΔPMDNt-2) dan seterusnya, m =
panjangnya time-lagberdasarkan I = 1,2…..m. hipotesis 0 masih tetap ̅ =
0 atau � = 1, nilai T-statistik ADF sama dengan nilai T-statistik DF.
2. Uji Derajat Integrasi.
Apabila pada uji akar unit diatas data runtun waktu yang diamati
belum stasioner, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji derajat
integrasi untuk mengetahui pada derajad integrasi keberapa data akan
stasioner. Uji derajat integrasi dilaksanakan dengan model :
ΔPMDNt= β1 + ̅ΔPMDNt-1 + ai∑�� = 1ΔPMDNt-1 + et ... (10)
ΔPMDNt= β1+ β2T ̅ΔPMDNt-1 + ai∑�� = 1ΔPMDNt-1 + et ... (11)
Nilai T-statistik hasil regresi persamaan (10) dan (11)
dibandingkan dengan nilai T-statistik pada tabel DF. Apalbila nilai ̅ pada
kedua persamaan sama sengan satu maka variabel ΔPMDNt dikatakan
stasioner pada derajat satu, atau disimbolkan ΔPMDNt~I(1). Tetapi kalau
̅ tidak berbeda dengan nol, maka variabel ΔPMDNt belum stasioner
derajat integrasi pertama. Maka itu pengujian dilanjutkan ke uji derajat
intagrasi kedua, ketiga dan seterusnya sampai didapatkan data variabel
3. Uji Kointegrasi.
Uji kointegrasi yang paling sering dipakai uji Engle-Granger (EG),
uji Augmented Engle-Granger (AEG) dan uji Cointegrating Regression
Durbin-Watson (CRDW). Untuk mendapatkan nilai EG, AEG dan CRDW
hitung. Data yang akan digunakan harus sudah berintegrasi pada derajat
yang sama. Pengujian OLS terhadap suatu persamaan di bawah ini :
PMDNt = a0 = a1ΔINFt + a2ΔKURSt + a3ΔEKSPt + et ... (12)
Dari persamaan (12), simpan residual (error terms). Langkah
berikutnya adalah menaksir model persamaan autoregressif dari residual
tadi berdasarkan persamaan-persamaan berikut :
Δ t= t-1 ... (13)
Δ t= t-1 + ai∑�� = 1Δ t-1 ... (14)
Dengan uji hipotesisnya :
H0 : = I(1), artinya tidak ada kointegrasi.
Ha : # I(1), artinya ada kointegrasi.
Berdasarkan hasil regresi OLS pada persamaan (12) akan
memperoleh nilai CRDW hitung (nilai DW pada persamaan tersebut)
untuk kemudian dibandingkan dengan CRDW tabel. Sedangkan dari
persamaan (13) dan (14) akan diperoleh nilai EG dan AEG hitung yang
nantinya juga dibandingkan dengan nilai DF dan ADF tabel.
4. Uji Error Correction Model (ECM).
Apabila lolos dari uji kointegrasi, selanjutnya akan diuji
terjadinya perubahan struktural, sebab hubungan keseimbangan jangka
panjang antara variabel bebas dengan variabel terkait dari hasil uji
kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat. Secara singkat, proses
bekerjanya ECM pada persamaan Penanaman Modal dalam Negeri (5)
yang telah diubah menjadi :
ΔPMDNt = a0 + a1ΔINFt + a2ΔKURSt + a3ΔEKSPt + a5et-1 + et ... (15)
5. Uji Asumsi Klasik.
Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik terdiri dari : uji
multikolinearitas, uji hterokedastisitas, uji autokorelasi (Maddala, 1992).
a. Uji Multikolinearitas.
Berkaitan dengan masalah multikolinearitas, Sumodiningrat
(1994) mengemukakan bahwa tiga hal yang perlu dibahas terlebih
dahulu:
1) Multikolinearitas pada hakekatnya adalah fenomena sampel.
2) Multikolinearitas adalah persoalan derajat dan bukan persoalan
jenis.
3) Masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya
hubungan linier diantara variabel-variabel bebas.
Multikolinearitas adalah adanya hubungan eksak linier antar
variabel penjelas. Multikolinearitas terjadi diduga apabila nilai R2
tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai f
tinggi.
1) Kesalahan standart cenderung semakin besar dengan meningkatnya
tingkat korelasi antar variabel.
2) Karena besarnya kesalahan standart, selang keyakinan untuk
parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar.
3) Taksiran koefisien dan kesalahan standart regrasi menjadi sangat
sensitif terhadap sedikit perubahan dalam data.
Konsekuensi multikolinearitas adalah invalidnya signifikansi
variabel maupun besaran koefisien variabel dan konstanta.
Multikolinearitas diduga terjadi apabila estimasi menghasilkan nilai R
kuadrat yang tinggi (lebih dari 0,8), nilai F tinggi, dan nilai t-statistik
semua atau hamper semua variabel penjelas tidak signifikan.
b. Uji Heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap
sama dalam semua obesrvasi x, dan varians setiap residual adalah sama
untuk semua nilai variabel penjelas :
Var (u) = E[ut-E(ut)]2
= E(ut)2 = s2u konstan
Penyimpangan terhadap asumsi diatas disebut
heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji
glesjer berikut ini:
et = β1 xi + vt
dimana : β = nilai absolute residual persamaan yang diestimasi
vt = unsure gangguan
Apabila nilai T-statistik signifikan, maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis adanya heterokidastisitas tidak dapat ditolak.
Ada beberapa metode yang dipakai untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dalam model empiris, seperti dengan
menggunakan uji Park tahun 1966, uji Glesjscr tahun 1969, uji White
1980 dan uji Breusch-Pagan-Godfre (Gujarati, 1995).
Konsekuensi heterokedastisitas:
1) Penaksiran OLS tetap tak bias dan konsisten tetapi tidak lagi
efisien dalam sampel kecil dan besar.
2) Variansnya tidak lagi minimum.
c. Uji Autokorelasi.
Gujarati (1995) autokorelasi terjadi bila nilai gangguan dalam
periode tertentu berhubungan dengan nilai gangguan sebelumnya.
Asumsi non-autokorelasi berimplikasi bahwa kovarians ui dan uj sama
dengan nol :
Cov(uiuj) = E[(ui-E(ui)][uj-E(uj)]
= E(uiuj) = 0 untuk i+j
Uji d Durbin-Watson (Durbin-Watson d Test)
Model ini deperkenalkan oleh J.Durbin dan G.S Watson tahun
1951. Dekteksi autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai
statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel.
mengandung variabel dependen kelambanan, dapat dilakukan uji
Durbin LM seperti berikut ini :
ut = xt’d + TYt-1 + Ut-1 + et
dimana : ut = residual dari model yang diestimasi.
xt = variabel-variabel penjelas.
Yt-1 = variabel dependen kelambanan.
Ut-1 = residual kelambanan.
Apabila T hitung dari residual kelambanan signifikan, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak adanya autokorelasi tidak
dapat ditolak.
Autokorelasi adalah adanya hubungan antar residual pada suatu
pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekuensi autokorelasi adalah
biasanya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya,
sehingga nilai R kuadrat dan F-statistik yang dihasilkan cenderung
sangat berlebihan. Cara mendeteksi adanya autokorelasih adalah
dengan membandingkan nilai Durbin-Watson statistik hitung dengan
Durbin-Watson statistik tabel.
d. Uji Normalitas.
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah model
regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mememiliki distribusi normak atau tidak (Ghozali, 2006). Model
regresi yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal atau
One-Sample Klomogrov-Sukirnov. Pengujian One-Sample
Klomogrov-Smirnov dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila nilai
signifikasinya lebih besar dari α = 0,05.
e. Uji Linieritas.
Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang
dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak (Ghozali, 2006). Uji
ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya model
dibentuk berdasarkan telaah teoritis bahwa hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar
variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear
sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya
masalah elastisitas.
Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui
apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk
memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau
tidak. Uji linearitas dipergunakan untuk mengkonfirmasikan apakah
sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori
sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat
menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange
50
A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia
PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh
penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara indonesia,
badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang
melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
Perkembangan PMDN di Indonesia pada Periode 2008-2015
Sumber : BKPM, 2016
Gambar 4.1
Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di indonesia tahun
2008-2015(dalam miliar rupiah)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Dilihat dari Gambar 4.1 diatas realisasi PMDN ada kenaikan di setiap
tahunnya. Pada tahun 2008 mencapai 20.632 miliar rupiah. Realisasi PMDN
tahun 2008 ini menurun dikarenakan adanya krisis finansial global. Pada
tahun 2009 realisasi PMDN meningkat menjadi 38.935 miliar rupiah. Pada
tahun 2010 hingga tahun 2015 realisasi PMDN meningkat setiap tahunnya
hingga mencapai 160.252 miliar rupiah pada tahun 2015. Peningkatan
realisasi PMDN yang meningkat setiap tahunnya di karenakan meningkatnya
kepercayaan penanam modal terhadap perekonomian indonesia, antara lain
ditopang dengan meningkatnya peringkat utang indonesia oleh
lembaga-lembaga pemeringkat utang (BKPM).
Dalam rangka menarik minat investor dalam negeri, pemerintah
mengeluarkan aturan pelaksanaan UU No.25 tahun 2007 tentang penanaman
modal, takni Peraturan Presiden (Perpres) No. 76/2007 tentang kriteria dan
Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang tertutup dan terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal sera Perpres No.77/2007 tentang
Bidang Usaha yang tertutup dan terbuka dengan Persyratan di Bidang
Penanaman Modal. Kedua Perpres tersebut berisi aturan mengenai Daftar
Negatif (DNI). DNI adalah acuan bagi para investor baik itu yang berasal dari
investor asing maupun investor lokal. Guna menentukan pilihan dalam bidang
investasi di Indonesia.
B. Perkembangan Inflasi Nasional Indonesia
Perekonomian Indonesia selalu mengalami inflasi setiap tahun,
yang dipengaruhi banyak faktor. Pada tahun 2008, angka inflasi mencapai
9,80 persen. Inflasi tahun 2008 yang tinggi ini di sebabkan oleh adanya krisis
finansial global. Pada tahun 2009 inflasi di indonesia menurun menjadi 4,80
persen ini dikarenakan adanya deflasi pada barang-barang yang harganya
ditetapkan oleh pemerintah, seperti bahan bakar minyak dan listrik.
Selanjutya, pada tahun 2010 sampai 2011 inflasi indonesia mengalami
kenaikan kembali mencapai angka 5 persen. Pada tahun 2012, angka inflasi
mencapai 4,30 persen (y on y). Inflasi tahun 2012 yang cukup terkendali ini
disebabkan beberapa faktor, seperti faktor musim, harga komoditas pangan
global yang mengalami penurunan, dan penundaan kenaikan tarif listrik dan
harga BBM bersubsidi serta pengaruh dari penerapan pembauran kebijakan
moneter dan makroprundensial. Selain itu koordinasi yang dilakukan
Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) yang sangat berpengaruh terutama pada upaya
peningkatan produksi, kelancaran distribusi, dan stabilitas harga pangan
strategis. Selanjutnya, pada tahun 2013 sampai 2015 terjadi inflasi sebesar
6,40 persen. Tingginya inflasi tersebut sedikitnya ada tiga faktor penyebab.
Pertama, kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya
nilai rupiah, kedua, adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak
diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya, dan faktor yang ketiga, adanya
Sumber: BPS, 2016
Gambar 4.2
Perubahan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2008 - 2015
C. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Pada tahun 2008 hingga tahun 2012 nilai tukar rupiah terhadap dollar
terbilang stabil dikarenakan tidak ada depresiasi atau pun apresiasi yang besar
terhadap dollar. Pada tahun 2013 sampai 2015 melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS. Pada tahun 2013 rupiah terdepresiasi menjadi 12.189
rupiah terhadap dolar AS. Sedangkan, pada tahun 2014 nilai tukar rupiah
terhadap dollar terus melemah menjadi 12.440 rupiah. Pada tahun 2015 nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi 13.795 rupiah. Melemahnya nilai
tukar ini ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang pertama
adalah adanya indikasi dari keluarnya investasi portofolio asing, alasan
investasi portofolio asing ini keluar dari indonesia adalah adanya rencana the
Fed (bank sentral AS) untuk mengurangi quantitative Easing (QE) untuk
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015