• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotik Mantra Melaut Nelayan Melayu Di Aras Kabu Deli Serdang Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Semiotik Mantra Melaut Nelayan Melayu Di Aras Kabu Deli Serdang Sumatera Utara"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

K<!iianlilJgui5liK, Fehmali 20 J/J, 57 - 73 Tai1Ufl

xc

10, No 1 COjJJIigbt@201/J, PmgldIll Studi Lin,f{llisfik SP-s U/j{ セ@ L.')SlV J6:9/J-·/66()

ANALISIS SEMIOTIK MANTRA MELAUT NELAYAN MELA YU DI ARAS KABU DELI SERDANG SUMATERA UTARA

Irwan

FIB Universitas Sumatera Utara

Ichwanuddin Nasution

FIB Universitas Sumatera Utara

Abstract

Through this thesis the author examines a spell at sea on the Malays in Araskabu, Deli Serdang regency, North Sumatra Province with semiotic interpretation. The theory is used to assess the social meanings by social semiotics of Halliday et aI., in another side to examine the lyrics spell at sea, I use Riffaterre's semiotic. Then, to analysis two side I use Peirce's semiotic theory. The research method used was a qualitative research method, relying on data obtained from key informants. The results obtained in this study can be stated as follows. Spell to work on the sea is one of the spells contained within the Malay culture in Aras Kabu Serdang. This spell is used by fishermen when going to sea, spoken and internalized in small port (tangkahan) place would go to sea. Socially and visual spells at sea by fishermen, led by one of them. Spell is believed will bring adequate marine catch the permission of Allah The structure consists of a sail basmalah, AI-Fatihah, prayers, spells contents, and syahadatain. This means that a spell at sea is a Malay culture expession, based on Islamic religion. In spells at sea there is also local wisdom in the form of appreciation of the value of tradition, maintaining the balance of nature, surrender to God, and others.

Keywords: Semiotics, Lyrics Spell, Malay Culture PENDAHULUAN

Masyarakat nelayan di Desa Aras Kabu memi]jki berbagai kearifan lokal dalam konteks bekerja mencari ikan di laut. Mereka memiliki sistem kosmologi tersendiri dalam memandang laut, daratan, alam semesta, dan manusia. Mereka tidak semena-mena dalam mengeksploitasi alam. Ini tercermin dalam konsep adat: "memakai yang memadai, mengambil yang sepadan, ingat keturunan, jangan habisi alamO? (wawancara dengan Tok Sokbi, 21 Oktober 2012): Salah satu yang rnenarik perhatian penulis adalah digunakan dan difungsikannya mantra dalanl rangka mencari ikan di laut. Tradisi ini lazim disebut dengan mantra melaut. Mantra memiJiki kedudukan penting dalarn konteks tradisi lisan masyarakat Melayu. Mantra melaut menarik untuk dipahami lebih jelas melalui suatu kajian yang lebih terfokus. Mantra melaut yang diperoleh pada penelitian sebelumnya, disusun atas larik-Iarik yang hanya terdiri dari satu bait. Jumlah larik yang terdapat pada mantra melaut beragam mulai

dan mantra yang hanya terdiri dari tiga lank sampai pada mantra yang terdiri dari sepuluh larik. Setiap mantra melaut dimulai dengan kata Bismillahirrahmanirohim dan masing-masing mantra memiliki fungsi sendiri-sendiri.

(2)

InmIl

Kabu? (c) Bagaimanakah hubzmgan intertekstua/ mantra me/aut suku Me/ayu Aras Kabu dengml teks.

Berangkat dari pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka penults menyadari bahwa peneiitian sebelumnya masih sangat terbuka untuk dikembangkan. Untuk itu, penulis tertarik untuk mengadakan peneiitian lanjutan terhadap mantra meJaut masyarakat suku MeIayu Aras Kabu dengan memfokuskan pada kajian semiotika. MeJakukan analisis semiotika terhadap mantra melaut akan dapat membantu untuk menangkap makna yang terkadung dalarn mantra terse but. Hal tni sejalan dengan pemikiran Zoest (1991) bahwa proses penafsiran dapat tetjadi karena tanda yang bersangkuan merujuk pada suatu kenyataan atau denotalum (Zoest, 1991 :3). Menurut Barker (2006:12), yang sangat penting dalam proses pemaknaan adalah bagaimana makna diproduksi dalam interaksi antara teks dan pembacanya sehingga momen konsumsi juga merupakan momen produkst yang penuh makna. Hal ini berarti bahwa suatupemaknaan akan menjdi lebih utuh apabila seorang pembaca mampu memahami konteks nyata yang terdapat pada sebuah teks.

TINJAUAN PUSTAKA

Mantra dan Nelayan dalam Konteks Budaya Melayu Aras Kahn

Mantra melaut pada suku Melayu di Aras Kahu adalah ekspresi dari kebudayaan Melayu secara umum. Mantra melaut ini merupakan bahagian yang integral dari kehtdupan nelayan yang menggantungkan mata pencahariannya pada tangkapan ikan di Iaut. Selain itu, mantra melaut ini adalah mencerminkan sistem kosmologi Melayu dalam memandang alam dan isisnya dalam konteks ajaran agama. Seterusnya aspek-aspek etnografis, seperti keberadaan Kesultanan Serdang, sistem kekerabatan, adat, dan budaya Melayu Serdang pada umumnya adalah meletarbelakangi eksistensi mantra melaut ini. Untuk itu perlu diuraikan hal-hal tersebut di atas, sebagai Jatar belakang kultural yang melahirkan mantra melaut.

Desa Aras Kahn

Aras Kabu adalah sebuah desa yang berada di bahagian pesisir timur Kabupaten Deli Serdang. Desa ini berada di Kecamatan Beringin. Nama desa ini berasal dari keadaan awalnya, yaitu tempat turnbuhnya pohon-pohon kabu (kapuk), yang biasa dibuat menjadi banta) dan katil (tilarn). Pohon kabu ini banyak tumbuh di desa tersebut sejak awalnya Maka oleh penduduknya desa ini diberi nama Aras Kabu. Di masa Kesultanan Serdang, Aras Kabu berada di dalam kekuasaan Kesultanan Serdang. Di zaman Belanda, ketika Belanda mernbangun reI kereta api dari Medan sampai ke Rantauprapat Labuhanbatu, maka di desa ini dibangun sebuah stasiun kereta api Aras Kabu. Di zaman pendudukan Jepang, di stasiun ini, Jepang mengebom gerbong kereta api. Saatitu ada sel1iman musik Melayu, Lily Suheiry. Ketika selepas kejadian itu, Lily Suheiry rnenciptakan ャセッオ@ yang betjudul Aras Kahu. Lagu ini populer sebagai lagu Melayu untuk rnemperkuat petjuanan bangsa Indonesia untuk merdeka dari penjajah Belanda dan Jepang. Sejak awal Indonesia merdeka, Desa Aras Kabu berada di kawasan Kahupaten Deli Serdang, yang beribukota di Lubuk Pakam. Masyarakat Desa Aras Kabu, berjumlah 3498 jiwa. Sebahagian besarnya 55 persen adalah suku Melayu, kemudian disusul suku Jawa 26 persen. Suku Batak (Mandailing, Karo, SimaIungun, dan Toba) sebanyak 15 persen. Suku-suku Jainnya adalah tゥッョァィッセ@ Bal1jar, dan lain-lain.

Adat Melayu Aras Kabu

Hal mendasar yang dijadikan identitas etnik Melayu adalah adat resarn, termasuk aplikasinya dalam mantra. Dalam bahasa Arab adat berarti kebiasaan, lernbaga, peratunm atau hukum. Sedangkan dalarn bahasa Melayu dapat dipadankan dengan kata resam. Resam adalah jenis tumbuhan pakis besar, tangkai daunnya biasanya digunakan untuk kalam, alat tulis untuk menu lis huruf-huruf Arab. Arti lain kata resarn adalah adat. Jadi dalarn bahasa Melayu yang sekarang ini, adat dan resam sudah digabung rnenjadi satn yaitu adat resam. Dalam konteks masyarakat nelayan, adat yang sebenar adat ini diaplikasikan ke dalam konsep mengambil yang sepadan, tinggalkan untuk anak cueu. Adat ikan adalah berenang, adat nelayan menangkap ikan.

(3)

K;yian l.inguistik Tahun

ゥN・Mjセ@

No J

I

Fehruari 2013

Memakai ウ・ー。ョエ。ウョケセュ・ョァ。ュ「ゥャ@ ウ・」オォオーョケセ@ memelihara semestinya. Adatlelaki menghidupi

ォ・ャオ。イァセ@ adat wanita sebagai ibu suri rumah tangga. Adat mrulUsia adalah sebagai mal9Iluk sosial, yang perlu bekerjasama dengan orang lain. , , "

(2) Adat yang diadatkan adalah adat'itu bekerja pada セオ。エオ@ landasan tertentu, menurut m.uafakat dati penduduk daerah エ・イウ・「オエセォ・ュオ、ゥ。ョ@ pelaksanaannya

diserahkan' olehrakyat

kepada yang dipercayakan kep3da mereka. .

(3) Adat yangteradat adalah kebiasaan-kebiasaan yang secara berangsur-angsur セ@ cepat menjadi adat. Sesuai dengan pepatah: sekali air bah, sekali tepian berpindah, sekali

zaman beredar', sekali adat berkisar.' , " .

(4) Adat istiadat adalalt kumpulan dari berbagai-bagai kebiasaan, yang lebih banyak diertikan tertuju kepada upacara khusus seperti adat: perkah-winan, Lー・ョッ「。エ。ャャLGャQャェセLL\ャ。ョ@

pemakaman raja. ' ,

Kosmoiogi Melayu di Aras Kabn

Salah satu' セー・ォ@ kosmologi Melayu adalah konsep tentang alamo Menurut pemahaman orang. Melayu di Mas Kabu, alam, semesta bercirikan peraturanyang bersifat 。ャ。ュゥ。ィセ@ セ・ュオ。@ makb1uk ' danbenda-benda dalam dunia'ini, tennasuk'manusia, berprilaku selaras 、セョァ。ョ@ :fungsinya berdasarkan'sifat masing-masing. Setiap warga etnik Melayu menunjukkan hal エ・イウ・セオ[エL、。ャ。ュ@

banyak ーイゥ「セ@ di antaranya adalah adat air membasahi, adat {IUirai berkicau, adat kambing mengembik, adat api panas, adat muda menanggung rindu, adat tua mengandung ragam,

dan

sejenisnya. Jika makhluk, benda, atau manusia menyalahi fungsi keberadaannya,. hal ini akan mengganggu hannonisasi kehidupan di dunia ini. '

Dalam konteks nelayan di Aras Kabu, dalam rangka menangkap 'ikan di taut, walaupun menggunakan boat bennesin sebahagiannya, namun mereka masih' tergantung kep3da alam seperti pasang dan surutnya air, siklus bulan, dan tanda-tanda alam yang ditentukan ZイオセL。ョN@

Orang Melayu lebih menyukai alat penangkap ikan yang bersifat menringgu ikan seperti jaring, lukah, dan pancing berdasarkan sifat alamiah ikan, dibandingkan dengan mengekSploitasi alam di lautan. Jika anak-anak ikan tertangkap, maka para nelayan ini akan membuang kemba,li ke laut. karena menurut konsep budaya Melayu, akan tiba saatnya

ikan

tersebut.akan besar untuk

セセセ@ " " ,

Orang Melayu juga percaya bahwa dalam alam semesta 'ciptaan Tuhan ini, セャ。ゥョ@ alam' nyata, ada pula ala:m gaib.Penghuni alam nyata biSa dilihat,' dipegang,

,dan

kaSai,

mata. s・「。ャゥォョケセ@ alam gaib dihuni o1eh makhluk gaib yang memiliki kekuasaan, supernatural (Suwardi, 1991 :36). Konsep tentang menyatunya manusia sebagai bahagian dari alam ini dijelaskan dengan terperinci oleh Haji Amiruddin sebagai berikut. '

Alam di dalam kepercayaan orang Melayu terdiri dari berbagai macam jenis, seperti aIam kandungan, aIamruh, aIarn nyata yaitu dunia kita ini. Selain itu ada pula aIam, gaib, aIam baizakb atau aIarn kohUT, dan aIam akhirat yang terdiri dari sorga dan neraka. Sorga dan neraka ini pun ada tingkatan-tingkatannya. Dunia yang kita tempati ini pun sebenamya terdiri dari berbagai macam jenis lagi, seperti bumi, bulan, planet, satelit, gugusan binuing dan galaksi, dan lain-Iainnya. Donia ini juga dihuni makhluk: gaib sepOerti mambailg, jembalang, jin (muslim dan kam), bantu, dan Iajn-lainnya. Mereka dapat melihat manusia:,; sebaliknya manusia seeara umum tidak dapat melihat mereka kecuali yang dapat mengasah indera keenamnya. Manusia adalah bahagian dari aIam, seperti yang dikemukakan oleh oyang-oyang orang Melayu. AIam adalah ciptaan Allah. Alam ini terdiri dari aIam besar, aIam keeil, dan alam diri. Alam besar dikeeilkan, aIam yang telah dikeeilkan, dihabisi, alam yang telah dihabisi dimasukkan ke dalam diri. ltulah jati dari orang mセi。ケオN@ Artinya d4i manusia Melayu adaIah bahagian dari aIarn yang luas, sarna-sarna makhkluk: ciptaan

TUhari

(4)

Irwazl

tumbuhan, jasad renik, dan lain-Iainnya. Oleh karena itu, seorang Melayu harus mendudukkan dirinya secara seimbang dalam sistem kosmologi ini.

Nelayan di Ants Kabn

Suku Melayu di Aras

Kahn

ini, dalam rangka menangkap ikan-ikan di laut menggunakan teknologi tradisional セ@ modem. Teknologi tradisional ada1ah alat diwarisi secara turun-temtirun. Sementara エ・ォョッャッセ@ modem Umumnya dipandang telah menggunakan teknologi teOOni dengan berbasis mesin, seperti penggunaan perahubennesin, dengan solar sebagai bahan bakar utamariya. Adapun alat;,.alat tradisional

-untuk

menangkap ikan, yang diwarisi oleh para nelayandi

DCSa

Aras Kahu iili adalah: jarring tancap, ambai, jarring apolo, langgei laying, sondong, lukah (bubu), tangkulkepiting, pancing,rawai, pukatjenrt, .dan lain-lainnya. Menurut penjelasan' para . informan '(narasumber) setiap' alat penagkap ikan di laut ini 、ゥァオョセ@

berdasarkan kepentingaillJ.ya.'" ' , ' ,

METODEPENELITIAN

Penelitian ini akan dikaji dari aspek semiotik. Riffaterre lebih Jauh menjelaskan bahwa untuk melakukrui pem8kriaan"secara

utuh

tertmdap' sebuatrpuisi, pembaca hartrs bisa ,menentukan, matrikS dan inOdel" yang, terdaPat' ditlam 'karya

ItO.'

SeJain ,ito, harns pula, dilihat dalam hubungannyadengan teks lainlintertekstuai(Riifaterre, 1978:6). Mela,Jui bukUllya Semiotics qf

POetry

(1978), Riifaterre mengungkapkan metode pemaknaan puisi secara semiotika dengan ttintas; Beidasarkan hal itu, penulis merasa tepat untuk menerapkannya. pada pemaknaan terhadap

mantra

melaut suku Melayu, Aras Kahu sebagai salah satu jenis puisi, yang akan, dilakukan pada' penelitian ini. Langkah-langkah pemaknaan terhadap sebuah puisi yang dikemukakan oIeh Riifaterre sangat memberikan

ruang

untuk dapat mengungkap makna yang terdapat dalrurimaritra melaut suku Melayu Aras Kabu sem total.

Analisis, Semiotika Mantra Melant

AnaIisis yang dikerjakan mencakup (a) analisis semiotika pelaksanaan ritual mantra meJaut, dan (b) kemudian secara 1inguistik kebudayaan diana1isis pu1a secara khusus 1irik mantra meIaut yang diucapkan oleh para nelayan, yang dipimpin oleh,seorang nelayan ketua, tetapi tidak mau disebut dengan bomoh. Seperti sudahrlisebutkan sebelumnya untuk mengkaji man!rn melaut dalam kebudayaan Melayu Aras Kahu digunakan teori semiotik sosialnya Halliday yang, disebut juga dengan Linguistik Sistemik Fungsional (LSF). Selanjutnya untuk mengenalisis lirik mantra melant yang diguanakan'

para

nelayan "Melayu Aras Kalni dalam kegiatan sosioekonominya, penulis menggunakan teori semiotika yang ditawarkan oleh Michael Riifaterre. Teori semiotika yang dikemukakannya ini sering juga disebut dengan teori semiotika puisi. Sesuai dengan araban Riifaterre, maka penulis akan neJaksanakan: pertama, pembacaan heuristik, yaitu pembacaan tingkat pertama yait me, mahami makna mantra melaut secara linguistic. Kemudian kedua, perlulis melakukan pembacaan hcmneneutik, yaitu menginterpretasi makna mantra melaut secara utuhdan integraL Dengau cara keIja analisis seperti itu, maka akan didapatkan hasil penelitiasn ini dalam dna lingkup semiotikaUntuk mempertajam analisis semiotik sosial dan Jirik kajjan ini juga dilengkapi dengan analisis semiotikanya Peirce, yang memperhatikan tiga unsurdalam semiotika yaitu: representamen (R),obejk (0), dan interpretan (I). Dengan mensintesiskan ketiga pendekatan semitbik ini diharapkan akan menghasilkan makna-makna di balik aktivitas verbal dan visual sekal gus.

Analisis Melalui Semiotika Sosial Pelaksanaan Ritual Mantra Melant

Permainan mantra melaut dianalisis mengikuti analisis semiotika sosial atau multimodal Halliday, Kress, dan van Leeuwen (1996), Kress (2000) dan model Royce (2007). Dapat dijelaskan cJalam model tersebut terdapat tingkat ekstravisual dan visual ritual mantra melaut. Di sisi ャ。ュセ@ tingkat ekstravisuaI ritual mantra melaut terdiri dari konteks budaya dan konteks situasi mantra melaut. Pada tingkat visual ritual mantra melaut dipdapati makna semantik visual, sistem desain (gramatika) visual, dan simbologi representasi mantra melaut

(5)

BASIL DAN pembabasaエセ@

Konteks Budaya Mantra Melaut

K<.lji1Jl Linglll:,-tik, Taill111 kc-lo, No 1 Fcbmari 2013

Secara konteks budaya, struktur ekstravisual imaji mantra melaut terdiri atas tiga (3) struktur generik yaitu: (1) struktur persiapan, (2) struktur pembacaan mantra, dan (3) struktur setelah pembacaan mantra dan siap-siap pergi melaut. Deskripsinya adalah sebagai berikut.

Struktur sebelum pembacaan mantra

Adapun struktur imaji sebeJum acara pembacaan mantra melaut dimulai" pemimpin upacara dan dua neJayan lain mempersiapkan semua kebutuhan yang diperlukan selarna melaut di Jautan lepas (Selat Melaka), yaitu: makanan seperti beras, garam, gula, kopi, teh, air tawar, dan laio-lainnya. lui adalah bahagiau dari persiapau untuk memenuhi kebutuhan pokok makan dan minum seJama melaut nantinya. bahan-bahan keperluan ini dibeJi di kedai di Desa Aras Kahu ada juga yang dibeli di Desa Pantai Labu sebagai tempat tangkahan pergi dan pulang melaut. a. Struktur ritual mantra melaut

Imaji-irnaji di atas menunjukkan bahwa ritual mantra melaut yang terdapat di dalam kebudayaan nelayan suku MeJayu di Aras Kabu merupakan kearifan lokal yang dioleh dari konsep adat berseandikan syarak, dan syarakak bersendikan kitabullah. Artinya teIjadi harmonisasi secara akulturasi antara kebudayaan Melayu dan agama Islam.

Struktur enerik rntual mantra melaut

Duduk di atas sampan

Menghadap ke arah Jautan (seJat Melaka)

[image:5.573.69.473.311.692.2]

Membaca mantra melaut secara perlahan-Iahan dipimpin oleh nelayan pemimpin

Figura 5.1:

(6)

lIn-an

c. Struktur setelab pembacaan mantra

Setelah dilakukannya pembacaan mantra, maka tahapan berikutnya adalah kegiatan setelah upacara. Menurut pengamatan penulis di Japangan, setelah dilakukan pembacaan mantra, ketiga orang nelayan tersebut istirahat, sambil memandang ke laut lepas. Mereka tampak seperti memiliki kekuatan rohani dan jasmani untuk siap-siap menujn ke Iautan lepas.

Kooteks Situasi Mantra Melaut

Di dalam konteks situasi mantar melaut, imaji visual mengungkapkan entitas dan aktivitas pelibat. lmaji entitas mengklasifikasikan bagian-bagiannya dan imaji aktivitas mengungkapkan setiap gerak dan aktivitas secara berurutan dan bertautan. Berdasarkan konteks situasinya, struktur visual mantra melaut ini terdiri atas 3 (tiga) struktur, yang kemudian dapat diuraikan sebagai berikut.

(a) Medan

Medan berhubungan dengan ak"tivitas yang sedang bedangsung, di mana setiap rangkaian aktivitas dipengaruhi oleh masyarakat, benda, proses, tempat, dan kualitas (Sinar, 2008: 56). Berkaitan dengan data konteks situasi, maka medan pada penelitian ini adalah ritual mantra melaut yang dimiliki oleh masyarakat suku Melayu di Aras Kahu. Ada dua referensi (referents

menu rut Martin dan Rose, 2003:324) yang bisa diungkapkan sebagai medan imaji visual yaitu (a) doa kepada Tuhan agar diberi perlindungan selama melaut, (b) bentuk menjaga hubungal1 antara alam yaitu alam manusia dan alam gaib yang menguasai lautan.

Referensi menggambarkan imaji benda, proses, tempat, dan kualitas ritual mantra melaut yang dikaitkan dengan sistem religi dalam mengawali sebuah ritual dalam tradisi Melayu di Aras Kabu. Mantra melaut yang diucapkan para nelayan ini dimulai dengan mengusir setan

A 'uzubillahhiminasyaitonnirrojim dan menyebut nanla Allah SWT

"Bismillahhirrohmanirrahim. Kemudian membaca Surat AI-Fatihah sebagai ummul Qur'an, dan

kernudian berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib agar diijinkan melaut dan saling menjaga keseimbangan alam.

(b) Pelibat

Sinar (2008:57) menyebutkan bahwa pelibat rnengkarakterisasikan fungsi konteks situasi dan berhubungan dengan siapa yang berperan, status dan peranan mereka, se)uruh jenis ucapan yang mereka lakukan daJam dialog, dan ikatan hubungan sosial di mana mereka terlibat. Pelibat ritual mantra me)aut di dalam keblldayaan masyarakat Melayu di Aras Kabu ini terdiri dari:

I. Pemirnpin nelayan dan sekaJigus memimpin pembacaan mantra 2. Nelayan]

3. Nelauan 2

(bisa ditarnbah dengan nelayan-nelayan lain sesuai dengan kehendak bersama., mall berapa

nelayan dalam satn sampan yang akan melaut) (c) Saraoa

Kemudian bahagian penting dalam konteks situasi selanjutnya adalah sarana. Sarana menurut Sinar (2008:61) berkaitan erat dengan kegiatan menyalurkan kornllnikasi yang dilakukan dengan bentuk informasi. Berkaitan dengan data visual, saran a pada ritual mantra rnelaut nelayan Aras Kabn jni terdiri dari dua bagian, yaitu lisan dan visual. Sarana lisan yang terdapat pada ritual mantra mel aut berupa mantra, sedangkan sarana visualnya berupa seluruh aspek visual yang terdapat pada ritual mantra melallt tersebut.

Semantik dan Gramatika Visual

Semantik dan gramatika visuaJ mengandllngi sistem makna dan sistem desain visual dari pelibat ritual mantra meJaut ini.

(a) Pemimpin nelayan

Pemirnpin nelayan adalah orang yang bertundak sebagai pemimpin nelayan baik sebelum melaut, ketika melaut. dan selepas melaut. Pemimpin nelavan ini adalah orana vana J'uaa . - O J 0 e

(7)

<'l!i,U] LilJ/JlljSlik, TabuIl kc-lo, 1\;'0 1 rchmari 2013

memimpin ritual mantra melaut. Pemimpin ini biasanya mengueapkan mantra-mantra melaut yang diamini oleh beberapa orang nelayan Iainnya. Pemimpin nelayan ini dipandang sebagai orang yang mampu membawa keselamatan ritual dan jalannya penangkapan ikan di laut dengan meminta ridha Allah SWT. Pemimpin nelayan ini menerima mantra ritual dalam tradisi lisan yang diwariskan juga secara kelisanan.

(b) Nelayan 1

Nelayan ini adalah anggota dari pemimpin nelayan yang tugasnya adalah bekeJja bersama nelayan-nelayan lain dalam satu sampan. 1a dalam konteks ritual mantra melaut adalab mengikuti upaeara tersebut dan selalu mengikuti mantra yang diucapkan oleh pemimpin nelayan. Nelayan ini nantinya di laut akan menangkap ikan secara bersama-sama dengan pemimpin nelayan dan para nelayan lain.

(e) Nelayan 2

Sarna dengan nelayan 1 maka nelayan 2 ini tugasnya adalah untuk beketja bersama-sama nelayan lain dan pemimpin nelayan dalam meneari ikan di laut. la juga mengikuti upaeara mantra melaut yang dipimpin oleh pemimpin nelayan. Dalam konteks ritual ini nelayan 2 mengikuti mantra yang diucapkan pemimpin nelayan dan mengamini mantra tersebut yang juga berfungsi sebagau doa. Nelayan ini nantinya akan menangkap ikan di laut dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan yang telah disediakan sebelum melaut.

Analisis Melalui Semiotika Riffaterre Pembacaan Heuristik

Untuk dapat memberi makna secara semiotika, pertama kali dapat dilakukan dengan heuristik dan kemudian bergerak ke pembacaan hermeneutik atau retoaktif (Riffaterre, 1978:5-6). Konsep ini akan diterapkan sebagai langkah awal dalam usaha untuk makna

yang terkandung dalam mantra melaut suku Melayu Aras Kabu.

Dari hasil lapangan dengan contoh lima mantra melaut dari informan kunei yang berbeda didapati persamaan-persamaan struktural secara umum. Kelima contoh mantra melaut dalam kebudayaan Melayu Aras Kabuitu berasal dari para informan sebagai berikut: (a) mantra me]aut (1) disajikan oleh Haji Amiruddin; (b) mantra melaut (II) oleh Tok Sokbi; (c) mantra melaut (ill) oleh Basyaruddin; (d) mantra melaut (IV) oleh Alang Dulmail; dan (e) mantra melaut (V) oleh Bu}ung.

Adapun selengkapnya

Jirik

atau teks mantra yang penulis dapatkan di lapangan, yaitu yang diueapkan oleh kelima informan kunei tersebut adalah seperti berikut ini. Mantra ini dikumpulkan di lapangan dari bulan Agustus sampai Desember 2012. Karena seeara umum, mantra melaut yang disajikan memiliki kesamaan yang hesar, maka analisis 1irik mantra akan difokuskan kepada satu mantra saja, mantra melaut (I) yang disajikan o)eh Haji Amiruddin pada tangga) 12 Oktober 2012, di daerah tangkahan di Desa Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.

Mantra Melaut Oleh: Haji Amiruddin

Auzubillahiminas .syaithonirrajim Bismillahi rahmanirrahim

Allahumma shali ala saidina Muhammad Wa ala ali syaidina A1uhammad

Alfatihah

Alhamdulillahi rabbi! alamin Arrahmanirrahim

Maliki yaumiddin

(8)

fiTvall

Allahumma shah ala Saidina l .. luhamlnad

Wa ala ali Said ina Muhammad

Allahumma shali ala Saidina 1vfuhammad Wa ala ali Saidina Muhammad

HaL. kuala tempa! berdiri bagai diarah bagai dUring Khaidir datanglah lee mari

lkan pun masuklah lee jaring

Hai ... jembalang laut

Kami datang mencarilah ilcan Tidak menggangu lempatnya luan Harap kila terus berkawan

Mambang Hitam, Mambang KIlning, Mambang Hijau. ljinkan kami menangkap hast/laut

Pada sunnah Allah kami pun ikul l\fenjaga semua yang lelah dianul

Semua itu berkat Laa ilaha ilallah i\fuhammadarrasulullah

Secara struktural mantra melaut tersebut di atas terdiri dari kata-kata yang berasal dan AI-Qur'an dan juga shalawat (pujian) kepada Nabi Muhammad SAW yaitu dalam bahasa Arab. Diteruskan dengan kata-kata yang berasal dari bahasa Melayu. Adapun struktur lirik mantra melaut ini dapat digambarkan seperti pada bagan beru.'Ut ini.

Basmallah AI-Fatihah Shalawat lsi Mantra Syahadatain

.Mantra Melaut

Kebudayaan Melayu

BaganS.l:

(9)

K;!liall lゥiセAjャQゥウャゥォN@ TalllIIl kc-10, No 1 Februali 2<H3

Secara heuristik, kata-kata yang digunakan di dalam mantra meJaut ini memiliki arti-artinya secara harfiah, yang dapat diketahui o]eh para nelayan walau disampaikan secara lisan. Arti kata-kata yang terkandung di dalam mantra ini di antaranya adalah sebagai berikut

(1) Auzubillah artinya adalah aku berlindllng, (2) Syaithanirrajim artinya setan yang terkutuk, (3) Bismillah artinya dengan nama Allah, (4) Rahman artinya yang Pengasih, (5) Rahim artinya yang Penyayang,

(6) AJlahumma shali artinya semoga Tuhan memberi keselamatan,

(7) Kuala artinya adalah tempat di tepi pantai sebagai pertemuan sungai dan laut, (8) Jembalang adalab makhluk gaib dalam sistem kosmologi Melayu,

(9) Mambang adalah makhJuk gaib yang hidup di laut,

(10) Sunnah adalah serapan darai bahasa Arab yang artinya adalah hukum Tuhan,

Kata-kata penting ini kemudian dibentuk dalam larik-Iarik atau baris yang kemlldian memiliki makna secara kontekstual, dan menjadi integral dalam konteks keblldayaan Melayu secara umum.

Pembacaan Hermeneutik

Secara hermeneutik, maka mantra melaut tersebut sebenamya adalah ekspresi ]angsung dari sistem kosmologi Melayu, yang mendudukkan posisi nelayan sebagai makhluk ciptaan Allah ya.,g percaya dengan adanya aJam gaib penunggu Jaut, yang perlu dijaga hubungannya. Sehingga dengan demikian nelayan MelaYll menghormati makhluk gaib ini dan mengambjl hasil laut tidak sembarangan dan tidak mengeksploitasinya secara berlebihan.

Adapun makna hermeneutik dari mantra meiallt yang diucapkan oleh para nelayan Melayu Serdang di Aras Kabu adalah sebagai berikut.

(1) Auzubillahiminas syaithonirrajim, maknanya adalah aku berlindung kepada Allah dari

godaan setan yang terkuiuk. Kalimat ini adalah kalimat yang umum di dalam peradaban Islam yang mengekspresikan bahwa manusia (muslim) daJam melakukan doa pada bahagian awal adalah sebagai manusia yang selalu berlindung kepada Allah agar dijauhi oleh godaan setan yang telah dilaknat Allah sejak diciptakan Nabi Adam oleh Al1ah. Setan adalah makhluk Allah juga yang ketika diperintah oleh Allah untuk sujud kepada Nabi Adam tidak mau.

(2) Bismillahi rahmanirrahim, bans ini memiliki makna Dengan Nama Allah Yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang. Ayat ini adalah ayat penerus Auzubillahiminas

syaithonin-ajim. Dalam doa-doa umat Islam kedua ayat ini selalu menjadi satu kesatuan

di bahagian awalnya. Kata MahaPengasih dan Maha Penyayang adalah bahagian dari asma'uJ husna (nama-nama dan sifat Allah). Bahwa sebagai Tuhan pencipta aJam semesta, Allah itu memiliki sifat pengasih dan penyayang. Bahkan seorang hamba yang telah banyak melakukan dosa sekali pun jika 1a bertobat dengan sesungguh-sungguhnya tobat (tallbatan nasuha), maka Allah akan mengampuninya.

(3) Allahumma shali ala saidina Afuhammad, artinya adalah semoga keselamatan bagi

(10)

kwan (4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Wa ala ali syaidina Muhammad, artinya kesaelamatan juga untuk Nebi Muhammad dan

keturunannya. Ayat ini juga masih sebagai rangkaian ayat sebelumnya yaitu Setiap muslim biasanya dianjurkan untuk membacakan shalawat kepada Nabi dan keturunannya. Artinya adalah bahwa Nabi sebagai Rasul UIuI Azmi (pilihan), semoga diberi keselamatan oleh Allah beserta keturunannya. Di sini penting untuk melihat did seseorang itu keturnnan siapa dalam konteks yang lebih luas.

Alfatihah, adalah salah satu surat dalam Al-Qur'an yang disbut juga sebagai ummul

Qur'an, atau induk AI-Qur'an. AI-Fatihah ioi selalu dibacakan dalam setiap rakaat shalat, dan semua aktivitas keagamaan.

セ@

-:

ヲL[ャtセ@

-.JJ

セt@

A/hamdulillahi rabbil alarnin, ( @ '-' _2 セ@ セ@ - - ) maknanya adalah

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alamo Ayat ini menjelaskan tentang Al1ah dan hubungannya dengan ciptaan-Nya yaitu alam semesta. Bahwa hanya Allah lah yang menciptakan alam semesta ini. Alam semesta terdiri daTi berbagai isinya seperti: sateHt, planet, bulan, bintang, rasi, galaksi, dan lainnya dalam alam makrokosmos, juga alam dunia, yang terdiri dari berbagai jenis flora, fauna, mikroba, amuba, protozoa, virus, dan lain-lainnya dalam alam mikrokosmos. Bagaimanapun semua alam dan isinya ini adalah makhluk Tuhan. Oleh karena itu seluruhnya wajib sujud dan tunduk kepada Tuhan yang menciptakannya. Ayat ini juga memiliki makna religi bahwa scmua makhluk hendaknya mengucapkan puji-pujian senantiasa kepada Allah.

Arrahmanirrahim

セセェQtセェQtL@

Maha Pengasih Jagi Maha Penyayang.

Sarna seperti pada baris kedua bahwa Allah itu adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Allah itu kasih dan sayangnya tidak terbatas. Bahkan lebih jauh Al1ah itu adalah Maha Pengampun dan Maha Penolong. Sebagai pencipta alam ia mengetahui segalanya tentang ciptannya jtu, termasuk eksistensi ciptaan, keperluao 」ゥーエ。。セ@ apa yang akan terjadi pada 」ゥーエ。。セ@ dan hal-hal sejenis.

セi@

l·ki :-'I'd.

・オZセヲェセ_ャャG[@

.

d· h · b I A . .

lYJ.a I yaumlUj In - - , yang menguasru 1 an pem a asan. yat lOJ

menggambarkan bahwa dalam agama Islam 、ゥセ。イォ。ョ@ tentang adanya hari pembalasan atau alam akhirat. Setelah manusia menioggalkan dunia ini, maka ia akan mebnuju alam akbirat yang di dalamnya manusia akan kekal. Alam akhirat ini terdiri daTi surga dan neraka Surga tempat orang yang memiliki amal yang baik sedangkan neraka adalah tempat orang yang memiliki amal jahat semasa hidupnya di dunia. Allah lab yang menguasai hari pembaJasan atau kedudukan di alam akhirat ini. Makna agama dalam hal ini adalah bahwa hanya Allah lah yang menentukan seseorang itu masuk ke neraka atau ke surga, atau sementara di neraka, selepas itu dimasukkan ke surga. lni adalah hak mutlak Allah.

セG@ セ@

::!:I

-:

:11

;;';1-

!; !; '" -: :11

;;';1

セMA@ • • • .. v.,.).!J W セ@ .!J W

Jyakanakbudu waiyakanastain 0::= V':'O- ••

セjN@

NNセL@

maknanya adalah

hanyaEngkaulah yang kami sembab, dan hanya Engkaulah kami meminta pertolongan. Ayat ini mengandung makna bahwa setiap muslim adalah orang yang secara bersungguh-sungguh hanya menyembah satu Tuban yaitu Allah. Seorallg muslim tentu saja tidak akan menyembah yang lainnya, seperti dewa, harta, takhta, dan keduniawian lainnya. Selain itu, setiap muslim juga hanya meminta pertolongan kepada Allah, bukan kepada yang laionya. Dalam konteks nelayan di Aras Kabu, maka mereka menyembah kepada Allah dan meminta pertolongan kepada Allah, tetapi tetap menjaga hubungan dengan makhluk gaib penunggu Jaut, yang juga ada/ah makhluk Allah. Adalah diharamkan untuk menyembah makbluk-makhluk gaib ini. Apalagi manusia derajatnya lebih tinggi dari makhluk-makhluk tersebut.

(11)

l0!liaIl LiI{!,ruiS{ik, T;lfmfl ke-if}. No 1 Februari 2013

'ill)

-4 .

セ@

:.

セャt@ Q|セt@

ャェセヲ@

(l0) Ihdinassirathal mustaqim

セ@

r --

,

maknanya adalah tunjukkan kami jalan yang lurus. Bahwa setiap umat Islam, selalu memohon kepada Allah agar selalu ditunjukkan dan diarahkan ke jalan yang lurus. Maksud dari jalan yang lurus di sini adalahjalan yang benar yang mesti dilalui seorang manusia, agar selamat di dunia dan akhirat. lalan yang ]urus adalah jalan yang wajib ditempuh manusia sesuai dengan arahan-arahan yang telah digariskan oleh Allah kepada manusia. lalan lurns atau jaian agama ini akan menjadikan manusia sebagai makhluk yang dapat menerangi alam

semesta, dan menjadi rahmat kepada seluruh alam.

(11) Sirathalazina anamla alaihim ghoiril makdubi alaihim waladhalin

セ@

-: 11>: (I'

セエM セ、ェN[N@

9 "-

"J"'I

:- "...,".

T.;. -"

-";1 - ".

セBGiG@

セセwRj@ セェイゥMMケセT@ イMイゥMMセ@ エイN_セ@ Njッャセ@

maknanya adalah (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan Galan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang

sesatAliahumma shali ala Saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan

untuk Nabi Muhammad. Ayat ini adalah ulangan dari larik ketiga. Ayat ini juga adalah bahagian dari shalawat kepada Nabi Muhammad yang diharapkan syafaatnya kelak di hari akhirat.

(12) Wa ala ali Saidina Muhammad, artinya adalah semoga keselamatan bagi Nabi

Muhammad dan keturnnannya, yang merupakan ulangan dari larik keempat dalam mantra melaut ini.

(13) Allahumma shaH ala Saidina Muhammad, ayat ini adaJah u]angan larik ketiga dan

kedua belas, yangjuga adalah shalawat kepada Nabi Muhammad,

(14) Wa ala ali Saidina Muhammad, ayat ini adalah ulangan larik keempat dan ketiga belas, yang juga adalah ayat dari shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

(15) HaL_ kuala tempaJ berdiri, ayat atau baris ini adalah sampiran mantra yang

mengambil unsur pantun. Baris iui adalah meuegaskan bahwa para nelayan yang akan melaut selalu bermula di kawasan muara (pertemuan sungai dan laut).

(16) Bagai diarah bagai dUring, ayat ini adalah sampiran yang juga indeks dari baris 16,

yaitu kuala tempat nelayan berdiri tersebut adalah kuala tempat mereke seterusnya diiring ke lautan lepas mencari nafkah di lautan_ (dalam hal ini adalah lautan Selat MeJaka). Dari kuala inilah mereka seJanjutoya diarahkan dan dibimbing.

(17) Khaidir datanglah ke mario Ayat ini secara Jangsung adaJah mengharap Nabi Allah

yaitu Khaidir Alaihissalam untuk hadir bersama nelayan tersebut dan melindungi para nelayan dalam mencari ikan di Jaut. Sebagaimana diketahui bahwa umat Islam meyakini Nabi Khaidiri ini masih hidup sampai sekarang dan se]aJu juga menjaga para umat Islam dalam mencari kehidupannya di laut Bagi masyarakat nelayan di Aras Kahu, mereka mempercayai bahwa Nabi Khaidir adalah Nabi Allah yang selalu menoiong manusia di tengahlautan ketika mencari nafkah karena Allah. Nabi Khaidir juga dipercayai kawin dengan salah satu putri di alam gaib di lautan_ Nabi Khaidir juga Nabi yang memiliki ilmu pengetahuan termasuk kelautan yang relatif luas, karena diperoleh langsung dan Allah SWT.

(18) Ikan pun mas ukIah ke jaring_ Ayat ini berupa pengharapan bahwa para ne]ayan dengan

pertolongan Allah melalui Nabi Khaidir agar memberikall ikan-ikan uutuk mas uk ke dalam perJatan penangkapan ikan nelayan yaitu berupa jaring. Atau lebih jauh lagi ke alat-alat penangkap ikan lainnya yang diindekskan dengan jaring, seperti langgei, pukat, jerut, dan Jainnya.

(19) Hai .. _ jembalang laut, ayat ini merujuk kepada alam gaib di lautan, yang dihuni oleh

(12)

Melayu, jembalang hidup di kuala-kuala, hulu, dan hilir sungai, hilir, dan juga lautan lepas.

(20) Kami datang mencarilah ikan, ayat ini merujuk kepada ak.'1ivitas nelayan yang sedang

mencari ikan. Ikan terse but adalah bahagian dari penghasilan ekonomi sang nelayan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mencari ikan adalah kerjaan utama nelayan, dengan izin Allah SWT. Mereka bersyukur diciptakan Tuhan sebagai seorang ne]ayan, yang tentu saja tetap harns mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah.

(21) Tidak menggangu tempatnya Juan. Ayat ini adalah bermalma bahwa sang nelayan tidak

akan mengganggu apa yang menjadi hak dad makhJuk gaib jembaJang tadi. Setiap makhluk memiliki hak dan kewajibannya sendiri. Oleh karena itu, maka antara manusia dan jembalang haruslah menjaga hubungan kosmologis yang telah digariskan Allah.

(22) Harap kita terus berkawan. Ayat ini memiliki makna bahwa antara nelayan (manusia)

dengan makhluk gaib jembalang jangan saling memusuhi dan menyakiti. Nelayan sebagai manusia dengan derajat yang Jebih ditinggikan ingin selalu berkawan dengan jembalang makhluk gaib tersebut. Arti berkawan. di sini adalah tidak saling memusuhi tetapi berkawan sesuai dengan hakikatnya sesama makhluk Allah di muka burni ini. Atau lebih jauh berkawan dalam hal ini adalah menjaga komunikasi yang telah digariskan Allah.

(23) Mambang Hitam, Afambang Kuning, i\1ambang Hijau. Ayat ini menyebutkan bahwa

makhluk gaiblainnya di laut, selain jembaIang, adalah mambang. Lebih diperinci lagi bahwa di dalam lautan tersebut ada Mambang Hitam, Mambang Kuning, dan Mambang Hijau. Jenis-jenis mambang ini adalah menurut sistem kosmologi Melayu. Mereka memiliki fungsinya masing-masing di tengah lautan. Menumt infonnasi yang diberikan oleh informan Tok Sokbi (wawancara 13 April 2012) bahwa mambang-mambang laut ini biasanya hidup di tali air. yaitu tempat pertemuan antara air lautan besar dengan air yang ada di seputar pesisir pantai, yang dapat dibedakan menumt warnanya, di lautan dalam lebih biru, di pesisir lebih putih.

(24) ljinkan kami menangkap hasil laut. Ayat ini mengemukakan bahwa sang nelayan

meminta ijin kepada para mambang di laut untuk menangkap hasil laut, terutama ikan. Dalam menangkap hasil laut ini, para nelayan periu meminta ijin sebagai tanda penghormatan kepada makhluk gaib yang ada di laut. Selain itu juga untuk menjaga keseimbangan ekologis yang telah digariskan Tuhan. Dengan meminta ijin seperti terdapat dalam mantra ini, maka diharapkan para makh]uk gaib di ]ant menghormati para neJayan, dan merasa saling menghonnati eksistensi masing-masing.

(25) Pada sunnah Allah kami pun ikut. Larik ini memiliki makna sosiobudaya bahwa Allah

sebagai Tuha Yang Maha Kuasa telah menciptakan alam beserta isinya, tennasuk laut. Oi laut terdapat berbagai kehidupan, baik hewan maupun tumbuhan juga. MisaInya ada ikan dengan berbagai spesiesnya, senangin, bawal, kerapu, udang, kerang, dan lain-lain. Begitu juga di lautan ada juga tumbuhan seperti lumut, rumput laut, jaring haIus, dan lainnya. Semua ini ada mengikuti hukum yang telah Al1ah gariskan.

(26) Alenjaga semua yang lelah dianut. Ne1ayan sebagai manusia dan makhluk Allah ingin

senantiasa menjaga semua yang telah diperintahkan Tuhan baik kepada manusia atau jembalang dan mambang. Untuk itu jangan saling mengintervensi dan merusak alam masing-masing. Perlu dijaga semua yang telah diperintahkan Allah. ltulah maksud larik

m1.

(27) Semua itu berkal Laa ilaha ilallah, Muhammadarrasulullah Ayat ini adalah sebagai

ekspresi bahwa semua yang dilakukan oleh para nelayan yang mellcari kehidupan ekonominya di laut sekali lagi adalah karena Allah tiada Tuhan selain Oia, dan juga karena Muhammad itu Rasul (Pesuruh) Allah. Larik ini dalam sistem teologi Islam laziID disebut syahadatain atau juga kalimah syahadat, yaitu pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.

(13)

Kc?iian LiIl,guislik,. nlflllIl ke-10. No ! Fcbruari 2013

(28) Aaa ,.. Ini adalah partikel untuk mengekspresikan mantra me]aut tersebut menyatu

dengan keinginan yang akan dilakukan oleh nelayan.

Abstraksi Matriks dan Model

Dari pembacaan heuristik dan hermeneutik terse but, maka dalam konsep etnosains Melayu di Aras Kabu, Kesultanan Serdang" Kabupaten Deli Serdang, maka secara abstrak terdapat matriks dan model mantra melaut ini. lni diperoleh setelah mendalami lirik mantra mel aut dan dikaitkan dalam konteks kebudayaan Melayu Serdang. Adapun matriks dan model ini tidak terlepas dari wujud dan isi kebudayaan Melayu Serdang. Menurut tafsiran penulis matriks dan model mantra melaut ini menjadi bahagian yang integral dari budaya Melayu. Mantra me1aut terekspresi dalam bentuk ritual dan penggunaan bahasa mantra. Di dalamnya terkadung sistem kosmologi, terutama habitan lautan, dalam hal ini Selat Melaka. Manusia Melayu adalah bahagian dari alam besar dan alam kecil. Alam ini terdiri dari alam nyata (kasat mata) dan alam gaib, yang sesuai juga dengan ajaran Islam bahwa alam itu dihuni juga oleh jin dan lainnya. Bahwa jin itu juga ada yang tundlik dan beriman kepada

Allah ada juga yang mungkar kepada Allah. Sementara syaitan (setan) adalah jin yang ingkar kepada Allah, yang tugasnya sampai hari kiamat adalah menggoda manusia untuk berbuat dosa, dan ingkar kepada Tuhan. Dalam kosmo]ogi Melayu ini, mereka memiliki sebutan khusus untuk makhluk gaib penunggu laut, seperti jembalang, mambang hitam, mambang kuning, mambang hijau, dan lain-Iainnya. Sementara itu mereka juga meyakini bahwa lautan juga dijaga oleh Nabi Allah yaitu Nabi Khaidir AlaihissaJam. Para nelayan juga dalam mantranya selalu menggunakan nama Nabi Khaidir ini untuk menjaga mereka. Dalam persepsi budaya Melayu, dalam melaut juga tidak boleh mengeksploitasi alam secara semena-mena. Mereka akan mengambilnya sesuai dengan kebutuhan saja, tidak mengambil sebanyak-banyakoya dengan tidak memikirkan kesinambungan biota Iaut. Para nelayan juga sadar bahwa kekayaan yang diperoleh bukan hanya dengan menangkap ikan yang sebanyak-banyaknya tetapi perlu diimbangi dengan nilai-nilai keimanan dan ketuhanan, untuk mencapai tujuan hidup dunia dan akhirta.

(14)

Irwan

jin, manibang, jembalang, dll.

Allah

Mantra

Melaut

Unsur Pantun

AdatSebenarAdat Adatyang Adatyang

Teradat Diadatkan

Adat Bersndi syarak, syarak Bersendi Kitabullah

Kebudayaan Melayu

Bagan 5.2:

Matriks dan Model Mantra Melaut

Penafsiran Intertekstual

Adat Sitiadat

Seperti anjuran Riffaterre, dalam analisis semiotika penting pula dilihat dalam konteks intertekstual. Bahwa mantra melaut ini sebagai hasil kebudayaan Me1ayu berkait juga dengan berbagai tekstual yang hidup di dalam kebudayaan Melayu. Menurut penulis mantra ini memiliki dimensi keagamaan, yang diambil dan ayat Qur'an khususnya surah AI-Fatihah, sebagai induk Qur'an. Surah ini selalu dibacakan daJam berbagai ntual keagamaan Islam, tennasukjuga di dalam mantra melaut ini.

Selain itu, intertekstual lainnya yang berkaitan dengan mantra melaut ini adalah penggunaan shalawat kepada Nabi Muhammad SA W. dan keturunannya. Dalam tradisi agama Islam, pembacaan shalawat ini adalah sebagai pengharapan akan syafaat Nahi Muhammad di hari akhirat kelak kepada yang membacanya. Seterusnya syafaat ini juga bukti cintanya setiap muslim kepada Rasulul1ah yang selalu menjaga komunikasi kepadanya.Intertekstual lainnya adalah di dalam mantra melaut suku Metayu Aras Kabu ini terkandung unsur-unsur pantun (puisi Melayu Lama), yang umumnya terdin dan satu bait empat baris (kuatrin), mellggunakan persajakan-persajakan atau nma di akhir setiap bans atau lank. Kemudian selain itu itu penggunaan kata dan sull! kata sebagaimana pantllll, tetapi tetap kuat mengekspresikan mantra.

Selain itu di dalam mantra mel aut suku Melayu Aras Kabu ini terdapat hubungan yang erat dengan mantra-mantra lainnya seperti mantra upacara jamuan laut, mantra tolak bala, mantra pengasih, mantra merawat tulang patah, mantra mandi berminyak, mantra senam Metayu, mantra mandi bersih din, dan lain-lain. Dalam semuajenis mantra ini terkandung nilai filsafat dan kosmologi Melapl yang terkodifikasi secara integral. Selain dan mantra-mantra da)am budaya Melayu, mantra melaut suku Melayu Aras Kabu ini juga memiliki hubungan dengan berbagai genre sastra Melayu seperti nazam, gunndam, seloka, talibun, kannina, zikir Barat, endoi, sinandoog, dan lain-Jainoya. Deogan demikian dengan cara ォセゥ。ョ@ inteltekstual akan didapati kedalaman makoa mantra me]aut ini daJam kebudayaan suku Melayu di Aras Kahu Deli Serdang. Selain itu di dalam mantra melaut ini terdapat kearifan-kearifan loka!.

(15)

K!iiall lェiセDサャャゥウ{ェォN@ Taill1I1 kc-iO. jVo ! Fcbmari 2013

Kearifan Lokal

Kearifan 10kal adalah satu usaba untuk menemukan kebenaran yang didasarkan kepada fakta-fakta atau ァ・ェ。ャ。Mァセェ。ャ。@ yang berlaku seeara spesifik dalam sebuah budaya masyarakat tertentu. Dalam hal ini budaya masyarakat Melayu Aras Kabu Serdang. Kearifan lokal lebih jauh juga merupakan wujud prilaku atau pikiran-pikiran manusia pada masyarakat tertentu dalam mengekspresikan keinginan dan budaya mereka. Di samping untuk mengeskpresikan pikiran-pikiran manusia, kearifan lokal juga merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperlihatkan bagaimana sistem kehidupan suatu ma5yarakat dalam menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan sekitar yang merupakan urat nadi kehidupan mereka. Dalam hal ini adalah urat nadi kehidupan masyarakat nelayan di Aras Kabu. Seiring dengan pesat dan derasnya perkembangan zaman di era globalisasi ini, yang mencakup dan perubahan religi, ekonomi, 50sial, dan budaya, masyarakat suku Melayu Aras Kabu Serdang masih memperlihatkan kuatnya kearifan Iokal yang mereka miliki demi mempertahankan identitas diri, religi, kehidupan 5Osial, lingkungan, pelestarian, dan iuovasi budaya. Etnik Melayu Aras Kabn Serdang ini percaya bahwa pelestarian kearifan lokal akan dapat menjaga warisan hutan, tanah, sungai, laut dan budaya masyarakat suku Melayu dalam konteks masa kini. Usaha-usaha untuk memahami konsep kearifan lokal dalam tradisi mantra melaut, merupakan ruang untuk memahami pikiran-pikiran masyarakat suku Melayu yang berhubungan dengan lingkungan dan tata hubungan sosial budaya masyarakat suku Melay-u Aras Kabu tersebut.

Berikut iui kearifan lokal suku Melayu yang terdapat dalam mantra melaut. 1. Kearifan Lokal tentang Hubungan Harmonis Manusia, Alam, dan Makhluk Gaib 2. Kea!"ifan Lokal Terhadap Identita5 Din

3. Keanfan Lokal Terhadap Pelestarian Budaya 4. Kearifan Lokal Terhadap Kesejahteraan Hidup

KESIMPULAN

Dari sudut semiotika visual maka didapati bahwa dalam ritual mantra meJaut ini pelibatnya adaJah beberapa nelayan yang dipimpin oJeh salah 5atu seroang di ataranya. Mantra ini dibacakan di atas sampan di kuala, atau di taugkahan. Proses rituahlya dimulai dari masa persiapan dan rumah masing-masing, kemudian tahap pembacaan, dan pasca ritual Setelah itu barulah mereka meJaut. Pakaiau yang digunakan adalah pakaian untuk melaut tidak formal atau memakai pakaian adat.

Dari sudut semiotika lirik (puisi) seperti yang ditawarkan oleh Riffaterre, yaitu dalam 1$.onteks pembacaan heuristik dan henneneutik, maka didapati secara struk-tural ayat-ayat yang digunakan datam mantra ini terdiri dari kata-kata basmallah, kemudian dilanjutkan ke shalawat Nabi, kemudian ayat AI-Fatihah yang diambil dari Al-Qur'an, baru diteruskan ke bahagian mantra, dan kemudian ditutup dengan syahadatain. Ini mencermikan pengolahan ajaran Islam dalam konteks aadat budaya Melayu. Secara estetika pula di dalam mantra ini terkandung unsur pantun., walaupun tidak dapat dikategorikan sebagai pantun. Makna-makna yang terkandung di dalam mantra melaut ini menjadi satu kesatuan dengan kebudayaan Melayu secara umum. Di dalam pembacaan matriks dan model dijumpai bahwa mantra me1aut didasari oJeh kebudayaan Melay-u yang memiliki konsep adat bersendikan syarakak dan syarakak bersendikan kitabullah. Adat ini dibagi empat yaitu adat yang sebenar adat, adat yang diadatkan, adat yang teradat, dan adat istiadat. Budaya, adat, dan agama Islam menjadi panduan utama dalam mantra mel aut ini, yang di dalam,nya terkandung sistem religi, kosmologi, dan juga estetika yang bergaya Melayu, seperti rima dan unsur pantun, dan lain-Iainnya. Dalam pembacaau intertekstual dijumpai bahwa mantra melaut ini menjadi 5atu kesatuan dengan mantra-mantra lain yang merupakan ekspresi kosmologi masyarakat Melay-u.

(16)

Inr<Jn

hasil respons masyarakat nelayan Melayu di Aras Kabu terhadap lingkungan tempatnya mencari penghidupan. Keraifan lokal ini terus dipertahankan oleh para ne!ayan Melayu hingga ke han ini.

REFERENSI

AI-Attas, Syed Muhammad naquib, 1990. Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu.

Petaling Jaya: Angkatan Belia Islam Malaysia.

Badudu, 1984. Mari Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima.

Barker, Christ, 2006. Cultural Studies and Discourse Analysis: On Dialogue on L(mguage.

London: Sage Publication.

Daud, Haron, 2001. Mantra Melayu: Ana/isis Pemikirall. Pulau Pinang: Universiti Sains Malaysia.

Daud, Haroon. 2001. Mantra lYfelayu. Pulau Pinang: University Sains Malaysia.

Direktorat Bantuan Sosial. 2005. Kajian Kearifall Lokal di 8 (Delapan) Provinsi. Jakarta: Departemen Sosial RI.

Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Eco, U., 1976. A Theory ojSemiotics. Bloomington: IndianaUniversity Press.

Fachruddin, Chalida, 1996. Sosialisasi Anak dalam Masyarakat NeJayan Melayu di Sumatera Utara. dalam Mohamed Salleh Lamry. Mereka yang Terpinggir: Orang Melayu di Sumatera Utara. Bangi: Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia.

Fachruddin, Chalida, 1998. Labuhan Deli: Organisasi Sosial Sebuah Komllniti MeJayu di Sumarera Utara, Indonesia. Disertasi doctoral, Universiti Sains Malaysia.

Fatimah, ) 985. Pengaruh sosioekonomis Perkebunan Tembakau terhadap Masyarakat di Sumatera Timur (1863-1900). Tesis magister humaniora, Universitas Gadjah Mada, y ogyakarta.

Halliday, MAK. et a1. 1986. Semiotics Ideology Language. Australia: Sydney Association for Studies in Society and Culture.

Hoed, RH. 2002. "Strukturalisme, Pragmatik, dan Semiotika Dalam kセゥ。ョ@ Budaya" daJam T. Christomy (ed.).Indonesia Tandayang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Hoed, RH., 2001. Dari Logika Tuyul Ke Erotisme. Magelang: Indonesia Tera. Hooykaas, 1952. Cultural Representation. London: Mcmillan.

Indrastuti, 2007. Mantra Me/aut Suku Bajo: lnterpretasi Semiotika. Semarang: tesis magister Linguistik Universitas Diponegoro.

Jalil, AbduL 2008. Kolokium Bahasa dcm Pemikiran i'lfeiayulindonesia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi 11. Jakarta: Rineka Cipta.

Kress, G dan van Leeuwn, T. QYYVセ@ Reading Images-The Grammar of Visual Design. London: Routledge.

Kress, G. 2000.1\1ultimodality: Challenges to Thinking about Language. TESOL Quarterly, 34, 337-340.

Martin, J.R dan Rose, David. 2003. Working with Discourse. London: Continuum. Nazir, Mohd. 2005. A1etode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pradopo, R.D., 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Pudentia, 2008. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Pudentia, MPSS. 2008. A1etodologi Kajion Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).

Ratna, 2006. A Grammar of the Pendau Language of Central Sulawesi, Indonesia. Boston: MIT Press.

Riffaterre, M., 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press.

(17)

[(;!lim ゥjェャ「GャャゥセGゥォN@ T:ll11ill kc-1 (), ,Vo 1 l'ebmaD 201:3

Royce, Terry D. 2007. "Multimoda1 Communicative Competence in Second Language Contexts" dalam New Directions in the Analysis of Multimodal Discourse. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Publishers.

Santoso, Riyadi. 2003. Semiotika Sosial Pandangan Terhadap Bahasa. Surabaya: Pustaka Eureka.

Saragih, Amrin. (2009). Semiotika Bahasa. Bahan Ajar Perkuliahan Semiotika Program Studi Lillguistik USU. Medan.

Sayuti. (2005). Definisi Kearifan Lokal. Wikipedia: Jumal on-line.

Sibarani, Robert. 2011. Nilai-nilai Kearifan Lokal. Medan: Bahan Ajar Perkuliahan Metode Tradisi Lisan Program Studi Linguistik USU.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: PODA.

Sinar, T Silvana. 2010. Teori & Ana/isis Wacana, Pendekatan Linguistik Sistemik-Fungsional.

Medan: Pustaka Bangsa Press.

Sinar, T Silvana. 2011. Kearifan Lokal Berpantun dalam Perkawinan Adat .Melayu Batubara.

Medan: USU Press.

Sinar, T Silvana. 20 II. Milos Cerila Rakyat. Medan: USU Press. Sudaryanto, J988. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Jaya.

van Zoest, Aart 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang Kita Lakukan.

(Ditetjemahkan oleh Eni Soekowati). Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

van Zoest, Aart dan Panuti Sudjiman. 1993. Serba-Serbi Semiotika. Gramedia Pustaka Utama: lakafia.

Wardoyo, Rentantyo, dan Abdullah, 2005. Pengembungan Aplikasi Spalia! Data Mining

ivlenggunakan Metode SAR - Kriging Umuk Prediksi All/lu Pendidikan Di Lakasi Tidak

Tersampei , JurnaJ Pengkajian Dan Penerapan Teknik Infonnatika, January 19th 2009,

pp.1-12

Wellek R. dan Warren, A., 1990. Teori Kesusastraan Terjemahan }v/etani Budimlla. Jakarta: Gramedia.

Yos Rizal. 2000. Fungsi Mantra pada Masyarakat A1elayu Aras Kabu Kabupaten Deli Serdang.

Medan: LP USU.

Yunita, Emi. (201 J). Analisis Semiotika Tradisi Bermantra Pagar Diri di Desa Ujung Gatling

Julu, Kablpaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara. Medan: Sekolah

Gambar

Figura 5.1:

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini mengidikasikan bahwa terdapat tidak terdapat perbedaan antara Abnormal Stock Return (ASR) sebelum dengan Abnormal Stock Return (ASR)

Ø Bormann menyatakan bahwa Teori Konvergensi Simbolik adalah teori umum(general theory) yang mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang memunculkan kesadaran

Penentuan faktor dan level untuk eksperimen dilakukan dengan mempertimbangkan hasil pre- eksperimen, dimana prosentase metana yang dihasilkan dari suatu kombinasi lebih tinggi dari

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Perusakan Hutan dalam penegakan tindak pidana

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang berarti pada pemahaman bacaan dari teks descriptive siswa kelas sepuluh MA NU Nurul Ulum

Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar (misalnya kartun) yang lebih efektif dari pada kalau diterangkan dengan kata-kata, karena kartun mempunyai

Oleh karena itu, sebagian pejantan sapi PO yang saat ini ada di Lolitsapi merupakan sapi generasi keempat (F4) untuk dapat dicalonkan sebagai galur baru sapi PO yang spesifik

Alhamdulillah, praise be to God for blessing and giving favor to the writer, so the writer finally accomplished this skripsi entitled “ Improving the Speaking Ability of the